PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA PADA SISWA TUNARUNGU.

(1)

PENERAPANMETODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA PADA SISWA TUNARUNGU

(Single Subject Research pada Siswa Tunarungu Kelas D3 di SLBN Kabupaten Tasikmalaya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh IDA HAMIDAH

0909550

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENERAPANMETODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENULIS KALIMAT SEDERHANA PADA SISWA TUNARUNGU

Oleh IDA HAMIDAH

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© IDA HAMIDAH2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

IDA HAMIDAH 0909550

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENULIS KALIMAT SEDERHANA PADA SISWATUNARUNGU (Single Subject Research pada Siswa Tunarungu Kelas D3 di SLBN

Kabupaten Tasikmalaya)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Permanarian Somad, M.Pd. NIP. 19540408 198103 2 001

Pembimbing II

Drs. Sunaryo, M. Pd. NIP. 19560722 198503 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd. NIP. 19560722 198503 1 001


(4)

ABSTRAK

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENULIS KALIMAT SEDERHANA PADA SISWA TUNARUNGU

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan siswa tunarungu dalam menulis kalimat secara terstruktur berdasarkan gambar, sehingga maksud dan makna dari kalimat yang dibuatnya sulit dipahami dan tidak sesuai dengan makna dari gambar tersebut. Oleh sebab itu penulis mencoba menggunakan metode demonstrasi sebagai metode pembelajaran pada pelajaran Bahasa Indonesia untuk membantu meningkatkan kemampuan siswa tunarungu dalam menulis kalimat sederhana secara terstruktur berdasarkan yang dilihatnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A. Subjeknya seorang siswa tunarungu SDLB kelas D3 di SLBN Kabupaten Tasikmalaya. Pengumpulan data menggunakan tes tertulis sebanyak 10 soal. Data yang diperoleh dianalisis melalui statistik deskriptif, dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan persentase hasil tes baik pada intervensi maupun baseline-2. Data dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pada baseline-1(A-1) persentase subjek sebesar 43,75%, pada fase intervensi (B) sebesar 100%, dan pada baseline-2 (A-2) sebesar 93,75%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana pada siswa tunarungu kelas D3 di SLBN Kabupaten Tasikmalaya. Dengan menggunakan metode demonstrasi anak secara langsung dapat mengamati subjek dan predikat, sehingga verbalisme dapat dihindari. Hasil penelitian ini seyogianya menjadi masukan bagi guru-guru dan pihak SLBN Kabupaten Tasikmalaya dalam memberikan pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek menulis dengan menggunakan metode demonstrasi guna meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana pada siswa tunarungu.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS D3 MELALUI METODE DEMONSTRASI A. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Anak Tunarugu dalam Aspek Menulis ... 6

B. Dampak Ketunarunguan Terhadap Perkembangna Bahasa ………. ... 8

C. Dampak Ketunarunguan Terhadap Kemampuan Menulis pada Anak Tunarungu………. ... 9


(6)

D. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi.. ... 12

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi. ... 12

3. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Demonstrasi. ... 13

4. Peran Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran... 18

E. Konsep Dasar Dasar MenulisKalimat Sederhana 1. Pengertian Menulis ... 19

2. Kalimat Sederhana ... 19

F. Penelitian yang Relevan ... 21

G. Kerangka Berpikir ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel . ... 24

2. Definisi Oprasional Variabel . ... 25

B. Metode Penelitian . ... 31

C. Desain Penelitian ... 32

D. Prosedur Penelitian . ... 33

E. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian . ... 40

2. Waktu Penelitian . ... 40

3. Subjek Penelitian . ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

G. Instrumen Penelitian ... 42

H. Uji Coba Instrumen ... 44

1. Uji Validitas ... 45

2. Uji Reliabilitas ... 48

I. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data ... 50


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana ... 55

1. Hasil Penelitian pada Baseline -1 (A-1) . ... 55

2. Hasil Penelitian pada Fase Intervensi (B) . ... 57

3. Hasil Penelitian pada Baseline-2 (A-2) . ... 58

B. Analisis Data . ... 61

1. Analisis dalam Kondisi . ... 61

2. Analisis antar Kondisis. ... 72

C. Pembahasan . ... 78

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN PENUTUP A. Kesimpulan ... 82

B. Rekomendasi ... 82

DAFTAR PUSATAKA ... 85

LAMPIRAN -LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Daftar Pemberi Judgment ... 45

3.2. Hasil Validasi ... 46

3.3. Analisis Reliabilitas ... 49

4.1. Data Baseline-1 (A-1) ... 55

4.2. DataIntervensi (B) ... 57

4.3. Data Baseline-2 (A-2) ... 58

4.4. Rekapitulasi Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana... 60

4.5. Data Panjang Kondisi ... 62

4.6. Data Estimasi Kecenderungan Arah Antar Kondisi ... 63

4.7. Data Kecenderungan Stabilitas ... 68

4.8. Data Jejak Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana ... 68

4.9. Data Level Stabilitas dan Rentang ... 69

4.10. Data Perubahan (Level Change) ... 69

4.11. Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ... 70

4.12. Data Jumlah Variabel Yang Diubah ... 72

4.13. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 72

4.14. Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 73

4.15. Perubahan Level Data Stabilitas ... 73

4.16. Data Persentase Overlap ... 75


(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

3.1. Grafik Desain A-B-A ... 32

4.1.Hasil Kondisi Baseline-1 (A-1) ... 56

4.2.Hasil Kondisi Intervensi (B) ... 57

4.3.Hasil Kondisi Baseline-2 (A-2) ... 59

4.4.Rekapitulasi Kemampuan Menuis Kalimat Sederhana ... 60

4.5.Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi ... 62

4.6.Kecenderungan Stabilitas Baseline-1 (A-1) ... 65

4.7.Kecenderungan Stabilitas Intervensi (B) ... 66

4.8.Kecenderungan Stabilitas Baseline-2 (A-2) ... 67

4.9.Data Overlap Kondisi Baseline-1(A-1) Ke Intervensi (B) ... 74

4.10 Data Overlap Kondisi Intervensi (B) Ke Baseline-2 ... 75


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1:

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian 2. Instrumen Penelitian

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 2 :

1. Permintaan Expert Judgement 2. Hasil Expert Judgement 3. Pernyataan Expert Judgement

Lampiran 3 :

1.

Hasil

Validitas

2.

Hasil Reliabilitas

Lampiran 4 :

1. Jadwal Penelitian 2. Hasil Penelitian 3. Surat Izin Penelitaian

Lampiran 5 :

1. Surat-Surat Penelitian 2. Dokumentasi


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai makhluk sosial, manusia dituntut memiliki berbagai keterampilan dalam melakukan hubungan dengan orang lain, salah satunya adalah keterampilan berkomunikasi, baik secara verbal maupun non verbal. Untuk dapat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya. Melalui bahasa manusia bisa bersosialisasi dengan lingkungannya, melakukan interaksi dengan orang lain, dan segala aktivitas dalam masyarakat selalu melibatkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Sistem komunikasi yang digunakan pada umumnya adalah komunikasi lisan dan tulisan, akan tetapi pada anak yang mengalami gangguan pendengaran akan berbeda dengan sistem komunikasi yang digunakan oleh anak lain pada umumya. Sebagai akibat hilangnya sebagian atau keseluruhan fungsi pendengaran maka pendengaran akan sulit atau kurang berfungsi sebagaimana mestinya, dan menyebabkan terhambatnya komunikasi baik secara lisan maupun tulisan (Sadjaah, E.,2003:1).

Pemerolehan bahasa pada anak tunarungu sangat erat kaitannya dengan fungsi pendengarannya dan pengalaman visualnya, oleh sebab itu untuk mengembangkan bahasa pada anak tunarungu, tahapannya harus berawal dari memperbanyak pengalaman visualnya. Dengan memperbanyak pengalaman visual anak tunarungu akan menghubungkan lambang-lambang visual dengan pengalaman yang sudah diterimanya. Setelah itu anak tunarungu akan mulai belajar untuk memahami apa yang dilihatnya melalui ujaran dan isyarat, melalui ujaran itu anak tunarungu akan belajar bagaimana mengucapkan huruf, kata, maupun kalimat. Dengan cara seperti itu, maka anak tunarungu dapat memaknai suatu kata ataupun kalimat dengan baik.


(13)

tata bunyi, tata bentuk maupun tata kalimat. Kaidah-kaidah bahasa itu penting dikuasai agar terdapat kesepakatan antara sesama pemakai bahasa, dengan demikian dapat dihindari kesalahan dalam penggunaannya. Kaidah-kaidah dalam bahasa dinamakan tata bahasa dan salah satu sub bahasan tata bahasa dalam bahasa Indonesia adalah bidang sintaksis atau tata kalimat.” Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa” (Agustien, Mulyani.S dan Sulistiono, 2006:83).

