Akuntansi untuk Deposito and Investasi S

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori Akuntansi

DOSEN :
Muhammad Hudaya, PhD

Disusun Oleh :

Anita Tri Kurniawati

A04120001

Dewi Mega Wati

A04120002

POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI
PRODI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

2015

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur dihaturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “AKUNTANSI UNTUK DEPOSITO DAN INVESTASI SYARIAH”
Makalah ini berisikan tentang informasi teori mengenai akun deposito dan investasi yang ada di
perbankan syariah, dan juga berisi tentang isu-isu terkait investasi syariah.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang masalah
akuntansi untuk deposito dan investasi syariah.
Atas segala bantuan yang telah diberikan sehingga laporan ini dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya, kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1) Bapak Muhammad Hudaya, PhD selaku pembimbing mata kuliah Teori Akuntansi.
2) Teman-teman ALKS yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca semuanya untuk menambah ilmu

pengetahuan dalam bidang Akuntansi Syariah serta dapat digunakan sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya.
Semoga Tuhan YME memberikan petunjuk, rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
Banjarmasin, 1 April 2015

Penulis,

2

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Perkembangan dunia perbankan saat ini sangatlah kompleks dengan munculnya bank–
bank syariah yang memberikan berbagai macam jenis produk dan sistem usaha yang
berbeda dengan bank konvensional. Hal tersebut merupakan perkembangan yang boleh
dikatakan sangat menggembirakan, khususnya bagi umat Islam yang selama ini
menginginkan investasi dan pendanaan tanpa unsur riba serta sesuai dengan prinsipprinsip syariah.
Penghimpunan dana masyarakat di perbankan syariah menggunakan instrumen yang
sama dengan konvensional, yaitu instrumen Giro, Tabungan, dan Deposito. Ketiga jenis

instrumen ini biasanya disebut dengan istilah Dana Pihak Ketiga (DPK). Kendati
menggunakan instrumen yang sama, mekanisme kerja masing-masing instrumen
penghimpunan pada bank syariah berbeda dengan instrumen penghimpunan Bank
Konvensional. Perbedaan mendasar mekanisme kerja instrumen penghimpuan dana
syariah terletak pada tidak adanya bunga yang lazim digunakan oleh bank konvensional
dalam memberikan keuntungan kepada nasabah. Ketentuan tentang larangan haramnya
menggunakan mekanisme bungabagi banksyariah difatwakan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN) dalam fatwa DSN Nomor 1 tentang Giro, Nomor 2 tentang Tabungan,
dan Nomor 3 tentang Deposito.
Pada masing-masing fatwa tersebut, juga difatwakan mekanisme alternatif yang
dibenarkan prinsip syariah . Berdasarkan fatwa DSN Nomor 1 tahun 2000 tentang Giro,
disebutkan bahwa mekanisme giro yang dibenarkan berdasarkan prinsip syariah adalah
giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah. Selanjutnya, berdasarkan fatwa
DSN Nomor 2 tahun 2000 tentang Tabungan, disebutkan bahwa mekanisme tabungan
yang dibenarkan berdasarkan prinsip syariah adalah giro yang berdasarkan prinsip
mudharabah dan wadiah. Berdasarkan fatwa DSN Nomor 3 tahun 2000 tentang Deposito,
disebutkan bahwa mekanisme Deposito yang dibenarkan berdasarkan prinsip syariah
adalah giro yang berdasarkan prinsip mudharabah. Oleh karena mekanisme
3


penghimpunan dana pihak ketiga hanya mengenal dua jenis, yaitu wadiah (titipan) dan
mudharabah (bagihasil) secara teori pengklasifikasian penghimpunan dana di bank
syariah didasarkan pada penghimpunan berdasarkan wadiah dan mudharabah. Oleh
karena itu pada kali ini akan dibahas tentang akuntansi untuk Deposito dan Investasi
Syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip deposito wadiah dan implikasi akuntansinya
2. Bagaimana prinsip dari akun investasi mudharabah
3. Bagaimana Isu-isu yang berkembang pada akuntansi pada investasi mudharabah

C. Tujuan
Adapun pembuatan Makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui prinsip deposito wadiah dan implikasi akuntansinya
2. Mengetahuai prinsip dari akun investasi mudharabah
3. Mengetahui Isu-isu yang berkembang pada akuntansi pada investasi mudharabah

