PETA MINAT VOKASIONAL SISWA SMA DAN SMK DI KOTA SALATIGA BERBASIS TEORI HOLLAND Peta Minat Vokasional Siswa SMA Dan SMK Di Kota Salatiga Berbasis Teori Holland.
PETA MINAT VOKASIONAL SISWA SMA DAN SMK DI KOTA SALATIGA
BERBASIS TEORI HOLLAND
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada:
Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister Sains Psikologi
Oleh :
DIMAS ANGGALIH HERLY SAPUTRO
NIM : S 300 100002
MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
PETA MINAT VOKASIONAL SISWA SMA DAN SMK DI KOTA SALATIGA
BERBASIS TEORI HOLLAND
DIMAS ANGGALIH
NIM : S 300 100002
MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
RINGKASAN
Penelitian ini digunakan untuk mengklasifikasikan siswa menurut jenis sekolah dan
minatnya. Populasi penelitian ini terdiri dari siswa –siswa SMA dan SMK se Kota
Salatiga. Sampel diambil dari purposive random sampling terhadap jenis sekolah
(negeri dan swasta) ; diperoleh responden SMA 218 siswa dan SMK 385 siswa.
Instrumen yang digunakan mengikuti instrument “Self Directed Search” dari
Holland (1985) sehingga dihasilkan suatu pola peta minat vokasional siswa yang
menggambarkan tipologi pada jurusan dan sekolah yang berbeda. Hasil yang
ditemukan menggambarkan bahwa tools ini bermanfaat untuk mengukur minat
kejuruan siswa di Indonesia. Model hexagonal dari teori Holland yang menyatakan
adanya 6 kepribadian yaitu : Tipe Realistik (The Realistic Type (R)), Tipe
Peneliti/Pengusut (The Investigative Type (I) ), Tipe Seniman (The Artistic Type (A)
), Tipe Sosial (The Sosial Type (S) ), Tipe Pengusaha (The Enterprising Type (E) ),
dan Tipe Orang Rutin (Conventional Type (C) ) atau dengan singkatan R-I-A-S-E-C.
Walaupun hasil penelitian tidak menjelaskan tipologi kepribadian tiap siswa, namun
jurusan ini mencerminkan tipologi suatu kelompok, dan hasilnya sebagai berikut.
Peta jurusan SMK Mesin menunjukan kecenderungan skor tertinggi ada pada
tipologi (R,C,E), SMK jurusan Akuntansi menunjukan peta tipologi (C, I), SMK
jurusan Kecantikan menunjukan peta tipologi (S, A), SMK jurusan Otomotif
menunjukan peta tipologi (R,E,C), SMK jurusan Tata Boga (E, S), SMK jurusan Tata
Busana menunjukan peta tipologi (E, A), SMK jurusan Audio menunjukan peta
tipologi (R,C,E), SMK jurusan Rekayasa Perangkat Lunak menunjukan peta tipologi
(R, E, C), SMK jurusan Perhotelan menunjukan peta tipologi (E, C), SMK Teknik
Komputer dan Jaringan menunjukan peta tipologi
(R,I), SMK Pemasaran
menunjukan peta tipologi (E, S), SMA IPS menunjukan peta tipologi (S,C,E), SMK
jurusan IPA menunjukan peta tipologi (I,S,A) dan SMK jurusan Bahasa menunjukan
(S,A,E). Walaupun hasil penelitian ini sudah dapat memilah minat dari 14 jurusan
SMA dan SMK namun belum memilah semua jurusan SMK yang ada. Sehingga
masih banyak peluang untuk meningkatkan efektifitas instrumen dalam memetakan
minat vokasional terhadap jurusan yang heterogen pada SMK di Indonesia.
