IMPLEMENTASI PASAL 4 UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA PERSPEKTIF FIQH SIYASAH (Studi di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan) - Raden Intan Repository

  

IMPLEMENTASI PASAL 4 UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014

TENTANG DESA PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

  (Studi di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan)

  

Skripsi

  Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam Ilmu Syariah dan Hukum

  Oleh

  

Hendra Kurniawan

NPM 1421020075

Program Studi : Siyasah (Hukum Tata Negara)

  

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

1439 H / 2017 M

  

IMPLEMENTASI PASAL 4 UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014

TENTANG DESA PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

  (Studi di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan)

  

Skripsi

  Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam Ilmu Syariah dan Hukum

  Oleh

  

Hendra Kurniawan

NPM 1421020075

Program Studi : Siyasah (Hukum Tata Negara)

  Pembimbing I : Drs. Henry Iwansyah, M.A

Pembimbing II : Relit Nur Edi, S.Ag., M.Kom.I

  FAKULTAS SY ARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

  

1439 H / 2017 M

  

ABSTRAK

  

IMPLEMENTASI PASAL 4 UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014

TENTANG DESA PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

  (Studi di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan) Kepemimpinan merupakan hal terpenting dalam suatu pemerintahan, termasuk dalam pemerintahan Desa. Di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun

  2014 Tentang Desa, Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Begitu pula dengan Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, mereka memerlukan pemerintahan yang baik sebagai ujung tombak untuk memajukan Desa tersebut.

  Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jelaskan di atas, maka rumusan masalah yang akan dianalisis oleh penulis yaitu bagaimana implementasi

  Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, serta bagaimana pandangan Fiqh Siyasah terhadap implementasi Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

  Adapun tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan Fiqh Siyasah terhadap implementasi Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

  Jenis penelitian ini adalah lapangan (field research) yaitu penelitian yang langsung dilakukan dilapangan atau pada responden. Penelitian lapangan ini didapatkan terkait dengan implementasi Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

  Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan pertama, pelaksanaan

  

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa masih belum

sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintahan Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan. Kedua, pandangan Fiqh Siyasah terhadap

pelaksanaan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sudah

sesuai dengan Syariat Islam yang mengajarkan bahwa seorang pemimpin haruslah

memenuhi kewajibannya dengan memelihara agama, memelihara dan menjaga

keamanan agar manusia dapat tentram, menegakkan hukum-hukum Allah,

memerangi orang-orang yang menentang Islam, melaksanakan sendiri tugasnya

untuk membina umat dan menjaga agama.

  

MOTTO

ٍِنْوُأَو َلىُسَّشنٱ ْاىُعُِطَأَو ََّللّٱ ٍََِزَّنٱ اَهََُّأَٰٓ ََ ُِوُّدُشَف ٖء أٍَش ٍِف أىُت أعَض ََُت ٌِئَف ۡۖأىُكُِي ْاىُعُِطَأ ْآَٰىَُُياَء

  ِش أيَ ألۡٱ ٩٥ ٍُ َس أحَأَو ٞشأَُخ َكِن َر ِو أىَُأنٱ َو َِّللّٱ ِلىُسَّشنٱ َو َِّللّٱ الًَِوأأَت ِت ٌَىُُِي أؤُت أىُتُُك ٌِإ ًَنِإ

  ِشِخَٰٓ ألۡٱ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.

  Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya ”.

  

PERSEMBAHAN

  Secerca karya kecilku ini kupersembahkan kepada : Ayahanda tersayang Johan Jauhari yang senantiasa mendukung, menyayangi, menemaniku dan membantuku serta mendo

  ’akan keberhasilanku. Ibunda tercinta Mistun yang senantiasa mendukung, menyayangi, menemaniku dan membantuku serta mendo

  ’akan keberhasilanku. Adik-adikku Wawan dan Fiko yang selalu mendukung dan memberikan semangat serta motivasi.

  Terkasih Nur hayati yang selalu mendukung dan memberikan semangat serta motivasi.

RIWAYAT HIDUP

  Penulis bernama Hendra Kurniawan dilahirkan di Hajimena pada tanggal

  14 September 1995, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara putra pasangan Bapak Johan Jauhari dan Ibu Mistun.

  Penulis menyelesaikan pendidikan di: 1.

  TK Al-azhar, Hajimena diselesaikan tahun 2000.

