OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI DPRD UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT - Repository IPDN

  

OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI DPRD

OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI DPRD

UNTUK MENINGKATKAN

UNTUK MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

  IPDN-KEMDAGRI

  IPDN-KEMDAGRI

  • Nama

  • Lahir
  • NIP
  • Jabatan
  • Pangkat
  • Instansi
  • Alamat

  Email/HP

  Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung

  : Komp. Singgasana Pradana Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung

  Alamat : Komp. Singgasana Pradana

  : Kampus IPDN Jatinangor

  Instansi : Kampus IPDN Jatinangor

  : Pembina TK. I (IV/b)

  Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)

  Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

  : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

  : 19770304 1995 11 1 001

  NIP : 19770304 1995 11 1 001

  : Jambi, 4 Maret 1977

  Lahir : Jambi, 4 Maret 1977

  : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si

  Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si

  Biodata Narasumber Biodata Narasumber

  :

  • 08122445916
  • 08122445916<

    • Email/HP

  A. PENDAHULUAN

  A. PENDAHULUAN

Penduduk dan Wilayah Indonesia yang

  

Penduduk dan Wilayah Indonesia yang

beraneka ragam

beraneka ragam

  

(Ribuan pulau, suku bangsa, ras dsb)

(Ribuan pulau, suku bangsa, ras dsb)

  

Tidak Mungkin Dikelola Secara Sentralistik

Tidak Mungkin Dikelola Secara Sentralistik

  

DESENTRALISASI ADALAH CONDITIO SINE QUA NON

DESENTRALISASI ADALAH CONDITIO SINE QUA NON

  Hingga saat ini telah ada 7(tujuh) UU yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah : 1.

  1. UU No. 1/1945 UU No. 1/1945 Sentralistik Sentralistik 2.

  2. UU No. 22/1948 UU No. 22/1948 Sentralistik Sentralistik

  3. UU No. 1/1957 Desentralistik

  3. UU No. 1/1957 Desentralistik

  4. UU No. 18/1965 Desentralistik

  4. UU No. 18/1965 Desentralistik

  5. UU No. 5/1974 Sentralistik

  5. UU No. 5/1974 Sentralistik

  6. UU No. 22/1999 Desentralistik

  6. UU No. 22/1999 Desentralistik

  

7. UU No. 32/2004 Desentralisasi berkeseimbangan

  

7. UU No. 32/2004 Desentralisasi berkeseimbangan

UU Nomor

  32 Tahun 2004 Batu Penjuru ( Corner Stone ) UU Nomor

  32 Tahun 2004 Batu Penjuru ( Corner Stone ) 2 2 Produk Perundang Produk Perundang -an lain -an lain

   DEMOKRATISASI INFRASTRUKTUR POL. PARPOL, DPRD TUJUAN

POLITIK DEMOKRATISASI SUPRASTRUKTUR POL.

   PILKADA TUJUAN TUJUAN Pembagian Urusan Pem. DESENTRA- ADMINIS- Pembagian Sumber Keu- LISASI TRASI Pembaruan Manajemen Pem. Pembangunan SDM Aparatur TUJUAN SOSIAL&amp; Kesejahteraan Masyarakat EKONOMI Peningkatan IPM Kerukunan Sosial Ketahanan Sosial

ISI OTONOMI DAERAH

  1. Hak Untuk memilih pemimpinnya sendiri secara Hak Untuk memilih pemimpinnya sendiri secara bebas. bebas.

  2.

  2. Hak untuk memiliki dan mengelola Hak untuk memiliki dan mengelola kekayaannya sendiri secara bebas. kekayaannya sendiri secara bebas.

  3.

  3. Hak untuk membuat aturannya sendiri secara Hak untuk membuat aturannya sendiri secara bebas. bebas.

  4.

  4. Hak untuk mengangkat dan memberhentikan Hak untuk mengangkat dan memberhentikan pegawainya sendiri secara bebas. pegawainya sendiri secara bebas.

   Kebebasan penggunaaan hak otonomi daerah Kebebasan penggunaaan hak otonomi daerah

tidaklah bersifat mutlak, melainkan dibatasi oleh:

tidaklah bersifat mutlak, melainkan dibatasi oleh:

  1. Peraturan Perundang-undangan yang lebih

  1. Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya. tinggi tingkatannya.

  2. Asas kepatutan.

  2. Asas kepatutan.

  3. Norma-norma sosial yang hidup di kalangan

  3. Norma-norma sosial yang hidup di kalangan masyarakat. masyarakat.

B. KEDUDUKAN DPRD DALAM SISTEM

  

B. KEDUDUKAN DPRD DALAM SISTEM

PEMERINTAHAN RI

PEMERINTAHAN RI

  Dengan adanya amandemen UUD 1945 (amandemen I sd

  IV), telah terjadi perubahan paradigma dalam pembagian kekuasaan pemerintahan di tingkat nasional, dari paradigma pembagian kekuasaan ( distribution of power) ke paradigma pemisahan kekuasaan ( separation of power) mengikuti model Trias Politica dari Montesqieu.

