BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori - BAB II RIZQI TAFIP RIYADI PGSD'14

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori

  1. Perhatian orang tua

  a. Pengertian perhatian orang tua Menurut Santrock (2007: 137) atensi (perhatian) adalah berkonsentrasi dan upaya mental yang terfokus. Atensi memiliki sifat selektif dan dapat beralih (shiftable). Slameto (2010: 105) perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Walgito (2010: 110) perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Sedangkan menurut Parkin (Desmita, 2011: 126) perhatian (atensi) adalah sebuah konsep multi-dimensonal yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-ciri dan cara-cara merespons dalam sistem kognitif.

  Menurut John Flavel (Desmita, 2011: 127) mendeskripsikan empat aspek perhatian yang berkembang seiring dengan bertambah besarnya anak, yaitu: 1) Ketika anak tumbuh semakin besar, ia lebih mampu mengendalikan perhatiannya.

  2) Seiring dengan perkembangannya, anak-anak menjadi lebih baik dalam menyesuaikan kemampuan perhatiannya dengan tugas.

  5

  3) Anak-anak mengembangkan kemampuannya untuk merencanakan bagaimana ia akan mengarahkan perhatiannya. Mereka akan mencari kata kunci untuk menentukan sesuatu yang penting dan siap untuk memperhatikan.

  4) Anak-anak mengembangkan kemampuan mereka untuk memonitor perhatiannya, menetapkan apakah mereka menggunakan strategi yang tepat, dan mengubah pendekatan saat diperlukan untuk mengikuti rangkaian peristiwa yang kompleks.

  Menurut Purwanto (2011: 49) orang tua (ayah dan ibu) adalah pendidik yang pertama dan yang sudah semestinya. Merekalah pendidik asli, yang menerima tugas dari kodrat, dari tuhan untuk mendidik anak- anaknya. Oleh karena itu Brooks (2011: 13) menjelaskan orang tua mempunyai wewenang utama untuk memenuhi kebutuhan anak karena orang tua dianggap mengetahui hal-hal terbaik bagi anaknya dan membawa serangkaian kebutuhan serta kualitas dalam proses pengasuhan anak. Brooks (2011: 38) menambahkan orang tua juga mempengaruhi pertumbuhan anak secara tidak langsung melalui penggabungan sumber daya dan membantu anak memanfaatkan keberadaan mereka untuk bertumbuh. Selain itu Ormrod (2009: 93) mengatakan orang tua dapat mempengaruhi kepribadian anak-anak mereka secara signifikan melaluai berbagai macam hal yang mereka lakukan dan tidak mereka lakukan.

  Menurut Purwanto (2011: 49) orang tua mempunyai kewibawaan yang memiliki dua sifat, yaitu: 1) Kewibawaan pendidikan

  Kewibawaan yang dimiliki orang tua bertujuan untuk memelihara keselamatan anak-anaknya agar mereka dapat hidup terus dan selanjutnya berkembang jasmani dan rohaninya menjadi manusia dewasa. Adapaun nasihat-nasihat yang diminta atau diterimanya dari orang tua meskipun orang yang meminta atau menerima nasihat itu sudah dewasa dan pendidikan dari orang tua sudah berakhir. 2) Kewibawaan keluarga

  Orang tua merupakan kepala keluarga. Tiap-tiap keluarga merupakan masyarakat kecil yang sudah tentu dalam masyarakat itu harus ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan dijalankan. Tiap anggota keluarga harus patuh kepada peraturan-peraturan yang berlaku dalam keluarga itu.

