HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA KORBAN ERUPSI GUNUNG MERAPI YANG TINGGAL DI HUNIAN TETAP

  

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN

SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA KORBAN

ERUPSI GUNUNG MERAPI YANG TINGGAL DI HUNIAN

TETAP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Oleh:

Angela Merici Reviana Tika Wibawati

  

089114058

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2013

  

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN

SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA KORBAN

ERUPSI GUNUNG MERAPI YANG TINGGAL DI HUNIAN

TETAP

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Oleh:

  

Angela Merici Reviana Tika Wibawati

  089114058

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

  Ci nt ai l ah per j u a ng an, K ar ena per j u ang an me ndek at k an k i t a K epada t er capai ny a ci t a-ci t a ( S oedi r man)

  

Kemauan adalah seper t i sebilah pedang t aj am,

Yang dapat membuat j alan melalui hut an r imba.

  

(Char les Dickens)

B anyak ide yang akan tumbuh lebih baik Jika ditanamkan ke dalam pikiran orang lain

  D aripada di dalam pikiran pencetus ide itu sendiri ( Oliver W H olmes)

  

K a r y a i n i sa y a p er sem ba h k a n u n t u k :

Tuhan Y esus K ristus dan B unda M aria,

Buat Bapak dan I bu tercinta.

  

Aku buktikan dapat memperolah jubah Sarjana ku sebelum

aku kenakan jubah pengantinku.

  

Buat Eyang, M as N anang, M bak N ing, D iana,

_Terimakasih D oanya_

  

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL

DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA KORBAN ERUPSI GUNUNG

MERAPI YANG TINGGAL DI HUNIAN TETAP

Angela Merici Reviana Tika Wibawati

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap dukungan

sosial dengan penyesuaian diri pada korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap.

Hipotesis penelitian adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan

penyesuaian diri pada korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap. Subjek

penelitian ini adalah 254 kepala keluarga yang berusia 20-60 tahun yang telah tinggal di hunian

tetap minimal 1 bulan. Istrumen penelitian ini terdiri dari Skala Persepsi Terhadap Dukungan

Sosial dan Skala Penyesuaian Diri yang disusun oleh peneliti. Uji reliabilitas skala penelitian

menghasilkan koefisien reliabilitas 0,919 untuk Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial,

sedangkan untuk Skala Penyesuaian Diri adalah 0,923. Analisis data menggunakan teknik korelasi

Product Moment Pearson dengan uji satu ekor (one-tailed). Koefisien korelasi yang diperoleh

adalah 0,980 dan p < 0,000. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hipotesis diterima. Ada

hubungan positif yang sangat signifikan antar persepsi terhadap dukungan sosial dengan

penyesuaian diri pada korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap. Kata kunci: persepsi terhadap dukungan sosial, penyesuaian diri

  

CORRELATION BETWEEN PERCEPTION ABOUT SOCIAL SUPPORT

AND SELF-ADJUSTMENT ON DISASTER VICTIM MERAPI VULCANO

ERUPTION LIVES IN FIXED RESIDENCE.

  

Angela Merici Reviana Tika Wibawati

ABSTRACT

The purpose of this research was to find out correlation between perception of social

support and self-adjustment on disaster victim of Merapi eruption lives in fixed residence.

Hypothesis stated there is correlation between perception social support and self-adjustment on

disaster victim of Merapi eruption lives in fixed residence. Subject were two hundred and fifty-four

in the age of 20-60 years who have live in fixed residence at least for one months. Instruments in

this research perception of social support scale and self-adjustment scale organized by researcher.

The reliability coefficient of Perception Of Social Support scale was 0,919 and 0,923 for Self-

Adjustment scale. Data analized using one tailed, Pearson Product Moment Correlations. The

correlation coefficient was 0,980 and p < 0,000. The research showed that hypothesis was

accepted. There is significant positive correlation between perception of social support and self-

adjustment on disaster victim of Merapi eruption lives in fixed residence.

