DEMOKRATISASI MUSIK: PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS PEMELUK GAYA HIDUP NETLABEL DI INDONESIA
DEMOKRATISASI MUSIK: PENGARUH GLOBALISASI
TERHADAP IDENTITAS PEMELUK GAYA HIDUP NETLABEL
DI INDONESIA
Tesis
Untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Magister Humaniora (M.Hum.) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Oleh: Kusuma Prasetyo Putro
116322002
Program Magister Ilmu Religi dan Budaya
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Kusuma Prasetyo Putro NIM : 116322002 Program : Program Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Institusi : Univ. Sanata Dharma Yogyakarta Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis Judul : DEMOKRATISASI MUSIK: PENGARUH GLOBALISASI
TERHADAP IDENTITAS PEMELUK GAYA HIDUP NETLABEL DI
INDONESIA Pembimbing : 1. Benedictus Hari Juliawan, S.J. Ph.D.
2. Dr. FX. Baskara T. Wardaya Tanggal diuji : 26 Agustus 2013 Adalah benar-benar karya saya Di dalam skripsi/ karya tulis/ makalah ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain atau seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Program Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Univ. Sanata Dharma Yogyakarta termasuk pencabutan gelar Magister Humaniora (M.Hum) yang telah saya peroleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
I’d rather be hated for who I am, than loved for who I’m not (Kurt Cobain)
KATA PENGANTAR
Sudah dua tahun berlalu sejak pertama kali saya masuk kelas IRB. Waktu yang cepat sekali berlalu, sepertinya baru beberapa waktu lalu kita saling bergosip tentang teman sekelas. Sepertinya baru kemarin saya pontang-panting mengerjakan tugas kuliah. Ya sudahlah, semuanya ada kalanya berlalu. Saya merasa bangga menjadi bagian dari keluarga besar Magister Ilmu Religi dan Budaya.
Terima kasih saya ucapkan kepada dosen sekaligus pembimbing pertama saya, Romo Beni. Saya ingat sekali pada hari pertama kuliah beliau memperkenalkan diri sebagai dosen baru kepada seluruh mahasiswa, dengan nada malu-malu, berpakaian rapi, kemeja warna biru muda yang dimasukkan. Dua tahun kemudian, saya lulus dari IRB dan beliau juga pindah tugas di Jakarta. Selama perkuliahan saya me rasa dekat dengan beliau, karena semua masalah perkuliahan bisa di “curhat” kan kepada beliau dan yang paling penting saya bisa bimbingan tesis pada malam hari setelah pulang kerja. Beliau memberi semangat “muda” ke IRB di tengah keruwetan mata kuliah dan hal membosankan lainnya. Beliau mempunyai gaya mengajar yang menginspirasi. Kalau boleh jujur, tesis ini sebenarnya lebih cocok kalau ditulis atas nama beliau, karena banyak sekali pemikiran beliau yang saya masukkan di tesis ini.
Terima kasih untuk pertemanannya Romo.
Terima kasih selanjutnya ingin saya tujukan kepada pembimbing kedua saya, Romo Baskara. Sejujurnya sejak pertama kali masuk IRB saya sudah sering mendengar “gossip” mengenai beliau, tetapi saya baru berkesempatan bertemu pada semester 3 setelah beliau pulang dari Amerika. Sebelum bertemu beliau saya sempat memiliki rasa takut terhadap tokoh ini, bayangkan saja beliau ilmuwan yang sudah menulis banyak buku, mengajar di Amerika, dan banyak berita “wah” lainnya. Saya takut ketika bertemu beliau lalu saya di bombardir dengan pertanyaan yang sama sekali tidak bisa saya jawab. Tapi apa yang terjadi? Itu semua hanya mitos dan ketakutan saya yang sama sekali tak beralasan. Beliau adalah orang yang “Humble” dan pendengar yang baik. Beliau mampu menyederhanakan hal yang paling sulit sekalipun. Setiap selesai bimbingan beliau selalu mengucapkan, “Terima kasih juga, Saya juga belajar banyak dari kalian.” Kata-kata yang sederhana, tetapi itu sungguh bisa membuat saya bersemangat mengerjakan tesis sampai larut malam.
Sungguh, saya tidak pandai berbasa-basi seperti ini. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarya kepada orang tua saya yang mengijinkan saya kuliah di IRB. Terima kasih juga kepada seluruh dosen IRB dan sekretariat IRB yang selalu ramah dalam melayani. Tidak lupa terima kasih kepada teman-teman kuliah saya di IRB dan juga teman nge- band saya yang memberi hiburan saat “weekend
tour
”. Terima kasih juga buat teman-teman musisi, komunitas netlabel, dan band yang bersedia repot-repot memberikan waktunya untuk saya wawancarai.
Well, emmmm….. Tesis ini sempat terhenti 3 bulan, buku teori Giddens yang sempat saya “untel-untel” karena susah dipahami, dan berbagai kendala lainnya.
Akhirnya tesis ini selesai juga.