Kata Kunci : Reatistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprising, Konvensi
ABSTRACT
THE VOCATIONAL INTEREST MAPPING OF HIGH SCHOOL AND
VOCATIONAL SCHOOL STUDENTS BASED THEORY OF HOLLAND IN
SALATIGA
By
DIMAS ANGGALIH HERLY SAPUTRO
The research was conducted to classify the students according to the type and the
interest of school. The research was aimed to the high school student and vocational
student in Salatiga. The Samples applied the purposive random sampling of the type
of school (public and private); respondents obtained 218 from the high school
students and 385 from vocational students. The instrument adjusted to the instrument
of "Self Directed Search" from Holland (1985) will produce the pattern mapping
depicting the typology of vocational student’s interest in different departments and
schools. The results illustrate that the instrument was found usefully to measure the
interest in vocational students in Indonesia. Holland Hexagonal Model of a theory
which states the 6 personalities namely: Realistic Type (R), The Investigative Type
(I), The Artistic Type (A), The Social Type (S), The Enterprising Type (E), and The
Conventional Type (C) or by the acronym “RIASEC”. Although the research does not
explain the typology of each student's personality, but this course reflects the
typology of a group, and the results are as follows. The Mapping of Engineering
majors of Vocational School (Sekolah Menengah Kejuruan) shows the tendency of
highest score on the typology of (R, C, E), The Mapping of Vocational School
majoring in Accounting shows the typology of (C, I), The Mapping of Vocational
School majoring Beauty shows the typology of (S, A),The Mapping of Vocational
School majoring in Automotive shows the typology of ( R, E, C), The Catering
vocational major shows the typology of (E, S), Vocational School majoring
dressmaking shows the typology of (E, A), Vocational School majoring in Audio
shows the typology of (R, C, E), Vocational School majoring in Software Engineering
shows the typology of (R, E, C), Vocational School majoring in Hospitality shows the
typology of (E, C), Computer Engineering and Networks of Vocational School shows
the typology of (R, I), Vocational School Marketing shows the typology of (E, S),
Social High School shows the typology of (S, C, E), High School majoring in science
shows the typology of (I, S, A) and High School English major shows the typology of
(S, A, E). Although the results of the study has been able to sort out the interests of
the 14 high school and vocational majors but it has not sort out all of the existing
vocational majors yet. So there are many opportunities to improve the effective
instrument of vocational interest in The Mapping of the heterogeneous departments
of Vocational School in Indonesia.
Keywords : Realistic, Investigative, Arts, Social, Enterprising, Conventional
tujuan
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan yang
pendidikan
yakni
mewujudkan
potensi anak sesuai dengan kemampuannya
dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa
pada
masing-masing
lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu
pengetahuan.
gugus
ilmu
Penjurusan berhubungan dengan
berorientasi kepada kuantitas untuk dapat
melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa
tipe
(Depdiknas,
2007:
3). Penyelenggaraan
(Holland,1985). Setiap tipe kepribadian
pendidikan
yang
bersifat
adalah
memberikan
perlakuan
massal
ini
standar/rata-rata
kepribadian
produk
karakteristiknya
setiap
dari
manusia
interaksi
berasal
dari
yang
berbagai
kurang
pengaruh budaya, teman sebaya, faktor
memperhatikan perbedaan antarsiswa dalam
keturunan biologis, orang tua, kelas sosial,
kecakapan, minat, dan bakatnya. Hal ini
budaya, dan lingkungan fisik. Seseorang
menyebabkan keunggulan yang muncul
akan
akan bersifat acak dan sangat tergantung
kegiatan
kepada
kepribadiannya. Kemudian, kegiatan ini
kepada
semua
siswa
motivasi
sehingga
belajar
siswa
serta
belajar
lebih
yang
memilih
sesuai
beberapa
dengan
tipe
menjadi kepentingan yang kuat; kepentingan
lingkungan belajarnya.
Kebijakan Departemen Pendidikan
tersebut
menyebabkan
kelompok
Nasional (d.h. Departemen Pendidikan dan
kompetensi khusus. Akhirnya, kepentingan
Kebudayaan) menetapkan penjurusan di
seseorang
SMA
di
disposisi pribadi tertentu yang menyebabkan
Indonesia. Teramati bahwa penjurusan di
dia untuk berpikir, merasakan, dan bertindak
SMA
awal
dengan cara khusus. Misalnya, orang yang
kemerdekaan yaitu tahun 1945 sampai
mirip jenis Sosial lebih mungkin untuk
sekarang, yang dipilah menjadi tiga yaitu
mencari pekerjaan sosial seperti mengajar,
Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
pekerjaan sosial, atau pelayanan. Mereka
Pengetahuan Sosial (IPS) dan Bahasa.
yang
Pergantian kurikulum dari tahun ke tahun,
mengharapkan melihat diri mereka sebagai
mulai dari kurikulum 1975, kurikulum 1984,
pribadi yang ramah dan sosialis dan
1994, sampai dengan yang terakhir yaitu
memiliki kompetensi sosial yang tinggi
kurikulum
(seperti
sebagai
telah
pendidikan
dilaksanakan
2004,
tetap
formal
sejak
memberlakukan
penjurusan sebagai bagian untuk mencapai
dan
bertipe
kompetensi
kepribadian
membantu
orang
membuat
sosial
lain
akan
dengan
masalah pribadi) daripada seseorang yang
memiliki kompetensi atau tipe kepribadian
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
realistis (seperti menggunakan alat atau
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
memahami
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
mesin).
menghargai
Mereka
masalah sosial
akan
berorientasi
bangsa
serta
pasal
12
ayat
1
yang
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada
membantu orang lain. (Holland,1985).