  Keywords: perceptions of social support, self-adjustment

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala berkat dan pendampinganNya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selama proses penyusunan skripsi ini saya mendapatkan banyak dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ingin mengucapkan limpahan terima kasih kepada semua pihak, yaitu:

  1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

  2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si, selaku Ketua program studi.

  3. Ibu Debri Pristinella, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan sabar selalu membimbing saya, memberikan saran, kritik, dan nasehat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Terima kasih ya bu, sudah sabar mengingatkan saya ketika mulai jenuh mengerjakan skripsi.

  4. Ibu Agnes Indar E, S.Psi., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  5. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Si dan Ratri Sunar Astuti, M.Si, selaku dosen penguji.

  6. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi atas kesabarannya dalam mendidik dan membimbing saya selama masih studi.

  7. Seluruh Staf Sekretariat Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Muji, dan Mas Doni, yang telah membantu kelancaran pengurusan penelitian, studi, praktikum, skripsi, dan asistensi, matur nuwun sanget sedoyo

  kemawon.

  8. Kedua orang tua saya, Antonius Suratmanto dan Dra. Chr. Ennie Soesiana terima kasih atas semua doa, perhatian, semangat dan pengorbanan yang kalian berikan untuk membiyayai pendidikan ku, walaupun belum seberapa karya ini ku persembahkan untuk kalian. Thank’s Mom and Dad, God Bless

  You, I always loving you.

  9. Kakakku Fx. Nanang Widyatmoko, Elisabeth Riningsih, dan adikku Clara Diana Widyaswara terima kasih buat dukungan dan semangat yang kalian berikan, Ayo gek ndang makan-makan ki

  10. Buat Mas Gani Sadat, terima kasih atas semua perhatian mu, kasih sayang bimbinganmu dan perjuanganmu dalam menjagaku. Atas kesabaranmu dalam menghadapi semua ego ku. Terima kasih atas semua pelajaran hidup yang telah kau berikan. You’re my inspirations. Terimakasih untuk bapak, ibu, denok atas penerimaan kalian terhadap semua kekuranganku.

  11. Eyang putri, Eyang Kakung (Alm), Simbah putri (Alm), Simbah kakung (Alm), atas doa dan kasih sayang kalian, tambahan uang saku dari kalian benar-benar membantu dalam perjuanganku menuntut ilmu. He…He…He…

  12. Sahabat-sahabatku Dini, Theot, Adriana, Eni, dan Radit senang bisa mengenal kalian, kehadiran kalian membuat hidupku lebih berwarna, spesial buat Caecilia Intan, ku susul kelulusan mu, thank’s for everything, you’re the best sister I have.

  13. Buat Yudha yang telah mengajarkanku SPSS secara kilat, Mas Say yang sudah memberikan pinjaman buku tentang Merapi, Tiwi terima kasih telah menemaniku ke Manggong. Teman-teman Angkatan 2008 Fakultas Psikologi, dan teman-teman KKN XLII (Sasa, Tine, Ellen, Ayu, Mengthy, Dea, Yudha, Gery) untuk kerja samanya selama ini serta semua warga dusun Pusmalang.

  14. Seluruh Korban Erupsi Merapi yang tinggal di Hunian Tetap, terutama warga dusun Manggong terima kasih banyak atas bantuannya, kehangatan kalian tak akan terlupakan.

  15. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, atas dukungan yang diberikan sehingga karya ini dapat selesai dengan lancar.

  Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih.