Kusuma Prasetyo Putro 2013
ABSTRAK
Netlabel adalah perusahaan rekaman berbasis internet. Kemunculan Netlabeltidak dapat dilepaskan dari pengaruh globalisasi musik. Kehadiran Netlabel memberikan pengaruh kepada pemilik Netlabel, musisi maupun konsumennya. Proses mempengaruhi inilah yang pada akhirnya memunculkan suatu strategi baru dalam mencipta maupun mengkonsumsi musik.
Konsep Netlabel adalah konsep yang berasal dari luar negri, dan ketika
Netlabel dihadirkan di Indonesia memiliki pemaknaan berbeda. Di luar negri Netlabel
hadir sebagai bentuk demokratisasi di bidang musik dan merupakan bagian dari scene musik. Sementara itu di Indonesia, Netlabel hadir sebagai bagian dari maraknya pembajakan dan pengunduhan musik secara illegal. Tidak hanya itu, di Indonesia
Netlabel hadir di tengah cepatnya laju modernitas yang membuat Negara-negara
Berkembang seperti Indonesia menjadi pontang-panting mengikuti arusnya.Modernitas yang terjadi di Indonesia tidak sesempurna yang dibayangkan karena dalam masyarakat modern banyak hal tidak dapat diprediksi. Modernitas di Indonesia mengalami berbagai hambatan. Itulah sebabnya modernitas yang terjadi di Indonesia membentuk identitas yang berbeda dari negara-negara lain. Pemahaman tersebut dapat kita gunakan untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana modernitas dan globalisasi berpengaruh terhadap terbentuknya Netlabel di Indonesia? dan Bagaimana posisi Netlabel dalam membentuk identitas seseorang dalam mengkonsumsi musik di Indonesia?
Perkembangan Netlabel di Indonesia saya anggap perlu dibahas karena lahirnya Netlabel di Indonesia tidak hanya sebatas tren, tetapi merupakan suatu pergerakan. Pergerakan ini mulanya hadir dari berbagai macam keterbatasan, namun kini Netlabel menjadi sikap politik terhadap industri rekaman. Untuk menganalisis hal tersebut saya menggunakan teori-teori Giddens tentang modernitas, globalisasi dan identitas. Dari kajian yang telah dilakukan ternyata kehadiran Netlabel di Indonesia lahir dengan berbagai misi, di antaranya misi anti-kapitalisme, demokratisasi pasar, dan misi untuk hadir dengan semangat Do It Yourself. Semangat-semangat itulah yang merupakan identitas pemeluk gaya hidup Netlabel.
Kata kunci: Globalisasi, Modernitas, Identitas, Teknologi, Musik, Netlabel
ABSTRACT Netlabel is an internet based recording label. The emergence of Netlabel
cannot be separated from the influence of music globalization. Netlabel gives influences to its owners, its musicians, and its customers. This influencing process would deliver a new strategy in creating and consuming music. is a common concept abroad, but when it is presented in Indonesia,
Netlabel
the sense is also different. Netlabel abroad came as a democratic way in music and a part of music scene. However, it is different in Indonesia. Netlabel in Indonesia emerged when the popularity of piracy and downloading music illegally were rising. Not only that, Netlabel became apparent in Indonesia when modernity makes Developing Countries like Indonesia are having difficulties to get along with it. Modernity in Indonesia is not perfect as an ideal because everything cannot be predicted in modern society. Modernity in Indonesia undergoes many obstacles. Therefore modernity in Indonesia has different identities from other countries. This view can be used to answer the questions: How does modernity and globalization influence the existence of Netlabel in Indonesia? and How does Netlabel position shape someone’s identity in consuming music in Indonesia?
The development of Netlabel in Indonesia is worth analyzed because the birth of Netlabel in Indonesia is not a mere trend, but also a movement. At first, this movement came with many limits, but now Netlabel serves as a political standpoint against recording industry. This thesis uses G iddens’ theories of modernity, globalization, and identities to analyze those subjects. From the analysis, it can be concluded that Netlabel in Indonesia was born with Do It Yourself spirit and various missions, which includes the mission of anti-capitalism and democratization of market. Those spirits are the identities of those who have Netlabel lifestyle.
Keywords: Globalization, Modernity, Identity, Technology, Music, Netlabel
DAFTAR ISI
HALAM AN JUDUL……………….………………………………………………….i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………………..ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………..iii HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………………..iv PERSEMBAHAN…………………………………………………………………….v KATA PENGANTAR………………………………………………..……………...vi ABSTRAK………………………………………………………...………………...vii ABSTRACT………………………………………...……………………………......ix DA
FTAR ISI…………………………………………………..……………………..x
BAB I: PENDAHULUAN………..………………………..………………………..1 1. Latar Belakang…………………………………………..………………………...1 2. Tema……………………………………………..………………………………..8 3. Rumusan Masalah……………………………………..…………………………..9 4. Tujuan Penelitian………………………………..………………………………...9 5. Pentingnya Penelitian………………………………………..…………………..10 6. Tinjauan Pustaka ...................................................................................................10
