Model Manajemen Perubahan dalam Pengembangan Mutu Pendidikan di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo - Electronic theses of IAIN Ponorogo

  

MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM

PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN

PONDOK PESANTREN WALI SONGO

NGABAR PONOROGO

TESIS

Oleh:

Muh Zulfikar Ali Khamdani, S.Pd.I

  

NIM: 212216030

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PROGAM PASCASARJANA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PONOROGO

2018

  

ABSTRAK

  Zulfikar, Muhammad, Model Manajemen Perubahan dalam Pengembangan Mutu Pendidikan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo. Tesis, Progam Studi Manajemen Pendidikan Islam, Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing: Iza Hanifudin, Ph.D.

  

Kata Kunci: Pesantren, Manajemen Perubahan, Pengembangan Mutu

Pendidikan.

  Globlalisasi akan menimbulkan persaingan, persaingan ini akan terjadi pada segala bidang, tak terkecuali dunia pendidikan, dan lebih khusus dunia Pondok Pesantren. Melihat perkembangan globalisasi saat ini yang begitu cepat, terutama pada zaman millenial ini, agar dapat survive mengikuti perkembangan zaman, pondok pesantren atau lembaga pendidikan tidaklah cukup hanya dengan memanage serta memiliki sumber daya manusia yang mumpuni, akan tetapi aspek yang cukup vital ialah adanya manajemen perubahan. Pembenahan dan perubahan manajemen pesantren merupakan bagian yang sangat penting dari upaya pengembangan pendidikan di dunia pesantren. Pengembangan mutu dan kualitas pendidikan secara sungguh-sungguh adalah kebijakan yang sangat strategis bagi masa depan.

  Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis proses, implementasi dan faktor manajemen perubahan di Pondok Pesanten “Wali Songo” dalam pengembangan mutu pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikannya yang bermutu.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, karena peneliti langsung menggali data di lapangan yaitu PPWS Ngabar Ponorogo. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan empat tahapan yaitu, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses implementasi manajemen perubahan sesuai dengan konsep manajemen perubahan Burnes. Bahwa perubahan organisasional dapat dilihat sebagai produk dari tiga proses organisasi yang bersifat independen, yaitu a. The Choice process, implementasinya ialah menggunakan metode SWOT, memfokuskan pada peningkatan kualitas mutu bahasa dan al- Qur’an, serta pengambilan keputusan perubahan diputuskan dalam musyawarah rapat kerja, b. The trajectory process, implementasinya ialah pembenahan visi, menerapkan tiga komponen penting, yaitu: Perencanaan mutu, Pelaksanaan dan control mutu, serta, menumbuhkan dan mempertahankan budaya mutu dengan Total Quality Management (TQM) adapun c. The change process, implementasinya ialah pendekatan pada mekanisme untuk mencapai dan hasil perubahan yang mencakup input, proses, dan output yang

  

berdasarkan mutu . Terkait resistensi timbul dari individual. Faktor Perubahannya

  ialah dari great individuals dan Gerakan perubahan (empowerment) dengan pendekatan Normatif-Reedukatif.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

  ………………………… ii LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN..

  ………………… iii

  PERNYATAAN KEASLIAN

  ………………………………………….. iv

  MOTTO

  ………………………………………………………………… v

  ABSTRAK

  ……………………………………………………………… vi

  PERSEMBAHAN

  vii ………………………………………………………

  

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. viii

DAFTAR ISI

  …………………………………………………………… x

  DAFTAR TABEL

  ……………………………………………………… xiii

  

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xiv

PEDOMAN TRANSLETERASI

  ……………………………………… xv

  BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH ………………………. 1 B. RUMUSAN MASALAH …………………………………... 11 C. FOKUS PENELITIAN …………………………………….. 11 D. TUJUAN PENELITIAN …………………………………… 11 E. MANFAAT PENELITIAN ………………………………... 12 F. TEMUAN TERDAHULU ……………...………………….. 12 G. METODE PENELITIAN ………………………………….. 16 H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ………………………… 29 BAB II KONSEP MANAJEMEN PERUBAHAN DAN MUTU PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN

  30 ……………...…….

  A. Konsepsi Manajemen Perubahan

  ..……………………… 30 1.

  30 Pengertian Manajemen Perubahan ………..………….

  2.

