PENERAPAN METODE LATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MELENGKAPI KALIMAT SEDERHANA BERDASARKAN GAMBAR SISWA KELAS I SD NEGERI 038 MARPOYAN DAMAI PEKANBARU
JURNAL
PENERAPAN METODE LATIHAN UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MELENGKAPI KALIMAT SEDERHANA
BERDASARKAN GAMBAR SISWA KELAS I
SD NEGERI 038 MARPOYAN DAMAI
PEKANBARU
OLEH RENAYATI NIM 0905165395PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU
Penerapan Metode Latihan untuk Meningkatkan Kemampuan Melengkapi
Kalimat Sederhana Berdasarkan Gambar Siswa Kelas I SD Negeri 038
Marpoyan Damai Pekanbaru
1
2
3 Nama: Renayati , Hamizi , Syahrilfudin Abstract
The research was carried out starting from low ability complete simple sentences based on the pictures. Formulation of the problem this research is the application of training methods to improve the ability of complete simple sentences based on the pictures I grade elementary school students 038 Marpoyan Damai Pekanbaru? The subjects were students of class I Elementary School 038 Marpoyan Damai Pekanbaru totaling 30 people, 15 men and 15 women. This study aims to improve the ability of complete simple sentences based on the pictures I grade elementary school students 038 Marpoyan Damai Pekanbaru. The results are as brikut: (1) the activities of teachers in meeting one sikus I get the value of 75.0 (both categories), at a meeting 2 increased to 78.6 (both categories); Cycle II 1 meeting got 82.1 (category both) and at meetings 2 increased to 89.3 (both categories), (2) akitivitas students in cycle 1 meeting I get the value of 71.4 (both categories), at a meeting 2 increased to 75.0 (both categories), and on the second cycle 1 meeting got 85.7 (both categories), meeting 2 increased to 92.9 (excellent category), and (3) baseline was 62.0 (medium category) with 33% of students completeness or 7 people . The first daily test cycle improved by an average of 79.3 (good category) with 70.0% completeness students or 21 people, the second cycle of daily tests obtained on average 92.0 (excellent category) with 90.0% completeness students or 27 people. It can be concluded that the application of training methods to improve students' ability to complete simple sentences based on the pictures I grade students of SDN 038 Marpoyan Damai Pekanbaru.
Keywords : Method of Exercise, Simple Sentences
1
Pendahuluan
Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Hal ini berarti bahwa bahasa memiliki peran yang penting bagi manusia. Dengan demikian, dapat dimaklumi jika di sekolah terdapat mata pelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia.
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat mengakses berbagai informasi dan kemajuan tersebut. Untuk itu kemahiran berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis harus benar-benar dimiliki dan ditingkatkan. Oleh sebab itu, seorang guru dituntut untuk mampu mencapai kompetensi dasar yang sudah ditetapkan.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Untuk mewujudkannya maka pelajaran bahasa Indonesia diprogramkan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap positif terhadap bahasa Indonesia dan ketrampilan berbahasa. Adapun ketrampilan berbahasa dalam kurikulum terdiri atas empat aspek, yaitu ketrampilan menyimak, ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca dan ketrampilan menulis.
Di antara keempat aspek bahasa Indonesia di atas, aspek menulis sangat penting dalam merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mempelajari bahasa Indonesia. Aspek menulis merupakan sarana untuk menyampaikan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan.
