BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II PUNAN DEWI MAHARDHIKA FARMASI'16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah Tekanan darah arteri adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur yaitu tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS adalah kekuatan tekanan darah tertinggi terhadap dinding arteri sewaktu jantung berkontraksi, sedangkan TDD adalah tekanan darah terendah terhadap pembuluh darah arteri sewaktu jantung istirahat diantara dua denyut yang diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi (Anonim, 2006). TDS lebih tinggi daripada TDD karena tensi selalu bervariasi tinggi rendah sesuai detak jantung (Tjay dan Rahardja, 2007).
Tekanan darah dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup. Besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard dan alir balik vena.Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada pembuluh darah (arteri dan arteriole) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan arteriole, dan elastisitas dinding pembuluh darah (Nafrialdi, 2007).
B. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi.
American Society of Hypertention (ASH) mendefinisikan hipertensi
sebagai suatu sindrom kardiovaskular yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal 120
80 Pre Hipertensi 120-139 80-89 Hipertensi Hipertensi Stage 1 140-159 90-99 Hipertensi Stage 2
≥ 160 ≥ 100
[Sumber: Chobanian et al, 2003] Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 < 80 Normal < 130 < 85 Normal tinggi 130-139 85-89 Hipertensi Stage 1 140-159 90-99 (ringan) 140-149 90-94 Sub-grup perbatasan Hipertensi Stage 2 160-179 100-109 (sedang) Hipertensi Stage 3 ≥ 180 ≥ 110 (berat) Hipertensi sistolik > 140 < 90 terisolasi 140-149 < 90 Sub-grup perbatasan
[Sumber: Sani, 2008] 2. Etiologi Hipertensi a. Hipertensi primer atau hipertensi essensial
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial (hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Penyebab hipertensi essensial adalah multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik ini dapat berupa adanya riwayat penyakit kardiovaskuler, sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap vasokonstriksi), dan resistensi insulin. Sedangkan faktor lingkungan dapat berupa makan garam (natrium) berlebihan, stres psikis, dan obesitas (Nafrialdi, 2007).
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid atau obat obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada tabel 3. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder.
Tabel 3. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi Penyakit Obat
Penyakit ginjal kronis Kortikosteroid, ACTH Hiperaldosteronisme Estrogen (biasanya pil KB dengan kadar primer estrogen tinggi) Sindroma Cushing NSAID, cox-2-inhibitor Pneochromocytoma Fenilpropanolamine dan analog Koarktasi aorta Cyclosporin dan tacrolimus Penyakit tiroid atau Eritropoetin paratiroid Sibutramin
Antidepresan (terutama venlafaxine)
[Sumber: Gusmirah, 2010] 3. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah, yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldostreron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldostreron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat kompleks. Faktor-faktor tersebut mengubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi: mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah, dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipacu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stres dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi yangnpersisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina, dan susunan saraf pusat.
Progesifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada umur 40-60 tahun (Sharma., et, al., 2008).
4. Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah adalah faktor risiko seperti diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis, sistem saraf simpatis (tonus simpatis dan variasi diurnal), keseimbangan modulator vasodilatasi dan vasokontriksi, serta pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin dan aldosteron. Pasien pre-hipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi; mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular daripada yang tekanan darahnya lebih rendah. Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik >140 mmHg yang merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dari pada tekanan darah diastolik. Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg. Risiko penyakit kardiovaskular ini bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor risiko lainnya, serta individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami hipertensi (Yogiantoro, 2014).