  

  Pada UUD 1945 yang asli, kekuasaan pemerintahan terpusat pada tangan Presiden, karena Presiden merupakan satu-satunya mandataris MPR. Terlebih lagi pada penjelasan UUD 1945 dikemukakan bahwa : “ Concentration of power and responsibility upon The President”.

  

MODEL PEMBERIAN MANDATARIS KEKUASAAN DARI RAKYAT

MODEL PEMBERIAN MANDATARIS KEKUASAAN DARI RAKYAT

KEPADA PRESIDEN MELALUI MPR

KEPADA PRESIDEN MELALUI MPR

RAKYAT

RAKYAT

MPR

MPR

Mandataris Mandataris DPR DPA PRESIDEN BPK MA DPR DPA PRESIDEN BPK MA

  

MODEL PEMBAGIAN KEKUASAAN

MODEL PEMBAGIAN KEKUASAAN

MENURUT UUD 1945 YANG ASLI

MENURUT UUD 1945 YANG ASLI

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF

(DPR) (PRESIDEN) (MA)

  (DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

  (BPK) =

  =

INTERVENSI KEKUASAAN

  

  Pada UUD 1945 yang Asli dikemukakan bahwa Presiden memegang kekuasaan membuat UU dengan persetujuan DPR (pasal 5 ayat 1).

   Presiden mengangkat duta besar.Fungsi-fungsi peradilan berada di bawah Presiden.Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi.Ketua Badan Pemeriksa Keuangan diangkat oleh Presiden.Ketua Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden.

  (DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

  

MODEL PEMISAHAN KEKUASAAN

MODEL PEMISAHAN KEKUASAAN

MENURUT UUD 1945 YANG DIAMANDEMEN

MENURUT UUD 1945 YANG DIAMANDEMEN

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF

(DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

  Koordinasi dan kerjasama Koordinasi dan kerjasama

  • =
  • =

  

  Kekuasaan menyusun UU berada di tangan DPR, dengan persetujuan Presiden (pasal 20 UUD 1945 Amandemen).

  

  Kekuasaan kehakiman berada di bawah Mahkamah Agung dan bebas dari pengaruh pemerintah.( lihat UU Nomor 4 Tahun 2004, khususnya pasal 2).

  

  Ketua BPK diangkat dari Presiden berdasarkan rekomendasi DPR.

  

  Dibangun Mahkamah Konstitusi untuk menyelesaikan persengketaan yang berkaitan dengan UUD.

MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI DALAM RANGKA DESENTRALISASI

  PEM. PUSAT

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF

(DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

(DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

PEM. PUSAT DAERAH OTONOM DAERAH OTONOM

MENURUT UU 22/1999 MENURUT UU 22/1999

EKSEKTUTIF EKSEKTUTIF (PRESIDEN) (PRESIDEN)

  

PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAHAN DAERAH

BADAN EKSEKUTIF BADAN LEGISLATIF

BADAN EKSEKUTIF BADAN LEGISLATIF

DAERAH DAERAH

DAERAH DAERAH

KOMUNITAS OTONOM LAINNYA

KOMUNITAS OTONOM LAINNYA

MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI DALAM RANGKA DESENTRALISASI

MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI DALAM RANGKA DESENTRALISASI MENURUT UU 32/2004 MENURUT UU 32/2004 EKSEKTUTIF

  EKSEKTUTIF

  (PRESIDEN)

  (PRESIDEN)

  UNSUR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH PEMERINTAHAN DAERAH KEPALA DAERAH DAN DPRD KOMUNITAS OTONOM LAINNYA

  

C. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI DPRD

  

C. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI DPRD

I.

I. FUNGSI LEGISLASI FUNGSI LEGISLASI

  1. Fungsi legislasi adalah fungsi utama yang

  1. Fungsi legislasi adalah fungsi utama yang

harus dijalankan oleh DRPD sebagai wakil

harus dijalankan oleh DRPD sebagai wakil

rakyat. rakyat.

  2. Rakyat sebagai pemilik kedaulatan berhak

  2. Rakyat sebagai pemilik kedaulatan berhak untuk membuat kebijakan-kebijakan guna untuk membuat kebijakan-kebijakan guna mengatur dirinya. Pembuatan kebijakan pada mengatur dirinya. Pembuatan kebijakan pada

tingkat daerah dilakukan oleh wakil-wakil

tingkat daerah dilakukan oleh wakil-wakil

rakyat yang duduk di DPRD. rakyat yang duduk di DPRD.

