BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Jefri Januanto BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi dan

  merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang. Tindakan pembedahan yang direncanakan dapat menimbulkan respon fisiologis dan psikologis pada pasien. Rentang respon akibat pembedahan terhadap individu, pengalaman masa lalu, pola koping, kekuatan dan keterbatasan. Pasien dan keluarga memandang setiap pembedahan sebagai peristiwa besar yang dapat menimbulkan takut dan cemas tingkat tertentu. Respon psikologis pada pasien dan keluarga tergantung pada pengalaman masa lalu, strategi koping yang bisa digunakan, signifikasi pembedahan serta sistem pendukung. Angka kejadian pasien yang dilakukan tindakan pembedahan di Amerika Serikat adalah dari 1.000 orang, 5 orang meninggal dan lumpuh 100 orang, sedang di Indonesia dari 1.000 pasien yang meninggal 6 orang dan yang lumpuh 90 orang. Setelah dipresentasikan di dunia Internasional, standar Indonesia tidak beda jauh dari Amerika Serikat dan negara maju (Budiman, 2008).

  Data survey pendahuluan diruang rawat Rumah Sakit Islam Purwokerto dari jumlah pasien pre operasi selama 3 bulan yaitu bulan Oktober sampai dengan Desember 2013 tercatat 122 pasien pre operasi yang dilaksanakan.

  1 Salah satu tindakan untuk mengurangi tingkat kecemasan adalah dengan cara mempersiapkan mental diri dari pasien (Potter & Perry, 2005). Menurut Brunnert & Suddarth, (2002) persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga atau orang terdekat pasien. Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kecemasan dapat timbul karena kesiapan psikologis terhadap pembedahan belum optimal. Perawat sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pasien mengatasi kecemasannya. Pasien secara mental harus dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan. Dalam hal ini hubungan baik antara penderita, keluarga, dan tenaga kesehatan sangat membantu untuk memberikan dukungan sosial atau

  support system (Arini, 2003).

  Ketika kehilangan seseorang yang dicintai atau penyakit yang datang menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau kehilangan, misalnya saja, individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri sendiri dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungannya. Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain. Secara individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup dan sumber dari makna hidup. Dengan jelas, kemampuan perawat untuk mendapat gambaran tentang dimensi spiritual pasien yang jelas mungkin dibatasi oleh lingkungan dimana orang tersebut mempraktikkan spiritualnya. Hal ini benar jika perawat mempunyai kontak yang terbatas dengan pasien dan gagal untuk membina hubungan. Pertanyaaannnya adalah bukan jenis dukungan spiritual apa yang dapat diberikan tetapi secara sadar perawat mengintegrasikan perawat spiritual kedalam proses keperawatan. Perawat tidak perlu menggunakan alasan “tidak cukup waktu” untuk menghindari pengenalan nilai spiritualitas yang dianut untuk kesehatan kilen (Potter & Perry, 2005).

  Kebutuhan spiritual pasien yang terpenuhi menjadikan pasien lebih tenang dalam menghadapi penyakit yang dideritanya, sabar dan tidak mudah cemas. Penelitian Dodi (2011) menunjukan adanya pengaruh yang signifikan pelayanan kebutuhan spiritual oleh perawat terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi. Suatu survey yang dilakukan oleh majalah Time dan CNN (1996) & USA Weekend (1996) dikutip oleh Hawari (2001), menyatakan bahwa lebih dari 70% pasien percaya bahwa keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berdoa dan berzikir dapat membantu proses penyembuhan penyakit, dan lebih dari 64% pasien menyatakan bahwa hendaknya dokter memberikan terapi psiko religius, doa dan dzikir. Dari survey ini terungkap bahwa sebenarnya pasien membutuhkan terapi keagamaan (terapi spiritual) selain terapi dengan obat-obatan dan tindakan medis lainnya.

  Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti didapatkan data bahwa di Rumah Sakit Islam Purwokerto sudah tersedia perangkat pendukung untuk pelaksanaan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien berupa Kerangka Acuhan Bimbingan Rohani, namun setelah peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa perawat mereka mengatakan lebih mengandalkan tim bimbingan rohani dalam pemenuhan spiritual pasien dari pada melakukan sendiri dan saat melakukan tidak mengacu pada kerangka acuan bimbingan rohani. Berdasarkan uraian di atas tampak adanya dua pertentangan. Di satu sisi tampak pentingnya asuhan spiritual untuk mengatasi kecemasan pada pasien pre operasi, namun di sisi lain fakta permasalahan aplikasi asuhan spiritual oleh perawat belum optimal. Untuk itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan asuhan keperawatan spiritual dalam upaya menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi. Hal tersebut membuat peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan pengaruh terapi spiritual bimbingan doa dan dukungan keluarga terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka peneliti untuk merumuskan masalah yaitu “Adakah Pengaruh Pelayanan Terapi Spiritual Bimbingan Doa dan Dukungan Keluarga Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat Rumah Sakit Islam Purwokerto?”

  C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pelayanan terapi spiritual bimbingan doa dan dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang rawat Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien sebelum dilakukan terapi spiritual bimbingan doa dan dukungan keluarga di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien sesudah dilakukan terapi spiritual bimbingan doa dan dukungan keluarga di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  c. Menganalisa pengaruh dukungan keluarga terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Pasien Untuk membantu pasien dalam pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya melalui tindakan pemenuhan kebutuhan secara komprehensif dan berkesinambungan.

  2. Bagi Ilmu Keperawatan/Profesi a. Sebagai masukan bermakna demi pengembangan profesi keperawatan .

  b. Masukan bagi profesi keperawatan pada lahan penelitian terkait untuk menentukan kebijakan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan individu.

  3. Bagi Institusi Sebagai bahan bacaan diperpustakaan atau sumber data bagi peneliti lain yang memerlukan masukan berupa data atau pengembangan penelitian dengan judul yang sama demi kesempurnaan penelitian ini.

  4. Bagi Peneliti Merupakan pengalaman berharga terhadap peneliti dalam rangka menambah wawasan keilmuan.

  5. Bagi Peneliti Selanjutnya Bahan acuan untuk penelitian selanjutnya tentang pengaruh pelayanan kebutuhan spiritual oleh perawat dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi.

E. Keaslian Penelitian

  Penelitian tentang reward dan motivasi kerja sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu sebagai berikut: Peneliti oleh Ludy (2011) yang berjudul “Hubungan Beban Kerja

  Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD Ambarawa”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di Ruang Rawat Inap Penyakit Bedah (Ruang Cempaka). Uji statistik yang digunakan adalah uji Spearman Rho. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara beban kerja perawat dengan pemenuhan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien pre operasi (r = - 0,521 dan p = 0,016).

  Peneliti oleh Dodi (2011) yang berjudul “Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spiritual Oleh Perawat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Ruang Rawat RSI Siti Rahmah Padang 2011”. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan pendekatan Time Series Design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 orang responden pre operasi yang diambil secara non probality sampling dengan tekhnik accidental sampling, yaitu 20 orang responden pre operasi yang mendapatkan pelayanan kebutuhan spiritual oleh perawat. Uji statistik yang digunakkan adalah uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan, pelayanan kebutuhan spiritual oleh perawat terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi (p = 0,001).

  Peneliti oleh Sul is (2012) yang berjudul “Pemberian Terapi Spiritual Bimbingan Doa Efektif Untuk Menurunkan Score Hopellesness (keputusan) Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di RSUD Margono Soekarjo Purwokert o”. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimental dengan desain Pre and Post Test Control Group menggunakan pendekatan Kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani program terapi hemo dialisis di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Jumlah sampel yang digunakan adalah 98 sampel 49 kempok kasus dan 49 kelompok kontrol. Karena keterbatasan jumlah pasien yang memenuhi kriteria tertentu menjadi 26 kelompok kasus dan 26 kelompok kontrol. Uji yang digunakan adalah Uji Slovin. Hasil Penelitian menunjukkan Pemberian Terapi spiritual bimbingan doa efektif menurunkan Score

  

Hopellesness (keputusan) Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi

Hemodialisis (p = 0,004), hipotesis nol ditolak maka terdapat hubungan.