  Menurut Brooks (2011: 458) orang tua mempunyai kewajiban untuk membuat anak dapat hidup dalam lingkungan yang aman, mendapatkan sekolah yang berkualitas, serta memiliki buku, mainan, pelajaran, perjalanan, dan pelatihan yang menstimulus sesuai kebutuhan. Brooks (2011: 508) menjelaskan bahwa orang tua juga harus menjaga komunikasi dengan terbuka, peka, penyelesaian masalah bersama, dukungan terhadap eksplorasi dan kemandirian anak. Brooks (2011: 514) menjelaskan tugas orang tua kepada anaknya adalah sebagai berikut: 1) Memberi perhatian, hadir, dan responsif, menggunakan pengasuhan berwenang dan mencontohkan perilaku yang diinginkan.

  2) Mengawasi dan membimbing perilaku anak dan menumbuhkan ketertarikan pada teman.

  3) Menjaga ritual keluarga. 4) Berperan sebagai penerjemah pengalaman anak dalam dunia yang lebih luas.

  5) Berpartisipasi dalam kegiatan anak di luar rumah dengan cara yang mendukung.

  6) Berperan sebagai penasihat anak dengan kewenangan di luar rumah. 7) Berbagi kegiatan di waktu luang dan bersenang-senang di dalam dan di luar rumah.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulakan perhatian orang tua adalah suatu tindakan yang dilakukan orang tua untuk membantu anak berkembang dan memberikan rasa aman pada kehidupan anak. Perhatian yang diberikan orang tua mempunyai peranan penting bagi anak karena orang tua adalah model yang ditiru dan diteladani, oleh karnanya orang tua harus bisa memberikan perhatian kepada anaknya untuk menciptakan hubungan yang baik antara anak dengan orang tua. Sochib (2010: 29) menyatakan bahwa orang tua dalam keluarga berperan sebagai guru, penuntun, pengajar, serta sebagai pemimpin pekerjaan dan pemberi contoh. Dengan demikian orang tua sebagai pendidik pertama bagi anak harus benar-benar mampu mendidik anak supaya anak mempunyai kepribadian yang baik.

  b. Bentuk-bentuk perhatian orang tua Bentuk perhatian orang tua dapat ditunjukan dengan memenuhi alat perlengkapan belajar, tempat belajar, pengawasan belajar, menjalin komunikasi, pemberian penghargaan, dan hukuman. 1) Alat perlengkapan belajar

  Gie (1988: 43-53) membagi alat perlengkapan belajar menjadi dua, yaitu: a) Prabot belajar

  Selain sikap siswa dan persyaratan untuk belajar dengan baik, usaha di sekolah itu memerlukan alat perlengkapan secukupnya yang hendaknya dimiliki oleh setiap siswa. Perbekalan belajar ini terdiri dari peralatan tulis dan perabot untuk kamar, yaitu meja dan kursi belajar serta lemari buku.

  b) Peralatan tulis Belajar tidak pula dapat dilakukan tanpa alat-alat belajar secukupnya. Semakin lengkap alat-alat itu, semakin dapat seorang siswa belajar dengan tidak terganggu. Selain buku-buku pelajaran, alat-alat yang harus dimiliki sendiri oleh setiap siswa adalah vulpen, tinta, pensil, karet penghapus, alat penajam pensil, perekat, kertas tulis, dan buku notes.

  Tersedianya alat-alat belajar bagi anak sangat penting untuk membantu anak dalam melaksanakan pendidikan yang sedang dilaksanakan, karena alat-alat pelajaran adalah kebutuhan pokok bagi seorang anak untuk menyelesaikan pendidikan yang sedang ditempuhnya. Menurut slameto (2010: 68) alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Sedangkan Purwanto (2010: 105) mengatakan jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan lebih giat dan lebih maju. 2) Tempat belajar

  Gie (1988: 30) menjelaskan bahwa untuk dapat belajar dengan sebaik-baiknya ialah tersedianya tempat belajar. Setiap siswa hendaknya mengusahakan sedapat-dapatnya agar mempunyai suatu tempat belajar yang tertentu. Apabila tidak dapat memperoleh ruang tersendiri yang khusus digunakan untuk belajar, maka kamar tidur dapat juga dijadikan tempat belajar yang sangat baik kalau para siswa memperhatikan beberapa hal dan kebiasaan yang baik. Tempat belajar bagi seorang anak adalah suatu hal penting, karena dengan tempat belajar yang nyaman anak akan lebih mudah dalam melaksanakan proses belajar. Dengan kondisi tempat belajar yang sesuai dengan keinginan anak, untuk melaksanakan sebuah pembelajaran sanngat mudah dan menyenangkan.

