KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER SKRIPSI

  KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS

  

DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Disusun oleh

MUHAMAD HABIB ALWI

111 13 126

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

  

MOTTO

Artinya: “ Tauhid mewajibkan wujudnya iman. Barang siapa tidak beriman maka dia tidak

bertauhid dan iman mewajibkan syariat maka barang siapa yang tidak ada syariat padanya,

maka dia tidak memiliki iman dan tidak bertauhid dan syariat mewajibkan adanya adab,

maka barang siapa yang tidak beradab maka (pada hakikatnya) tiada syariat, tiada iman dan

tiada tauhid padanya”

( Hasyim Asy’ari, Adabul Ailm wal Muta’alim, H. 11)

  PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai peran penting dalam hidup-Ku

  1. Bapak Muhammad Ja’far dan Ibu Munawaroh, serta keluarga yang selalu mencurahkan segala usaha dan doa untuk kelancaran belajarku.

  2. KH. Abdullah Faqih pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayat Pringapus Ungaran; K. Mursyidul Anam pengasuh Pondok Pesantren Al-Munir Pangkat Tegalrejo; K. Bahrudin pengasuh Pondok Pesantren Nurul Maghfiroh Tegalrejo Kab. Magelang; KH. Taufikul Hakim pengasuh Pondok Pesantren Darrul Falah Amtsilati Bangsri Jepara; KH. Zoemri RWS pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga yang selalu membimbing dan mengajariku ilmu dan adab.

  3. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M. Ag., atas segala ilmu, waktu, tenaga dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dengan kesabaran dan keikhlasannya.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat

serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah

menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

  Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata

guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah

KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN

IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER .

  Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan

dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan

terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga 4.

  Bapak Dr. H. Miftahuddin. M. Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

  5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI IAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.

  6. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

  7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

  Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta

mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan

ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan

kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi

pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal ‘alamien.

  Salatiga, 11 Agustus 2017 Penulis,

MUHAMAD HABIB ALWI 111 13 126

  

ABSTRAK

Alwi, Muhamad Habib. 2017.

  Konsep Ta’dib Menurut Syed Muhammad Naquib Al- Attas dan Implikasinya Bagi Pendidikan Karakter . Skripsi. Fakultas Tarbiyah

  dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dr. H. Miftahuddin, M.Ag.

  Kata Kunci : Konsep Ta’dib, Pendidikan Karakter.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep ta’dib yang digunakan oleh

  

Syed M. Naquib Al-Attas sebagai makna pendidikan Islam dan implikasinya terhadap

pendidikan karakter, sehingga struktur konsep ta’dib telah mencakup unsur-unsur ilmu

(‘ilm), instruksi (ta’lim) dan pembinaan yang baik (tarbiyah) sehingga tidak perlu lagi

dikatakan bahwa konsep pendidikan Islam adalah sebagaimana terdapat dalam tiga

serangkai konsep tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.

  Pokok masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana konsep ta’dib yang

digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas sebagai makna pendidikan Islam? 2)

Bagaimana implikasi konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas dalam

konteks pendidikan karakter? Mengingat kajiannya merupakan penelitian literarur/studi

pustaka maka metode yang digunakan adalah analisis isi dari buku tersebut.

  Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) konsep ta’dib menurut Syed M.

Naquib Al-Attas yaitu mencakup ilmu dan amal dalam pendidikan serta adanya amal

(praktik) untuk menjamin ilmu agar dapat dipergunakan secara baik dalam kehidupan

masyarakat. 2) Implikasi konsep ta’dib dalam konteks pendidikan karakter yaitu; sebagai

kompetensi moral (akhlak) yang harus dimiliki oleh pendidik maupun peserta didik;

pembentukan kepribadian agar karakteristik psikologis seseorang yang berkaitan dengan

kecendrungan untuk berhubungan sosial dengan orang lain; pembentukan moral religius.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN BERLOGO .......................................................................................... ii HALAMAN DEKLARASI ........................................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................................... iv HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................................... v HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... vi MOTTO ............................................................................................................... vii PERSEMBAHAN .................................................................................................. viii KATA PENGANTAR.............................................................................................. ix ABSTRAK ............................................................................................................ xi DAFTAR ISI.......................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................

  1

  C. Tujuan Penelitian .................................................................

  5 D. Manfaat Penelitian...............................................................

  6 E. Kajian Pustaka ......................................................................

  7 F. Metode Penelitian ...............................................................

  16 G. Definisi Operasional .............................................................

  19 H. Sistematika Penulisan ..........................................................

  22

  BAB II BIOGRAFI A. Biografi Tokoh......................................................................