4

BAB II

Landasan Teori dan Isu-Isu yang Terjadi pada Investasi Syariah

2.1

Prinsip Deposito Wadi’ah & Implikasi Akuntansinya

Wadiah merupakan salah satu prinsip yang biasa digunakan di bank syariah. Ini digunakan
untuk penerimaan dana berupa tabungan dan akun tetap berdasarkan prinsip yang
mengaturnya. Al-wadiah secara bahasa berarti “sesuatu yang dititipkan dengan seseorang
yang bukan pemilik sebenarnya bertujuan untuk menyimpan-menjaga”. Sedangkan menurut
PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah Paragraf 134, wadiah adalah titipan
nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan
menghendaki.
Para ahli dari sekolah-sekolah tentang hukum Islam (mazahib) setuju bahwa wadiah
berbentuk atas kepercayaan. Karenanya, bank syariah diberikan kepercayaan untuk menjaga
titipan dalam penjagaannya. Dana titipan juga harus dikembalikan ke nasabah kapan saja
berdasarkan permintaan nasabah tersebut. Bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan.
(Rahim & Rahman, 2010)
Wadiah dibagi atas dua, yaitu wadiah yad-dhamanah dan wadiah yad-amanah. Wadiah yadamanah adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai
diambil kembali oleh penitip. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2014) Sedangkan, jika nasabah

memberikan izin kepada bank syariah untuk memanfaatkan dana titipan, tapi juga bank
syariah harus memberikan jaminan pada dana titipan mereka yang merupakan pengertian dari
wadiah yad-dhamanah. Semua keuntungan yang didapat dari dana tersebut diakui sebagai
pendapatan bank syariah dan bukan merupakan unsur keuntungan yang harus dibagikan ke
nasabah. Walaupun tidak ada pembagian keuntungan yang dijanjikan atau diharapkan ke
nasabah dari pemanfaatan dana tersebut, tetapi hadiah (hibah) dapat diberikan tapi tidak boleh
diperjanjikan sebelumnya dan besarnya hibah bergantung kebijakan bank syariah. Dalam hal
akuntansinya, tidak ada beban bunga yang tercatat tapi dana titipan diperlakukan seperti
kewajiban karena dana titipan dijamin.
5

Proses pengakuan akuntansi (memasukkan jurnal) : (Rahim & Rahman, 2010)
Dr. Kas
Cr. Deposito Wadi’ah
(penerimaan dana titipan dari nasabah)
Dr. Deposito Wadi’ah
Cr. Kas
(pengembalian dana titipan ke nasabah)
Dr. Laba & Rugi atau akun cadangan
Cr. Kas

(membayar hibah ke nasabah)

2.2

Prinsip dari Rekening Investasi Mudharabah

Bank syariah biasanya mengakumulasikan deposit dan investasi dari nasabah melalui
berbagai saluran. Bank syariah dapat menawarkan ke nasabah untuk mendepositkan uang
mereka di berbagai tipe akun seperti tabungan, giro atau deposito. Perbedaan utama dengan
bank konvensional adalah bahwa mereka menawarkan bunga dan hubungan pelanggan yang
hanya pinjaman. Dalam kasus ini, bank syariah dapat menawarkan deposit dan investasi
syariah yang normalnya berdasarkan kontrak wadi’ah atau mudharabah.
Menurut PSAK 105 paragraf 4, Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
di mana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai
kesepakatan sedangkan kerugin finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana .

Al-mudharabah adalah bentuk kerja sama dimana pemilik modal, rab al-mal, memberikan
sejumlah modal ke orang lain untuk mengelola usaha yang disebut sebagai mudharib. Di bank
syariah, yang berperan sebagai pengusaha untuk tukar menukar dengan pemilik modal.

Keuntungannya akan dibagikan dengan kedua belah pihak berdasarkan nisbah bagi hasil yang
mereka sepakati. Di sisi lain, jika terjadi kerugian lalu kerugian akan ditanggung oleh rab almal sebagai pemilik dana, sedangkan mudharib hanya rugi tanpa imbalan dari usahanya. Akan
tetapi, jika kerugian dari kelalaian atau kesalahan mudharib jadi mudharib yang harus
bertanggung jawab untuk kerugian tersebut dan tidak mengurangi investasi.
6

Investasi Mudharabah yang dilakukan oleh Bank disebut pembiayaan Mudharabah. Pada
umumnya pembiayaan Mudharabah yang dilakukan oleh Bank diberikan dalam bentuk kas
yang dilakukan secara bertahap atau sekaligus. (Bank Indonesia, 2013)
Di bank syariah, bank dapat berperan sebagai rab al-mal ataupun mudharib. Saat menerima
deposit dari nasabah untuk berinvestasi, bank berperan sebagai mudharib dan nasabah sebagai
rab al-mal. Di sisi lain, dalam membiayai usaha atau proyek bisnis, bank sebagai rab al-mal
dan pengusaha sebagai mudharib. Pada saat bank sebagai rab al-mal, bank tidak berpartipasi
dalam mengatur keuangan usaha mudharib tersebut. Itu bisa saja dilakukan, akan tetapi,
dengan melakukan pengawasan yang memadai untuk memastikan bahwa dana yang
digunakan sesuai perjanjian mudharabah.
Bank syariah dapat berperan sebagai rab al-mal ataupun mudharib. Ini yang biasanya disebut
mudharabah bertingkat. Menurut aturannya, yang melibatkan 2 kontrak mudharabah yang
terpisah antara bank dengan pemilik modal (nasabah) dan di sisi lain antara bank dengan
pengelola dana (pengusaha). Sebenarnya disana ada 2 kontrak yang ditanda tangani oleh 3