Fenomena yang dialami saat ini,
setiap
satuan
pendidikan
berhak
penjurusan sering menimbulkan masalah,
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
karena penjurusan di SMA berkaitan dengan
dengan bakat, minat, dan kemampuannya
hajat publik yang penting dan kompleks.
(Undang-Undang
Hajat publik itu penting karena penjurusan
Implementasi dari regulasi ini menunjukkan
berarti pengerahan haluan hidup seseorang
bahwa setiap sekolah wajib memperhatikan
seperti jenis pekerjaan atau keberminatan
minat siswa dalam proses pendidikan, tidak
seseorang,
hanya menekankan kemampuannya saja.
nilai
yang
dianut
serta
Ketidaksesuaian
kepribadian yang mengembannya. Hajat
publik
juga
bersifat
kompleks
karena
No.
20,
2003).
jurusan
dengan
bakat, minat dan kemampuan siswa apabila
penjurusan itu menyangkut kecerdasan dan
dilihat
kemampuan manusia untuk belajar, serta
bertentangan dengan Undang-undang Sistem
menyangkut persaingan kelas sosial karena
Pendidikan Nasional seperti yang tertulis di
penjurusan dipandang sebagai peletakan
pasal 4 ayat 1 yang menyatakan pendidikan
posisi
diselenggarakan
siswa
dan
keluarganya
dalam
dari
perspektif
secara
regulasi
maka
demokratis
dan
menyangkut
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
pengendalian emosi dalam arti penerimaan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
orang tua dan siswa apabila siswa tidak
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
masuk jurusan yang diinginkannya.
bangsa
masyarakat,
bahkan
juga
Ketidaksesuaian
jurusan
dengan
serta
pasal
12
ayat
1
yang
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada
bakat, minat dan kemampuan siswa apabila
setiap
dilihat
maka
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
bertentangan dengan Undang-undang Sistem
dengan bakat, minat, dan kemampuannya
Pendidikan Nasional seperti yang tertulis di
(Undang-Undang
pasal 4 ayat 1 yang menyatakan pendidikan
Implementasi dari regulasi ini menunjukkan
diselenggarakan
bahwa setiap sekolah wajib memperhatikan
dari
perspektif
secara
regulasi
demokratis
dan
satuan
pendidikan
No.
20,
berhak
2003).
minat siswa dalam proses pendidikan, tidak
masalah antara keinginan dan kemampuan,
hanya menekankan kemampuannya saja.
antara prestasi dan pencapaian kriteria
Fenomena banyaknya siswa yang
penjurusan atau kelulusan, di samping
tidak masuk jurusan seperti yang diminati
muncul
dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
kemampuan
pertama sistem penjurusan yang hanya
untuk mengikuti pelajaran tambahan, serta
mempertimbangkan
nilai
akibat-akibat
ketetapan standart
nilai rata-rata yang
ditentukan
oleh
sekolah
rapot
dengan
melalui
kecenderungan
mewajibkan
psikologis
siswa
lain
yang
menyertainya.
Kenyataanya
surat
keputusan kepala sekolah. Kedua siswa
dilahirkan
sendiri
kepribadian
tidak
dengan
pemaksaan
unik
setiap
dengan
yang
manusia
bakat
berbeda.
dan
Dalam
pernah
dipetakan
berdasarkan
instrument
pendidikan di sekolah, perbedaan masing-
ukur yang mampu mengungkap minat dan
masing siswa harus diperhatikan karena
preferensi mereka terhadap pekerjaan yang
dapat menentukan baik buruknya prestasi
mampu
belajar siswa. Perbedaan individual antara
keberminatannya
mengestrimasikan
gambaran
lingkungan interaksi mereka yang sangat
siswa
menentukan minat dan preferensi mereka
kemampuan kognitif, motivasi berprestasi,
terhadap suatu profesi. Ketiga, salah satu
minat dan kreativitas (Snow 1986). Adanya
jurusan yang sangat diinginkan siswa dan
perbedaan individu tersebut, maka fungsi
orangtua adalah jurusan IPA. Di satu pihak,
pendidikan tidak hanya dalam proses belajar
jurusan ini memungkinkan siswa memiliki
mengajar,
pilihan jurusan yang lebih banyak di
bimbingan/konseling,
perguruan tinggi daripada jurusan lain,
penempatan siswa sesuai dengan kapasitas
disamping banyak pekerjaan yang hanya
individual yang dimiliki, rancangan sistem
menerima siswa dari jurusan IPA, sehingga
pengajaran
yang
sesuai
tanpa disadari juga diikuti oleh prestise
mengajar
yang
disesuaikan
sosial
karakteristik individu siswa.
