HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN DEPRESI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIDAK TERGANTUNG INSULIN (DMTTI) TANPA KOMPLIKASI

  

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN DEPRESI

PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIDAK

TERGANTUNG INSULIN (DMTTI) TANPA KOMPLIKASI

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Oleh:

Rr. Klaudia Christa Wardhani

  

NIM: 039114097

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2008

  

MOTTO

Bersyukur dan berjuang Demi mencapai

keberhasilan

  

Tak selamanya masa lalu itu indah

Kegelapan datang tak kenal waktu dan

tempat

Jangan pernah hentikan langkahmu

  

Sesuatu yang indah menunggumu di

stasiun terakhir

  

ABSTRAK

Hubungan antara pola makan dengan depresi pada penderita diabetes

mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) tanpa komplikasi.

  Rr. Klaudia Christa Wardhani Fakultas Psikologi

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola makan dengan depresi pada penderita diabetes tidak tergantung insulin (DMTTI) tanpa komplikasi. Hipotesis penelitian ini adalah: Ada hubungan antara pola makan dengan depresi pada penderita diabetes tidak tergantung insulin (DMTTI) tanpa komplikasi. Hipotesis tersebut dibagi menjadi 2, pertama “ada hibingan negatif antara kesesuaian jumlah kalori dengan depresi pada penderita DMTTI tanpa komplikasi,” dan kedua “ada hubungan negatif antara kepatuhan jadwal makan dengan depresi pada penderita DMTTI tanpa komplikasi”.

  Subjek dalam penelitian ini adalah para penderita diabetes mellitus tidak tergantung insulin dengan karakteristik tidak mengalami komplikasi diabetes, memiliki aktivitas (bekerja), mengendalikan diabetesnya dengan pengaturan pola makan, berusia antara 20 – 60 tahun. Jumlah subjek dalam penelitian adalah 40 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yang dilakukan di RS. Bethesda Yogyakarta. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala Beck Depresion Inventory (BDI), dan angket recall makanan. Uji coba skala dilakukan pada 40 pasien DMTTI tanpa komplikasi dan menghasilkan koefisien reliabilitas pada skala Beck Depresion Inventory sebesar 0,888.

  Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik uji t untuk hipotesis pertama dan teknik regresi non linear untuk hipotesis kedua, dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan negatif antara pola makan sehat dengan depresi pada penderita diabetes tidak tergantung insulin (DMTTI) tanpa komplikasi. Hal ini dapat dilihat dari perolehan t=1,04 dengan p = 0,303 antara variabel kalori dengan depresi dengan taraf signifikansi 5% (p < 0,05) dan koefisien korelasi variabel jadwal dengan depresi yang bernilai 0,077 dengan taraf signifikansi 5% (p < 0,05).

  Kata kunci: pola makan, depresi dan diabetes mellitus

  

ABSTRACT

Hubungan antara pola makan dengan depresi pada penderita diabetes

mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) tanpa komplikasi

  Rr. Klaudia Christa Wardhani Fakultas Psikologi

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta The objective of this research was to find out the correlation between diet and depression on patient who were not depending on insulin (DMTTI). The hypothesis proposed in this research was that there were negative correlations between healthy diets with depression on patient who were not depending on insulin (DMTTI). That hypothesis divided into two hypotheses; there was a negative correlation between appropriateness of the number of calories and depression. Second, there was a negative correlation between schedule and depression on DMTTI without complication.

  The subjects in this research were patient who were not depend on insulin with such characteristics as not having a diabetes complication, having an activity, using diet to control their illness, and at 20 – 60 years old. The sample of this research include 40 patients that acquired by purposive sampling technique at Bethesda hospital in Yogyakarta. Data collection methods of this research were Beck Depression Inventory (BDI) scalling system and self report diet. The scale was tried out to 40 patients who were not depend on insulin and carried out 0,8883 of BDI reliability co efficiency.

  Research result data were analyzed by t test for the first hypothesis and regression non linear (Polynomial) for the second hypothesis. The result shows that there was no correlation between diet and depression on patient who were not depending on insulin (DMTTI). This result can be seen from t = 1,04 with p = 0, 303 btween calories variable and depression with significance status of 5% (p<0,05) and also between correlation coefficient of schedule variable and depression of 0,077 with significance status 5% (p < 0, 05).

  Key word: pola makan, depresi dan diabetes mellitus

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, dan bimbingan-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

  Syukur dan terimakasih tiada henti-hentinya penulis mengucap syukur atas semua proses dan dinamika yang telah dialami dan dijalani, hingga akhirnya penulis mampu untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

  Penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan mengakhiri program S1 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Karya tulis ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian suatu masalah yang dilakukan secara seksama dengan berkonsultasi pada satu dosen sebagai pembimbing.

  Dalam proses penyelesaiannya, tentu saja tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan banyak pihak karena keterbatasan kemampuan yang saya miliki. Oleh sebab itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih dengan segala kerendahan hati kepada:

  1. Dr. Sugianto,Sp.S.,M.Kes.,Ph.D. selaku direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

  2. Kepala Bagian Pusmarsa Rumah Sakit Bethesda beserta staf yang telah memberikan pengarahan prosedural kepada penulis sehingga sangat membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.