   Pada UU Nomor 32 Tahun 2004 ada kemauan Pada UU Nomor 32 Tahun 2004 ada kemauan politik untuk memperkuat fungsi legislasi DPRD, politik untuk memperkuat fungsi legislasi DPRD, sejalan dengan perubahan paradigma pada tingkat sejalan dengan perubahan paradigma pada tingkat nasional. nasional.

   Apabila pada UU Nomor 22 Tahun 1999, khususnya Apabila pada UU Nomor 22 Tahun 1999, khususnya

  

pasal 43 huruf g dikatakan bahwa Kepala Daerah

  pasal 43 huruf g dikatakan bahwa Kepala Daerah mempunyai kewajiban membuat peraturan Daerah mempunyai kewajiban membuat peraturan Daerah dengan persetujuan DPRD, maka pada PP Nomor 25 dengan persetujuan DPRD, maka pada PP Nomor 25

Tahun 2004, pasal 95 ayat (1) dikatakan bahwa : “

Tahun 2004, pasal 95 ayat (1) dikatakan bahwa : “

DPRD memegang kekuasaan membentuk Peraturan DPRD memegang kekuasaan membentuk Peraturan Daerah Daerah ”. ”.

    Perlu dibuat PROLEGDA (Program Legislasi

  Perlu dibuat PROLEGDA (Program Legislasi Daerah). Daerah).

MATERI-MATERI PERATURAN DAERAH

  

DALAM RANGKA PENYUSUNAN PROLEGDA

DALAM RANGKA PENYUSUNAN PROLEGDA

  Menurut UU Nomor 10 Tahun 2004 , ada tiga jenis Menurut UU Nomor 10 Tahun 2004 , ada tiga jenis peraturan yang dapat dibuat oleh Daerah sebagai peraturan yang dapat dibuat oleh Daerah sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yaitu : suatu kesatuan masyarakat hukum yaitu :

  a. Peraturan Daerah

  a. Peraturan Daerah

  b. Peraturan Kepala Daerah

  b. Peraturan Kepala Daerah c. Keputusan Kepala Daerah.

  c. Keputusan Kepala Daerah.

  • * Dari ketiga peraturan tsb, yang menjadi ranah DPRD

  • * Dari ketiga peraturan tsb, yang menjadi ranah DPRD

  adalah mengenai Peraturan Daerah, sedangkan adalah mengenai Peraturan Daerah, sedangkan Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Daerah adalah ranah Kepala Daerah, sebagai Daerah adalah ranah Kepala Daerah, sebagai penjabaran dari PERDA. penjabaran dari PERDA.

  JENIS PERATURAN DAERAH JENIS PERATURAN DAERAH PERATURAN DAERAH DAPAT DIKELOMPOK- PERATURAN DAERAH DAPAT DIKELOMPOK- KAN MENJADI DUA MACAM YAITU : KAN MENJADI DUA MACAM YAITU : 1.

  1. Kelompok rutin, seperti pengesahan APBD, Kelompok rutin, seperti pengesahan APBD, perubahan APBD, pengesahan perhitungan perubahan APBD, pengesahan perhitungan APBD. APBD.

    Inisiatifnya datang dari Kepala

   Inisiatifnya datang dari Kepala

Daerah, karena semua bahannya ada di

  

Daerah, karena semua bahannya ada di

jajaran Pemerintah Daerah. jajaran Pemerintah Daerah.

  2.

  2. Kelompok insidental , meliputi semua Kelompok insidental , meliputi semua Peraturan Daerah yang dibuat hanya Peraturan Daerah yang dibuat hanya sesekali, sesuai kebutuhan. sesekali, sesuai kebutuhan.

   UU 22/1999 UU 32/2004 UU 22/1999 UU 32/2004 PP 25/2000 PP Pembagian PP Pedoman

  PP 25/2000 PP Pembagian PP Pedoman

  Ur. Pem. Organisasi

  Ur. Pem. Organisasi

  Perda Urusan Perda Perangkat Daerah

  Perda Urusan Perda Perangkat Daerah

  Pem bagi Daerah

  Pem bagi Daerah

  Perda ttg Pajak &amp; Retribusi

  Perda ttg Pajak &amp; Retribusi

  Perda ttg RUTR

  Perda ttg RUTR

  Gambar : Model Penentuan Materi Perda Berdasarkan

  Gambar : Model Penentuan Materi Perda Berdasarkan

  Peraturan Perundang-undangan yang terkait

  Peraturan Perundang-undangan yang terkait

  

UU 25/2004 tentang SPPN

UU 25/2004 tentang SPPN

  PP 20/2004 PP 21/2004 PP 20/2004 PP 21/2004 ttg RKP ttg Penyusunan RKA (Rencana Kerja dan ttg RKP ttg Penyusunan RKA (Rencana Kerja dan Anggaran ) KL Anggaran ) KL Perda ttg RPJPD Perda ttg RPJPD