  3) Pengawasan belajar Pengawasan belajar yang dilaksanakan orang tua, anak akan merasa diperhatikan dan mendapatkan kasih sayang dari orang tua.

  Menurut Purwanto (2011: 179) pengawasan adalah alat pendidikan yang penting dan harus dilaksanakan, biarpun secara berangsur- angsur anak itu harus diberi kebebasan.

  Slameto (2010: 61) mengatakan orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur jadwal belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak/kurang berhasil dalam belajarnya. 4) Menjalin komunikasi

  Menjalin komunikasi harus dilakukan oleh setiap mahluk hidup untuk menciptakan suasana kehidupan yang bermakna dan menciptakan hubungan antar mahluk hidup. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung.

  Komunikasi yang dilakukan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan secara tatap muka atau bertemu dengan lawan bicara.

  Sedangkan komunikasi tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti handphone, surat, maupun jaringan sosial. Purwanto (2011: 126) mengatakan perlulah ada kerjasama atau hubungan yang erat antara sekolah dengan keluarga atau orang tua. Oleh karena itu hubungan antara sekolah dengan orang tua sangat diharapkan dan terlaksana dengan baik.

  5) Pemberian penghargaan Pemberian penghargaan kepada anak akan menimbulkan

  

energy yang positif. Menurut Hurlock (2013: 90) penghargaan tidak

  perlu berbentuk materi, tetapi dapat juga berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung. Selain itu Hurlock (2013: 90) menjelaskan bahwa penghargaan mempunyai tiga peranan penting dalam mengajarkan anak untuk berprilaku sesuai dengan cara yang direstui masyarakat:

  a) Penghargaan mempunyai nilai mendidik,

  b) Penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk menulangi perilaku yang disetujui secara sosial.

  c) Penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku ini.

  Pemberian penghargaan dari orang tua mempunyai peranan yang penting dalam mendidik anak, sekecil apapun penghargaan wajib diberikan untuk memotivasi anak baik itu penghargaan berupa materi maupun bukan materi (senyuman dan tepuk tangan).

  6) Pemberian hukuman Menurut Hurlock (2013: 86) hukuman berasal dari kata kerja latin, punire dan berarti menjatuhkan hukuman kepada seorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaransebagai ganjaran atau pembalasan. Purwanto (2011: 186) hukuman ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya). Pemberian hukuman bagi anak yang melakukan kesalahan adalah suatu yang wajar, memberi hukuman untuk anak yang melakukan kesalah bertujuan untuk memberikan pengetahuan bahwa yang telah dilakukan bukanlah suatu yang benar dan tidak boleh diulangi.

  Menurut Hurlock (2013: 87) hukuman mempunyai tiga peranan penting dalam pekembangan moral anak: a) Menghalangi. Hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat.

  b) Mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapatkan hukuman karena melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan tindakan yang diperbolehkan.

  c) Memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. Pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan indikator untuk mengukur perhatian orang tua terdiri dari empat aspek yaitu: 1) Pemenuhan alat-alat belajar 2) Pengawasan belajar 3) Membantu belajar anak 4) Komunikasi yang positif

  2. Kebiasaan Belajar

  a. Pengertian kebiasaan belajar Syah (2013: 117) setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasannya akan tampak berubah, proses pembiasaan meliputi pengurungan perilaku yang tidak diperlukan. Pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif dan otomatis. Sedangkan menurut Burghardt (Syah, 2013: 116) kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.