  33 Tujuan dan Prinsip Manajemen Perubahan ……….….

  3. Karakteristik Pendekatan Manajemen Perubahan ……... 35 4.

  42 Jenis Manajemen Perubahan ………………………….

5. Masalah Dalam Manajemen Perubahan ……………… 43 6.

  85 A. Data Umum ………………………………………………

  126 4. Faktor Manajemen Perubahan Dalam Pengembangan

  Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo ………………………………

  117 3. The Change Process (Proses Perubahan) Dalam

  Dalam Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo ………………………………

  112 2. The Trajectory Process (Proses Lintasan) Perubahan

  The Choice Process (Proses Pilihan) Perubahan Dalam Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo ………………………………

  B. Data Khusus 1.

  85 1. Profil Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar …………. 85

  Target Dalam Manajemen Perubahan ………………... 47 7. Mengelola Manajemen Perubahan Secara Efektif ……

  48 8. Ruang Lingkup dan Tahapan Manajemen Perubahan ..

  80 BAB III APLIKASI MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN

  Pendidikan Dalam Pengembangan Pendidikan Pondok Pesantren ………………………………………………

  78 6. Komponen Strategis Manajemen Mutu Progam

  Pondok Pesantren ………………………………………

  ……………………………… 61 1. Pengertian Mutu Pendidikan Pesantren …..…………… 64 2. Karakter Pendidikan Pesantren Yang Bermutu ……….. 66 3. Indikator Mutu Pendidikan Pesantren Yang Bermutu … 71 4. Mendesain Pendidikan Bermutu di Pesantren …………. 73 5. Pengembangan Tiga Sistem Mutu untuk Pendidikan

  B. Mutu Pendidikan Pesantren

  Perubahan Sosial ……………………………………… 61

  49 9. Model Perubahan ……………………………………… 55 10.

  DALAM PENGEMBANGAN MUTU PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR ……………………

  Mutu di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponoro go ……………………………………………….

  143

BAB IV ANALISIS KRITIS MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN MUTU DI PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR ………

  ……………………………………………………………. 195

  …………………………………………………... 188 BIOGRAFI ……………………………………………………………... 194 LAMPIRAN

  Kesimpulan ………………………………………………… 184 B. Saran-saran …………………………………………………. 186

  ……………………………………………………. 184 A.

  181

  Faktor Manajemen Perubahan Dalam Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponoro go………...

  …………………………………………… 162 D.

  The Change Process (Proses Perubahan) Dalam Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo

  …………………………………………… 152 C.

  The Trajectory Process (Proses Lintasan) Perubahan Dalam Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo

  …………………………………….......… 146 B.

  Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo

  146 A. The Choice Process (Proses Pilihan) Perubahan Dalam

BAB V PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jenis Kegiatan Harian

  109

Tabel 3.2. Jenis Kegiatan Mingguan 110Tabel 3.3. Data Santri TMI 2018-2019 110Tabel 3.4. Data Guru TMI 2018-2019 111Tabel 3.5. Data Seluruh Santri Ngabar 111

  Tabel 3.6: Analisa Evaluasi Pencapain Progam TMI 125 Tabel 3.7: Mata Pelajaran Unggulan 2018 137 Tabel 4.1: Analisa Evaluasi Pencapain Progam TMI 160

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Langkah Analisis Data Model Miles & Huberman

  24 Gambar 2.1. Penyebab timbulnya penolakan individu terhadap perubahan

  45 Gambar 2.2. Penyebab timbulnya penolakan kelompok terhadap perubahan

  47 Gambar 2.3. Model Manajemen Perubahan Burnes

  50 Gambar 2.4. Hirarki Konsep Mutu

  80 Gambar 2.5. Perencanaan Mutu

  81 Gambar 2.6. Pelaksanaan Mutu

  82 Gambar 2.7. Evaluasi Mutu

  83 Gambar 2.8.Sirkulasi Progam Kegiatan Pondok Pesantren Berdasarkan Pendekatan Deming

  84 Gambar 3.1. Konsep Perencanaan Mutu TMI 122

Gambar 3.2. Jadwal Kegiatan Seleksi Santri Baru 129Gambar 3.3. SOP Bulis Pagi Al-Azhar 133Gambar 3.4. Media Sosial Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar 134Gambar 3.5. Konsep Pencapaian ISO 90001/2015 Ngabar 136Gambar 3.6. Konsep Manajemen Keuangan Ngabar 140Gambar 4.1. Konsep Perencanaan Mutu TMI 156