pihak, nasabah (rab al-mal), bank sebagai perantara, dan pengelola modal (pengusaha). Ini
yang disebut mudharabah bertingkat karena pada tingkat pertama menjelaskan mudharabah
antara bank dan pemilik modal (nasabah), dan pada tingkat yang lain menjelaskan
mudharabah antara bank dengan pengelola modal (pengusaha).
Hubungan 3 pihak : rab al-mal, bank syariah, dan mudharib, bank memiliki kontrak langsung
dengan keduanya yaitu rab al-mal dan mudharib (yang akan lebih dijelaskan di makalah
kelompok selanjutnya). Bank berperan sebagai penengah antara pemilik dana dan pengusaha.
Bank sebagai tangan pertama akan membagikan keuntungan (begitu juga menanggung rugi)
bersama dengan pengusaha yang menerima modal sesuai kesepakatan, dan dari penerimaan
pembagian keuntungan itu, bank akan membagikan keuntungan tersebut ke pemilik dana
sesuai nisbah bagi hasil. Menurut PAPSI tahun 2013 No. 05.1 tentang Akad Bagi Hasil
Mudharabah, pengembalian pembiayaan Mudharabah dapat dilakukan bersamaan dengan
distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya akad Mudharabah.
Sedikitnya ada 3 akun investasi syariah sesuai dengan PSAK No. 105 paragraf 04 yaitu
mudharabah terikat (mudharabah muqayyadah), mudharabah tidak terikat (mudharabah
muthlaqah), dan mudharabah musyarakah. Sesuai AAOIFI, mudharabah tidak terikat adalah
7

dimana pemilik modal memberikan izin bank untuk menginvestasikan dananya tanpa batas,
bagaimana dan dengan tujuan apa dana tersebut diinvestasikan asalkan dengan pertimbangan

tepat. Dana yang datang dari sumber lain diperkenankan dan diungkapkan secara terpisah di
laporan keuangan.
Di sisi lain, mudharabah terikat adalah dimana pemilik dana membatasi dimana, bagaimana
dan dengan tujuan apa dana tersebut akan digunakan. Tidak ada dana yang datang dari sumber
lain, ini untuk memastikan pengelolaan yang tepat dan akuntabilitas dana. Pemisahan
pengungkapan (laporan keuangan) dalam bentuk laporan investasi terikat yang dibutuhkan
disimpan oleh bank syariah. (Rahim & Rahman, 2010)
Sedangkan menurut PSAK No. 105 paragraf 04, mudharabah musytarakah adalah bentuk
mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama
investasi.

2.3

Isu-Isu Akuntansi pada Investasi Mudharabah
2.3.1

AAOIFI FAS 6 – Ekuitas bagi Pemegang Akun Investasi
Standar ini dialamatkan ke aturan akuntansi yang berhubungan dengan penerimaan dana
oleh bank syariah untuk investasi dalam kapasitasnya sebagai mudharib menurut
kebijakan bank syariah, baik dengan cara apa pun bank syariah dianggap tepat (ekuitas

bagi pemegang akun investasi tidak terikat) [] atau patuh pada pembatasan tertentu
(ekuitas bagi pemegang akun investasi terbatas) [].
Ekuitas bagi pemegang akun investasi tidak terikat boleh diakui ketika diterima oleh
bank syariah. Dalam kasus, bank syariah membuat kondisi dimana dana tidak dapat
diinvestasikan sebelum waktu tertentu sedang dana yang diterima dapat dicatat di akun
tetap sampai waktu investasi seharusnya. Ekuitas bagi pemegang akun investasi tidak
terikat dapat diukur dari jumlah penerimaan oleh bank syariah pada masa kontrak. Di
akhir periode keuangan, ekuitas bagi pemegang akun investasi tidak terikat dapat diukur
dari nilai buku (di neraca bank syariah). Keuntungan dari penggabungan investasi oleh
bank syariah dengan pemegang akun investasi tidak terikat dapat dibagikan diantara
mereka sesuai dengan kontribusi dari kedua belah pihak.
8