  24 B. Setting Sosial .......................................................................

  25 C. Karya-Karya..........................................................................

  34 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

  A. Konsep “Ta’dib” ...................................................................

  40 B. Pendapat-pendapat Terhadap Konsep Ta’dib Yang Digunakan Oleh Syed M. Naquib Al-Attas ............................

  68 C. Implikasi Konsep Ta’dib Terhadap Pendidikan Karakter ......

  75 BAB IV PEMBAHASAN A.

  Signifikansi Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al- Attas ....................................................................................

  88 B. Relevansi Pemikiran Konsep Ta’dib yang Digunakan Oleh Syed M. Naquib Al-Attas dalam Konteks Pendidikan

  Karakter ...............................................................................

  95 C. Implikasi Konsep Ta’dib yang Digunakan Oleh Syed M.

  Naquib Al-Attas dalam Konteks Pendidikan Karakter .......... 110

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 115 B. Saran .................................................................................... 116 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Pembimbingan Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 4 Daftar SKK Lampiran 5 Pernyataan Publikasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana terpenting dalam usaha

  pembangunan sumber daya manusia dan penanaman nilai-nilai kemanusiaan, yang pada gilirannya akan menciptakan suasana dan tatanan kehidupan masyarakat yang beradab dan berperadaban.

  Masalah sumber daya manusia dan seribu satu permasalahan pendidikan yang dihadapi umat ini menjadi rationale utama, yang membidani kelahiran Konferensi Dunia I mengenai pendidikan Islam (First

  World Conference on Islamic Education ) yang diadakan di Makkah. Tujuan dan

  harapan diselenggarakannya Konferensi Internasional Pendidikan Islam Pertama tersebut sangat jelas, yaitu untuk memantapkan dan meningkatkan mutu pendidikan umat yang tengah mengalami degradasi pasca dominasi Barat (Wan Daud, 2003:24). Salah satu cara dalam peningkatan kualitas pendidikan Islam dengan cara merumuskan definisi pendidikan Islam secara jelas karena istilah yang digunakan dalam pendidikan tentulah membawa gagasan yang benar dan implikasi positif terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pendidikan, baik dari aspek pendidik, anak didik maupun kurikulum.

  Konsep ta’dib adalah konsep paling tepat untuk pendidikan Islam daripada istilah tarbiyah,

  ta’lim dan ta’dib, sebagaimana yang digunakan sampai

  saat ini. Al-Attas (1999:33) mengatakan: “Its conceptual structure the elements of knowledge (‘ilm), instruction (ta’lim)

  

and good breeding (tarbiyah), so that there os no need to refer to the concept of

  1

  education in Islam as tarbiyah- ta’alim-ta’dib all together” yang artinya struktur

  konsep ta’dib telah mencakup unsur-unsur ilmu (‘ilm), instruksi (ta’lim) dan pembinaan yang baik (tarbiyah) sehingga tidak perlu lagi dikatakan bahwa konsep pendidikan Islam adalah sebagaimana terdapat dalam tiga serangkai konsep tarbiyah, ta’lim dan ta’dib).

  Perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan pada akhir abad ini seperti perkembangan teknologi komunikasi, transportasi dan informasi yang sedemikian cepat telah menghadapkan masyarakat agama menuju kesadaran kolektif bahwa penyesuaian struktural dan kultural pemahaman agama adalah suatu keharusan. Pada abad ini disebutkan oleh kebanyakan orang, sebagai abad sumber daya manusia (SDM), yang menuntut manusia untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dengan kecerdasan tinggi, yang ber-

  IQ dan ber-EQ tinggi dan berperilaku produktif. Pada era sekarang, semua orang secara individual maupun bersama-sama dalam ikatan organisasi di tuntut untuk belajar terus menerus dalam proses interaktif yang bermutu. Dengan kata lain, disamping dituntut untuk memiliki kecerdasan intelektual, tentunya setiap individu dituntut belajar untuk mampu tinggal bersama dalam masyarakat majemuk dan secara spiritual dapat memahami arti sesungguhnya dari hidup bersama dengan orang yang memiliki perbedaan agama, etnis dan kelas sosial.

  Oleh karena itu, sehubungan dengan persoalan tersebut, maka konsep atau istilah pendidikan Islam perlu ditata ulang atau diadakan penyegaran tujuannya agar mampu menghadapi segala tuntutan zaman sehingga akan berimplikasi positif terhadap aplikasi proses pendidikan secara keseluruhan baik yang berkaitan dengan pendidik, peserta didik maupun aspek kurikulum. Konsep kurikulum pendidikan yang berjalan selama ini boleh jadi telah banyak diwarnai oleh pendidikan Barat sehingga menyentuh esensinya, tanpa adanya seleksi yang lebih ketat. Konsep pendidikan Islam yang telah diterapkan selama ini telah dirasuki pandangan hidup Barat yang belandaskan nilai-nilai dualisme dan sekularisme sehingga nilai-nilai adab menjadi semakin kabur dan semakin jauh dari nilai-nilai hikmah ilahiah.