  Menurut Gredler (2011: 2) belajar (learning) adalah proses multisegi yang biasanya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks. Purwanto (2010: 102) belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Syah (2013: 87) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Slameto (2010: 82) menjelaskan tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan.

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dialami seorang anak untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan dimanapun dan kapanpun. Proses belajar dapat terjadi apabila ada kemauman yang timbul dari dalam diri anak untuk mencapai suatu perubahan yang positif dan untuk mendapatkan hasil belajar yang diinginkan oleh anak atau hasil belajar yang baik.

  Menurut Slameto (2010: 82-87) kebiasaan belajar yang mempengaruhi belajar, yaitu: 1) Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya

  Pembuatan jadwal belajar bagi seorang siswa merupakan tugas pokok. Karena pembuatan jadwal belajar bertujuan untuk membagi waktu dalam kehidupan sehari-hari. Jadwal belajar yang dibuat oleh siswa berpengaruh terhadap proses belajar. Oleh karena itu supaya mendapatkan hasil belajar yang baik, maka seorang siswa dituntut untuk membuat jadwal belajar yang baik dan melaksanakannya dengan teratur supaya mendapatkan hasil belajar yang baik.

  Menurut Gie (1988: 69-70) pedoman pokok untuk pembuatan jadwal adalah sebagai berikut: a) Kelompokkanlah waktu sehari-hari untuk keperluan tidur, belajar, makan, mandi, olahraga, dan urusan-urusan pribadi lainnya.

  b) Selidiki dan tentukanlah waktu yang tersedia untuk belajar setiap hari.

  c) Merencanakan penggunaan waktu itu dengan jalan menetapkan macam-macam mata pelajaran berikut urut-urutannya yang harus dipelajari setiap hari.

  d) Mata pelajaran yang akan dipelajari diurutkan dari yang tersukar sampai yang termudah.

  e) Bila waktu terbatas, berilah jatah waktu tertentu bagi setiap mata pelajaran dan kemudian belajarlah dengan penuh konsentrasi dalam batas waktu yang telah ditentukan itu.

  f) Berhematlah dengan waktu. Dalam belajar mulailah dengan seketika dan selesaikan secepat mungkin.

  Selain itu Gie (1988: 70-71) membagi waktu siswa dalam satu hari yang mempunyai waktu 24 jam dan digolongkan seperti berikut: a) Tidur setiap harinya 8 jam

  b) Makan, mandi, dan senam 3 jam

  c) Urusan-urusan peribadi 2 jam

  d) Sisanya untuk belajar 11 jam 2) Membaca dan membuat catatan

  Kebiasaan belajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses belajar anak. Karena hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca. Supaya dapat belajar dengan baik maka perlulah membaca dengan baik pula, karena membaca adalah alat belajar.

  Slavin (2008: 254) pembuatan catatan dapat efektif untuk jenis bahan tertentu, karena hal itu dapat meminta pengolahan gagasan-gagasan utama dalam pikiran, karena sesorang mengambil keputusan tentang apa yang akan ditulis.

  Menurut Gie (1988: 93) ciri-ciri pembaca yang efisien adalah sebagai berikut: a) Mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam membaca.

  b) Mengerti betul isi buku yang dibacanya.

  c) Sehabis membaca dapat mengingat sebagian besar atau pokok- pokok dari apa yang dibacanya.

  d) Dapat membaca dengan cepat.

