Analisis Pembangunan Infrastruktur DKI J
TUGAS ANALISIS KEBIJAKAN INFRASTRUKTUR
Nama
: Yovi Arista
NIM
: 14010112140150
Kelas
: (Senin, 09.41-12.00)
Dosen Pengampu: Drs. Edi Santoso, SU
Analisis Pembangunan Infrastruktur
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
DKI Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi
baik dari segi kependudukan, perekonomian, perkembangan sosial dan lain sebagainya.
Pertumbuhan-pertumbuhan tersebut menuntut adanya infrastruktur pendukung yang memadai
untuk menunjang segala kebutuhan yang ada. Kerumitan mengenai kebutuhan infrastruktur juga
ditambah dengan adanya perkembangan socio-culture yang kompleks karena sebagai ibukota
negara, Jakarta diisi oleh beragam suku, etnik, dan ras dari seluruh Indonesia bahkan negara
asing.
Penulis akan mencoba memaparkan beberapa sudut pandang poin analisis pembangunan
infrastruktur baik yang sudah maupun yang sedang dilakukan di kota Jakarta, antara lain:
1. Pembangunan Infrastruktur Gedung dan Perumahan
Pesatnya pertumbuhan ekonomi dibarengi dengan jumlah pertumbuhan penduduk yang
tinggi. Sehingga melahirnya kebutuhan-kebutuhan sosial baru dengan jumlah yang banyak
pula. Hal tersebut yang mendesak adanya pembangunan infrastruktur untuk memenuhi
kebutuhan sosial itu, seperti gedung-gedung apartemen, rumah susun, perkantoran, pusat
perbelanjaan, perumahan-perumahan, pusat hiburan, dan lain sebagainya. Sehingga tiap
tahunnya Kota Jakarta pasti memiliki prasarana sosial untuk digunakan oleh masyarakat.
Namun dengan dibangunnya infrastruktur sosial seperti gedung-gedung, perumahan, pusat
perbelanjaan dan lain-lainnya, menimbulkan beberapa dampak lain, yang diantaranya:
Semakin tingginya daya tampung Kota Jakarta yang menyebabkan bertambahnya
tingkat kepadatan kota.
Berkurangnya ruang terbuka hijau, dan daerah resapan air, yang kemudian berakibat
terjadinya banjir disaat musim hujan.
Digunakannya lahan dan tanah-tanah menyebabkan tingginya penyedotan air tanah,
yang berakibat pada buruknya kualitas air tanah dan berkurangnya tingkat ketinggian
tanah.
Oleh sebab itu butuh kajian yang baik mengenai pembangunan infrastrukstur sosial ini
terhadap daya lingkungan yang digunakan.
2. Pembangunan Jalan Tol dan Jalan Layang
Pembangunan Jalan Tol dan Jalan Layang ditujukan untuk memecah atau mengurangi
kemacetan yang terjadi di Kota Jakarta. Namun pembangunan infrastruktur jalan ini kerap
mengabaikan aspek dan dampak lain yang akan timbul seperti semakin banyaknya jumlah
kendaraan bermotor yang tak terkontrol. Dampaknya terhadap lingkungan adalah semakin
tingginya tingkat polusi dan apabila pembangunan jalan tidak memperhatikan sistem drainase
yang baik maka akan menimbulkan dampak lain yaitu banjir.
Oleh karena itu, pembangunan jalan haruslah diimbangi oleh pengendalian jumlah
kendaraan bermotor dan perhatian untuk jalur hijau/penghijauan.
3. Reklamasi Pantai Utara Jakarta
Reklamasi pantai utara Jakarta merupakan upaya pemerintah untuk mengatasi keterbatasan
lahan yang dihadapi oleh Kota Jakarta. Lahan yang diciptakan dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan infrastruktur sosial seperti perumahan, perkantoran, dan lain-lain.
Namun masalah lain pun muncul seperti ancaman rob di kawasan pantai utara, rusaknya
ekosistem dan habitat laut dan mangrove, pencemaran air laut.
Sehingga dibutuhkan kajian khusus dan rumusan kebijakan berkelanjutan mengenai lahan
hasil reklamasi ini terkait pengawasan atas pengelolaan lahan dengan memperhatikan
keberlangsungan ekosistem dan lingkungan hidup di daerah reklamasi.
