PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS/RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU BERISIKO PADA REMAJA

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh : Baskoro SR Suhadiyono

  089114091

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014

HALAMAN MOTTO

  "I consider human affection, or compassion, to be the universal religion."

  • – - Dalai Lama “A man asked Gautama Buddha, "I want happiness." Buddha said, "First remove "I," that's Ego, then remove "want," that's Desire.

  See now you are left with only "Happiness.”

  • – - Buddha Gautama

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Pertama, Saya mengucapkan puji syukur kepada “Tuhan Yang Maha Oke”, karena Dia adalah sumber kebenaran hidup.

  Kemudian keluarga saya, terima kasih atas unconditional love

  • –nya. Kalian bentuk nyata dari Kasih Tuhan. I love you, Nonon B. Suhadiyono, Maria Undari,

  Puraditya Bayu Suhadiyono, Bintang Suhadiyono, dan Badra Mambuka Suhadiyono.

  Ketiga, calon pendamping hidup saya, Felicia Anindita Sunanto Putri. Terima kasih atas semangat dan perhatian yang tulus menemani saya selama mengerjakan skripsi.

  Keempat, untuk dosen pembimbing saya C. Siswa Widyatmoko yang selalu membantu saya dalam pengerjaan skripsi.

  Terima kasih untuk seluruh sahabat-sahabat dan teman-teman Psikologi: Ochy, Dita, Budi, Plenthonk, Parto, Albert, Richard, Rio Yatim, dan Anak-anak UKF

  Basket. Terima kasih untuk teman-teman satu bimbingan; Mbak Tia, Martha, Dita, Novi, Didi, Fiona, Vero, dan Vinda. Dukungan kalian membuat lengkap skripsi ini.

  

HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS/RELIGIUSITAS DENGAN

PERILAKU BERISIKO PADA REMAJA

  Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma

  

Baskoro SR Suhadiyono

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara spiritualitas/religiusitas dengan perilaku-perilaku berisiko pada remaja. Penelitian ini melibatkan 108 orang subyek remaja yang berasal dari SMP dan SMA di beberapa daerah seperti Yogyakarta, Bali, dan Solo. Hipotesis penelitian ini adalah spiritualitas/religiusitas berkorelasi negatif dengan perilaku-perilaku berisiko (seperti konsumsi alkohol, perilaku makan, obat-obatan terlarang, kebersihan diri, kesehatan mental, aktivitas fisik, perilaku seksual, konsumsi tembakau, kekerasan dan cedera tidak disengaja, serta faktor protektif) pada remaja. Alat pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala The Brief

  

Multidimensional Measure of Religiousness/Spirituality (BMMRS), dimensi

Beliefs untuk variabel spiritulaitas/religiusitas dan Global School-Based Student

Health Survey (GSHS) versi Indonesia untuk variabel perilaku berisiko. Hasil

  penelitian ini 1) spiritualitas/religiusitas berkorelasi positif dan signifikan dengan kebersihan diri (r= .297, ρ=.002; ρ< 0,05), aktivitas fisik (r= .191, ρ=.052; ρ<

  0,05), dan faktor pelindung pada remaja (r= .302, ρ=.002; ρ< 0,05) 2) spiritualitas/religiusitas berkorelasi positif dan tidak signifikan dengan perilaku makan (r= .044,

  ρ=.675; ρ< 0,05), konsumsi tembakau (r= .074, ρ=.497; ρ< 0,05), dan kekerasan dan cedera tidak disengaja (r= .016, ρ=.875; ρ< 0,05) 3) spiritualitas/religiusitas berkorelasi negatif dan tidak signifikan dengan kesehatan mental (r= -.003,

  ρ=.976; ρ< 0,05) 4) hubungan antara spiritualitas/religiusitas dengan konsumsi alkohol, obat-obatan terlarang dan perilaku seksual tidak muncul karena data bersifat konstan. Kata kunci: spiritualitas/religiusitas, perilaku-perilaku berisiko, remaja.

  

THE RELATION BETWEEN SPIRITUALITY / RELIGIOUSNESS WITH

RISK BEHAVIOR IN ADOLESCENT

Study in Psychology Departement of Sanata Dharma University

  

Baskoro SR Suhadiyono

ABSTRACT

  

This research is intended specifically to find out the relationship between

spirituality/ religiousness and risk behaviors in adolescents. The study involved

108 adolescent subjects from junior and senior high schools in some areas,

consists of Yogyakarta, Bali and Solo. The hypothesis of this study was spirituality

/ religiousness has negatively correlated with risk behaviors (such as alcohol

consumption, dietary behavior, drug use, personal hygiene, mental health,

physical activity, sexual behavior, tobacco consumption, violence and

unintentional injury, and protective factors) in adolescents. Measurements used in

this study are the Brief Multidimensional Measure scale of Religiousness /

Spirituality (BMMRS), dimensions variable used was Beliefs spirituality /

religiousness and the Global School-Based Student Health Survey (GSHS)

Indonesian version for risky behavior variables. As the results, this research

indicated that 1) spirituality / religiousness correlated positively and significantly

with personal hygiene (r = .297, ρ = .002; ρ <0.05), physical activity (r = .191, ρ

= .052; ρ <0, 05), and protective factors in adolescence (r = .302, ρ = .002; ρ

<0.05) 2) spirituality / religiousness correlated positively and not significant with

dietary behavior (r = .044, ρ = .675; ρ <0.05), tobacco consumption (r = .074, ρ

= .497; ρ <0.05), and violence and unintentional injury (r = .016, ρ = .875; ρ

<0.05). 3) spirituality / religiousness and not significant with mental health (r = -

.003, ρ = .976; ρ <0.05), 4) spirituality / religiousness with alcohol consumption,

drug use and sexual behavior did not arise because the data were constant.

