BAB II KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM A. Deskripsi Pustaka 1. Konsep Filsafat Pendidikan Islam a. Pengertian Filsafat - KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (PERSPEKTIF SAYYID MUHAMMAD AL-NAQUIB AL-ATTAS DAN MUHAMMAD ATHIYAH AL-ABRASYI) - STAIN Kudus Reposi

BAB II KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM A. Deskripsi Pustaka

1. Konsep Filsafat Pendidikan Islam

a. Pengertian Filsafat

  Secara etimologis, kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy dan semuanya berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philosophia terdiri dari kata

  philain yang berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan

  (love of wisdom)dalam arti sedalam-dalamnya. Mengartikan Sophia dengan pengetahuan (wisdom atau hikmah). Orang yang cinta pengetahuan disebut philosophia atau failasuf dalam ucapan arabnya. Sementara itu secara terminologi ada banyak pendapat tentang filsafat. Pengertian filsafat dari segi istilah ini mengalami perkembangan dari

  1 zaman ke zaman.

  Ketika ditanya apa itu filsafat, seorang mahasiswa menjawab singkat: filsafat itu mencari kebenaran. Dengan cara berfikir dan bertanya terus-menerus. Tentang segala hal: dari persoalan gajah sampai persoalan semut, dari soal hokum dan politik hingga soal moral dan metafisika, dari

  2

  soal galaksi hingga bakteri. Pendapat yang lebih jelas lagi tentang filsafat antara lain dikemukakan oleh Sidi Gazalba, Menurutnya, filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka

  3 mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.

  Selanjutnya, secara analitis operasional, pengertian filsafat dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Filsafat sebagai metode berfikir.

  Sebagai metode berfikir, filsafat merupakan hasil dan perenungan 1 terhadap permasalahan hidup manusia. Dengan berfikir manusia 2 Adri Efferi, Filsafat Pendidikan islam, kudus, Nora Media Enterprise Hal 4 3 Adian Husaini, Filsafat Ilmu Perspektif barat dan Islam, Gema Insani, 2013 Hlm 13 menemukan tingkat dan jenis berfikir, antara lain: berfikir religious, berfikir sosiologis, berfikir empiris, berfikir filosofis, dan berfikir synopsis.

  2. Filsafat adalah berfikir mendalam atau berfikir radikal

  3. Filsafat sebagai sikap terhadap dunia dan hidup

  4. Filsaft sebagai suatu rumpum problema

  5. Filsafat adalah mempertanyakan permasalahan yang ada didunia ini

  6. Filsafat sebagai sistem pemikiran. Sebagai sistem pemikiran filsafat terbagi kedalam tga aspek, yaitu: logika, Erika, dan metafisika.

  7. Filsafat sebagai aliran atau teori, sebagai aliran idealisme, realism, dan sebagainya.

  Filsafat merupakan sikap. Sebuah sikap hidup dan sikap terhadap kehidupan. Dengan melakukan penyikapan terhadap hidup maka manusia perlu mengetahui hakikat hidup ini. Pengetahuan tentang hidup ini menjadi penerang jalan kehidupan. Setelah manusia memilki jalan kehidupan maka manusia dapat mencapai tujuan hidupnya. Pengertian filsafat dari segi istilah sangat beragam. Keragaman tersebut disebabkan oleh keragaman pemikiran dan perbedaan sudut pandang ketika melihatsuatu objek filsafat. Berkenaan dengan pengertian filsafat tersebut, bisa menggunakan dan mencarikannya dengan pendekatan filosofis. Tentunya, jika hal itu yang digunakan, maka sangat wajar pendefinisian tentang filsafat sangat

  4 beragam dan bervariasi, baik dari segi makna maupun ruang lingkupnya.