  3. Bapak Didik Suryo H, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan segala kesabaran, kerelaan dan keihklasan hati memberikan saran, membimbing, mengoreksi, mendukung dan menjadi teman diskusi dalam proses penyelesaian karya tulis. Terima kasih atas waktu dan kesempatan untuk bimbingan disela-sela kesibukan bapak.

  4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak masukan, saran, dan dukungan dalam proses penyelesaian karya tulis.

  5. Ibu Tanti Arini, S.Psi., M.Si. atas segala waktu yang diberikan ketika penulis membutuhkan banyak dukungan dan semangat disaat-saat merasa jenuh, serta memberi masukan dan berdiskusi guna penyelesaian tugas akhir peneliti.

  6. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik dan Ibu Agnes Indar Etikawati S.Psi., Psi. selaku dosen pembimbing akademik pengganti.

  7. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, baik dosen-dosen biasa maupun dosen- dosen luar biasa yang pernah memberikan ilmu, wawasan, pengetahuan, dan membuat pola pikir peneliti lebih bijaksana agar dapat berusaha dan berbuat yang terbaik.

  8. Bapak ku tersayang Drs. Suprihartanta FP. Untuk semua kesabaran, dukungan moril dan materi selama ini. Makasih udah translate-in buku tua nya pak Beck sampai lupa kerja yang lain. U’re the best Father 4 me. I LOVE U so muahhh

  9. Ibu ku tercinta Agatha Damai Christiah. Untuk semua kesabaran, dukungan yang tidak pernah habis terutama saat xta “capek”. Xta tidak akan mengecewakan ibu. Mam...LOVE U so muchhh

  10. Kakak ku terchayank, Pasifikus Christa Wijaya. Atas diskusinya sampai aku lulus duluan, suport di segala situasi, “pelatih” kesabaranku, tempet curhatku. Ayo mas cepet lulus.. sadar...sadar....buat bapak ibu sunggingkan senyum termanisnya. Kembalilah......coz u’re my best brother in the world.

  11. Adek ku chayank, Leo Agung Christa Maharddika. Atas kesetiaanmu nemeni mbak di rumah, “pelatih” kesabaran juga, udah nganter mbak puter jogja dari barat ke timur. Kuliah yang bener ya... buat our parents proud n happy.

  12. Bapak Hariyanta, S.Psi., M.Si. Atas anjurannya untuk berkembang di Psikologi dan atas bantuannya selama perkuliahan dan penelitian ini dilaksanakan “ Bapak datang di saat yang tepat”.

  13. Perawat RS Bethesda terutama para perawat klinik interne yang telah membantu penulis mencari subyek di sela-sela kepadatan pasien.

  14. Pasien DMTTI, atas kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini, sehingga penelitian dapat selesai dengan baik. Semoga bapak dan ibu diberi kesehatan dan kebahagiaan.

  15. Pak Giyanto, mas Gandung, dan mba Nanik atas semua bantuan, kesabaran dan keramahan sikap dalam melayani kepentingan akademik.

  16. Mas Muji dan mas Doni selaku laboran dan sebagai teman diskusi mengenai dinamika perkuliahan. Terima kasih juga atas semua bantuan, kepercayaan dan dukungan yang membuat penulis lebih maju.

  17. Sahabat sahabatku : a. Agatha, Nuning, Meina, atas persahabatan yang sangat berarti.

  Semoga kita tetap bisa bersama. Makasih banget atas semua ide, suport dan critanya sampai De bisa selesein kuliah. Ayo siapkan diri jajaki dunia “gila”.

  b. Irin, Oky “oneng”, Net-net, Risa, Wahyu. Atas kebersamaan kita selama ini, jadi teman diskusi yang oke dalam segala hal, kesediaannya jadi tempat curhat n temen gokil. Akhirnya sebuah “akhir” yang indah. Sukses untuk masa depan. Thx atas tiap peristiwa yang tak kan pernah terulang dan terlupakan.

  c. Mbak Ari, atas bantuannya ngedit, dan memberi/mencarikan bahan tentang diabetes mellitus.

  d. Sari laksmi, makasih banget kamu kenalin aku ke Gina jadi diriku ngga klimpungan olah data. Sukses buat kuliah mu di UGM n di Sadhar.

  e. Gina, FKGz atas kesediaannya ngajarin aku nutrisurvey, pinjemin buku gizi dan nyempetin waktu dan tenaga waktu kamu sakit untuk ajari aku. Semoga kamu jadi dokter gizi yang sukses. f. Abu, atas waktu dan kerelaannya ngajarin aku SPSS, makasih juga buat bukunya. Abu kuliah yang bener dunk...... cepetan nyusul kami.

  g. Teman seperjuanganku ambil data di Bethesa, Melisa.

  h. Teman-teman Ψ 2003 atas dukungan dan bantuannya, juga terima kasih telah berbagi cerita, pengalaman, wawasan, ilmu dan pengetahuan selama di fakultas psikologi.