  .

  Key words: spirituality / religiousness, risk behaviors, Adolescent

KATA PENGANTAR

  Saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat dan karunia-Mu selalu menyertaiku dalam setiap keputusan yang saya ambil.

  Terima kasih yang sebesar-besarnya, saya ucapkan kepada Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas seluruh ilmu, keramahan, dan rasa kekeluargaan yang telah diberikan kepada saya.

  Terima kasih saya ucapkan untuk papa dan mama tersayang. Terima kasih menjadi orang tua yang sabar dan percaya terhadap kelebihan dan menerima kekurangan saya. Terima kasih juga sudah mengajari saya untuk memaknai kehidupan.

  Terima kasih saya ucapkan kepada adik-adik dan kakak tercinta. Terima kasih sudah menjadi saudara-saudara yang ceria dan periang sehingga menambah kebahagiaan keluarga kita.

  Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing skripsi. Terima kasih saya ucapkan kepada Pak Siswo dan Mbak Haksi atas kebijaksanaan dan pemikiran yang kritis terhadap skripsi saya.

  Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing akademik. Terima kasih saya ucapkan kepada Bu Agnes atas kepedulian dan bantuannya terhadap para angkatan 2008.

  Terima kasih saya ucapkan untuk calon pendamping hidup saya, Felicia Anindita Sunanto Putri. Terima kasih sudah mendampingi, membantu, dan

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii

  

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

  HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... xi KATA PENGANTAR ............................................................................................. x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix

  BAB I ....................................................................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

  D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7

  1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 7 ................................................................................................

  2. Manfaat Praktis

  7 BAB II ...................................................................................................................... 8

  A. Perilaku Berisiko ............................................................................................ 8

  1. Definisi Perilaku Berisiko ....................................................................... 8

  2. Aspek-Aspek Perilaku Berisiko............................................................... 8

  3. Perilaku Berisiko dalam Rentang Hidup Remaja .................................. 11

  4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Berisiko pada Remaja ................ 11

  5. Dampak Negatif dari Perilaku Berisiko................................................. 13

  B. Spiritualitas/Religiusitas ............................................................................... 14

  1. Definisi Spiritualitas dan Religiusitas ................................................... 14

  2. Alat Ukur Spiritualitas/Religiusitas ....................................................... 16

  C. Remaja .......................................................................................................... 20

  1. Definisi Remaja ..................................................................................... 20

  2. Teori Perkembangan Remaja................................................................. 21

  3. Karakteristik Ketidakmatangan Pemikiran Remaja .............................. 25

  D. Kaitan Antara Spiritualitas/Religiusitas dengan Perilaku Berisiko pada Remaja .......................................................................................................... 27

  BAB III .................................................................................................................. 31 A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 31 B. Identitas Variabel Penelitian ......................................................................... 31 C. Definisi Operasional ..................................................................................... 31

  1. Perilaku Berisiko ................................................................................... 31

  2. Spiritualitas/Religiusitas ........................................................................ 32

  D. Subjek Penelitian .......................................................................................... 33

  E. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 34

  F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................................................ 35

  1. Metode ................................................................................................... 35

  2. Alat Pengumpulan Data ......................................................................... 35

  G. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data .......................................... 37

  1. Validitas Skala Beliefs dan GSHS ........................................................ 37

  2. Reliabilitas Skala Beliefs dan GSHS ..................................................... 39

  H. Metode Analisis Data ................................................................................... 43

  1. Uji Asumsi ............................................................................................. 43

  2. Uji Hipotesis .......................................................................................... 43

  BAB IV .................................................................................................................. 45 A. Deskripsi Subyek Penelitian ......................................................................... 45

  C. Hasil Penelitian ............................................................................................. 46

  1. Uji Normalitas ........................................................................................ 46

  2. Uji Linearitas .......................................................................................... 55

  3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 56

  D. Pembahasan .................................................................................................. 58

  E. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 60

  BAB V .................................................................................................................... 61 A. Kesimpulan ................................................................................................... 61 B. Saran Penelitian ............................................................................................ 62

  1. Saran Bagi Penelitian Selanjutnya .......................................................... 62

  2. Saran Bagi Orang Tua dan Pendidik di Lingkungan Remaja ................. 63

  3. Saran Bagi Remaja ........................................................................................

  63 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 65 LAMPIRAN ........................................................................................................... 69

  