4. Pembangunan BKT (Banjir Kanal Timur)
Pembangunan Banjir Kanal Timur merupakan upaya pemerintah Kota Jakarta dalam
memecahkan permasalahan banjir secara umum dan di sisi timur Jakarta secara khusus. BKT
juga ditujukan sebagai sarana konservasi air untuk menampung air tanah dan air baku. Selain
itu BKT diwacanakan sebagai prasarana transportasi air publik untuk mengurangi kemacetan
di jalan raya.
Namun dari ketiga tujuan yang diwacanakan, wacana BKT sebagai prasarana transportasi
publik kini tidak berjalan dengan semestinya. Selain sepi peminat, prasarana BKT tidak
didukung dengan sarana transportasi yang nyaman dan memadai. Tetapi keberadaan BKT
sudah mampu memecah banjir di kota Jakarta bagian timur.
5. Pembangunan Busway, MRT/Monorail
Pembangunan Busway, MRT/Monorail merupakan upaya pemerintah Kota Jakarta dalam
mengadakan infrastruktur transportasi untuk memecah kemacetan. Pengadaan Busway sudah
lebih dulu dilakukan di tahun 2004 dengan pembangunan secara bertahap hingga 12 koridor.
Di tahun 2014 ini, pembangunan MRT yang termasuk didalamnya Monorail dilanjutkan
setelah terhenti lebih dari 5 tahun. Infrastruktur transportasi ini ditujukan untuk
menghubungkan masyarakat dari satu destinasi ke destinasi lain tanpa harus menggunakan
kendaraan pribadi. Dengan begitu diharapkan akan menekan tingkat kepadatan transportasi di
jalan raya, tingkat polusi udara, dengan biaya yang murah.
Permasalahan dalam pengadaan infrastruktur ini lagi-lagi adalah tidak adanya pengawasan
dan pengontrolan setelahnya. Dalam kasus busway, akibat kurangnya perawatan terhadap
armada lama, banyak bus-bus yang rusak yang membahayakan penumpang.
Kesimpulan
Secara umum Kota Jakarta memiliki rencana pembangunan infrastruktur untuk memenuhi
kebutuhan daerahnya cukup baik. Namun perencanaan dan pembangunan yang dilakukan
tidak diimbangi dan dibarengi dengan pengawasan secara berkelanjutan terhadap infrastruktur
yang dibangun. Sehingga infrastruktur yang ditujukan untuk memecahkan suatu permasalahan
malah melahirkan masalah-masalah baru.
Nama
: Yovi Arista
NIM
: 14010112140150
Kelas
: (Senin, 09.41-12.00)
Dosen Pengampu: Drs. Edi Santoso, SU
Analisis Pembangunan Infrastruktur
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
DKI Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi
baik dari segi kependudukan, perekonomian, perkembangan sosial dan lain sebagainya.
Pertumbuhan-pertumbuhan tersebut menuntut adanya infrastruktur pendukung yang memadai
untuk menunjang segala kebutuhan yang ada. Kerumitan mengenai kebutuhan infrastruktur juga
ditambah dengan adanya perkembangan socio-culture yang kompleks karena sebagai ibukota
negara, Jakarta diisi oleh beragam suku, etnik, dan ras dari seluruh Indonesia bahkan negara
asing.
Penulis akan mencoba memaparkan beberapa sudut pandang poin analisis pembangunan
infrastruktur baik yang sudah maupun yang sedang dilakukan di kota Jakarta, antara lain:
1. Pembangunan Infrastruktur Gedung dan Perumahan
Pesatnya pertumbuhan ekonomi dibarengi dengan jumlah pertumbuhan penduduk yang
tinggi. Sehingga melahirnya kebutuhan-kebutuhan sosial baru dengan jumlah yang banyak
pula. Hal tersebut yang mendesak adanya pembangunan infrastruktur untuk memenuhi
kebutuhan sosial itu, seperti gedung-gedung apartemen, rumah susun, perkantoran, pusat
perbelanjaan, perumahan-perumahan, pusat hiburan, dan lain sebagainya. Sehingga tiap
tahunnya Kota Jakarta pasti memiliki prasarana sosial untuk digunakan oleh masyarakat.
Namun dengan dibangunnya infrastruktur sosial seperti gedung-gedung, perumahan, pusat
perbelanjaan dan lain-lainnya, menimbulkan beberapa dampak lain, yang diantaranya:
Semakin tingginya daya tampung Kota Jakarta yang menyebabkan bertambahnya
tingkat kepadatan kota.
Berkurangnya ruang terbuka hijau, dan daerah resapan air, yang kemudian berakibat
terjadinya banjir disaat musim hujan.