  18. Kepada semua pihak, teman, dan kerabat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas doa, bantuan, dukungan, nasehat, saran dan masukannya dalam proses penyelesaian karya tulis.

  Hormat Penulis,

  Rr. Klaudia Christa Wardhani

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN MOTO ..................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................... vii ABSTRACT.................................................................................................. viii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................ ix KATA PENGANTAR .................................................................................. x DAFTAR ISI................................................................................................. xvii DAFTAR TABEL......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xx

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

  1. Manfaat Teoretis ......................................................................... 6

  2. Manfaat Praktis ........................................................................... 6

  BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 7 A. Depresi .............................................................................................. 7

  1. Pengertian Depresi ...................................................................... 7

  2. Simptom – simptom Depresi....................................................... 9

  3. Faktor yang mempengaruhi depresi pada penderita DM ............ 24

  B. Diabetes Mellitus .............................................................................. 26

  1. Pengertian Diabetes Mellitus ...................................................... 26

  2. Pengertian Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin ............ 27

  F. Pengujian Instrumen Penelitian ........................................................ 50

  b. Analisis Item ........................................................................ 60

  a. Validitas ............................................................................... 60

  4. Hasil Uji Coba Alat Ukur............................................................ 60

  3. Pengujian Alat Ukur ................................................................... 58

  2. Perizinan Penelitian .................................................................... 58

  1. Mempersiapkan Alat ................................................................... 57

  B. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian............................................... 57

  2. Karakteristik Sampel................................................................... 54

  1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 53

  BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................... 53 A. Orientasi Kancah Penelitian.............................................................. 53

  G. Metode dan Teknik Analisis Data..................................................... 51

  2. Self Report Recall Makanan ....................................................... 46

  3. Pola Makan dan Kepemburukan Kondisi Diabetes Mellitus ...... 28

  1. Beck Depresion Inventory .......................................................... 43

  E. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 43

  D. Sampel Penelitian.............................................................................. 41

  2. Depresi ............................... ........................................................ 41

  1. Pola Makan ................................................................................ 40

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 40 A. Jenis Penelitian ................................................................................. 40 B. Identifikasi Variabel Penelitian......................................................... 40 C. Definisi Operasional ......................................................................... 40

  E. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 39

  D. Kerangka Konsep.............................................................................. 38

  C. Hubungan Antara Pola Makan dengan Depresi................................ 37

  5. Efek Pola Makan Bagi Kesehatan Fisik Pada Penderita DM ..... 37

  4. Pola Makan Untuk Penderita DMTTI Tanpa Komplikasi.......... 32

  c. Reliabilitas ........................................................................... 61

  C. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................ 61

  D. Uji Asumsi Hasil Penelitian ............................................................. 64

  1. Uji Normalitas ............................................................................ 64

  a. Sebaran Data Variabel Depresi ............................................ 65

  b. Sebaran Data Variabel Jadwal .............................................. 65

  2. Uji Homogenitas ......................................................................... 65

  3. Uji Linearitas ............................................................................. 66

  E. Uji Hipotesis .................................................................................... 66

  a. Hipotesis Pertama ................................................................. 66

  b. Hipotesis Kedua .................................................................... 68

  F. Pembahasan ...................................................................................... 69

  G. Kelemahan Penelitian ....................................................................... 74

  BAB V KESIMPULAN dan SARAN .......................................................... 76 A. Kesimpulan ...................................................................................... 76 B. Saran ................................................................................................ 76 Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................. 76 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 78

  

DAFTAR TABEL

  Tabel II.1 : Kebutuhan Kalori Orang Diabetes ............................................ 33 Tabel III.1: Aspek dalam Beck Depresion Inventory .................................. 46 Tabel III.2: Parameter Tingkat Kepatuhan Jumlah Asupan Energi .............. 49 Tabel IV.1: Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin.......................... 54 Tabel IV.2: Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan................................. 55 Tabel IV.3: Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Menderita DM............... 56 Tabel IV.4: Data Hasil Penlitian. .................................................................. 62 Tabel IV.5: Kategori Tingkat Depresi Pada Penderita DM ......................... 63 Tabel IV.6: Deskripsi tentang kesesuaian kalori .......................................... 63 Tabel IV.7: Deskripsi tentang ketaatan jadwal ............................................. 64 Tabel IV.8: Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Pertama ................................. 67 Tabel IV.9: Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Kedua..................................... 68

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran Surat Pernyataan Kesediaan ........................................................ 82 Lampiran Skala Penelitian ........................................................................... 83 Lampiran Data penelitian BDI...................................................................... 90 Lampiran Data Penelitian Pemenuhan Kalori…........................................... 93 Lampiran Data Penelitian Kepatuhan Jadwal ............................................... 95 Lampiran Karakteristik Umur Subyek…...................................................... 96 Lampiran Koefisien Reliabilitas Skala Depresi ( BDI) ................................ 97 Lampiran Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penelitian.................................. 99 Lampiran Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Penelitian .............................. 99 Lampiran Hasil Uji Linearitas Data Hasil Penelitian ................................... 100 Lampiran Hasil Uji Hipotesis Data Hasil Penelitian .................................... 101 Lampiran Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ...................... 103