Hambatan komunikasi yang terjadi pada anak tunarungu disebabkan oleh ketidakberfungsiannya pendengaran yang akhirnya menuntut anak tunarungu hanya menggunakan penglihatan saja dalam pemerolehan bahasa reseptifnya. Hal ini berdampak pada pemerolehan bahasa reseptif anak tunarungu yang tidak sempurna atau sepotong-sepotong karena tidak semua informasi yang dilihatnya dapat dimengerti dan dipahami dengan baik, juga kurangnya penguasaan kosa kata pada anak tunarungu menyebabkan kesulitan dalam menuangkan ide yang ada dalam pikirannya sehingga hal ini berdampak dalam menyusun kata pada sebuah kalimat (sintaksis).

Dalam berkomunikasi, penguasaan struktur kalimat merupakan hal yang sangat penting, karena dengan struktur kalimat yang benar orang lain akan lebih paham dan mengerti apa yang dibicarakan atau dituliskannya, disamping itu komunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap siswa tunarungu kelas D3 di SLBN Kabupaten Tasikmalaya, ditemukan beberapa hambatan yang umumnya terjadi dalam hal menulis kalimat, diantaranya: kalimat yang ditulis tidak beraturan atau tidak berstruktur, penempatan kata kurang tepat, sehingga kalimat menjadi kurang dipahami. Sebagai contoh dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek menulis dengan kompetensi dasar menulis kalimat sederhana berdasarkan gambar dengan pilihan kata dan kalimat yang tepat anak belum dapat membuat sebuah kalimat berdasarkan gambar yang diperlihatkan oleh guru, ketika guru memberikan instruksi untuk menuliskan maksud dari gambar tersebut ke dalam bentuk kalimat sederhana, anak belum mampu menuliskan kalimat yang berstruktur subjek (S) dan predikat (P), contoh anak diberi kartu “gambar bapak


(14)

sedang makan”, anak hanya menulisnya: “makan”, “gambar makan”, “duduk “, atau “bapak”, anak tidak dapat menuliskannya dengan menggunakan struktur kalimat yang benar, seharusnya anak menuliskannya dengan kalimat sederhana menjadi “bapak makan”, akan tetapi pada kenyataannya anak hanya menuliskan subjeknya saja, atau predikatnya saja, karena anak belum memahami bahwa dalam sebuah kalimat sederhana harus ada subjek dan predikat. Disamping itu cara guru berkomunikasi dengan siswa tunarungu sering menggunakan kalimat yang tidak berstruktur, sehingga siswa tunarungu menjadi terbiasa berbicara atau menulis dengan menggunakan kalimat yang tidak berstruktur. Contoh : “ makan”, “ambil”.

Seringnya penggunaan kalimat yang tidak berstruktur seperti di atas, mengakibatkan makna yang terdapat pada tulisan tidak sesuai dengan maksud dari gambar yang dilihatnya. Jika hal ini dibiarkan, maka kemampuan anak dalam menulis kalimat dengan menggunakan struktur kalimat yang benar dan sesuai dengan makna dari suatu gambar yang dilihatnya tidak akan pernah meningkat dan hal ini juga berdampak pada terhambatnya komunikasi anak tunarungu di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalahan diatas, anak tunarungu perlu mendapatkan pembelajaran bahasa seefektif mungkin. Salah satunya didukung oleh metode yang dapat membantu meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam menulis kalimat sederhana yang berstruktur subjek dan predikat berdasarkan apa yang dilihatnya.

Melalui penelitian ini penulis menawarkan suatu metode yang dapat mengatasi permasalahan ini, yaitu melalui metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan (Sanjaya,W. 2010 : 152). Penulis berasumsi bahwa dengan metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari. Dengan metode demonstrasi diharapkan anak tunarungu dapat melihat secara langsung subjek dan predikat dalam suatu kegiatan, juga anak dapat menambah kosa kata baru yang ditampilkan dalam bentuk kegiatan yang dapat diamati. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran keefektifan


(15)

metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu di SLB-N Kabupaten Tasikmalaya.

B. Identifikasi Masalah

Adapun indentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Anak tunarungu tidak dapat membuat kalimat berdasarkan gambar yang diberikan.

2. Pemerolehan bahasa reseptif pada anak tunarungu yang kurang jelas atau sepotong-sepotong dapat mempengaruhi kemampuan dalam membuat kalimat sederhana.

3. Anak tunarungu sering menggunakan bahasa yang singkat dan tidak berstruktur dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

4. Banyak anak tunarungu yang membuat kalimat kurang jelas maksudnya, mereka belum memahami bahwa dalam sebuah kalimat sederhana terdiri dari subjek (pelaku) dan predikat (kegiatan yang dilakukan).

5. Metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam menulis kalimat sederhana.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian tidak keluar dari tujuan atau meluas pada hal-hal yang tidak perlu, maka peneliti memberi batasan dalam melakukan penelitian ini pada penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana.

D. Rumusan Masalah

Menurut Sugiyono (2008: 35) bahwa” rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu kelas D3 di SLBN Kabupaten Tasikmalaya?


(16)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu kelas D3 di SLBN Kabupaten Tasikmalaya.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui bagaimana kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu sebelum diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.

2) Untuk mengetahui bagaimana kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu setelah belajar dengan menggunakan metode demonstrasi.

3) Untuk mengetahui bagaimana keefektifan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana pada siswa tunarungu kelas D3 di SLBN Kabupaten Tasikmalaya.

2. Kegunaan Penelitian

Penulis berharap hasil dari penelitian ini ada kegunaannya, diantaranya yaitu: a. Dapat memberikan informasi bagi peneliti mengenai penerapan metode

demonstrasi terhadap peningkatan kemampuan menulis kalimat sederhana anak tunarungu kelas D3.

b. Dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti bagaimana cara meningkatkan keterampilan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu kelas D3 dengan menggunakan metode demonstrasi .

c. Dapat meningkatkan kemampuan anak tunarungu kelas D3 dalam melakukan komunikasi dengan lebih baik.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2010:61). Variabel dalam penelitian adalah subjek yang sifatnya berhubungan, yang satu mempengaruhi yang lainnya.

Adapun variabel dalam penelitian ini, terdiri dari dua variabel yaitu : a. Variabel bebas

Variabel bebas yaitu “variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono, 2008 : 39). Dalam hal ini yang menjadi variable bebas adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Sanjaya, W. 2010 : 152). Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memerhatikan akan tetapi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, proses pembelajaran lebih menarik, serta siswa dirangsang untuk lebih aktif mengamati kesesuaian antara teori dan kenyataan (Sanjaya, W. 2010 : 152).

b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2008 : 39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan menulis kalimat sederhana. Kemampuan merupakan kesangguapan dalam melakukan sesuatu hal (Kamus


(18)

Besar bahasa Indonesia 1989:553). Menurut Tarigan,Hendri Guntur. (2008: 3). Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, anak harus terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. Kemampuan menulis kalimat sederhana adalah kemampuan dalam membuat kalimat berstruktur subjek dan predikat secara tertulis sehingga makna dan maksudnya dapat dipahami oleh orang lain dan pada akhirnya akan memperlancar proses komunikasi.

2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Bebas

Dalam hal ini variabel bebas adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memperagakan suatu kegiatan, dimana dengan mengamati suatu peragaan anak dapat melihat pelaku kegiatan dan kegiatan yang sedang dilakukan secara lebih nyata, yang pada akhirnya dengan mengamati demonstrasi tersebut anak dapat membuat sebuah kalimat yang berstruktur subjek (S) – predikat (P). Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar meperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret.

Adapun langkah-langkah oprasional penggunaan metode demonstrasi secara rinci adalah sebagai berikut:

1) Langkah pertama penulisan subjek

Pada langkah pertama ini guru akan mengenalkan lima subjek pada kalimat : “bapak membaca, bapak berjalan, ibu menulis, ibu memasak, adik makan, adik minum, kakak menyapu, kakak tidur, Katrin menari, Katrin mewarnai”, kata yang digaris bawahi dalam struktur kailmat disebut subjek. Tujuannya agar anak dapat menuliskan pelaku dalam sebuah peragaan yang dalam struktur kalimat disebut subjek. Adapun pelaksanaan demonstrasinya yang akan dilakukan pada langkah pertama ini yaitu :


(19)

 Kalimat “ bapak membaca dan bapak berjalan”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang bapak guru yang sedang membaca dan berjalan. Anak diberi pertanyaan “Siapa yang sedang membaca?dan “Siapa yang sedang berjalan”, jawabannya adalah “bapak”, dan dijelaskan bahwa “bapak” adalah subjek.