Kerugian yang timbul dari transaksi dalam investasi dibiayai bersama (yang diakui
selama periode yang mana penyelesaian akhir dari akun investasi dibuat) harus pertamatama dipotong dari setiap laba yang belum dibagikan. Jika kerugian melebihi jumlah
laba yang belum dibagikan, harus dipotong dari ketentuan kerugian investasi yang
dibentuk untuk tujuan ini. Kerugian yang tersisa, jika ada, harus dipotong dari ekuitas
saham masing-masing di investasi bersama antara bank syariah dan pemegang akun
investasi terikat, sesuai dengan kontribusi masing-masing pihak untuk investasi
bersama.
Kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dari bank syariah, berdasarkan pendapat
dewan pengawas bank syariah, harus dikurangkan dari bagi hasil yang diterima bank
syariah dalam keuntungan dari investasi dibiayai bersama. Dalam kasus ini jika
kerugian bank syariah melebihi pembagian keuntungan, perbedaannya dapat dikurang
dari bagi hasil investasi bersama, jika ada, atau terungkap sebagai akibat bagi bank
syariah.
Aset dan kewajiban yang berkaitan dengan ekuitas pemegang akun investasi terikat dan
setara harus diperlakukan secara terpisah dari aset dan kewajiban bank syariah. Di
kasusnnya, lebih dari satu jenis akun investasi terikat dalam bentuk dana investasi atau
portofolio, jumlah masing-masing jenis harus diungkap secara terpisah. Ekuitas dari
pemegang akun investasi terikat harus diukur dengan jumlah yang diterima oleh bank
syariah atau dengan harga pembelian klien pada unit atau pembelian bersama olehnya
pada saat kontrak.
Pada akhir periode keuangan ekuitas dari pemegang akun investasi terikat dapat diukur
dari nilai buku (neraca bank syariah). Di kasus bank syariah memiliki dana yang
diinvestasikan di akun investasi terikat baik dari ekuitasnya sendiri atau dari dana lain
yang tersedia, bank syariah dapat membagi keuntungan yang diperolehnya dalam
kapasitasnya sebagai penyedia dana.
Dalam hal pengungkapan di laporan keuangan, pengungkapan harus dibuat, di catatan
akun yang signifikan, persentase dana dari pemegang akun investasi tidak terikat
dimana bank syariah telah setuju untuk berinvestasi untuk menghasilkan pengembalian
untuk mereka. Ekuitas dari pemegang akun investasi tidak terikat akan disajikan
9

tersendiri dalam laporan posisi keuangan bank syariah antara kewajiban dan ekuitas
pemilik. Informasi ekuitas pemegang akun investasi terikat harus disajikan dalam
laporan perubahan dana investasi terikat dan setara mereka (neraca) atau di akhir dari
laporan posisi keuangan

2.3.2

Pengakuan Akuntansi
Biasanya, bank mengakui deposito nasabah sebagai kewajiban karena merupakan
kegiatan pemotongan pinjaman yang jelas antara nasabah (kreditur) dan bank (debitur).
Dengan demikian, kewajiban nasabah jelas ke bank. Isu perdebatan utama untuk
mengakui akun investasi mudharabah adalah untuk menganggapnya sebagai kewajiban
atau sejenis ekuitas.
Di kasus bank syariah, akun investasi mudharabah yaitu investasi tidak terikat sebagai
ekuitas akun investasi tidak terikat. Ini merupakan bagian yang terpisah untuk
membedakan sifat kontrak yang berbeda dari kewajiban normal seperti kreditur, dan
pemegang ekuitas. Untuk mudharabah terikat akan diperlakukan sebagai neraca tertutup
karena berhubungan langsung dan pribadi dengan spesifik investor dengan syarat-syarat
tertentu, untuk mudharabah tidak terikat, dikelola oleh bank syariah dengan
kebijaksanaan mereka selama penggunaan dana patuh dengan syari'ah.
Meskipun, deposito konvensional merupakan item kredit yang mewakili kewajiban,
untuk akun investasi mudharabah tidak terikat, merupakan item kredit tapi secara
kontrak mengacu pada kontrak kerjasama atau investasi. Berikut ini adalah pengakuan
dan entri jurnal untuk akun investasi mudharabah tidak terikat.
Dr. Kas
Cr. Ekuitas dari akun Investasi tidak terikat mudharabah
(menerima deposito dari rab al-mal/penyedia modal)
Dr. Ekuitas dari akun investasi tidak terikat mudharabah
Cr. Kas
(pengembalian deposito ke rab al-mal/penyedia modal)
Dr. Laba dan rugi atau akun cadangan
Cr. Kas
(membagikan laba ke rab al-mal)
10