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar II.1 Kerangka Konsep Penelitian ………………………………..... 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit kronis yang

  tidak dapat disembuhkan. Studi populasi yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) tahun 2005 menemukan jumlah pengidap diabetes melitus (DM) di Indonesia mencapai peringkat keempat sekitar 8,6 juta orang (Susanto, 2006). Dr. Ernawati Sinaga, MS, Apt. menggungkapkan bahwa dalam penanggulangan DM pendekatannya bukan menyembuhkan atau menghilangkan penyakitnya namun bagaimana agar penderita DM dapat hidup dengan aman, nyaman dan gembira bersama penyakit DMnya (Sinaga,2005).

  Penderita DM dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan kondisi mereka yang baru dimana mereka hidup dengan berbagai macam aturan serta keterbatasan-keterbatasan (Basoeki, 2002). Menurut Prof. Rainer Matthias Holm-Hadulla (2006), para penderita DM mengalami perubahan yang sangat cepat, misalnya sebelum menderita DM mereka bisa makan seenaknya dan sesuka hati, namun setelah menderita DM mereka harus mengontrol makanan sesuai dengan aturan diet. Mereka juga mengalami kesulitan dalam pernikahan dan mendapatkan pekerjaan. Apabila mereka tidak mampu melaksanakan aturan diet dan menyesuaikan

  2 diri terhadap perubahan tersebut, mereka akan kehilangan kendali terhadap dirinya dan biasanya menghadapi ancaman kegagalan seperti munculnya depresi dan kematian.

  Menurut Birrer & Sedaghat, (2003), penderita DM memiliki banyak faktor resiko, antara lain hipoglikemia, hiperglikemia dan komplikasi yang merupakan faktor resiko jangka panjang (Basoeki, 2004). Dr. Lana L. Watkins dan rekan-rekannya mengungkapkan bahwa kombinasi antara penyakit jantung, DM, dan depresi dapat menjadi kombinasi yang mematikan. Dr. Lana mengadakan penelitian pada para penderita DM dengan penyakit pembuluh jantung mengalami sejumlah gejala depresi dapat meningkatkan resiko kematian menjadi 25 persen. Selama lebih dari empat tahun para pasien diamati kehidupannya dan sekitar 135 orang dari 325 pasien meninggal (dalam Indria, 2007).

  DM sebagaimana lazimnya penyakit kronis sering menimbulkan perasaan tidak berdaya dalam dirinya, yaitu suatu perasaan bahwa dirinya sudah tidak mampu lagi mengubah dirinya (Miller, 1985). Kesadaran akan kelemahan dirinya memberikan perasaan berbeda dengan yang lain dan rasa kehilangan keyakinan diri sehingga menyebabkan adanya pemisahan diri dari pergaulan, cepat tersinggung, ketergantungan, pemberontakan, kecemasan, mencari perhatian dengan berlindung pada penyakitnya, rasa tidak berguna atau tidak berdaya dan perasaan takut mati yang sulit diatasi (Basoeki, 1996).

  3 Perasaan tidak berdaya ini muncul karena adanya beberapa sebab, antara lain kondisi kesehatan penderita yang tidak menentu diwarnai dengan kesembuhan dan kekambuhan; kemungkinan juga karena terjadinya kemunduran fisik (Miller, 1985). Selain simptom suasana hati dan simptom kognitif yang ada adalah simptom motorik. Simptom paling mencolok dan penting dari simptom motorik ini adalah retardasi psikomotorik, yaitu berkurangnya atau lambatnya gerakan fisik (Holmes, 1991). Salah satu penyebab depresi adalah karena adanya penyakit fisik.

  Ada berbagai penyakit yang dapat menyebabkan gejala serupa dengan depresi misalnya anemia dan DM (Depresi, 2006).

  Laron (dalam Basoeki 2002) mengungkapkan bahwa DM adalah suatu bentuk penyakit yang membutuhan berbagai macam penyesuaian diri bagi penyandangnya. Penyesuaian tersebut bersifat fisik dan psikologis, antara lain penyesuaian yang berkaitan dengan pengaturan makan, latihan jasmani dan pengendalian emosi (Basoeki, 2002). Berdasarkan penelitian Kaholokula J.K, Haynes S.N., Grandinneti A., (2003) aspek kualitas hidup perlu ditekankan dalam membantu para penderita DM mengatasi masalah depresi.

  Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh penderita agar faktor- faktor resiko jangka panjang dapat dikurangi, serta perasaan-perasaan buruk dalam diri mereka tidak menetap dengan waktu yang lama dan intensitas yang tinggi salah satunya dengan modifikasi gaya hidup sehat yang meliputi pola makan yang sesuai, aktifitas fisik dan penurunan berat

  4 badan atau diit (Basoeki, 2003). Menurut Dr. Wiliam Adi Teja, MD, MMed., (dalam Susanto,2006) selain obat yang terpenting bagi pasien yakni merancang kembali pola hidup, terutama pola makan dan olahraga.