  Berfilsafat berarti berfikir secara radikal, atau merenung secara mendalam terhadap segala sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh atau universal untuk mencari hakikat sesuatu, "the most general

  science….philosophy has been both the seeking of wisdom and the wisdom tought…" (Dagobert D. Runner Dictionary of Philosophy). "Filsafat,

  berarti ilmu yang paling umum…..yang mengandung usaha mencari 4 kebijaksanaan dan cinta kebijaksanaan". Para filosof Islam berusaha untuk

A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, DIREKTORAT JENDERAL

  mendapatkan suatu sandaran bagi pengertian tersebut dari sumber-sumber agamanya. Dan untuk itu mereka antara lain mengemukakan ayat Al- Qur'an surah Al-Baqarah ayat 269:         

          

  

  Artinya : Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Q.S. Al-

5 Baqarah ayat 269).

  Para filosof Islam mengemukakan perkataan "hikmah" untuk "kebijaksanaan" atau "Sophia" diatas. Hikmah mengandung kematangan wawasan, cakrawala pemikiran yang jauh, pemahaman yang mendalam, yang tidak dapat dicapai pengamatan sepintas saja. Masih ada yang menambahkan persyaratan lain dari hikmah, yaitu mengetahui pelaksanaan

  6 pengetahuan dan dapat melaksanakannya.

  Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir dalam arti berfilsafat adalah berfikir yang konsepsional sehingga menyentuh esensi obyek yang dipikirkan. Ada beberapa ciri berfikir secara kefilsafatan yakni sebagai berikut.

  1. Radikal. Berfikir secara radikal adalah berfikir sampai ke akar-akarnya. Berfikir sampai ke hakikatnya, esensi atau sampai substansiyang dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akalnyaberusaha untuk menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan indra.

  2. Universal (umum), berfikir sacara universal adalah berfikir tentang hal- hal serta proses-proses yang bersifat umum. Filsafat bersangkutan dengan 5 pengalaman umum dari umat manusia (common experience of mankind) 6 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 1 Muhammad As Said, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta, Mitra Pustaka, April 2011 dengan jalan penjajagan, filsafat berusaha untuk sampai pada kesimpulan- kesimpulan yang universal.

  3. Konseptual. Yang dimaksud dengan konsep disini adalah hasil generalisasi dan abstraksi dai pengalaman tentang hal-hal serta proses- proses individual.

  4. Koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir (logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi. Baik koheren maupun konsisten, keduanya dapat diartikan sebagai bagan konseptual yang memuat pendapat-pendapat yang tidak saling bertentangan di dalamnya.

  5. Sistematik. Dalam mengemukakan jawaban terdapat suatu masalah para filsuf atau ahli filsafat memakai pendapat-pendapat sebagai wujud dari proses berfikir yang disebut berfilsafat. Pendapat-pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.

  6. Komprehensif. Berfikir secara kefilsafatan beruaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan. Kalau suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, berarti sistem filsafat itu mencakup secara menyeluruh, tidak ada sesuatupun yang berada diluarnya.

  7. Bebas. Sampai batas-batas yang luas sehingga setiap filsafat boleh dikatakan merupakan suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari prasangka sosial, historis maupun kultural. Kebebasan berfikir itu adalah kebebasan yang berdisiplin.

  8. Bertanggung jawab. Seseorang yang berfilsafat adalah orang berfikir sambil bertanggung jawab.

  Demikian uraian ciri berfikir filsafat yang menjadi parameter dalam menentukan proses berfikir seperti apa yang harus dilakukan sistem filsafat dalam pengertian sebagai suatu cara berfikir. Filsafat tidak semata- mata hanya proses berfikir saja, tetapi lebih dari itu, berfikir dengan menggambarkan ciri-ciri tersebut. Manakala persoalan-persoalan yang mendasar di gambarkan secara radikal, universal, konseptual, koheren dan konsisten, serta sistematik, disitulah formulasi filsafat menepati posisinya. Dalam tahap ini, filsafat diartikan sebagai suatu proses menggunakan suatu cara dan metode berfikir tertentu yang sesuai dengan objeknya. Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi merupakan suatu kumpulan dogama yang hanya diyakini, ditekuni, dan dipahami sebagai suatu aktifitas berfilsafat, tetapi merupakan suatu proses dinamis dengan menggunakan cara berfikir

  7 yang khas dan tersendiri.

  Dalam pengertian tradisional, filsafat dipandang sebagai suatu bentuk ilmu pengetahuan, sebagai sebuah metode mencari kebenaran atau

  8

  mencari pengetahuan. Menurut Muzayyin Arifin, filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berfikir tentang kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajran agama Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh

  9 ajaran Islam.

