BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II RINA ROSISKA MEYLIANI FARMASI'16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Tradisional Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

  1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

  Sedangkan menurut WHO, pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental.

  Tujuan dari pelaksanaan pengobatan tradisional adalah:

  1. Tujuan Umum Meningkatnya pendayagunaan pengobatan tradisional baik secara tersendiri atau terpadu pada sistem pelayanan kesehatan paripurna, dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

  Dengan demikian pengobatan tradisional merupakan salah satu alternatif yang relatif lebih disenangi masyarakat. Oleh karenanya kalangan kesehatan berupaya mengenal dan jika dapat mengikut sertakan pengobatan tradisional tersebut.

  2. Tujuan Khusus

  a. Meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional, sehingga masyarakat terhindar dari dampak negatif karena pengobatan tradisional. b. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dengan upaya pengobatan tradisional.

  c. Terbinanya berbagai tenaga pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan.

  d. Terintegrasinya upaya pengobatan tradisional dalam program pelayanan kesehatan paripurna, mulai dari tingkat rumah tangga, puskesmas sampai pada tingkat rujukannya (Zulkifli, 2004). Dalam melakukan pengobatan tradisional digunakan obat

  Nomor 006 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, obat tradisional hanya dapat dibuat oleh industri dan usaha dibidang obat tradisional. Industri dan usaha dibidang obat tradisional terdiri atas:

  1. IOT (Industri Obat Tradisional) adalah industri yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional.

  2. IEBA (Industri Ekstrak Bahan Alam) adalah industri yang khusus membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir.

  3. UKOT (Usaha Kecil Obat Tradisional) adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen.

  4. UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional) adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan.

  5. Usaha jamu racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen.

  6. Usaha jamu gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen.

  B. Obat Tradisional

  Obat tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

  Menurut salan (2009) terdapat beberapa keuntungan yang

  1. Pada umumnya harga ramuan tradisional lebih murah jika dibandingkan dengan obat-obatan buatan pabrik, karena bahan baku obat-obatan buatan pabrik sangat mahal dan harganya sangat tergantung pada banyak komponen.

  2. Bahan ramuan tradisional sangat mudah didapatkan di sekitar lingkungan, bahkan dapat ditanam sendiri untuk persediaa

  Pengolahan ramuannya juga tidak rumit, sehingga dapat dibuat di sendiri tanpa memerlukan peralatan khusus dan biaya yang besar. Hal tersebut sangat berbeda dengan obat-obatan medis yang telah dipatenkan, yang membutuhkan peralatan canggih dalam proses pembuatannya dan butuh waktu sekitar 25 tahun agar diakui oleh Badan Kesehatan Dunia

  C. Jamu Gendong

  Jamu gendong adalah obat tradisional yang didasarkan pada pengalaman secara turun temurun, baik secara lisan maupun secara tertulis. Resep yang digunakan tidak secara khusus dipelajari, tetapi hanya berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang diwariskan nenek moyang. Oleh sebagian masyarakat jamu gendong dianggap jamu sehat, sehingga pemanfaatannya tidak terbatas atau tidak mengenal usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan. Berdasarkan kenyataan ini, sampai kini jamu gendong oleh masyarakat digunakan untuk menjaga kesehatan, penyegar badan, dan perawatan tubuh (Suharmiati, 2003). Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 jamu gendong yang diproduksi oleh produsen jamu gendong pada praktek usaha jamu gendong dinamakan jamu segar.

D. Jamu Segar

  Jamu merupakan warisan budaya bangsa Indonesia, berupa ramuan bahan tumbuhan obat yang sudah digunakan secara turun temurun oleh kesehatan. Jamu segar adalah jamu yang baru dibuat (segar) dari ramuan bahan tumbuhan obat untuk segera dikonsumsi (Kemenkes RI, 2015). Biasanya, setelah membuat jamu segar produsen jamu langsung berkeliling untuk menjajakan jamunya kepada konsumen.

  Ramuan jamu segar pada usaha jamu gendong terdiri atas bahan alami yang belum dimurnikan atau dibakukan dan pemakaiannya bertujuan untuk menjaga kesehatan, penggunaan jamu segar dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi produsen dan penjual jamu gendong, karena dengan demikian konsumen akan memanfaatkan jamu yang dikehendaki dalam waktu yang relatif lama. Hal demikian sesuai dengan tradisi yang berkembang dalam masyarakat, bahwa minum jamu sudah menjadi kebiasaan seperti halnya minum teh. Karena itu, para pembuat jamu perlu diberi kesadaran untuk menjaga konsistensi komposisi jamu yang diraciknya, sehingga kepercayaan masyarakat atau konsumen tetap terjaga (Suharmiati, 2003).

  Produk jamu segar pada usaha jamu gendong menurut standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 tentang Pembuatan Jamu Segar yang Baik dan Benar, meliputi:

  1. Anggur jamu Anggur jamu dimanfaatkan sebagai campuran untuk menghangatkan badan, kurang lebih digunakan sebanyak 15 ml atau setara dengan 1 sendok makan.

  Bahan yang digunakan untuk membuat ramuan anggur jamu yaitu daun mint atau daun poko, gula putih dan air matang. Cara pembuatannya yaitu gula putih disangrai terlebih dahulu hingga mengental seperti karamel, tambahkan air matang, masukkan daun mint atau daun poko, aduk, saring dan dinginkan.

  Jamu kunyit asem merupakan jamu untuk menyegarkan tubuh dan digunakan untuk mengurangi bau badan, membantu mengurangi rasa sakit dan keluhan haid, membantu melancarkan pencernaan dan membantu meluruhkan lemak. Jamu dibuat dengan bahan utama buah asam jawa ditambah kunyit segar. Sebagai pemanis digunakan gula aren dicampur gula putih, serta dibubuhkan garam secukupnya.