  Gambar 4.2.Sirkulasi Progam Kegiatan Pondok Pesantren Berdasarkan Pendekatan Deming

  159

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

  Transliterasi yang digunakan dalam penulisan Tesis ini berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama Republik Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543 b/U/1987 tentang Transliterasi Huruf Arab ke dalam Huruf Latin adalah sebagai berikut :

A. Konsonan

  Alif Tidak dilambangkan

  ض

  Za Z Zet

  س

  Sin S Es

  ش

  Syin Sy Es dan Ye

  ص

  Sad Ṣ

  Es (titik di bawah)

  Dad Ḍ

  Ra R Er

  De (titik di bawah)

  ط

  Ta Ṭ

  Te (titik di bawah)

  ظ

  Za Ẓ

  Zet (titik di bawah)

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا

  ز

  ر

  Tidak dilambangkan

  Jim J Je

  ب

  Ba B Be

  ت

  Ta T Te

  ث

  Sa Ṡ

  Es (titik di atas)

  ج

  ح

  Huruf-huruf bahasa Arab ditransliterasi ke dalam huruf sebagai berikut:

  Ha Ḥ

  Ha (titik di bawah)

  خ

  Kha Kh Ka dan Ha

  د

  Dal D De

  ذ

  Za Ż

  Zet (titik di atas)

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ع

  Wau W We

  Contoh: ََل ْوَه ditulis haula

  ََفْيَك ditulis kaifa

  Fathah + yā’ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai (يأ). Contoh:

  Contoh vokal rangkap : 1.

  ََرَسَك ditulis kasara ََلَعَج ditulis ja‘ala

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong). Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf. Contoh vokal tunggal :

  Ya Y Ye

  ى

  Apostrof

  Hamzah ’

  ء

  Ha H Ha

  ـه

  و

  ‘ain ‘ Apostrof terbalik

  Qaf Q Qi

  غ

  Gain G Ge

  ف

  Fa F Ef

  ق

  ك

  Nun N En

  Kaf K Ka

  ل

  Lam L El

  م

  Mim M Em

  ن

B. Vokal

2. Fathah + wāwu mati ditulis au (وا).

  C. Maddah

  Maddah atau vokal panjang yang di dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda. Vokal panjang ditulis, masing-masing dengan tanda hubung (-) diatasnya.

  

Huruf Latin

Tanda Nama Nama

  Fathah dan alif

  ا…َََ

  â a dengan garis di atas

  ي... ِ Atau fathah dan ya

  Kasrah dan ya î i dengan garis di atas

  ي... ِ

  Dammah dan wau û u dengan garis di atas

  و... ِ

  Contoh : ََلاَق ditulis qâla ََلْيِق ditulis qîla َُل ْوُقَي ditulis yaqûlu

  D. Ta marbutah

  Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu : ta’ marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta’ marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al-serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

  Contoh : َِلاَفْطَلاْاَُةَض ْو َر ditulis rauah al-afāl َِلاَفْطَلاْاَُةَض ْو َر ditulis rauatul afāl

  E. Syaddah

  Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid, dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

  Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah

  َ ىـِــــ, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (i). Contoh :

  اَنَّب َر ditulis rabbanâ ََب َّرَق ditulis qarraba َ دَحلا ditulis al-ḥaddu

  F. Kata Sandang Alif + Lam ( لا)

  Transliterasi kata sandang dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1.

  Kata sandang diikuti huruf syamsiah Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu atau huruf lam diganti dengan huruf yang mengikutinya.

  Contoh : َُلُج َّرلا ditulis ar-rajulu

  َُسْمَّشلا ditulis as-syamsu 2. Kata sandang diikuti huruf qamariah Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditulis al-.

  Contoh : َُكِلَمْلَا ditulis al-Maliku

  َُمَلَقلا ditulis al-qalamu

  G. Hamzah

  Hamzah ( ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir kata, maka ditulis dengan tanda apostrof (’).

  H. Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun huruf, ditulis terpisah.

  Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut bias dilakukan dengan dua cara, bisa terpisah per kata dan bisa pula dirangkaikan. Contoh :

  ََنْيِق ِزاَّرلاٌَرْيَخَ َوُهَلََاللهََّنِا َو Ditulis Wa innallâha lahuwa khair al-râziqîn Atau Wa innallâha lahuwa khairurrâziqîn

I. Huruf Kapital

  Walaupun dalam sistem huruf Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf kapital tetap digunakan. Penggunakan huruf kapital sesuai dengan EYD, di antaranya huruf kapital digunakan untuk penulisan huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Penggunaan huruf kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisa itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.

  Contoh : ي ِرَاخُبلا ditulis al-Bukhârî

  يِقَهْيَبلا ditulis al-Baihaqî

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen sebagai ilmu yang baru dikenal pada pertengahan abad ke-19

  dewasa ini sangat populer bahkan dianggap sebagai kunci keberhasilan pengelola perusahaan atau lembaga pendidikan tak terkecuali lembaga pendidikan Islam.

  Dubrin dalam bukunya Thoyyib, memandang bahwa “Manajemen sebagai suatu

  1

  disiplin ilmu atau bidang studi, orang, atau karir.” Menurut Holt dalam bukunya Akdon, mengatakan

  “Management is the process of planning, organizing,

  

leading, and controlling that encompases human, material, financial, and

  2 Lebih lanjut Terry information resources is an organization envirounment ”.

  dalam Ondi memberi pengertian bahwa Management is distince process

  

consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed to

determine and accomplish stated objectives by us of human being and others

  3

resources . Jadi manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan

  perencanaan, pengorganisasian, pengalaman, dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

  Faktor penentu utama sebuah organisasi, lembaga pendidikan, atau perusahaan ialah dapat dilihat dari kepemimpinannya. Kepemimpinan yang baik, 1 akan memanage dengan baik, begitupun sebaliknya, kepemimpinan yang kurang

  

Muhammad Thoyyib, Model Otonomi Manajemen Mutu Perguruan Tinggi Islam di Indonesia,

2 (Yogyakarta: Cetta Media, 2015), hal. 15 3 Akdon, Srategic Management For Educational Management, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 3

  2

  baik, akan memanage dengan cara yang kurang baik. Hal tersebut, selaras dengan yang disampaikan Martoyo, bahwa Pemimpin adalah inti dari

  4

  manajemen. Dapat diartikan bahwa, kesuksesan pada perencanaan, pengorganisasian, pengevaluasian tergantung banyaknya pada bagaimana seorang pemimpin itu memimpin. Di samping hal tersebut, sumber daya manusia (SDM) suatu lembaga pendidikan atau perusahaan harus mumpuni. Para pakar manajemen mengatakan bahwa untuk dapat berkembang dan berjayanya sebuah organisasi, harus memiliki power atau daya/kekuatan, daya/kekuatan tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber yang dapat diberdayakan, salah satunya

  5 ialah sumber daya manusia.

  Melihat perkembangan globalisasi saat ini yang begitu cepat, terutama pada zaman millenial ini, agar dapat survive mengikuti perkembangan zaman, organisasi atau lembaga pendidikan tidaklah cukup hanya dengan memanage serta memiliki sumber daya manusia yang mumpuni, akan tetapi aspek yang cukup vital ialah adanya manajemen perubahan. Organisasi publik atau modern harus menyiapkan dan menempatkan manajer yang mampu memimpin pembaharuan, kalau tidak demikian, organisasi atau perusahaan tersebut, tak mampu bertahan dan akan lenyap tergilas oleh situasi, dan kondisi, lantaran tak mampu menghadapi tuntutan lingkungan yang semakin kompetitif, dan harapan

  6

  masyarakat. Dalam dunia pendidikan perubahan telah menjadi karakteristik

4 Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: PT. BPFE Yogyakarta, 2000),

  5 hal. 175. 6 Meldona, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hal. 16

Ismail Nawawi, Manajemen Perubahan Teori dan Aplikasi pada Organisasi Publik dan Bisnis,

  3

  7

  utama, Perubahan selalu mendatangkan ketidakpastian, dan kekawatiran, akan tetapi tanpa adanya perubahan lembaga atau organisasi tersebut finished.

  Pondok Pesantren ialah institusi budaya yang lahir atas prakarsa dan inisiatif (tokoh) masyarakat dan bersifat otonom, sejak awal berdirinya merupakan potensi

  8

  strategis yang ada di tengah kehidupan sosial masyarakat. Hal senada juga disampaikan Mujamil, bahwa pondok pesantren ialah “Sesuatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari

  

leadership kiai seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang

  9 bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal”.