DAFTAR TABEL

  TABEL 1 RELIABILITY STATISTICS ................................................................... 42 TABEL 2 DESKRIPSI JENIS KELAMIN SUBYEK PENELITIAN .................. 45 TABEL 3 DESKRIPSI USIA SUBYEK PENELITIAN ....................................... 45 TABEL 4 DESKRIPSI JENJANG PENDIDIKAN SUBYEK PENELITIAN...... 45 TABEL 5 ONE SAMPLE KOLMOGROV SMIRNOV TEST ASPEK KONSUMSI ALKOHOL ............................................................................................................ 47 TABEL 6 ONE SAMPLE KOLMOGROV SMIRNOV TEST ASPEK PERILAKU MAKAN ................................................................................................................. 49 TABEL 7 ONE SAMPLE KOLMOGROV SMIRNOV TEST ASPEK OBAT- OBATAN TERLARANG ...................................................................................... 49 TABEL 8 ONE SAMPLE KOLMOGROV SMIRNOV TEST ASPEK KEBERSIHAN DIRI ............................................................................................. 50 TABEL 9 ONE SAMPLE KOLMOGROV SMIRNOV TEST ASPEK KESEHATAN MENTAL ...................................................................................... 51 TABEL 10 ONE SAMPLE KOLMOGROV SMIRNOV TEST ASPEK AKTIVITAS FISIK ............................................................................................... 51 TABEL 11 ONE SAMPLE KOLMOGROV SMIRNOV TEST ASPEK PERILAKU SEKSUAL .............................................................................................................. 52 TABEL 12 ONE SAMPLE KOLMOGROV SMIRNOV TEST ASPEK KONSUMSI

  TABEL 13 ONE SAMPLE KOLMOGROV SMIRNOV TEST ASPEK KEKERASAN DAN CEDERA TIDAK DISENGAJA ........................................ 54 TABEL 14 ONE SAMPLE KOLMOGROV SMIRNOV TEST ASPEK FAKTOR PELINDUNG ......................................................................................................... 54 TABEL 15 ANOVA UJI LINEARITAS ............................................................... 55 TABEL 16 HASIL UJI HIPOTESIS ..................................................................... 56

  

DAFTAR GAMBAR

  1. SKEMA 1 KAITAN ANTARA VARIABEL ................................................... 29

  2. GAMBAR 1 UJI OUTLIER ASPEK ALKOHOL DARI SEBARAN DATA . 47

  3. GAMBAR 2 UJI OUTLIER ASPEK PERILAKU MAKAN DARI SEBARAN DATA ................................................................................................................ 48

  4. GAMBAR 3 UJI OUTLIER ASPEK KONSUMSI OBAT-OBATAN TERLARANG DARI SEBARAN DATA ........................................................ 49

  5. GAMBAR 4 UJI OUTLIER ASPEK KESEHATAN MENTAL DARI SEBARAN DATA ............................................................................................ 50

  6. GAMBAR 5 UJI OUTLIER ASPEK PERILAKU SEKSUAL DARI SEBARAN DATA ............................................................................................ 52

  7. GAMBAR 6 UJI OUTLIER ASPEK KONSUMSI TEMBAKAU DARI SEBARAN DATA ............................................................................................ 53

  

DAFTAR LAMPIRAN

  1. INFORMED CONSENT ................................................................................ 70

  2. SKALA PENELITIAN ................................................................................... 71

  3. UJI RELIABILITAS ....................................................................................... 85

  4. UJI ASUMSI ................................................................................................... 88

  5. UJI DEMOGRAFIS ........................................................................................ 99

  6. UJI HIPOTESIS ............................................................................................ 100

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku berisiko merupakan salah satu perilaku yang membahayakan

  kesehatan dan cenderung muncul pada masa remaja (Santrock, 2007). Pada tahun 2011 di Indonesia, siswa SMP pengguna napza berjumlah 1.345 orang.

  Tahun 2012 naik menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna baru pada Januari-Februari 2013 tercatat 262 orang. Di kalangan SMA, pada 2011 tercatat 3.187 orang sedangkan tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Pada tahun 2013 tercatat 519 orang pelajar SMA pengguna napza (Kompas, 2013). Selain itu, jumlah perokok di Indonesia juga sudah sangat memprihatinkan bahkan sudah merambah ke kalangan pelajar di sekolah. Di jalanan, warung- warung kecil, dan tempat nongkrong sering sekali sekumpulan pelajar SMA sedang berkumpul sambil menghisap rokok (Riau Pos, 2013).