Pemegang akun investasi yang menyetujui perjanjian bagi hasil dengan bank dan
biasanya diterbitkan sertifikat investasi. Tidak seperti deposito tetap tidak ada kontrak
tentang beban bunga dan rekening investasi tidak dijamin. Kebijakan akuntansi, bukan
ekuitas pemegang saham atau kewajiban (pinjaman), deposan / investor tidak
menganggap hak-hak pemegang ekuitas tidak dijamin sebagai kewajiban. Sebagai
contoh, Bank Islam Bahrain telah mengadopsi rekomendasi AAOIFI dalam masalah ini
dan sampel laporan keuangan mereka dapat diputuskan di Lampiran 2 pada akhir bab 4.
Salah satu dari banyak masalah peraturan dan pengawasan yang beredar adalah
memperlakukan dengan semestinya fitur unik keuangan syariah. Untuk akun investasi
mudharabah, pemilik dana menyediakan modal untuk bank syariah. Bank syariah
sebagai pengusaha kemudian akan menggunakan dana untuk kegiatan syari'at. Laba
yang dihasilkan akan digunakan bersama oleh kedua belah pihak, tetapi kerugian hanya
akan ditanggung oleh pemilik dana.
Prinsip mudharabah telah menciptakan kelas pemilik dana yang dapat ditafsirkan
sebagai kuasi-pemegang saham. Itu bukanlah hubungan langsung debitur dan kreditur
seperti di perbankan konvensional. Diperlukan untuk mengenali risiko yang melekat
dari hubungan investor-pengusaha di kontrak mudharabah.
Fitur unik dari kontrak mudharabah mempengaruhi akuntabilitas dan transparansi di
banyak cara. Investor mudharabah tidak setara dengan pemegang saham karena mereka
bukan pemilik dari bank syariah. Mereka juga secara teknis bukan kreditur, sebagai
kontrak merupakan kontrak investasi. Di Malaysia, sebagian besar bank syariah
memperlakukan investor mudharabah dengan cara yang sama seperti mereka
memperlakukan deposan konvensional. Hubungan mereka adalah murni pinjaman dan
dengan demikian, investor diperlakukan sebagai kreditur

2.3.3

Masalah Tata Kelola Perusahaan
Hal ini juga dibenarkan bahwa operasi perbankan syariah mempunyai karakteristik yang
unik, perlu diatur oleh standar sendiri dan praktik terbaik. Pembentukan Islamic
11

Financial Services Board (IFSB) pada tahun 2002, sebagai badan prudential penetapan
standar

internasional

untuk

menyebarluaskan

standar-standar

pengaturan

dan

pengawasan internasional untuk industri keuangan syariah, yang ditujukan untuk
mencapai tujuan ini. Selama beberapa tahun terakhir, IFSB telah mengeluarkan
sejumlah standar dan prinsip-prinsip.
Tata kelola perusahaan memperkuat regulasi suara dan pengawasan. Ini memberikan
kontribusi terhadap mempertahankan kepercayaan pasar, dan memperkuat transparansi
dan akuntabilitas. Menurut prinsip-prinsip panduan IFSB pada tata kelola perusahaan
yang dikeluarkan pada akhir tahun 2006, lembaga yang menawarkan jasa keuangan
Islam harus mengakui investor mudharabah yang tepat untuk memantau kinerja dana
mereka dan risiko terkait, dan menempatkannya ke arti yang memadai untuk
memastikan hak-hak tersebut diamati dan dilaksanakan. Bank-bank Islam harus
menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab gadai kepada investor mudharabah
mereka.
Di antara rekomendasi IFSB, sebelum membuka rekening investasi mudharabah,
investor harus mencukupi yang disarankan pada hak dan risiko kontrak mereka.
Misalnya, dalam hal terjadi likuidasi, investor akan hanya menanggung kerugian secara
proporsional dengan aset yang didanai oleh investasi mereka. Bank syariah bertanggung
jawab atas kerugian yang timbul dari kelalaian mereka, perbuatan dan pelanggaran
mandat investasi mereka.
IFSB membutuhkan pengukapan yang relevan dibuat tepat waktu dan efektif terhadap
kebijakan pembagian keuntungan antara bank syariah, pemegang saham dan investor
mudharabah, serta strategi alokasi aset. Banyak bank syariah mengadopsi praktek
"smoothing the returns" untuk para investor dan pemegang saham dengan menggunakan
Profit Equalization Reserve (PER). Praktek ini dibenarkan untuk memungkinkan bank
syariah untuk membayar tingkat pengembalian yang kompetitif terutama ketika
keuntungan untuk jangka waktu tertentu di bawah harga pasar. Namun dikhawatirkan,
ada pada manajemen dan transparansi dari kebijakan distribusi keuntungan yang
diadopsi dan pemanfaatan cadangan yang dibuat oleh bank.