  Ada dua kategori akademik yang sudah diasumsikan jauh-jauh hari oleh para ilmuan; yakni dominannya kepemimpinan kiai dan kemandirian pengelolaannya.

  Sejarah pun memang mencatat, pondok pesantren lahir atas inisiasi sosok kiai dan

  10

  partisipasi aktif masyarakat di dalamnya. Selain kekuatan kepemimpinan kiai, terdapat pula aspek kemandirian. Ada dua kontestasi pemaknaan kemandirian 7 8 Karna Husni, Manajemen Perubahan Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), hal. 16

A. Halim, Rr. Suhartini, M. Khoirul Arif, A. Sunarto, Manajemen Pesantren, (Yogyakarta:

  9 Pustaka Pesantren, 2009), hal. 207 Mujamil Qomar, Pesantren, (Jakarta; Erlangga, 2008), hal. 2-3

10 Para sejarawan mencatat Pondok Pesantren merupakan lembaga dan wahana pendidikan agama

  sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji“ ilmu agama Islam. Pondok Pesantren sebagai

lembaga tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian

(indigenous) Indonesia, sebab keberadaanya mulai dikenal di bumi Nusantara pada periode abad

ke 13

  • – 17 M, dan di Jawa pada abad ke 15 – 16 M. Pondok pesantren pertama kali didirikan oleh

    Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Magribi, yang wafat pada tanggal 12 Rabiul

    Awal 822 H, bertepatan dengan tanggal 8 April 1419 M. Menurut Ronald Alan Lukens Bull,

    Syekh Maulana Malik Ibrahim mendirikan Pondok pesantren di Jawa pada tahun 1399 M untuk

    menyebarkan Islam di Jawa. Lihat: Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret

  

Perjalanan (Jakarta: Paramadiana, 1997), hal. 3. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren

(Jakarta: INIS, 1994), hal. 6. Wahjortomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta: Gema Insani

Press, 1997), hal.70. Ronald Alan Lukens Bull, A Peaceful Jihad: Javanese Education and

  4

  pondok pesantren, dalam bingkai kesejarahan; pertama, pondok pesantren mandiri karena kekuatan partisipasi aktif masyarakat sekitar. Kedua, kekuatan kemandirian pondok pesantren berada pada sosok “kegigihan” kiai

  

11

  mempertahankan lembaganya tersebut. Berdasarkan kategorisasi di atas, para pakar manajemen pendidikan, mengkategorisasikan kedua model pengelolaan pondok pesantren tersebut, sebagai sistem manajemen tradisional dalam pesantren, dimana pengelolaannya berdasarkan pada proses seleksi alamiah. Baik itu dukungan masyarakat yang kuat, atau kekuatan ekonomis yang dimiliki oleh para kiai. Hal ini memang sedikit berbeda pada fenomena baru, dimana pondok pesantren mulai menginternalisasi hal-hal baru ke dalam proses manajerialnya.

  Betapapun, dalam pengamatan sehari-hari, kita juga melihat bagaimana pondok pesantren mengalami proses pengembangan (baca; perubahan) pengadaptasian diri dari wujud tradisional menjadi modern, dan sangat modern, dari sisi manajemen. Secara manajerial, pondok pesantren tidak akan bisa dilepaskan dari mindset berfikir seorang kiai (pemimpin pondok pesantren). Kiai adalah sumber kapital terkuat dari seluruh elemen-elemen pondok pesantren.

  Bahkan, Zamahsyari Dhafier mengatakan pondok pesantren tradisional, secara manajerial, sangat bertumpu pada kekuatan kapital ekonomi yang dimiliki kiai,

  12 mulai dari sawah, tanah, dan sumber- sumber ekonomi lainnya.

  Kongkretnya, ada beberapa contoh model-model pengelolaan pondok pesantren profesional dan modern. Di Pasuruan Jawa Timur, Pondok Pesantren

  11 Zamahsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1984), hal. 17

  12 Ibid, hal. 18

  5

  Sidogiri, mereka mempunyai banyak produk ekonomi diantaranya ialah; air minum santri, sarung dan juga percetakan, bahkan majalah yang merupakan

  13 pemasukan bagi mereka. Selain brand Sidogiri yang mereka jual di pasaran.