  Perilaku berisiko mencakup kegiatan seperti penggunaan alkohol yang berlebihan, merokok nikotin dan/atau ganja, penggunaan narkoba ilegal, perilaku menyimpang (yaitu mencuri, vandalisme) dan aktivitas seksual (Yonker, Schnabelrauch, & DeHaan, 2012). Departemen Kesehatan Republik Indonesia mendefinisikan remaja berisiko sebagai remaja yang pernah melakukan perilaku yang berisiko bagi kesehatan, seperti merokok, minum- minuman beralkohol, menyalah-gunakan narkoba, dan melakukan hubungan

  Insiden perilaku berisiko cenderung lebih tinggi untuk populasi remaja dibandingkan tahap kehidupan lainnya (Schulenberg & Maggs; Somerville, Jones, & Casey; Steinberg, dalam Yonker, Schnabelrauch, & DeHaan, 2012). Perilaku berisiko juga terkait dengan banyak konsekuensi negatif jangka pendek dan jangka panjang. Contoh, penggunaan alkohol lebih dini secara signifikan memprediksi tingkat pemakaian yang lebih tinggi baik pada masa remaja dan pada masa dewasa (Chassin, Pitts, & Prost; Wilson, Battistich, Syme, & Boyce, dalam Yonker, Schnabelrauch, & DeHaan, 2012). Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor risiko yang disebutkan sebelumnya cenderung meningkat selama transisi dari remaja, kemudian muncul ke dewasa (Arnett; White, McMorris, Catalano & Fleming, dalam Yonker, Schnabelrauch, & DeHaan, 2012) sehingga diperlukan faktor yang dapat melindungi remaja dari kemungkinan melakukan perilaku-perilaku berisiko.

  Berdasarkan penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa faktor pelindung bagi remaja di Indonesia berfokus pada keterlibatan peran orang tua, dan keterlibatan sekolah (WHO, dalam Indonesia Ministry of Health 2007). Selain itu, lingkungan sosial yang menyediakan hubungan yang bermakna, adanya keterlibatan ekspresi diri, dan juga kejelasan akan struktur dan batasan-batasan (WHO, dalam Indonesia Ministry of Health 2007). Di sisi lain, mempelajari kemungkinan peran spiritualitas/religiusitas dalam mengurangi faktor risiko menjadi penting. Spiritualitas/religiusitas biasanya digambarkan sebagai faktor pelindung untuk remaja terhadap sejumlah Forman; Benson et. al.; Bridges & Moore; Masten & Reed; Regnerus, Smith, & Fritsch, dalam Cotton, Zebracki, Rosenthal, Tsevat, & Drotar, 2006).

  Secara kognitif, remaja sedang mengalami perubahan yang signifikan, dengan mulai dapat berpikir abstrak dan memiliki potensi untuk mengembangkan salah satu ciri pemikiran operasional formal yaitu melakukan hipotesis penalaran (Steinberg, dalam Cotton, McGrady, Rosenthal, 2010).

  Namun, tidak semua remaja mencapai tahap ini atau menunjukkannya dalam segala situasi (Steinberg, dalam Cotton, McGrady, Rosenthal, 2010). Remaja yang telah memperoleh keterampilan kognitif dapat memikirkan dan bertindak atas hidup mereka baik di rumah maupun di sekolah dengan menggunakan pemikiran tingkat tertinggi yang mendorong pemahaman mereka terhadap dunia dan lingkungan mereka (Cotton, McGrady, Rosenthal, 2010).

  Perkembangan kognitif seperti ini mungkin terkait dengan bagaimana agama mempengaruhi kesehatan remaja. Remaja mungkin dapat merefleksikan pilihan dan bagaimana / nilai-nilai agamanya dapat memberikan suatu sistem kepercayaan yang berhubungan dengan kesehatan (misalnya, keterlibatan dalam perilaku berisiko kesehatan) (Steinberg, dalam Cotton, McGrady, Rosenthal, 2010).

  Langkah-langkah spiritualitas/religiusitas mungkin mengharuskan seorang remaja dapat menggunakan penalaran deduktif atau berpikir abstrak untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimana Tuhan mempengaruhi hidupnya atau bagaimana doa dapat mempengaruhi kopingnya telah mengidentifikasi remaja sebagai periode "kebangkitan spiritual" ditandai dengan pencarian makna eksistensial, memiliki kapasitas untuk meningkatkan pengalaman spiritual, dan proses menantang nilai-nilai keagamaan tradisional (Fowler; Good & Willoughby; Groeschel, dalam Kim, & Esquivel, 2011).

  Secara umum, remaja yang memiliki tingkat spiritualitas dan religiusitas yang lebih tinggi, memiliki perilaku berisiko kesehatan yang rendah dan masalah kesehatan mental yang lebih sedikit dan menggunakan koping spiritual untuk mengelola penyakit fisik (Smith, Denton, Faris, Regnerus; Pendleton, Cavali, Pargament, Nasr; Miller & Gur; Cochran; Wright, Frost, Wisecarver; Pearce, Little, & Perez; Donahue, dalam Cotton, Zebracki, Rosenthal, Tsevat, & Drotar, 2006).

  Salah satu teori yang menghubungkan antara religiusitas dan kesehatan mental adalah terror management (Greenberg et al., dalam Hackney & Sanders, 2003). Teori terror management memiliki suatu gagasan bahwa ketaatan akan membagi pandangan dunia mengenai budaya (termasuk agama) yang memberikan suatu “penyangga” sehingga melindungi individu dari kecemasan eksistensial. Hal ini memungkinkan individu untuk memiliki harga diri dan kepuasan hidup karena merasa terlibat sebagai anggota dari nilai budaya yang memiliki makna universal (dilakukan orang pada umumnya) (Hackney & Sanders, 2003). Salah satu hal yang dapat diprediksi bahwa partisipasi seseorang di dalam agama (institusi yang memiliki manifestasi sebagai salah satu pandangan dunia mengenai budaya) berasosiasi dengan yaitu korelasi negatif antara religiusitas dan kecemasan yang berhubungan dengan kesehatan mental (Hackney & Sanders, 2003).