  Istilah filsafat pendidikan Islam mengacu pada pengertian pendidikan Islam secara filosofis, yang sampai ini istilah kejelasan pendidikan Islam masih menjadi perdebatan dalam kosep dan realitanya. Secara kelembagaan, khususnya negara Indonesia, realitas pendidikan Islam kurang mempunyai tempat yang layak dimata pemerintah. Secara sosial, lembaga pendidikan Islam juga kurang mendapat apresiasi yang menggembirakan dikalangan masyarakat, yang secara kualitatif justru mayoritas beragama Islam. fenomena ini tentu mengundang keprihatinan, apa yang menjadikan lembaga pendidikan Islam kurang menjadi pendidikan yang utama dikalangan masyarakat Indonesia? Jawaban dari

  10 7 pertanyaan ini mengundang wacana epistemologis yang tiada henti.

  Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung, CV. Pustaka Setia, Cet 1, 2011 hlm 8 31-32 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an, Jakarta, PT.RINEKA CIPTA, Februari 1994, Hlm 29 9 10 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Op.Cit, Hlm 13

  Tema filsafat pendidikan Islam menjadi wacana yang belum juga ada jawabannya, belum ada kata sepakat tentang pengertian konsep pendidikan Islam, pada satu sisi. Sedangkan disisi lain masih ada pandangan bahwa pendidikan agama, khususnya Islam, merupakan wilayah individu yang tidak dapat masuk wilayah publik. Sehingga pendidikan yang diartikan secara universal mengalami keterasingan untuk dikaitkan dengan agama. Kesimpulannya, ada dua wilayah yang terpisah antara keduanya, yakni wilayah individu dan wilayah umum, antar wilayah

  11 teologi dan wilayah skuler, antara wilayah duniawi dan akhirat.

  Mengingat filsafat pendidikan Islam adalah falsafah tentang pendidikan yang tidak dibatasi oleh lingkungan kelembagaan Islam saja atau oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman keIslaman semata-mata, melainkan menjangkau segala ilmu dan pengalaman yang luas, seluas aspirasi masyarakat muslim, maka pandangan dasar yang dijadikan titik toalk studinya adalah ilmu pengetahuan teoretis dan praktis dalam segala bidang keilmuan yang berkaitan dengan maslah kependidikan yang ada dan yang akan ada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa mengalami kemandekan. Inilah salah satu cirri masyarakat modern sekarang, dinamika (geraknya) terus melaju sesuai dengan tuntutan

  12 kebutuhan hidupnya yang semakin meningkat.

  Salah satu tugas pokok dari Filsafat Pendidikan Islam adalah memberikan arah dalam pencapaian tujuan pendidikan islam. Suatu tujuan pendidikan yang hendak dicapai, harus direncanakan (diprogram) melalui kurikulum pendidikan. Oleh karena itu kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan maupun lembaga pendidikan Islam. segla hal yang harus diketahui, diresapi atau dihayati oleh anak didik harus diterapkan dalam kurikulum. Begitu juga segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik kepada anak didiknya. Dengan demikian, 11 kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang 12 Ibid, Hlm 3-4

  harus terjadi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan pendidik dan

  13 anak didik.

  Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam adalah filsafat pendidikan yang prinsip-prinsip dan dasarnya yang digunakan untuk merumuskan berbagai konsep dan teori pendidikan Islam didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam, filsafat pendidikan Islam berbeda dengan filsafat pendidikan pada umumnya yang tidak memasukkan prinsip ajaran tauhid, akhlak mulia, fitrah manusia sebagai makhluk yang bukan hanya terdiri dari jasmani dan akal, melainkan juga spiritual, pandangan tentang alam jagat raya sebagai tanda atau ayat Allah yang juga berjiwa dan bertasbih kepada-Nya, pandangan tentang akhlak yang bukan hanya didasarkan pada rasio dan tradisi yang berlaku dimasyarakat, melainkan juga nilai-nilai yang mutlak benar dari Allah, serta berbagai pandangan

  14 ajaran Islam lainnya.

  Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan Islam adalah yang tercakup dalam objek material filsafat, yaitu mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia, dan alam yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan biasa. Sebagaimana filsafat, filsafat pendidikan Islam juga mengkaji ketiga objek ini berdasarkan ketiga cabangnya: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Secara mikro objek kajian filsafat pendidikan Islam adalah hal-hal yang merupakan faktor atau komponen dalam proses pelaksanaan pendidikan. Faktor atau komponen pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan (kurikulum, metode, dan evaluasi pendidikan), dan lingkungan pendidikan. Untuk lebih memfokuskan pembahasan filsafat pendidikan Islam yang sesuai dengan fokus penelitian ini, maka cukup

  13 Abdul Ghofur, Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam Tentang Kurikulum, Jurnal At- Tarbawi, Kajian Pendidikan Islam, STAIN Surakarta. Vol.3. No.1. Mei-Oktober 2005 hlm 1 14 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta, Rajawali Pers, 2013, disaj ikan ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan Islam secara

  15 makro.

b. Aliran Filsafat Pendidikan Ditinjau Dari Ontologi, Epistimologi, Aksiologi

  Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata dan

  bagaimana keadaan yang sebenarnya, apakah hakikat dibalik alam nyata ini. Ontologi menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang sangat terbatas dari pancaindra kita. Bagaimana realita yang ada ini, apakah materi saja, apakah wujud sesuatu ini bersifat tetap, kekal tanpa perubahan, apakah realita berbentuk satu unsur (monoisme), dua unsur (dualism), ataukah terdiri dari unsur yang banyak (pluralisme). adalah pengetahuan yang berusaha menjawab

  Epistemologi

  pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangka pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Memuat epistemologi, setiap pengetahuan manusia merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga akhirnya diketahui manusia. Epistemologi mebahas sumber, proses, syarat, batas fasilitas dan hakikat pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminanbagi guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya.

  Sedangkan aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan pakah yang baik atau bagus itu. Dalam definisi lain, aksiologi merupakan suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Untuk selanjutnya, nilai-nilai

  16 tersebut ditanamkan dalam kepribadian anak.

  15 16 http://eprints.walisongo.ac.id/811/3/083111098_BAB2.pdf Jalaludin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan,

  

c. Teori Kebenaran Menurut Pandangan Filsafat dalam Bidang

Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

  1. Ontologi Ontologi sering diidentikkan dengan metafisika, yang juga disebut

  sebagai proto-filsafat atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah hakikat sesuatu , keesaan, persekutuan, sebab dan akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala sifatnya, malaikat, relasi atau segala sesuatu yang ada dibumi dengan tenaga-tenaga yang ada dilangit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala, dan surga.

  Persoalan tentang ontologi ini menjadi pembahasan utama dibidang filsafat, baik filsafat kuno maupun filsafat modern. Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Bedanya, realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan: apakah sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini ? apakah realitas yang tampak ini sesuatu realita materi saja ? adakah sesuatu dibalik realita itu ? apakah realita ini terdiri dari satu unsur (monoisme), dua unsur (dualisme), ataukah terdiri dari unsur yang banyak (pluralisme).

  Didalam pendidikan, Pandangan ontologi secara praktis akan menjadi masalah yang utama. Sebab anak bergaul dengan lingkungannya dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Anak-anak, baik di masyrakat maupun disekolah, selalu dihadapkan pada realita, objek pengalaman, benda mati, benda hidup, dan sebagainya. Disini kewajiban pendidik ialah membina daya piker yang tinggi dan kritis.

  2. Epistemologi

  Istilah epistemologi pertama kali dipakai oleh L.F. Ferier pada abad ke-19 di Institut of Metafisics (1854). Dalam Encyclopedia of

  

Philosophy, epistemologi di definisikan sebagai cabang filsafat yang

  bersangkutan dengan sifat dasar dari ruang lingkup pengetahuan praanggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum dari tuntutan pengetahuan sebenarnya. Epistemologi ini adalah nama lain dari logika materiil atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia, yakni pengetahuan. Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana kita mengetahui benda-benda. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa contoh pertanyaan yang menggunakan kata "tahu" dan mengandung pengertian yang berbeda-beda, baik sumbernya maupun validitasnya.

3. Aksiologi Akhlak adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value).

  Menurut Brameld, ada tiga bagian yang membedakan didalam aksiologi.

  

Pertama, moral conduct, tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin

  khusus yaitu etika. Kedua, esthetic expression, ekspresi keindahan yang melahirkan estetika. Ketiga, socio-political life, kehidupan sosio-politik. Bidang ini melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.

