HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DAN PERSEPSI MENGENAI DUKUNGAN SOSIAL PADA ANAK PANTI ASUHAN

  

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DAN

PERSEPSI MENGENAI DUKUNGAN SOSIAL

PADA ANAK PANTI ASUHAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Oleh:

Theresia Hendry

  

NIM: 039114008

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DAN PERSEPSI MENGENAI DUKUNGAN SOSIAL PADA ANAK PANTI ASUHAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: Theresia Hendry NIM: 039114008 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  Ku Tak Akan Menyerah Dalam s’gala perkara Tuhan punya rencana

  Yang lebih besar dari semua yang terpikirkan Apapun yang Kau perbuat Tak ada maksud jahat S’bab itu kulakukan

  Semua denganMu Tuhan Ku tak akan menyerah Pada apapun juga Sebelum kucoba

  Semua yang kubisa Tetapi kuberserah Kepada kehendakMu Hatiku percaya Tuhan punya rencana Created by Jonathan Prawira

  10th (from Anniversary years Jeffry S Tjandra Album Series)

  

Tuhan Yesus yang sungguh baik, seringkali aku tidak mengerti akan apa yang terjadi

dalam hidupku. Sgala beban yang harus kutanggung seringkali menjadikanku lemah.

Namun satu hal yang semakin nyata dan kusadari Tuhan, justru dalam kelemahanlah

kuasaMu nyata. Dan sukacitaMu nyata tetap mengisi hari-hariku, Tuhan.

  

Kupersembahkan hidupku bagiMu Bapa, biarlah menjadi korban persembahan yang

harum bagi kemuliaanMu.

  

Terima kasih Yesusku

Filipi 4:13

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Juli 2007 Peneliti

  Theresia Hendry

  

ABSTRAK

Theresia Hendry (2007). Hubungan antara Penyesuaian Diri dan Persepsi

Mengenai Dukungan Sosial pada Anak Panti Asuhan. Yogyakarta: Fakultas

Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata

Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan positif antara penyesuaian diri dan persepsi mengenai dukungan sosial anak panti asuhan pada periode akhir masa kanak-kanak. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif yang signifikan antara penyesuaian diri dan persepsi mengenai dukungan sosial anak panti asuhan pada akhir masa kanak-kanak.

  Subjek penelitian ini adalah 50 anak berusia 10-13 tahun yang telah tinggal di panti asuhan dalam waktu minimal 6 bulan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala. Alat pengumpul data yang digunakan terdiri dari Skala Penyesuaian Diri dan Skala Persepsi Mengenai Dukungan Sosial yang disusun oleh peneliti. Uji reliabilitas skala penelitian menghasilkan koefisien reliabilitas 0,8850 untuk Skala Penyesuaian Diri, sedangkan untuk Skala Persepsi Mengenai Dukungan Sosial adalah 0,9239. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kedua skala tersebut reliabel.

  Data penelitian dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan uji satu ekor (one-tailed). Hasil analisis data menyatakan bahwa distribusi data yang ada normal dan mempunyai korelasi yang linear. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,531 dengan P = 0,000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima, artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara penyesuaian diri dan persepsi mengenai dukungan sosial anak panti asuhan pada akhir masa kanak-kanak.

  

ABSTRACT

Theresia Hendry (2007). Correlation between Self-Adjustment and

Perception About Social Support on Orphan. Yogyakarta: Psychology

Faculty, Psychology Department, Psychology Program, Sanata Dharma

University.

  The purpose of this research was to find out the positive correlation between self-adjustment and perception about social support on late childhood orphan. The hypothesis was there is a significant positive correlation between self-adjustment and perception about social support on late childhood orphan. Subjects of this research were fifty children in the age of 10-13 years who have lived in the orphan house at least for six months. The data collection method of this research was using scale. The data collection instruments were Self- Adjustment Scale and Perception About Social Support Scale which were organized by researcher. The reliability coefficient of Self-Adjustment Scale was 0,8850 and 0,9239 for Perception About Social Support Scale. Based on the values of those coefficients, both scales were reliable.

  The data was analized by Pearson Product Moment Correlation with one- tailed analysis. The data distribution was normal with linear correlation. The correlation coefficient was 0,531 with P = 0,000. The results of this research showed that hypothesis was accepted. It meaned that there is a very significant positive correlation between self-adjustment and perception about social support on late childhood orphan.