Pada tingkat sekolah dasar, sebagaimana tercantum dalam kurikulum KTSP tahun 2007 yang dituangkan ke dalam standar kompetensi disebutkan bahwa melengkapi kata sederhana diawali dengan: (1) menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran dan bentuk huruf, (2) menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf, dan (3) melengkapi contoh huruf, kata, atau kata sederhana dari buku atau papan tulis yang benar. (Silabus: BSNP, 2010:24)
Untuk mencapai standar kompetensi sebagaiman tersebut di atas, guru harus banyak memberi tugas dalam merangkai kata atau menjiplak tulisan agar dapat mengungkapkan kreativitas berbahasa Indonesia mereka sehingga para siswa ’terampil berbahasa Indonesia’. Tetapi di dalam proses pembelajaran ditemui beberapa gejala dari guru sebagai berikut
1) Selama ini guru sering menerapkan pembelajaran konvensional, sehingga siswa tidak termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru hanya sebatas menjelaskan materi pembelajaran dan setelah itu memberikan soal latihan kepada siswa,
2) Guru tidak mampu menjadi motivator bagi siswa, dan 3) Terbatasnya media pangajaran
Berdasarkan pengalaman penulis selama mengajar di kelas I SD Negeri 038 Marpoyan Damai Pekanbaru juga ditemui gejala-gejala pada siswa yaitu sebagai berikut
1) Ditinjau dari aspek ketepatan hanya 10 atau 33% siswa yang mampu melengkapi kalimat sederhana dengan baik, dan 20 atau 67% belum mampu
2) Kurangnya minat siswa dalam mempelajari materi melengkapi kalimat sederhana berdasarkan gambar.
Rendahnya kemampuan siswa dalam melengkapi kalimat sederhana berdasarkan gambar dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun, faktor utamanya adalah metode yang diterapkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Guru selama ini ada memberikan latihan kepada siswa mengenai melengkapi kalimat sederhana, tetapi latihan yang diberikan kurang intesif dan maksimal, sehingga hanya siswa yang berkemampuan pintar yang mampu melengkapi kalimat sederhana dengan benar. Oleh sebab itu perlu dilakukan latihan hingga siswa kelas I SD Negeri 038 Marpoyan Damai Pekanbaru mampu melengkapi kalimat sederhana berdasarkan gambar.
Djamarah (2006:95) menyatakan bahwa metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan- kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.
Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak dapat disangkal bahwa metode latihan intensif mempunyai beberapa kelemahan. Maka dari itu, guru yang ingin mempergunakan metode latihan ini kiranya tidak salah bila memahami karakteristik metode ini.
Djamarah (2006:95) mengemukakan beberapa kelebihan penggunakan metode latihan yakni sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti melengkapi, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alat-alat (mesin, permainan, atletik), dan terampil menggunakan peralatan olahraga.
2. Untuk memperoleh kecakapan mental, seperti tanda-tanda, simbol, dan lain- lain.
3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan penggunaan simbol, membaca peta, dan sebagainya.
4. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.
5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.
6. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih otomotis.
Di samping kelebihanya, metode latihan tentunya mempunyai kelemahan. Djamarah (2006:95) menyatakan beberapa kelemahan metode latihan yakni sebagai berikut:
1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian
2. Menimbulkan penyesuaian yang statis kepada lingkungan.
Djamarah (2010:104) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran metode latihan seperti tabel berikut: Tabel 1. Langkah-langkah Metode Latihan No Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1 Persiapan
1. Menyediakan peralatan yang diperlukan
2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar
2 Pelaksanaan
3. Memberikan pengertian/penjelasan sebelum latihan dumulai
4. Demonstrasi proses atau prosedur itu oleh guru dan siswa mengamatinya
3 Evaluasi/tindak lanjut
1. Siswa diberi kesempatan mengadakan latihan
2. Siswa membuat kesimpulan dari latihan yang ia lakukan
3. Guru bertanya kepada siswa Melalui langkah-langkah tersebut diharapkan bahwa latihan akan betul-betul bermanfaat bagi siswa untuk menguasai kecakapan itu. Serta dapat menumbuhkan pemahaman untuk melengkapi penguasaan yang diterima secara teori dan praktek di sekolah, khususnya mengenai kalimat sederhana.
Kalimat sederhana adalah bentuk kalimat yang memiliki bentuk dan isi sederhana, dilihat dari bentuknya kalimat sederhana terdiri dari beberapa komponen kata, beberapa komponen tersebut secara gramatis sehingga sudah mengandung informasi yang lengkap.