12

Profit Equalization Reserve (PER) adalah dana cadangan yang dibentuk oleh LKS yang
berasal dari penyisihan selisih laba LKS yang melebihi tingkat imbalan hasil yang
diproyeksikan untuk penyesuaian bagi hasil dana mudharabah (muthlaqah); dan dalam
hal simpanan dana Nasabah menggunakan akad mudharabah muqayyadah, jika
disepakati para pihak, pembentukan cadangan penyesuaian bagi hasil dapat pula
berasal dari penyisihan keuntungan Nasabah yang melebihi tingkat bagi hasil yang
diproyeksikan. (Dewan Syariah Nasional, 2012)

Kurangnya akuntabilitas dan kedua artian dalam mengelola rekening investasi
mudharabah dapat mengakibatkan ketidakpatuhan syariah. Hal ini secara luas diketahui
bahwa keuangan syariah tidak hanya tentang larangan riba tetapi meliputi larangan
gharar dan bentuk lain dari praktik yang tidak etis. Gharar biasanya didefinisikan
sebagai ketidakadilan atau kerugian yang diderita oleh salah satu pihak karena
ketidakpastian dalam kontrak, ketidakadilan dalam transaksi komersial dan / atau
transaksi bisnis yang tidak etis.
Islam sangat menganjurkan semua bentuk nilai-nilai positif dan pemerintahan.
Sedangkan kebajikan islam selalu menganjurkan nilai-nilai yang baik, tantangan terletak
pada

penerapannya.

Pemeriksaan

sepintas

praktek

perbankan

syariah

lokal

menunjukkan bahwa masih ada jalan panjang untuk pergi untuk mereka sesuai dengan
rekomendasi IFSB itu. Kebanyakan bank syariah di Malaysia belum membuat langkah
signifikan untuk sepenuhnya merangkul rekomendasi.
Laporan keuangan terakhir Bank Islam Malaysia Berhad (lihat lampiran 3 pada akhir
bab 4) jelas menunjukkan bahwa sebagian besar bank syariah di Malaysia yang
mengakui investasi mudharabah sebagai kewajiban. Hal ini dapat dimengerti dengan
mempertimbangkan penggunaan Internasional Financial Reporting Standard (IFRS) di
Malaysia. Investasi Mudharabah akan diperlakukan sebagai deposit konvensional
karena merupakan kewajiban bank terhadap deposan. Hal ini berawal dari rekomendasi
dari AAOIFI untuk mengakui investasi mudharabah sebagai jenis ekuitas dari investasi.
Setelah bank syariah mengumpulkan keuntungan dari operasi, mereka harus berbagi
dengan deposan / investor sesuai dengan nisbah bagi hasil. Setidaknya ada dua metode
untuk mendistribusikan keuntungan kepada para deposan / investor metode yaitu
Separate Investment Account Method (SIAM) dan Pooling Method (PM).
13

SIAM adalah di mana bank syariah akan berbagi laba kotor dengan deposan / investor.
Biaya adiministrasi seperti perlengkapan dan overhead (biaya tidak langsung) akan
ditanggung oleh bank syariah. Dengan demikian, depositor / investor tidak akan
terbebani oleh biaya administrasi dan bank syariah mendapat keuntungan dari nisbah
bagi hasil yang disepakati.
Ilustrasi dari SIAM adalah sebagai berikut:
Pendapatan dari penjualan, investasi & pembiayaan

30.000.000

Dikurangi: biaya langsung penjualan, investasi & pembiayaan

15.000.000
15.000.000

Dikurangi: pembagian laba ke deposan / investor (PSR = 30%)

(4.500.000)

Laba bersih untuk bank syariah (PSR = 70%)

10,500.000

Tambahkan: pendapatan operasional

1.500.000

Kurang: overhead dan biaya administrasi lainnya

(4.000.000)

Laba bersih untuk bank syariah (sebelum pajak dan zakat)

8.000.000

Metode Polling adalah di mana keuntungan dibagi di laba bersih daripada pendapatan
kotor seperti dalam kasus SIAM. Dasar pemikiran dari metode ini adalah bank memiliki
hak untuk berbagi biaya administasi dan biaya overhead lainnya dengan deposan /
investor. Nisbah bagi hasil yang ditetapkan dalam kontrak untuk keuntungan hanya
setelah dikurangi biaya langsung pembiayaan, investasi dll.
Ilustrasi PM adalah sebagai berikut:
Contoh 5.2
Pendapatan dari penjualan, Investasi & pembiayaan
Dikurangi: biaya langsung penjualan, investasi & pembiayaan
Tambahkan: pendapatan operasional
Kurang: overhead dan biaya administrasi lainnya

30.000.000
(15.000.000)
1.500.000
(4.000.000)
14

Laba bersih untuk bank syariah
Dikurangi: pembagian laba kepada para deposan / investor (PSR = 30%)
Laba bersih untuk bank syariah (sebelum pajak dan zakat)