Perda ttg RPJMD PerKDH ttg RKA SKPD

  

Perda ttg RPJMD PerKDH ttg RKA SKPD

Gambar : Model Penentuan Materi Perda Berdasarkan Peraturan Gambar : Model Penentuan Materi Perda Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang terkait Perundang-undangan yang terkait

  tentang Perimb tentang Perimb ttg Pajak ttg Pajak UU UU UU 32/2004 UU 33/2004 UU 32/2004 UU 33/2004 Keuangan Antara Pem Pusat dan &amp; Retribusi Keuangan Antara Pem Pusat dan &amp; Retribusi Pem. Daerah Daerah Pem. Daerah Daerah ttg Keuangan Daerah ttg Keuangan Daerah ttg Pajak &amp; ttg Pajak &amp; PP PP PP PP retribusi Daerah retribusi Daerah ttg Perimbangan Perda-Perda ttg ttg Perimbangan Perda-Perda ttg Perda Perda Keuangan Kab dgn Desa Pajak &amp; retribusi Keuangan Kab dgn Desa Pajak &amp; retribusi Daerah Daerah (ADD) (ADD) Gambar : Model Penentuan Materi Perda Berdasarkan Peraturan Gambar : Model Penentuan Materi Perda Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang terkait Perundang-undangan yang terkait

  • -undangan yang datang dari pemerintah pusat maupun perubahan situasi dan kondisi IPOLEKSOSBUDAG. perubahan situasi dan kondisi IPOLEKSOSBUDAG.
  • >

    -undangan yang datang dari pemerintah pusat maupun

      b. Penggantian berbagai Perda yang sudah ada.

      menindaklanjuti materi per-UUan yang diperintahkan

       Terutama untuk

       Terutama untuk

       

      c. Penyusunan Perda baru

      c. Penyusunan Perda baru

      b. Penggantian berbagai Perda yang sudah ada.

      

    Materi yang dapat disusun dalam Program Legislasi Daerah

      disesuaikan dengan perubahan peraturan perundang

      disesuaikan dengan perubahan peraturan perundang

      a. Perubahan terhadap berbagai Perda yang sudah ada

      a. Perubahan terhadap berbagai Perda yang sudah ada

      (PROLEGDA) untuk kurun waktu lima tahunan :

      (PROLEGDA) untuk kurun waktu lima tahunan :

      Materi yang dapat disusun dalam Program Legislasi Daerah

      menindaklanjuti materi per-UUan yang diperintahkan untuk dibuatkan Perda nya. untuk dibuatkan Perda nya.

    TATA CARA PEMBAHASAN RAPERDA ATAS PRAKARSA DPRD

      Daftar nama (min 5 orang) Daftar nama (min 5 orang)

    TATA CARA PEMBAHASAN RAPERDA ATAS PRAKARSA DPRD

    • +raperda + naskah akademis +raperda + naskah akademis

      dan tanda tangan pengusul dan tanda tangan pengusul G N T I Pengambilan Keputusan Pengambilan Keputusan PIMPINAN DPRD PIMPINAN DPRD MENOLAK MENOLAK IV T A K oleh Rapat Paripurna oleh Rapat Paripurna Rapat Paripurna pada masa Rapat Paripurna pada masa perubahan persidangan tersebut persidangan tersebut memutuskan untuk : memutuskan untuk : Menerima tanpa Menerima tanpa perubahan G N T I Pembahasan dalam Rapat Pembahasan dalam Rapat Komisi/Gabungan Komisi Komisi/Gabungan Komisi atau Panitia khusus atau Panitia khusus Peserta persidangan Peserta persidangan dengan perubahan dengan perubahan Persetujuan Persetujuan III K T A dengan KDH/Pejabat dengan KDH/Pejabat yang ditunjuk yang ditunjuk yang terlibat : -Kepala Daerah/Pejabat -Anggota DPRD lainnya -Kepala Daerah/Pejabat -Anggota DPRD lainnya yang terlibat : Pimpinan DPRD menugaskan Pimpinan DPRD menugaskan Komisi/Badan Legislasi atau Komisi/Badan Legislasi atau N G T I Jawaban Fraksi terhadap Jawaban Fraksi terhadap pendapat KDH/Pejabat pendapat KDH/Pejabat -Para pengusul -Para pengusul Pansus untuk menyempurnakan Pansus untuk menyempurnakan II A K T Pendapat KDH terhadap Pendapat KDH terhadap Raperda usul DPRD Raperda usul DPRD Pimpinan DPRD menyampaikan Pimpinan DPRD menyampaikan raperda kepada KDH raperda kepada KDH G N T I Penjelasan dalam Rapat Penjelasan dalam Rapat Sumber : PP Nomor 25 K Komisi/Gabungan Komisi Komisi/Gabungan Komisi Paripurna oleh Pimpinan Paripurna oleh Pimpinan Tahun 2004 KDH menunjuk Pejabat yang KDH menunjuk Pejabat yang akan mewakili akan mewakili A T atau Pimpinan Pansus atau Pimpinan Pansus terhadap Raperda terhadap Raperda