Tabel 4. Faktor Resiko Kardiovaskular
Dapat Dimodifikasi Tidak dapat Dimodifikasi
Hipertensi Umur (pria > 55 tahun, wanita > 65 tahun) Merokok Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler prematur (pria < 55 tahun, Obesitas (BMI ≥30) Physical Inactivity wanita < 65 tahun) Dislipidemia Diabetes mellitus Mikroalbuminemia atau GFR <60 ml/min
[Sumber: Yogiantoro, 2014]
5. Diagnosis Hipertensi
Pemeriksaan pada hipertensi menurut PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia) (2003), terdiri atas:
1. Riwayat penyakit
a. Lama dan klasifikasi hipertensi
b. Pola hidup
c. Faktor-faktor risiko kelainan kardiovaskular
d. Riwayat penyakit kardiovaskular
e. Gejala-gejala yang menyertai hipertensi
f. Target organ yang rusak
g. Obat-obatan yang sedang atau pernah digunakan
2. Pemeriksaan fisik a.
Tekanan darah minimal 2 kali selang dua menit b. Periksa tekanan darah lengan kontra lateral c. Tinggi badan dan berat badan d. Pemeriksaan funduskopi e. Pemeriksaan leher, jantung, abdomen dan ekstemitas f. Refleks saraf
3. Pemeriksaan laboratorium a.
Urinalisa b. Darah : platelet, fibrinogen c. Biokimia : potassium, sodium, creatinin, GDS, lipid profil, asam urat
4. Pemeriksaan tambahan
a. Foto rontgen dada
b. EKG 12 lead
c. Mikroalbuminuria
d. Ekokardiografi
6. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencapai tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg dan mengendalikan setiap faktor risiko kardiovaskular. Terapi antihipertensi pada berbagai uji klinis berhubungan erat dengan penurunan kejadian strok 35-40%, infark miokard 20-25, dan gagal jantung >50% (Feldman dkk, 2009).
a. Terapi Non-Medikamentosa
Terapi nonmedikamentosa adalah terapi perubahan gaya hidup, seperti diet rendah garam, aktivitas fisik yang teratur, menurunkan berat badan, pembatasan minum alkohol dan tidak merokok. Bila perubahan gaya hidup tidak cukup memadai naka dimulai terapi medikamentosa (National Heart, Lung and Blood Institue, 2004).
b. Terapi Non-Farmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan pre- hipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel 5 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII.
c. Terapi Farmakologi
Pengobatan hipertensi tiap individu berbeda, tergantung level tekanan darahnya, adanya kerusakan organ, respon terapi dan toleransi pasien terhadap efek obat. Karakteristik demografi mempengaruhi pilihan obat.Orang Afro Amerika lebih berespon terhadap diuretic dan calcium channel blocker daripada beta blocker dan ACE imhibitor. Biaya obat juga mempengaruhi kepatuhan pasien minum obat. Diuretik merupakan obat yang paling murah (National Heart, Lung and Blood Institue, 2004).
Tabel 5. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi*
Modifikasi Rekomendasi Kira-kira penurunan tekanan darah, range
Penurunan berat badan (BB)
Pelihara berat badan normal (BMI 18,8-24,9)
5-20 mmHg/10kg penurunan BB
Adopsi pola makan DASH
Diet kaya dengan buah, sayur, dan produk susu rendah lemak 8-14 mmHg
Diet rendah sodium Mengurangi diet sodium, tidak lebih dari 100meq/L (2,4 g sodium atau 6 g sodium klorida)
2-8 mmHg Aktivitas fisik
Regular aktifitas fisik aerobik seperti jalan kaki 30 menit/hari, beberapa hari/minggu
4-9 mmHg Minum alkohol sedikit saja
Limit minum alkohol tidak lebih dari 2/hari (30 ml etanol mis.720 ml beer, 300ml wine untuk laki-laki dan 1/hari untuk perempuan)
2-4 mmHg
Singkatan: BMI, body mass index; BB, berat badan; DASH, Dietary
Approach to stop Hypertension*berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara
keseluruhan [Sumber: Gusmirah, 2010]
Gambar 1. Algoritma pengobatan hipertensi menurut JNC 8 [Sumber: JNC 8, 2014]
