BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter - BAB II ARIN NUGRAHITA PGSD'16
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter merupakan kualitas diri yang membuat seseorang berbeda dengan lainnya atau unik. Karakter menurut Samani dan Hariyanto (2012:41) dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan akibat dari keputusannya. Menurut Salahudin dan Irwanto (2013:42) karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Hubungannya dengan pendidikan, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari- hari dengan sepenuh hati.
7 Beberapa pengertian menurut ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah ciri khas kepribadian individu maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik untuk membantu hidup di masyarakat dan bernegara.
b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut (Salahudin dan Irwanto,2013:43).
1) Pengembangan potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik 2) Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik
3) Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur
Pancasila Menurut Hamid dan Saebani (2013:39), tujuan pendidikan karakter adalah sebagai berikut.
1) Membentuk siswa berpikir rasional, dewasa, dan bertanggung jawab.
2) Mengembangkan sikap mental yang terpuji. 3) Membina kepekaan sosial anak didik. 4) Membangun mental optimis dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan.
5) Membentuk kecerdasan emosional. 6) Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, takwa, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil, dan mandiri. Ruang lingkup atau sasaran dari pendidikan karakter itu sendiri adalah:
1) Satuan pendidikan 2) Keluarga 3) Masyarakat
2. Percaya Diri
a. Pengertian Percaya Diri
Salah satu kunci utama kesuksesan seseorang adalah ada tidaknya rasa percaya diri. Percaya diri merupakan hal yang sangat penting dalam diri seseorang. Dariyo (2011:206) berpendapat bahwa percaya diri (self-confidence) ialah kemampuan individu untuk dapat memahami dan meyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya.
Selain itu , percaya diri menurut Mustari (2014:51) adalah keyakinan bahwa orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Percaya diri juga merupakan keyakinan orang atas kemampuannya untuk menghasilkan level-level pelaksanaan yang mempengaruhi kejadian-kejadian yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Berdasarkan pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa percaya diri merupakan sikap yakin pada kemampuan diri sendiri dalam melakukan sesuatu. Rasa percaya diri juga mendorong individu untuk mengetahui hal-hal dapat mempengaruhi dalam kehidupan.
b. Ciri-Ciri Percaya Diri
Percaya diri merupakan salah satu tekad individu untuk memperoleh sesuatu. Dariyo (2011:206) memberikan ciri-ciri orang yang percaya diri adalah sebagai berikut. 1) Mempunyai inisiatif 2) Mempunyai kreatif 3) Optimis terhadap masa depan 4) Mampu menyadari kelemahan dan kelebihan diri sendiri 5) Berpikir positif 6) Menganggap semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya
Dari pendapat di atas, dalam penelitian ini percaya diri siswa yang dinilai adalah memiliki keyakinan pada diri seorang siswa. Kemampuan dalam menyampaikan gagasan, pendapat, ataupun kritik dan saran, persamaan kesempatan yang untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah, dan menghilangkan rasa minder atau rendah diri siswa. Rasa percaya diri sangatlah penting bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
c. Pendidikan Percaya Diri dalam Pembelajaran
Untuk mendidik kepercayaan diri anak, keluarga di rumah harus membawa anak pada kepercayaan dirinya, yaitu bahwa sang anak dapat melakukan sesuatu, belajar sesuatu, membicarakan sesuatu dengan baik. Mustari (2014:57) menyatakan untuk mendidik kepercayaan diri anak di sekolah, guru-guru dapat mendidik siswanya agar dapat yakin akan kemampuan dirinya sendiri. Misalnya, siswa harus bisa berani menyatakan pendapat, harus bisa tampil dihadapan orang lain (misalnya pidato, menyanyi, menari, dan lain-lain), harus yakin, tidak ragu-ragu akan tindakan yang dipilihnya, tidak mencontek pekerjaan orang lain, dan lain-lain.
Rasa percaya diri ini harus selalu ada karena dengan percaya diri itulah manusia ada, dan dengan percaya diri itu pula dia bisa berprestasi. Rasa percaya diri harus dimiliki siswa karena rasa percaya diri berguna dalam kehidupan bermasyarakat dan rasa percaya diri menjadikan siswa dalam membuat keputusan tidak ragu-ragu.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam mencari pengetahuan yang baru. Menurut James O. Whittaker (Ahmadi & Widodo, 2013:126) berpendapat bahwa belajar didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Slameto (2010:2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang disadari atau disengaja dalam interaksi dengan lingkungannya untuk memperoleh perubahan tingkah laku.