KATA PENGANTAR

  S’gala puji syukur dan kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus yang menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Bukan hal yang mudah untuk bisa melalui masa-masa studi ini. Namun berkat pertolongan Tuhan melalui orang-orang yang hadir di sekeliling saya, saya bisa mempersembahkan skripsi ini dan mengucapkan terima kasih banyak bagi:

  1. Ibu Agnes Indar E., S.Psi., Psi., M.Si. yang telah membimbing selama 2 semester, terimakasih ya Bu untuk waktu dan kesempatan berkonsultasi.

  Tuhan memberkati.

  2. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. dan Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. yang telah meluangkan waktunya untuk mengevaluasi skripsi ini di ruang pendadaran. Tuhan memberkati.

  3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi USD yang telah mendidik dan membagikan ilmunya bagi kami para mahasiswa. Tuhan memberkati.

  4. Mas Gandung, Mbak Nani, Pak Gie, Mas Muji, dan Mas Dony yang dengan penuh semangat melayani dan membantu kegiatan akademis para mahasiswa, terimakasih juga. Begitu juga dengan staf dan karyawan USD yang lainnya, Tuhan memberkati.

  5. Papa dan Mama yang sudah merawat, mendidik, dan mengasihi sedari aku kecil, terima kasih banyak ya. Meskipun tidak sebanding dengan apa yang telah kalian perbuat untukku, semoga karya ini bisa menghadirkan senyum bahagia di wajah kalian. I love both of you. Tuhan memberkati.

  6. Kakakku tersayang Thomas Hendry, how I love and miss u, Bro. Trimakasih buat segalanya. Aku akan selalu ingat bagaimana engkau menjagaku. Skripsi ini ada berkatmu juga. Maafkan kalau aku sering keras kepala dan membuatmu kesal. Aku menyayangimu. Baik-baik di Kalimantan ya!

  7. K’Nano yang menyediakan telinga untuk mendengar keluh kesahku, mata yang mau membaca setiap suratku (meskipun banyak berisi cerita sedih, hehe), dan mulut yang menghibur dan mendoakanku, terima kasih banyak. Semua itu begitu berarti. Aku mengasihimu. Tetap semangat n berserah kepada Tuhan, DIA tahu rencana yang terbaik buat setiap anak-anakNya.

  8. K’Tina yang udah nemenin ke panti asuhan n dengerin kisahku, hehe… Thx ya, sister. Akhirnya kita berjuang bareng neh. Makan bareng lagi yuuks

  ☺

  9. K’Sonny, K’Yo, dan semua saudara-saudariku di PMK Ebenhaezer (nggak cukup kalau mau diabsen satu per satu), thx untuk persekutuan yang begitu indah, berdampak, dan menguatkanku. Tetap setia dalam iman. Terus bersaksi dengan perbuatan dan kehidupan kita. GBU all !!!

  10. Temen-temen: Otic, Ayu, Prima, Noni, Printa, Ajeng, Haksi, Gothe, Ocha, Sadel, Dony, dan semua anak Psi’03 tanpa terkecuali, semangat terus untuk dapetin cita-cita kalian. Kita pasti bisa!

  11. Adek-adekku Alit, Agatha, Andien, Anne, Ita, Inug, Priyo, Wenny, Wida.

  Kalian menjadikan semester ini lebih ceria, walopun aku sering teraniaya oleh kalian, hiks…hiks… Hehe, becanda ding. Rajin-rajin kuliah ya. GBU

  12. Temen-temen KKN (Aning, Dian, Lani, Ulin, Richard, Ronald, Sisil, Taim, Wulan) dan temen baru yang kudapat di Desa Tegal (Deny & Sigit), sueneng buanget bisa mengenal dan ngabisin waktu bersama kalian. Keep in touch…

  13. Semua pengasuh dan anak-anak panti asuhan yang telah membantuku dalam penelitian ini, makasih. Skripsi ini ada berkat kalian. Khusus buat K’Agnes di El Jireh, nice to know and to share with u… Tuhan memberkati.

  14. Buat yang tidak disebutkan di sini karena keterbatasan tempat, bukan berarti kalian tidak berarti bagiku. Aku percaya, setiap pribadi yang boleh kukenal merupakan berkat bagiku. Terimakasih untuk segalanya. May God bless u all.

  Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, semoga skripsi ini bermanfaat. Tuhan memberkati kita semua.