7. Kerangka Teoritis………………………………………......................................15 8.
Metode Penelitian……………………………………………..…………………20 9. Sistematika Penulisan……………………………………………..……………..23
BAB II: REVOLUSI MUSIK DIGITAL DAN INTERNET……...………..……25 1. Periode Kaset sampai Compact Disc (CD)…………..…………………………..26 2. Periode Internet…………..……………………………………………………....27 3. Musik Digital dan Internet di Indonesia…………..……………………………..32 4. Netlabel..................................................................................................................39 5. Kesimpulan……………..………………………………………………………..44 BAB III: KEGAGALAN MODERNITAS DALAM TEKNOLOGI MUSIK DI INDONESIA………………………………………………………………………..47 1. Keterbatasan Expert System dan Symbolic Tokens di Indonesia………..……….48 2. Lemahnya Penegakan Hukum di Indonesia………….………………………….57 3. Sistem Ekomoni dan Terhambatnya Modernitas……….……………………….64 4. Trust, Risk dan Ontological Security…………..………………………………...69 5. Kesimpulan……………..………………………………………………………..74 BAB IV: KETERBATASAN MENIKMATI MUSIK SEBAGAI AGENDA POLITIK…………………………………………………………………………....77 1. Indonesian Netaudio Festival sebagai Proklamasi Identitas…….………………78 2. Gaya Hidup Indie Sebagai Sikap Politik…………..…………………………….88 3. Semangat Berbagi melalui Netlabel……………………......................................99 4. Netlabel Sebagai Media Alternatif Dalam Mengkonsumsi Musik…………..…110 5. Jejaring Netlabel dengan Sesama Komunitas Penganut Life Politics.................113 6. Kesimpulan…………………………..…………………………………………117
BAB V: KESIMPULAN…….…………………………………………………… 109
1. Pembentukan Identitas Baru Melalui Netlabel………………..………………..121 2.
Identitas Netlabel Berubah Menjadi Agenda Politik…………..……………….125 3. Apakah Netlabel Masih Bertahan di Masa Depan? ............................................127
GLO SARIUM…….………………………………………………………………. 129
DAFTAR PUSTAKA ………………………………..……………………………..131
LAMPIRAN............................................................................................................ 133
BAB I PENDAHULUAN Penyebab utama penurunan album rekaman di Indonesia adalah pembajakan dan perkembangan teknologi informasi. Putranto (2009: 113)
1. Latar Belakang
Membaca pernyataan Putranto di atas membuat saya tertarik untuk meneliti mengenai industri musik di Indonesia saat ini. Maraknya pembajakan album rekaman di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri untuk saya. Apakah pembajakan album rekaman yang terjadi di Indonesia merupakan dampak dari perkembangan teknologi informasi yang pesat? Kalau memang pembajakan merupakan dampak dari perkembangan teknologi informasi, mengapa pembajakan album rekaman tidak terjadi di negara-negara lain yang notabene memiliki teknologi yang lebih maju? Kegelisahan inilah yang membuat saya melakukan penelitian untuk menjawab kegelisahan-kegelisahan tersebut.
Dunia rekaman musik bermula sekitar akhir abad 19. Saat itu Thomas Alfa Edison menemukan alat perekam suara yang disebut dengan fonograf. Sejak itu musik segera menjadi bentuk komersil dan menjadi objek kapitalis (Rez, 2008:69).
Dalam masyarakat borjuis, seni dimanipulasi untuk kepentingan ekonomi dan politik. Mulanya, orang harus memasukkan koin agar dapat mendengarkan rekaman selama dua menit. Lalu seiring berkembanganya teknologi, dimulailah era piringan hitam, lalu kaset, dan CD yang mengakibatkan masyarakat dapat memiliki dan mengoleksi musik. Benda-benda ini selalu laris terjual (Budiarto, 2001:32). Menurut Adorno dengan adanya industrialisasi, rekaman musik seakan mengalami puncak komoditi yaitu mengalami
“pengalengan” besar-besaran dalam piringan hitam bahkan kaset-
1 kaset yang dijual umum di pasaran.
Perkembangan teknologi rekaman yang pesat selama 30 tahun terakhir membuat musik menjadi lebih mudah diakses. Rekaman analog perlahan tapi pasti telah digantikan oleh rekaman digital. Era rekaman digital dimulai sejak tahun 1990- an. Era itu dapat dilihat melalui peralihan media mendengarkan musik dari kaset ke CD. Selanjutnya perkembangan informasi dan teknologi saat ini ditandai dengan populernya internet pada awal tahun 2000. Internet memungkinkan semua orang untuk menduplikasi dan mengunduh musik dengan cepat dan tak terbatas ruang dan waktu. Hal itu sesuai yang diungkapkan Rosen (2008:649) bahwa perkembangan teknologi yang sangat pesat menimbulkan dampak dramatis terhadap distribusi karya- karya yang dilindungi hak cipta lewat media komunikasi massa, terutama internet di masa ini. Hal ini menghasilkan peperangan budaya dan bisnis antara (1) pemilik hak cipta dan pemilik modal di satu pihak, dan (2) pencipta teknologi dan pengguna teknologi yang melanggar hak cipta karya di pihak lain.