  Nilai dan implikasi aksiologi didalam pendidikan ialah pendidikan menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak. Karena untuk mengatakan sesuatu bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi

  17 menilai secara mendalam dalam arti untuk membina kepribadian ideal.

d. Pengertian Pendidikan Islam

  Rangkaian kata "pendidikan Islam" bisa dipahami dalam arti berbeda-beda, antara lain: istilah pertama, pendidikan (menurut) Islam, berdasarkan sudut pandang bahwa Islam adalah ajaran tentang nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang ideal, yang bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah. Istilah kedua, pendidikan (dalam) islam, berdasar atas perspektif bahwa Islam adalah ajaran-ajaran, sistem budaya dan peradaban yang tumbuh dan berkembang sepanjang perjalanan sejarah umat Islam "proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan dikalangan umat islam". sedangkan istilah ketiga, pendidikan (dalam) Islam, pendidikan agama Islam dalam hal ini bisa dipahami sebagai "proses dan upaya serta cara dan 17 transformasi ajaran-ajaran islam tersebut, agar menjadi rujukan dan pandangan hidup bagi umat Islam". dengan demikian, pendidikan (agama)

  18 Islam lebih menekankan pada teori pendidikan Islam.

  Pendidikan Islam adalah pendidikan Islami, pendidikan yang mempunyai karakteristik dan sifat keislaman, yakni pendidikan yang didirikan dan dikembangkan diatas dasar ajaran Islam. hal ini member arti yang signifikan, bahwa seluruh pemikiran dan aktifitas pendidikan Islam tidak mungkin lepas dari ketentuan bahwa semua pengembangan dan aktifitas kependidikan Islam haruslah benar-benar merupakan realisasi

  19 atau pengembangan dari ajaran Islam itu sendiri.

  Dengan demikian pengertian pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaiman Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh

  20

  aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi. Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal

  21

  pertumbuhan dan perkembangannya. Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, terutama karya-karya ilmiah berbahasa arab, terdapat berbagai istilah yang dipergunakan oleh ulama dan tokoh-tokoh pendidikan islam dalam memberikan pengertian tentang pendidikan islam dan sekaligus diterapkan dalam konteks yang berbeda-beda. Tanpa mengurangi penghormatan terhadap orang yang berpendapat lain, kiranya kata at-tarbiyah itu lebih tepat untuk diterapkan dalam pengertian "pendidikan". Karena dalam istilah at-tarbiyah tercakup didalamnya segala kegiatan yang berupa menumbuhkan, mengembangkan, memperbaiki, mengurus, memimpin, mengawasi serta menjaga anak didik, 18 yang semua kegiatan itu memang tercakup dalam pengertian "pendidikan" Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang, PT.

  Pustaka Rizki Putra, Mei 2008 Hal 7-8 19 20 Muhammad As Said, Op.Cit. hlm 10

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Bumi Aksara 1994 Hlm 8 21 dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian maka istilah "pendidikan islam" dalam bahasa arabnya bisa dipakai istilah at-tarbiyah al-

  22 islamiyah.

  Sementara itu pendapat lain dari Sayyid Muhammad Al-Naquib Al- Attas mengemukakan bahwa al-ta’dib adalah yang paling tepat untuk diidentikkan dengan pendidikan. Addaba berarti mendidik. al-Ta’dib berarti pendidikan. al-Ta’dib, menurutnya adalah penyemaian adab dalam diri seseorang. Argumentasi Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-Attas dalam hal ini adalah bahwa al-Qur’an menegaskan bahwa contoh ideal bagi orang yang beradab adalah Nabi Muhammad, yang oleh mayoritas kalangan akademik muslim disebut sebagai manusia sempurna atau manusia universal. Oleh karena itu,pendidikan Islam harus merefleksikan

  23 manusia sempurna dan manusia universal.

  Dan menurut Zakiyah Darajat, pendidikan Islam didefinisikan dengan suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta

  24 menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

  Ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan redaksi yang agak singkat, ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan besumber pada Al-Qur'an dan Hadits serta akal. Kata "Islam" dalam "pendidikan Islam" menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam.

  22 23 Ahmad Falah, Aspek-Aspek Pendiddikan Islam, Yogyakarta, Idea Press 2010 24 http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/download/34/36/pdf

  pembahasan ini tentulah agak berbau filsafat suatu hal yang sulit

  25 dihindari.