  Yogyakarta, 20 Juni 2013 Angela Merici Reviana Tika Wibawati xii

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………………… ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN …………………………… iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… vi ABSTRAK ………………………………………………………………… vii ABSTRACT ……………………………………………………………… viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………………… ix KATA PENGANTAR …………………………………………………… x DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xiii DAFTAR TABEL …………………………………………………........... xvi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xviii

  BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………

  1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………………

  1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………

  11 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………

  11 D. Masalah Penelitian ………………………………………………

  11

  1. Manfaat Teoritis ………………………………………………

  11

  2. Manfaat Praktis ………………………………………………

  12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………

  13 A. Persepsi …………………………………………………………

  13

  1. Definisi Persepsi ……………………………………………

  13

  2. Macam - macam Persepsi ……………………………………

  14

  3. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Persepsi …………………

  14 B. Dukungan Sosial …………………………………………………

  16

  1. Definisi Dukungan Sosial ……………………………………

  16

  2. Aspek – aspek Dukungan Sosial ……………………………

  18

  3. Sumber Dukungan Sosial …………………………………

  20

  4. Manfaat Dukungan Sosial …………………………………

  22

  5. Persepsi Terhadap Dukungan Sosial ………………………

  24 C. Penyesuaian Diri ………………………………………………

  25

  1. Definisi Penyesuaian Diri …………………………………

  25

  2. Karakteristik Penyesuaian Diri ……………………………

  26

  3. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ……

  29 D. Hunian Tetap ……………………………………………………

  30

  1. Definisi Penyesuaian Diri …………………………………

  30

  2. Standar Minimum Hunian Tetap ……………………………

  31

  3. Jumlah Hunian Tetap yang Dibangun ………………………

  31

  4. Kondisi Hunian Tetap Saat Ini ……………………………

  32 E. Korban Merapi …………………………………………………

  33 xiv F. Dinamika Hubungan antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Korban Erupsi yang Tinggal di Hunian Tetap ……………………

  34 G. Hipotesis ………………………………………………………

  38 BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………

  39 A. Jenis Penelitian …………………………………………………

  39 B. Identifikasi Variabel Penelitian …………………………………

  39 C. Definisi Operasional ……………………………………………

  40

  1. Persepsi Terhadap Dukungan Sosial …………………………

  40

  2. Penyesuaian Diri ……………………………………………

  41 D. Subjek Penelitian ………………………………………………

  41 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ……………………………

  44

  1. Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial …………………

  44

  2. Skala Penyesuaian Diri ………………………………………

  48 F. Prosedur Pengumpulan Data ……………………………………

  51 G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ……………………………

  51

  1. Uji Validitas …………………………………………………

  51

  2. Seleksi Aitem …………………………………………………

  52

  3. Uji Reliabilitas ………………………………………………

  56 H. Metode Analisis Data ……………………………………………

  56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………

  57 A. Persiapan Penelitian ……………………………………………

  57

  1. Perizinan ……………………………………………………

  57

  2. Pelaksanaan Uji Coba ………………………………………

  57 B. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………

  58 C. Deskripsi Proses Penelitian ……………………………………

  58 D. Deskripsi Data Penelitian ………………………………………

  58 E. Hasil Penelitian …………………………………………………

  61

  1. Uji Asumsi …………………………………………………

  61

  2. Uji Hipotesis ………………………………………………

  63

  3. Uji Data Tambahan …………………………………………

  64 F. Pembahasan ……………………………………………………

  70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………

  78 A. Kesimpulan ……………………………………………………

  78 B. Saran …………………………………………………………

  78

  1. Bagi Pihak - pihak yang Berinteraksi Dengan Korban Erupsi …

  78

  2. Bagi Peneliti Selanjutnya …………………………………

  79

  3. Bagi Korban Erupsi yang Tinggal di Hunian Tetap ………

  79 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………

  80 LAMPIRAN ……………………………………………………………

  80 xvi

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Butir Pernyataan Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial ……………………………………………………………

  46 Tabel 2 Blue print Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial (Sebelum Uji Coba) ……………………………………………

  46 Tabel 3 Butir Pernyataan Skala Penyesuaian Diri ………………………

  49 Tabel 4 Blue print Skala Penyesuaian Diri (Sebelum Uj- Coba) …………

  50 Tabel 5 Perbandingan Jumlah Aitem Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial (Sebelum dan Setelah Uji-Coba) ………………