  Pendidikan Islam yang selama ini telah diterapkan perlu diadakan kajian ulang dalam rangka menghilangkan pengaruh-pengaruh sistem pendidikan Barat, sehingga mampu menemukan konsep pendidikan yang jelas dan dapat dijadikan pedoman dalam mengaplikasikan semua aktivitas yang terkait dengan proses pendidikan. Ditinjau sudut masalah pendidikan Islam, dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu masalah dari dalam terletak pada konsep dan praktikan, sedangkan dari masalah dari luar terletak pada tantangan masa depan. Jadi paparan di atas menunjukkan urgensi adanya penataan ulang tentang konsep pendidikan Islam agar dapat ditemukan konsep pendidikan Islam yang integral,

  (Barat). Selain itu, juga dapat dijadikan pedoman dalam mempraktikkan segala aktivitas berkaitan dengan proses pendidikan.

  Sebagaimana dengan pendidikan karakter, sekarang ini dilakukan secara sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan, menguatkan kesadaran dan keyakinan bagi semua orang bahwa tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, kegigihan, semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, memupuk persatuan di tengah-tengah keberagaman, semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama serta rasa percaya diri dan optimisme. Pendidikan karakter seringkali timbul tenggelam dalam sejarah pendidikan nasional. Era sekarang pendidikan karakter menjadi mata pelajaran khusus, kemudian menjadi dimensi yang terintegrasi ke dalam seluruh mata pelajaran. Adakalanya pendidikan karakter diintegrasikan dengan pendidikan agama, pendidikan moral pancasila, atau pendidikan akhlak mulia. Namun, ada juga saat dimana pendidikan karakter sama sekali hilang dalam kurikulum pendidikan nasional.

  Oleh karena itu, pengembangan pendidikan karakter dalam kontek ajaran Islam diperlukan intelektual muslim yang memiliki pemikiran-pemikiran dan karya yang besar pula. Dengan demikian, sangat diperlukan peran dari para pemikir untuk merumuskan kembali konsep pendidikan Islam yang benar, M. Naquib Al-Attas sebagai salah satu intelektual Muslim yang terkenal, berusaha menawark an pemikiran mengenai konsep ta’dib, dengan kemunculan pemikiran tersebut akan membawa angin segar yang diharapkan membawa dampak positif dalam dunia pendidikan Islam dalam menghadapi segala persoalan baik yang bersifat internal maupun eksternal.

  Berdasarkan paparan di atas, peneliti berkeinginan mengkaji pemikiran Syed M. Naquib Al-

  Attas tentang konsep ta’dib, maka skripsi ini mengambil tema tentang “Konsep Ta’dib Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan

  Implikasinya Bagi Pendidikan Karakter ”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian singkat pada sub bab latar belakang, maka penulis hendak merumuskan masalah, sebagai berikut:

  1. Bagaimana konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas sebagai makna pendidikan Islam?

  2. Bagaimana implikasi konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas dalam konteks pendidikan karakter? C.

   Tujuan Penelitian

  Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam hal ini, sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib

2. Untuk mengetahui implikasi konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas terutama terhadap pendidikan karakter.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis, antara lain:

  1. Manfaat teoritis

  a) Dapat mendiskripsikan konsep ta’dib pendidikan Islam

  b) Kajian ini juga diharapkan agar dapat dijadikan acuan atau pedoman oleh civitas akademika sebagai konsep pendidikan Islam yang benar dan integral sehingga mampu menyelesaikan problematika makna pendidikan Islam dan dapat berfikir kritis serta ikut berperan aktif dalam memfilter konsep-konsep yang tidak sesuai dengan konsep-konsep pendidikan Islam.

  2. Manfaat praktis

  a) Diharapkan skripsi ini dijadikan bahan acuan bagi remaja muslim agar mempunyai akhlaqul karimah dan karakter yang baik.

  b) Peneliti berharap agar telaah atau kajian ini bermanfaat untuk dunia pendidikan Islam, agar tidak selalu menyadur atau mengadopsi konsep- konsep pendidikan Barat.

E. Kajian Pustaka

  Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi pusat kajian atau penelitian, maka perlu dikemukakan tentang ruang lingkup kajian. Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam mengungkapkan makna pendidikan Islam, diantaranya adalah tarbiyah,

  ta’lim, ta’dib dan riyadhah. Dari beberapa istilah pendidikan

  Islam tersebut, penelitian ini hanya mengkaji satu istilah yaitu ta’dib.