Kalimat sederhana sering kita ungkapkan atau sering muncul dalam percakapan-percakapan sehari-hari, seperti pernyataan Razak (1992:17) kalimat sederhana itu memang sederhana baik bentuk maupun isinya dan segi bentuk unsur katanya tidak banyak, sedangkan dari sudut isinya ia hanya memberikan satu informasi atau sebuah pikiran, oleh sebab itu mudah dipahami.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2002:19) kalimat sederhana adalah kalimat yang dibentuk oleh fungsi-fungsi pokok yakni terdiri atas subjek, prediket, dan objek/perlengkap. Di samping itu, Hasnah (2005:12) unsur kalimat yang terpenting dan mesti menduduki fungsi subjek dan predikat. Setiap fungsi dari kalimat itu pun belum mengalami perluasan, baik itu berupa perluasan subjek, prediket, atau pun objek, dan pelengkap. Oleh karena itu, kalimat sederhana selalu dibentuk oleh satu klausa. Kalimat sederhana sering pula disebut kalimat inti.
Di samping memiliki keserhanaan dalam segi bentuk dan isi, kalimat sederhana juga memiliki kesederhanaan dalam segi polanya. Pola dasar yang harus terdapat dalam sebuah kalimat sederhana adalah SP. Subjek adalah bagian yang berisi sesuatu yang dibicarakan dalam kalimat itu, sedangkan predikat adalah bagian yang berisi informasi / keterangan subjek, misalnya:
1. Ayah pergi S P
2. Ayamnya mati S K
3. Hadi membeli sepeda S P O
Melalui penjelasan sebelumnya, diperoleh rumusan masalah yaitu “Apakah Penerapan Metode Latihan dapat Meningkatkan Kemampuan Melengkapi Kalimat Sederhana Berdasarkan Gambar Siswa Kelas I Semester I SD Negeri 038 Marpoyan Damai Pekanbaru?
Sesuai dengan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan melengkapi kalimat sederhana berdasarkan gambar siswa kelas I SD Negeri 038 Marpoyan Damai Pekanbaru melalui penerapan metode latihan
Metode Penelitian
Penelitin dilaksanakan di kelas I Semester I SD Negeri 038 Marpoyan Damai Pekanbaru dengan subjek penelitian ini siswa kelas I SD Negeri 038 Marpoyan Damai Pekanbaru yang berjumlah 30 orang, 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.
Penelitian ini menerapkan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan melengkapi kalimat sederhana. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (action research). Penelitian tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan” yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Menurut Arikunto (2006:16) Penelitian Tindakan Kelas 1adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Tindakan kelas yang diberikan pada penelitian ini adalah penerapan metode latihan.
Wardani (2002:1.4) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dipakai dalam kelas melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
1. Merencanakan : Rencana tindakan kelas “Apa” yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan tingkah laku dan sikap sebagai solusi. Perencanaan dalam penelitian ini diawali dengan pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas dengan memperhatikan cara mengajar guru dan perilaku siswa selama proses pembelajaran. Setelah melakukan pengamatan kemudian peneliti memilihkan cara mengajar yang seperti apa untuk lebih meningkatkan kekurangan selama proses pembelajaran agar dapat meningkatakan kemampuan melengkapi siswa.
2. Tindakan : Apa yang harus dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
Pada tahap tindakan adalah menerapkan cara mengajar yang sudah direncanakan oleh peneliti pada tahap perencanaan. Dalam hal ini adalah menerapkan media Gambar pada pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Mengamati : Mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tujuannya untuk mengetahui kualitas pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti melihat bagaimanakah pengaruh pembelajaran metode latihan terhadap kemampuan melengkapi siswa.