  53 Tabel 6 Distribusi Aitem Persepsi Terhadap Dukungan Sosial (Untuk Penelitian) ………………………………………………

  54 Tabel 7 Perbandingan Jumlah Aitem Skala Penyesuaian Diri (Sebelum dan Setelah Uji-Coba) ………………………………

  54 Tabel 8 Distribusi Aitem Penyesuaian Diri (Untuk Penelitian) …………

  55 Tabel 9 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Subjek ……….

  59 Tabel 10 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ……

  59 Tabel 11 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ………………………………………………

  60 Tabel 12 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Pekerjaan ……

  60 Tabel 13 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Tinggal Di Hunian tetap …………………………………………………

  61 Tabel 14 One-Sampel Kolomogov-Smirnov Test …………………………

  62 Tabel 15 Compare Means Test for Linearity ……………………………

  63 Tabel 16 Korelasi Dukungan Emosional Dengan Penyesuaian Diri ………

  65 Tabel 17 Korelasi Dukungan Instrumental Dengan Penyesuaian Diri ……

  65 Tabel 18 Korelasi Dukungan Penghargaan Dengan Penyesuaian Diri ……

  66 Tabel 19 Korelasi Dukungan Informasi Dengan Penyesuaian Diri ………

  67 Tabel 20 Perbedaan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Berdasarkan Kategori Usia ……………………………………………………

  68 Tabel 21 Perbedaan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ………………………………………

  69 Tabel 22 Perbedaan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Berdasarkan Lama Tinggal Di Hunian Tetap …………………………………

  69

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Angket Skala Penelitian (try out) …………………………

  86 Lampiran 2 Angket Skala Penelitian …………………………………

  99 Lampiran 3 Uji Reliabilitas Skala Persepsi terhadap Dukungan Sosial (try out) …………………………………………… 107

  Lampiran 4 Uji Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri (try out) ………… 113 Lampiran 5 Uji Reliabilitas Skala Persepsi Terhadap Dukungan

  Sosial ……………………………………………………… 119 Lampiran 6 Uji Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri …………………… 123 Lampiran 7 Uji Normalitas …………………………………………… 127 Lampiran 8 Uji Linearitas ……………………………………………… 129 Lampiran 9 Uji Hipotesis ……………………………………………… 132 Lampiran 10 Korelasi Dukungan Emosional dengan Penyesuaian Diri … 134 Lampiran 11 Korelasi Dukungan Instrumental dengan Penyesuaian Diri... 136 Lampiran 12 Korelasi Dukungan Penghargaan dengan Penyesuaian Diri .. 138 Lampiran 13 Korelasi Dukungan Informasi dengan Penyesuaian Diri…… 140 Lampiran 14 Uji Perbedaan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial

  Berdasarkan Usia Subjek ………………………………… 142 Lampiran 15 Uji Perbedaan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial

  Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga …………………… 144 Lampiran 16 Uji Perbedaan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Berdasarkan Lama Tinggal Di Hunian Tetap ……………… 146

  Lampiran 17 Surat Izin Penelitian ……………………………………… 148

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada periode bulan Oktober

  hingga bulan November 2010 telah membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat di sekitar puncak Gunung Merapi. Korban yang harus mengungsi karena bencana Gunung Merapi tersebut mencapai 320.090 jiwa. Belum lagi korban meninggal yang mencapai 151 jiwa terdiri atas 135 orang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan 16 orang di Jawa Tengah. Erupsi Gunung Merapi juga merusak 291 rumah dan 1 tanggul di desa Ngepos akibat luapan lahar dingin (Ketua BPPTK Yogyakarta, Subandriyo dalam Kompas.com 2010).

  Setelah erupsi merapi, sebagian korban selamat harus tinggal di shelter yang telah didirikan di beberapa wilayah Kecamatan Cangkringan.