1 Budiarto, Teguh. 2001. Musik Modern dan Ideologi Pasar. Yogyakarta:Tarawang Press. Hlm 60.
Pada bagian tersebut Budiarto mengutip Adorno tentang bagaimana sebelumnya musik dinikmati
secaragratis sebelum era industrialisasi, tetapi setelah ditemukannya alat perekam maka musik menjadi
diperjual belikan.Perlahan tapi pasti, era digital telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri era digital saat ini mengakibatkan terjadinya pembajakan terhadap musik secara besar-besaran. Salah satu sumber menyebutkan bahwa album rekaman fisikal yang beredar secara resmi di Indonesia hanya tinggal
2
8%, sementara album bajakannnya telah mencapai 92%. Munculnya teknologi digital memberikan dampak yang sangat luar biasa dalam dunia musik, terutama mempengaruhi media yang digunakan untuk mengantarkan musik ke pendengar.
Cara mengkonsumsi musik masyarakat berubah dari format analog (kaset dan piringan hitam) ke digital (CD danMP3). John Kenneddy, ketua IFPI (International Federation of the Phonographic Industry), mengungkapkan bahwa industri rekaman hari ini telah berubah menjadi pemikiran digital. “Keuntungan pada 2006 naik dua kali lipat menjadi US$2 milyar dan pada 2010 kami perkirakan sedikitnya seperempat
3
dari seluruh penjualan musik dunia bakal berubah digital, ” ungkap Kenneddy.
Perubahan teknologi komunikasi saat ini membuat pola pikir dan pola konsumsi orang terhadap musik berubah. Dulu orang harus membeli kaset untuk mendengarkan musik dari satu album, tetapi saat ini semua orang bisa memiliki musik dengan cara mengunduh dari internet, atau bahkan lebih mudah lagi, dengan 2 menggandakan dari komputer lain.
Putranto, Wendi. 2009 . Roling Stone Music Biz, Manual Cerdas Mengusai Bisnis Musik Yogyakarta:
Bentang Pustaka. hlm 79. Dalam artikelnya Putranto menjelaskan bahwa pembajakan pada era digital
3 di Indonesia sudah sampai pada taraf tertinggi.
Putranto, Wendi. 2009 . Roling Stone Music Biz, Manual Cerdas Mengusai Bisnis Musik Yogyakarta:
Bentang Pustaka. hlm 108. Putranto menjelaskan bahwa perubahan pola konsumsi musik menjadi
digital tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di seluruh dunia.Perubahan konsumsi musik masyarakat dari analog menjadi digital lambat laun akan menjadi kebiasaan dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan informasi saat ini. Ada potensi besar yang dimiliki oleh penggunaan media internet, yakni kemampuannya untuk menjangkau berbagai macam kalangan masyarakat baik lokal maupun internasional. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Arnel Afandi (Managing Director EMI Musik Indonesia) bahwa penyebab penurunan rekaman fisik adalah pembajakan dan perkembangan teknologi komunikasi dan
4 informasi yang demikian pesat sehingga pola konsumsi orang berubah.
Menurut Putranto (2009:108) IFPI mengungkapkan bahwa hingga kini format digital menguasai 10% pasar musik secara keseluruhan. Dari keterangan tersebut dapat diasumsikan bahwa perkembangan teknologi dan informasi membuat perubahan selera konsumen yang tadinya harus membeli sekarang hanya tinggal mengunduh. Konsumen mendapatkan kemudahan dengan teknologi digital saat ini, karena dengan teknologi digital kita dengan mudah mengunduh dan mendengarkan musik. Kita tidak perlu lagi harus pergi ke toko rekaman dan membeli album, kita bisa memperoleh lagu-lagu itu dimana saja asalkan terdapat jaringan internet, entah dari komputer atau telepon genggam.
Tidak hanya pola pikir konsumen yang mulai berubah. Pola pikir musisi dalam mendistribusikan musiknya juga berubah. Dengan era digital seperti sekarang 4 ini musisi bisa dengan mudah menyebarkan karya-karyanya untuk didengarkan
Putranto, Wendi. 2009. Roling Stone Music Biz, Manual Cerdas Mengusai Bisnis Musik Yogyakarta:
Bentang Pustaka. hlm 108. Arnel Afandi dalam salah satu wawancara dengan Rolling Stone Indonesia. banyak orang. Musisi hanya cukup mengunggah karyanya pada situs tertentu dan semua orang dapat mengunduhnya dengan mudah. Dengan menyebarkan karyanya sebanyak mungkin dengan mudah, otomatis musisi menghemat biaya untuk berpromosi. Itu semua tidak terjadi pada era rekaman analog, karena dalam era analog musisi harus merekam kaset mereka satu-persatu melalui tape recorder untuk selanjutnya dibagikan sebagai promosi.