 Kalimat “ibu menulis dan ibu memasak”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang ibu guru yang sedang menulis dan sedang memasak. Anak diberi pertanyaan “Siapa yang sedang menulis?, dan “Siapa yang sedang memasak?”, jawabannya adalah “ibu”, dan dijelaskan bahwa “ibu” adalah subjek.

 Kalimat “adik makan dan adik minum”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang adik yang sedang makan dan sedang minum. Anak diberi pertanyaan “Siapa yang sedang makan?, dan “Siapa yang sedang minum?”, jawabannya adalah “adik”, dan dijelaskan bahwa “adik” adalah subjek.

 Kalimat “kakak menyapu, dan kakak tidur”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang kakak kelas yang sedang menyapu dan sedang tidur. Anak diberi pertanyaan “Siapa yang sedang menyapu?, dan “Siapa yang sedang tidur?”, jawabannya adalah “kakak”, dan dijelaskan bahwa “kakak” adalah subjek.

 Kalimat “Katrin menari, dan Katrin mewarnai”: kalimat ini akan diperagakan oleh Katrin yang sedang menari dan sedang mewarnai. Anak diberi pertanyaan “Siapa yang sedang menari?, dan Siapa yang sedang mewarnai?”, jawabannya adalah “Katrin”, dan dijelaskan bahwa “Katrin” adalah subjek.

Setelah anak mengamati demonstrasi di depan kelas, anak akan menuliskan beberapa pelaku atau subjek dalam demonstrasi yaitu: “bapak”, “ibu”, “adik”, “kakak”, “Katrin”.

2) Langkah kedua penulisan predikat

Pada langkah kedua ini guru akan mengenalkan 10 predikat dalam kalimat: “bapak membaca, bapak berjalan, ibu menulis, ibu memasak, adik makan,


(20)

adik minum, kakak menyapu, kakak tidur, Katrin menari, Katrin mewarnai”, Kata yang digaris bawahi dalam struktur kalimat disebut predikat. Tujuannya agar anak dapat menuliskan kegiatan yang dilakukan dalam sebuah peragaan yang dalam struktur kalimat disebut predikat. Adapun pelaksanaan demonstrasinya yang akan dilakukan pada langkah kedua ini yaitu :

 Kalimat “bapak membaca”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang bapak yang sedang membaca. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa bapak?”, jawabannya adalah “membaca”, dan dijelaskan bahwa “membaca” adalah predikat.

 Kalimat “bapak berjalan”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang bapak yang sedang berjalan. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa bapak?”, jawabannya adalah “berjalan”, dan dijelaskan bahwa “berjalan” adalah predikat.

 Kalimat “ibu menulis”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang ibu yang sedang menulis. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa ibu?”, jawabannya adalah “menulis”, dan dijelaskan bahwa “menulis” adalah predikat.

 Kalimat “ibu memasak”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang ibu yang sedang memasak. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa ibu?”, jawabannya adalah “memasak”, dan dijelaskan bahwa “memasak” adalah predikat.

 Kalimat “adik makan”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang adik yang sedang makan. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa adik?”, jawabannya adalah “makan”, dan dijelaskan bahwa “makan” adalah predikat.

 Kalimat “adik minum”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang adik yang sedang minum. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa adik?”, jawabannya adalah “minum”, dan dijelaskan bahwa “minum” adalah predikat.

 Kalimat “kakak menyapu”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang kakak kelas yang sedang menyapu. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa


(21)

kakak?”, jawabannya adalah “menyapu”, dan dijelaskan bahwa “menyapu” adalah predikat.

 Kalimat “kakak tidur”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang kakak kelas yang sedang tidur. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa kakak?”, jawabannya adalah “tidur”, dan dijelaskan bahwa “tidur” adalah predikat.

 Kalimat “Katrin menari”: kalimat ini akan diperagakan oleh Katrin yang sedang menari. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa Katrin?”, jawabannya adalah “menari”, dan dijelaskan bahwa “menari” adalah predikat.

 Kalimat “Katrin mewarnai”: kalimat ini akan diperagakan oleh Katrin yang sedang mewarnai. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa Katrin?”, jawabannya adalah “mewarnai”, dan dijelaskan bahwa “mewarnai” adalah predikat.

Setelah anak mengamati demonstrasi tersebut maka anak akan menuliskan 10 predikat yaitu: “ membaca, berjalan, menulis, memasak, makan, minum, menyapu, tidur, menari, dan mewarnai.

3) Langkah ke tiga penulisan kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

Pada langkah ketiga ini guru akan mengenalkan 10 kalimat sederhana pada anak yaitu kalimat: “bapak membaca, bapak berjalan, ibu menulis, ibu memasak, adik makan, adik minum, kakak menyapu, kakak tidur, Katrin menari, Katrin mewarnai”,. Kalimat tersebut merupakan kalimat sederhana yaitu kalimat yang terdiri darai subjek (S) dan predikat (P). Tujuannya agar anak dapat menuliskan kegiatan yang dilakukan dalam sebuah demonstrasi dalam bentuk kalimat sederhana. Adapun pelaksanaan demonstrasi yang akan dilakukan pada langkah ketiga ini yaitu :

 Kalimat “bapak membaca”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang bapak yang sedang membaca. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “bapak membaca”, dan dijelaskan bahwa “bapak membaca” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari sujek dan predikat.


(22)

 Kalimat “bapak berjalan”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang bapak yang sedang berjalan. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “bapak berjalan”, dan dijelaskan bahwa “bapak berjalan” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari sujek dan predikat.

 Kalimat “ibu menulis”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang ibu yang sedang menulis. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “ibu menulis”, dan dijelaskan bahwa “ibu menulis” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari sujek dan predikat.

 Kalimat “ibu memasak”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang ibu yang sedang memasak. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “ibu memasak”, dan dijelaskan bahwa “ibu memasak” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari sujek dan predikat.

 Kalimat “adik makan”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang adik yang sedang makan. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “adik makan”, dan dijelaskan bahwa “adik makan” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

 Kalimat “adik minum”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang adik yang sedang minum. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “adik minum”, dan dijelaskan bahwa “adik minum” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

 Kalimat “kakak menyapu”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang kakak kelas yang sedang menyapu. Anak diberi instruksi : “ Tuliskan subjek dan predikat!”, jawabannya adalah “kakak menyapu”, dan dijelaskan bahwa “kakak menyapu” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.


(23)

 Kalimat “kakak tidur”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang kakak kelas yang sedang tidur. Anak diberi instruksi : “ Tuliskan subjek dan predikat!”, jawabannya adalah “kakak tidur”, dan dijelaskan bahwa “kakak tidur” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

 Kalimat “Katrin menari” : kalimat ini akan diperagakan oleh Katrin yang sedang menari. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “Katrin menari”, dan dijelaskan bahwa “Katrin menari ” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

 Kalimat “Katrin mewarnai” : kalimat ini akan diperagakan oleh Katrin yang sedang mewarnai. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “Katrin mewarnai”, dan dijelaskan bahwa “Katrin mewarnai ” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

Setelah anak mengamati peragaan tersebut maka anak akan menuliskan 10 kalimat sederhana yaitu: “bapak membaca, bapak berjalan, ibu menulis, ibu memasak, adik makan, adik minum, kakak menyapu, kakak tidur, Katrin menari, dan Katrin mewarnai”.

b. Variabel Terikat

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat atau target behavior adalah kemampuan membuat kalimat sederhana yang mengikuti struktur kalimat dalam tata bahasa Indonesia yang terdiri dari subjek dan predikat. Kata-kata yang disusun dalam satu kalimat harus diletakan sesuai fungsinya, dengan kata lain anak harus menyusun kata-kata secara runtut atau sistematis sehingga membentuk suatu struktur kalimat. Contoh kata subjek “bapak“ harus diletakan di awal kalimat, karena pada dasarnya subjek pada kalimat selalu diawal. Jika kata subjek diletakan setelah predikat artinya kalimat yang dibuat tidak berstruktur karena penempatan kata-katanya tidak sesuai dengan fungsinya. Kalimat yang akan diajarkan dalam bentuk demonstrasi yaitu terdiri dari 10 kalimat yang berstruktur subjek dan predikat.


(24)

Peningkatan kemampuan menulis kalimat sederhana dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menuliskan kalimat sesuai dengan struktur kalimat yang benar setelah guru mendemonstrasikannya di depan kelas, yaitu kalimat yang berstruktur S-P (Subjek-Predikat), contoh : “bapak membaca, bapak berjalan, ibu menulis, ibu memasak, adik makan, adik minum, kakak menyapu, kakak tidur, Katrin menari, Katrin mewarnai”.