4. Refleksi : Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Pada tahap refleksi dilakukan peneliti untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Refleksi dilaksanakan untuk memahami proses, masalah, persoalan, kendala yang dihadapi dalam penerapan pembelajaran metode latihan dalam meningkatkan kemampuan melengkapi permulaan siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Silabus
Silabus disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Berdasarkan prinsip tersebut maka silabus mata pelajaran bahasa Indonesia dimulai dengan identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, dan sumber bahan/ alat dan penilaian. 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun secara sistematis berisi: mata pelajaran, identifikasi kelas,waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian. Kegiatan pembelajaran yang memuat pendahuluan, kegiatan inti dan penutup dengan pedoman kepada langkah-
3) Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembaran kerja siswa yang akan digunakan memuat nama, kelas, hari dan tanggal pelaksanaan, materi pokok, prosedur yang terdiri atas soal-soal yang akan dilaksanakan, latihan soal-soal yang sesuai dengan media gambar.
Untuk mengumpulkan data penelitian, maka dipergunakan dua alat yaitu berupa tes dan nontes.
1. Teknik tes digunakan untuk menjaring data berkaitan dengan kemampuan siswa dalam melengkapi kalimat sederhana berdasarkan gambar, baik subjek, predikat dan objek
2. Teknik nontes adalah teknik yang digunakan peneliti dalam rangka menilai keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran melalui penerapan metode latihan dengan menggunakan teknik observasi guru dan siswa. Pengumpulan data dengan teknik tes dengan cara meminta siswa mengerjakan soal-soal bacaan yang telah disiapkan. Pemberian soal-soal ini selalu berkaitan dengan materi pelajaran. Sedangkan teknik nontes dalam rangka menjaring data penelitian yaitu, peneliti dan observer melakukan pengamatan serta mencatat hal-hal yang dilakukan oleh peneliti. Hasil observasi dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
Data yang telah terkumpul melalui hasil penelitian diolah dan dianalisis sebagai berikut:
1. Kemampuan Melengkapi Kalimat Sederhana Berdasarkan Gambar Menurut Safari (1995:109) kemampuan manusia dapat diukur melalui berbagai kegiatan: menyalin; menyadur; membuat: ikhtisar, catatan, formulir, bagan, denah, grafik, tabel; menulis: laporan, notulen, hasil seminar, surat, pidato, poster, iklan, kuitansi, riwayat hidup, proposal/usulan penelitian, rencana kegiatan.
Secara khusus aspek yang dinilai dalam ujian menulis adalah didasarkan dalam ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta tujuan pengajarannya yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum.
Secara umum aspek yang dapat dinilai di dalam ujian melengkapi kalimat sederhana pada siklus I dan II, maka siswa diberikan tes berupa soal essay (terlampir) pada akhir pembahasan, yang dinilai adalah ketepatan kata, karena indikator yang akan dicapai adalah melengkapi kalimat yang belum
.
selesai berdasarkan gambar Kemudian hasil melengkapi kalimat siswa dinilai dengan rumus sebagai berikut:
jawaban yang benar Nilai 100 % = × jumlah soal
Sedangkan untuk mengetahui kategori kemampuan melengkapi kalimat berdasarkan gambar adalah sebagai berikut. Tabel 2. Interval Kategori Kemampuan Melengkapi Kalimat Berdasarkan Gambar
NO Interval Kategori
1 90 sd 100 Sangat Baik 2 70 sd 89 Baik 3 50 sd 69 Cukup 4 30 sd 49 Kurang 5 10 sd 29 Tidak Baik
Sumber: KTSP (2007:367)
2. Aktivitas Guru Aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar yang dibukukan pada observasi dengan rumus:
F P 100 % = ×
N
P = Angka persentase F = Jumlah aktivitas guru N = Jumlah aktivitas keseluruhan. (Anas Sudijono, 2005:114) Di samping itu, interval kategori aktivitas guru adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Interval Kategori Aktivitas Guru
No Interval Kategori
1 90 sd 100 Sangat Baik 2 70 sd 89 Baik 3 50 sd 69 Sedang 4 30 sd 49 Kurang 5 10 sd 29 Sangat Kurang
Sumber: Tim Yustisia, (2007:367)