  Bila pendidikan Islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan amaliah, maka ia akan dapat berfungsi sebagai sarana pembudayaan manusia yang bernafaskan Islam yang lebih efektif dan efisien. Kita mengetahui dan mengakui bahwa sejak Islam diartikulasikan melalui dakwahnya dalam masyarakat yang beraneka ragam kultur dan struktur. Selama itu pula jasa- jasanya telah tampak mewarnai sikap dan kepribadian manusia yang tersentuh oleh dampak-dampak positif dari proses keberlangsungannya. Pendidikan Islam seperti yang dikehendaki umat Islam, harus mengubah strategi dan taktik operasional. Strategi dan taktik itu tak pelak lagi menuntut perombakan model-model sampai dengan institut-institutnya sehingga lebih efektif dan efisien. Dalam artian pedagogis, sosiologis, dan

  26 kultural.

  Pendidikan Islam masa kini dihadapkan kepada tantangan yang jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan penyebaran Islam. tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia yang serba multiinteres yang berdimensi nilai

  27 ganda dengan tuntunan hidup yang multikompleks pula.

  Pendidikan Islam itu merupakan satu proses yang tidak hanya menyangkut transfer ilmu, akan tetapi bagaimana menjadikan manusia makhluk berakhlak dengan akhlak yang baik serta dari hasil pendidikan itu dapat membantu kehidupan diri dan kemasyarakatannya dengan

  28 berlandasan ajaran Islam.

  25 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, cet.II. hlm 12 26 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2003, Hlm 4-5 27 28 Ibid, hlm 7

  Zulkarnain Yani, Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam: Pada Era Global dan

Modern (Naquib Al-Attas dan Hasan Langgulung) Jurnal Penelitian Agam dan Masyrakat,

  Istilah pendidikan Islam dalam pandangan Hasan Langgulung digunakan sekurang-kurangnya untuk depalan pengertian dan dalam konteks yang berbeda yaitu:

  1. Pendidikan Keagamaan (al-Tarbiyah al-Diny)

  2. Pengajaran Agama (al-Ta'lim al-din)

  3. Pengajaran Keagamaan (al-Ta'lim al-Diny)

  4. Pendidikan Keislaman (al-Ta'lim al-Islami)

  5. Pendidikan dalam Islam (al-Tarbiyah fi al-Islam)

  6. Pendidikan dikalangan orang Islam (al-Tarbiyah Inda al-Muslimin)

  7. Pendidikan orang-orang Islam (Tarbiyah al-Muslimin)

  29 8. Pendidikan Islam (al-Tarbiyah al-Islamiyah).

  Diantara kata-kata yang sering didengar dan diulang-ulangi oleh orang-orang pendidikan, kadang-kadang karena kejahilan, kadang-kadang karena meniru orang barat, dan kadang-kadang karena maksud jahat untuk memburuk-burukan Islam, adalah bahwa tidak ada teori pendidikan Islamdan tidak ada pemikiran pendidikan Islam. tidak mungkin dibayangkan ada pendidikan Islam, sistem pendidikan yang mempunyai ciri-ciri, filsafat dan tujuan-tujuannya, yang mencerminkan ideologi kehidupan dalam masyarakat Islam tanpa adanya teori pendidikan Islam, atau pemikiran pendidikan Islam. kejahilan terhadap pendidikan Islam, pemikiran pendidikan Islam, dan filosof-filosof pendidikan Islam tidaklah mengurangi derajat Islam dan pendidikan Islam, hanyalah menurunkan derajat orang-orang yang tidak mengetahuinya. Seharusnya mereka

  30

  mengetahuinya dengan sempurna sebagai orang-orang Islam. nilai pemikiran pendidikan Islam terdapat dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW yang bermakna :

  " aku telah meninggalkan bagimu sesuatu yang jika kamu perpegangi dengan teguh niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, 29 yaitu Kitab Allah dan Sunnahku" 30 Zulkarnain Yani, Op.Cit, hlm 257-258 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Pustaka Al-Husna Baru ini sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di berbagai keadaan.                

   

  

Artinya: 21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S.

31 Al-Ahzab:21)

               

  

Artinya : 80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah

mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka

Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (Q.S. An-

32 Nisaa' :80)

  Jadi berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah itulah yang memlihara masyarakat Islam pada zaman kuatnya dari diresapi oleh

  33 faktor-faktor yang melemahkan.