Adapun beberapa ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam proses belajar menurut Slameto (2010:3-4) yaitu: 1) Terjadi secara sadar
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2) Bersifat kontinu dan fungsional Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis dan terus-menerus.
3) Bersifat positif dan aktif
Perubahan-perubahan senantiasa bertambah dan bertuju untuk memperoleh sesuatu lebih baik dari sebelumnya. Semakin banyak usaha belajar yang dilakukan, maka semakin banyak dan baik perubahan yang diperoleh, sedangkan perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4) Bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi karena proses belaja bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. 5) Bertujuan dan terarah
Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai dan perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar terjadi. 6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku
Hasil dari perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Proses belajar terdapat beberapa faktor-fator yang mempengaruhinya. Slameto (2010:54-70) menggolongkan faktor- faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
1) Faktor-faktor intern, digolongkan menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
a) Faktor jasmaniah (1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta begian-bagiannya atau bebas dari penyakit.
(2) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.
b) Faktor psikologis Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis antara lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.
c) Faktor Kelelahan
Antara lain kelelahan jasmani maupun rohani yang dapat dihilangkan dengan cara tidur, istirahat, rekreasi, ibadah yang teratur, dan olahraga secara teratur.
2) Faktor-faktor ekstern, dapat digolongkan menjadi 3 faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
a) Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah
c) Faktor masyarakat
Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat yang mempengaruhi belajar.
3) Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah. Hamdani (2011:138-139) prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Menurut pendapat Arifin (2011:12) prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas yang telah dikuasai peserta didik. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Selain itu prestasi belajar dapat dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seorang siswa baik individu maupun kelompok sebagai bukti telah melaksanakan suatu usaha- usaha belajar dalam suatu proses pembelajaran. Prestasi belajar juga dapat menggambarkan sejauh mana penguasaan pelajaran yang dipahami oleh siswa.
4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang diperoleh oleh peserta didik memiliki dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hamdani (2011:139-145) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut.
a) Kecerdasan (Intelegensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Perkembangan ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.
c) Sikap Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya.
Sikap positif ini akan menggerakannya untuk belajar. Adapun siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar.
d) Minat Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang. Minat itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa beban.
e) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat itu sendiri sangat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar pada bidang-bidang studi tertentu.
f) Motivasi Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula, dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2) Faktor Eksternal
a) Keadaan keluarga Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
b) Keadaan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pembelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
c) Lingkungan masyarakat
Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi. Lingkungan membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga masyarakat yang menghargai nilai-nilai soisal, bertanggung jawab, mencintai lingkungan alam, dan menjadi warga dunia yang cinta damai. Menurut Trianto (2011: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
Mata pelajaran IPS merupakan meta pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Menurut Somantri (Sapriya, 2011: 11) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah seleksi dari disiplin ilmu- ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Menurut Kosasih (Trianto, 2010: 173) Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat tempat anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan masyarakat.
Pendidikan IPS berusaha membantu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya.
Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu sosial yang mempelajari manusia dan lingkungan sebagai bekal siswa dalam kehidupan di masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial juga memiliki tujuan agar siswa mampu menyikapi permasalahan yang timbul didalam masyarakat dengan dinamis.
b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Setiap mata pelajaran memiliki tujuan pembelajaran yang akan dicapai, salah satunya adalah mata pelajaran IPS. Menurut Gross (Solihatin dan Raharjo,2009:14) menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well functioning citizens in a
democratic society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk
mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya. Senada dengan pendapat Gross, Trianto (2011:174) juga berpendapat bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Sapriya (2011:194-195) tujuan mata pelajaran IPS memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebagai berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan 4) Memiliki berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari mata
pelajaran IPS pada dasarnya adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental yang positif , serta terampil dalam memecahkan masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat.
c. Karakterisitik Mata Pelajaran IPS
Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang beersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
Mata pelajaran IPS memiliki beberapa karakteristik, menurut Trianto (2011:174) karakteristik mata pelajaran IPS adalah:
1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humainora, pendidikan, dan agama. 2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. 4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan.
d. Standar Kompetensi (SK) dan Materi Pembelajaran
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 SK dan KD IPS Kelas IV SD Semester IStandar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami sejarah,
1.4 Menghargai keragaman kenampakan alam, suku bangsa dan budaya keragaman suku bangsa di setempat (Kabupaten/Kota, lingkungan kabupaten/kota Provinsi) dan provinsi Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (Kabupaten/Kota, Provinsi).