Digunakannya lahan dan tanah-tanah menyebabkan tingginya penyedotan air tanah,
yang berakibat pada buruknya kualitas air tanah dan berkurangnya tingkat ketinggian
tanah.
Oleh sebab itu butuh kajian yang baik mengenai pembangunan infrastrukstur sosial ini
terhadap daya lingkungan yang digunakan.
2. Pembangunan Jalan Tol dan Jalan Layang
Pembangunan Jalan Tol dan Jalan Layang ditujukan untuk memecah atau mengurangi
kemacetan yang terjadi di Kota Jakarta. Namun pembangunan infrastruktur jalan ini kerap
mengabaikan aspek dan dampak lain yang akan timbul seperti semakin banyaknya jumlah
kendaraan bermotor yang tak terkontrol. Dampaknya terhadap lingkungan adalah semakin
tingginya tingkat polusi dan apabila pembangunan jalan tidak memperhatikan sistem drainase
yang baik maka akan menimbulkan dampak lain yaitu banjir.
Oleh karena itu, pembangunan jalan haruslah diimbangi oleh pengendalian jumlah
kendaraan bermotor dan perhatian untuk jalur hijau/penghijauan.
3. Reklamasi Pantai Utara Jakarta
Reklamasi pantai utara Jakarta merupakan upaya pemerintah untuk mengatasi keterbatasan
lahan yang dihadapi oleh Kota Jakarta. Lahan yang diciptakan dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan infrastruktur sosial seperti perumahan, perkantoran, dan lain-lain.
Namun masalah lain pun muncul seperti ancaman rob di kawasan pantai utara, rusaknya
ekosistem dan habitat laut dan mangrove, pencemaran air laut.
Sehingga dibutuhkan kajian khusus dan rumusan kebijakan berkelanjutan mengenai lahan
hasil reklamasi ini terkait pengawasan atas pengelolaan lahan dengan memperhatikan
keberlangsungan ekosistem dan lingkungan hidup di daerah reklamasi.
4. Pembangunan BKT (Banjir Kanal Timur)
Pembangunan Banjir Kanal Timur merupakan upaya pemerintah Kota Jakarta dalam
memecahkan permasalahan banjir secara umum dan di sisi timur Jakarta secara khusus. BKT
juga ditujukan sebagai sarana konservasi air untuk menampung air tanah dan air baku. Selain
itu BKT diwacanakan sebagai prasarana transportasi air publik untuk mengurangi kemacetan
di jalan raya.
Namun dari ketiga tujuan yang diwacanakan, wacana BKT sebagai prasarana transportasi
publik kini tidak berjalan dengan semestinya. Selain sepi peminat, prasarana BKT tidak
didukung dengan sarana transportasi yang nyaman dan memadai. Tetapi keberadaan BKT
sudah mampu memecah banjir di kota Jakarta bagian timur.
5. Pembangunan Busway, MRT/Monorail
Pembangunan Busway, MRT/Monorail merupakan upaya pemerintah Kota Jakarta dalam
mengadakan infrastruktur transportasi untuk memecah kemacetan. Pengadaan Busway sudah
lebih dulu dilakukan di tahun 2004 dengan pembangunan secara bertahap hingga 12 koridor.
Di tahun 2014 ini, pembangunan MRT yang termasuk didalamnya Monorail dilanjutkan
setelah terhenti lebih dari 5 tahun. Infrastruktur transportasi ini ditujukan untuk
menghubungkan masyarakat dari satu destinasi ke destinasi lain tanpa harus menggunakan
kendaraan pribadi. Dengan begitu diharapkan akan menekan tingkat kepadatan transportasi di
jalan raya, tingkat polusi udara, dengan biaya yang murah.
Permasalahan dalam pengadaan infrastruktur ini lagi-lagi adalah tidak adanya pengawasan
dan pengontrolan setelahnya. Dalam kasus busway, akibat kurangnya perawatan terhadap
armada lama, banyak bus-bus yang rusak yang membahayakan penumpang.
Kesimpulan
Secara umum Kota Jakarta memiliki rencana pembangunan infrastruktur untuk memenuhi
kebutuhan daerahnya cukup baik. Namun perencanaan dan pembangunan yang dilakukan
tidak diimbangi dan dibarengi dengan pengawasan secara berkelanjutan terhadap infrastruktur
yang dibangun. Sehingga infrastruktur yang ditujukan untuk memecahkan suatu permasalahan
malah melahirkan masalah-masalah baru.