      TATA CARA PEMBAHASAN RAPERDA ATAS PRAKARSA PEMDA TATA CARA PEMBAHASAN RAPERDA ATAS PRAKARSA PEMDA

      TATA CARA PEMBAHASAN RAPERDA ATAS PRAKARSA PEMDA TATA CARA PEMBAHASAN RAPERDA ATAS PRAKARSA PEMDA

      TATA CARA PEMBAHASAN RAPERDA ATAS PRAKARSA PEMDA TATA CARA PEMBAHASAN RAPERDA ATAS PRAKARSA PEMDA I T Penyampaian sambutan Penyampaian sambutan Raperda beserta naskah Raperda beserta naskah akdemisnya dan Surat akdemisnya dan Surat G N A K KDH terhadap pengam- KDH terhadap pengam- bilan keputusan bilan keputusan Pengantar Kepala Daerah Pengantar Kepala Daerah IV T T Pengambilan Keputusan Pengambilan Keputusan dalam Rapat Paripurna dalam Rapat Paripurna PIMPINAN DPRD PIMPINAN DPRD K G N I dengan KDH/Pejabat yang dengan KDH/Pejabat yang Pembahasan dalam Rapat Pembahasan dalam Rapat Komisi/Gabungan Komisi Komisi/Gabungan Komisi atau Panitia khusus atau Panitia khusus III A T T ditunjuk ditunjuk Dibagikan ke anggota Rapat Paripurna pada masa sidang Paripurna pada masa sidang Dibagikan ke anggota Rapat yang bersangkutan yang bersangkutan K G N I Jawaban KDH terhadap Jawaban KDH terhadap pemandangan umum pemandangan umum Fraksi Fraksi II A T T Pemandangan Umum Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi Fraksi-Fraksi

      Badan Musyawarah menunjuk Badan Musyawarah menunjuk alat kelengkapan yang akan alat kelengkapan yang akan membahas membahas G K N I Penjelasan KDH dalam Penjelasan KDH dalam Rapat Paripurna ttg Rapat Paripurna ttg A T I penyampaian Raperda penyampaian Raperda Sumber : PP Nomor 25

      

    PARAMETER KEBERHASILAN DPRD DALAM

    PARAMETER KEBERHASILAN DPRD DALAM

    MENJALANKAN FUNGSI LEGISLASI

    MENJALANKAN FUNGSI LEGISLASI

      1. Keberhasilan DPRD dalam menjalankan fungsi

      1. Keberhasilan DPRD dalam menjalankan fungsi legislasi hukan diukur dari JUMLAH dan JENIS legislasi hukan diukur dari JUMLAH dan JENIS Perda yang dihasilkan. Perda yang dihasilkan.

      2. Keberhasilan DPRD dalam menjalankan fungsi

      2. Keberhasilan DPRD dalam menjalankan fungsi Legislasi diukur dari Perda dengan ciri-ciri : Legislasi diukur dari Perda dengan ciri-ciri : a. dapat dilaksanakan secara konsisten.

      a. dapat dilaksanakan secara konsisten.

      b. menjadi rekayasa sosial

      b. menjadi rekayasa sosial (SOCIAL ENGINEERING ) ) untuk menuju ke arah kebaikan. untuk menuju ke arah kebaikan.

      c. menciptakan rasa keadilan.

      c. menciptakan rasa keadilan.

      d. mendorong terciptanya kesejahteraan

      d. mendorong terciptanya kesejahteraan masyarakat. masyarakat.

       Kasus Korupsi Pejabat Daerah (2004-2006) Kasus Korupsi Pejabat Daerah (2004-2006) Sumber : Makalah dari KPK Sumber : Makalah dari KPK

      Jumlah Surat/Laporan Pengaduan Masyarakat per Jumlah Surat/Laporan Pengaduan Masyarakat per

      31 Mei 2006 (12.128) (Sumber : Makalah KPK)

      31 Mei 2006 (12.128) (Sumber : Makalah KPK)

      

    Indeks Persepsi Korupsi 2003-2006

    Indeks Persepsi Korupsi 2003-2006

      IPK merupakan indeks persepsi pebisnis, maka

       Pengadaan barang dan jasa pemerintah (markup, fiktif,

       Di Indonesia ada 368 jenis pelayanan publik (waktu &amp;

      Proses pembayaran termin proyek dari KPKN.