  Berdasarkan penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian khususnya skripsi, penulis menemukan beberapa skripsi yang berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya: 1.

  Konsep pendidikan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, disusun oleh Bintang Firstania Sukatno, UIN Sunan Kalijaga. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Pendidik b ukan hanya seorang pengajar (mu’allim) yang tugasnya mentransfer ilmu pengetahuan saja, melainkan juga seseorang yang melatih jiwa dan kepribadian peserta didik dengan cara memiliki kepribadian dan adab yang baik sehingga mampu dijadikan teladan bagi peserta didiknya. 2) Relevansi konsep ta’dib dilaksanakan di Indonesia adalah untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, dimana pendidik PAI tidak hanya sekedar mahir dalam menghantarkan materi pelajaran PAI saja, namun juga menjadikan peserta didik berakhlak mulia sesuai dengan Al-

  Qur’an dan Sunnah.

2. Konsep Pendidikan Akhlak dan Implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam

  Miskawaih) disusun Andika Saputra, UIN Sunan Kalijaga. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Konsep Pendidikan Akhlak Syed Muhammad Naquib Al-Attas dalam pendidikan agama Isalam yaitu ta'dib, tauhid dan metafora, cerita dan yang mencalup semu:mya baik yang bersifat realita maupun spiritual.dan Ibnu Miskawaih konsep pendidikan ahlak dalam pendidikan ista thariqun thabi'i dan al-'adat wa aljihad, 2) komparasi pendidikan akhlak Syed Naquib Al-Attas dan Ibnu Miskawaih yaitu pendidikan yang rnencakup semua sisi kemanusiaan mendapatkan materi pendidikan, 3) Implikasi konsep pendidikan akhlak menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan Ibnu Miskawaih dalam pendidikan Agama Islam terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong bagi terciptanya semua perbuatan yang bernilai baik, sehingga mencapai kesempumaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna (al-sa'adat).

3. Konsep Pendidikan Berbasis Pembebasan (Studi Komparasi Konsep

  Pendidikan Paulo Freire dan Syed M. Naquib Al-Attas), penelitian ini dilakukan oleh Atina Rohma. Hasil penelitian ini menunjukkan, 1) Konsep pendidikan yang diciptakan oleh Paulo Freire berasal dari keadaan sosial yang dia alami, baik mengenai dasar tujuan dan lain-lain, semua berdasarkan pada keadaan lingkungannya. Keadaan sosial yang penuh dengan penindasan dan pemaksaan, keadaan sosial yang menjadikan manusia bentuk penindasan terhadap peserta didik, memposisikan peserta didik dan pendidik pada suatu derajat yang sama. 2) Konsep pendidikan yang dicetuskan oleh Syed M. Naquib Al-

  Attas sesuai dengan konsep ta’dib yang ia buat. Mengenai dasarnya, beliau menjadikan al- Qur’an, Hadits Nabi dan ijtihad sebagai acuannya, sedangkan dalam hal tujuan, beliau lebih menekankan pada penciptaan manusia yang baik daripada warga Negara atau pekerja yang baik. Mengenai kurikulum, beliau mencoba memadukan tentang ilmu agama dan ilmu umum, karena menurutnya di dalam Islam sebenarnya tidak ada pemisahan antara keduanya. 3) Dalam hal pendidikan memang seharusnya mempunyai dasar yang berfungsi sebagai pijakan untuk bertumpu sebagaimana yang dilakukan oleh Paulo Freire dan Syed M.

  Naquib al-Attas, Paulo Freire berdasarkan agamanya yaitu agama kristen, demikian juga Syed M. Naquib Al-Attas berdasarkan agamanya yaitu Islam.

  Tujuan pendidikan yang dicetuskan baik oleh Paulo Freire maupun Syed M. Naquib Al-Attas adalah sama-sama memanusiakan manusia, namun di sana terjadi perbedaan arah, kalau tujuan pendidikan Paulo Freire bertujuan untuk memanusiakan manusia dari unsur penindasan dan pemaksaan, sedangkan tujuan pendidikan Syed M. Naquib al-Attas adalah memanusiakan manusia agar dia menjadi manusia yang baik dalam hal ini dia bisa menjadi warga negara dan pekerja yang baik. Metode Paulo metode hadap masalah ini akan timbul berbagai metode-metode yang lain. Sedangakan metode pendidikan Syed M. Naquib al-Attas disesuaikan dengan keadaan murid.