Di luar negeri pendistribusian secara digital dipopulerkan oleh band Inggris Radiohead yang merilis albumnya secara digital dan membebaskan pembelinya untuk menentukan harga. Di Indonesia hal ini dimulai dengan banyak bermunculan netlabel yang menggratiskan musiknya untuk diunduh secara gratis. Netlabel adalah perusahaan rekaman berbasis internet. Contohnya KOIL yang menggratiskan album
Back Light Shines On , setelah sebelumnya mereka bergabung dengan major label.
The Upastairs dan White Shoes and The Couples Company juga menggratiskan albumnya. Ini menandai suatu era baru yaitu era digital karena setelah itu diikuti oleh hampir semua musisi di Indonesia. mendistribusikan musik mereka dengan pengunduhan lagu melalui
Netlabel
internet, baik berbayar maupun gratis. Dengan demikian netlabel menandakan suatu era baru dalam industri musik. Industri musik yang telah mapan selama berpuluh- puluh tahun kini satu persatu mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan industri rekaman paling besar dikarenakan tidak lakunya penjualan rekaman secara fisik, sebagai akibat pola konsumsi seperti yang telah dijelaskan di atas.
Di Indonesia sendiri netlabel telah berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir. Dalam kaitannya dengan kajian budaya, kehadiran netlabel di Indonesia merupakan cerminan dari kecenderungan perubahan pola konsumsi musik pada masyarakat Indonesia. Pola konsumsi yang dulunya mengharuskan orang membeli untuk bisa mendengarkan musik, saat ini orang bisa mendapatkan secara gratis. Selain perubahan pola konsumsi musik pada masyarakat, juga terjadi perubahan pola pikir pendistribusian musik oleh musisi. Dengan adanya netlabel musisi dapat membagikan musiknya secara cuma-cuma melalui internet. Berdasarkan kedua fakta tersebut saya berasumsi bahwa sebuah era baru dalam dunia musik telah dimulai, di mana semua musik bisa didapatkan dan didistribusikan secara gratis.
Perubahan pola konsumsi dan distribusi musik seperti itu tidak bisa dilepaskan dari dinamika era globalisasi. Fenomena perubahan pola konsumsi dan distribusi musik yang disebabkan oleh netlabel merupakan akibat dari pembentukan budaya dalam masyarakat yang didorong oleh adanya globalisasi. Selanjutnya, fenomana baru tersebut membentuk atau mengkonstruksi identitas baru. Indentitas baru yang terbentuk melalui teknologi internet tersebut tidak hanya terjadi secara personal, melainkan juga secara komunal, yakni melalui bentuk kampanye life
. Giddens (1990: 214) mengemukakan bahwa life politics adalah proses
politics
aktualisasi diri yang menyangkut gaya hidup. Artinya life politics berhubungan dengan isu-isu politik yang muncul dalam proses aktualisasi diri dalam konsep masyarakat post-traditional. Selanjutnya Giddens mengungkapkan bahwa perubahan bentuk dalam self-identity dan globalisasi adalah dua kutub yang saling berhubungan
5
dalam dialektika lokal dan global dalam kondisi high modernity. Maksudnya, terjadi hubungan saling mempengaruhi antara yang terjadi secara lokal dan global. Hal-hal yang terjadi secara global berpengaruh terhadap yang terjadi secara lokal, begitu pula sebaliknya. Dalam kasus penelitian ini, teknologi internet yang berkembang pesat secara global telah berpengaruh terhadap perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia. Perubahan yang terjadi karena perkembangan teknologi tersebut berpengaruh dalam perubahan identitas baik secara personal maupun komunal.
Lebih lanjut Giddens menjelaskan bahwa manusia dapat memakai teknologi yang sedemikian canggih, yang tidak ada pada masa-masa sebelumnya, untuk mengubah atau membentuk aktualisasi dirinya. Dalam hal ini, netlabel menyediakan piranti atau sarana untuk mengkonstruksi identitas baru dalam budaya mendengarkan, mengkonsumsi dan mendistribusikan musik di Indonesia. Identitas baru tersebut terbentuk karena perkembangan teknologi dan informasi yang memungkinkan orang untuk mengkonsumsi dan mendistribusikan musik secara berbeda dari sebelumnya.
Ketika teknologi internet sangat maju dan melahirkan netlabel-netlabel di negara-negara maju seperti Amerika, dampaknya sampai ke Indonesia. Kemungkinan
netlabel yang ada di Indonesia saat ini merupakan imbas dari tren yang terjadi di
seluruh dunia. Lebih lanjut Giddens mengungkapkan bahwa globalisasi adalah hubungan yang intensif antara relasi-relasi sosial yang mengglobal yang 5 menghubungkan wilayah-wilayah lokal yang berjauhan sehingga peristiwa-peristiwa
Giddens, Anthony. 1993. Modernity And Identity: Self and Society in th Modern Age. Cambridge:
Blackwell Publisher. hlm 32. High Modernity merupakan karakteristik modernitas yang terjadi dan
Globalisasi merupakan bentuk High Modernity yang sedang kita alami.6
lokal dibentuk oleh hal-hal yang terjadi bermil-mil jauhnya dan sebaliknya. Dengan begitu dapat diartikan juga bahwa globalisasi merupakan fenomena yang sering terjadi sehubungan dengan meningkatnya hubungan dalam bermacam-macam hal di dunia termasuk perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi di semua tempat.