       Proses pembayaran termin proyek dari KPKN.

      Pungutan liar oleh polisi, imigrasi, tenaga kerja.

       Pungutan liar oleh polisi, imigrasi, tenaga kerja.

      Proses pengeluaran dan pemasukan barang di pelabuhan (bea cukai). (bea cukai).

      

    Proses pengeluaran dan pemasukan barang di pelabuhan

      Pengadaan barang dan jasa pemerintah (markup, fiktif, kickback, suap, penunjukan langsung, dll.). kickback, suap, penunjukan langsung, dll.).

      Pajak (restitusi pajak, penghitungan pajak, dispensasi pajak). pajak).

      IPK merupakan indeks persepsi pebisnis, maka praktek-praktek korupsi dalam urusan bisnis harus praktek-praktek korupsi dalam urusan bisnis harus dikurangi. Misalnya dalam urusan dikurangi. Misalnya dalam urusan :

       Pajak (restitusi pajak, penghitungan pajak, dispensasi

      Vietnam 40 hari),

      Vietnam 40 hari),

      Pengurusan izin PMA (Indonesia 771 hari, Malaysia 45 hari,

       Pengurusan izin PMA (Indonesia 771 hari, Malaysia 45 hari,

      Ijin-ijin usaha (ijin domisili, ijin usaha, HGU, IMB, ijin ekspor, angkut barang, ijin bongkar muat barang, dll.). ekspor, angkut barang, ijin bongkar muat barang, dll.).

      Ijin-ijin usaha (ijin domisili, ijin usaha, HGU, IMB, ijin

      : 

      Di Indonesia ada 368 jenis pelayanan publik (waktu &amp; biaya). biaya).

      II. FUNGSI ANGGARAN

      menolak menyetujui rancangan Perda tentang APBD, maka

      hati-hati, karena akan mengakibatkan pembangunan akan

      Senjata pamungkas ini perlu digunakan secara bijak dan

      

    Senjata pamungkas ini perlu digunakan secara bijak dan

      tahun sebelumnya. (lihat pasal 187 ayat 1 UU Nomor 32/2004). 32/2004).

      tahun sebelumnya. (lihat pasal 187 ayat 1 UU Nomor

      APBD dengan pagu setinggi-tingginya sama dengan APBD

      APBD dengan pagu setinggi-tingginya sama dengan APBD

      Kepala Daerah membuat Peraturan Kepala Daerah tentang

      Kepala Daerah membuat Peraturan Kepala Daerah tentang

      menolak menyetujui rancangan Perda tentang APBD, maka

      II. FUNGSI ANGGARAN

      memiliki SENJATA PAMUNGKAS, yakni apabila DPRD

      memiliki SENJATA PAMUNGKAS, yakni apabila DPRD

      dibandingkan kedudukanPemerintah Daerah, karena DPRD

      dibandingkan kedudukanPemerintah Daerah, karena DPRD

      Dalam anggaran, kedudukan DPRD sebenarnya lebih kuat

       Dalam anggaran, kedudukan DPRD sebenarnya lebih kuat

      dapat mengawal agar dana publik dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan publik. sebesar-besarnya untuk kepentingan publik.

      dapat mengawal agar dana publik dapat digunakan

      Hakekat fungsi anggaran adalah bagaimana wakil rakyat

      

    Hakekat fungsi anggaran adalah bagaimana wakil rakyat

      hati-hati, karena akan mengakibatkan pembangunan akan berhenti atau mengalami kemunduran. berhenti atau mengalami kemunduran.

       Dalam melakukan penjaringan aspirasi masyarakat pada

      bahan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) setiap

       PERLU PROSES PEMBELAJARAN BAGI MASYARAKAT. BAGI MASYARAKAT.

       

      menjanjikan sesuatu yang tidak terdapat dalam dokumen perencanaan yang sah. perencanaan yang sah.

      

    menjanjikan sesuatu yang tidak terdapat dalam dokumen

      perencanaan yang sah. Anggota DPRD seyogyanya tidak

      perencanaan yang sah. Anggota DPRD seyogyanya tidak

      aspirasi masyarakat tetap merujuk pada dokumen

      aspirasi masyarakat tetap merujuk pada dokumen

      ditetapkan dalam RPJMD. Pilihan-pilihan politik berdasarkan

      ditetapkan dalam RPJMD. Pilihan-pilihan politik berdasarkan

      tahunnya, tidak boleh keluar dari Visi dan Misi yang telah

      

    tahunnya, tidak boleh keluar dari Visi dan Misi yang telah

      bahan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) setiap

      Dalam mengajukan Pokok-pokok Pikiran DPRD sebagai

      Dalam melakukan penjaringan aspirasi masyarakat pada

       Dalam mengajukan Pokok-pokok Pikiran DPRD sebagai

      KEBUTUHAN DASAR maupun KEBUTUHAN PENGEMBANGAN, bukan DAFTAR KEINGINAN. bukan DAFTAR KEINGINAN.