dalam
arti
bahwa
siswa
dan
keluarganya digolongkan sebagai orang
di
sekolah
tetapi
Apabila
meliputi
perbedaan
juga
meliputi
pemilihan
siswa
dan
dan
strategi
dengan
mengalami
pintar (Satria, 2011). Namun di pihak lain,
kesalahan dalam penjurusan maka prestasi
materi pelajaran IPA tidak mudah bagi
belajar siswa akan rendah dan menyebabkan
banyak siswa, sehingga sering menimbulkan
terjadinya kegamangan dalam aktualisasi
diri. Siswa tidak mengerti alasan pemilihan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
jurusan tersebut, hendak kemana setelah
penjurusan bukan masalah kecerdasan tetapi
tamat
masalah minat dan bakat siswa.
sekolah
dan
apa
cita-citanya
Alasan
(Wicaksono, 2009). Penjurusan siswa di
digunakannya
teori
sekolah menengah tidak saja ditentukan oleh
kepribadian Holland karena mendasar dalam
kemampuan akademik tetapi juga harus
pemilihan jurusan bahwa individu harus
didukung
memilih
pekerjaan
pekerjaan
yang
oleh
karakteristik
faktor
minat,
suatu
ilmu
karena
menuntut
dan
sesuai
lingkungan
dengan
tipe
karakteristik yang sama dari orang yang
kepribadian mereka agar tercapai kepuasan
mempelajarinya.
kerja. Hal ini disebabkan karena kebanyakan
Setiap tipe kepribadian memiliki
repertoar
karakteristik
keterampilan
untuk
sikap
mengatasi
dan
masalah
lingkungan dan tugasnya. Memilih dan
memproses berbagai informasi dengan cara
orang mengungkapkan keinginan/minat dan
nilai-nilai
mereka
melalui
terhadap
pekerjaan
dan
pemilihan
berdasarkan
pengalaman mereka sendiri.
Sedang teori Holland
(dalam
yang berbeda, tetapi semua tipe kepribadian
AlJufri dan Kumaidi, 1990) mengatakan
mencari
kegiatan
bahwa pemilihan suatu jabatan /karier
masing-masing,
menentukan personality seseorang, oleh
pemenuhan
dengan
karakteristiknya
keterampilan,
dan
bakat
dan
dengan
sebab itu minat terhadap bidang kejuruan
berusaha untuk mencapai tujuan khusus
(vocational)
tertentu
hampir
selalu
(Holland,1985)
dipengaruhi oleh personality seseorang.
Semetara itu siswa yang memiliki
Dengan tegas ia mengatakan, minat terhadap
minat terhadap suatu ilmu tertentu, ketika
bidang tertentu menunjukkan hasil dari
mempelajari
akan
sejarah hidup seseorang yang dipengaruhi
mempelajarinya dengan senang (Holland,
oleh hereditas, desakan kultural, sosial, dan
1997), atau dengan kata lain ilmu yang
lingkungan hidup fisik seseorang (Ginsberg,
dipelajari sesuai dengan kepribadiannya.
et al, 1951, Vernon, 1979 (dalam AlJufri
Hal ini didukung oleh penelitian lain yang
dan Kumaidi, 1990)). Dengan demikian
menyatakan
pilihan jabatan menunjukkan jalan hidup
ilmu
bahwa
tersebut
faktor
kepribadian
terhadap
seseorang. Tambahan pulandesakan kulturan
prestasi akademik (Furnham et. al, 2006).
terlihat pada kecenderungan masyarakat
mempengaruhi
secara
positif
yang
meniai
seseorang
dari
tersebut dengan judul “PETA MINAT
Beberapa
asumsi
VOKASIONAL SISWA SMA DAN SMK
jabatan/pekerjaannya.
berikut dipakai sebagai landasan berpikir:
DI KOTA SALATIGA BERBASIS TEORI
1. Sebagian besar anggota dalam bidang
HOLLAND”
kejuruan tertentu cenderung memiliki
personality
dan
perkembangan
yang
mirip/sama.
2. Seseorang
tertentu
dalam
Masalah
penelitian ini adalah: Bagaimana peta minat
vokasional siswa SMA dan SMK Negeri di
memilih
bidang
disebabkan
kejuruan
oleh
Kota Salatiga?
persamaan
personality nya.