12.500.000
(3.750.000)
8.750.000

Dalam keadaan normal, di mana biaya overhead jauh lebih dari pendapatan operasional
(pendapatan tidak langsung), bank dapat memilih untuk menggunakan PM karena
mereka akan berbagi keuntungan yang lebih tinggi. Jika pendapatan tidak langsung
lebih dari biaya overhead maka bank dapat memilih metode gross. Oleh karena itu,
pilihan metode pembagian laba atau kebijakan tunduk pada penyalahgunaan oleh bank.
Harus ada aturan yang tepat dan pedoman untuk memastikan deposan / investor tidak
dimanipulasi atau tertipu.
The National Syariah Advisory Council (NSAC) dari Bank Negara Malaysia telah
membuat keputusan tentang masalah alokasi dan distribusi keuntungan kepada deposan.
Setelah meninjau pendapat fuqaha (ahli hukum Islam), mereka telah menemukan bahwa
sebagian fuqaha berpendapat bahwa pembagian laba harus dilakukan di tingkat bruto
(yaitu SIAM). Putusan ini dibuat setelah memeriksa syarat dan kondisi dari prinsip
mudharabah yang mendasari. Sebagai hasil dari keputusan ini, pengeluaran yang
berkaitan dengan dana mudharabah dikurangkan hanya sebatas pada kaitan mereka
secara langsung dengan dana investasi tersebut. Biaya overhead tidak langsung tidak
boleh dikurangkan dari dana mudharabah.
Beberapa fuqaha, bagaimanapun, adalah dari pandangan bahwa biaya, langsung atau
tidak langsung, dapat dikurangkan dari dana mudharabah (yaitu PM), dengan alasan
bahwa keputusan tersebut adalah keputusan manajerial daripada masalah syari'ah.
Contoh biaya tidak langsung yang dipotong dari dana mudharabah adalah gaji, upah dan
bonus karyawan, sewa, dll. Profit kemudian akan dialokasikan dan didistribusikan ke
berbagai kategori deposan di net daripada di tingkat kotor.
The NSAC mencatat bahwa jika metode bersih yang digunakan, manajemen bank
syariah akan bebas untuk menyatakan penentuan biaya seperti bonus, kenaikan gaji
pada biaya deposan mudharabah, dan ini dapat terlihat ketidakadilan ke deposan
mudharabah, kecuali persetujuan diperoleh dari deposan.
15

Mengingat tersebut di atas, NSAC telah merekomendasikan bahwa bank syariah
mengadopsi metode alokasi dan distribusi keuntungan yang diperoleh dari investasi
dana deposan di tingkat bruto (SIAM); setelah dikurangi biaya yang secara langsung
terkait dengan kerja mudharabah dan dana non-mudharabah. Bank syariah di Malaysia
banyak menggunakan SIAM untuk mendistribusikan keuntungan. Hal ini dapat
diilustrasikan dengan mengacu pada Lampiran 3 pada akhir Bab 4, untuk laporan
keuangan terbaru dari Bank Islam Malaysia Berhad.
Setelah laba tersedia bagi deposan telah ditentukan seperti pada bagian sebelumnya,
berikut ini adalah contoh portofolio investasi mudharabah dan ilustrasi metode alokasi
keuntungan.

2.4

Syarat Spesifik Pengungkapan
Menurut AAOIFI, ada sejumlah persyaratan pengungkapan dalam laporan keuangan bank
syariah pada rekening investasi mudharabah. Alasan dari pengungkapan adalah untuk
memberikan informasi yang diperlukan kepada pengguna laporan keuangan terutama
investor yang ada dan calon investor tentang pengelolaan dana investasi mudharabah.
Transparansi dalam pengelolaan dana investasi sangat penting untuk memastikan investor
untuk membuat keputusan investasi yang sehat. Ini juga merupakan persyaratan syari'ah
untuk membuat semua pengungkapan yang diperlukan untuk memastikan kepatuhan syariah
pada praktek deposito Islam dan rekening investasi. Hal ini disebabkan persyaratan kontrak
mudharabah bahwa informasi yang diberikan kepada investor dan deposan. Ada kebutuhan
untuk investor untuk membuat keputusan investasi yang sehat, mengingat berbagai peluang
yang ditawarkan oleh banyak bank syariah yang tersedia saat ini.
Di antara persyaratan tersebut:
1. Harus ada pengungkapan yang berkaitan dengan sifat dana investasi mudharabah yaitu
apakah dibatasi atau terbatas, dan juga jumlah yang mereka kelola di akhir tahun. Hal ini
akan memberikan informasi yang memadai pada ukuran dana, serta kembalinya dana
yang dikelola oleh bank syariah.
16