  Studi empiris telah menunjukkan bahwa spiritualitas dan religiusitas memiliki keunikan dan keterpaduan (Zinnbauer et al., dalam Cotton, McGrady, & Rosenthal, 2010). Menurut Koenig et al. dan Hill & Pargament (dalam Yonker, Schnabelrauch, & DeHaan, 2012) menyarankan untuk menggabungkan spiritualitas dan religiusitas sehingga keduanya bisa saling melengkapi satu sama lain. Menurut Koenig, McCullough & Larson (dalam Yonker, Schnabelrauch, & DeHaan, 2012), spiritualitas seringkali mengacu pada pencarian individual, terbuka, membebaskan, dan subjektif, sedangkan konsep agama bergerak menuju karakterisasi lebih sempit yang menggambarkan aspek seperti doktrin, institutional, ritual, dan otoriter dari keyakinan yang spesifik.

  Meskipun spiritualitas/religiusitas dapat saling melengkapi, menurut Maltby (Cotton, McGrady, Rosenthal, 2010) beberapa pertanyaan dalam pengukuran spiritualitas/religiusitas cenderung tidak dapat dipahami oleh remaja pada tahap perkembangan awal atau tingkat kemampuan membaca yang rendah. Hal tersebut disebabkan karena tidak semua remaja dapat berpikir abstrak atau menunjukkan pemikiran operasional formal dalam segala situasi (Steinberg, dalam Cotton, McGrady, Rosenthal, 2010). Oleh karena itu, Idler (Fetzer Institute, 1999) membuat suatu alat ukur spiritualitas/religiusitas berdasarkan dimensi kognitif.yaitu Beliefs. Beliefs memiliki aitem yang atau kedamaian bagimu, kebaikan dan kasih Tuhan lebih besar dari yang bisa kita bayangkan, dan lain-lain) sehingga peneliti berharap remaja mampu memahami aitem-aitem dalam alat ukur tersebut.

  Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku berisiko cenderung meningkat selama masa remaja dan masih dibutuhkan faktor pelindung yang dapat menjaga remaja. Melalui penelitian sebelumnya ditemukan bahwa spiritualitas/religiusitas mampu melindungi remaja untuk berperilaku lebih sehat. Akan tetapi, masih dibutuhkan penelitian kembali dengan penggunaan alat ukur yang sesuai dengan tingkat kognitif remaja.

  Beliefs sebagai tolak ukur spiritualitas/religiusitas diharapkan mampu dipahami oleh para remaja dan memiliki pengaruh terhadap perilaku berisiko.

  Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti tentang hubungan antara spiritualitas/religiusitas terhadap perilaku-perilaku berisiko (seperti konsumsi alkohol, perilaku makan, obat-obatan terlarang, kebersihan diri, kesehatan mental, aktivitas fisik, perilaku seksual, konsumsi tembakau, kekerasan dan cedera tidak disengaja, serta faktor protektif) pada remaja.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya maka dapat dirumuskan pertanyaan yang menjadi permasalahan penelitian: Apakah terdapat hubungan antara Spiritualitas/Religiusitas dengan perilaku-perilaku berisiko (seperti konsumsi alkohol, perilaku makan, obat-obatan terlarang, tembakau, kekerasan dan cedera tidak disengaja, serta faktor protektif) pada remaja?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan spiritualitas/religiusitas memiliki hubungan dengan perilaku-perilaku berisiko (seperti konsumsi alkohol, perilaku makan, obat-obatan terlarang, kebersihan diri, kesehatan mental, aktivitas fisik, perilaku seksual, konsumsi tembakau, kekerasan dan cedera tidak disengaja, serta faktor protektif) pada remaja.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teroritis

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dalam bidang psikologi positif, sosial dan perkembangan pada remaja.

  2. Manfaat praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menawarkan salah satu faktor pelindung penting dalam perkembangan remaja yaitu spiritualitas/religiusitas untuk melindungi remaja dari perilaku berisiko.

BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Berisiko

  1. Definisi Perilaku Berisiko

  Perilaku berisiko adalah segala perilaku yang dianggap tidak mengindahkan kesehatan dan dapat berujung pada kematian (WHO & CDC, dalam Indonesia Ministry of Health, 2007). Santrock (2007) menambahkan bahwa perilaku berisiko merupakan perilaku yang membahayakan kesehatan dan cenderung muncul pada masa remaja. Perilaku berisiko ini juga bisa berasal dari diri sendiri dan orang lain.