  Yogyakarta, Juli 2007

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………..i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………...iii HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………....iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………...vi ABSTRAK ……………………………………………………………………...vii ABSTRACT ……………………………………………………………………viii KATA PENGANTAR …………………………………………………………...ix DAFTAR ISI ...…………………………………………………………………..xi DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...xiv DAFTAR LAMPIRAN ...……………………………………………………….xv

  BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………….1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………...1 B. Rumusan Masalah …………………………………………………….7 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………..7 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………...9 A. Periode Akhir Masa Kanak-kanak ...………………………………….9

  1. Pengertian dan Karakteristik Periode Akhir Masa Kanak-kanak .…9

  2. Tugas Perkembangan Periode Akhir Masa Kanak-kanak ………...11

  B. Anak Panti Asuhan …………………………………………………..12

  1. Panti Asuhan ……………………………………………………...12

  a. Pengertian Panti Asuhan ……………………………………….12

  b. Tujuan Panti Asuhan …………………………………………...13

  c. Fungsi dan Peran Panti Asuhan ………………………………...13

  2. Sistem Pengasuhan di Panti Asuhan ……………………………...14

  C. Penyesuaian Diri ……………………….……………………………16

  1. Pengertian Penyesuaian Diri ……………………………………...16

  2. Karakteristik Penyesuaian Diri …………………………………...17

  3. Faktor-faktor Penyesuaian Diri .......................................................21 . D. Persepsi Mengenai Dukungan Sosial ……………………………….22

  1. Persepsi ...….……………………………………………………...22

  a. Pengertian Persepsi .…………………………………………......22

  b. Syarat-syarat Terbentuknya Persepsi …………………………...23

  c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi …………………………...24

  2. Dukungan Sosial ………………………………………………......24

  a. Pengertian Dukungan Sosial ...………………………………….24

  b. Sumber Dukungan Sosial ….……………………………………26

  c. Aspek Dukungan Sosial …………………………………….......26

  d. Manfaat Dukungan Sosial ………………………………………29

  3. Persepsi Mengenai Dukungan Sosial ……………………………...30

  E. Hubungan antara Penyesuaian Diri dan Persepsi Mengenai Dukungan Sosial pada Anak Panti Asuhan ...…………………….......31

  F. Hipotesis Penelitian ...………………………………………………..37

  BAB III. METODE PENELITIAN .……………………………………………..38 A. Jenis Penelitian ….…………………………………………………...38 B. Identifikasi Variabel Penelitian ...……………………………………38 C. Definisi Operasional ...…………………………………………….....38 D. Subjek Penelitian ……...……………………………………………..40 E. Metode dan Alat Pengumpul Data ..…………………………………41 F. Prosedur Pengumpulan Data ………..……………………………….46 G. Validitas dan Reliabilitas ……………..……………………………..47 H. Metode Analisis Data ..……………………………………………....54 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..……………………...55 A. Orientasi Kancah ..…………………………………………………...55 B. Pelaksanaan Penelitian ..……………………………………………..58 C. Deskripsi Data Penelitian ..…………………………………………..59 D. Analisis Data Penelitian ..……………………………………………62

  1. Uji Asumsi ……………..…………………………………………62

  2. Uji Hipotesis ………..……………………………………………..64

  E. Pembahasan ..………………………………………………………...65

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..………………………………………71 A. Kesimpulan …..……………………………………………………..71 B. Saran ……......……………………………………………………….71 DAFTAR PUSTAKA ……..…………………………………………………….73 LAMPIRAN ……………………………………………………………………..77

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  Tabel 1. Blue-print Skala Penyesuaian Diri (Sebelum Uji-Coba)…....…………43 Tabel 2. Blue-print Skala Persepsi Mengenai Dukungan Sosial (Sebelum Uji-

  Coba)…………………………………………………………………...45 Tabel 3. Perbandingan Jumlah Item Skala Penyesuaian Diri (Sebelum dan Setelah Uji-Coba)……………………………………………................49 Tabel 4. Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri (Untuk Penelitian)……………51 Tabel 5. Perbandingan Jumlah Item Skala Persepsi Mengenai Dukungan Sosial

  (Sebelum dan Setelah Uji-Coba).…………………………....................52 Tabel 6. Distribusi Item Skala Persepsi Mengenai Dukungan Sosial (Untuk