  Mereka juga mempunyai koperasi-koperasi yang dibangun di daerah-daerah, hingga mencapai keseluruh pelosok Jawa Timur. Selain penguatan ekonomi di atas, Pondok Pesantren Sidogiri menjawab tantangan globalisasi, dengan meningkatkan kualitas informasi dan teknologinya, hal tersebut terlihat dengan adanya website Sidogiri.net, aktif dalam media sosial facebook, twitter, youtobe,

  14

  dan lain-lain. Lebih dari itu, yang menjadi kunci dari semua hal di atas tentu tidak lain dari kualitas Kepemimpinan dan SDM yang berkualitas dan bermutu.

  Sama halnya dengan Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo, Pondok Pesantren Darut Tauhid yang terkenal dengan manajemen tingkat tingginya, yang memberikan warna baru pondok pesantren yang ada di Indonesia. Serta Pondok- Pondok lain yang belum tersebut, menunjukkan eksistensinya sampai saat ini, dan semakin menjadi harapan dan kepercayaan masyarakat.

  Fakta-fakta dan fenomena di atas membuktikan bahwa, sistem manajemen pondok pesantren tidak lagi bertumpu pada resources yang dimiliki oleh kiai.

  Pondok pesantren dikelola berdasarkan pada prinsip-prinsip manajerialisme modern. Eksistensi Pondok Pesantren sampai saat ini membuktikan bahwa adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak menjadi masalah. Adanya

13 Menurut data yang ada, dipondok pesantren Sidogiri telah berdiri: Pertama, BMT-UGT (Usaha

  

Gabungan Terpadu) dengan sembilan cabang. Kedua, BMT-MMU (masalah Mursalah fil-Ummah)

dengan 10 cabang. Ketiga, BPR Untung Suropati, kelima, Kepontren dengan 10 unit usaha dan 5

komoditi unggulan. Kecuali kepontren, secara kelembagaan semua terpisah secara struktural

14 organisatoris dengan pondok pesantren sidogiri.

  6

  perkembangan tersebut, dapat dipecahkan oleh Pondok Pesantren dengan adanya perubahan-perubahan yang dilakukan menyesuaikan tuntutan moderinisasi dan globlalisasi, di samping hal itu, tetap mempertahankan keunikan atau kekhasan dari Pondok tersebut. Sebagaimana tertuang dalam salah satu kaidah

  “al-

Muhafadhotu ‘ala qadimi al-Shalih wa al-Akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah”

  (menjaga tradisi-tradisi lama sembari menyesuaikan dengan tradisi-tradisi modern yang lebih baik). Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia serta pengembangan mutu merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam seluruh proses yang ada pada pondok pesantren, kalau tidak ingin pondok pesantren kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi ini.

  Fenomena yang terjadi ialah mayoritas out put Pondok Pesantren kurang pada penguasaan materi umum, akibatnya banyak santri kesulitan untuk masuk/diterima di perguruan tinggi sesuai pilihannya, baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini perlu menjadi renungan, dan perlu adanya perubahan, agar kedepan lulusan pesantren tidak hanya fokus dan handal pada aspek keagamaan/ spiritualitas, akan tetapi dapat membuktikan bahwa lulusan pesantren dapat menguasai keilmuan umum. Karena hal tersebut merupakan kebutuhan peserta didik untuk dapat survive pada abad 21 ini. Hal tersebut selaras dengan apa yang disampaikan Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta, saat membuka acara

  

Education Expo ASESI (Asosiasi Sekolah Sunnah Indonesia) tanggal 29 Oktober

  2017, bahwa proyeksi pendidikan abad 21 ada 3 komponen yang mendasar yaitu:

  7

  15

  a. Karakter/Akhlak, meliputi karakter moral (iman, taqwa, jujur, rendah hati), dan karakter kinerja (ulet, kerja keras, tangguh, tidak mudah menyerah, tuntas), b.

  Kompetensi (berpikir kritis, kreatif, komunikatif, kolaboratif/kerjasama), c. Literasi/Keterbukaan wawasan (baca, budaya, teknologi, keuangan).