Adapun penyekoran yang dilakukan yaitu dengan memberikan skor 2 (dua) apabila anak dapat menuliskan kalimat dengan struktur subjek dan predikat sesuai dengan demonstrasi, skor 1 (satu) apabila anak dapat menuliskan subjek atau predikatnya saja yang sesuai dengan demonstrasi, dan skor 0 apabila anak tidak menuliskan apa-apa dan salah dalam menuliskan makna dari subjek atau predikat yang telah didemonstrasikan.

B. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:3). Pada penelitian ini, peneliti bermaksud memperoleh data mengenai kemampuan menulis kalimat sederhana pada siswa tunarungu kelas D3 di SLBN Kabupaten Tasikmalaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2010:107), “Metode eskperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.”

Metode eksperimen dalam penelitian ini menggunakan rancangan dengan penelitian subjek tunggal (Single Subject Research) yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan atau treatment yang diberikan kepada subjek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu.


(25)

C. Desaian Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian Single Subject Research (SSR) adalah dengan menggunakan desain A-B-A ( Applied Behaviour Analysis ), tujuannya untuk mempelajari besarnya pengaruh dari suatu perlakuan terhadap variabel tertentu yang diberikan terhadap individu. Desain A-B-A ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas (Sunanto dkk, 2006:44). Desain A-B-A memiliki tiga tahap, yaitu: A1 (baseline-1), B (intervensi), A2 (baseline-2). Secara visual desain A-B-A dapat digambarkan pada grafik di bawah ini:

A1 B A2

Grafik 3.1

Tampilan Desain A-B-A

Keterangan:

a. Baseline-1 (A1)

Baseline-1 (A1)adalah lambang dari data garis datar (baseline dasar). Baseline merupakan suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam menulis kalimat sederhana sebelum diberi perlakuan atau intervensi. Untuk mengukur kemampuan anak dalam menulis kalimat sederhana digunakan tes tertulis. Pengukuran pada

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

sesi

Pe

rs

e

n

ta

s


(26)

fase ini dilakukan sebanyak empat sesi, dengan durasi yang disesuaikan dengan kebutuhan (30 menit), setiap harinya dilakukan satu kali sesi

b. Intervensi (B)

Intervensi adalah kondisi kemampuan anak dalam menulis kalimat sederhana selama diberikan perlakuan. Pada tahap ini anak diberi perlakuan dengan menggunakan metode demonstrasi secara berulang-ulang. Intervensi diberikan sebanyak delapan sesi selama 60 menit, setiap harinya dilakukan satu kali sesi. c. Baseline-2 (A2)

Baseline A-2 merupakan pengulangan kondisi awal atau keterampilan anak dalam menulis kalimat sederhana, hampir tidak ada perbedaan dengan pengetesan awal tetapi pada fase ini digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana intervensi dapat berpengaruh kepada kemampuan anak tunarungu dalam membuat kalimat sederhana. Pengukuran pada fase ini dilakukan sebanyak empat sesi, dengan durasi yang disesuaikan dengan kebutuhan (30 menit), setiap harinya dilakukan satu kali sesi.

Berdasarkan keterangan diatas maka desain A-B-A menjelaskan bahwa baseline-1 (A1) sebagai tahap yang dipakai untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa, Intervensi (B) sebagai tahap dari proses pemberian perlakuan pada kemampuan yang diukur, dan baseline-2 (A2) sebagai tahap evaluasi untuk mengetahui hasil setelah diberi perlakuan pada kemampuan yang telah diukur.

D. Prosedur penelitiannya 1. Baseline 1 (A-1)

Pengukuran pada fase baseline-1 dilakukan sebanyak empat sesi, dimana setiap sesi dilakukan satu hari dengan periode waktu selama 30 menit. Pada setiap pertemuan peneliti memberikan tes dengan cara memberikan soal tertulis mengenai cara menulis kalimat sederhana berdasarkan kartu bergambar yang telah disiapkan sebanyak 10 soal. Pada fase baseline-1, anak tunarungu diperlihatkan 10 kartu bergambar, anak disuruh untuk mengamati gambar tersebut kemudian diinstruksikan untuk menuliskan maksud dari gambar tersebut ke dalam kalimat sederhana. Pada fase ini, anak tidak diberikan materi dengan menggunakan


(27)

metode demonstrasi terlebih dahulu, tetapi langsung diberikan tes. Hal ini dilakukan agar anak dapat membuat kalimat sederhana berdasarkan kemampuan awal yang dimilikinya. Kriteria penilaian menggunakan penyekoran dengan memberikan skor 2 (dua) apabila anak dapat menuliskan kalimat dengan struktur subjek dan predikat sesuai dengan demonstrasi, skor 1 (satu) apabila anak dapat menuliskan subjek atau predikatnya saja yang sesuai dengan demonstrasi, dan skor 0 apabila anak tidak menuliskan apa-apa dan salah dalam menuliskan makna dari subjek atau predikat yang telah didemonstrasikan. Setelah semua soal dikerjakan oleh anak, skor jawaban yang diperoleh anak akan dibagi jumlah seluruh soal kemudian dikalikan 100%.

2. Intervensi (B)

Intervensi adalah kondisi kemampuan siswa dalam memahami cara membuat atau menulis kalimat sederhana selama diberi perlakuan. Perlakuan diberikan setelah data pada baseline cenderung stabil dan sampai data menjadi stabil, yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi sebanyak delapan sesi. Pada fase ini anak mulai diberikan perlakuan dengan menggunakan metode demonstrasi. Adapun pelaksanaan metode demonstrasi dalam intervensi ini dilakukan dengan langkah operasional sebagai berikut:

1) Langkah pertama penulisan subjek

Pada langkah pertama ini guru akan mengenalkan lima subjek pada kalimat : “bapak membaca, bapak berjalan, ibu menulis, ibu memasak, adik makan, adik minum, kakak menyapu, kakak tidur, Katrin menari, Katrin mewarnai”, kata yang digaris bawahi dalam struktur kailmat disebut subjek. Tujuannya agar anak dapat menuliskan pelaku dalam sebuah peragaan yang dalam struktur kalimat disebut subjek. Adapun pelaksanaan demonstrasinya yang akan dilakukan pada langkah pertama ini yaitu :

 Kalimat “bapak membaca dan bapak berjalan”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang bapak guru yang sedang membaca dan berjalan. Anak diberi pertanyaan “Siapa yang sedang membaca?dan Siapa yang


(28)

sedang berjalan”, jawabannya adalah “bapak”, dan dijelaskan bahwa “bapak” adalah subjek.

 Kalimat “ibu menulis dan ibu memasak”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang ibu guru yang sedang menulis dan sedang memasak. Anak diberi pertanyaan “Siapa yang sedang menulis?, dan “Siapa yang sedang memasak?”, jawabannya adalah “ibu”, dan dijelaskan bahwa “ibu” adalah subjek.

 Kalimat “adik makan dan adik minum”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang adik yang sedang makan dan sedang minum. Anak diberi pertanyaan “Siapa yang sedang makan?, dan “Siapa yang sedang minum?”, jawabannya adalah “adik”, dan dijelaskan bahwa “adik” adalah subjek.

 Kalimat “kakak menyapu, dan kakak tidur”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang kakak kelas yang sedang menyapu dan sedang tidur. Anak diberi pertanyaan “Siapa yang sedang menyapu?, dan “Siapa yang sedang tidur?”, jawabannya adalah “kakak”, dan dijelaskan bahwa “kakak” adalah subjek.

 Kalimat “Katrin menari, dan Katrin mewarnai”: kalimat ini akan diperagakan oleh Katrin yang sedang menari dan sedang mewarnai. Anak diberi pertanyaan “Siapa yang sedang menari?, dan “Siapa yang sedang mewarnai?”, jawabannya adalah “Katrin”, dan dijelaskan bahwa “Katrin” adalah subjek.

Setelah anak mengamati demonstrasi di depan kelas, anak akan menuliskan beberapa pelaku atau subjek dalam demonstrasi yaitu: “bapak”, “ibu”, “adik”, “kakak”, “Katrin”.

2) Langkah kedua penulisan predikat

Pada langkah kedua ini guru akan mengenalkan 10 predikat dalam kalimat: “bapak membaca, bapak berjalan, ibu menulis, ibu memasak, adik makan, adik minum, kakak menyapu, kakak tidur, Katrin menari, Katrin mewarnai”, Kata yang digaris bawahi dalam struktur kalimat disebut predikat. Tujuannya agar anak dapat menuliskan kegiatan yang dilakukan dalam sebuah peragaan


(29)

yang dalam struktur kalimat disebut predikat. Adapun pelaksanaan demonstrasinya yang akan dilakukan pada langkah kedua ini yaitu :

 Kalimat “bapak membaca”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang bapak yang sedang membaca. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa bapak?”, jawabannya adalah “membaca”, dan dijelaskan bahwa “membaca” adalah predikat.