  Penelitian)……………………………………………………………...53 Tabel 7. Karakteristik Usia Subjek Penelitian…………………………………..59 Tabel 8. Hasil Analisis Deskriptif……………………………………………….60 Tabel 9. Norma Kategorisasi Skor………………………………………………61 Tabel 10. Kategorisasi Skor Penyesuaian Diri….………………………………..61 Tabel 11. Kategorisasi Skor Persepsi Mengenai Dukungan Sosial……………...62 Tabel 12. Hasil Uji Normalitas…………………………………………………..63 Tabel 13. Hasil Uji Linearitas…………………………………………………....64 Tabel 14. Hasil Uji Hipotesis…………………………………………………….64

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

  Lampiran 1. Data Uji-Coba……………………...…………………...................77

  A. Penyesuaian Diri……………...………………………………...77

  B. Persepsi Mengenai Dukungan Sosial………………...………....95 Lampiran 2. Data Penelitian……………………………………….…………..113

  A. Penyesuaian Diri……………………………………………....113

  B. Persepsi Mengenai Dukungan Sosial………………………….125 Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas…………......................................................139

  A. Penyesuaian Diri……………………………………………...139

  B. Persepsi Mengenai Dukungan Sosial…………………………144 Lampiran 4. Hasil Skor Skala Penyesuaian Diri dan Skala Persepsi Mengenai

  Dukungan Sosial..……………………….……………………….149 Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas………………………………….………….151 Lampiran 6. Hasil Uji Linearitas………………………………………………152 Lampiran 7. Hasil Uji Korelasi………………………………………………..154 Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian……………………………………..155

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah media massa memuat berita mengejutkan mengenai peristiwa

  bunuh diri yang dilakukan oleh seorang siswi kelas 4 SD pada pertengahan tahun 2001. Lysher Loh Jia Hui meninggal dunia setelah terjun dari sebuah apartemen tingkat lima. Anak itu merasa sangat kecewa setelah mendapat ranking ketiga (Olivia, 2004). Tindakan bunuh diri anak berusia 10 tahun ini hanya salah satu dari sekian banyak kasus bunuh diri anak yang akhir-akhir ini banyak diberitakan.

  Dapat dikatakan bahwa kasus ini terjadi akibat kegagalan anak melakukan penyesuaian terhadap pribadinya sendiri yaitu tidak bisa menerima keadaan dirinya.

  Fenomena lain dapat menunjukkan adanya problem kesulitan anak dalam melakukan penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Dalam beberapa waktu terakhir, jumlah anak-anak yang menjadi pelaku tindak kriminal meningkat pesat, bahkan sudah tidak dapat dihitung dengan jari lagi. Anak-anak yang masih berusia belasan tahun menjadi pelaku pencurian kendaraan bermotor, menggunakan obat- obatan terlarang, bahkan ada pula yang melakukan tindakan pemerkosaan. Saat ini, narapidana anak-anak berusia di bawah 18 tahun di seluruh Indonesia berjumlah sekitar 3000 orang (Hnr, 2006).

  Kedua fakta yang diuraikan di atas membuktikan bahwa ternyata tidak sedikit anak yang gagal melakukan penyesuaian diri. Hal ini terutama sering terjadi pada anak-anak yang sedang berada pada fase akhir masa kanak-kanak. Pada periode akhir masa kanak-kanak, anak sedang mengalami kondisi-kondisi sulit yang sangat mempengaruhi penyesuaian dirinya. Kesulitan tersebut dirasakan antara lain karena adanya tuntutan dan harapan dari sekolah yang baru dimasukinya, masalah relasi dengan orang di sekitarnya, dan juga pada tahun- tahun menjelang berakhirnya masa kanak-kanak yang disebabkan oleh ketidakseimbangan akibat perubahan fisik (Hurlock, 1999; Santrock, 2002).

  Di sisi lain, Havighurst (dalam Hurlock, 1999) justru mengatakan bahwa melakukan penyesuaian diri merupakan salah satu tugas perkembangan (developmental task) yang harus dipenuhi pada akhir masa kanak-kanak. Penyesuaian diri mengacu pada seberapa jauh kepribadian seseorang berfungsi efisien secara pribadi maupun sosial untuk mencapai keserasian antara diri dan lingkungan. Secara pribadi anak membangun sikap yang sehat untuk menerima dirinya sendiri sebagai individu yang sedang tumbuh, sedangkan secara sosial anak belajar menyesuaikan diri dengan hal-hal di luar dirinya Ketrampilan penyesuaian diri selayaknya dikembangkan sejak dini.

  Apabila anak berhasil memenuhi tugas perkembangan ini, maka anak merasa bahagia dan semakin mudah dalam memenuhi tugas perkembangan berikutnya.