  2. SDNegeri 1 Raja Basa Raya, Bandar Lampung diselesaikan tahun 2007.

  3. SMP Negeri 20 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2010.

  4. Kemudian melanjutkan di SMA Al-kautsar Bandar Lampung.

  Pada tahun 2014, penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Syari’ah

  Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Program Strata 1 (satu) jurusan Siyasah dan telah menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Perspektif Fiqh Siyasah (Studi di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan )”.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Skripsi dengan judul “Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

  Pasal 4 Tentang Desa Perspektif Fiqh Siyasah (Studi di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Siyasah (Hukum Tata Negara), Fakultas

  Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan oleh semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih seluruhnya kepada :

1. Dr. Alamsyah, S.Ag., M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan

  Hukum UIN RadenIntan Lampung; 2. Dr. H. Khairuddin, M.H., selaku Wakil Dekan I Fakultas Syari’ah dan

  Hukum UIN Raden Intan Lampung; 3. Drs. H. Haryanto H, M.H., selaku Wakil Dekan II Fakultas Syari’ah dan

  Hukum UIN Raden Intan Lampung; 4.

  Dr s. H. Chaidir Nasution, M.H., selaku Wakil Dekan III Fakultas

  Syari’ah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung;

  5. Drs. Susiadi, M.Sos.I., selaku Ketua Jurusan Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung;

  6. Drs. Henry Iwansyah, M.A., selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam membimbing penulis untuk penyelesaian skripsi ini; 7. Relit Nur Edi, S.Ag., M.Kom I., selaku Pembimbing II yang telah banyak memotivasi dan meluangkan waktu untuk penyelesaian skripsi ini; 8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum khususnya Program

  Studi Siyasah, atas ilmu dan didikan yang telah diberikan; 9. Adik-Adikku tercinta Wawan dan Fiko, semoga Allah menanamkan sakinah, mawaddah dan rahmah dalam keluarga kita;

10. Keluarga Besar serta saudara-saudara yang telah mendukungku; 11.

  N ur Hayati yang selama ini selalu mendukungku dalam penyelesaian skripsi ini; 12. Teman-teman Jurusan Siyasah angkatan 2014 khususnya kelas D, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas kebersamaan perjuangan selama ini; 13. Semua pihak yang membantu dan terlibat dalam perjalanan kehidupanku.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka dan ucapan terimakasih. Namun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Aamiin.

  Bandar Lampung, Mei 2018 Penulis Hendra Kurniawan

  DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN .................................................................................... ...vii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI xii

  

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Penegasan Judul ....................................................................... 1 B. Alasan Memilih Judul .............................................................. 2 C. Latar Belakang ......................................................................... 3 D. Rumusan Masalah .................................................................... 7 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 7 F. Metode Penelitian ..................................................................... 8 BAB II PEMERINTAHAN DESA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN FIQH SIYASAH.............................................. 13 A. Pemerintahan Desa ................................................................. 13 1. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa .............................. 13 2. Kewenangan Pemerintahan Desa..................................... 25 B. Prinsip Fiqh Siyasah ............................................................... 36 1. Prinsip-Prinsip Fiqh Siyasah ............................................ 36 2. Obyek dan Bidang Bahasan Fiqh Siyasah ....................... 43 3. Prinsip Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Menurut Fiqh Siyasah ............................................................................... 44

  

BAB III IMPLEMENTASI PASAL 4 UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG

DESA PADA DESA HAJIMENA ............................................ 50 A. Keadaan Umum Desa Hajimena ............................................ 50 1. Sejarah dan Asal Usul Desa Hajimena ............................ 50 2. Visi dan Misi .................................................................... 51 3. Keadaan Geografis ........................................................... 52 4. Keadaan Demografis........................................................ 54 B. Mekanisme Kinerja Pemerintahan Desa ................................ 54 BAB IV ANALISIS FIQH SIYASAH TERHADAP IMPLEMENTASI PASAL 4 UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA PADA DESA HAJIMENA ............................................................................... 61 A. Implementasi Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pada Desa Hajimena ........................................ 61 B. Pandangan Fiqh Siyasah Terhadap Implementasi Pasal 4 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa ......................... 64 BAB V PENUTUP .................................................................................. 67 A. Kesimpulan ............................................................................. 67 B. Saran ....................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Judul merupakan nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang

  1

  dapat menyiratkan secara pendek isi atau maksud buku atau bab itu. Sebelum mengadakan pembahasan lebih lanjut tentang skripsi ini terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian judul guna mendapat gambaran yang jelas dan memudahkan dalam memahami skripsi ini.

  Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan interprestasi dikalangan pembaca terhadap judul Skripsi ini, maka penulis perlu mengemukakan pengertian judul sebagai berikut :

  IMPLEMENTASI PASAL 4 UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA PERSPEKTIF FIQH SIYASAH (Studi Di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan).

  1. Implementasi Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.

  2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa adalah suatu Undang- Undang yang membahas tentang Desa, khususnya dalam pembangunan Desa.

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT.

  3. Pasal 4 Pasal 4 adalah suatu Pasal yang membahas tentang pengaturan Desa.

  4. Perspektif Perspektif adalah sudut pandang manusia dalam memilih opini, kepercayaan, dan lain-lain, bagaimana kita memandang satu masalah dengan satu kajian cukup mendasar dengan menggunakan satu kajian ilmu.

  5. Fiqh Siyasah Fiqh Siyasah adalah merupakan salah satu aspek hukum Islam yang membicarakan pengaturan dan pengurusan kehidupan manusia dalam bernegara demi mencapai kemaslahatan bagi manusia itu sendiri.

  2 Jadi dengan demikian, maksud dari judul ini adalah untuk mengetahui

  bagaimana pandangan Fiqh Siyasah tentang penerapan ketentuan Pasal 4 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

B. Alasan Memilih Judul

  Alasan penulis memilih judul ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu : 1.

  Dengan keluarnya Pasal 4 Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, maka pelaksanaan Pemerintahan Desa mempunyai acuan hukum yang jelas. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana penerapan Undang-Undang tersebut di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. 2 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah; Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Cetakan Ke-1

2. Sesuai dengan jurusan yang ditekuni yaitu Siyasah. Siyasah adalah jurusan yang membahas tentang ilmu politik.

C. Latar Belakang

  Desa merupakan tingkatan paling bawah dalam pemerintahan. Pada tingkatan paling bawah inilah Desa diharuskan mempunyai tata kepemerintahan yang tersusun dengan baik dan mempunyai payung hukum yang kuat untuk menjadikan Desa sebagai tempat yang menyimpan segala urusan yang berhubungan dengan masyarakat Desa. Semua itu dikarenakan Desa merupakan wajah penyaluran semua data yang diperlukan dan dipergunakan oleh masyarakat, baik itu data dari Dusun yang terdapat di Desa itu sendiri, data dari Kecamatan, bahkan data dari Kabupatenpun Desa harus menyalin dan menyimpan rapih di dalam dokumen Desa. Maka dari itu sistem pemerintahan yang terdapat di suatu Desa haruslah sesuai dengan peraturan yang ada agar tidak terjadi kesenjangan baik itu dalam bentuk dokumen maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD).

  Di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa berdasarkan

  Pasal 1 ayat 1, Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan Pasal 1 ayat 2, Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3 Di dalam Pemerintahan Desa tidak hanya terdiri dari kepala desa beserta

  perangkat-perangkat lain dibawahnya, namun juga terdiri dari masyarakat setempat yang tergabung menjadi suatu kelompok yang disebut Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Dengan demikian, tujuan ditetapkannya pengaturan Desa dalam Undang-Undang ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yaitu:

  1) Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara

  Kesatuan Republik Indonesia; 2)

  Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat indonesia;

  3) Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;

  4) Mendorong prakarsa, gerakan, partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;

  5) Membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab;

  6) Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum; 3 Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2016

  7) Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;

  8) Memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional;

  4

9) Memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.

  Dalam Islam pemimpin disebut dengan khalifah. Khalifah secara bahasa berasal dari kata bahasa Arab dari kata khalifah adalah wakil, pengganti atau duta.

  Sedangkan secara istilah khalifah adalah orang yang bertugas menegakkan syariat Allah SWT, memimpin kaum muslimin untuk menyempurnakan penyebaran syariat Islam dan memberlakukan kepada seluruh kaum muslimin secara wajib, sebagai pengganti kepemimpinan Rasulullah SAW.

  Kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan untuk mempengaruhi atau mengajak orang lain dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah proses pemberian bimbingan dan contoh teladan, proses pemberian jalan yang mudah pada pekerjaan-pekerjaan yang terorganisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di mana terdapat kelompok manusia, jama’ah atau umat yang hidup bersama (bermasyarakat) disitu diperlukan adanya suatu bentuk kepemimpinan dan kepengurusan yang berfungsi mengurus dan mengatur kehidupan dan hubungan antar manusia. Dengan kata lain kalau disitu mutlak perlunya kepemimpinan atau kepengurusan maka tentulah dibutuhkannya adanya manusia pengurus dan pemimpin yang mengendalikannya. 4

  Setelah seseorang pemimpin telah terpilih dan dikukuhkan serta ditetapkan memimpin umat Islam, maka wajiblah umat Islam taat kepadanya selama ia taat kepada Allah dan Rasulnya, dan selama perintah-perintah itu sejalan dengan garis- garis Al-

  Qur’an dan Sunnah. Firman Allah dalam Al-Qur’an:

  ٍِنْوُأَو َلىُسَّشنٱ ْاىُعُِطَأَو ََّللّٱ ٍََِزَّنٱ اَهََُّأَٰٓ ََ ُِوُّدُشَف ٖء أٍَش ٍِف أىُت أعَض ََُت ٌِئَف ۡۖأىُكُِي ْاىُعُِطَأ ْآَٰىَُُياَء ِش أيَ ألۡٱ ٩٥ ٍُ

  َس أحَأَو ٞشأَُخ َكِن َر ِو أىَُأنٱ َو َِّللّٱ ِلىُسَّشنٱ َو َِّللّٱ الًَِوأأَت ِت ٌَىُُِي أؤُت أىُتُُك ٌِإ ًَنِإ ِشِخَٰٓ ألۡٱ

  

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Muhammad) dan ulil amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian,

jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-

  Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari

kemudian, yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya

”.

  (Q.S. An nisa ayat 59).

  Dengan diterbitkannya Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa diharapkan akan menjadi acuan bagi pemerintah Desa dalam menjalankan pemerintahan di Desa, tentunya agar menjadi lebih baik dari pemerintahan sebelumnya.

  Masalahnya sekarang adalah bagaimana ketentuan perundang-undangan itu diterapkan di tengah-tengah masyarakat? Apakah dalam praktek semua ketentuan- ketentuan itu telah dilaksanakan dengan baik? Adakah kendala di lapangan? Semuanya itu memerlukan kajian tersendiri. Untuk itulah dalam kesempatan ini penulis mengangkat topik tersebut dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Implementasi Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Perspektif Fiqh Siyasah (Studi di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan)”.

D. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana Implementasi Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan ? 2. Bagaimana pandangan Fiqh Siyasah terhadap Implementasi Pasal 4

  Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa ? E.

   Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.

  Tujuan Penelitian: a.

  Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan ? b. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Fiqh Siyasah terhadap Pasal

  4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa ? 2. Kegunaan Penelitian a.

  Untuk memberikan masukan bagi pemerintah Desa dalam menjalankan pemerintahan di Desa, agar lebih baik dari sebelumnya.

  b.

  Untuk memberikan masukan bagi pemerintah Desa dan masyarakat tentang pandangan Fiqh Siyasah berkaitan dengan Pasal 4 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field

  research) yaitu penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau pada

  5 responden.

  2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat analitis yaitu penelitian yang bertujuan untuk

  6 mendeskripsikan dan menganalisa mengenai subyek yang diteliti.

  Penelitian deskriptif atau deskripsi ini berusaha memberikan dengan

  7 sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu.

  3. Sumber Data a.

  Data Primer Sumber Primer, yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung

  

8

  dikumpulkan dari lapangan. Data ini umumnya diperoleh dari hasil wawancara dengan aparat Desa atau perangkat Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan figur-figur tertentu yang ada di wilayah tersebut.

  b.

  Data Sekunder Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber yang 4 telah ada. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Cetakan ke-7 (Bandung: CV.

  Mandar Maju, 1996), h.81. 6 7 Sudarto, Metode Penelitian Filsafat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 47. 8 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h. 8.

  Zeni Yusarlis, Tinjauan Hukum Islam tentang Praktek Tengkulak, IAIN RIL, Bandar

  9

  historis. Adapun referensi yang penulis gunakan yaitu Undang- Undang RI Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2016 Tentang Desa dan buku pedoman penyelenggaraan pemerintahan Desa serta buku-buku pendukung lainnya yang berkaitan dengan skripsi.