  Beberapa contoh kasus telah terjadi pada dunia pendidikan, mulai dari moral remaja, dan generasi muda khususnya nampak makin memprihatinkan yang belum mampu menumbuhkan kader bangsa yang mempunyai karakter, religius, mandiri dan anti korupsi. Tawuran pelajar banyak terlihat di sana sini, perilaku kriminal, dan berbagai perbuatan yang a moral dewasa ini banyak dilakukan para pelajar. Contoh kasus terjadi di Kota Sampang Madura, Siswa menganiaya gurunya Ahmad Budi Cahyono sampai meninggal dunia, memberi kode keras

  16

  betapa moralitas dunia pendidikan perlu mendapat perhatian sangat serius. Inilah bukti bahwa praktik pendidikan yang ada belum mampu menyentuh secara keseluruhan, domain akal dan terutama menyentuh jiwa dan hati mereka, sehinggga terlihat orientasi pengembangan intelektual menjadi prioritas utama dari suatu pendidikan, dan tanpa diimbangi dengan kekuatan spiritual.

  Kondisi yang memperhatikan tersebut semakin diperparah dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kita yang masih rendah. Sesuai data yang dipublikasikan Indeks Berita, menegasakan bahwa pada tahun 2017, kualitas SDM penduduk Indonesia berada pada posisi yang sangat memprihatinkan, yaitu 15 berada pada peringkat 113 dari 188 negara. Laporan UNDP (United Nations

  

Online, dilihat Rabu, 22 November 2017,

16 pukul 06.00 WIB.

  Online,

diakses pada Ahad, 25 Februari 2018, pukul

  8 Development Progam ) tersebut, mencakup 3 hal, yaitu; tingkat pendidikan,

  17

  kesehatan, serta ekonomi rata-rata masyarakat. Di samping hal itu, kualitas pendidikan Republik Indonesia masuk rangking bawah. Hal tersebut dapat dilihat dari daftar peringkat progam for International Students Assesment (PISA), sebagaimana diwartakan, dalam pemeringkatan PISA 2015, posisi Indonesia

  18 berada di urutan ke-72.

  Pondok pesantren lahir atas prakarsa dan inisiatif (tokoh) masyarakat dan bersifat otonom, yang merupakan potensi strategis yang ada di tengah kehidupan sosial masyarakat. Potensi dan peran pesantren memberikan potensi dan peran strategis serta signifikan dalam memberikan sumbangsih bagi peningkatan keswadayaan, ekonomi, pendidikan, kemandirian dan partisipasi masyarakat. hal tersebut, senada dengan apa yang di sampaikan Moh. Ali Aziz, bahwa pesantren di samping sebagai agen perubahan (agent of change), sekaligus sebagai pelopor

  19 kebangkitan umat.

  Globlalisasi akan menimbulkan persaingan, persaingan ini akan terjadi pada segala bidang, tak terkecuali dunia pendidikan, dan lebih khusus dunia Pondok Pesantren. Hukum persaingan di mana-mana adalah sama, yaitu siapa yang unggul, dialah yang akan menjadi pemenangnya. Mereka yang tidak mempunyai keunggulan, akan menjadi pecundang. Arief Furhan menyampaikan 17 keunggulan yang amat menentukan ialah keunggulan di bidang ekonomi dan

  Online,

diakses pada Ahad, 25 Februari 2018, pukul

18 11.58 WIB.

  

Online, diakses

19 pada Ahad, 25 Februari 2018, pukul 11.58 WIB

A. Halim, Rr. Suhartini, M. Khoirul Arif, A. Sunarto, Manajemen Pesantren, (Yogyakarta:

  9

  20

  iptek. Oleh sebab hal tersebut, lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan pesantren seyogyanya fokus pada pengembangan mutu SDM yang ada, karena keunggulan ekonomi dan iptek terletak pada keunggulan SDM yang dimilikinya.

  Maka dari itu, pembenahan dan perubahan manajemen pesantren merupakan bagian yang sangat penting dari upaya pengembangan pendidikan di

  21

  dunia pesantren. Langkah ini menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas pendidikan nasional. Peningkatan mutu dan kualitas pendidikan secara sungguh-sungguh adalah kebijakan yang sangat strategis bagi masa depan. Banyak contoh negara-negara maju karena berkat perhatian dan keseriusan mereka terhadap penyiapan sumber daya manusia melalui sektor pendidikan.