  Apabila kita memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad, maka nyatalah bahwa Allah telah menekankan perlunya orang belajar baca tulis dan belajar ilmu pengetahuan. Firman Allah dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1-5 :               

           

  

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah Tuhanmu yang Maha

Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia

  34 mengajarkan kepada apa yang tidak ketahui. (QS. Al-‘Alaq : 1-5)

  31 32 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 418 33 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 77 34 Hasan Langgulung, Op.Cit, Hlm 126

  Dari ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa agama Islam mendorong umatnya agar menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis dan diteruskan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan. Islam disamping menekankan kepada umatnya untuk belajar juga menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain, jadi Islam mewajibkan umatnya belajar dan mengajar. Melakukan proses belajar dan mengajar adalah bersifat manusiawi, yaitu sesuai dengan harkat kemanusiaannya, sebagai makhluk homo educandus, dalam arti manusia itu sebagai makhluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Banyak ayat

  35 Al-Qur'an dan Hadits yang menjelaskan hal tersebut antara lain.

  Surah Al-Taubah ayat 122 

                .

           

  

Artinya : 122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke

medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara

mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang

agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka

telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(Q.S.

36 Al-Taubah 122)

  Surah Al-Maidah ayat 67                

   

            

  

Artinya : 67. Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,

berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu

dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk

kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-Maidah ayat 67)

Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad

35 s.a.w. 36 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 1991, Hlm 98-99

  Surah Az-Zumar ayat 9               

             

  

Artinya : 9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung)

ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan

berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat

Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui

dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang

  37 berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar ayat 9)

  Sabda Nabi

  

Artinya : Menuntut ilmu pengetahuan itu adalah kewajiban bagi setiap

,uslim pria dan wanita (H.R. Ibnu Abdil Bar)

  Pendidikan merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya mengandung berbagai dimensi. Seperti dimensi manusia sebagai subyek atau pelaku pendidikan (baik berstatus sebagai pendidik atau peserta didik), maupun dimensi landasan, tujuan, materi atau kurikulum, metodologi, dan dimensi institusi dalam penyelenggaraan pendidikan. Dimensi dimensi tersebut merupakan faktor penting yang mendukung keberhasilan pelaksanaan proses kegiatan pendidikan, dan masing-masing dimensi ini memiliki paradigma fungsional sendiri-sendiri dan saling terkait untuk bersinergi dalam sebuah sistem pendidikan.

  Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. John Dewey dalam Jalaludin menyatakan, bahwa: Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin ilmu. Pernyataan ini setidaknya mengisyaratkan bahwa bagaimanapun sederhananya suatu komunitas manusia, memerlukan adanya pendidikan. Maka dalam pengertian umum, 37 kehidupan dari komunitas tersebut akan ditentukan aktivitas pendidikan di dalamnya. Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia. Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia, karena pendidikan Islam berorientasi dalam memberikan bekal kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, pendidikan menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat. Semestinya pendidikan Islam selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar manusia tidak hanya menginginkan kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis), namun kebahagiaan di duniapun bisa diraihnya, Pada kehidupan masyarakat yang semakin berbudaya dengan tuntutan hidup yang makin tinggi, pendidikan ditujukan bukan hanya pada pembinaan keterampilan, melainkan kepada pengembangan kemampuan-kemampuan teoretis dan praktis berdasarkan konsep-konsep berpikir ilmiah. Dalam perkembangannya, pendidikan Islam telah melahirkan dua pola pemikiran yang kontradiktif. Keduanya mengambil bentuk yang berbeda, baik pada aspek materi, sistem pendekatan, atau dalam bentuk kelembagaan sekalipun, sebagai akumulasi dari respon dari sejarah pemikiran manusia dari masa ke masa terhadap adanya kebutuhan akan pendidikan. Dua model bentuk yang dimaksud adalah pendidikan Islam yang bercorak tradisionalis dan pendidikan Islam yang bercorak modernis. Pendidikan Islam yang bercorak tradisionalis dalam perkembangannya lebih menekankan pada aspek doktriner normatif yang cenderung eksklusif- literalis, apologetis. Sementara pendidikan Islam modernis, lama-kelamaan

  38 ditengarai mulai kehilangan ruh-ruh mendasarnya.