3. Anggota
Perumusan
Tujuan penelitian: Hasil akhir
yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
bidang
kejuruan
tertentu
ketenagakerjaan
yang
mengacu
kepada
cenderung memberikan reaksi yang sama
kemampuan
dalam
Indonesia khusus nya di Salatiga. Hasil
berbgai situasi.
disebabkan
oleh
Hal tersebut
karena
kesamaan
personality nya.
penelitian
individu)
yang
yang
sesuai
diharapkan
di
merupakan
kemampuan instrumen pengukuran minat
personality
vokasional dalam mengklasifikasikan murid-
dengan lingkungan akan memberikan rasa
murid menurut jenis sekolahnya dan coba
aman,
mengkaitkannya kepada berbagai profesi
Kecocokan
antara
menimbulkan
memantapkan
kepuasan
tingkah
meningkatkan
dan
atau pekerjaan.
kerja.
Dengan
Manfaat Penelitian: Hasil penelitian
pengidentifikasian
minat
ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk:
seseorang terhadap bidang kejuruan seawal
(1) Menambah pengetahuan tentang pola
mungkin perlu dilakukan agar prestasi serta
kesesuaian antara manusia dan lingkungan
kepuasan kerja dapat optimal.
di Salatiga
demikian
prestasi
laku
kerja,
Berdasarkan
pentingnya peta
uraian
dalam
menapaki
karirnya.
tersebut
(2)Menditeksi minat siswa SMA dan SMK
minat vokasional siswa
dalam memilih program pendidikannya yang
dapat membantu memberikan arahan bagi
sesuai
pemilihan jurusan di SMA ataupun SMK
Secara
dan mengarahkan karir pendidikan dan
vokasional ini mampu membantu para
pekerjaan siswa. Maka didalam penelitian
pelaku
ini penulis tertarik untuk membahas masalah
Menengah Atas dan Menengah Kejuruan
dengan
praktis,
karakteristik
diperoleh
pendidikan
di
pribadinya.
peta
tingkat
minat
Sekolah
untuk menentukan penjurusan siswanya
responden yang bisa di ambil datanya
sesuai dengan karakteristik kepribadian
sebanyak 603 siswa. Sampel penelitian ini
kerja yang dimiliki oleh siswa tersebut.
ditentukan
melalui
prosedur
purposive
Sepengetahuan penulis, penelitian
random sampling di Kota Salatiga. Dari
tentang Peta Minat Vokasional SMA dan
model penarikan sampel secara random ini
SMK di Kota Salatiga Berbasis Teori
diperoleh 4 Sekolah (1 SMA dan 3 SMK).
Holland ini belum pernah dilakukan di Kota
Keputusan
Salatiga. Penelitian ini adalah penelitian
diperlukan untuk menjamin tersedianya
kualitatif yang difokuskan pada peta minat
variasi jenis sekolah yang merupakan obyek
vokasi siswa.
penelitian ini.
penarikan
sampel
tersebut
sudah
Murid sekolah yang dijadikan
pernah dilakukan oleh Prof. Dr. AlJufri B
responden ditetapkan murid kelas dua dan
Syarif M.Sc.
Kumaidi
kelas tiga. Alasan yang dipakai peneliti
MA.,Ph.D. dalam penelitian nya yang
adalah murid kelas dua dan tiga ini
berjudul
Minat
diperkirakan telah memiliki cirri sekolah
Sekolah
Menengah
Penelitian
sebelum
dan Prof.
Kejuruan
nya
Dr.
Murid-Murid
Tingkat
Atas
di
masing-masing (dibanding dengan kelas
satu). Hal ini sesuai dengan asumsi teori
Sumatera Barat IKIP Padang tahun 1990
Holland bahwa minat kejuruan merupakan
interaksi
Metode Penelitian
Penelitian tentang peta
minat
antara
lingkungannya
kepribadian
(dalam
dengan
konteks
ini
vokasi siswa SMA dan SMK dilakukan
lingkungan sekolah). Jumlah murid yang
dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
disampel tiap sekolah rata-rata 150 orang
Populasi penelitian ini adalah semua siswa-
siswa yang ditentukan oleh Kepala Sekolah
siswi tingkat SMA dan SMK di Wilayah
yang bersangkutan, agar dapat dijamin
Kota Salatiga yang berjumlah sekitar 30
bahwa
sekolah, terdiri dari 11 SMA (5177 Siswa)
mengganggu kelancaran proses belajar
dan 19 SMK (9005 Siswa), dengan total
mengajar sekolah.
siswa
sebanyak
14.182.
Sampel
akan
diambil sekitar 5% dari sekolah, yaitu 700
siswa
dari
dikarenakan
berbagai
adanya
sekolah,
pembersihan
namun
data
pengambilan
data
tidak
Distribusi sampel menurut jenis
sekolah sebagai berikut :
Pola
kecenderungan
minat
vokasional ini menjadi suatu peta sehingga
dapat mendiskripsikan klasifikasi tiap-tiap
tipologi pada jurusan di tiap-tiap sekolah.