  2. Aspek-Aspek Perilaku Berisiko

  Menurut Global School-based Health Survey (GSHS) (WHO & CDC, dalam Indonesia Ministry of Health, 2007), terdapat beberapa aspek perilaku berisiko pada remaja antara lain: a) Konsumsi alkohol,

  Konsumsi alkohol adalah kebiasaan minum-minuman yang mengandung alkohol. Termasuk minuman beralkohol dengan merek dagang misalnya: bir bintang, anker bir, whisky, vodka, anggur cap orang tua, anggur kolesom, tuak, anggur ketan, dll. Hal ini tidak termasuk minum hanya seteguk anggur yang berkaitan dengan ibadah

  9

  b) Perilaku yang berhubungan dengan makanan, Perilaku yang berhubungan dengan makanan adalah suatu perilaku tidak mengonsumsi makanan seperti buah-buahan (nanas, pepaya, pisang atau semangka dll), dan sayur-sayuran (wortel, kol, bayam atau kangkung dll).

  c) Konsumsi obat-obatan terlarang, Aspek ini berhubungan dengan perilaku mengonsumsi obat-obatan terlarang seperti putaw atau sabu-sabu.

  d) Kebersihan diri, Aspek ini berkaitan dengan kebersihan seperti perilaku menyikat gigi, dan mencuci tangan (sebelum makan, sesudah buang air kecil/besar, dan penggunaan sabun cuci tangan).

  e) Kesehatan mental, Aspek ini berkaitan dengan perasaan individu (kesepian, kekhawatiran, dan kesedihan), keinginan untuk melakukan bunuh diri, dan hubungan individu terhadap teman.

  f) Aktivitas fisik, Perilaku berisiko pada aspek ini adalah individu tidak melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah segala kegiatan yang dapat meningkatkan denyut jantung dan kadang-kadang bisa membuat individu kehabisan nafas. Aktivitas fisik dapat dilakukan dengan olah raga, bermain dengan teman-teman, atau berjalan kaki ke sekolah.

  10

  Beberapa contoh aktifitas fisik adalah lari, jalan cepat, bersepeda, menari, bermain bola, menyapu, mengepel, menyetrika, dll.

  Aktivitas fisik tidak termasuk pelajaran olah raga atau senam di sekolah, dan kegiatan ekstrakurikuler olah raga di sekolah.

  g) Perilaku seksual yang berkontribusi terhadap infeksi HIV, penyakit seksual menular lainnya, dan kehamilan yang tidak diharapkan Aspek ini berkaitan dengan perilaku individu dalam melakukan hubungan seksual (pemakaian kondom dan berhubungan seksual terhadap dua orang atau lebih selama hidup).

  h) Konsumsi tembakau Konsumsi tembakau adalah suatu perilaku mengonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya seperti sirih atau cerutu dll. i) Kekerasan dan cedera yang tidak disengaja.

  Pada aspek kekerasan dibagi menjadi 2 bagian yaitu kekerasan fisik dan pelecehan/perlakuan tidak baik/diskriminasi.

  Kekerasan fisik terjadi apabila satu orang atau lebih memukul atau menyerang seseorang, atau apabila satu orang atau lebih menyakiti orang lain dengan menggunakan senjata (tongkat / pisau / pistol / parang / dll). Tidak termasuk kekerasan fisik apabila dua orang pelajar dengan kekuatan yang sama berkelahi secara fisik. Sedangkan perkelahian secara fisik adalah apabila dua orang atau lebih pelajar dengan kekuatan yang hampir sama berkelahi.

  11

  Pelecehan/perlakuan tidak baik/diskriminasi muncul apabila seorang pelajar atau sekelompok pelajar mengatakan atau bersikap tidak menyenangkan terhadap pelajar lain. Termasuk juga apabila seorang pelajar sering diganggu dengan cara yang tidak menyenangkan, atau dikucilkan secara sengaja. Tidak termasuk apabila dua orang pelajar dengan kekuatan yang sama berdebat atau mengolok-olok dengan cara yang akrab atau ceria. Di sisi lain, aspek cedera yang tidak disengaja berkaitan dengan cedera yang serius. Cedera bisa dianggap serius apabila cedera tersebut membuat individu tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari (seperti ke sekolah, olah raga, atau bekerja) setidaknya selama satu hari, ataupun cedera yang memerlukan perawatan dokter atau perawat.

  3. Perilaku Berisiko dalam Rentang Hidup Remaja

  Kesehatan remaja merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting dalam hidup manusia. Status kesehatan pada orang dewasa cenderung bermula dari gaya hidup sehat saat remaja. Perilaku sehat kaum muda adalah salah satu aspek penting untuk membentuk sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan produktif di masa mendatang (WHO & CDC, dalam Indonesia Ministry of Health, 2007).

  

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Berisiko pada Remaja

  12

  Berdasarkan penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa faktor pelindung bagi remaja di Indonesia berfokus pada keterlibatan peran orang tua, dan keterlibatan sekolah (WHO, dalam Indonesia Ministry

  of Health , 2007). Selain itu, lingkungan sosial yang menyediakan

  hubungan yang bermakna, adanya keterlibatan ekspresi diri, dan juga kejelasan akan struktur dan batasan-batasan (WHO, dalam Indonesia

  Ministry of Health , 2007).