4. Sekularisme dan Pendidikan Akhlak (Studi Atas Pemikiran Syed Muhammad

  Naquib Al-Attas Tentang Konsep Pendidikan Akhlak dalam Menghadapi Sekularisme). Lailatus Sa’adah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Kajian ini menunjukkan bahwa: menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas sekularisme adalah suatu faham yang memisahkan antara kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi, sehingga berakibat pada rusaknya aqidah yang berdampak pada hilangnya adab. Sedang Pendidikan merupakan salah satu cara untuk memperbaiki akhlak. Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas pendidikan akhlak tidak hanya berpusat pada pemahaman saja, melainkan pada praktik dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi seorang guru bukan hanya bertugas memahamkan materi saja, akan tetapi juga mendidik dalam pengaplikasian materi tersebut dalam segala etika seorang peserta didik, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sempurna. Al-Attas mengungkapkan dua metode dalam pendidikan, yakni metode metafora dan bercerita sebagai metode dalam memahamkan peserta didik, dan metode tauhid sebagai metode dalam mempraktekkan teori pendidikan akhlak tauhid ke-Islaman. Di dalam pendidikan menurut al-Attas, guru layaknya seorang ayah atau pemimpin, jadi hendaknya bertanggung jawab dan mengevaluasi peserta didik, begitupun peserta didik hendaklah menghormati gurunya sebagaimana ia menghormati orang tuanya dan pemimpinnya.

  5. Konsep Adab dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, disusun oleh Syahri Kismanto Program Pascasarjana (PPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau.

  Hasil penelitiannya: melahirkan manusia yang sadar insaf akan tanggung jawabnya kepada Allah SWT yang senantiasa disembah; yang memahami dan melaksanakan tanggung jawabnya kepada diri sendiri dan kepada masyarakat dengan adil dan yang senantiasa berusaha memperbaiki setiap aspek dirinya ke tahap yang lebih sempurna.

  6. Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Studi Pemikiran Pendidikan Syed Muhammad Naquib Al-Attas), disusun oleh Abdul Gofur Skripsi Jurusan PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian bahwa gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan yang diformulasikan oleh Al-Attas merupakan “revolusi episthemologi” sebagai jawaban terhadap krisis epistemologis yang melanda bukan hanya dunia Islam akan tetapi juga budaya dan peradaban Barat. Dalam operasionalisasi gagasan ini melibatkan dua langkah, yaitu;

  pertama , mengenali dan memisahkan unsur-unsur yang dibentuk oleh tubuh pengetahuan modern, khususnya dalam pengetahuan humaniora.

  Kedua , memasukkan elemen-elemen Islam dari konsep kunci kedalam

  setiap cabang ilmu pegetahuan mas kini yang relevan. Proses Islamisasi ilmi pengetahuan kontemporer ini tidakah mudah, menurut orang-orang yang terlibat didalamnya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam terhadap peradaban Islam dan Barat. Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer bukanlah suatu evolusi tetapi pengembalian manusia kepada fitrahnya. Artinya Islamisasi ilmu ini dapat melindungi manusia khususnya umat Islam dari ilmu yang sudah tercemar dan menyesatkan yang dapat menimbulkan kerusakan terhadap kehidupan umat manusia.

  7. Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan Konsep Metafisik dalam Islam, disusun oleh Akhmad Rofii Damyati Dosen STIU (Sekolah Tinggi IlmuUsuluddin) Al Mujtama’ Pamekasan merupakan paper yang dipresentasikan pada

  Doktora Semineri per tanggal 08.05.2015 di İlahiyat Fakültesi Seminar Salonu lt.1, Süleyman Demirel Üniversitesi, Türkiye, dengan judul “Nakip El-

  Attas ’in Felsefe Düşüncesinde Metafizik Kavramı. Dalam El-Furqonia Vol. 01 No. 01 Agustus 2005. Hasil yang diperoleh bahwa Pandangan Al-Attas, metafisik dalam Islam tidaklah sekedar yang dipahami oleh para filosof dan ahli teologi. Tapi merupakan pencapaian hakikat baik yang hissi ‘aqli dan intuisi plus wahyu sekaligus, dengan pengertian bahwa menyeluruh. Sebab dengan demikian, hakikat segala sesuatu bisa dengan lebih sempurna diabstrak. Eksperimen dengan intuisi adalah eksperimen di tingkatan ihsan yang meng-upgrade level-level di bawahnya menjadi lebih terang dan akurat. Dari sudut pandang metafisik Islam ini, para Sufi yang otentik, buka Sufi yang palsu, adalah ilmuan sejati. Sebab merekalah yang langsung berinteraksi langsung dengan haqaiq al-ashya yang menyimpan makna, hikmah dengan martabat masing-masing yang menuntut untuk diperlakukan sewajarnya sesuai dengan tuntutannya. Pandangan spiritual inilah yang menjadi framework dari seluruh pemikiran al-Attas yang digaungkannya dengan istilah “Worldview Islam”. Oleh karena itu, pada posisi itulah yang membedakan Al-Attas dengan ilmuan lain dalam metafisik terutama jika dihadapkan dengan posisi ilmuan Barat sebagaimana ia banyak mengkritisinya. Tentu saja Al-Attas tidak seratus persen membuat atau mengkonsep baru konsep metafisiknya. Ia meramu ulang tradisi keilmuan Islam yang sudah ada sebelumnya seperti tradisi filsafat, kalam dan tasawwuf. Sehingga dari hasil racik ulang tradisi keilmuan Islam sebelumnya itu melahirkan framework metafisis yang dianggap lebih menyeluruh.