Hasil Penelitian
Kecenderungan
peta
minat
Instrumen peta minat vokasional ini
vokasional siswa terhadap jurusan pada tiap
menggunakan tipe dikotomi, sehingga saat
sekolah dapat di gambarkan sebagai berikut:
siswa mengisi pernyataan dalam kolom“ya”
a. Peta
jurusan
Mesin
menunjukan
berarti skor nya 1 dan bila memilih “tidak”
kecenderungan skor tertinggi ada pada
berarti skornya 0.
tipologi
Jumlah aitem pernyataan pada setiap
Realistik,
Konvensional,
Enterprising (R,C,E).
dimensi
b. Peta jurusan Akuntansi menunjukan
Kemampuan adalah 11 dan Pekerjaan adalah
kecenderungan skor tertinggi ada pada
14. Total skor bila siswa menjawab semua
tipologi Konvensional dan Investigatif
dengan pernyataan “ya”
(C, I).
dimensi
Aktivitas
adalah
11,
adalah 216,
minimal skor bila siswa menjawab semua
dengan
pernyataan
“tidak”
adalah
0.
Sehingga skor tertinggi akan menunjukkan
kecenderungan tipologi siswa tersebut, baik
dalam
dimensi
Aktivitas,
Pekerjaan dan total nya.
Kemampuan,
c. Peta jurusan Kecantikan menunjukan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
tipologi Sosial dan Artistik (S, A).
d. Peta jurusan Otomotif menunjukan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
tipologi
Realistik,
Konvensional,
Enterprising (R,E,C).
e. Peta jurusan Tata Boga menunjukan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
tipologi Enterprising, Sosial (E, S).
f. Peta jurusan Tata Busana menunjukan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
tipologi Enterprising, Konvensional (E,
A).
menunjukan
Rangkuman Peta Minat Vokasional Siswa
kecenderungan skor tertinggi ada pada
SMA dan SMK di Kota Salatiga Berbasis
tipologi
Teori Holland sebagai berikut :
g. Peta
jurusan
Audio
Realistik,
Konvensional,
Enterprising (R,C,E).
h. Peta jurusan Rekayasa Perangkat Lunak
menunjukan
kecenderungan
skor
tertinggi ada pada tipologi Realistik,
Konvensional, Enterprising (R, E, C).
i.
j.
Peta jurusan Perhotelan ini menunjukan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
Rekomendasi
tipologi Enterprising, Konvensional (E,
1. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
C).
oleh para pengambil keputusan yang
Peta jurusan Teknik Komputer dan
bekerja dalam bidang pendidikan yang
Jaringan menunjukan
kecenderungan
berkaitan
skor
pada
murid-murid SMK dan SMK yang
tertinggi
ada
tipologi
dengan
bimbingan
karier
mengaju pada karakteristik minatnya
Investigatif dan Realistik (R,I).
k. Peta jurusan Pemasaran menunjukan
dalam menetapkan studi lanjutan dan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
pilihan profesi/pekerjaan yang ingin di
tipologi Enterprising dan Sosial (E, S).
tekuninya.
l.
Peta
jurusan
IPS
menunjukan
2. Pemanfaatan instrumen minat kejuruan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
akan
tipologi
pendidikan yang mengacu kepada tiga
Sosial,
Konvensional
dan
jurusan
penilaian
domain tujuan pengajaran (kognitif,
Enterprising (S,C,E).
m. Peta
menyeimbangkan
IPA
menunjukan
psikomotorik, afektif) anak didik. Hal
kecenderungan skor tertinggi ada pada
ini
tipologi Investigatif, Sosial dan Artistik
merupakan bagian dari domain afektif
(I,S,A).
yang
n. Peta
jurusan
Bahasa
menunjukan
disebabkan
pengukurannya
dilakukan
tipologi
berbagai
Enterprising (S,A,E).
Artistik
dan
tidak
kejuruan
mudah
dilakukan. Teori Holland (1985)
kecenderungan skor tertinggi ada pada
Sosial,
minat
lebih
dahulu
pengembangan
ini
sebelum
yang
didasarkan kepada teori tersebut dapat
diterapkan, sehingga ada dasar normatif
yang kuat bagi tindakan operasional
selanjutnya. Hal ini sesuai dengan
anjuran Holland (1985).
3. Instrumen pengukuran minat vokasional
siswa
ini
dapat
mengklasifikasikan
berguna
siswa
untuk
menurut
jurusan yang akan dipilihnya dari segi
aktivitas, kemampuan dan pekerjaan
nya.