 Kalimat “bapak berjalan”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang bapak yang sedang berjalan. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa bapak?”, jawabannya adalah “berjalan”, dan dijelaskan bahwa “berjalan” adalah predikat.

 Kalimat “ibu menulis”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang ibu yang sedang menulis. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa ibu?”, jawabannya adalah “menulis”, dan dijelaskan bahwa “menulis” adalah predikat.

 Kalimat “ibu memasak”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang ibu yang sedang memasak. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa ibu?”, jawabannya adalah “memasak”, dan dijelaskan bahwa “memasak” adalah predikat.

 Kalimat “adik makan”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang adik yang sedang makan. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa adik?”, jawabannya adalah “makan”, dan dijelaskan bahwa “makan” adalah predikat.

 Kalimat “adik minum”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang adik yang sedang minum. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa adik?”, jawabannya adalah “minum”, dan dijelaskan bahwa “minum” adalah predikat.

 Kalimat “kakak menyapu”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang kakak kelas yang sedang menyapu. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa kakak?”, jawabannya adalah “menyapu”, dan dijelaskan bahwa “menyapu” adalah predikat.


(30)

 Kalimat “kakak tidur”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang kakak kelas yang sedang tidur. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa kakak?”, jawabannya adalah “tidur”, dan dijelaskan bahwa “tidur” adalah predikat.

 Kalimat “Katrin menari”: kalimat ini akan diperagakan oleh Katrin yang sedang menari. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa Katrin?”, jawabannya adalah “menari”, dan dijelaskan bahwa “menari” adalah predikat.

 Kalimat “Katrin mewarnai”: kalimat ini akan diperagakan oleh Katrin yang sedang mewarnai. Anak diberi pertanyaan “Sedang apa Katrin?”, jawabannya adalah “mewarnai”, dan dijelaskan bahwa “mewarnai” adalah predikat.

Setelah anak mengamati demonstrasi tersebut maka anak akan menuliskan 10 predikat yaitu: “ membaca, berjalan, menulis, memasak, makan, minum, menyapu, tidur, menari, mewarnai.

3) Langkah ke tiga penulisan kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

Pada langkah ketiga ini guru akan mengenalkan 10 kalimat sederhana pada anak yaitu kalimat: “bapak membaca, bapak berjalan, ibu menulis, ibu memasak, adik makan, adik minum, kakak menyapu, kakak tidur, Katrin menari, Katrin mewarnai”,. Kalimat tersebut merupakan kalimat sederhana yaitu kalimat yang terdiri darai subjek (S) dan predikat (P). Tujuannya agar anak dapat menuliskan kegiatan yang dilakukan dalam sebuah demonstrasi dalam bentuk kalimat sederhana. Adapun pelaksanaan demonstrasi yang akan dilakukan pada langkah ketiga ini yaitu :

 Kalimat “bapak membaca”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang bapak yang sedang membaca. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “bapak membaca”, dan dijelaskan bahwa “bapak membaca” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari sujek dan predikat.

 Kalimat “bapak berjalan”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang bapak yang sedang berjalan. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “bapak berjalan”, dan dijelaskan bahwa


(31)

“bapak berjalan” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari sujek dan predikat.

 Kalimat “ibu menulis”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang ibu yang sedang menulis. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “ibu menulis”, dan dijelaskan bahwa “ibu menulis” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari sujek dan predikat.

 Kalimat “ibu memasak”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang ibu yang sedang memasak. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “ibu memasak”, dan dijelaskan bahwa “ibu memasak” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari sujek dan predikat.

 Kalimat “adik makan”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang adik yang sedang makan. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “adik makan”, dan dijelaskan bahwa “adik makan” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

 Kalimat “adik mium”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang adik yang sedang minum. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “adik minum”, dan dijelaskan bahwa “adik minum” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

 Kalimat “kakak menyapu”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang kakak kelas yang sedang menyapu. Anak diberi instruksi : “ Tuliskan subjek dan predikat!”, jawabannya adalah “kakak menyapu”, dan dijelaskan bahwa “kakak menyapu” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

 Kalimat “kakak tidur”: kalimat ini akan diperagakan oleh seorang kakak kelas yang sedang tidur. Anak diberi instruksi : “ Tuliskan subjek dan predikat!”, jawabannya adalah “kakak tidur”, dan dijelaskan bahwa


(32)

“kakak tidur” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

 Kalimat “Katrin menari” : kalimat ini akan diperagakan oleh Katrin yang sedang menari. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “Katrin menari”, dan dijelaskan bahwa “Katrin menari ” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

 Kalimat “Katrin mewarnai” : kalimat ini akan diperagakan oleh Katrin yang sedang mewarnai. Anak diberi instruksi : “Tuliskan subjek dan predikatnya!”, jawabannya adalah “Katrin mewarnai”, dan dijelaskan bahwa “Katrin mewarnai ” adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat.

Setelah anak mengamati peragaan tersebut maka anak akan menuliskan 10 kalimat sederhana yaitu: “bapak membaca, bapak berjalan, ibu menulis, ibu memasak, adik makan, adik minum, kakak menyapu, kakak tidur, Katrin menari, Katrin mewarnai”.

Intervensi ini dilakukan selama 60 menit setiap sesinya, dimana untuk 30 menit pertama anak mendapatkan pelajaran tentang menulis kalimat sederhana dengan menggunakan metode demonstrasi, dan pada 30 menit terakhir guru melakukan evaluasi dengan memberikan tes tertulis kepada anak. Setelah semua soal dikerjakan, akan dilakukan penyekoran dengan memberikan skor 2 (dua) apabila anak dapat menuliskan kalimat dengan struktur subjek dan predikat sesuai dengan demonstrasi, skor 1 (satu) apabila anak dapat menuliskan subjek atau predikatnya saja yang sesuai dengan demonstrasi, dan skor 0 apabila anak tidak menuliskan apa-apa dan salah dalam menuliskan makna dari subjek atau predikat yang telah didemonstrasikan.

3. Baseline-2 (A2)

Peneliti melakukan tes kembali seperti pada baseline-1 (A1) dengan menggunakan format tes dan prosedur pelaksanaan yang sama. Pengukuran pada fase baseline-2 (A2) dilakukan sebanyak empat sesi


(33)

E. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilaksanakn di SLBN Kabupaten Tasikmalaya yang beralamat di Jl. Pesantren no 135 RT 03 RW 05, Desa Tanjung Mekar, Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya. Sekolah ini bersetatus negeri dan berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2012-2013, dengan menyesuaikan jam pelajaran bahasa Indonesia kelas D3 di SLBN Kabupaten Tasikmalaya.

3. Subyek Penelitian

Subyek yang diteliti dalam penelitian ini merupakan subjek tunggal. Subjeknya adalah seorang siswa tunarungu SDLB kelas D3 di SLBN Kabupaten Tasikmalaya yang berjumlah satu orang, dengan katagori tunarungu berat tingkat kehilangan pendengaran antara 71-90 dB anak hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yang intensif, membutuhkan alat bantu dengar dan latihan bicara secara khusus (Somad, P. dan Hernawati, T, 1995:29) anak juga sedikit sekali memahami percakapan walaupun menatap muka si pembicara, percakapan wajar tak mungkin dilakukannya.

Adapun biodata dan karakterisrik anak tersebut adalah sebagai berikut:

a. Biodata anak

Nama : SS (nama inisial)

Tempat tanggal lahir : Ciamis, 4 Nopember 2004 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam


(34)

b. Karakteristik anak

Dari hasil pengamatan peneliti selama studi pendahuluan, anak sudah dapat membaca dan menulis tetapi anak belum memahami cara penulisan kalimat dengan menggunakan struktur kalimat yang benar, hal ini dapat dilihat ketika anak diberi tugas untuk menuliskan karangan berdasarkan gambar dengan pilihan kata dan kalimat yang benar, anak belum dapat menuliskannya dengan benar, anak belum dapat memahami maksud dari gambar yang diperlihatkan secara jelas, selain itu anak belum memahami bahwa dalam membuat sebuah kalimat ada struktur kalimat yang harus selalu diperhatikan. Dengan kondisi seperti itu, peneliti berharap dapat meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam menulis kalimat dengan menggunakan struktur kalimat yang benar berdasarkan apa yang dilihatnya, dengan cara memberikan intervensi dengan menggunakan metode demonstrasi. Yang dimaksud metode demonstrasi disini adalah cara memperagakan suatu kegiatan yang disertai dengan sistem komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal yang disertakan pada demonstrasi ini dilakukan dengan tujuan agar anak memahami makna kalimat itu sendiri melalui pengalaman, menyimak, mendengarkan, membaca dan berbicara, yang pada akhirnya anak dapat menuliskannya, sedangkan komunikasi non verbal dilakukan dengan menggunakan sistem bahasa isyarat yang dapat dipahami oleh anak.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes. Tes ini merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis kalimat yang berstruktur subjek dan predikat. Menurut Susetyo, B ( 2011:2) tes adalah sebuah alat atau isntrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan, kecakapan individu pada aspek tertentu


(35)

baik yang tampak maupun yang tidak tampak dan hasilnya berupa angka atau skor.