  Apalagi, masa kanak-kanak merupakan tahap yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Gunarsa & Gunarsa (2006) bahwa dasar kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak- kanak. Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung menjadi anak yang mudah bergaul, hangat dan terbuka, serta lebih mudah menerima kelemahan- kelemahan orang lain. Sebagai akibatnya, di masa dewasa mereka juga lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan, kehidupan perkawinan, maupun dalam bermasyarakat.

  Kegagalan melakukan penyesuaian diri dapat menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan anak untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup. Anak-anak yang kurang mampu menyesuaikan diri pada umumnya menjadi anak yang lebih tertutup, labil emosinya, dan mengalami kesukaran dalam hubungan dengan orang lain. Seperti yang telah digambarkan di awal, dampak dari penyesuaian diri yang buruk beragam bentuknya, mulai dari terganggunya kondisi fisik akibat stres, keterlibatan anak dalam tindakan kriminal, sampai pada tindakan bunuh diri.

  Menurut Gunarsa (1995), penyesuaian diri anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Pertama, sifat-sifat mendasar yang dimiliki individu sejak lahir, artinya ada anak yang mengalami kesukaran penyesuaian diri karena sifat pemalu, pendiam, tidak banyak bicara, dan sukar mengemukakan pendapat. Kedua, kebutuhan- kebutuhan pribadi individu, artinya kebutuhan yang berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya akan mempengaruhi cara bertingkah laku dan cara menyesuaikan diri terhadap tujuan atau objeknya. Ketiga, pembentukan kebiasaan dari lingkungan, artinya lingkungan diharapkan bisa memberikan batas-batas tertentu, memberikan bantuan, dan melatih anak untuk bisa menyesuaikan diri.

  Fokus dalam penelitian ini terkait dengan faktor pembentukan dari lingkungan. Saat anak mengalami masalah penyesuaian diri, anak sangat mengharapkan kehadiran orang dewasa yang mampu memahami dan membantu mereka memecahkan masalah yang dihadapi. Anak membutuhkan dukungan sosial dari orang yang memiliki hubungan dekat, baik berupa dorongan emosional, informasi-informasi tertentu, maupun penilaian positif tentang dirinya. Dukungan sosial dapat bersumber dari siapa saja yang ada di lingkungan sekitarnya, namun figur terdekat di mana anak bisa memperoleh dukungan sosial adalah orang tua. Orang tua merupakan significant other yang paling berarti sekaligus menjadi tempat pertama bagi anak mengalami interaksi sosial karena anak paling banyak menghabiskan waktu dengan orang tua. Di samping itu, orang tua menjadi figur yang dapat memberikan bimbingan perilaku yang tepat dengan tetap menerima anak apa adanya. Dengan kata lain, orang tua mampu berperan sebagai pemberi dukungan sosial yang sangat dibutuhkan anak.

  Bila anak mempunyai persepsi bahwa ada orang tua yang dapat diandalkan untuk memperoleh dukungan sosial dan bahwa kebutuhannya akan terpenuhi dengan dukungan sosial tersebut, ia akan merasa diterima, dihargai, dicintai, dan dipedulikan sehingga selanjutnya anak akan membentuk konsep diri yang positif.

  Menurut Hurlock (1992), semakin kuat dan banyak orang yang menyukai dan menerima dirinya, anak akan semakin kuat pula menerima dirinya, yang berarti konsep diri anak semakin positif. Selain itu, saat anak menghadapi masalah dan tekanan dalam hidupnya, anak memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat mengandalkan orang tua untuk menolongnya mengatasi masalah tersebut. Hal ini tentu sangat menunjang penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.

  Penelitian mengenai hubungan antara dukungan sosial dan penyesuaian diri pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain oleh Herdiana (2004) terhadap remaja pelajar SMP berusia 12-15 tahun dan Karanina (2004) terhadap istri yang sedang hamil anak pertama. Dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat dan signifikan antara dukungan sosial dan penyesuaian diri.

  Hal yang memprihatinkan adalah realitas bahwa tidak setiap anak memperoleh kesempatan untuk hidup, tumbuh, dan berkembang dalam asuhan keluarga utuh yang ideal. Pada tahun 2003, tercatat ada 4,12 juta anak terlantar di Indonesia yang terdiri dari 1,14 juta balita dan 2,98 juta anak berusia 6-18 tahun (Departemen Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, 2004). Di Propinsi DIY terdapat 14.947 anak terlantar pada tahun 2004 (Dinas Sosial Propinsi DIY, 2004). Anak- anak ini kehilangan sosok orangtuanya. Penyebab ketelantaran anak-anak ini beranekaragam. Ada yang terpisah dari orang tua karena kematian, ada yang terpisah dari keluarga karena suatu bencana, bahkan ada anak yang terlantar karena keluarganya tidak sanggup menghadapi tekanan ekonomi maupun masalah internal lainnya.