  Menurut Robison (Gie, 1988: 95-96) menganjurkan cara untuk mempelajari buku-buku pelajaran yang disebut metode survey Q3R. Survey Q3R adalah singkatan dari survey, question, read, recite, dan review. Seorang siswa hendaknya melaksanakan 5 macam langkah berikut ini: a) Survey (menyelidiki)

  Sebelum membaca suatu bab dari buku pelajaran setiap siswa hendaknya melakukan penyelidikan terlebih dahulu untuk mendapat gambaran mengenai apakah yang kira-kira diuraikan dalam bab ini.

  b) Question (bertanya) Setelah melakukan survey hendaknya seorang siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Ini dilakukan dengan mengubah kalimat-kalimat permulaan yang dibaca sepintas lalu dijadikan pertanyaan-pertanyaan.

  c) Read (membaca) Setelah melakukan dua langkah permulaan itu, barulah seorang siswa boleh memulai membaca buku tersebut.

  d) Recite (mengucapkan kembali) Setelah selesai membaca suatu bagian yang memuat jawaban atas sesuatu pertanyaan, segeralah ia mengucapkan kembali jawaban itu dengan tidak melihat buku.

  e) Review (mengulangi) Setelah bab itu selesai, segeralah seorang siswa mengulangi apa yang baru saja dibacanya itu dengan memeriksa kembali kertas catatannya.

  3) Mengulangi bahan pelajaran Mengulangi bahan pelajaran merupakan kebiasaan belajar yang baik, karena dengan adanya pengulangan (review) bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Untuk memudahakan dalam mengulang pelajaran maka seorang siswa dapat membuat ringkasan, kemudian untuk mengulang cukup belajar dari ringkasan ataupun juga dapat dari mempelajari soal yang sudah pernah dibuatnya. Agar dapat mengulang dengan baik maka perlulah kiranya disediakan waktu untuk mengulang dan menggunakan waktu itu sebaik-baiknya, untuk menghafal dengan bermakna dan memahami bahan yang diulang secara sungguh- sungguh.

  4) Konsentrasi Menurut Gie (1988: 61) konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar maka konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran.

  Konsentrasi bagi seorang siswa yang sedang belajar merupakan hal yang sangat penting karena konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Konsentrasi besar pengaruhnya terhadap belajar. Jika seseorang mengalami kesulitan berkosentrasi, jelas belajarnya akan sia-sia, karena hanya membuang tenaga, waktu dan biaya saja. Gie (1988: 61) menambahkan konsentrasi merupakan akibat dari perhatian, terutama perhatian yang bersifat spontan yang ditimbulkan oleh minat terhadap suatu hal.

  Cara yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan konsentrasi menurut Gie (1988: 62-64) adalah sebagai berikut: a) Mempunyai minat yang besar terhadap pelajaran yang dipelajarinya.

  b) Mempunyai tempat belajar (ruang, meja, dan kursi) yang khusus dipergunakan untuk keperluan belajar.

  c) Meja belajar hendaknya bersih dari benda yang tidak bersangkut- paut dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari.

  d) Selesaikan masalah yang mengganggu belajar.

  e) Alat tulis dan kertas merupakan alat yang sangat berguna untuk membantu menciptakan konsentrasi.

  f) Biasakannlah untuk mencapai hasil tertentu dalam belajar, misalnya bertekad bahwa dalam 1 jam harus selesai membaca sekian halaman atau tidak meninggalkan meja belajar apabila belum menyelesaikan bab tertentu.

  g) Lakukanlah istirahat apabila kejenuhan terjadi ketika belajar agar pikiran jernih, kemudian bergantilah mempelajari sesuatu mata pelajaran yang sama sekali berlainan. 5) Mengerjakan tugas

  Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan tes atau ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk mengerjakan latihan- latihan yang ada dalam buku-buku ataupun soal-soal buatan sendiri. Sesuai prinsip di muka, jelas mengerjakan tugas itu mempengaruhi hasil belajar. Supaya siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, tes, ulangan umum dan ujian.

  b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto

  (2010: 54-71) dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

  1) Faktor-faktor intern Faktor intern dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. a) Faktor jasmaniah

  • Faktor kesehatan

  Sehat berarti dalam kehidupan baik segenap badan dan anggota tubuh/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal yang sehat.

  • Cacat tubuh

  Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu berarti buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain.

  b) Faktor psikologis

  • Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif mengetahui relasi dan mempelajarinya secara cepat.
  • Perhatian Menurut Gazali perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada obyek untuk menjamin hasil belajar yang baik.

  • Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang.
  • Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan berlatih.
  • Motif James Driver memberikan pengertian tentang motif sebagai berikut : Motive is an effective-conative factor which

  operates in dete rmining the direction of an individual’s

behavior to wards an end or goal, consiouusly apprehended

or unconsiouusly.

  • Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
  • Kesiapan Menurut Jamies drever kesiapan adalah kesedian untuk membeir response atau bereaksi. Kesiapan adalah kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.

  c) Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan rohani (bersifat psikis).

  • Kelelahan jasmani

  Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainyatubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

  • Kelelahan rohani

  Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuhan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan suatu hilang. 2) Faktor-faktor ekstern

  Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

  a) Faktor keluarga

  • Cara orang tua mendidik

  Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. mengatakan orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur jadwal belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak/kurang berhasil dalam belajarnya.

  • Relasi antaranggota keluarga

  Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lainpun turut mempengaruhi belajar anak.

  • Suasana rumah

  Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian- kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar.

  • Keadaaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Fasilitas belajar terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
  • Pengertian orang tua

  Anak belajar perlu adanya dorongan dan pengertian dari orangtua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.

  • Latar belakang budaya

  Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

  b) Faktor sekolah

  • Metode mengajar

  Metode mengajar suatu cara yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar.

  • Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
  • Relasi guru dengan siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam
psroses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.

  • Relasi siswa dengan siswa

  Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak.

  • Disiplin sekolah

  Kedisplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan siswa, kebersihan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.

  • Alat pelajaran

  Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu.

  • Waktu sekolah

  Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar si sekolah, waktu itu dapat pagi, siang, sore/malam hari.

  • Standar pelajaran di atas ukuran

  Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar.

  • Keadaan gedung

  Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di setiap kelas.

  • Metode belajar

  Banyak siswa melaksanakn cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu.

  • Tugas rumah

  Waktu belajar terutama adalah sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan- kegiatan lain.

  c) Faktor masyarakat

  • Kegiatan siswa dalam masyarakat

  Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan kepribadiannya. Tetapi jika siswa ambil bagian dari kegiatan yang ada di masyarakat.

  • Mass media

  Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, tv, surat kabar, majalh, buku-buku, komik-komik, dan lain-lain.

  Mass media yang baik memberi berpengaruh terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.

  • Teman bergaul

  Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalm jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siwa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan aspek indikator untuk mengukur kebiasaan belajar terdiri dari empat aspek yaitu:

  1) Pemanfaatan waktu 2) Menyelesaikan tugas sekolah dan rumah 3) Membaca dan membuat ringkasan materi 4) Mengulang materi pelajaran

  3. Prestasi Belajar

  a. Pengertian prestasi belajar Menurut Arifin (2013: 12) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang hidup terus menerus dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Syah (2013: 148) prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.

  Menurut Arifin (2013: 12-13) Prestasi belajar (achievement) mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peseta didik.

  b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi bia sanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.

  c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

  Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

  d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu instuisi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat di jadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat.

  Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

  b. Pembelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Ilmu pengetahuan alam 1) Matematika

  Matematika menurut Ruseffendi (1991) dalam Heruman (2010: 1) adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang di definisikan, ke aksioma atau postolat, dan akhirnya ke dalil. Siswa di sekolah dasar pada umumnya masih berusia 7 sampai 13 tahun, oleh karena itu pembelajar yang dilakukan oleh seorang guru harus bersifat kongkrit atau nyata. Sehingga langkah-langkah pembelajarannya harus denagan cara-cara tertentu. Dalam pembelajaran matematika disekolah dasar memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang mendalam, karena dalam pembelajaran di sekolah harus benar dan mengikuti perkembangan setiap peserta didik

  Menurut Heruman (2010: 2) langkah-langkah pembelajaran matematika di sekolah dasar (SD) yaitu:

  • Penanaman konsep dasar (penanaman konsep)

  Penanaman konsep adalah pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Dengan pembelajaran konsep ini, media dan alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

  • Pemahaman konsep

  Pemahaman konsep adalah pembelajaran lanjut dari pemahaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memehami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian, yaitu: a) Pemahaman konsep merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam suatu pertemuan.

  b) Pemahaman konsep merupakan pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep.