  Shelter-shelter tersebut adalah shelter Plosokerep, Gondang, Banjarsari,

  Watuadeg, Kuwang dan yang terakhir shelter Ketingan. Shelter yang didirikan dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti jalan lingkungan, bale warga, tempat ibadah, pasar, air bersih dan listrik. Meskipun telah tinggal di

  shelter , para korban tetap membutuhkan tempat tinggal yang lebih layak. Hal

  ini membuat pemerintah merencanakan untuk membangun hunian tetap bagi para korban. Hunian tetap bagi para korban ini didanai oleh pemerintah.

  2 Masyarakat sekitar juga memberikan bantuan tenaga sehingga pembangunan hunian tetap ini lebih cepat selesai.

  Hunian tetap yang saat ini menjadi tempat tinggal bagi para korban

  36 100

  dibangun seluas di atas tanah dengan fasilitas yang ada di dalamnya adalah dua ruang kamar tidur, satu ruang tamu, kamar mandi dan teras. Hunian tetap ini dibangun menggunakan batako dengan lantai semen. Kondisi ini jauh berbeda dengan shelter yang hanya menggunakan anyaman bambu. Jarak antara satu hunian tetap dengan hunian tetap yang lain kurang lebih 1 meter sehingga terlihat berhimpitan. Jalan lingkungan yang ada di hunian tetap juga masih berupa jalan tanah yang ketika kemarau mengakibatkan banyak debu dan pada saat hujan turun mengakibatkan genangan air dan menyebabkan jalanan menjadi becek. Tinggal di hunian tetap para korban memiliki lingkungan sosial yang baru, seperti tetangga baru dan lokasi rumah yang baru. Hal ini membuat para korban erupsi harus berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi lingkungannya saat ini. Sebelum terjadi erupsi Gunung Merapi, warga memiliki fasilitas jalan yang memadai. Fasilitas-fasilitas tersebut berupa jalan yang beraspal, rumah dengan dinding semen, dan fasilitas lain yang dimiliki warga seperti media hiburan (televisi) atau kamar tidur yang layak.

  Setelah para korban erupsi tinggal di hunian tetap, permasalahan yang dialami belum selesai. Penyediaan air bersih dan listrik bagi rumah- rumah hunian tetap belum sepenuhnya tersedia (Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto, kompas.com). Hal ini membuat warga kesulitan untuk melakukan

  3 kegiatan sehari-hari seperti mencuci pakaian, dan mandi. Untuk keperluan itu warga harus kembali ke shelter untuk mencuci pakaian, mandi dan membersihkan peralatan dapur. Selain itu, distribusi listrik yang belum sepenuhnya selesai membuat beberapa rumah di hunian tetap belum memiliki penerangan. Beberapa hunian tetap juga belum dipasang pintu dan jendela, sehingga para korban menutup jendela-jendela dengan triplex.

  Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 tidak hanya meninggalkan kerugian secara fisik tetapi juga meninggalkan kerugian secara psikologis. Hal ini dikarenakan warga tidak hanya kehilangan tempat tinggal mereka tetapi juga kehilangan mata pencaharian dan orang-orang yang disayangi dalam sekejap mata. Dari wawancara singkat dengan Bapak Saidi, salah satu warga, erupsi Gunung Merapi juga memaksa warga untuk berpindah tempat pengungsian sebanyak 3 kali. Pengungsian yang pertama di Desa Hargobinangun, kemudian di Desa Harjobinangun dan yang terakhir di Stadion Maguwoharjo. Lokasi pengungsian yang berpindah-pindah ini membuat korban erupsi Gunung Merapi semakin tertekan (Menurut koordinator posko kesehatan barak pengungsian Kusumawati, kompas.com).