4. Populasi dan Sampel a.

  Populasi Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu jelas dan lengkap yang akan diteliti.

  Berdasarkan penelitian diatas dapat dipahami bahwa populasi adalah

  10 keseluruhan subjek yang akan diteliti secara jelas.

  b.

  Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Adapun cara dalam penentuan sampel, penulis menggunakan cara purposive sampling. Purposive

  Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

  11

  tertentu. Pada penelitian ini yang dijadikan sampel adalah kepala Desa dan aparat Desa dan juga 2 orang warga Desa Hajimena.

  9 10 Ibid, h. 7.

  Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, cetakan ke XV, 2012), h. 194-197. 11

5. Teknik Pengumpulan Data a.

  Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap

  12

  keadaan atau perilaku objek sasaran. Observasi yang akan dilakukan terhadap Implementasi Pasal 4 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Perspektif Fiqh Siyasah pada Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

  b.

  Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara. Kedudukan kedua pihak secara berbeda ini terus dipertanyakan selama proses tanya jawab berlangsung, berbeda dengan dialog yang kedudukan pihak-pihak terlibat bisa berubah dan

  13 bertukar fungsi setiap saat, waktu proses dialog sedang berlangsung.

  Wawancara dilakukan terhadap Kepala Desa beserta aparat-aparat Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

12 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Cetakan ke-2 (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 104.

  13 c.

  Studi Dokumentasi Studi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan atau dokumen-dokumen atau arsip yang

  14 ada di lokasi penelitian.

  6. Teknik Pengolahan Data a.

  Pemeriksaan data (editing) adalah memeriksa ulang, kesesuaian dengan permasalahan yang akan diteliti setelah data tersebut terkumpul.

  b.

  Penandaan data (coding) adalah pemberian tanda pada data yang diperoleh baik berupa penomoran atau penggunaan data, atau kata tertentu yang menunjukkan golongan, kelompok klasifikasi data menurut jenis atau sumbernya dengan tujuan untuk menyajikan data

  15 secara sempurna memudahkan rekonstruksi serta analisis data.

  c.

  Sistematisasi Data (sistematizing) adalah menempatkan data menurut kerangka sistematika pokok bahasan dan sub pokok bahasan

  

16

berdasarkan pokok masalah.

  7. Metode Analisis Data Penulis menggunakan metode kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian

  17

  yang menghabiskan data tertulis maupun lisan dari orang-orang. dengan 14 kata lain metode kualitatif artinya menguraikan data sehingga 15 Ibid, h. 112.

  Muhammad Abdul, Metode Penelitian Hukum dan Cara Pendekatan Masalah (Lampung: Fakultas Hukum Unila, 2002), h. 12. 16 17 Ibid, h.13.

  Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,

  18

  memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis. Metode ini

  19 melalui tahapan pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen.

  Pendekatan induktif ini juga dapat digunakan dalam mengolah hasil penelitian lapangan. Penulis juga menggunakan metode induktif yaitu menarik kesimpulan, berawal dari yang khusus, lalu pada yang umum, lalu penulis mengadakan perbandingan antara teori dengan kenyataan

  20 yang terjadi di lapangan guna mengambil kesimpulan.

  18 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Cetakan ke-1 (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), h. 127. 19 Susiadi AS, Metode Penelitian, Cetakan ke-1, LP2M Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, h. 106. 20

BAB II PEMERINTAHAN DESA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN FIQH SIYASAH A. Pemerintahan Desa 1. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Pemerintahan Desa merupakan hal terpenting dalam suatu Desa. Pemerintahan Desa mengatur seluruh kepentingan masyarakat Desa termasuk

  dalam hal pembangunan Desa. Dimana pembangunan tersebut bertujuan untuk memajukan dan mensejahterakan warga Desa setempat. Seperti yang dijelaskan oleh pasal-pasal berikut ini :

  Pasal 1 : Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Pasal 23 : Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. Pasal 25 : Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat Desa

  21 atau yang disebut dengan nama lain.

  Menurut pasal diatas, Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh

21 Bambang Suryadi, Memahami Peraturan Pemerintah Tentang Desa, Cetakan Ke-1, Sai

  Pemerintah Desa. Pemerintah Desa dari Kepala Desa dan dibantu oleh perangkat Desa.

