BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Ratna Widyastuti BAB I

PENDAHULUAN A.

   Latar Belakang

  Kementrian kesehatan (2014) menyatakan bahwa terdapat beberapa penyakit yang akan mengancam anak-anak. Beberapa penyakit ini meliputi diare, hepatitis (terutama hepatitis A,B,C) dan pneumonia (Depkes RI, 2014).

  Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Anak dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, kondisi feses encer, berlendir dan tidak ada darah (Suharyono, 2007). Diare merupakan gejala dimana penderita mengalami buang air besar (BAB) encer 4 kali atau lebih dalam 1 hari juga disertai adanya lendir didalam darah, terjadinya muntah, lesu dan tidak nafsu makan (Depkes RI, 2008).

  Penyebab diare pada anak disebabkan adanya bakteri, virus, malabsorbsi, immuno defisiensi. Penyebab yang biasanya ditemukan dilapangan yaitu karena infeksi dan keracunan (Depkes RI, 2008). Penyebaran kuman yang menyebabkan diare menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita. Perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan resiko terjadinya diare, antara lain menggunakan air yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah membuang air besar atau

  (Depkes RI, 2008). Penyakit diare dapat menyebabkan kematian pada anak. Angka kematian anak yang disebabkan oleh diare sebesar 12,4 juta pada 2008 dan pada tahun 2009-2010 kejadian diare pada anak menurun hingga 8,8 juta, saat ini angka kematian anak akibat diare adalah 3,8 per 1000 pertahun dengan keseluruhan usia rata-rata 5 tahun dengan anak mengalami episode 3,2 pertahun (Parashar, 2010).

  Depkes RI (2010) menyatakan bahwa angka kematian anak (AKA) dengan kejadian diare masih cukup tinggi di Negara berkembang. Kejadian diare merupakan penyebab utama kematian pada bayi (31,4%) dan pada anak (25,2%). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI dari tahun 2000- 2010 menyatakan bahwa kematian pada bayi dan anak yang disebabkan oleh diare menempati angka kedua setelah pneumonia.

  Pada tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan Insidens Rate naik, pada tahun 2000 Insidens Rate (IR) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, pada tahun 2006 naik menjadi 432/1000 penduduk dan pada tahun 2010 menurun menjadi 411/1000 penduduk. Pada

  

Casa Fatality Rate jumlah diare masih tinggi dengan kejadian diare pada

  tahun 2008 terjadi di 69 Kecamatan di Indonesia dengan jumlah kasus 8.133 orang yang meninggal sekitar 239 orang (CRF 2,94), pada tahun 2009 di 24 Kecamatan di Indonesia terdapat 5.756 orang terkena diare dengan kematian 100 orang (CRF 1,74) (Depkes RI, 2010). diare di Indonesia adalah 3,5% dan 7,0%. Prevalensi pada kasus diare di Indonesia andalah 6,2% untuk anak usia 7-13 tahun. jawa Tengah adalah urutan ke 15 se-Indonesia untuk kasus diare sebanyak 3,3% (Depkes RI, 2014).

  Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menurut Depkes RI (2010) adalah pola hidup bersih dan sehat yang dapat diwujudkan melalui unit terkecil masyarakat yaitu PHBS di rumah tangga sebagai upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar mereka tahu atau paham dan mampu untuk mempraktikan pola hidup bersih dan sehat serta dapat berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

  Hasil dari pengambilan data yang dilakukan tentang PHBS diperoleh data bahwa angka tertinggi kesakitan diare yang diakibatkan oleh PHBS di Puskesmas Banjarnegara II yaitu 2000 jiwa dari usia 7-13 tahun. Dari 2000 jiwa 50% jiwa menggunakan sumber air yang tidak bersih, sumber air yang digunakan antara lain 25% jiwa menggunakan sumber air dari PDAM, 17% menggunakan sumber air dari sumur dan 8% menggunakan sumber air yang berasal dari sungai. (Dinas Kesehatan Banjarnegara, 2013). Penderita diare pada anak tercatat pada bulan januari-desember 2014 mencapai 153.

  Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Banjarnegara tahun 2013 jumlah penderita diare yang ditangani oleh Puskesmas sebanyak 20,976 orang (49.88%). Pada tingkat Puskesmas urutan jumlah penderita diare terbanyak adalah Puskesmas Punggelan sebanyak 1,390 kasus (82,70%), Puskesmas berada di urutan ke 3 dengan jumlah 966 kasus (68,79%). Pesentase jumlah kasus diperoleh dari data yang terkena diare. Berdasarkan urutan kejadian diare pada bayi, balita, anak yaitu pada bayi yang terkena diare ada 53 bayi dari total 149 bayi di wilayah Puseksmas, pada balita yang terkena diare 79 balita dari total 130 balita di wilayah Puseksmas, dan pada anak yang terkena diare ada 153 anak dari 198 anak di wilayah Puskesmas.

  Fenomena dari rendahnya pola hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga dan dampak Diare yang ditimbulkan pada anak sangat parah bila dibandingkan dengan tahapan umur lainnya, peneliti tertarik untuk mengembangkan permasalahan dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Pola Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Anak Di Puskesmas Banjarnegara II”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat masalah atau pertanyaan yaitu apakah ada hubungan antara pola hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada anak di Puskesmas Banjarnegara II? C.

   Tujuan

  1. Umum Mengetahui hubungan antara pola hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada anak di Puskesmas Banjarnegara II. a. Mengetahui karakteristik anak berdasarkan umur dan jenis kelamin.

  b. Mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat keluarga yang meliputi mencuci tangan, penggunaan air bersih, mengkonsumsi jajanan dan penggunaan jamban sehat.

  c. Mengetahui angka kejadian diare pada anak.

  d. Mengetahui hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian diare pada anak.

  e. Mengetahui hubungan mencuci tangan dengan air bersih dengan kejadian diare pada anak.

  f. Mengetahui hubungan penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada anak.

  g. Mengetahui hubungan mengkonsumsi jajanan dengan kejadian diare pada anak.

D. Manfaat Penelitian

  Secara umum ada beberapa pihak yang dituju untuk memperoleh manfaat dari penelitian ini:

  1. Bagi Keluarga Untuk menambah pengetahuan keluarga tentang pola hidup bersih dan sehat dan dapat menghindari keluarga dari penyakit diare. Dapat menjaga lingkungan tetap bersih dari berbagai penyakit dengan keluarga menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kebersihan rumah.

  Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadikan informasi tambahan untuk persiapan mencegah penyakit diare semakin banyak dan memperkecil tingkat kesakitan pada anak dengan mengajarkan pola hidup bersih dan sehat.

  3. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit seperti diare. Dan juga untuk mensejahterakan masyarakat.

  4. Bagi Institusi Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi sehingga dapat di gunakan sebagai salah satu refrensi serta sebagai arsip yang berkaitan dengan hubungan antara pola hidup sehat orang tua dengan kejadian diare di Puskesmas Banjarnegara.

E. Penelitian Terkait

  1. Novi et al (2008) judul “Hubungan Antara Faktor Perilaku Ibu Dengan

  Kejadian Diare Pada Anak Di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan ibu berhubungan dengan terjadinya diare ρ=0,006 (p≤0,05), sikap ibu berhubungan dengan terjadinya diare ρ=0,019 (ρ≤0,05), dan tindakan ibu berhubungan dengan terjadinya diare ρ=0,002 ρp≤0,05). Persamaan dari penelitian ini yaitu Kejadian diare pada anak, menggunakan kuesioner. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini faktor perilaku ibu.

  2. Sandu (2014) judul “Kejadian Diare Berdasarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Sanitasi Lingkungan Rumah Tangga di Wilayah Puskesmas Tamis di Nusa Tenggara Timur”. Jenis penelitian yang digunakan observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik yang digunakan yaitu teknik simple random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar dari responden melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kategori kurang yaitu 91 orang (53,5%), sebagian besar dari responden melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kategori kurang dari 91 (53,5%), dan sebagian besar dari responden pernah mengalami diare yaitu 92 orang (54,1%). Hasil analisa data menunjukan bahwa untuk variabel PHBS nila ρ-value = 0,000 < ɑ = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare, untuk variabel sanitasi lingkungan r umah (X2) menunjukan nilai ρ-value = 0,000 < ɑ = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian diare. Persamaan dari penelitian ini adalah variabelnya yaitu Perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare dan rancangan penelitian cross sectional. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah variabel bebas yang digunakan dalam penggunaan jamban. Lokasi penelitian adalah Puskesmas Banjarnegara II.