2. Nisbah bagi hasil seperti yang diadopsi oleh bank dan disetuju dengan investor / deposan
untuk tahun buku juga perlu diungkapkan. Hal ini akan membantu investor / deposan
untuk membandingkan rasio dengan alternatif investasi lainnya. Yang paling penting, itu
akan menjamin kesucian kontrak yang ditandatangani oleh investor / nasabah dengan
bank. Hal ini disebabkan informasi tentang nisbah bagi hasil adalah persyaratan kontrak
terutama untuk kontrak mudharabah.
3. Karena, keuntungan dialokasikan untuk berbagai kategori investor sesuai dengan durasi
atau jatuh tempo periode, dan bobot digunakan untuk mengalokasikan keuntungan, sangat
penting bahwa pengungkapan bobot yang melekat pada berbagai kategori investor
diungkapkan secara benar. Pengungkapan ini akan memastikan bahwa informasi yang
disampaikan akan meningkatkan kegunaan laporan keuangan terutama untuk berbagai
kategori investor karena langsung mempengaruhi kesejahteraan ekonomi. Hal ini juga
berguna untuk badan pengawas seperti Bank Sentral untuk memantau praktek untuk
menghindari

dan

memantau

kecenderungan

yang mungkin seperti

perubahan

sembarangan dalam bobot yang digunakan untuk kreatif mengelola pendapatan bank.
4. Pengungkapan tentang kebijakan pembagian keuntungan juga dipandang perlu sebagai
investor perlu mendapat informasi apakah bank atau investor menanggung biaya tidak
langsung seperti perlengkapan dan biaya administrasi. Hal ini menimbulkan kebutuhan
untuk menginformasikan kebijakan distribusi keuntungan yang diadopsi oleh bank yaitu
apakah SIAM atau PM. Hal ini sangat penting, karena metode yang pernah mereka
gunakan secara langsung akan mempengaruhi jumlah keuntungan yang akan dibagi
antara investor dan bank.

2.5

Real Context of Islamic Bank in Indonesia
Contoh konteks nyata deposito dan investasi pada kontrak wadiah :


PT. Bank Mega Syariah (gambar 1.1), pada gambar juga dijelaskan tingkat
persentasi bonus (hibah) yang diberikan bank.

Contoh konteks nyata investasi pada kontrak mudharabah :

17



PT. Bank Mega Syariah (gambar 1.2, gambar 1.3, gambar 1.4), pada gambar juga
dijelaskan jumlah mudharabah berdasarkan jenisnya, tingkat bagi hasil yang akan
diberikan untuk nasabah, dan jumlah bagi hasil untuk nasabah.

Gambar 1.1
18

Gambar 1.2

19

Gambar 1.3

Gambar 1.4
20

BAB III
Kesimpulan
Di makalah ini telah membahas masalah dasar akuntansi pada deposito syariah dan investasi
seperti yang dilakukan oleh bank-bank syariah. Beberapa dari laporan keuangan bank
syariah. Indonesia adalah salah satu negara yang telah mengadopsi dari AAOIFI. Proses
alokasi keuntungan dan pembagian laba, kebijakan seperti yang telah dibahas di atas
memberikan panduan tentang mekanisme yang tepat dalam mengelola deposito syariah dan
investasi. Contoh dan kesimpulan dari pertanyaan akan mengarahkan perhatian ke rincian
teknis akuntansi yang cukup untuk menghargai dan memahami proses akuntansi. Syarat dari
standar akuntansi AAOIFI dan PSAK Syariah itu juga dibahas dan disajikan untuk
melengkapi kurangnya regulasi akuntansi didasarkan pada syariah. Syarat pengungkapan
yang direkomendasikan oleh AAOIFI dan PSAK Syariah bisa berfungsi sebagai tolak ukur
yang memastikan peraturan akuntansi yang tepat dan transaparan dalam mengelola deposito
syariah dan investasi.

21

DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. (2013). Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2013. Dalam
PAPSI - 05.1 Akad Bagi Hasil - Mudharabah (hal. 5.2). Jakarta.
Dewan Syariah Nasional. (2012). FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 87/DSNMUIIXII/2012., (hal. 87). Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2014). Standar Akuntansi Keuangan Syariah Per 1 Januari 2014.
Dalam PSAK 59 Akuntansi Perbankan Syariah (hal. 59.2). Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2014). Standar Akuntansi Keuangan Syariah Per 1 Januari 2014.
Dalam PSAK 105 Akuntansi Mudharabah (hal. 105.1). Jakarta.
PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA. (2012). Laporan Tahunan 2012 PT. Bank Mega
Syariah. Jakarta.
Rahim, A., & Rahman, A. (2010). An Introduction To Islamic Accounting Theory And Practice.
(A. T. Kurniawati, & D. Megawati, Penerj.) Dipetik 2015

22

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

IbM Pemanfaatan Biopestisida untuk Mengendalikan Hama Uret (Lepidiota stigma) Pada Tanaman Tebu

8 129 1

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Aplikasi forecasting untuk memprediksi kepadatan penduduk di Dinas Kependudkan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Timur

9 92 261

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1