  Spiritualitas/religiusitas juga dapat melindungi individu terhadap penyakit yang secara tidak langsung berhubungan dengan gaya hidup sehat. Kelompok agama tertentu menganjurkan diet sehat dan menyarankan agar menentang perilaku merokok (Cochran, Beeghley, dan Bock, dalam Fetzer Institute, 1999). Kelompok keagamaan menawarkan satu set kompleks keyakinan tentang Tuhan, etika, hubungan manusia, kehidupan dan kematian, keyakinan yang secara langsung relevan dengan kesehatan (Fetzer Institute, 1999).

  Penelitian di AS menunjukkan bahwa efek yang menguntungkan secara subjektif dari berpartisipasi dalam ibadah, doa, dan membaca Alkitab adalah terutama karena peran mereka dalam memperkuat sistem kepercayaan agama: individu yang menggambarkan diri mereka sebagai individu yang memiliki keyakinan agama yang kuat menjadi lebih bahagia dan lebih puas dengan kehidupan mereka (Fetzer Institute, 1999).

  13

  b) Faktor risiko dari perilaku berisiko Menurut Jessor (1991), terdapat 5 domain pembahasan mengenai perilaku berisiko secara umum dari segi kerangka sosial dan psikologis yaitu:

   Biologis : Riwayat keluarga mengenai minum-minuman alkohol.

   Lingkungan sosial : Anomi normatif (suatu keadaan tanpa peraturan), perbedaan ras, dan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang menyimpang.

   Penerimaan lingkungan: Model untuk berperilaku menyimpang, dan konflik antara aturan orang tua terhadap aturan teman- teman.

   Kepribadian: Kesempatan hidup yang rendah, harga diri rendah, dan kecenderungan mengambil risiko.

   Perilaku: Masalah minuman alkohol dan rendahnya kegiatan di sekolah.

5. Dampak negatif dari perilaku berisiko

  Masyarakat lebih fokus terhadap keadaan tidak sehat dan kematian

  14

  dari perilaku berisiko (DiClemente, Hansen, & Ponton, 1996). Meskipun secara jelas perilaku berisiko remaja mengancam kesehatan remaja, dewasa awal dan masa yang akan datang, hal ini juga penting untuk dicatat bahwa perilaku berisiko secara kuat behubungan signifikan dengan kesejahteraan sosial dan psikologis, termasuk performasi dalam sekolah dan pekerjaan, kualitas keluarga dan hubungan sosial, dan stabilitas ekonomi (DiClemente, Hansen, & Ponton, 1996).

B. Spiritualitas/Religiusitas

1. Definisi Spiritualitas/Religiusitas

  Studi empiris telah menunjukkan bahwa spiritualitas dan religiusitas memiliki keunikan dan keterpaduan (Zinnbauer et al., dalam Cotton, McGrady, & Rosenthal, 2010). Menurut Koenig et al. dan Hill & Pargament (dalam Yonker, Schnabelrauch, & DeHaan, 2012) menyarankan untuk menggabungkan spiritualitas dan religiusitas sehingga keduanya bisa saling melengkapi satu sama lain.

  Menurut Koenig, McCullough & Larson (dalam Yonker, Schnabelrauch, & DeHaan, 2012), spiritualitas seringkali mengacu pada pencarian individualistik, terbuka, membebaskan, dan subjektif, sedangkan konsep agama bergerak menuju karakterisasi lebih sempit yang menggambarkan aspek seperti doktrin, institutional, ritual, dan otoriter dari keyakinan yang spesifik.

  15

  Menurut Hill et al. (2000), spiritualitas dan religiusitas memiliki kesamaan kriteria yaitu konsep terhadap keilahian. Disitu terdapat perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilaku yang timbul dari pencarian terhadap keilahian. Oleh karena itu, spiritualitas dan religiusitas tidak dilihat sebagai hal yang berbeda melainkan overlapping (Reich, Oser, & Scarlet, 1999).

  Menurut Zinnbauer et. al. (dalam Hill et. al., 2000) definisi religiusitas meliputi 2 kepercayaan personal, yaitu kepercayaan kepada Tuhan atau kekuatan tertinggi, dan kepercayaan institutional dalam menjalankan kebiasaan seperti keanggotaan gereja, kehadiran di gereja, dan komitmen terhadap sistem kepercayaan gereja atau organisasi keagamaan. Sedangkan, spiritualitas paling sering digambarkan dalam istilah pribadi atau pengalaman, seperti belief in (atau memiliki hubungan dengan) Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi, konsisten dengan banyak literatur yang baru-baru ini sudah diulas (Zinnbauer et. al. dalam Hill et. al., 2000).

  Spiritualitas/religiusitas memiliki kesamaan dalam hal kepercayaan kepada Tuhan melalui organisasi keagamaan. Oleh karena itu, spiritualitas/religiusitas adalah kepercayaan kepada Tuhan dan menjalankan kepercayaan tersebut melalui agama.