  Setelah berpindah-pindah pengungsian, para korban harus tinggal di shelter sebelum akhirnya dapat tinggal di hunian tetap. Di hunian tetap, para korban belum tentu dapat hidup dengan nyaman. Hal ini dikarenakan fasilitas yang diterima belum maksimal. Dalam kondisi demikian, pemerintah dan masyarakat terus memberikan dukungan terhadap para korban. Bantuan yang diberikan pemerintah berupa pembangunan shelter dan kemudian

  4 pembangunan hunian tetap. Hunian tetap tersebut dibangun di atas tanah kas Desa Umbulharjo dan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan yang merupakan bantuan dari pemerintah dan Rekompak. Pertolongan yang diberikan oleh pemerintah dan masyarakat luas membuat beban yang harus dihadapi korban erupsi Gunung Merapi sedikit teratasi.

  Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 7 Tahun 2008 bab 2 dijelaskan bahwa hunian sementara atau hunian tetap merupakan tempat tinggal yang diberikan oleh pemerintah kepada korban bencana alam untuk setiap keluarga atau individu. Pembangunan hunian tetap harus terletak dikawasan aman yaitu minimal radius 10 kilometer (km) dari puncak Gunung Merapi. Selain merupakan tanggung jawab pemerintah, pembangunan hunian tetap sendiri dapat dilakukan karena perhatian yang diberikan oleh masyarakat kepada korban erupsi Gunung Merapi. Bapak Paidi (salah satu penghuni hunian tetap) mengatakan bahwa dana pembangunan hunian tetap diberikan oleh pemerintah, tetapi masyarakat sekitar merapi yang tidak terkena dampak erupsi dan beberapa organisasi juga membantu dalam pembangunan sehingga hunian tetap bagi korban erupsi cepat selesai.

  Perubahan fisik dan psikologis yang terjadi akibat erupsi Gunung Merapi membuat korban selamat harus menyesuaikan diri di tempat yang baru secara emosional, sosial, demografi dan kultur. Hal ini dikarenakan lingkungan hunian tetap yang saat ini menjadi tempat tinggal para korban memiliki perbedaan dan perubahan dengan lingkungan tempat tinggal para

  5 korban sebelum erupsi terjadi. Para korban harus menyesuaikan diri dengan tetangga yang baru, kondisi rumah yang berbeda dengan rumah sebelum erupsi dan status sosial yang berbeda.

  Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik dapat mengendalikan perasaan cemas, khawatir dan marah apabila mendapatkan tekanan dari lingkungan. Hal ini disebabkan adanya dorongan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan diri di lingkungan (Fahmy, 1982). Sedangkan menurut Gerungan (2000) penyesuaian diri adalah mengubah diri sendiri sesuai dengan keadaan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri. Penyesuaian diri merupakan proses individu untuk memahami, mengerti, dan berusaha melakukan apa yang diingikan oleh dirinya maupun oleh lingkungannya.

  Haber dan Runyon (1998) mengatakan ada beberapa karakteristik penyesuaian diri yang baik yang harus dimiliki oleh seseorang, yaitu: memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas/ kenyataan, mampu mengatasi atau menangani stres dan kecemasan, memiliki citra diri yang positif, mampu untuk mengekspresikan perasaan, memiliki hubungan interpersonal yang baik.

  Pada saat melakukan penyesuaian diri, para korban mendapatkan bantuan dan perhatian dari pemerintah dan warga. Perhatian dari pemerintah serta warga sekitar merupakan salah satu bentuk dukungan sosial yang secara langsung diberikan kepada para korban erupsi Gunung Merapi. Sumber dari dukungan sosial sendiri dibagi menjadi dua (Rook dan Dooley dalam Kuntjoro, 2002) yaitu sumber natural dan sumber artifisial. Dukungan sosial

  6

  natural bersifat non-formal yang diterima secara spontan dari orang-orang

  sekitar, misalnya keluarga, teman dekat, atau relasi. Dukungan sosial artifisial berupa dukungan yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya pembangunan hunian tetap bagi korban bencana yang kehilangan rumah atau dukungan bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