  Beberapa penderita DM dapat mempertahankan kualitas hidup hanya lewat diet. Menurut kedokteran modern, terdapat lima pilar utama yang bertujuan untuk mengontrol dan menormalkan kadar gula darah, sehingga dapat mengulur waktu agar komplikasi tidak berlangsung serentak dan cepat. Pilar utama pengelolaan DM tersebut antara lain: perencanaan makan, latihan jasmani, asupan obat hipoglikemik, penyuluhan dan pemantauan mandiri kadar glukosa darah atau urin.

  Pengaturan pola makan bagi penderita DM tergolong cukup berat. Mereka harus mampu memilih dan menetapkan makanan dengan porsi seimbang dan sesuai dengan standart yang ditentukan dokter. Penderita DM pada umumnya melakukan diit untuk mengatur pola makannya. Ada 6 macam diit-dabetes, yaitu: diit-B, diit B-Puasa, diit-B1, diit-B2, diit-B3 dan diit-Be. Berdasarkan data di poliklinik Diabetes RSUD Dr. Sutomo menunjukkan bahwa terdapat 14.94% dari 10.278 penderita yang menjalani pengobatan diit (Tjokroprawiro,1993).

  Penderita DM memilih tipe diit yang sesuai dengan jenis diabetes mellitus yang diderita. Tipe DM terdiri dari 4 kelompok, yaitu DMTI, DMTTI (DM tipe 1), DM tipe lain, dan DM gestasional. Tipe DM yang pengelolaannya menitikberatkan pada pengaturan pola makan adalah tipe DMTTI. Perencanaan pola makan pada diabetesi yang mengalami

  5 komplikasi atau tanpa komplikasi memiliki pola makan yang berbeda.

  Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat pola makan pada diabetesi DMTTI tanpa komplikasi (PERKENI, 2000).

  Diit yang dapat diikuti oleh penderita DMTTI tanpa komplikasi adalah diet yang sesuai dengan kebutuhan asupan zat gizi yang dibutuhkan. Asupan zat gizi tersebut adalah : kalori, energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, serat, dan garam. Penderita diabetes tanpa komplikasi bebas mengkonsumsi semua jenis makanan, akan tetapi jumlah yang dikonsumsi harus sesuai dengan kebutuhan. Mereka juga harus memahami jenis makanan yang bebas di konsumsi atau makanan yang konsumsinya terbatas (PERKENI, 2000).

  Pengendalian gula darah merupakan salah satu kunci utama dalam menangani DM. Kadar gula darah yang stabil dapat membantu menstabilkan kondisi kesehatan penderita dan mengurangi laju kemunduran fisik. Apakah dengan berkurangnya laju kemunduran fisik karena adanya pola makan dan diit yang sehat, dapat menurunkan kemungkinan penderita mengalami depresi? Kajian tentang pola makan yang tepat dan depresi serta hubungan antara keduanya akan sangat membantu pihak-pihak yang terkait dalam penanganan DM.

B. Perumusan Masalah

  Apakah pola makan berhubungan dengan tingkat depresi pada penderita diabetes mellitus tidak tergantung insulin tanpa komplikasi ?

  6 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan penderita Diabetes Mellitus dengan depresi pada penderita diabetes mellitus tidak tergantung insulin tanpa komplikasi.

D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk beberapa pihak, yaitu:

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi psikologi kesehatan tentang pengaruh kondisi fisik terhadap depresi yang dialami oleh penderita diabetes mellitus.

  2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para penderita

  DM dalam menjaga kondisi kejiwaan sehingga dapat terus melakukan aktifitasnya. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan mereka betapa pentingnya memiliki pola makan yang sehat.

BAB II LANDASAN TEORI A. DEPRESI

1. Pengertian depresi

  Depresi dipahami sebagai keadaan organisme yang abnormal yang termanifestasi atau terwujud dalam gejala-gejala dan tanda- tanda tertentu. Gejala depresi bervariasi dari paling ringan sampai yang paling berat atau dari tidak depresi (netral) sampai depresi akut.

  Beck mengelompokkan pasien depresi berdasarkan tingkat kedalaman depresinya. Dia membagi menjadi 4 kelompok, yaitu: tidak depresi/normal, depresi ringan, depresi sedang dan depresi berat. Tanda-tanda awal depresi adalah adanya keluhan tentang perasaan, misalnya merasa kesal, putus asa, sedih (Beck,1985).

  Clifford W. Beers (dalam Beck, 1985) mengungkapkan gejala- gejala utama yang digunakan untuk mendiagnosa depresi yang diperoleh dari penjelasan kuno. Gejala-gejala tersebut adalah mood yang terganggu (sedih, cemas, dan kesia-siaan); menghukum diri terkutuk, perilaku yang merendahkan diri sendiri, memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup; tanda-tanda vegetatif dan fisik (agitasi, kehilangan selera makan, penurunan berat badan, dan kurang tidur); dan adanya delusi telah melakukan kesalahan yang tak terampuni.