      KEBUTUHAN DASAR maupun KEBUTUHAN PENGEMBANGAN,

      adalah DAFTAR KEBUTUHAN MASYARAKAT, baik

      adalah DAFTAR KEBUTUHAN MASYARAKAT, baik

      demikian, yang akan diinventarisasi oleh anggota DPRD

      demikian, yang akan diinventarisasi oleh anggota DPRD

      perencanaan yang sah (RPJMD, Renstra dlsb). Dengan

      perencanaan yang sah (RPJMD, Renstra dlsb). Dengan

      publik, anggota DPRD harus berpedoman pada dokumen

      publik, anggota DPRD harus berpedoman pada dokumen

      waktu reses maupun pada saat melakukan konsultasi

      waktu reses maupun pada saat melakukan konsultasi

    PERLU PROSES PEMBELAJARAN

      Konsepsi Fungsi Penganggaran Konsepsi Fungsi Penganggaran 33 33 Pentingnya Fungsi PenganggaranAPBD merupakan cerminan kebijakan fiskal.

      APBD merupakan cerminan kebijakan fiskal.

       

      Fungsi APBD: alokasi, distribusi, dan Fungsi APBD: alokasi, distribusi, dan stabilisasi. stabilisasi.

      

    APBD merupakan rencana investasi daerah yang

      

    APBD merupakan rencana investasi daerah yang

    dapat meningkatkan daya saing daerah dan dapat meningkatkan daya saing daerah dan kesejahteraan rakyat. kesejahteraan rakyat.

       APBD merupakan pedoman kerja, alat control APBD merupakan pedoman kerja, alat control (pengendalian) dan alat ukur kinerja bagi (pengendalian) dan alat ukur kinerja bagi Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah.

    RUANG LINGKUP KEBIJAKAN FISKAL NASIONAL

      Sebagian Urusan UU No. 32/2004 (DEPDAGRI) (DEPDAGRI) Pemerintah Pelaksanaan Pemerintah

      Pemerintah Pelaksanaan

      Pemerintah Sumber Pendanaan Urusan

      Daerah Urusan Pusat Daerah Pusat UU No. 33/2004 (DEPKEU) (DEPKEU)

      APBD DAU DBH Desentralisasi UU No.34/2000 PAD Dana Otsus DAK K/L melimpahkan wewenang K/L Pendapatan Dekonsentrasi kepada Gubernur Transfer Dana Penyesuaian Tugas Lain-lain Dana Hibah Pembantuan K/L K/L menugaskan Pendapatan Dana Darurat Pusat kepada Pemerintah Daerah Gubernur/Bupati/ Walikota yang Sah Penggunaan SILPA Belanja Pencairan Dana

      Surplus/Defisit Cadangan Pembiayaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil Penjualan

      APBN Pinjaman Daerah 34 34

    APBD APBD

      35 UU No. 33/2004 35 Sumber pendanaan Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat

      Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Tugas Pembantuan Pemerintah Pusat kepada Daerah Tugas Pembantuan Pemerintah Pusat kepada Daerah Dekonsentrasi Dekonsentrasi Desentralisasi Desentralisasi Sebagian Urusan UU No. 32/2004 Dasar Hukum Fungsi Penganggaran Dasar Hukum Fungsi Penganggaran

      RPP Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan RPP Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan PP No. 58/2005 ttg Pengelolaan Keuangan Daerah PP No. 58/2005 ttg Pengelolaan Keuangan Daerah • PP 65/2001 • PP 66/2001 • PP 65/2001 • PP 66/2001 PP No. 55/2005 tentang Dana Perimbangan PP No. 55/2005 tentang Dana Perimbangan PP No. 57/2005 tentang Hibah Kepada Daerah PP No. 57/2005 tentang Hibah Kepada Daerah PP No. 54/2005 tentang Pinjaman Daerah PP No. 54/2005 tentang Pinjaman Daerah PP 23/2003 PP 23/2003 PP No. 56/2005 tentang SIKD PP No. 56/2005 tentang SIKD RPP Dana Darurat RPP Dana Darurat

      Belanja Belanja Surplus/Defisit Surplus/Defisit

      Pembiayaan Pembiayaan

      Lain-lain Pendapatan yang Sah

      Lain-lain Pendapatan yang Sah

      Pendapatan Transfer Pendapatan Transfer

      PAD UU No.34/2000 PAD UU No.34/2000

      Proses Penyusunan APBD Proses Penyusunan APBD

      (PP No. 58/2005) (PP No. 58/2005) Konsepsi Fungsi Penganggaran Konsepsi Fungsi Penganggaran

      36 36

      III. FUNGSI PENGAWASAN

      III. FUNGSI PENGAWASAN

      Hakekat fungsi pengawasan oleh DPRD adalah Hakekat fungsi pengawasan oleh DPRD adalah melakukan pengawasan pada tataran kebijakan melakukan pengawasan pada tataran kebijakan dan politis, bukan pengawasan yang bersifat dan politis, bukan pengawasan yang bersifat teknis fungsional. teknis fungsional.