Non Blok: Memulai dengan diuretik thiazid atau ACEI atau dengan
2. Menambahkan obat ke-2 sebelum mencapai dosis maksimal obt pertama
1. Memaksimalkan obat pertama sebelum menambahkan obat ke-2
ARB dengan pemberian tunggal atau kombinasi Memilih strategi titrasi terapi obat:
Semua Ras: Memulai dengan ACEI atau dengan
Blok: Memulai dengan diuretik thiazid atau CCB dengan pemberian tunggal atau kombinasi
ARB atau CCB dengan pemberiantunggal atau kombinasi
TD goal: SBP <140 mmHg DBP <90 mmHg
Usia > 18 tahun Merubah Gaya Hidup
TD goal: SBP <140 mmHg DBP <90 mmHg
TD goal: SBP <140 mmHg DBP <90 mmHg
TD goal: SBP < 150 mmHg DBP <90 mmHg
CKD CKD dengan atau tidak diabetes
Umur <60 tahun Semua umur dengan diabetes non
Mengatur TD goal dan memulai dengan obat penurunan tekanan darah berdasarkan usia,diabetes dan CKD Umur ≥60 tahun
3. Memulai dengan 2 obat yang berbeda gol atau sebagai kombinasi dosis tetap
Tabel 6. Obat antihipertensi
Golongan obat Nama obat Dosis mg/hari Frekuensi harian Diuretik tiazid Chlorothiazide 125-500 1-2
Chlorthalidone 12,5-25
1 Hydrochhlorothiazide 12,5-50
1 Plythiazide 2-4
1 Indapamide 1,25-2,5
1 Metolazone 0,5-1
1 Metolazone 2,5-5
1 Loop diuretic Bumetanide 0,5-2
2 Furosemide 20-80
2 Torsemide 2,5-10
1 Diuretik hemat Amiloride 5-10 1-2 kalium Triamterene 50-100 1-2 Penghambat Eplerenone 50-100
1 reseptor Spironolaktone 25-50 1 aldosterone
Beta-bloker Atenolol 25-100
1 Butaxolol 5-20
1 Bisoprolol 2,5-10
1 Metoprolol 50-100 1-2 Metoprolol extended 50-100
1 release Nadolol 40-120
1 Propanolol 40-160
2 Propanolol long-acting 60-180
1 Timolol 20-40
2 Beta-bloker Acebutolol 200-800
2 dengan aktivitas Penbutolol 10-40 1 simpatomimetik Pindolol 10-40
2 Kombinasi alfa- Carvedilol 12,5-50
2 beta bloker Labetalol 200-800
2 Penghambat Benazepril 10-40
1 ACE Captopril 25-100
2 Enalapril 5-40 1-2 Fosinopril 10-40
1 Lisinopril 10-40
1 Moexipril 7,5-30
1 Perindopril 4-8
1 Quinapril 10-80
1 Ramupril 2,5-20
1 Trandolapril 1-4
1 Antagonis Candesartan 8-32
1 angiotensin II Eprosartan 400-800 1-2 Irbesartan 150-300
1 Losartan 25-100 1-2 Olmesartan 20-40
1 Telmisartan 20-80
1 Valsartan 80-320 1-2
Tabel 6. Obat antihipertensi (Lanjutan)
Calcium Channel Diltiazem extended 180-420
1 bloker release (Cardezem CD, nondihidropiridin Dilacor XR, Tiazact)
Diltiazem extended release (Cardizem LA) 120-540
1 Verapamil immediate release (Calan SR, Isoptin SR) 80-320
2 Verapamil long acting (Calan SR, Isoptin SR)
Verapamil (Coer, 120-480 1-2 Covera HS, Verelan
PM) 120-360
1 Calcium Channel Amlodipine 2,5-10
1 bloker Felodipine 2,5-20 1 dihidropiridin Isradipine 2,5-10
2 Nicardipine sustained release 60-120
2 Nifedipine long-acting 30-60
1 Nisoldipine 10-40
1 Alfa-1 bloker Doxazosin 1-16
1 Prazosin 2-20 2-3 Terazosin 1-20 1-2
Agonis alfa-2 Clonidine 0,1-0,8
2 sentral dan obat Slonidine patch 0,1-1,3/minggu lain yang bekerja Methyldopa 250-1000
2 sentral Reserpine 0,1-0,25
1 Guanfacine 0,5-2
1 Vasodilator Hydralazine 25-100 2
2 langsung Minoxidil 2,5-80 1-2
2
[Sumber: Gusmirah, 2010] 7. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi dengan Bahan Alam
Obat bahan alam dikelompokkan menjadi obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Menurut keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor: HK.00.05.4.2411 tentang ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia Obat dikatakan obat tradisioanal bila memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan data empiris dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Bahan-bahan alam yang dapat menurunkan tekanan darah, antara lain;
a. Alpukat (Persea gratissima) Khasiat: Berkhasiat sebagai obat sariawan, sedangkan daunnya berkhasiat sebagai diuretik.