Tes yang diberikan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis kalimat sederhana pada subjek penelitian yang akan diberikan pada tiga fase, masing-masing fase tersebut adalah 1) baseline-1 (A1), untuk mengetahui kemampuan awal subjek dengan durasi waktu 30 menit ; 2), intervensi (B) untuk mengetahui ketercapaian keterampilan selama mendapatkan perlakuan, dengan durasi waktu 60 menit dengan perincian 30 menit pertama anak mendapatkan materi dengan menggunakan metode demonstrasi, dan 30 menit terakhir dilakukan evaluasi dengan memberikan tes; 3) baseline-2 (A2) untuk mengetahui kemampuan subjek setelah diberi perlakuan dengan durasi waktu selama 30 menit. Hal ini dilakukan agar mendapatkan data yang akurat mengenai kemampuan anak dalam menuliskan kalimat sederhana.

Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan sebagai pedoman untuk menilai kemampuan menulis kalimat sederhana pada subjek. Data yang diambil diperoleh dari hasil tes kemampuan menulis kalimat sederhana sesuai soal yang diberikan. Setelah data terkumpul kemudian dijumlahkan dan untuk menghitung persentase kemampuan anak dalam menulis kalimat sederhana dapat dihitung dengan cara menghitung skor jawaban benar yang diperoleh anak dibagi seluruh soal kemudian dikalikan 100%.

b. Menyiapkan langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi yang akan diberikan kepada anaj saat intervensi.

c. Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat dan dianalisis untuk mencari rata-rata yang dipersentasekan, setelah itu barulah digambarkan dalam bentuk grafik dan tabel.

G. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Menurut Sugiyono


(36)

(2010:148), “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen penelitian merupakan bagian penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai sarana untuk mengumpulkan data yang banyak menentukan keberhasilan suatu penelitian,.

Instrument pada penelitian ini digunakan tes untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian dan kemampuan atau persepsi anak dalam menulis kalimat sederhana. Sebagaimana diketahui bahwa tes adalah sebuah alat atau isntrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan, kecakapan individu pada aspek tertentu baik yang tampak maupun yang tidak tampak dan hasilnya berupa angka atau sekor ( Susetyo, B, 2011:2).

Tes tertulis diberikan kepada anak pada kondisi baseline 1 (A1) untuk mengetahui kondisi awal kemampuan anak sebelum diberikan intervensi atau perlakuan. Tes tertulis diberikan pada kondisi intervensi (B) sebagai evaluasi, dan tes diberikan juga pada kondisi baseline 2 (A2) yang bertujuan untuk melihat apakah intervensi yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu.

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti membuat beberapa langkah untuk mempermudah peneliti dalam mencapai tujuan yaitu:

1. Membuat kisi-kisi

Kisi-kisi dalam penelitian ini sebagai dasar untuk mengembangkan instrument sesuai dengan kemampuan awal yang dimiliki oleh anak. Kisi-kisi ini dibuat dengan tujuan agar materi yang disampaikan sesuai dengan kurikulum yang ada yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SDLB dengan kompetensi dasar : Menulis kalimat sederhana dengan pilihan kata dan kalimat yang tepat. Kisi-kisi juga merupakan gambaran rencana butir-butir soal yang disesuaikan dengan variabel penelitian. Adapun kisi-kisi instrument yang digunakan terlampir.

2. Penyususna Instrumen

Penyususnan instrument merupakan pegangan unuk peneliti dalam melakukan penelitian ini. Penyusunan instrument akan disesuaikan dengan kisi-kisi yang telah terlebih dahulu disusun. Adapun instrumen tes yang diberikan adalah tes


(37)

menuliskan kalimat sederhana berdasarkan demonstrasi yang ditampilkan di depan kelas. Tes ini diberikan dengan tujuan untuk menuliskan kalimat sederhana dengan benar yaitu yang terdiri dari subjek dan predikat berdasarkan demonstrasi yang dilakukan oleh beberapa subjek yang berbeda dan kegiatan yang bermacam-macam. Dalam tes ini anak diberikan perintah untuk menuliskan kalimat sederhana berdasarkan peragaan sebanyak 10 soal. Setelah tes dilakukan, maka selanjutnya hasil tersebut dihitung. Kemampuan anak dalam menuliskan kalimat sederhana secara lengkap dan benar dalam sebuah peragaan dapat dikatakan bahwa kemampuan anak sudah meningkat dalam memahami cara penulisan kalimat sederhana dalam sebuah peragaan yang dilakukan. Adapun instrument penelitian yang digunakan terlampir.

3. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyususnan RPP merupakan langkah yang sangat penting karena RPP merupakan pegangan bagi seorang guru dalam pembelajaran di dalam kelas. Penyususnan RPP ini disesuaikan dengan kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDLB-B. adapun RPP yang digunakan terlampir.

H. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen penelitian digunakan, maka peneliti perlu melakukan uji coba instrumen penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui layak atau tidak layaknya intrumen tersebut dijadikan sebagai alat pengumpul data. Data hasil uji coba selanjutnya diolah dan dianalisis.

Instrumen penelitian dapat digunakan apabila memenuhi persyaratan sebagai instrumen yang baik salah satunya yaitu valid. Instrumen tes dinyatakan valid jika perangkat tes yang butir-butirnya benar-benar mengukur sasaran tes yang berupa kemampuan dalam bidang tertentu dan bukan kemampuan yang lainnya, (Susetyo, B, 2011:88)

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kelayakan setiap soal berdasarkan pada pendapat para ahli. Melalui proses judgement ini, kelayakan alat pengumpul data dapat digunakan sebagaimana mestinya. Adapun nama-nama ahli yang memberikan judgement adalah sebagai berikut:


(38)

Tabel 3.1 Daftar Pemberi Judgement

No. Nama Lokasi Instansi

1. Drs. Endang Rusyani, M.Pd UPI Bandung

2. H. Ajat Sudrajat, S.Pd SLBN Kab. Tasikmalaya

3. Siti Komariah, M.Pd SLBN Kab. Tasikmalaya

Setelah tahap judgement dilaksanakan, instrumen tes diberikan kepada subjek yang lain dan dilakukan sebelum eksperimen sesungguhnya dimulai, hal ini dilakukan semata-mata untuk menambah keyakinan peneliti dalam penggunaan instumen yang akan digunakan.

1. Uji Validitas

Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data instrument perlu diujicobakan terlebih dahulu sampai memenuhi persyaratan sebagai instrument yang baik salah satunya yaitu valid. Suatu tes dinyatakan valid jika perangkat tes yang butir-butirnya benar-benar mengukur sasaran tes yang berupa kemampuan dalam bidang tertentu dan bukan kemampuan yang lainnya. Anderson, (Arikunto, 2008 :65) “Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.

Untuk mengetahui ketepatan instrumen mengenai kemampuan menulis kalimat sederhana, maka digunakan validitas isi dengan teknik penilaian ahli. Validitas dengan teknik penilaian dari para ahli ini dilakukan untuk menentukan apakah instrumen yang dibuat sesuai dengan tujuan pengajaran dan sasaran yang akan dinilai. Adapun cara untuk mengetahui validatas isi (content validity) yang digunakan adalah dengan teknik kecocokan para ahli yang berkecimpung dalam bidang keilmuan tertentu. Butir tes dinyatakan valid jika terdapat kecocokan antara butir dengan indikator oleh mayoritas para ahli. Format yang digunakan untuk validasi yaitu dengan format dikotomi dengan tanda ceklish, dan data yang sudah terkumpul dinilai validitasnya menggunakan prosentase dengan rumus :


(39)

P = x100% f

f

Ket : f : Frekuensi cocok menurut penilai ∑f : Jumlah penilai

P : Persentase

Adapun hasil dari perhitungan validitas tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Hasil Validasi

Indikator

Menuliskan Kalimat Sederhana Dalam Sebuah Demonstrasi Sesuai Dengan Gambar Soal: Buatlah kalimat sederhana berdasarkan gambar dibawah ini!