8. Marâji‘: Jurnal Studi Keislaman Volume 1, Nomor 1, September 2014; ISSN

  2406-7636; 115-145. Kritik Islamic Worldview Syed Muhammad Naquib Al- Attas Terhadap Western Worldview oleh Nur Hasan Universitas Islam Negeri sebagaimana yang dinyatakan al-Attas hanya merupakan simbol keruntuhan otoritas Kristen, musnahnya alam vital keagamaannya, peralihan keyakinan Kristen kepada konsep-konsep duniawi, dan pemisahan antara keyakinan agama dengan hak-hak sipil (dunia) dan kekuasaan konsep agama tanpa negara dan negara tanpa agama. Paham sekularisme yang dekat dengan ideologi positivisme jelas bertentangan dengan pandangan hidup Islam (Islamic worldview). Menurutnya umat Islam tidak boleh sekadar ikut-ikutan menerapkan konsep pengosongan nilai-nilai ruhani dan fisik (empirik) karena konsep ini bertentangan dengan konsep pandangan hidup Islam (Islamic

  worldview ) tentang alam. Western worldview menurut Syed Muhammad

  Naquib al-Attas merupakan worldview yang lahir dari imitasi gagasan praktik gereja Barat terhadap citra Islam, dan imitasi ini telah dimulai bersamaan dengan kemunculan Islam dan pembebasannya atas Timur dari dominasi kekaisaran Romawi Byzantium, maka maksud teselubung Barat, yakni; berupaya membaratkan atau westernisasi akal pikiran para intelektual dan budayawan Islam agar mengadopsi model peradaban Barat sebagai ganti dari model worldview Islam.

9. Tadrîs Volume 158 8 Nomor 2 Desember 2013, Spiritualitas Pendidikan Islam

  Perspektif Syed Muhammad Naquib Al-Attas oleh Halimatus Sa ’diyah Fakultas Agama Islam Universitas Islam Madura. Dalam tulisan ini identik dengan aspek metafisika atau spiritualitas. Pada dasarnya, pendidikan Islam dalam perspektif Al-Attas adalah proses penanaman adab. Adab yang dimaksud al-Attas adalah ilmu tentang tujuan mencari pengetahuan itu sendiri.

  Ilmu di sini didefinisikan Al-Attas sebagai sampainya makna segala sesuatu pada jiwa seorang penuntut ilmu. Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan yang dimaksudkan Al-Attas adalah insân kâmil. Hal ini merujuk pada pribadi Nabi Muhammad SAW, yang merupakan perwujudan manusia sempurna, sedangkan pendidikan diarahkan pada terwujudnya potensi dan bawaan manusia sehingga bisa sedekat mungkin menyerupai Nabi Muhammad SAW

  Berdasarkan beberapa kajian pustaka diatas, belum ada satupun sumber tulisan yang secara khusus meneliti tentang konsep ta’dib dalam pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan implikasinya bagi pendidikan karakter.

  Penelitian-penelitian tersebut diatas berfokus pada konsep pendidikan, pendidikan akhlak, pendidikan Islam dalam hal pemisahan antara urusan ukhrawi dan duniawi serta konsep metafisik dan gagasan islamisasi ilmu pengetahuan. Sedangkan fokus penulis dalam kajian ini adalah dibatasi hanya pada interpretasi ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas baik secara etimologi maupun terminologi dan implikasi konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas pada pendidikan karakter.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan filosofis yang sangat relevan untuk menafsirkan berbagai gejala, peristiwa, simbol maupun nilai- nilai yang terkandung dalam ungkapan bahasa (Kaelan, 2005: 80). Dalam hal ini yang diungkap adalah konsep ta’dib dalam pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan implikasinya pada pendidikan karakter.

  Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu suatu cara kerja tertentu yang bermanfaat untuk mengetahui pengetahuan ilmiah dari suatu dokumen yang dikemukaan oleh ilmuan masa lalu maupun sekarang (Kaelan, 2005:250). Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif sehingga menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, catatan yang berhubungan dengan makna, nilai dan pengertian.