  Secara teori, pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu merupakan konsep pendidikan yang mengandung berbagai teori yang dapat dikembangkan dari hipotesa-hipotesa yang bersumber dari Al-Qur'an dan 38 Hadits baik dari segi sistem, proses, dan produk yang diharapkan mampu

  http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24620/1/IZZAH%20FAUZIA H-FITK.pdf membudayakan umat manusia agar bahagia dan sejahtera dalam hidupnya. Dari segi teori, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang bersifat progresif menuju kearah kemampuan optimal anak didik yang berlangsung diatas landasan nilai-nilai ajaran

39 Islam.

  Para ahli pendidikan Islam biasanya telah menyoroti istilah-istilah tersebut yaitu istilah At-Ta'diib, At-Ta'liim dan At-Tarbiyah dari aspek perbedaan antara pendidikan dan pengajaran. Muhammad Athiyah Al- Abrasyi dan Muhammad Yunus menyatakan bahwa istilah Tarbiyah dan

  Ta'lim dari segi makna istilah maupun aplikasinya memiliki perbedaan

  mendasar, mengingat dari segi makna istilah Tarbiyah berarti mendidik, sementara Ta'lim berarti mengajar, dua istilah tersebut secara subtansial tidak bisa disamakan. Imam Baidawi mengatakan bahwa istilah pendidik (Tarbiyah) lebih cocok untuk digunakan dalam pendidikan Islam. sedangkan DR. Abdul Fattah Jalal dari hasil kajiannya berkesimpulan bahwa istilah pengajaran (Ta'lim) lebih luas jangkauannya dan lebih umum sifatnya dari pada pendidikan. Kajian lainnya berusaha membandingkan dua istilah diatas dengan istilah Ta'dib, sebagaiman dikatakan oleh Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-Attas bahwa dari hasil kajiannya ditemukan bahwa istilah Ta'dib lebih tepat untuk digunakan dalam konteks pendidikan Islam, dan kurang setuju terhadap penggunaan istilah Tarbiyah

  40 dan Ta'lim.

  Pada hakikatnya pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada

39 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Pers,

  Juli 2002, Hlm 9-10 40 peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis

  41 mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.

e. Dasar pendidikan Islam

  Meletakkan pola dasar pendidikan Islam berarti harus meletakkan nilai-nilai dasar agama yang memberikan ruang lingkup berkembangnya proses kependidikan Islam dalam rangka mencapai tujuan. Untuk tujuan itu, harus memahami falsafah pendidikan Islam, karena ia menjadi dasarnya dan sekaligus mengarahkan tujuan. Oleh karena menyangkut permasalahan falsafah maka dalam pola dasar pendidikan Islam itu mengandung pandangan Islam tentang prinsip-prinsip kehidupan alam raya, prinsip-prinsip kehidupan manusia sebagai pribadi, dan prinsip- prinsip kehidupannya sebgai makhluk sosial. Ketiga prinsip tersebut akan melibatkan pembahasan secara mendalam menurut istilah teknis filosofis berturut-turut sebagai berikut : Ontologi : yang membahas tentang asal-usul kejadian alam nyata dan dibalik alam nyata. Epistemologi : yang membahas tentang kemungkinan manusia mengetahui gejala alam. Aksiologi : yang membahas tentang sistem nilai-nilai dan teori nilai atau

  

42

yang disebut etika.

  Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya sebagai agent of dan bermanfaat bagi amnesia, maka perlu acuan pokok yang

  culture

  mendasarinya. Karena pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia, yang secara kodrati adalah insan pedagogik, maka acuan yang menjadi dasar pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari

  43 pandangan hidup suatu masyarakat dimana pendidikan itu dilaksanakan.

  41 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta, Ciputat Pers Juli 2002 hlm 32 42 43 M. Arifin, Op.Cit. Hlm 37

  Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah deprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik kea rah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah (Hadits).

  Menetapkan al-Qur'an dan Hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman, al-Qur'an tidak ada keraguan padanya. Ia tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya. Baik dalam pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran Hadits sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam. secara umum, Hadits dipahami sebagai segala sesuatu yang didasarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya. Keperibadian Rasul sebagai uswat al-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik. Oleh karena itu, perilakunya senantiasa terpelihara dan dikontrol oleh Allah SWT. Dalam pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu : (1). Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Qur'an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya. (2). Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama sahabat, pelakunya terdapat anak-anak, dan pendidikan keimanan yang

  44 pernah dilakukannya.

  44