  Depresi secara klinis berbeda dengan kesedihan biasa. Pada depresi klinis, intensitas dan waktu menderitanya lama. Akan tetapi orang yang mengalami depresi memiliki kesamaan dengan orang yang mengalami kesedihan biasa, yaitu perilaku pasien depresi mirip dengan perilaku orang yang sedang susah atau kurang gembira, terutama dalam ekspresi wajah yang murung dan suara mereka yang merendah (Beck,1985).

  Depresi adalah salah satu jenis gangguan ”mood” dengan tingkat emosi yang ekstrem dan tidak sesuai dalah kondisi sedih, dukacita. Depresi merupakan proses psikologis yang mengikuti pengalaman ”kehilangan ” sesuatu yang berharga ( Supratiknya, 1995).

  Aretaeus mendiskripsikan seorang penderita depresi sebagai orang yang resah, cemas, sering mengantuk sehingga menjadi kurang bersemangat. Pada tingkatan yang lebih parah, penderita depresi banyak mengeluh tentang kegagalan dan memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya (Beck,1985).

  Manifestasi depresi dapat diamati dalam setiap aspek perilaku, yaitu dalam aspek afeksi, kognisi dan konasi. Depresi dianggap memiliki atribut konsisten tertentu selain tanda atau simptom karakteristik; atribut-atribut ini mencakup tipe tertentu dari awal, arah, durasi dan hasil akhirnya (Beck,1985).

  Beck (1985) mendefinisikan depresi dengan menggunakan sejumlah atribut, yaitu: a. Perubahan spesifik dalam mood, misalnya sedih, kesepian, dan apati.

  b. Konsep diri negatif, seperti menyalahkan diri dan mengutuk diri.

  c. Harapan yang regresif dan menghukum diri, misalnya adanya keinginan/kehendak untuk melarikan diri, bersembunyi atau mati.

  d. Perubahan vegetatif berupa anoreksia, insomia, hilangnya libido.

  e. Perubahan tingkat keefektifan mengerjakan sesuatu, misalnya retardasi dan agitasi (kegelisahan).

  Pada penelitian ini, penelitian dibatasi dengan menggunakan pengertian depresi menurut Beck berdasarkan atribut atau tanda- tanda yang diungkap Beck sebab atribut tersebut berhubungan dengan pola makan penderita diabetes mellitus. Atribut yang menunjukkan hubungan tersebut adalah atribut perubahan vegetatif.

2. Simptom-simptom depresi

  Beck (1985) membuat katergori simptom depresi berdasarkan beberapa langkah. Pertama, beberapa teksbook tentang psikiatri dan monograf mengenai depresi untuk menentukan simptom dari depresi dengan konsesus umum. Kedua, berdasarkan penelitian intensif yang melibatkan 50 pasien depresi dan 30 pasien non depresi dalam psikoterapi.

  Simptom inti dari depresi adalah low mood, pesimisme, mengkritik diri dan retardasi atau agitasi. Simptom lain yang telah dipandang sebagai bagian dari sindrom depresi mencakup simptom somatis, sembelit, sulit konsentrasi dan kecemasan (Beck, 1985).

  Para pasien depresi biasanya mengeluhkan beberapa hal dan langsung menunjuk pada diagnosis depresi. Keluhan utama yang muncul adalah:

  a. Keadaan emosional yang tidak menyenangkan b. Adanya perubahan sikap terhadap hidup.

  c. Simptom somatis yang merupakan sifat dasar depresif d. Simptom somatis yang tipikal depresi.

  Keluhan utama muncul dalam bentuk perubahan kegiatan seseorang, reaksi atau sikap terhadap hidup. Selain itu keluhan utama meliputi perasaan sia-sia tentang kehidupan. Keluhan utama pasien depresi juga terpusat pada beberapa simptom fisik yang karakteristik depresi. Antara lain : mudah lelah, tidak punya semangat, dan kehilangan selera (Beck,1985).

  Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh Cassidy, Flanaggan dan Spellman (dalam Beck,1985) keluhan utama terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu: a. Psikologis : tidak punya sesuatu untuk diharapkan, takut sendirian, marah.

  b. Localized medical : kepala berat, tenggorokan sakit, perut mual. c. Generalized medical : mudah merasa lelah, gelisah, gemetaran.

  d. Medis dan psikologis : takut mati

  e. Medis, umum dan lokal : tidak mampu bekerja, merasa tidak bisa bernafas.

  Berdasarkan simptom yang ditemukan oleh beberapa penelitian sebelumnya, Beck (1985) mengelompokkan simptom depresi dalam 4 manifestasi :

  Berdasarkan simptom yang ditemukan oleh beberapa penelitian sebelumnya, Beck mengelompokkan simptom depresi dalam 4 manifestasi:

  a. Manifestasi Emosional Manifestasi ini merujuk pada perubahan-perubahan perasaan pasien atau perubahan-perubahan pada perilaku yang tidak tampak

  (overt) tetapi berkaitan langsung dengan keadaan emosinya.