NO Butir Soal

Nama Ket

Drs. Endang R, M.Pd

H. Ajat S,

S.pd Siti K, M.Pd

1

C C C Cocok

2

C C C Cocok

3 C C C Cocok

4 C C C Cocok


(40)

6 C C C Cocok

7 C C C Cocok

8 C C C Cocok

9 C C C Cocok

10 C C C Cocok

Penilaian Validitas :

Keterangan: C = Cocok Penghitungan :

P = x100% f

f

Ket : f : frekuensi cocok menurut para ahli ∑f : Jumlah penilai

P : Persentase

Berdasarkan hasil judgement di atas, pada “setiap soal” memiliki validitas isi: P = x100%

f f

P = 100% 100% 3

3

 


(41)

Berdasarkan hasil perhitungan besarnya persentase adalah 100%, ini berarti bahwa butir tes dinyatakan valid karena kecocokan dengan indikator mencapai lebih besar dari 50%, dan instrumen layak untuk digunakan.

2. Uji Reliabilitas

Salah satu syarat agar penelitian dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya relatif sama jika dilakukan pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan dengan reliabel. Instrumen yang telah disusun harus diujicobakan untuk mengetahui data tersebut sudah reliabel atau belum. Adapun subjek ujicoba instrumen ini harus memiliki karakteristik sama atau mendekati karakteristik subjek yang sebenarnya. Dalam hal ini subjek tersebut adalah siswa tunarungu yang kemampuan menulis kalimat sederhananya masih kurang.

Arikunto ( 2008:39) mengemukakan bahwa „reliabilitas tes adalah taraf kepercayaaan yang tinggi terhadap suatu soal, apakah suatu tes memberikan soal yang tetap atau berubah-ubah. Oleh karenanya, kevalidan suatu soal pada tes akan menunjang kereliabilitasan tes yang diberikan.

Uji coba instrument ini dilakukan pada 4 anak di SLBN kabupaten Tasikmalaya. Hasil skor dari 4 anak ini dapat dilihat pada daftar lampiran.

Untuk menguji reliabilitas konsistensi internal digunakan metode belah dua (spilt half method) ganjil-genap dengan cara mengitung korelasi product moment, karena hasil dari rumus ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes, maka untuk menghitung hasil tes secara keseluruhan menggunakan rumus Spearmen Brown.

Adapun rumus korelasi product moment seperti di bawah ini:

    

 

 

2 2 2 2

Y Y n X X n Y X XY n rb            Keterangan: b

r = koefisien korelasi n = jumlah siswa


(42)

X = jumlah skor butir soal ganjil untuk setiap siswa uji coba Y = jumlah skor butir soal genap tiap siswa uji coba

XY

 = jumlah hasil perkalian XY

Nilai r ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes, maka untuk menghitung b hasil tes secara keseluruhan menggunakan rumus Spearmen Brown:

2 1

rb r

rb

Keterangan:

r = koefisien internal seluruh item

rb = korelasi product moment antarbelahan

Kriteria analisis reliabilitas tes menurut Arikunto dalam Sunarsih (2008:57) adalah sebagai berikut:

Kriteria Interpretasi

0,00 – 0,20 Sangat rendah

0,21 – 0,40 Rendah

0,41 – 0,60 Cukup

0,61 – 0,61 Tinggi

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

Adapun hasil dari perhitungan reabilitas tersebut adalah sebagai berikut: Dari hasil uji coba instrumen yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 3.3 Analisis Reliabilitas

Nama Siswa

Total Skor Item Ganjil

(X)

X2

Total Skor Item Genap (Y)

Y2 XY


(43)

R 8 64 7 49 56

A 7 49 7 49 49

K 7 49 6 36 42

Jumlah x31 x2 243 y 27 y2 183 xy210

b

r =

    

 

 

2 2 2 2

Y Y n X X n Y X XY n           =

    

 

2

 

2

27 183 4 31 243 4 27 31 210 4      =

972 961



732 729

837

840

 

= 0,522

33 3

Nilai r ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes, maka untuk b menghitung hasil tes secara keseluruhan menggunakan rumus Spearmen Brown:

2 1 rb r rb   Keterangan:

r = koefisien internal seluruh item

rb = korelasi product moment antar belahan Berdasarkan rumus di atas maka,

2 1 rb r rb  

0,684

522 , 0 1 522 , 0 2    r (Tinggi)


(44)

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa reabilitas perangkat ukur yang dibuat tergolong tinggi yaitu 0,684 hal ini berdasarkan kriteria analisis reliabilitas tes menurut Arikunto dalam Sunarsih (2008:57) Artinya bahwa instrumen yang akan digunakan dala penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas tinggi, sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

I. Tenik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan persentase. Persentase merupakan satuan pengukuran yang sering digunakan oleh para peneliti dan guru untuk mengukur perilaku dalam bidang akademik maupun sosial.

Setelah semua data diperoleh, masing-masing data baseline-1, intervensi, dan baseline-2 dibuat analisis dengan menggunakan statistic dekkriptif. Statistik deskriptif menurut Sugiyono (2010:208) adalah:

“Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Pada penelitian dengan subjek tunggal, data disajikan dengan menggunakan statistik deskriptif yang berbentuk grafik. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam memahami data, dalam peningkatan kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu setelah diberikan perlakuan tertentu dalam jangka waktu tertentu dengan penggunaan metode demonstrasi. Sedangkan datanya dijabarkan dalam bentuk grafik. Adapun grafik yang digunakan adalah bentuk grafik garis.

Menurut Sunanto, J. et al (2006: 39) bahwa:

“Grafik garis digunakan untuk menentukan data yang kontinu. Grafik garis mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya sudah dikenal pembaca, dengan demikian mudah dibaca dan dipahami. Selain itu relatif mudah dibuat dan memungkinkan para guru dan peneliti untuk mengevaluasi secara kontinyu efek intervensi terhadap variabel terikat”.


(45)

Menurut Sunanto, J (2006:36-37) ada beberapa komponen grafik garis, yaitu:  Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan

satuan untuk variabel bebas (misalnya sesi, hari, tanggal)

 Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi).

 Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal satuan variabel bebas dan terikat.

 Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya: 0%, 25%, 50%, 75%).

 Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen misalnya baseline atau intervensi

 Garis Perubahan Kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

 Judul grafik judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pengukuran persentase yang merupakan suatu pengukuran variabel terikat yang biasa digunakan oleh peneliti dan guru untuk mengukur perilaku dalam bidang akademik maupun sosial . Persentase (%) dihitung dengan cara jumlah yang benar dibagi seluruh soal dikalikan seratus. (Sunanto, J. 2006: 16).

N = ∑ skor yang diperoleh x 100 ∑ skor maksimal

2. Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Menurut Sunanto, J. (2006:65) pada penelitian dengan kasus tunggal biasanya digunakan statistik deskriptif yang sederhana.

Setelah terkumpul, selanjutnya data dianalisis dengan perhitungan tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Perhitungan ini dilakukan


(46)

dengan menganalisis data setiap kondisi dan antarkondisi. Analisis dalam kondisi memiliki komponen yang meliputi:

a. Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga menggambarkan banyaknya sesi dalam kondisi tersebut.

b. Kecenderungan arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi di mana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis yang sama banyak.

c. Tingkat stabilitas (level stability)

Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.

d. Tingkat perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data antara dua data. Tingkat perubahan merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.

e. Jejak data (data path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, dan mendatar. f. Rentang

Rentang adalah jarak antara data pertama dengan data terakhir sama halnya pada tingkat perubahan (level change).

Sedangkan analisis antar kondisi meliputi komponen sebagai berikut: a. Variabel yang diubah

Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan. b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Merupakan perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi.

c. Perubahan stabilitas dan efeknya


(47)

d. Perubahan level data

Menunjukkan seberapa besar data diubah. e. Data yang Overlap (tumpag tindih)

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari keadaan data yang sama pada kedua kondisi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah:

a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1 pada setiap sesi.

b. Menskor hasil penilaian pada kondisi treatmen/intervensi pada setiap sesi. c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2 pada setiap sesi.

d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, kondisi intervensi, dan kondisi baseline-2 dari setiap sesi.

e. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi, dan skor pada kondisi baseline-2.

f. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase tersebut.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai penerapan metode demonstrsi dalam meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu kelas D3 di SLBN Kabupaten Tasikmalaya, karena ada perubahan yang positif antara kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu sebelum menggunakan metode demonstrasi dan setelah menggunakan metode demonstrasi.

2. Metode demonstrasi sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana. Metode yang digunakan dengan cara menyajikan pelajaran serta memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu kegiatan tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan . Metode demonstrasi yang dilakukan disajikan secara verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal yang disertakan pada metode demonstrasi dapat membantu anak tunarungu dalam memahami makna kalimat itu sendiri baik secara ekspresif maupun reseftif melalui pengalaman, menyimak, mendengarkan, membaca dan berbicara, yang pada akhirnya anak dapat menuliskannya, sedangkan komunikasi non verbal dilakukan dengan menggunakan sistem bahasa isyarat yang dapat dipahami oleh anak.