  Pemberian dukungan sosial dari pemerintah dan masyarakat kepada korban erupsi merapi dapat dipersepsikan berbeda-beda oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan cara setiap orang memaknai dan menilai sesuatu yang diterima dari orang lain berbeda-beda. Persepsi para korban erupsi terhadap dukungan sosial dari pemerintah dan masyarakat dapat menimbulkan respon yang positif maupun negatif. Apabila mereka merespon positif terhadap dukungan sosial yang diterima, maka mereka akan merasa nyaman, mendapatkan perhatian, merasa dicintai dan penerimaan diri. Menurut Moskowitz dan Ogel (dalam Walgito, 2003) persepsi merupakan proses individu dalam mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterima sehingga merupakan sesuatu yang berarti dalam diri individu.

  Dukungan sosial terdiri atas dukungan emosional, instrumental, penghargaan, dukungan informasi dan dukungan jaringan (Sarafino, 1990).

  Dukungan emosional merupakan dukungan dalam bentuk empati, kepedulian, dan perhatian yang diberikan kepada seseorang. Dukungan instrumental berupa bantuan langsung baik secara materi maupun non materi. Dukungan penghargaan merupakan ungkapan penghargaan positif, dorongan untuk maju, atau persetujuan atas gagasan seseorang. Dukungan informasi meliputi

  7 pemberian nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik. Dukungan jaringan adalah memberikan perasaan menjadi anggota dari sekelompok orang dari berbagai minat dan aktivitas sosial.

  Adanya dukungan sosial menurut Jhonson and Jhonson (1991) meliputi pemberian perhatian, dukungan emosi, dukungan alat, umpan balik baik dari orang lain yang memperhatikan dan mencintai baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan manfaat antara lain: meningkatkan produktifitas kerja, dan penyesuaian diri seseorang yang memperkuat kondisi kesehatan fisik sehingga mampu memiliki ketrampilan mengatasi stres atau kondisi yang tidak menyenangkan.

  Berdasarkan tipenya dukungan sosial yang diberikan kepada korban erupsi Gunung Merapi merupakan dukungan instrumental karena diberikan secara langsung yang berupa pertolongan dan pemberian dana pembanguan hunian tetap. Selain itu, dukungan dari masyarakat atau organisasi-organisasi yang menggalang dana dan memberikan simpati untuk korban erupsi Gunung Merapi merupakan dukungan emosional.

  Dukungan emosional merupakan salah satu bentuk dari dukungan sosial yang memiliki peran terpenting dibandingkan dengan dukungan lainnya.

  Dukungan emosional merupakan ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatian dan perasaan ingin didengarkan. Dukungan emosional sendiri mencakup ungkapan kasih sayang, pemberian perhatian dan ungkapan rasa simpati. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yulianti (2011) mengenai analisis pengaruh tipe dukungan emosional terhadap tingkat post traumatic

  8

  stress disorder (PTSD) pada penyitas bencana letusan gunung Merapi

  diketahui bahwa korban selamat dari letusan gunung merapi lebih membutuhkan dukungan emosional jika dibandingkan dengan dukungan materi. Hal ini dikarenakan, dukungan emosional yang diterima oleh para korban selamat dibutuhkan untuk menjaga kestabilan jiwa para korban.

  Dukungan emosional merupakan bagian dari dukungan instrumental. Dukungan instrumental mencakup pemberian perhatian, dukungan emosi, dukungan alat, umpan balik, perhatian dan cinta, peningkatan produktifitas serta penyesuaian diri. Penelitian ini memfokuskan pada penyesuaian diri sebab, dengan adanya penyesuaian diri para korban dapat memperkuat kondisi fisik dan keterampilan mengatasi stres. Hal ini sesuai dengan Haber dan Runyon (1998) yang menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan proses yang berlanjut sepanjang kehidupan seseorang. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan situasi hidup yang membuat seseorang harus berubah, maka penyesuaian diri merupakan proses aktif dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan, mempertahankan stabilitas diri serta merupakan pilihan nyata dalam menghadapi kehidupan. Pada dasarnya kemampuan menyesuaikan diri telah dimiliki oleh setiap individu namun kemampuan tersebut berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.