  Hingga saat ini, terdapat banyak lembaga sosial yang peduli terhadap nasib anak-anak terlantar, baik lembaga pemerintah maupun swasta. Salah satunya adalah yang berbentuk panti asuhan. Berdasarkan data Dinas Sosial Propinsi DIY (2004), pada tahun 2004 telah berdiri 59 panti asuhan dengan 3778 anak asuh di Propinsi DIY. Panti-panti asuhan tersebut memberikan pelayanan berupa fasilitas, bimbingan, dan asuhan dari para pengasuh yang berperan sebagai pengganti orang tua mereka. Anak-anak tersebut dibina agar menjadi pribadi yang mandiri, bertanggungjawab, dan berguna bagi masyarakat dan bangsa.

  Panti asuhan berfungsi menciptakan suasana kekeluargaan yang di dalamnya terdapat rasa saling menghargai, mengasihi, menghormati, dan mendukung, yang sebelumnya tidak diperoleh anak di luar panti asuhan. Namun, kondisi lingkungan panti akan sangat jauh berbeda dengan kondisi lingkungan keluarga sendiri. Dalam situasi demikian, timbulnya masalah penyesuaian diri pada anak panti asuhan sangat mungkin terjadi. Dalam sebuah studi kasus yang dilakukan terhadap anak Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Serangan Yogyakarta disimpulkan bahwa masalah yang sering timbul sebagai wujud dari penyesuaian diri yang buruk di antaranya adalah kepercayaan diri yang rendah, sikap tidak disiplin, pertengkaran dengan sesama anak asuh di panti, dan ketidakcocokan dengan pembina panti (Rusmiyati, 1999).

  Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masa akhir kanak-kanak merupakan masa yang paling penting bagi seorang individu untuk mempelajari ketrampilan menyesuaikan diri agar mereka bisa mencapai keberhasilan di masa dewasa. Beberapa penelitian yang telah diuraikan di atas membuktikan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara penyesuaian diri dan dukungan sosial. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara penyesuaian diri dengan persepsi mengenai dukungan sosial pada anak-anak panti asuhan, mengingat bahwa kondisi panti asuhan yang berbeda dengan lingkungan keluarga sendiri memungkinkan timbulnya masalah penyesuaian diri.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan positif yang signifikan antara penyesuaian diri dan persepsi mengenai dukungan sosial anak panti asuhan pada periode akhir masa kanak-kanak?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan positif yang signifikan antara penyesuaian diri dan persepsi mengenai dukungan sosial anak panti asuhan pada periode akhir masa kanak-kanak.

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.

  Manfaat praktis Jika hipotesis dalam penelitian ini dapat dibuktikan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman bagi para pekerja sosial panti asuhan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai pentingnya persepsi anak panti asuhan bahwa dirinya mendapat dukungan sosial, agar selanjutnya mampu berperan serta dalam memberikan dukungan sosial sesuai dengan kebutuhan anak-anak tersebut demi optimalisasi kemampuan penyesuaian dirinya.

  2. Manfaat teoretis

  a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi ilmu pengetahuan psikologi, khususnya dalam bidang psikologi perkembangan anak mengenai penyesuaian diri dan persepsi mengenai dukungan sosial anak panti asuhan di akhir masa kanak-kanak.

  b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Periode Akhir Masa Kanak-kanak

1. Pengertian dan Karakteristik Periode Akhir Masa Kanak-kanak

  Periode akhir masa kanak-kanak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saat individu menjadi matang secara seksual, yaitu 13 tahun pada wanita dan 14 tahun pada laki-laki (Hurlock, 1992).

  Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang terungkap dalam Santrock (2002), periode akhir masa kanak-kanak ditandai oleh terjadinya perkembangan dalam tiga domain utama, yaitu: a. Perkembangan fisik

  Pada periode akhir masa kanak-kanak, pertumbuhan fisik anak berlangsung secara pelan, namun konsisten. Periode ini adalah masa tenang sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Massa dan kekuatan otot secara berangsur-angsur bertambah. Anak memperoleh kendali lebih besar atas tubuhnya. Gerakan-gerakan yang dilakukan anak merupakan gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat. Perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi. Ketrampilan motorik kasar yang semakin baik terlihat dari penguasaan anak terhadap banyak ketrampilan fisik, seperti berlari, memanjat, melompat, dll. Meningkatnya koordinasi motorik halus tercermin dalam ketrampilan menulis tangan, antara lain kemampuan anak untuk menulis kata dan huruf-huruf yang lebih kecil dan lebih rata. Anak laki-laki biasanya tampil lebih baik pada ketrampilan-ketrampilan motorik kasar, sedangkan anak perempuan lebih baik pada ketrampilan-ketrampilan motorik halus.

  b. Perkembangan kognitif Pada masa ini, perkembangan kognitif anak sudah semakin matang, yang ditandai oleh perubahan kemampuan intelektual. Atensi (perhatian) meningkat secara dramatis. Memori jangka panjang bertambah seiring dengan pertambahan usia. Informasi yang diterima anak dapat diorganisasikan secara spontan untuk diingat. Kemampuan berbahasa anak semakin maju. Penalaran logis dan ketrampilan analitis yang dimiliki membantu anak untuk menganalisis dan memahami konstruksi kata-kata. Dengan demikian, anak dapat memahami berbagai kata-kata meskipun kata-kata tersebut tidak berkaitan langsung dengan pengalaman pribadinya, sehingga perbendaharaan kata-katanya terus meningkat.

  c. Perkembangan sosioemosional Di masa akhir kanak-kanak, relasi keluarga dan teman-teman sebaya memainkan peran yang sangat penting. Anak dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru, yaitu lingkungan sekolah serta teman- temannya. Anak mulai mengembangkan ketrampilan interpersonal, misalnya dengan menjalin hubungan persahabatan yang intim. Pada masa ini pula, anak belajar untuk mengendalikan reaksi emosinya dengan cara atau tindakan yang dapat diterima oleh lingkungan. Moral dan pemahaman dirinya mulai berkembang. Oleh karena itu, sudah memungkinkan bagi orang tua untuk mengajarkan anak tentang pengendalian perilaku, disiplin, maupun tentang tanggung jawab. Orang tua dapat menuntun anak untuk memantau perilakunya sendiri, mengadopsi standar-standar perilaku yang sesuai, dan menghindari resiko-resiko yang membahayakan.

2. Tugas Perkembangan Periode Akhir Masa Kanak-kanak

  Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999), tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas berikutnya, namun akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas berikutnya jika gagal.

  Havighurst (dalam Hurlock, 1999) menguraikan bahwa tugas-tugas perkembangan pada periode akhir masa kanak-kanak meliputi: a.

  Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum b.

  Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh c.

  Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya

  d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat e.

  Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung f.

  Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata, dan tingkatan nilai h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga- lembaga i. Mencapai kebebasan pribadi

  Beberapa tugas perkembangan tersebut muncul sebagai hasil kematangan fisik dan sebagian tugas lainnya berkembang dari tekanan budaya masyarakat.

  Jadi, seorang anak yang sedang berada pada periode akhir masa kanak-kanak harus mampu untuk melakukan tugas-tugas perkembangan pada tahap ini agar anak semakin mudah dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan di masa selanjutnya.

B. Anak Panti Asuhan 1. Panti Asuhan

a. Pengertian Panti Asuhan

  Panti asuhan adalah suatu tempat untuk mengasuh anak-anak yatim, piatu, atau yatim-piatu, bahkan anak-anak terlantar untuk dibina menjadi anak yang mandiri, bertanggungjawab, serta patuh dan berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa (Sumarto dalam Purnomo, 2004).

  b. Tujuan Panti Asuhan

  Menurut Departemen Sosial (dalam Nainggolan, 2003), tujuan dari panti asuhan adalah:

  1. Agar anak asuh dapat menjadi warga masyarakat dan negara yang hidup layak dan mandiri, serta penuh tanggung jawab baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun orang lain.

  2. Memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak asuh agar terpenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosialnya.