3. Metode demonstrasi dapat digunakan untuk membantu anak tunarungu dalam meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana berdasarkan yang dilihatnya dan dapat menghindari terjadinya verbalisme.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh serta kegunaan penulisan, penulis merekomendasikan hasil dari penelitian ini kepada sekolah dan guru-guru,


(49)

khususnya di SLBN Kabupaten Tasikmalaya serta untuk penelitian selanjutnya. Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Penggunaan metode demonstrasi sebagai metode pembelajaran khususnya pada pelajaran bahasa Indonesia bagi anak tunarungu harus digunakan untuk meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam menulis kalimat sederhana berdasarkan yang dilihatnya, karena dalam metode demonstrasi anak dapat melihat secara langsung subjek dan predikat, anak dapat lebih memaknai kosa kata baru yang ditampilkan dalam bentuk peragaan, dan pada akhirnya dengan penggunaan metode demonstrasi akan menghindari terjadinya verbalisme. Dengan demikian proses komunikasi anak tunarungu dengan orang mendengar dapat berjalan dengan lancar walaupun hanya melalui tulisan.

2. Bagi Guru

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah kemampuan menulis kalimat sederhana yang berstruktur subjek dan predikat pada anak tunarungu mengalami peningkatan dengan menggunakan metode demonstrasi. Hal ini tentunya akan berimplikasi pada pendidikan anak tunarungu itu sendiri, terutama dalam pencapaian kurikulum, pencapaian hasil belajar yang lebih baik, dan juga akan membantu memperlancar proses komunikasi anak tunarungu dengan orang-orang mendengar. Berdasarkan hal tersebut, seyogianya hasil penelitian ini dijadikan masukan bagi guru-guru anak tunarungu dalam penggunaan metode demonstrasi ini.

3. Bagi orang tua

Penerapan metode demonstrasi juga dapat digunakan oleh orang tua di rumah pada saat membimbing anak dalam belajar untuk memaknai semua kegiatan yang dilakukan anak di rumah dalam bentuk tulisan, hal ini merupakan wujud kerja sama yang baik dalam rangka meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam aspek menulis sehingga hasil belajar anak dapat meningkat, dengan demikian diharapkan kemampuan berkomunikasi anak tunarungu baik secara lisan, tulisan maupun isyarat akan meningkat.


(50)

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan yang ada pada penggunaan metode demonstrasi ini dengan materi yang lebih luas tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana saja, tetapi untuk menulis kalimat yang lebih luas, dan dengan instrument yang lebih menarik dan bervariatif sehingga dapat menemukan hasil penelitian dan penemuan yang lebih baik dan lebih berguna bagi kehidupan anak tunarungu baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian bisa melengkapi kekurangan-kekurangan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(1)

d. Perubahan level data

Menunjukkan seberapa besar data diubah. e. Data yang Overlap (tumpag tindih)

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari keadaan data yang sama pada kedua kondisi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah:

a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1 pada setiap sesi.

b. Menskor hasil penilaian pada kondisi treatmen/intervensi pada setiap sesi. c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2 pada setiap sesi.

d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, kondisi intervensi, dan kondisi baseline-2 dari setiap sesi.

e. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi, dan skor pada kondisi baseline-2.

f. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase tersebut.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai penerapan metode demonstrsi dalam meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu kelas D3 di SLBN Kabupaten Tasikmalaya, karena ada perubahan yang positif antara kemampuan menulis kalimat sederhana pada anak tunarungu sebelum menggunakan metode demonstrasi dan setelah menggunakan metode demonstrasi.

2. Metode demonstrasi sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana. Metode yang digunakan dengan cara menyajikan pelajaran serta memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu kegiatan tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan . Metode demonstrasi yang dilakukan disajikan secara verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal yang disertakan pada metode demonstrasi dapat membantu anak tunarungu dalam memahami makna kalimat itu sendiri baik secara ekspresif maupun reseftif melalui pengalaman, menyimak, mendengarkan, membaca dan berbicara, yang pada akhirnya anak dapat menuliskannya, sedangkan komunikasi non verbal dilakukan dengan menggunakan sistem bahasa isyarat yang dapat dipahami oleh anak.

3. Metode demonstrasi dapat digunakan untuk membantu anak tunarungu dalam meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana berdasarkan yang dilihatnya dan dapat menghindari terjadinya verbalisme.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh serta kegunaan penulisan, penulis merekomendasikan hasil dari penelitian ini kepada sekolah dan guru-guru,


(3)

khususnya di SLBN Kabupaten Tasikmalaya serta untuk penelitian selanjutnya. Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Penggunaan metode demonstrasi sebagai metode pembelajaran khususnya pada pelajaran bahasa Indonesia bagi anak tunarungu harus digunakan untuk meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam menulis kalimat sederhana berdasarkan yang dilihatnya, karena dalam metode demonstrasi anak dapat melihat secara langsung subjek dan predikat, anak dapat lebih memaknai kosa kata baru yang ditampilkan dalam bentuk peragaan, dan pada akhirnya dengan penggunaan metode demonstrasi akan menghindari terjadinya verbalisme. Dengan demikian proses komunikasi anak tunarungu dengan orang mendengar dapat berjalan dengan lancar walaupun hanya melalui tulisan.

2. Bagi Guru

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah kemampuan menulis kalimat sederhana yang berstruktur subjek dan predikat pada anak tunarungu mengalami peningkatan dengan menggunakan metode demonstrasi. Hal ini tentunya akan berimplikasi pada pendidikan anak tunarungu itu sendiri, terutama dalam pencapaian kurikulum, pencapaian hasil belajar yang lebih baik, dan juga akan membantu memperlancar proses komunikasi anak tunarungu dengan orang-orang mendengar. Berdasarkan hal tersebut, seyogianya hasil penelitian ini dijadikan masukan bagi guru-guru anak tunarungu dalam penggunaan metode demonstrasi ini.

3. Bagi orang tua

Penerapan metode demonstrasi juga dapat digunakan oleh orang tua di rumah pada saat membimbing anak dalam belajar untuk memaknai semua kegiatan yang dilakukan anak di rumah dalam bentuk tulisan, hal ini merupakan wujud kerja sama yang baik dalam rangka meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam aspek menulis sehingga hasil belajar anak dapat meningkat, dengan demikian diharapkan kemampuan berkomunikasi anak tunarungu baik secara lisan, tulisan maupun isyarat akan meningkat.


(4)

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan yang ada pada penggunaan metode demonstrasi ini dengan materi yang lebih luas tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana saja, tetapi untuk menulis kalimat yang lebih luas, dan dengan instrument yang lebih menarik dan bervariatif sehingga dapat menemukan hasil penelitian dan penemuan yang lebih baik dan lebih berguna bagi kehidupan anak tunarungu baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian bisa melengkapi kekurangan-kekurangan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Rineka Cipta.

Agustien, Mulyani.S., & Sulistiono. (2006). Buku Pintar Bahasa &Sastra Indonesia. Semarang: Aneka Ilmu.

Ariatman. (2012). Metode Pembelajaran. [Online]. Tersedia dalam:

http://ariatmancool.blogspot.com/2012/06/makalah-tentang-metode-pembelajaran.html [25 Desember 2012].

Arifin, Z. dan Junaiyah. (2008). Sintaksis. Jakarta : Grasindo.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Bunawan, L & Yuwati, S.C. (2000) Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama.

Bungin, B. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi SDLB-B (Tunarungu). Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional . (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Fauziah, F. (2012). Penggunaan Media Video Kegiatan Kerumahtanggaan untuk Meningkatkan Kemampuan Menyususn Struktur Kalimat Pada Anak Tunarungu. Skripsi pada Jurusan PLB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Freezcha. (2010). Jenis-jenis Kalimat [Online] tersedia dalam http://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat [Desember 2012].

Guntur Tarigan, H. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :Angkasa.


(6)

Haryati, A. (2004). Studi Tentang Struktur Kalimat Anak Tunarungu dalam Bentuk Tulisan. Skripsi pada Jurusan PLB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Muchlisin , R. (2012). Metode Pembelajaran, Pendidikan. [Online]. Tersedia dalam:http://www.kajianpustaka.com/2012/10/metode-demonstrasi-dalam-belajar.html#ixzz2LKY4S3gb[25 Desember 2012].

Nana Elkhattatah. (2009), Pengertian kalimat. [Online]. Tesedia dalam : http://khotimah-elkhattatah.blogspot.com/2009/12/pengertian-kalimat.html, [Desember 2012].

Sadjaah, E. (2003). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran Dalam Keluarga. Bandung: San Grafika.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana.

Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Tinggi.

Somantri, T.S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sunanto, J ,dkk. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar ( Dengan Teori Ujian Klasik dan Teori Responsi Butir).Bandung: CV Cakra.

Tim Dosen UPI. (2009 dan 2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.