Dalam arti bahwa globalisasi merupakan proses lintas batas yang menjadi bagian dari sejarah umat manusia. Tetapi yang penting adalah bagaimana hal itu muncul dan berkembang di Indonesia. Ketika netlabel menjadi bagian dalam masyarakat dan beradaptasi dengan masyarakat Indonesia dapat diduga akan timbul dampak dalam perkembangan budaya di Indonesia.
2. Tema
Tema utama penelitian ini adalah modernitas dan globalisasi yang berpengaruh terhadap proses pembentukan identitas sebagaimana tampak dalam konsumsi dan distribusi musik melalui internet. Identitas yang terbentuk tersebut tidak dapat dipisahkan dari modernitas dan globalisasi yang terjadi. Modernitas adalah suatu diskontinuitas karena modernitas tumbuh dan perkembangannya sangat berbeda dari peradaban pra-modern. Sedangkan identitas seseorang merupakan irisan- irisan dari berbagai hal yang terjadi di sekitarnya, dan identitas tersebut senantiasa diperbaharui seiring perkembangan modernitas. Penelitian ini ingin melihat perubahan sosial yang terjadi karena modernitas dan globalisasi sebagaimana tampak 6 dalam perubahan cara mendistribusikan dan mengkonsumsi musik di Indonesia.
Giddens, Anthony. 1990. The Consequences of Modernity, Cambridge: Polity Press. Hlm 64
3. Rumusan Masalah
Latar belakang di atas memunculkan pertanyaan sebagai berikut: 1)
Bagaimana modernitas dan globalisasi berpengaruh terhadap terbentuknya di Indonesia?
netlabel
2) Bagaimana posisi netlabel dalam membentuk identitas seseorang dalam memproduksi dan mengkonsumsi musik di Indonesia?
4. Tujuan Penelitian Netlabel berkembang sejalan dengan berkembangnya modernitas.
Perkembangan modernitas yang terjadi mengakibatkan fenomena mengkonsumsi dan mendistribusikan musik dengan netlabel sudah menjadi hal yang wajar. Penelitian ini merupakan karya ilmiah yang bertujuan untuk meneliti secara mendalam perkembangan musik dan netlabel di Indonesia dalam kaitannya dengan konteks global (yang berjalan seiring dengan modernitas). Di samping itu peneliti akan mendeskripsikan gejala yang terjadi di masyarakat tentang cara mengkonsumsi dan mendistribusikan musik di Indonesia. Selanjutnya penelitian ini juga bertujuan untuk melihat pengaruh teknologi terhadap pembentukan identitas di antara masyarakat konsumen dewasa ini.
5. Pentingnya Penelitian
Secara akedemis penelitian ini diharapkan akan menumbuhkan kepekaan terhadap fenomena yang terjadi, dalam hal ini netlabel. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi karya-karya kajian empiris yang berkaitan dengan globalisasi, modernitas, dan identitas. Penelitian mengenai netlabel ini saya anggap penting bagi kajian budaya karena perlunya memahami relasi antara teknologi informasi dan proses-proses produksi budaya. Fenomena netlabel adalah contoh relasi tersebut. Netlabel saya pandang sebagai fenomena global yang timbul akibat munculnya modernitas. Konteks global di sini saya pandang dari dua sisi, karena globalisasi bukan fenomena satu arah, tetapi fenomena dua arah yang saling timbal balik. Selanjutnya saya ingin menunjukkan bahwa globalisasi musik tidak hanya dikendalikan oleh aktor-aktor global. Masyarakat di Indonesia tidak sama sekali kehilangan kontrol terhadap apa yang terjadi secara global. Di Indonesia budaya global tersebut diadopsi dan menghasilkan sesuatu yang baru.
6. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini menggunakan teori-teori Giddens dalam buku Consequences of (1990) dan Modernity And Identity: Self and Society in the Modern Age
Modernity
(1993) sebagai rujukan utama. Pada Conseguences of Modernity (1990), Giddens menjelaskan bahwa modernitas mengubah karakter dalam individu maupun hubungannya dengan orang lain. Giddens menggambarkan modernitas sebagai sarana berbagai hal dalam relasinya secara dialektis. Maksudnya kehidupan pribadi masyarakat modern mempunyai peran penting dalam hubungan antar manusia yang dipengaruhi oleh situasi global. Dalam penelitian ini modernitas yang mengakibatkan tumbuh suburnya netlabel di Indonesia mempengaruhi cara konsumsi dan distribusi musik di Indonesia, dan itu merupakan identitas baru orang Indonesia yang timbul akibat petukaran informasi secara global. Modernitas adalah sesuatu yang tidak stabil serta selalu bergerak dan itu ditandai dengan masuknya banyak informasi dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut hal tersebut dijelaskan Giddens dalam buku Modernity And (1993). Dalam buku tersebut Giddens
Identity: Self and Society in the Modern Age
menjelaskan bagaimana modernitas yang mengakibatkan globalisasi berpengaruh pada identitas seseorang dan hubungannya dengan masyarakat. Secara keseluruhan buku ini lebih berfokus pada menganalisa daripada mendeskripsikan. Pada bagian awal buku ini Giddens memberikan contoh-contoh yang gamblang bagaimana yang lokal dan yang global bertransformasi dan membentuk identitas dalam kehidupan sehari-hari.