2. Sumber Data a.

  Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah karya-karya yang ditulis sendiri oleh tokoh yang diteliti, dalam hal ini Syed M. Naquib Al-Attas. Untuk melihat konsep ta’dib Syed M. Naquib Al-Attas secara konkrit dan komprehensip, maka peneliti mengupayakan buku-buku yang dikarang oleh pakar pendidikan yang bersangkutan. Dari survei kepustakaan tentang tokoh tersebut, maka sumber primer yang digunakan dalam

  Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al- Attas” (Bandung:

  Mizan); Syed Muhammad Naquib Al-Attas, 1993 , “Islam and

  Secularism” (Kuala Lumpur: Art Printing Work Sdn. Bhd) dan Syed Muhammad Naquib Al-

  Attas, 1999, “The Concept of Education in Islam: Framework for an Islamic Philosophy of Education” (Kuala Lumpur: International Institute of Islamic Thought and Civilization/ISTAC).

  b.

  Data sekunder dalam penelitian ini adalah karya-karya penulis lain yang membahas tentang pendidikan Islam, baik dalam bentuk buku, jurnal, artikel maupun karya ilmiah lainnya. Beberapa sumber yang penulis gunakan sebagai data sekunder, antara lain: buku, jurnal, artikel dan sumber lain yang relevan dengan penelitian.

  3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data secara menyeluruh dan relevan dengan fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui dokumen. Dokumen disini bisa berupa buku, surat kabar, majalah, jurnal, ataupun internet yang relevan dengan tema penelitian ini.

  4. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dalam penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis isi atau tekstual dalam studi kepustakaan secara literatur-literatur yang memiliki relevansi dengan tema penelitian ini, berorientasi pada pendeskripsian sebuah konsep ide pemikiran melalui langkah-langkah penafsiran terhadap pemikiran Syed Muhammad Naquib Al- Attas tentang ta’dib dan implikasinya terhadap pendidikan karakter.

  Analisa data merupakan tahap terpenting dari sebuah penulisan. Sebab pada tahap ini dapat dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah penyampaian yang benar-benar dapat digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan yang telah dirumuskan.

  Secara definitif, analisa data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami dan dapat diinformasikan kepada orang lain.

  Teknik ini dapat dilakukan melalui pengolahan data dengan pemilahan tersendiri berkaitan dengan pembahasan dari beberapa gagasan atau pemikiran para tokoh pendidikan yang kemudian dideskripsikan, dibahas dan dikritik. Dengan menggunakan analisis isi mencakup prosedur ilmiah berupa obyektifitas, sistematis dan generalis. Maka, arah pembahasan skripsi ini untuk menginterpretasikan, menganalisis isi buku (sebagai landasan teoritis) dikaitkan dengan masalah-masalah pendidikan yang masih aktual untuk dibahas.

G. Definisi Operasional

  Agar tidak terjadi kesalah-pahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu penulis jelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul di atas. Istilah-istilah tersebut adalah : 1.

  Ta’dib Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral dan etika. Ta’dib yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan peradaban dan kebudayaan yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan.

  Menurut Al- Attas, ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan terhadap realitas yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan (Wan Daud, 2003: 177). Pengertian ini didasarkan Hadits Nabi SAW:

  Artinya:

  “Tuhan Ku telah mendidik-Ku, sehingga menjadikan baik pendidikanku”

  Artinya:

  “Aku di utus untuk memperbaiki kemuliaan akhlak” (HR. Malik dari Annas

  Kedua hadits tersebut menunjukkan bahwa kompetensi Nabi Muhammad sebagai seorang rasul dan misi utamanya adalah pembinaan akhlak. Karena itulah, seluruh aktivitas pendidikan Islam seharusnya memiliki relevansi dengan peningkatan kualitas budi pekerti sebagaimana yang diajarkan oleh

  Ta’dib sebagai upaya dalam pembentukan adab terbagi atas empat macam: 1) ta’dib adab al-haqq, pendidikan tata krama spiritual dalam kebenaran, yang memerlukan pengetahuan tentang wujud kebenaran, yang di dalamnya segala yang ada memiliki kebenaran tersendiri dan yang dengannya segala sesuatu diciptakan; 2) ta’dib adab al-khidmah, pendidikan tata krama spiritual dalam pengabdian. Sebagai seorang hamba, manusia harus mengabdi kepada sang Raja (Malik) dengan menempuh tata krama yang pantas; 3) ta’dib adab al-syari’ah, pendidikan tata krama spiritual dalam syariah, yang tata caranya telah digariskan oleh Tuhan melalui wahyu. Segala pemenuhan syariat Tuhan akan berimplikasi pada tata krama yang mulia; 4) ta’dib adab al-shuhbah, pendidikan tata krama spiritual dalam persahabatan, berupa saling menghormati dan berprilaku baik di antara sesama (Mujib dan Mudzakkir, 2006:21).