  Penelitian tentang manajemen perubahan dalam pengembangan mutu Pondok Pesantren mengambil tempat di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo. Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada beberapa fakta, pertama, dari penjajakan awal Peneliti, didapat situasi sosial dari Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar menggunakan sistem pendidikan boarding school sistem modern, dan kurikulum yang digunakan perpaduan kurikulum Gontor dan pemerintah (Kemenag). Kedua, Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar di samping memiliki konsen dalam pengembangan nilai-nilai keislaman dan dirosah islamiyah juga telah melaksanakan perubahan-perubahan dan pengembangan mutu pondok 20 pesantren hal tersebut terlihat semakin bertambahnya kepercayaan Wali santri

  

Arief Furchan, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media, 2004),

21 hal. 26.

  10

  untuk memasukkan anaknya ke pondok tersebut, yang mana, pondok tersebut pernah mengalami fase kemunduran dengan rendahnya kuantitas santri yang ada, dan lambat laut, meningkat kembali dan tetap survive sampai sekarang. Di samping hal tersebut, adanya progam unggulan yaitu progam al- Qur’an, tahfidz, dan bahasa di Pondok Ngabar sebagai karakteristik pendidikan integratifnya yang kompetitif.

  Dari hasil penjajakan awal serta fakta di atas, penulis mengambil judul tesis

  “Model Manajemen Perubahan dalam Pengembangan Mutu Pendidikan di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar.”

  11

B. RUMUSAN MASALAH

  Dari latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah, diantaranya:

1. Bagaimana The Choice Process (Proses Pilihan) Manajemen Perubahan di

  Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo? 2. Bagaimana The Trajectory Process (Proses Lintasan) Manajemen

  Perubahan di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo? 3. Bagaimana The Change Process (Proses Perubahan) di Pondok Pesantren

  “Wali Songo” Ngabar Ponorogo? 4. Bagaimana Faktor Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren “Wali

  Songo” Ngabar Ponorogo dalam Pengembangan Mutu Pendidikan Pondok Pesantren?

C. FOKUS PENELITIAN

  Fokus penelitian dalam penelitian ini ialah: 1.

  Penelitian difokuskan pada proses pilihan, lintasan, dan perubahan dalam manajemen perubahan dalam pengembangan mutu pendidikan di pondok pesantren wali songo Ngabar Ponorogo.

  2. Faktor apa yang mempengaruhi dan berperan dengan adanya perubahan tersebut, yang kaitannya dalam pengembangan mutu pendidikan di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo.

  12

D. TUJUAN PENELITIAN 1.

  Untuk mengetahui dan menganalisis The Trajectory Process (Proses Lintasan) Manajemen Perubah an Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo.

  2. Untuk mengetahui dan menganalisis The Trajectory Process (Proses Lintasan) Manajemen

  Perubahan Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo.

  3. Untuk mengetahui dan menganalisis The Change Process (Proses Perubahan) Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo.

  4. Untuk mengetahui dan menganalisis Faktor Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo dalam Pengembangan Mutu Pendidikan Pondok Pesantren.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritik

  Penelitian bermanfaat untuk menambah khasanah keilmuwan bagi pemerhati perkembangan manajemen pendidikan khususnya Manajemen Perubahan dan sebagai landasan dan rujukan dalam menentukan kebijakan terkait implementasi dan model Manajemen perubahan dalam pengembangan mutu pondok pesantren.

2. Manfaat Praktis

  Akan merupakan sumbangan yang berharga bagi Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, khususnya bagi stekholder dalam pengembangan mutu pondok pesantren.

  13

F. TEMUAN TERDAHULU 1.

  Ada beberapa studi tentang manajemen perubahan. Yensi Afriza misalnya, dalam penelitiannya yang berjudul, Implementasi Manajemen

  Perubahan oleh Kepala Sekolah (Studi Deskriptif Kualitatif di SMA Muhammadiyah Bengkulu Selatan) , menulis tentang fokus kepala

  sekolah dalam mengimplementasikan manajemen perubahan di SMA terkait aspek pengambillan keputusan, kurikulum, kesiswaan, sarana pendidikan, tenaga pendidik, keuangan, dan hubungan masyarakat. Dari beberapa aspek di atas peneliti hanya ingin mendeskripsikan

  22 implementasi manajemen perubahan di sekolah tersebut.

  2. Penelitian semisal dilakukan oleh Antaresti pada tahun 2014 dengan tesis yang berjudul, Analisis Manajemen Perubahan untuk Peningkatan

  Keefektifan Peran Manajer Madya dalam Penerapan Sistem Penjaminan