  Cara pengolahan yaitu cuci bersih kunyit segar, haluskan kunyit segar kemudian tambahkan air dan peras. Masukkan semua bahan ke dalam air hasil perasan, rebus hingga mendidih, saring dan dinginkan.

  3. Jamu beras kencur Minuman beras kencur dapat berfungsi sebagai sarana penyembuhan maupun pencegahan terhadap serangan penyakit.

  Manfaat jamu beras kencur antara lain mengurangi pegal linu, meringankan masuk angin, flu, pilek, demam dan batuk, membantu meningkatkan stamina.

  Selain menggunakan bahan beras dan kencur, terdapat bahan-bahan lain yang bisa dicampurkan ke dalam racikan jamu beras kencur adalah jahe segar, adas pulowaras, kapulaga, kembang lawang, kedawung, sereh, kayu manis, garam dan air.

  Cara pembuatan jamu beras kencur yaitu cuci bersih kencur dan jahe kemudian dihaluskan, tambahkan air kemudian peras. Beras disangrai. Masukkan semua bahan kedalam air hasil perasan kemudian rebus hingga mendidih, saring dan dinginkan.

  4. Jamu temu lawak Jamu temulawak dimanfaatkan untuk membantu melindungi fungsi hati, membantu mengeluarkan racun dan membantu meningkatkan nafsu makan. Seperti namanya, jamu temu lawak dibuat dari temu lawak yang dibubuhi garam hingga bersih, haluskan dan peras, tambahkan garam, rebus hingga mendidih, saring dan dinginkan.

  5. Jamu kunyit sirih Jamu kunyit sirih dimanfaatkan untuk mengurangi keputihan dan bau badan. Bahan yang digunakan pada jamu kunyit sirih yaitu kunyit segar, daun sirih, temu kunci, biji pinang, asem jawa, gula aren, garam secukupnya dan air.

  Cara pengolahan jamu kunyit sirih yaitu cuci bersih kunyit, daun sirih dan temu kunci. Haluskan kunyit dan temu kunci, tambahkan air dan peras. Tambahkan daun sirih, biji pinang yang sudah dimemarkan, gula aren dan asem jawa, rebus sampai mendidih, saring dan dinginkan.

  6. Jamu gula asem Jamu gula asem dimanfaatkan untuk membantu melangsingkan tubuh, membantu kekebalan tubuh dan membantu melancarkan pencernaan. Bahan utama pada jamu ini yaitu asem jawa. Cara pembuatan jamu gula asem yaitu rebus air, gula, asem jawa dan garam sampai mendidih, kemudian saring dan dinginkan.

  7. Jamu cabe puyang Jamu cabe puyang dimanfaatkan untuk mengurangi pegal, membantu melancarkan peredaran darah dan membantu meningkatkan stamina atau vitalitas pria. Bahan yang digunakan pada ramuan ini berupa lempuyang segar, cabe jawa, kunyit segar, air dan garam.

  Cara pembuatan jamu cabe puyang yaitu cuci bersih kunyit dan lempuyang, haluskan kemudian peras. Tambahkan air, cabe jawa dan garam, rebus hingga mendidih, saring dan dinginkan.

  8. Jamu sinom Jamu sinom adalah jamu yang terbuat dari daun asem muda atau disebut sinom, asem jawa, kunyit, gula aren, air dan garam. dan membantu menyegarkan badan. Cara pembuatannya yaitu cuci bersih kunyit dan daun sinom yang sudah dihilangkan tangkainya, haluskan kunyit dan peras, tambahkan air, masukkan daun sinom, asem jawa, gula aren dan garam, rebus hingga mendidih, saring dan dinginkan.

  9. Jamu pahitan Jamu pahitan dimanfaatkan untuk mengurangi gatal, alergi, membantu membersihkan darah, mengeringkan luka, mengurangi asam urat, membantu pengobatan diabetes dan meningkatkan nafsu makan pada anak-anak.

  Bahan yang digunakan untuk membuat ramuan jamu pahitan yaitu sambiloto, batang brotowali, akar alang-alang, ceplik sari dan air. Cuci bersih semua bahan, tambahkan air, rebus sampai mendidih, saring dan dinginkan.

  10. Minuman secang Minuman secang merupakan ramuan jamu segar yang dibuat dari kayu secang, jahe segar, gula putih, kapulaga, kembang lawang, biji pala, batang mesoyi, batang sereh, daun jeruk, daun pandan, buah cabe jawa, buah cengkeh, batang kayu manis, air dan garam. Dimanfaatkan untuk membantu menyegarkan badan, mengurangi pegal-pegal, masuk angin dan perut kembung, membantu melancarkan peredaran darah.

  Cara pembuatannya adalah cuci bersih semua bahan. Iris jahe, masukkan semua bahan, tambahkan air, rebus hingga mendidih, saring dan dinginkan.

E. Purwokerto

  Purwokerto adalah ibu kota kabupaten Banyumas, provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Purwokerto terletak di selatan gunung Slamet, terletak terbagi menjadi 4 kecamatan dengan 27 kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2015 di tiap kecamatan kota Purwokerto menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yaitu kecamatan Purwokerto Selatan sejumlah 83.596 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 41.958 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 41.638 jiwa, kecamatan Purwokerto Barat sejumlah 59.210 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 29.241 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 29.969 jiwa, kecamatan Purwokerto Timur sejumlah 65.465 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 32.289 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 33.176 jiwa, dan kecamatan Purwokerto Utara sebesar 53.259 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 26.676 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 26.583 jiwa. Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh peneliti, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas belum mempunyai data terkait profil penggunaan obat tradisional pada usaha jamu gendong di wilayah Purwokerto.