  3. Memberikan asuhan dan bimbingan kepada anak-anak asuh atau masyarakat agar mampu hidup layak.

  4. Mewujudkan kader bangsa yang berkepribadian Pancasila.

  c. Fungsi dan Peran Panti Asuhan Departemen Sosial (dalam Paulina, 1998) mengatakan bahwa panti asuhan

  berfungsi menampung anak-anak yatim, piatu atau keduanya, anak-anak terlantar bahkan anak-anak yang mengalami kesulitan ekonomi untuk memperoleh perhatian berupa pemenuhan kebutuhan dasar dan memperoleh status sosial yang layak. Pemenuhan kebutuhan dasar yang diperoleh anak di panti asuhan meliputi makanan, minuman, beristirahat, perlindungan, juga perhatian dan kasih sayang dari teman lainnya. Mereka juga memperoleh pendidikan dan pengembangan ketrampilan potensi yang dimilikinya. Dengan pemberian pendidikan, diharapkan anak asuh memperoleh persiapan bekal untuk kelanjutan masa depannya.

  Panti asuhan memiliki peranan dalam menciptakan suasana kekeluargaan sehingga anak asuh dapat merasakan hubungan harmonis yang diciptakan oleh para pengasuh. Anak asuh dalam panti asuhan merasakan hubungan kasih sayang dan perhatian, baik dari sesama anak asuh (hubungan kakak-adik) maupun dengan para pengasuh (hubungan orang tua-anak).

  Sebagaimana keluarga berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan afeksi, maka panti asuhan sebagai pengganti keluarga selayaknya juga dapat berperan sebagai sarana sosialisasi dan afeksi bagi anak asuhnya. Dengan kata lain, panti asuhan memiliki tanggung jawab yang sama dengan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar terutama pemenuhan kebutuhan kasih sayang pada anak. Bila di dalam panti asuhan tercipta suasana kekeluargaan, maka anak panti asuhan akan merasa betah karena anak merasa seperti tinggal bersama dalam sebuah keluarga.

  Jadi, panti asuhan selayaknya mampu menjalankan fungsi dan peranannya dengan baik karena hal itu sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak asuh secara optimal.

2. Sistem Pengasuhan di Panti Asuhan

  Salah satu sistem pengasuhan yang diterapkan di panti-panti asuhan yang telah berdiri saat ini adalah pengasuhan dengan sistem asrama, artinya anak-anak diasuh dalam sebuah rumah pemondokan atau rumah besar yang menerima banyak anak. Semua anak diasuh oleh 3-4 orang pengasuh dan kemungkinan pengasuh tidak tetap serta silih berganti.

  Dalam panti asuhan, anak-anak berinteraksi dengan pengasuh yang berperan dalam merawat, mendidik, dan membimbing mereka. Banyaknya jumlah anak yang tinggal di dalam panti juga memberi kesempatan pada anak untuk bergaul dan menjalin interaksi dengan sesama anak asuh, baik yang sebaya, yang berusia lebih muda, maupun yang berusia lebih tua.

  Seperti anak-anak pada umumnya, anak panti asuhan juga menjalani rutinitas kehidupan sehari-hari. Sejak dini, anak-anak panti asuhan dibekali dengan aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pendidikan dan ketrampilan yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka, misalnya dengan belajar pendidikan formal di sekolah, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan bakat dan minat, dilatih untuk melakukan ketrampilan bantu diri, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dll. Namun, pembekalan yang diberikan bukan hanya dalam hal-hal yang bersifat jasmaniah. Anak asuh juga diberi pendidikan moral maupun pendidikan agama, serta dilatih untuk menerapkan disiplin dalam kehidupannya. Semua hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar anak asuh mampu dan terbiasa hidup mandiri, tidak tergantung kepada orang lain, dan mampu menyesuaikan diri dengan pribadinya sendiri maupun dengan lingkungan, mengingat bahwa suatu saat anak asuh pasti akan meninggalkan panti asuhan dan harus turut berdinamika dalam masyarakat.

C. Penyesuaian Diri 1.

   Pengertian Penyesuaian Diri

  Schneiders (1964) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses yang melibatkan baik respon mental maupun perilaku individu untuk memenuhi kebutuhan, mengatasi ketegangan frustrasi dan konflik agar tidak menimbulkan pertentangan antara tuntutan dari dalam diri individu dan dari lingkungan. Penyesuaian diri merupakan suatu proses untuk belajar memahami, mengerti, dan berusaha melakukan apa yang diinginkan oleh dirinya maupun oleh lingkungannya.

  Menurut Kartono (2000), penyesuaian diri merupakan usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya, dapat mempertahankan eksistensinya, serta memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah. Selain itu, penyesuaian diri juga berarti bahwa individu dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan-tuntutan sosial.