3. Aktivitas Siswa Aktivitas siswa dinilai berdasarkan rubrik penilaian aktivitas (terlampir).
Adapun interval kategori aktivitas siswa adalah: Tabel 4. Interval Kategori Aktivitas Siswa
No Interval Kategori
1 90 sd 100 Sangat Baik 2 70 sd 89 Baik 3 50 sd 69 Sedang 4 30 sd 49 Kurang
Hasil Penelitian
1. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Hasil pengamatan dalam penelitian ini terdiri atas siklus I pertemuan 1 dan 2, serta siklus II pertemuan 1 dan 2, sehingga diperoleh suatu rekapitulasi. Adapun
r ekapitulasi hasil observasi yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini adalah
observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa. Rekapitulasi observasi aktivitas guru dan siswa diperoleh dari hasil pembelajaran siklus I pertemuan 1 dan 2, serta siklus II pertemuan 1 dan 2. Uraian hasil rekapitulasi observasi aktivitas guru dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Rata-
No Hasil Pembelajaran rata Kategori Nilai
75.0 Baik
1 Siklus I Pertemuan 1
78.6 Baik
2 Siklus I Pertemuan 2
3 Siklus II Pertemuan 1
82.1 Baik
4 Siklus II Pertemuan 2
89.3 Baik Jumlah 325.0
Baik Rata-rata
81.3 Berdasarkan tabel 5, tergambar secara keseluruhan bahwa aktivitas guru telah dilakukan dengan baik. Hal ini diketahui dari rata-rata aktivitas siklus I pertemuan 1 sebesar 75.0 atau dengan kategori baik. Siklus I pertemuan 2 sebesar 78.6 atau dengan kategori baik. Siklus kedua pertemuan pertama diperoleh rata-rata aktivitas 82.1 atau dengan kategori baik, dan siklus kedua pertemuan kedua diperoleh rata-rata nilai 89.3 atau dengan kategori baik. Sehingga secara keseluruhan rata-rata aktivitas guru dalam menerapkan metode latihan adalah 81,3 atau dengan kategori baik.
2. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Peningkatan aktivitas guru dari siklus pertama pertemuan pertama hingga siklus kedua pertemuan kedua, diikuti oleh peningkatan aktivitas siswa pada tiap pertemuannya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk tabel rekapitulasi berikut ini.
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa No Aktivitas yang Diamati
Siklus 1 Siklus 2 Pert 1 Pert 2 Pert 1 Pert 2
1 Siswa memperhatikan contoh menulis kalimat sederhana sesuai dengan gambar
4
4
4
4 di papan tulis
2 Siswa mendengarkan kalimat yang didektakan guru, kemudian siswa menulis
3
3
3
4 kata dengan baik dan benar.
3 Siswa bertanya tentang kesulitan yang mereka hadapi dalam menulis kata
2
2
3
3 berdasrkan gambar
4 Siswa memperhatikan kembali penjelasan guru tentang cara menulis kata berdasarkan gambar yang baik dan benar,
3
3
4
4 dan mendengarkan kalimat yang didiktekan guru dengan baik
5 Siswa menulis kata berdasarkan gambar
3
2
3
3 dengan baik dan benar
6 Siswa mengumpulkan hasil kerjanya
2
3
3
4
7 Siswa tetap tertib selama proses
3
3
4
4 pembelajaran berlangsung Jumlah
20
21
24
26 Rata-rata 71.4% 75.0% 85.7% 92.9% Aktivitas siswa kelas I SD Negeri 038 Marpoyan Damai Pekanbaru selama mengikuti proses pembelajaran melalui metode latihan tergambar jelas pada tabel 19. Berdasarkan hasil siklus I pertemuan 1 dan 2, serta siklus II pertemuan 1 dan 2, diperoleh rata-rata sebagai berikut:
1) siswa memperhatikan contoh menulis kalimat sederhana sesuai dengan gambar di papan tulis, pada siklus I pertemuan 1 diperoleh penilaian dengan skor 4, pada siklus i pertemauan ke 2 diperoleh penilaian dengan skor 4. pada siklus ii pertemuan 1 diperoleh penilaian dengan skor 4, dan pada siklus II pertemuan 2 diperoleh penilaian dengan skor 4. 2) siswa mendengarkan kalimat yang didiktekan guru, kemudian siswa menulis kata dengan baik dan benar, pada siklus i pertemuan 1 diperoleh penilaian dengan skor 3, pada siklus i pertemauan ke 2 diperoleh penilaian dengan skor 3. pada siklus II pertemuan 1 diperoleh penilaian dengan skor 3, dan pada siklus II pertemuan 2 diperoleh penilaian dengan skor 4. 3) siswa bertanya tentang kesulitan yang mereka hadapi dalam menulis kata berdasrkan gambar, pada siklus I pertemuan 1 diperoleh penilaian dengan skor 2, pada siklus I pertemauan ke 2 diperoleh penilaian dengan skor 2. pada