  • Pembinaan Keterampilan Pembinaan keterampilan adalah pembelajaran lanjut dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Pembinaan keterampilan terdiri dari dua pengertian, yaitu:
a) Pembinaan keterampilan merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam suatu pertemuan.

  b) Pembinaan keterampilan merupakan pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep.

  Prestasi belajar matematika adalah hasil belajar yang dicapai siswa berupa ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai bilangan dan simbol-simbol dari tes hasil belajar yang diberikan oleh guru dan dimasukan ke buku raport.

  2) Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia menurut Muslich dan I Gusti (2010: 40) bahasa indonesia berasal dari bahasa melayu riau, salah satu bahasa daerah yang berada di wilyah Sumatera. Bahasa melayu Riau inilah yang diangkat oleh para pemuda “kongres Pemoeda” 28 Oktober 1928 di Solo menjadi bahasa Indonesia. Pendidikan bahasa indonesia di ajarkan kepada siswa di sekolah dasar yang bertujuan untuk menanamkan bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan sebagai bahasa komunikasi antar warga.

  Menurut Muslich dan Oka (2010: 44-47) ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok dalam bahasa indonesia adalah sebagai berikut:

  • Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jenis kelamin. Kalau kita ingin menyatakan jenis kelamin cukup diberikan kata keterangan petunjuk jenis kelamin.
  • Bahasa indonesia mempergunakan kata tertentu untuk menunjukan jamak. Artinya, bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jamak. Sistem ini pulalah yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa asing lainnya.
  • Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan waktu. Kaidah pokok inilah yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa asing lainnya.
  • Susunan kelompok kata dalam bahasa indonesia biasanya mempergunakan hukum D-M (hukum Diterangkan- Menerangkan), yaitu kata diterangkan (D) di muka yang menerangkan (M).
  • Bahasa Indonesia juga mengenal lafal buku, yaitu lafal yang tidak dipengaruhi oleh lafal asing dan/atau lafal daerah. Apabila seseorang menggunakan bahasa Indonesia lisan dan lewat lafalnya dapat diduga atau dapat diketahui dari suku mana ia berasal, maka lafal orang itu bukanlah lafal bahasa Indonesia baku. Dengan kata lain, kata-kata bahasa Indonesia harus bebas dari pengaruh lafal asing dan/atau lafal daerah.

  Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia untuk menjalin komunikasi sesasama warga negara. Selain itu bahasa Indonesia juga digunakan untuk memperstukan masyarakat yang ada di Indonesia.

  3) Ilmu pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan alam menurut Mulyasa (2009: 110) ilmu pengetahuan alam berhubungan cara mencari tahu tentang alam secara sintesis, sehingga ilmu pengetahuan alam bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

  Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari alam semesta beserta benda-benda yang ada di dalamnya. Dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam di sekolah dasar siswa di ajak untuk mempelajari mahluk hidup yang ada di bumi, mulai dari mempelajari tumbuhan, hewan, dan manusia. Dalam proses pembelajarannya siswa harus bisa memahami setiap materi yang ada, karena materi yang diajarkan sudah terbukti kebenarannya melalui penelitian ilmiah oleh peneliti. Pembelajaran ilmu pengetahuan alam disekolah dasar biasanya menggunakan alat peraga yang digunakan untuk membantu siswa dalam mempelajari materi yang sedang dipelajarinya. Prestasi belajar ilmu pengetahuan alam biasanya sudah terlihat ketika siswa sedang mengikuti proses pebelajaran karena dalam prosesnya banyak kegiatan yang dilakukan secara langsung. Selain itu ilmu pengetahuan alam juga sering kali disebut sains karena dalam prosesnya melakukan penelitian yang nyata dan dapat dibuktikan kebenarannya.