Perihal globalisasi dalam dunia musik juga bukan pertama kali dibahas. Robert Burnet dalam bukunya yang berjudul The Global Jukebox (1996) membahas tentang musik telah mengglobal dan semua itu dikendalikan oleh aktor-aktor global.
Dalam buku tersebut diperlihatkan bagaimana industri-industri rekaman raksasa menjelma menjadi perusahaan-perusahaan yang berada di negara maju dan negara berkembang. Buku ini juga menunjukkan bagaimana globalisasi dalam dunia musik menjadi saling terkait, semuanya menjadi seragam, dan memiliki efek timbal balik. Penelitian saya ini memiliki sudut pandang yang hampir sama dengan buku Burnet tersebut, tetapi saya menempatkan netlabel sebagai objek penelitian. Lebih spesifik lagi yaitu tentang netlabel di Indonesia yang sebenarnya tak bisa dilepaskan dari konteks global.
Peter Tschumuck dalam bukunya yang berjudul Creativity and Innovation in (2006) membahas bagaimana teknologi dan modernitas yang
the Music Industry
terjadi dalam masyarakat saat ini mempengaruhi cara mendistribusikan dan mengkonsumsi musik. Buku ini berfokus pada sejarah dan era perkembangan teknologi dari awal abad 20 di mana baru ditemukan mesin perekam sampai dengan era digital saat ini. Tschumuck mendeskripsikan bagaimana perkembangan teknologi dan modernitas berpengaruh erat dengan dunia musik. Buku ini akan saya gunakan untuk menganalisis bagaimana perkembangan teknologi internet berdampak besar dalam industri musik dan dampak seperti yang terjadi saat ini belum pernah terjadi sebelum teknologi digital diperkenalkan dalam dunia musik. Penelitian saya memiliki fokus yang sedikit berbeda karena tidak akan membahas modernitas dalam perspektif teknologi tetapi lebih membahas bagaimana modernitas tersebut menyebabkan globalisasi musik diseluruh dunia dan itu semua berpengaruh pada identitas seseorang. Penelitian saya menggunakan perspektif bahwa teknologi dalam industri musik yang didukung dengan majunya teknologi internet menyebabkan orang lebih mudah mengakses musik dan itu mengakibatkan musik tersebar luas secara mudah dan cepat.
John O‟Flynn (2003) dalam National Identity and Music in Transition : Issues membicarakan bagaimana hubungan identitas
of Authenticity in a Global Setting
lokal dan global saling berhubungan dalam kreativitas menghasilakan karya dan mendistribusikan karya. Di sana juga dipaparkan bagaimana globalisasi mempengaruhi identitas dan keotentikan budaya lokal. Hal serupa juga di bahas lebih dalam oleh John Connell dan Chris Gibson dalam bukunya Sound Track : Popular
(2003)dan juga Dick Hebdidge dalam Cut and Mix :
Music, Identity and Place
Culture, Identity and Carebean Music (2000). Penelitian saya hampir mirip tetapi
saya sekali lagi mengunakan objek material pengguna netlabel dan saya tempatkan dalam konteks Indonesia. Menurut saya penelitian saya akan lebih unik dibandingkan yang sudah dipaparkan dalam buku-buku tersebut, karena saya berasal dari negara yang sering disebut terkena dampak globalisasi. Saya melihat fenomena-fenomena itu secara langsung dalah kehidupan sehari-hari.
Buku The Multilingual Internet : Language, Culture and Comunication
Online (2007), suatu kumpulan esai yang diedit oleh Brenda Danet dan Susan C.
Herring saya gunakan untuk menganalisis bagaimana dunia internet yang diciptakan di Barat ketika dipakai oleh orang Indonesia, dalam kasus ini netlabel. Modernitas mengakibatkan internet berkembang dengan pesat dan ketika dipakai oleh orang Indonesia hal itu difungsikan untuk hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu penyebaran musik secara gratis. Dari buku tersebut saya ingin melihat apakah dengan mudahnya mengakses internet secara tidak langsung ada ideologi atau maksud khusus. Kita di Negara Berkembang yang sering disebut-sebut sebagai korban dari globalisasi mendapatkan media yang disediakan secara mudah agar ideologi dari negara asal internet itu dibuat dapat masuk ke Negara-negara Berkembang seperti Indonesia. Selain menyebarkan ideologi apakah ada motif ekonomi yang terselubung dari mudahnya akses internet tersebut?