4) siswa memperhatikan kembali penjelasan guru tentang cara menulis kata berdasarkan gambar yang baik dan benar, dan mendengarkan kalimat yang didiktekan guru dengan baik, pada siklus I pertemuan 1 diperoleh penilaian dengan skor 3, pada siklus I pertemauan ke 2 diperoleh penilaian dengan skor 3. pada siklus II pertemuan 1 diperoleh penilaian dengan skor 4, dan pada siklus II pertemuan 2 diperoleh penilaian dengan skor 4. 5) siswa menulis kata berdasarkan gambar dengan baik dan benar, pada siklus I pertemuan 1 mendapatkan skor 3, pada siklus I pertemuan 2 diperoleh penilaian dengan skor 2. pada siklus ii pertemuan 1 diperoleh penilaian dengan skor 3, dan pada siklus ii pertemuan 2 diperoleh penilaian dengan skor 3. 6) siswa mengumpulkan hasil kerjanya, pada siklus I pertemuan 1 diperoleh penilaian dengan skor 2, pada siklus I pertemauan ke 2 diperoleh penilaian dengan skor 3. pada siklus II pertemuan 1 diperoleh penilaian dengan skor 3, dan pada siklus ii pertemuan 2 diperoleh penilaian dengan skor 4. 7) siswa tetap tertib selama proses pembelajaran berlangsung, pada siklus i pertemuan 1 diperoleh penilaian dengan skor 3, pada siklus I pertemauan ke 2 diperoleh penilaian dengan skor 3. Pada siklus II pertemuan 1 diperoleh penilaian dengan skor 4, dan pada siklus II pertemuan 2 diperoleh penilaian dengan skor 4.
3. Kemampuan Melengkapi Kalimat Sederhana Kemampuan melengkapi kalimat sederhana berdasarkan gambar siswa kelas I
SD Negeri 038 Marpoyan Damai Pekanbaru mengalami peningkatan dari tes awal ke siklus I pertemuan 1 dan 2, serta ke siklus II pertemuan 1 dan 2. Peningkatan ini dapat digambarkan dalam bentuk tabel berikut ini. Tabel 7. Rekapitulasi Kemampuan Melengkapi Kalimat Sederhana
Peningkatan Ketuntasan Kode No Data
Siswa UH 1 UH 2 Data Awal UH 1 UH 2 Awal
1 Ren 001
60 70 100 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
2 Ren 002
60 80 100 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
3 Ren 003
80 70 100 Tuntas Tuntas Tuntas
4 Ren 004
40
80
80 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
5 Ren 005
60 70 100 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
6 Ren 006
60
90
90 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
7 Ren 007
40
90
90 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
8 Ren 008 80 100
80 Tuntas Tuntas Tuntas
9 Ren 009
40
80
90 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
10 Ren 010
60
80
70 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
11 Ren 011
80
70
80 Tuntas Tuntas Tuntas
12 Ren 012
40
50
90 Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas
13 Ren 013
40 80 100 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
14 Ren 014
60
60
60 Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
17 Ren 017
60
40 80 100 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
26 Ren 026
60
80
70 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
27 Ren 027
80
60
90 Tuntas Belum Tuntas Tuntas
28 Ren 028
80
80 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
90 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
29 Ren 029 100 80 100 Tuntas Tuntas Tuntas
80 80 100 Tuntas Tuntas Tuntas Jumlah 1860 2250 2610
10
24
28 Rata-rata
62.0
75.0 87.0 33.3% 80.0% 93.3%
Diketahui dari tabel 7, rata-rata nilai kemampuan siswa pada data awal adalah 62,0 (kategori sedang) dengan ketuntasan 33,3% siswa atau 10 orang. Ulangan harian Siklus pertama diperoleh rata-rata 75,0 (kategori baik) dengan ketuntasan 80,0% siswa atau 24 orang, ulangan harian siklus kedua diperoleh rata-rata 87,0 (kategori baik) dengan ketuntasan 93,3% siswa atau 28 orang. Peningkatan kemampuan siswa dari data awal ke siklus I dan 2, serta siklus II pertemuan 1 dan 2 juga dapat dilihat dalam bentuk gambar di bawah ini.