Kandungan kimia: Buah dan daunnya mengandung alkaloida,
saponin, dan flavonoida, buahnya mengandung tanin dan daunnya mengandung polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001).
b. Bawang putih (Allium sativum L.) Khasiat: Berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, obat pusing dan
antibiotika. Umbi ini berkhasiat sebagai ekspektoran dan sedatif, profilaksis atrosklerosis dan mengobati infeksi saluran napas atas.
Kandungan kimia: Umbi yang segar mengandung aliin 0,2-1,0 %.
Aliin atau S-alil-l-sisteina adalah senyawa mudah larut dalam air, yang dapat erhodrolisis melalui aktivitas enzim aliinliase membentuk alisin, amoniak, dan asam ketoasetat.umbi lapis Allium sativum juga mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000).
c. Belimbing manis (Averrhoa carambola L.)
Khasiat: Berkhasiat sebagai obat batuk dan obat hipertensi. Bunganya
berkhasiat sebagai obat batuk, obat masuk angin dan obat sakit gigi.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung alkaloida, saponin dan
flavonoid (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001).d. Belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L.)
Khasiat: Daunnya digunakan sebagai antibakteri, obat sariawan,
antipiretik, antidiabetes, obat gatal, obat batuk dan obat jerawat.Buahnya dapat digunakan sebagai antihipertensi, obat kolik, dan obat batuk.Bunganya dapat digunakan sebagai obat batuk dan obat sakit perut.
Kandungan kimia: Daun, buah, batang mengandung saponin,
flavonoida. Daunnya juga mengandung tannin dan batangnya mengandung alkaloida dan polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001).
e. Ceplukan (Physalis angulata L.)
Khasiat: Berkhasiat sebagai antioksidan, antihipertensi, obat bisul,
kencing manis.
Kandungan kimia: Polifenol, asam sitrat, fisalin sterol/terpen, saponin,
flavonoid, alkaloid (Djubaedah, 1995).f. Jati belanda (Guazuma ulmifolia lamk) Khasiat: Berkhasiat sebagai antihipertensi dan obat ulkus peptik.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung alkaloida dan flavonida,
saponin, tanin, triterpen, pilofenol, kardenolin dan bufadienol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000) g.
Kumis kucing (Orthosiphon spicatus B.B.S.)
Khasiat: Daunnya berkhasiat sebagai peluruh air seni, obat batu ginjal,
obat kencing manis, obat antihipertensi.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung flavonoid dengan komponen
utama sinensetin < 1,1% eupatorin dan ortosifonin; asam fenolat; saponin (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001)
h. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Khasiat: Buah dan daunnya berkhasiat sebagai obat batuk dan obat
radang usus, daunnya berkasiat sebagai oabt kencing manis.
Kandungan kimia: Ekstrak kental buah mengkudu mengandung
minyak atsiri < 0,4 % dan skopolektin < 0,4 %. Kandungan kimia lain adalah asam oktoanoat, kalium, vitamin C, iridoid, rubiadin (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000).
i. Labu siem (Sechium edule Sw.)
Khasiat: Sebagai antihipertensi, antiinflamasi, antimikroba,
antioksidan, antitumor, obat batu ginjal dan arteriosklerosis.
Kandungan kimia: Alkaloida nonfenolik, saponin, sterol, triterpen,
flavonoid glikosida (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000) j.
Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)
Khasiat: Bijinya berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, obat
encok, obat eksim dan obat masuk angin.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung saponin, flavonoida dan
polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000) k.
Mentimun (Cucumis sativus L.)
Khasiat: Buahnya berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi,
penyegar badan dan bahan kosmetika. Bijinya sebagai obat cacing.
Kandungan kimia: Daun dan buah mengandung saponin, flavonoida
dan polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001) l.
Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)
Khasiat: Herba sambiloto berkhasiat sebagai obat demam, obat
penyakit kulit, obat kencing manis, obat masuk angin, obat rdang telinga, penawar racun, diuretik dan obat tifoid.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung saponin, falvonoida dan
tannin (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000) m.
Seledri (Apium graveolens L.)
Khasiat: Herba seledri berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi,
obat masuk angin, penghilang rasa mual, dan menurunkan kolesterol darah.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung saponin, favonoida dan
polifenol. Buahnya mengandung 2-3% minyak atsiri yang mengandung terpena, yang terdiri dari limonene 60% dan salinena 10% (komponen utama), sedangkan yang lainnya adalah p- simena, β-terpinol, β-pinena, β-kariofilena, α-santanol, dihidrokarvoa, dan butilftalida yang menimbulkan bau dan memiliki daya kerja sedatif. Komponen yang lain adalah anhidrida asam sedanonat, lakton asam sedanonat, dan fenol. Buahnya mengandung furanokumarin dan glikosiada kumarin (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001) n.
Daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) Khasiat: Rebusan daunnya digunakan sebagai diuretik dan peluruh batu ginjal.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung senyawa golongan
flavonoida, termasuk flavon apigenin-7-glikosida, luteolin-7-glikosida, luteolin-7-glikuronida, dan luteolin-7-rutenosid, serta senyawa kumarin aeskuletin. Ditemukan senyawa lipid diasilgalaktosilgliserol, monogalaktosilgliserol, diasilgalaktosilgliserol. Senyawa lain adalah lupeilasetat, b-amirin, lupeol, sitosterol dalam bentuk aglikon dan pinoresinol (Wiryowidagdo, 2007)
o. Buah buni (Juniperus communis L.) Khasiat: Simplisia ini digunakan sebagai diuretik, penambah nafsu
makan, dan menghilangkan dyspepsia, sedangakan obat luar untuk mengobati neuralgia dan rematik.
Kandungan kimia: Simplisia mengandung minyak atsiri tidak kurang
dari 1,0%. Minyak atsiri mengandung 60 macam senyawa terpena dengan kadar 40- 70%, terutama campuran α-pinena dan β-pinena.
Komponen lain adalah kardinena, terpinena-4-ol, kariofilena, epoksidihidrokariofilena, terpenil asetat dan kamfer. Buahnya juga mengandung glikosida flavon, zat warna, gula dan resin (Wiryowidagdo, 2007) C.
Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personal terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo berlokasi di Jl. Dr. Angka No.2 Purwokerto. Fungsionalisasi lokasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto diresmikan secara keseluruhan pada tanggal 12 November 1995.
Dalam Peraturan Daerah (perda) No. 8 tahun 2008 tersebut disebutkan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut RSUD adalah lembaga teknis daerah yang merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah Daerah dibidang pelayanan rumah sakit yang masing-masing dipimpin oleh seorang direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Untuk menunjang pengelola RSUD dapat dibentuk komite-komite, instalasi dan satuan pengawas intern yang
.
pengaturannya ditetapkan dengan keputusan Direktur Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti, selama periode tahun ini, total pasien hipertensi yang berada di Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo sebanyak 4922 pasien, dengan jumlah pasien laki-laki sebanyak 2105 pasien, dan jumlah pasien perempuan sebanyak 2817 pasien, di mana kebanyakan pasien tersebut merupakan lansia atau di atas 60 tahun. Di rumah sakit tersebut hipertensi berada di peringkat ke-4 dalam 5 besar penyakit prevalensi tertinggi, setelah CHF, CA mamae, dan Hipertensi dengan komplikasi ginjal.