  Hubungan antara peran dukungan sosial dan keterampilan pemecahan masalah dalam menyesuaian diri untuk menghadapi kehidupan penuh stres, hasilnya menunjukkan bahwa individu yang cukup mendapat dukungan sosial dan memiliki keterampilan pemecahan masalah, memiliki

  9 penyesuaian diri yang baik (Feldman, 1998). Selain itu, penelitian mengenai hubungan antara dukungan sosial dan penyesuaian diri pernah dilakukan oleh Hendry (2007) terhadap anak panti asuhan dan Herdiana (2004) terhadap remaja pelajar SMP berusia 12-15 tahun.

  Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah subjek penelitian. Subjek dalam penelitian ini berada dalam rentang usia dewasa awal sampai dengan dewasa akhir. Sementara penelitian tentang penyesuaian diri biasanya dilakukan pada remaja. Subjek penelitian juga merupakan korban selamat dari erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap.

  Sebagian besar korban erupsi Gunung Merapi merupakan petani dan peternak sedangkan sawah dan ternak mereka sudah tidak ada karena erupsi.

  Hal ini merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dan membuat para korban erupsi mengalami stres. Tekanan yang dialami oleh korban selamat dari erupsi Gunung Merapi adalah hilangnya anggota keluarga, hilangnya mata pencaharian dan perubahan kondisi lingkungan tempat tinggal serta perubahan fasilitas yang dimiliki. Minimalnya fasilitas yang dimiliki membuat korban erupsi yang tinggal di hunian tetap harus dapat memenuhi segala macam kebutuhannya. Menurut Bapak Rajiman, salah satu korban erupsi, saat ini banyak warga yang kemudian bekerja mencari pasir dan batu atau menjadi

  

“guide” bagi para wisatawan yang ingin melihat lokasi yang terkena dampak

erupsi Gunung Merapi.

  Masyarakat sekitar juga turut membantu para korban untuk mendapatkan tambahan penghasilan dengan cara memberikan pelatihan keterampilan seperti pembuatan makanan khas daerah setempat, penjualan dokumentasi erupsi Gunung Merapi. Hal ini merupakan salah satu bentuk nyata dukungan sosial yang diberikan oleh masyarakat kepada para korban agar dapat melanjutkan hidup setelah erupsi Gunung Merapi. Dukungan sosial dari masyarakat tentu sangat membantu para korban untuk kembali bangkit dan mulai menata kehidupan kembali. Oleh karena itu, dengan penyesuaian diri yang baik dari korban selamat maka pemulihan kehidupan para korban akan semakin cepat karena para korban dapat mengatasi hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan dirinya.

  Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri sangat dibutuhkan agar seseorang dapat mencapai keselarasan dan keharmonisan baik dengan diri sendiri maupun lingkungannya. Penyesuaian diri yang baik dibutuhkan oleh para korban erupsi Gunung merapi agar dapat mengendalikan perasaan cemas, takut dan khawatir terhadap perubahan kondisi hidup setelah erupsi Gunung Merapi terjadi. Persepsi para korban terhadap dukungan sosial yang diberikan oleh masyarakat dan pemerintah dapat membantu terbentuknya penyesuaian diri yang baik bagi para korban selamat.

  Para korban dapat menyesuaikan diri di hunian tetap sebagai tempat tinggal yang baru dengan adanya persepsi terhadap dukungan sosial. Persepsi terhadap dukungan sosial akan membantu para korban erupsi untuk

  11 menentukan sikap dan tindakan dalam menyesuaikan diri di tempat yang baru.