Masyarakat Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa. Keragaman ini dapat dialami dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, warga Rukun Tetangga terdiri dari beberapa suku bangsa. RT ini menjadi cermin keadaan suatu negara. Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Menurut ahli-ahli antropologi, ada sekitar tiga ratus kelompok suku bangsa di Indonesia. Indonesia memiliki 33 provinsi. Setiap provinsi memiliki suku bangsa serta budaya yang berbeda. Perbedaan budaya membuat Indonesia menjadi negara yang menarik di dunia. Keragaman budaya memiliki kekhasan.
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Setempat Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Berbagai suku bangsa mendiami pulau seluruh Indonesia. Mulai dari Sabang sampai Merauke. Indonesia terdiri atas lima pulau besar. Pulau tersebut adalah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Setiap satu pulau didiami lebih dari satu suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki kehidupan beragam. Mulai dari yang masih primitif hingga modern. Penyebab perbedaan kehidupan tersebut dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Setiap suku bangsa memiliki bentuk dan keragaman adat istiadat.
Budaya Setempat Keragaman suku bangsa menghasilkan budaya yang beragam.
Bentuk keragaman itu berupa pakaian adat, rumah adat, tarian daerah, lagu daerah, alat musik daerah, adat istiadat setempat/upacara adat, serta makanan khas daerah.
Gambar 2.1 Pakaian Adat Propinsi di IndonesiaRumah Adat Minangkabau Rumah Adat Dayak
Gambar 2.2 Rumah Adat Provinsi di Indonesia Tarian Adat Aceh Tarian Adat BaliGambar 2.3 Tarian Adat Provinsi di IndonesiaSumber: BSE Kelas IV (2008) Menghargai Keragaman Budaya setempat merupakan akar budaya nasional. Menghargai keragaman budaya akan memperkokoh persatuan dan kesatuan. Persatuan dan kesatuan merupakan kekuatan bangsa. Kekuatan itu untuk menuju ke arah kemajuan.
Perbedaan yang ada di masing-masing daerah wajib dihargai, baik dalam kehidupan di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat. Cara menghargai keragaman diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Senang belajar budaya daerah lain
2. Gemar melihat pertunjukan atau pentas budaya daerah
3. Tidak menganggap rendah budaya bangsa lain
4. Menghindari sikap kedaerahan
5. Menghormati budaya daerah secara positif
6. Tidak merendahkan budaya bangsa lain
4. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest,
Assesment, Satisfaction)
a. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS
Menurut Ahmadi, Sofan, dan Tatik (2011:69-71) model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS
(Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan
oleh Keller dan Kopp sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori harapan (expactancy value
theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari
tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen yaitu attention,
relevance, confidance, dan satisfaction dengan singkatan ARCS.
Modifikasi model pembelajaran ARCS menjadi model pembelajaran ARIAS, model pembelajaran yang mengandung lima komponen yaitu attention (minat/perhatian), relevance (relevansi),
confidence (percaya/yakin), satisfaction (kepuasaan/bangga), dan
assesment (evaluasi). Makna dari modifikasi ini adalah usaha
pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada diri peserta didik. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan nyata peserta didik, berusaha menarik minat/perhatian peserta didik, kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada diri peserta didik dengan memberikan penguatan (reinforcement). Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.
b. Komponen dalam Model Pembelajaran ARIAS
Model pembelajaran ARIAS memiliki komponen-komponen yang sangat menujang dalam proses pembelajaran. Menurut Ahmadi, Sofan, dan Amri (2011:71-77) komponen dalam pembelajaran ARIAS terdapat lima komponen antara lain sebagai berikut.
1. Assurance (percaya diri)
Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah
assurance (percaya diri) yaitu berhubungan dengan sikap percaya,
yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Menurut Gagne dan Driscoll (Ahmadi, Sofan, dan Tatik, 2011:71) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimanapun kemampuan yang dimiliki.
Sikap dimana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan.
2. Relevance (relevan)
Komponen kedua model pembelajaran ARIAS yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat, dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu jika apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memliliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
b. Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa yang akan datang. c. Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa.
3. Interest (minat/perhatian)
Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS adalah
interest, yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa.
Menurut Keller (Ahmadi, Sofan, dan Tatik, 2011:74) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (Ahmadi Sofan, dan Tatik, 2011:74) menunjukan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka.
Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain sebagai berikut.
a. Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.
c. Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan megubah gayaa mengajar.
d. Mengadakan komunikasi non verbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demontrasi dan simulasi.