      

    Pengawasan itu sendiri merupakan salah satu

      

    Pengawasan itu sendiri merupakan salah satu

    fungsi manajemen. Fungsi lainnya adalah fungsi manajemen. Fungsi lainnya adalah perencanaan, pengorganisasian dan perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan. Pengawasan dilakukan pada saat penggerakan. Pengawasan dilakukan pada saat fungsi perencanaan, pengorganisasian maupun fungsi perencanaan, pengorganisasian maupun fungsi penggerakan dijalankan. fungsi penggerakan dijalankan.

    MEMPERKUAT FUNGSI PENGAWASAN DPRD MEMPERKUAT FUNGSI PENGAWASAN DPRD

      

    Pelaksanaan Terhadap Peraturan Daerah dan

    Pelaksanaan Terhadap Peraturan Daerah dan

    peraturan per-UU an lainnya : peraturan per-UU an lainnya :

      1. Menginventarisasi berbagai Perda yang ada untuk dilihat :

      1. Menginventarisasi berbagai Perda yang ada untuk dilihat :

      a. kesesuaiannya dgn peraturan perundang-undangan yg ada;

      a. kesesuaiannya dgn peraturan perundang-undangan yg ada; b. pelaksanaannya.

      b. pelaksanaannya.

      2. Dari hasil inventarisasi diperoleh gambaran sbb:

      2. Dari hasil inventarisasi diperoleh gambaran sbb:

      a. adanya berbagai Perda yang perlu diganti atau diubah;

      a. adanya berbagai Perda yang perlu diganti atau diubah;

      b. perlu dibuat Perda baru sebagai pelaksanaan peraturan

      b. perlu dibuat Perda baru sebagai pelaksanaan peraturan perundang-undangan di tingkat nasional; perundang-undangan di tingkat nasional;

      3. Mendorong pihak Pemda agar Perda yg sudah ada dapat

      3. Mendorong pihak Pemda agar Perda yg sudah ada dapat diimplementasikan secara konsisten dan berkelanjutan diimplementasikan secara konsisten dan berkelanjutan supaya tercipta tertib hukum dan kepastian hukum. supaya tercipta tertib hukum dan kepastian hukum.

      

    Pengawasan terhadap Peraturan Kepala Daerah

    Pengawasan terhadap Peraturan Kepala Daerah

    dan Keputusan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Daerah

      1. Menginventarisasi berbagai Peraturan Kepala Daerah dan

      1. Menginventarisasi berbagai Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Daerahyang ada untuk dilihat : Keputusan Kepala Daerahyang ada untuk dilihat :

      a. kesesuaiannya dgn peraturan perundang-undangan yg ada

      a. kesesuaiannya dgn peraturan perundang-undangan yg ada termasuk dengan Perda setempat; b. pelaksanaannya. termasuk dengan Perda setempat; b. pelaksanaannya.

      2. Dari hasil inventarisasi diperoleh gambaran sbb:

      2. Dari hasil inventarisasi diperoleh gambaran sbb:

      a. adanya berbagai Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan

      a. adanya berbagai Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang tidak sesuai lagi dan atau bertentangan Kepala Daerah yang tidak sesuai lagi dan atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada; dengan peraturan perundang-undangan yang ada;

      b. adanya berbagai Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan

      b. adanya berbagai Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang tidak dilaksanakan; Kepala Daerah yang tidak dilaksanakan;

      

    3. Mendorong pihak Kepala Daerah agar berbagai Peraturan Kepala

      

    3. Mendorong pihak Kepala Daerah agar berbagai Peraturan Kepala

    Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yg tidak sesuai dapat Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yg tidak sesuai dapat dicabut atau diperbaiki, sedangkan yang masih sesuai dapat dicabut atau diperbaiki, sedangkan yang masih sesuai dapat dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan supaya tercipta dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan supaya tercipta tertib hukum dan kepastian hukum. tertib hukum dan kepastian hukum.

      Pengawasan Terhadap Pelaksanaan APBD Pengawasan Terhadap Pelaksanaan APBD Wujudnya adalah melihat, mendengar, mencermati

      b. membentuk Pansus untuk mencari informasi yang lebih

       ANGGARAN BERBASIS KINERJA

       