  16

2. Alat Ukur Spiritualitas/Religiusitas

  Menurut Cotton, McGrady, & Rosenthal (2010), terdapat 5 alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur spiritualitas dan religiusitas, antara lain:

   Brief Multidimensional Measure of Religiousness/Spirituality (BMMRS)

  BMMRS dikembangkan oleh Fetzer Institute and the National

  Institute on Aging working group untuk menilai domain kesehatan

  yang relevan dengan religiusitas dan spiritualitas. Alat ukur tersebut digunakan dalam penelitian yang berdampak pada kesehatan (Fetzer Institute, 1999). Alat ukur ini terdiri dari 38 aitem (40 termasuk 2 aitem yang disarankan) dan menggunakan skala tipe Likert.

  BMMRS memiliki kekuatan yaitu skala ini merupakan multidimensi (Dimensi Daily Spiritual Experiences, Values/Beliefs, Forgiveness, Private Religious Practices, Religious and Spiritual Coping, Religious Support, Religious/Spiritual History, Commitment, Organizational Religiousness, Religious Preference, dan Overall Self- Ranking) yang dikembangkan oleh para ahli spiritualitas/religiusitas dan kesehatan. Namun, alat ini masih dikembangkan untuk orang dewasa. Dari sudut pandang kognitif, alat ukur ini dapat dipahami oleh remaja (meskipun tanpa benar-benar mengujinya, ini hanya hipotesis). Skala ini kemungkinan tidak memerlukan banyak

  17

  dimengerti seorang remaja (namun, seperti biasa, perhatian khusus harus diberikan kepada remaja yang lebih muda atau remaja yang memiliki kemampuan baca yang rendah) (Cotton, McGrady, & Rosenthal, 2010).

   Spiritual Well-Being Scale (SWBS) Alat ini dikembangkan oleh Paloutzian dan Ellison. SWBS mengukur spiritual well-being dan sudah digunakan dalam ratusan studi dengan sampel orang dewasa (Compton & Furman, 2005; Dunn & Shelton, 2007; Sherman dkk., 2005).

  Secara kognitif, aitem-aitem dalam SWBS dapat dimengerti oleh remaja (contoh, Saya menemukan arti /tujuan dalam hidup saya).

  Namun, sekali lagi dibutuhkan pengujian formal untuk membuktikan hal ini.

   Religious Coping Questionnaire (RCOPE) RCOPE terdiri dari 105 aitem yang berbasis secara teoritis mengukur metode koping religious positif dan negatif dengan lima fungsi religious yaitu: meaning, control, comfort/spirituality, intimacy/spirituality, and life transformation (Pargament et al.2000).

  Kelebihan alat ukur ini adalah multidimensi dan telah melalui berbagai evaluasi psikometrik. Dari segi kognitif, pertanyaan-

  18

  Namun, dibutuhkan tingkat abstraksi yang baik seperti aitem “Mempertanyakan kekuatan Tuhan”.

   Religious Orientation Scale Alat ini dikembangkan oleh Allport dan Ross (Allport & Ross, 1967) yang memeriksa

  individual’s intrinsic dan extrinsic. Terdiri dari

  10 aitem untuk subskala intrinsic dan 10 aitem untuk subskala ekstrinsik.

  Meskipun skala ini telah digunakan dalam 4 studi remaja, menurut Gorsuch dan Venable (1983), skala ini kemungkinan tidak cocok untuk mengevaluasi orientasi religious pada anak-anak/remaja karena membutuhkan tingkat pemahaman membaca individu. Selain itu, tingkat perkembangan emosi dan kognitif juga diperlukan untuk menjawab sebagian besar pertanyaan yang masuk akal (Cotton, McGrady, & Rosenthal, 2010).

   Systems of Beliefs Inventory (SBI) Holland dkk (1998) menggembangkan Systems of Beliefs yang digunakan untuk penelitian mengenai kualitas hidup

  Inventory

  individu terhadap penyakit kronis. Awalnya, SBI terdiri dari 54 aitem, kemudian karena kendala waktu dan ruang, SBI-54 diperpendek menjadi versi SBI-15 aitem. (Holland dkk., 1998).

  19

  Pengukuran ini memang membutuhkan tingkat perkembangan emosi dan kognitif, misalnya, mengajukan pertanyaan tentang perspektif eksistensial pada kehidupan dan kematian dan merenungkan hubungan seseorang dengan Higher Power (Baider dkk., 1999).

  Dari beberapa skala yang telah dijabarkan diatas, hanya satu dari empat skala yang bisa didapatkan yaitu BMMRS. Kemudian, peneliti melihat aitem-aitem dan mencoba melakukan translate aitem-aitem ke Bahasa Indonesia. Namun, terdapat beberapa aitem yang dirasa sulit untuk dijawab oleh remaja seperti

  „„I am spiritually touched by the beauty of

  creation

  ‟‟ mungkin akan sulit untuk beberapa remaja (McGrady, & Rosenthal, 2010).

  Oleh karena itu, peneliti hanya memilih salah satu subskala pada BMMRS yaitu Beliefs. Hal ini juga dikarenakan beberapa skala di BMMRS cenderung mengukur spiritualitas atau religiusitas saja sehingga peneliti memilih alat ukur seperti beliefs yang dapat mengukur keduanya.