  Gejala yang termasuk dalam manifestasi emosional meliputi : 1) Mood kesal/sedih/patah hati (Dejected mood)

  Para pasien depresi biasanya memiliki perasaan ngeri, tidak memiliki harapan, sedih/murung, sepi, tidak bahagia, kecil hati, hina, malu, cemas, sia-sia, dan bersalah. Pada tingkatan depresi yang parah, perasaan yang muncul adalah

  hopeless dan perasaan ngeri. Pasien agitasi biasanya mengatakan mereka cemas/takut/ngeri.

  2) Perasaan negatif terhadap diri sendiri (negative feeling toward

  self )

  Orang depresi sering mengekspresikan perasaan negatif tentang dirinya. Pasien merasa kecewa dengan dirinya sendiri, kemudian berkembang menjadi rasa muak terhadap diri sendiri. Perasaan yang sangat parah yaitu pasien membenci dirinya sendiri.

  3) Penurunan kepuasan/kebutuhan (reduction in gratification) Simptom ini paling umum terjadi di antara kelompok depresi. Kehilangan kepuasan akan pemenuhan kebutuhan tersebut dimulai dari hal yang kecil. Semakin depresi itu berkembang maka kebutuhan penting/besar yang lain juga akan hilang.misalnya: kebutuhan makan, kebutuhan seksual, pengalaman psikososial (mencapai ketenaran, mendapat ungkapan cinta atau persahabatan).

  Pasien tidak lagi mendapat kepuasan dari kegiatan yang menuntut tanggung jawab, kewajiban, atau usaha. Misalnya dalam keluarga, teman-teman, atau pekerjaannya. Pasien lebih banyak merasa bosan. Pada tingkat depresi yang parah, pasien tidak lagi mendapat kepuasan dari kegiatan yang semula menyenangkan/memuaskan. Dia mencari kegiatan yang tidak biasa dilakukan untuk mendapat kepuasan.

  Penekanan yang diberikan oleh sejumlah pasien pada hilangnya kepuasan memberikan impresi bahwa hidup mereka berorientasi pada mendapatkan pemuasan kebutuhan. Pasien mengalami pengosongan (kerugian) psikologis selama beberapa waktu dengan melakukan hal-hal yang lebih memuaskan dirinya secara alami.

  4) Kehilangan kelekatan/kasih sayang emosional (loss of

  emotional attachment)

  Kehilangan kelekatan emosi dalam suatu kegiatan atau dengan orang lain termanifestasi dengan menurunnya tingkat ketertarikan terhadap kegiatan tertentu atau perhatian terhadap orang lain.

  Simptom yang biasa dialami oleh pasien antara lain: Pasien tidak mengalami intensitas kasih/cinta dan afeksi yang sama. Pasien kehilangan daya tarik terhadap perasaan positif dan mungkin bisa berkembang menjadi sikap acuh tak acuh. Perasaan yang dialami oleh pasien depresi berat akan memiliki sikap apati. Dia tidak hanya kehilangan perasaan positif terhadap keluarga/apapun namun dia terkejut mendapati reaksinya yang negatif.

  5) Crying spells Pasien depresi memiliki kecenderungan kuat untuk menangis. Mereka biasanya sering lebih lama/makin lama menangis. Pasien merasa seperti telah menangis walaupun tidak mengeluarkan air mata. Stimulus yang biasanya tidak mempengaruhi pasien, sekarang dapat membuatnya tiba-tiba menangis. Selain itu, pasien dapat menangis ketika sedang interview oleh psikiatris. Jika pasien sudah mengalami depresi yang parah maka dia tidak lagi bisa menangis akan tetapi hanya tersedu. 6) Kehilangan respon gembira/ceria (loss of response)

  Pasien depresi tidak dapat merespon humor dengan cara seperti biasa. Mereka tidak melihat sudut terangnya suatu peristiwa dan cenderung memperlakukan/menanggapi sesuatu secara serius. Dia tidak terhibur, rasanya tidak ingin tertawa, tidak mendapatkan perasaan terpuaskan dari olok-olokan (canda), gurauan atau kartun. Mereka berkomentar bahwa gurauan tidak lagi lucu. Mereka juga tidak melakukan lelucon lagi. Pasien depresi berat sama sekali tidak merespon humor dari orang lain. Mereka cenderung merespon isi yang bersifat bermusuhan/agresif dan merasa terhina atau tersakiti/tersinggung.

  b. Manifestasi kognitif Simptom yang muncul dari manifestasi kognitif meliputi :

  1) Evaluasi diri yang rendah (low self evaluation)

  Evaluasi diri adalah bagian dari pola pasien depresi mengenai memandang diri tidak memiliki atribut yang penting baginya. Misalnya: kemampuan, penampilan, inteligensi, kesehatan, kekuatan daya tarik pribadi, popularitas, sumber-sumber finansial. Pasien depresi seringkali kurang bisa mengungkapkan/ mengekspresikan perasaannya. Biasanya terefleksi dalam keluhan kehilangan cinta atau kekurangan harta benda. Pasien juga kehilangan percaya diri.