Gambar 2. Perbandingan Rata-rata Kemampuan dari Data Awal, Siklus I dan Siklus II
25 Ren 025
90
80
70
70
90 Tuntas Tuntas Tuntas
18 Ren 018
60
60
60 Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
19 Ren 019 60 100
90 Belum Tuntas Tuntas Tuntas
20 Ren 020
80
80 Tuntas Tuntas Tuntas
60
21 Ren 021
40 50 100 Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas
22 Ren 022
80
80
80 Tuntas Tuntas Tuntas
23 Ren 023
80
50
80 Tuntas Belum Tuntas Tuntas
24 Ren 024
Berdasarkan tabel 7 dan histogram di atas, maka penulis hanya melakukan melengkapi kalimat sederhana berdasarkan gambar siswa kelas I SD Negeri 038 Marpoyan Damai Pekanbaru.
Simpulan
Penerapan metode latihan dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kemampuan melengkapi kalimat sederhana sebagai berikut:
1. Aktivitas guru pada sikus I pertemuan 1 mendapatkan nilai 75,0 (kategori baik), pada pertemuan 2 meningkat menjadi 78,6 (kategori baik). Siklus II pertemuan 1 mendapat nilai 82,1 (kategori baik) dan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 89,3 (kategori baik).
2. Akitivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 mendapatkan nilai 71,4 (kategori baik). Pertemuan 2 meningkat menjadi 75,0 (kategori baik), dan pada siklus II pertemuan 1 meningkat menjadi 85,7 (kategori baik), pertemuan 2 meningkat menjadi 92,9 (kategori sangat baik).
3. Data awal adalah 62,0 (kategori sedang) dengan ketuntasan 33% siswa atau 7 orang. Ulangan harian Siklus pertama meningkat menjadi 79,3 (kategori baik) dengan ketuntasan 70,0% siswa atau 21 orang, ulangan harian siklus kedua meningkat menjadi 92,0 (kategori sangat baik) dengan ketuntasan 90,0% siswa atau 27 orang. Dengan demikian, penelitian ini dikatakan berhasil.
Saran
Melalui simpulan hasil peneltian di atas, maka peneliti ingin menyampaikan beberapa saran. Adapun saran yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya guru lebih sering menerapkan metode latihan agar aktivitas pembelajaran latihan dapat berjalan sebagaimana mestinya
2. Aktivitas siswa dalam belajar atau dalam memahami materi pelajaran dapat ditingkatkan dengan metode latihan
3. Hasil belajar atau kemampuan melengkapi kalimat sederhana berdasarkan gambar dapat ditingkat dengan metode latihan.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Depdiknas, 2006. Kurikulum 2006 (Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar).
Jakarta: Depdiknas. Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. . 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Nana, Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Razak, Abdul. 1992. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Safari. 2005. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Apsi Pusat. Tarigan, Djago. 2002. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Pusat Universitas Terbuka.
. 1994. Melengkapi Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tim Yustisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Yokyakarta: Pustaka Yudhistira. Wardani dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. UT.