  Menurut Mulyasa (2009: 111) tujuan pelajaran ilmu pengetahuan alam adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha

  Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya.

  2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep ilmu pengetahuan alam yang bermanfaan dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara ilmu pengetahuan alam, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

  6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

  Penelitian oleh Roida Eva Flora Siagian tentang pengaruh minat dan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika mununjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan F = 3,35 yang artinya

  hitung = 20,705 ≥ F tabel

  terdapat pengaruh minat dan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.

  Penelitian oleh Lena Maharani dan Abdullah Taman tentang pengaruh kebiasaan belajar dan perhatian orang tua terhadap prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri 1 Ngaglik mununjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan F hitung = 53,466 ≥ F tabel = 3,11 yang artinya terdapat pengaruh kebiasaan belajar dan perhatian orang tua terhadap prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri

  1 Ngaglik.

  Dari penelitian di atas dapat dilihat bahwa perhatian orang tua dan kebiasaan belajar belajar terdapat pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

C. Kerangka Pikir

  1. Pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar Perhatian adalah berkonsentrasi dan upaya mental yang terfokus.

  (Santrock, 2007: 137). Perhatian yang diterima oleh setiap anak pasti berbeda-beda. Hal ini di sebabkan dengan pekerjaan dan status orang tua yang berbeda-beda sehingga membuat keaneka ragaman perhatian yang didapatkan oleh setiap anak, mulai dari anak yang mendapatkan perhatian orang tua secara baik maupun anak yang tidak mendapatkan perhatian orang tua. Namun tidak semua anak yang mendapatkan perhatian mendapatkan prestasi belajar yang baik, serta ada anak yang kurang mendapatkan perhatian orang tua juga mendapatkan prestasi belajar yang baik.

  2. Pengaruh kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Baik itu kebiasaan belajar yang timbul dari kesadaran diri sendiri, maupun kebiasaan belajar dari perhatian orang tua. Oleh karna itu Syah (2013: 117) mengatakan setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasannya akan tampak berubah, proses pembiasaan meliputi pengurungan perilaku yang tidak diperlukan. Pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif dan otomatis. Sedangkan belajar (learning) adalah proses multisegi yang biasanya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks. (Gredler, 2011: 2). Dengan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh anak, maka akan mempengaruhi prestasi belajar dan mendapatkan prestasi belajar yang baik.

  Namun tidak semua anak yang melakukan kebiasaan belajar yang baik mendapatkan prestasi belajar yang baik, karena tidak semua anak mudah untuk memahami materi. Ada juga anak perlu kebiasaan belajar yang lebih tinggi untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik, tetapi ada beberapa anak yang tidak memerlukan kebiasaan belajar yang tinggi juga mendapatkan prestasi belajar yang baik.

  3. Pengaruh perhatian orang tua dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar Perhatian orang tau dan kebiasaan belajar merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Karena perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. (Slameto, 2010: 105).

  Perhatian yang dilakukan orang tua membuat anak lebih bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan arahan yang sudah jelas. Selain itu Burghardt (Syah, 2013: 116) mengatakan kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Oleh karena itu perhatian orang tua diperlukan untuk mengarahkan anak berprilaku sesuai dengan aturan yang berlaku. Dengan perhatian orang tua dan kebiasaan belajar yang baik, maka anak akan mendapatkan prestasi belajar yang baik. Karena pada dasarnya prestasi belajar dapat dicapai dengan mudah apabila ada kemauan belajar yang tinggi dari anak tersebut.

D. Hipotesis

  Berdasarkan kajian teori di atas dan kerangka berpikir, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap prestasi belajar.

  2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar.

  3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara perhatian orang tua dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar.