Tugas makalah menejemen apotek. docx

MAKALAH MANEJEMEN APOTEK

Disusun oleh :
Nama

: Azhari Ramadhan

Nim

: 14 01 02 007

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI PALEMBANG
2017

PENDAHULUAN
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendirisendiri atau bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
atau masyarakat.

Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker
dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat. Definisi diatas ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek pasal 1 ayat (a).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesa sebagai Apoteker. Adapun
Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang membantu Apoteker. Asisten Apoteker
menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 679/MENKES/SK/V/2003 Pasal 1, tentang
Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker menyebutkan bahwa “Asisten Apoteker adalah
Tenaga Kesehatan yang berijasah Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi Jurusan
Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi dan Makanan Jurusan Analis
Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Di Apotek, Asisten Apoteker merupakan salah satu tenaga kefarmasian yang bekerja
di bawah pengawasan seorang Apoteker yang memiliki SIA (Surat Izin Apotek). Apoteker
Pengelola Apotek (APA) merupakan orang yang bertanggung jawab di Apotek dalam

melakukan pekerjaan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker dan
Asisten Apoteker di apotek haruslah sesuai dengan standar profesi yang dimilikinya. Karena
Apoteker dan Asisten Apoteker dituntut oleh masyarakat pengguna obat (pasien) untuk
bersikap secara professional.
Kewajiban Asisten Apoteker Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1332/MENKES/X?2002 adalah melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan

standar profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani penjualan
obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter, serta memberi informasi kepada pasien. Surat Izin
Kerja Asisten Apoteker, dalam Pasal 1 KEPMENKES yaitu “bukti tertulis yang diberikan
kepada Pemegang Surat Izin Asisten Apoteker (SIAA) untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di sarana kefarmasian”. Dengan begitu, jelas bahwa hanya Asisten Apoteker
yang telah memiliki Surat Izin Asisten Apoteker sajalah yang dapat mengajukan permohonan
perolehan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker. Dan juga, hanya Asisten Apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja Asisten Apoteker sajalah yang dapat melakukan pekerjaan
kefarmasian seperti pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, baik itu dibawah
pengawasan Apoteker, tenaga kesehatan atau dilakukan secara mandiri sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sebagai contoh, pada toko obat berizin, puskesmas atau
Pedagang Besar Farmasi (PBF) dimana seorang Asisten Apoteker dapat melakukan pekerjaan

kefarmasian tanpa pengawasan. Oleh sebab itu, seorang Asisten Apoteker harus memiliki
Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, baru dapat melakukan perkerjaan kefarmasian.
A. Pengertian Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) No.
1332/MENKES/SK/X/2002,

tentang

Perubahan

atas

Peraturan

MenKes

RI

No.


922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang
dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.
 Tugas dan Fungsi apotek
Tugas dan Fungsi Apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980, tugas dan
fungsi apotek adalah sebagai berikut:


Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.



Sarana

farmasi

yang

telah


melaksanakan

peracikan,

pengubahan

bentuk,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.


Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang diperlukan
masyarakat secara luas dan merata.



Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada
masyarakat.

Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam:
a.

Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

b.

Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

c.

Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

d.

Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No.
26 tahun 1965 mengenai Apotek.

e.


Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin kerja
Apoteker,

yang

disempurnakan

dengan

Peraturan

Menteri

kesehatan

No.

184/MENKES/PER/II/1995.
f.


Peraturan Menteri Kesehatan No. 695/MENKES/PER/VI/2007 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang
penyempurnaan pelaksanaan masa bakti dan izin kerja apoteker.

g.

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

h.

Keputusan

Mentri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
B. Manajemen Apotek
Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek. Sekecil
apapun suatu apotek, sistem manajemEnnya akan terdiri atas setidaknya beberapa tipe
manajemen yaitu :








Manajemen keuangan.
Manajemen pembelian
Manajemen penjualan
Manajemen persediaanbarang
Manejemen pemasaran
Manejemen khusus

Manajemen keuangan tentunya berkaitan dengan pengelolaan keuangan, keluar
masuknya uang, penerimaan, pengeluaran, dan perhitungan farmako ekonominya.
Manajemen pembelian meliputi pengelolaan defekta, pengelolaan vendor, pemilihan item
barang yang harus dibeli dengan memperhatikan FIFO dan FEFO, kinetika arus barang, serta
pola epidemiologi masyarakat sekitar apotek. Manajemen penjualan meliputi pengelolaan
penjualan tunai, kredit, kontraktor. Manajemen persediaan barang meliputi pengelolaan
gudang, persediaan bahan racikan, kinetika aarus barang. Manajemen persediaan barang

berhubungan langsung dengan manajemen pembelian.
Manajemen pemasaran , berkaitan dengan pengelolaan dan teknik pemasaran untuk
meraih pelanggan sebanyak-banyaknya. Manajemen pemasaran ini tampak pada apotek
modern, tetapi jarang diterapkan

pada

apotek-apotek

konvensional.

Manajemen

khusus, merupakan manajemen khas yang diterapkan apotek sesuai dengan kekhasannya,
contohnya pengelolaan untuk apotek yang dilengkapi dengan laboratorium klinik, apotek
dengan swalayan, dan apotek yang bekerjasama dengan balai pengobatan, dan lain-lain.
Prosedur Pendirian Apotek
Menurut KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa persyaratanpersyaratan apotek adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan
pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,
perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi
yang lain di luar sediaan farmasi.
3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan
farmasi.Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian apotek adalah:
Lokasi dan Tempat
Jarak

antara

apotek

tidak

lagi

dipersyaratkan,

namun

sebaiknya

tetap

mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk,
dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan,
keamanan dan mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan.

Bangunan dan Kelengkapan
Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang cukup, serta
memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan
fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi.
Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :


Ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat,



ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat pencucian obat, kamar mandi dan toilet.
Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air yang memenuhi syarat
kesehatan, penerangan yang baik, Alat pemadam kebakaran yang befungsi baik,
Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis, Papan nama
yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek, nomor telepon
apotek.

Perlengkapan Apotek
Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain:
1. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, gelas ukur dll.
Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti lemari obat dan
lemari pendingin.
2. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.
3. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun.
4. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan peraturan
per-UU yang berhubungan dengan apotek.
5. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan resep dan
lain-lain.
Prosedur perizinan apotek
Untuk mendapatkan izin apotek, APA atau apoteker pengelola apotek yang bekerjasama
dengan pemilik sarana harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi
dan perbekalan lainnya. Surat izin apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri
Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk
membuka apotek di suatu tempat tertentu.

Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan
pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek
sekali setahun kepada Menteri Kesehatan dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi.

Sesuai dengan Keputusan MenKes RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yaitu:
1. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari
setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai
POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk
melakukan kegiatan.
2. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6
hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan.
3. Dalam hal pemerikasaan dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, apoteker
pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala
Kantor Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi.
4. Dalam jangka 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana ayat
(3) atau persyaratan ayat (4), Kepala Dinas Kesehatan setempat mengeluarkan surat
izin apotek.
5. Dalam hasil pemerikasaan tim Dinas Kesehatan setempat atau Kepala Balai POM
dimaksud (3) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam
waktu 12 hari kerja mengeluarkan surat penundaan.
6. Terhadap surat penundaan sesuai dengan ayat (6), apoteker diberikan kesempatan
untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam waktu
satu bulan sejak tanggal surat penundaan.
7. Terhadap permohonan izin apotek bila tidak memenuhi persyaratan sesuai pasal (5)
dan atau pasal (6), atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala

Dinas Kesehatan Dinas setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari
kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan-alasannya.
Pelayanan Apotek



Pelayanan Resep
Skrining Resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

Persyaratan Administratif :







Nama, SIP dan alamat dokter
Tanggal penulisan resep
Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
Cara pemakaian yang jelas
Informasi lainnya

Kesesuaian farmasetik :








bentuk sediaan
dosis
potensi
stabilitas
inkompatibilitas
cara dan lama pemberian

Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi,
jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan
kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila
perlumenggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
Penyiapan obat.
Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur, mengemas dan
memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu
prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang
benar.
-

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

-

Kemasan obat yang diserahkan hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang
cocok sehingga terjaga kualitasnya.

-

Penyerahan Obat. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.

-

Informasi Obat. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien
sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka
waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama
terapi.

-

Konseling. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas
hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular,
diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan
konseling secara berkelanjutan.

-

Monitoring Penggunaan Obat. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus
melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

-

Promosi dan Edukasi. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus
memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi)
untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus
berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu
diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet /brosur, poster,
penyuluhan, dan lain lainnya.
Pelayanan Residensial (Home Care). Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat

melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini
apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).
EVALUASI MUTU PELAYANAN
Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah:
1. Tingkat kepuasan konsumen dilakukan dengan survei berupa angket atau wawancara
langsung.

2. Dimensi waktuLama pelayanan diukur dengan waktu ( yang telah ditetapkan).
3. Prosedur Tetap ( Protap )Untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah
ditetapkan.
Disamping itu prosedur tetap bermanfaat untuk:
1. Memastikan bahwa praktik yang baik dapat tercapai setiap saat;
2. Adanya pembagian tugas dan wewenang;
3. Memberikan pertimbangan dan panduan untuk tenaga kesehatan lain yang bekerja di
apotek;
4. Dapat digunakan sebagai alat untuk melatih staf baru;
5. Membantu proses audit.
Prosedur tetap disusun dengan format sebagai berikut:
1. Tujuan merupakan tujuan protap.
2. Ruang lingkup berisi pernyataan tentang pelayanan yang dilakukan dengan
kompetensi yang diharapkan.
3. Hasil yang dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam bentuk yang
dapat diukur.
4. Persyaratan hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pelayanan.
5. Proses berisi langkah-langkah pokok yang perlu dilkuti untuk penerapan standar. Sifat
protap adalah spesifik mengenai kefarmasian.
C. Tugas dan Tanggung Jawab Personil Apotek
Manejer Apotek Pelayanan
Apotek Rama dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai manager pelayanan yang telah
mengucapkan sumpah apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK), juga memiliki
kemampuan memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan di apotek. Selain
itu juga APA harus menguasai kemampuan manajemen yaitu, perencanaan, koordinasi,
kepemimpinan dan pengawasan disamping kemampuan di bidang farmasi baik teknis
maupun non teknis.
Tugas dan Tanggung Jawab pimpinan Apotek adalah :

1. Memimpin, menentukan kebijaksanaan dan melaksanakan pengawasan dan pengendalian
apotek sesuai UU yg berlaku
2. Menyusun program kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan
3. Memberikan pelayanan dan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada pasien, dokter,
dan tenaga kesehatan lainnya
4. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk perkembangan apotek
5. Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi yang berlaku
Fungsi Administrasi
1. Membuat laporan realisasi data dan anggaran setiap bulan
2. Membuat laporan penutupan buku
3. Melakukan rekaptulasi buku penjualan tunai dihitung
berdasarkan jumlah resep dan rekaptulasi buku pembelian
Fungsi Pembelian
1. Membuat kebutuhan barang pada buku permintaan barang
2. Membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) sesuai dengan data kebutuhan barang
yang tercatat pada buku permintaan barang dan pareto penjualan
3. Membuat retur atau pengembalian barang bila terjadi kesalahan dalam pengiriman barang
Karyawan/ Karyawati
Karyawan/Karyawati mencakup asisten apoteker dan non asisten apoteker.







Tugas dan tanggung jawab asisten apoteker antara lain :
Mengatur penyimpanan obat dan penyusunan apotek
Memberi harga pada setiap resep dokter yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep
Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter
Menghitung dosis obat untuk racikan sesuai permintaan resep
Menimbang, menyiapkan, mengemas, dan memberi etiket obat yang akan diserahkan




pada pasien
Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan pada pasien
Menyerahkan obat sekaligus memberi informasi mengenai cara pemakaian dan informasi



lainnya mengenai obat tersebut kepada pasien.
Membuat salinan resep bila diperlukan oleh pasien, bila obat hanya ditebus sebagian atau



resep diulang serta membuat kuitansi bila diperlukan.
Berpartisipasi dalam pelaksaan dan pemeliharaan kebersihan di apotek.

Tugas dan tanggung jawab non apoteker antara lain :



Membantu tugas asisten apoteker dalam menyiapkan obat , mengerjakan obat racikan




yang telah disiapkan oleh asisten apoteker sesuai dengan dan jumlah yang diminta
Membuat obat racikan standar dibawah pengawasan asisten apoteker dan apoteker
Menyusun obat-obat pada rak penyimpanan obat
Membersihkan peralatan yang digunakan dan membersihkan ruangan diapotek.