  Perangkat Desa yang berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa terdiri dari :

1. Sekretaris Desa yang dipimpin oleh Sekretaris Desa; 2.

  Pelaksana kewilayahan yang jumlahnya ditentukan secara proposional;

  22 3.

  Pelaksanaan teknis, paling banyak 3 (tiga) seksi.

  Dalam Pasal 26 ayat 1 menyebutkan bahwa Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

  Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Desa wajib untuk menyampaikan laporan yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati atau Walikota, Badan Permusyawaratan Desa, dan masyarakat Desa secara tertulis. Serta menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan kepada Bupati atau Walikota.

  Selain mempunyai tugas, Kepala Desa juga mempunyai larangan dalam menjalankan jabatannya, yaitu Kepala Desa dilarang merugikan kepentingan umum, membuat keputusan yang menguntungan diri sendiri, melakukan tindakan diskriminatif terhadap masyarakat, melakukan korupsi, menjadi pengurus partai politik, merangkap jabatan, ikut serta dalam kampanye pemilu kepala daerah, melanggar sumpah atau janji jabatan, dan meninggalkan tugas selama 30 (tiga puluh) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang jelas. 22

  Dalam Pasal 33 menyebutkan bahwa pada saat pencalonan Kepala Desa, warga haruslah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu :

  1. Warga Negara Republik Indonesia; 2.

  Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 3. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-

  Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; 4. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat; 5. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun; 6. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa; 7. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran;

  8. Tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara; 9.

  Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang- ulang; 10. Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

11. Berbadan sehat;

  23 12.

  Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan.

  Calon Kepala Desa tersebut dipilih langsung oleh penduduk Desa yang sudah berumu 17 (tujuh belas) tahun atau sudah pernah menikah dan dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Kabupaten atau Kota. Pemilihan tersebut haruslah bersifat jujur dan adil.

  Dalam menjalankan jabatannya, Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

  Dalam masa jabatannya tersebut Kepala Desa dapat juga berhenti dari jabatannya. Berhentinya Kepala Desa disebabkan oleh beberapa hal yaitu karena meninggal dunia, permintaan sendiri, ataupun diberhentikan.

  Kepala Desa dapa diberhentikan karena beberapa sebab yaitu karena berakhir masa jabatannya, tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan, tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa, atau melanggar larangan sebagai Kepala Desa. Pemberhentian tersebut ditetapkan oleh Bupati atau Walikota.

  Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Desa juga dibantu oleh perangkat Desa. Perangkat Desa itu sendiri terdiri dari sekretaris Desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana teknis. Perangkat Desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati atau Walikota. Setiap warga Desa berhak untuk mencalonkan diri menjadi perangkat Desa, dengan syarat berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat, 23 Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2016 berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun dan bertempat tinggal di Desa paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran.

  Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan perangkat Desa berhenti pada masa jabatannya, yaitu karena meninggal dunia, permintaan sendiri, atau diberhentikan. Pemberhentian perangkat Desa tersebut ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati atau Walikota.

  Adapun sebab-sebab dari pemberhentian perangkat Desa dikarenakan usianya telah genap 60 (enam puluh) tahun, berhalangan tetap, tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat Desa, atau melanggar larangan sebagai perangkat Desa.

  Selain Kepala Desa dan perangkat Desa, di dalam suatu Desapun terdapat Badan Permusyawaratan Desa. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau janji dan paling banyak 3 (tiga) kali menjabat secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

  Dalam Pasal 58 menyebutkan bahwa : 1. Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa.

2. Peresmian anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Bupati atau Walikota.

  3. Anggota Badan Permusyawaratan Desa sebelum memangku jabatannya bersumpah atau berjanji secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati atau Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

  4. Susunan kata sumpah atau janji anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagai berikut : “Demi Allah atau Tuhan, saya bersumpah atau berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota Badan Permusyawaratan Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya

  24 yang berlaku bagi Desa, daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

  Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa. Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa terdiri atas 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris. Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa dipilih oleh anggota Badan Permusyawaratan Desa secara langsung dalam rapat Badan Permusyawaratan Desa yang diadakan secara khusus, dan rapat 24 Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2016 tersebut untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda.

  Dalam Pasal 71 menyebutkan bahwa : 1. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa; 2. Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan

  25 pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa.

  Dalam Pasal 72 menyebutkan bahwa : 1. Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) bersumber dari : a.

  Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa; b.

  Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten atau Kota; d.

  Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten atau Kota; e.

  Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten atau Kota; f.

  Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan g.

  Lain-lain pendapatan Desa yang sah.

  25

  2. Alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b bersumber dari Belanja Pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan.

  3. Bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten atau Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari pajak dan retribusi daerah.

  4. Alokasi dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten atau Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

5. Dalam rangka pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa melimpahkan sebagian kewenangan kepada perangkat Desa yang ditunjuk.

  6. Bagi Kabupaten atau Kota yang tidak memberikan alokasi dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Pemerintah dapat melakukan penundaan dan atau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah

  26 dikurangi Dana Alokasi Khusus yang seharusnya disalurkan ke Desa.

  Dalam Pasal 74 menyebutkan bahwa : 1. Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang disepakati dalam Musyawarah Desa dan sesuai dengan prioritas Pemerintah

  Daerah Kabupaten atau Kota, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah;

  26

  2. Kebutuhan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi, tetapi tidak terbatas pada kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingkungan, dan

  27 kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa.

  Sedangkan belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang disepakati dalam Musyawarah Desa dan sesuai dengan prioritas Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan. Belanja Desa tersebut merupakan semua pengeluaran dari rekening Desa yang merupakan kewajiban Desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Desa. Beberapa hal yang tergolong belanja Desa yaitu : a.

  Belanja langsung yang terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal; b.

  Belanja yang tidak langsung yang terdiri dari atas belanja pegawai, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan belanja tak terduga. Selain dari pendapatan dan belanja Desa, Desa juga mempunyai pembiayaan. Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Desa terdiri atas :

  27 a.

  Penerimaan pembiayaan yang mencakup sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya, pencarian dana cadangan, hasil penjualan kekayaan Desa yang dipisahkan, dan penerimaan pinjaman.

  b.

  Pengeluaran pembiayaan yang mencakup pembentukan dana cadangan,

  28 penyertaan modal Desa, dan pembayaran utang.

  Dalam Pasal 76 menyebutkan bahwa : 1. Aset Desa dapat berupa tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan Desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik Desa.

2. Aset lainnya milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain : a.

  Kekayaan Desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; b. Kekayaan Desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis; c.

  Kekayaan Desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian atau kontrak dan lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; d. Hasil kerja sama Desa; dan e. Kekayaan Desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

28 Hanif Nurcholis, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Jakarta:

  3. Kekayaan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah berskala lokal Desa yang ada di Desa dapat dihibahkan kepemilikannya kepada Desa.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BERDASARKAN PASAL 55 UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA (Studi Di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang)

1 6 26

PEMIKIRAN JIMLY ASSHIDDIQIE TENTANG DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH - Raden Intan Repository

0 2 88

PEMIKIRAN POLITIK M. AMIEN RAIS TENTANG DEMOKRASI DI INDONESIA PERSPEKTIF FIQH SIYASAH - Raden Intan Repository

0 3 105

TINJAUAN FIQH SIYASAH TERHADAP KETERWAKILAN PEREMPUAN PADA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (Studi di Desa Sumber Jaya Kecamatan Waway Karya Kabupaten Lampung Timur) - Raden Intan Repository

0 1 101

BAB I PENDAHULUAN - KRITERIA PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU DITINJAU DARI FIQH SIYASAH - Raden Intan Repository

1 1 79

TINJAUAN FIQH SIYASAH TENTANG FUNGSI KEPALA DESA DAN BPD DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA (Studi di Desa Haduyang Kec. Natar Kab. Lampung Selatan) - Raden Intan Repository

0 0 91

KINERJA KEPALA DESA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA PERSPEKTIF FIQH SIYASAH (Studi di Desa Sidoharjo Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan) - Raden Intan Repository

1 2 99

TINJAUAN FIQH SIYASAH DAN UNDANG-UNDANG DESA TERHADAP PERAN KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN (Studi di Desa Penggawa V Ulu Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat) - Raden Intan Repository

0 0 115

TINJAUAN FIQH SIYASAH TERHADAP IMPLEMENTASI ETIKA DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA (Studi di Desa Beringin Jaya Kecamatan Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan) - Raden Intan Repository

0 0 100

PELAKSANAAN OTONOMI DESA MENURUT FIQIH SIYASAH (Studi di Desa Negeri Campang Jaya Kecamatan Sungkai Tengah Kabupaten Lampung Utara) - Raden Intan Repository

0 2 104