  Pasien menunjukkan reaksi berlebihan terhadap kesalahan- kesalahan dan kesulitan-kesulitannya lalu menganggap semua itu refleksi dari kekurangannya.

  Self evaluation mencapai titik terendah ketika tingkat

  depresinya sangat parah. Pasien akan secara drastis menilai dirinya sangat rendah dalam hal atribut pribadinya dan perannya dalam kehidupan (misal: orang tua, pasangan majikan, dsb.). Dia memandang dirinya tidak berharga, sama sekali tidak layak, dan gagal total. Dia merasa menjadi beban bagi keluarga dan merasa mereka akan lebih baik tanpa dia.

  2) Harapan negatif (negative expectation) Para penderita depresi memiliki perangai yang murung dan pesimis. Perangainya yang negatif sering menyebabkan frustasi teman-temannya, keluarga atau dokter ketika mereka menolongnya.

  Pasien depresi cenderung berpikir negatif dan pesimistis. Dia ragu-ragu apakah bisa terjadi perubahan yang lebih baik. Mereka memiliki perasaan bahwa keadaan dan persoalan yang dialaminya saat ini bersifat permanen dan tidak dapat diubah. Hal ini menjadi dasar pertimbangan pasien untuk bunuh diri. Situasi yang tidak jelas/ambigu membuat pasien cenderung mengharapkan hasil yang negatif walaupun teman-temannya memiliki alternatif untuk hasil yang positif.

  Pasien depresi memandang masa depan tanpa harapan/tidak menjanjikan, gelap dan hopeless. Dia tidak memiliki sesuatu yang dapat diharapkan, dan dia percaya tidak ada masalahnya yang dapat diselesaikan. Pasien depresi memiliki pikiran masa depan dimana kondisi deficien (finansial, sosial, physical) yang dimiliki saat ini akan berlangsung terus atau bahkan semakin buruk.

  3) Mencela/ mengutuk diri dan mengkritik diri sendiri (self blame and

  self criticism) Self blame and self criticism yang berkepanjangan

  menimbulkan kecenderungan untuk mengkritik diri sendiri terhadap apa yang diduga sebagai kekurangannya, dan kelemahannya.

  Pasien menjadi mudah mencela atau mengkritik dirinya secara keras apabila dia merasa perilaku dan pribadinya kurang memenuhi standart perfeksionist dan kaku. Dia tidak toleran terhadap kekurangannya dan tidak dapat menerima pikiran bahwa membuat kesalahan adalah manusiawi. Dia memandang dirinya sebagai penyakit masyarakat. 4) Kebimbangan/keraguan atau ketidakpastian (indecisiveness)

  Pasien mengalami kesulitan dan kurang cepat mendapatkan solusi dari permasalahan yang di hadapi. Ketakutannya dalam membuat keputusan tercermin dalam ”a general sense of

  uncertainty” . Pasien akan menghindari atau berusaha mencari

  bantuan terhadap situasi yang akan menimbulkan beban. Seorang pasien depresi berat percaya bahwa dia sudah tidak mampu mengambil keputusan dan akibatnya dia tidak mau mencoba. 5) Gambaran yang menyimpang mengenai penampilan fisik (Distorsi

  body image)

  Gambaran yang menyimpang mengenai penampilan fisik sering diperhatikan dalam depresi. Pasien depresi menganggap dirinya sudah tidak menarik lagi. Awalnya, mereka memperhatikan sangat berlebihan terhadap penampilan fisiknya. Kemudian perhatian tersebut semakin besar dan dia percaya bahwa telah terjadi perubahan penampilan sejak awal depresi walaupun tidak ada bukti yang obyektif. Akhirnya pasien benar-benar yakin bahwa dia aneh dan terlihat sangat tidak menarik. Dia berharap orang tidak melihatnya.

  c. Manifestasi Motivasional

  Manifestasi motivasional mencakup usaha keras yang dialami secara sadar, hasrat dan dorongan-dorongan yang menonjol dalam depresi. Fitur menyolok karakteristik motivasi pada pasien depresi adalah regresif alami, yaitu pasien mundur (menarik diri) dari kegiatan-kegiatan yang menurutnya menuntut tanggung jawab atau tingkat inisiatif yang besar dan baik, serta membutuhkan banyak energi untuk melakukannya. Pasien depresi biasanya akan memilih aktifitas pasif dan yang proses pengerjaannya bersifat bergantung daripada yang mandiri. Ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan, mereka berusaha melarikan diri dari masalah daripada memecahkannya.

  Aspek penting dari motivasi ini adalah bahwa pemenuhannya biasanya tidak sesuai /tidak cocok dengan nilai dan tujuan premorbid (pra-abnormal) mayor individu. Intinya mewujudkan dorongan dan hasrat pasif untuk mundur kebelakang dan melakukan usaha bunuh diri mengarah pada tindakan meningalkan keluarga, teman dan kewajibannya.

  Manifestasi motivasional terwujud dalam gejala-gejala berikut: 1) Pelumpuhan kehendak (paralysis of the will)