Sejauh yang saya ketahui, masih sangat minim sekali literatur yang berkaitan dengan netlabel. Salah satu karya ilmiah yang berkaitan dengan netlabel adalah skripsi dari Andaru Pramudita yang berjudul Free Culture Sebagai Alternatif Dalam
Gerakan Musik Swadaya (Studi Kasus Netlabel Yes No Wave Music) (2010). Skripsi
dari mahasiswa Universitas Indonesia tersebut membahas kemunculan Netlabel yang mengadopsi free culture serta mencipatakan paradigma baru bagaimana industri musik melakukan kegiatan distribusinya. Free culture merupakan budaya tanding dari apa yang disebut sebagai raksasa industri atau monopoli hak paten. Gerakan ini mencoba memberikan kebebasan terutama dalam ranah informasi digital. Skripsi ini menunjukkan bagaimana sifat free culture yang memberikan kesempatan bagi tenaga kerja kreatif dalam memposisikan diri untuk bebas dari tekanan industri kreatif.
Penelitian Andaru Pramudita dan penelitian ini memiliki fokus yang berbeda. Penelitian Andaru Pramudita memang menyinggung masalah free culture yang adalah budaya import yang ketika diterapkan di Indonesia akan menghasilkan tabrakan budaya. Penelitian Andaru Pramudita memang menyinggung masalah modernitas dan globalisasi, tetapi masalah itu tidak banyak dibahas. Penelitian saya bertujuan untuk menjelaskan bahwa budaya free culture yang masuk ke Indonesia tersebut adalah imbas dari modernitas yang terjadi. Dalam penelitian saya ini saya akan lebih memfokuskan pada pembentukan identitas pengguna netlabel di Indonesia. Hal tersebut merupakan dampak dari modernitas yang mengglobal dan akhirnya membentuk suatu identitas baru.
Buku yang secara khusus membahas tentang netlabel setahu saya belum ada. Buku dari Wendi Putranto yang berjudul Rolling Stone Musik Biz, Manual Cerdas
(2008) memang banyak membahas industri musik di
Mengusai Bisnis Musik Indonesia, tetapi pembahasan tentang musik digital khususnya netlabel sangat sedikit.
Buku ini berisi kumpulan artikel dari Wendi Putranto tentang industri musik di Indonesia yang ditulis untuk majalah Rolling Stone Indonesia. Buku ini membantu saya dalam mendapatkan data serta memperkuat argumen-argumen saya.
7. Kerangka Teoritis
Teknologi internet adalah bagian dari modernitas. Teknologi internet yang berkembang beberapa tahun belakangan menimbulkan dampak yang signifikan dalam berbagai hal, termasuk dalam industri musik. Munculnya internet memungkinkan semua orang mengunduh dan mengunggah lagu secara cepat dan mudah. Kemudahan mengunggah dan mengunduh lagu tersebut menimbulkan masalah baru yaitu karya- karya musik yang dulunya diperjualbelikan, sekarang dapat diakses secara mudah dan gratis. Hal itu menimbulkan banyak perdebatan tentang karya cipta musik dan hak cipta. Tidak hanya itu, hal itu juga menimbulkan kerugian besar-besaran dalam dunia industri musik melalui pemabajakan. Di tengah masalah yang pelik tersebut muncul perusahaan rekaman yang berbasis internet, atau sering disebut netlabel. Netlabel bekerja seperti perusahaan rekaman pada umumnya, hanya saja semua pendistribusiannya dilakukan melalui jasa mengunduh data dari internet. Lebih menariknya lagi netlabel menggratiskan semua karya musisi yang berada didalamnya tetapi tetap menggunakan lisensi hak cipta yang bernama Creative Common Lisence.
Fenomena netlabel ini menarik minat saya untuk meneliti lebih lanjut. Alasannya karena era musik gratis seperti yang ditawarkan netlabel tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut saya fenomena netlabel merupakan dampak dari modernitas. Dalam Consequences of Modernity (1990), Giddens memandang bahwa modernitas adalah suatu diskontinuitas karena modernitas tumbuh dan perkembangannya sangat berbeda dari peradaban pra-modern. Karena itulah pemilihan teori-teori Giddens dirasa cocok dengan penelitian ini. Netlabel dan penyebaran musik secara cepat melalui media internet tidak pernah terjadi pada masa pra-modern. Dalam buku itu Giddens juga membicarakan fenomena globalisasi dalam perspektif modernitas. Giddens menganggap globalisasi sebagai fenomena yang terjadi seiring tumbuhnya modernitas. Cara pandang Giddens tersebut membantu penelitian ini memahami fenomena yang terjadi di sekitar kita, dalam hal ini adalah netlabel.
Giddens (1990: 4-5) mengungkapkan bahwa modernitas sebagai periode post-