2. Pendidikan Karakter

  Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya (Samani & Hariyanto, 2011:43).

  Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil (Aunillah, 2011:18-19).

  Sementara itu sumber lain, wikipedia mendefinisikan pendidikan karakter sebagai istilah payung (umbrella term) yang acap kali digunakan dalam mendeskripsikan pembelajaran anak-anak dengan sesuatu cara yang dapat membantu mereka mengembangkan berbagai hal terkait moral, kewargaan, sikap tidak suka memalak, menunjukkan kebaikan, sopan santun dan etika, perilaku, bersikap sehat, kritis, keberhasilan, menjunjung nilai tradisional, serta menjadi makhluk yang memenuhi norma-norma sosial dan dapat diterima secara sosial (Samani & Hariyanto, 2011:44).

  Jadi, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

  Berdasarkan pada uraian pengertian diatas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan konsep ta’dib dalam pemikiran Syed Muhammad Naquib Al- Muhammad Naquib Al-Attas tentang pengenalan dan pengakuan terhadap realitas yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan yang berdampak pada perkembangan manusia seutuhnya yang memiliki hati, pikiran, raga, rasa dan karsa dalam kehidupan sehari-hari.

H. Sistematika Penulisan

  Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahsan tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai berikut :

  Bab I Pendahuluan, merupakan pendahuluan yang membahas tentang keseluruhan penulisan skripsi ini yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.

  Bab II Biografi, mencakup biografi tokoh, Setting Sosial dan karya- karyanya. Bab III Deskripsi Pemikiran, membahas tentang konsep ta’dib menurut Syed M. Naquib Al- Attas yang mencakup tentang Pengertian ta’dib menurut Syed M. Naquib Al-Attas baik secara etimologi maupun terminologi, Pendapat- pendapat para cendikiawan baik yang Pro maupun Kontra terhadap konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas dan Implikasinya terhadap pendidikan karakter.

  Bab IV Pembahasan, terdiri dari signifikansi pemikiran Syed M. Naquib Al- Attas mengenai ta’dib, relevansi pemikiran konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas dalam konteks pendidikan karakter dan implikasi konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas dalam konteks pendidikan karakter.

  BAB V Penutup, berisikan tentang kesimpulan dan saran yang menjadi akhir dari penulisan skripsi ini.

BAB II BIOGRAFI A. Biografi Tokoh Syed M. Naquib Al-Attas merupakan ilmuwan berkewarga-negaraan Malaysia, nama lengkap Syed Muhammad Naquib Ibn Ali Ibn Muhsin al-Attas,

  lahir pada tanggal 5 September 1931 di Bogor, Jawa Barat Indonesia. Silsilah keluarga dapat dilacak hingga ribuan tahun ke belakang melalui silsilah “Sayyid” dalam keluarga Ba’dawi di Hadromaut dengan silsilah yang sampai kepada Imam Husein, cucu nabi Muhammad SAW (Wan Daud, 2003: 431).

  Leluhur Al-Attas ada yang menjadi wali dan ulama diantaranya yaitu Syed Muhammad al-Aydarus (dari pihak ibu), guru dan pembimbing rohani Syed Muhammad Hafs ‘Umar bin Syaiban dari hadromaut, yang mengantarkan Nur al-Din al-Raniri, salah seorang alim ulama terkemuka di dunia Melayu, ke tarekat rifa’iyyah. Ibunda Syed Muhammad Naquib yaitu Syarifah Raquan al- Aydarus, berasal dari Bogor, Jawa Barat, Indonesia dan merupakan keturunan ningrat Sunda di Sukapura. Pihak bapak, kakek Syed Naquib al-Attas yang bernama Syed Ibn Muhammad al-Attas adalah seorang wali yang pengaruhnya tidak hanya terasa di Indonesia, tetapi juga ke Negara Arab.

  Muridnya, Syed Hassan Fad’ak, kawan Lawrence of Arabia, dilantik menjadi penasehat Agama Amir Faisal, saudara raja Abdullah dari

  Aristokrat yang menikah dengan Ungku Abdul Majid, adik sultan Abu Bakar Johor (wafat 1895) yang menikah dengan adik Ruqoyyah Hanum. Khodijah yang kemudian menjadi ratu Johor setelah Ungku Abdul Majid wafat meninggalkan dua orang anak), Ruqoyyah menikah yang kedua kalinya dengan Syed Abdullah al-Attas dan dikaruniai seorang anak, Syed Ali Al-Attas yaitu bapak dari Syed Muhammad Naquib Al-Attas.