4. Assessment (penilaian)
Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah
assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap
siswa. Evaluasi merupakan bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid. Bagi guru, evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami siswa, untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok, untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi. Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah: a. Mengadakan evaluasi dan memberi umpan baik terhadap kinerja siswa b. Memberikan evaluasi yang objektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa c. Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri d. Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman
5. Satisfaction (kepuasan/rasa bangga)
Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah
satisfaction, yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas
atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah
reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil
mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan instrinsik dimana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu.
Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik. Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. (Ahmadi, Sofan, dan Tatik, 2011:77).
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Model ARIAS
Langkah-langkah pembelajaran model ARIAS ini adalah sebagai berikut.
1) Pemberian motivasi oleh guru kepada siswa agar siswa lebih percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran (Assurance) 2) Guru menyampaikan materi pelajaran dengan mengaitkan manfaat pelajaran dalam kehidupan siswa (Relevance) 3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, yang terdiri dari 4-5 anak yang dibentuk secara heterogen (Interest)
4) Guru memberikan tes formatif pada siswa tentang materi yang telah disampaikan (Assessment) 5) Guru menganalisis hasil evaluasi dan memberi penguatan kepada siswa agar memiliki rasa bangga atas hasil yang dicapai (Satisfaction)
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Desak Gd Susi Ulandari, Ni Wayan Suniasih, dan I Komang Ngr Wiyasa (2014:1-10) dalam Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dengan judul “Model Pembelajaran ARIAS Berbantuan Media Visual Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Saraswati Tabanan Tahun Ajaran 2013/2014” menunjukan bahwa dari analisis hasil belajar IPS siswa diperoleh t hitung = 2,23 > t tabel = 2,00 dengan taraf signifikan 5% dan dk = 72 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran ARIAS berbantuan Media Visual dan yang dibelajarkan dengan Pembelajaran Konvensional kelas V SD Saraswati Tabanan tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Assurance, Relevance, Interest,
Assessment, Satisfaction (ARIAS) berbantuan Media Visual berpengaruh
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Saraswati Tabanan Tahun Ajaran 2013/2014.
Berdasarkan jurnal dengan judul “Model Pembelajaran ARIAS Untuk Meningkatkan Kualitas Belajar Mata Kuliah Anatomi Tumbuhan
” oleh Triana Kartika Santi (2009:84-93) dalam Jurnal Ilmiah PROGRESSIF Vol.6 No.17 Agustus 2009, hasil penelitian menunjukan bahwa hasil penilaian ketuntasan tiga ranah didapatkan peningkatan yang signifikan, pada nilai kognitif mengalami peningkatan, yaitu sebelum siklus mahasiswa yang tuntas (nilai lebih dari 70) adalah 65,5%, setelah siklus I mencapai 73,5% dan pada siklus II mencapai 81,5%. Pada ranah afektif, hasil sebelum siklus adalah 70,5%, setelah siklus I diperoleh hasil 72% dan pada siklus II mencapai 90%. Pada ranah psikomotorik didapat hasil awal 65,2%, setelah siklus I mencapai 70,2% dan siklus II 78,5%.
Sehingga target tindakan tercapai, ini menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS sangat cocok untuk meningkatkan kualitas belajar mahasiswa pada mata kuliah Anatomi Tumbuhan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas yaitu pada penelitian ini, pembelajaran model ARIAS digunakan untuk mata pelajaran
IPS dan untuk mengukur sikap percaya diri siswa kelas IV dalam belajar di SD Negeri 3 Linggasari. Hasil penelitian menjadi salah satu dasar pemilihan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
C. Kerangka Pikir
Dalam proses belajar mengajar, guru berperan sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar terutama prestasi belajar yang dicapai siswa. Pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 3 Linggsari masih belum optimal karena masih dijumpai beberapa masalah yang dihadapi.
Berikut ini adalah kerangka pikir yang telah disusun untuk pembelajaran IPS melalui model pembelajaran ARIAS.
Rasa percaya diri Kondisi Awal siswa dan prestasi belajar IPS rendah
SIKLUS I
Tindakan Pembelajaran dengan model pembelajaran
ARIAS SIKLUS II
Rasa percaya diri dan prestasi belajar Kondisi Akhir
IPS meningkat
Gambar 2.1 Kerangka Pikir PenelitianD. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran ARIAS mampu meningkatkan percaya diri siswa dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 3 Linggasari
2. Penerapan model pembelajaran ARIAS mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS siswa kelas IVA SD Negeri 3 Linggasari