Sehingga
membawa
maupun
intrumen
kemudahaan
guru
ini
bagi
konselingnya
akan
siswa
dalam
menentukan jurusan dimasa yang akan
datang.
Daftar Pustaka
AlJufri B Syarif & Kumaidi (1990) Minat
Kejuruan Murid-Murid Sekolah
Menengah Tingkat Atas di
Sumatera Barat IKIP Padang.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003.
Kurikulum 2004. Jakarta: Pusat
Kurikulum, Badan Penelitian dan
Pengembangan.
Furnham, Adrian. et.al. (2006). The
Relationship
Between
Psychometric & Self Estimated,
Intellegence,
Creativity,
Personality
&
Academic
Achievement.
Imagination,
Cognition, & Personality. Vol 25.
(2), 200.
Holland, J. L. (1997). Making vocational
choices: A theory of vocational
personalities
and
work
environments (3rd ed.). Odessa,
FL: Psychological Assessment
Resources.
Holland, J. L., Fritzsche, B. A., & Powell,
A. B. (1994). The Self-Directed
Search technical manual. Odessa,
FL: Psychological Assessment
Resources.
Holland, J. L. (1985a). Making vocational
choices: A theory of vocational
personalities
and
work
environments (2nd ed.). Odessa,
FL: Psychological Assessment
Resources.
Satria, Yudhi. (2011). Studi Diskriptif
tentang
Kepuasan
Siswa,
Orangtua dan Guru terhadap
Sistem Penjurusan di Sekolah
Menegah
Atas.
Indegenous
Psychology Bulletin, Vol I,
Januari 2011, 203-211.
Snow,
Richard
E,(1986)
Individual
Differences and the Design of
Educational Programs in Journal
of Psychology.
Wicaksono, M. T . (2009). Pengantar
Bimbingan dan Konseling Karier .
Jakarta . Bumi Aksara
BERBASIS TEORI HOLLAND
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada:
Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister Sains Psikologi
Oleh :
DIMAS ANGGALIH HERLY SAPUTRO
NIM : S 300 100002
MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
PETA MINAT VOKASIONAL SISWA SMA DAN SMK DI KOTA SALATIGA
BERBASIS TEORI HOLLAND
DIMAS ANGGALIH
NIM : S 300 100002
MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
RINGKASAN
Penelitian ini digunakan untuk mengklasifikasikan siswa menurut jenis sekolah dan
minatnya. Populasi penelitian ini terdiri dari siswa –siswa SMA dan SMK se Kota
Salatiga. Sampel diambil dari purposive random sampling terhadap jenis sekolah
(negeri dan swasta) ; diperoleh responden SMA 218 siswa dan SMK 385 siswa.
Instrumen yang digunakan mengikuti instrument “Self Directed Search” dari
Holland (1985) sehingga dihasilkan suatu pola peta minat vokasional siswa yang
menggambarkan tipologi pada jurusan dan sekolah yang berbeda. Hasil yang
ditemukan menggambarkan bahwa tools ini bermanfaat untuk mengukur minat
kejuruan siswa di Indonesia. Model hexagonal dari teori Holland yang menyatakan
adanya 6 kepribadian yaitu : Tipe Realistik (The Realistic Type (R)), Tipe
Peneliti/Pengusut (The Investigative Type (I) ), Tipe Seniman (The Artistic Type (A)
), Tipe Sosial (The Sosial Type (S) ), Tipe Pengusaha (The Enterprising Type (E) ),
dan Tipe Orang Rutin (Conventional Type (C) ) atau dengan singkatan R-I-A-S-E-C.
Walaupun hasil penelitian tidak menjelaskan tipologi kepribadian tiap siswa, namun
jurusan ini mencerminkan tipologi suatu kelompok, dan hasilnya sebagai berikut.
Peta jurusan SMK Mesin menunjukan kecenderungan skor tertinggi ada pada
tipologi (R,C,E), SMK jurusan Akuntansi menunjukan peta tipologi (C, I), SMK
jurusan Kecantikan menunjukan peta tipologi (S, A), SMK jurusan Otomotif
menunjukan peta tipologi (R,E,C), SMK jurusan Tata Boga (E, S), SMK jurusan Tata
Busana menunjukan peta tipologi (E, A), SMK jurusan Audio menunjukan peta
tipologi (R,C,E), SMK jurusan Rekayasa Perangkat Lunak menunjukan peta tipologi
(R, E, C), SMK jurusan Perhotelan menunjukan peta tipologi (E, C), SMK Teknik
Komputer dan Jaringan menunjukan peta tipologi
(R,I), SMK Pemasaran
menunjukan peta tipologi (E, S), SMA IPS menunjukan peta tipologi (S,C,E), SMK
jurusan IPA menunjukan peta tipologi (I,S,A) dan SMK jurusan Bahasa menunjukan
(S,A,E). Walaupun hasil penelitian ini sudah dapat memilah minat dari 14 jurusan
SMA dan SMK namun belum memilah semua jurusan SMK yang ada. Sehingga
masih banyak peluang untuk meningkatkan efektifitas instrumen dalam memetakan
minat vokasional terhadap jurusan yang heterogen pada SMK di Indonesia.
Kata Kunci : Reatistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprising, Konvensi
ABSTRACT
THE VOCATIONAL INTEREST MAPPING OF HIGH SCHOOL AND
VOCATIONAL SCHOOL STUDENTS BASED THEORY OF HOLLAND IN
SALATIGA
By
DIMAS ANGGALIH HERLY SAPUTRO
The research was conducted to classify the students according to the type and the
interest of school. The research was aimed to the high school student and vocational
student in Salatiga. The Samples applied the purposive random sampling of the type
of school (public and private); respondents obtained 218 from the high school
students and 385 from vocational students. The instrument adjusted to the instrument
of "Self Directed Search" from Holland (1985) will produce the pattern mapping
depicting the typology of vocational student’s interest in different departments and
schools. The results illustrate that the instrument was found usefully to measure the
interest in vocational students in Indonesia. Holland Hexagonal Model of a theory
which states the 6 personalities namely: Realistic Type (R), The Investigative Type
(I), The Artistic Type (A), The Social Type (S), The Enterprising Type (E), and The
Conventional Type (C) or by the acronym “RIASEC”. Although the research does not
explain the typology of each student's personality, but this course reflects the
typology of a group, and the results are as follows. The Mapping of Engineering
majors of Vocational School (Sekolah Menengah Kejuruan) shows the tendency of
highest score on the typology of (R, C, E), The Mapping of Vocational School
majoring in Accounting shows the typology of (C, I), The Mapping of Vocational
School majoring Beauty shows the typology of (S, A),The Mapping of Vocational
School majoring in Automotive shows the typology of ( R, E, C), The Catering
vocational major shows the typology of (E, S), Vocational School majoring
dressmaking shows the typology of (E, A), Vocational School majoring in Audio
shows the typology of (R, C, E), Vocational School majoring in Software Engineering
shows the typology of (R, E, C), Vocational School majoring in Hospitality shows the
typology of (E, C), Computer Engineering and Networks of Vocational School shows
the typology of (R, I), Vocational School Marketing shows the typology of (E, S),
Social High School shows the typology of (S, C, E), High School majoring in science
shows the typology of (I, S, A) and High School English major shows the typology of
(S, A, E). Although the results of the study has been able to sort out the interests of
the 14 high school and vocational majors but it has not sort out all of the existing
vocational majors yet. So there are many opportunities to improve the effective
instrument of vocational interest in The Mapping of the heterogeneous departments
of Vocational School in Indonesia.
Keywords : Realistic, Investigative, Arts, Social, Enterprising, Conventional
tujuan
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan yang
pendidikan
yakni
mewujudkan
potensi anak sesuai dengan kemampuannya
dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa
pada
masing-masing
lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu
pengetahuan.
gugus
ilmu
Penjurusan berhubungan dengan
berorientasi kepada kuantitas untuk dapat
melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa
tipe
(Depdiknas,
2007:
3). Penyelenggaraan
(Holland,1985). Setiap tipe kepribadian
pendidikan
yang
bersifat
adalah
memberikan
perlakuan
massal
ini
standar/rata-rata
kepribadian
produk
karakteristiknya
setiap
dari
manusia
interaksi
berasal
dari
yang
berbagai
kurang
pengaruh budaya, teman sebaya, faktor
memperhatikan perbedaan antarsiswa dalam
keturunan biologis, orang tua, kelas sosial,
kecakapan, minat, dan bakatnya. Hal ini
budaya, dan lingkungan fisik. Seseorang
menyebabkan keunggulan yang muncul
akan
akan bersifat acak dan sangat tergantung
kegiatan
kepada
kepribadiannya. Kemudian, kegiatan ini
kepada
semua
siswa
motivasi
sehingga
belajar
siswa
serta
belajar
lebih
yang
memilih
sesuai
beberapa
dengan
tipe
menjadi kepentingan yang kuat; kepentingan
lingkungan belajarnya.
Kebijakan Departemen Pendidikan
tersebut
menyebabkan
kelompok
Nasional (d.h. Departemen Pendidikan dan
kompetensi khusus. Akhirnya, kepentingan
Kebudayaan) menetapkan penjurusan di
seseorang
SMA
di
disposisi pribadi tertentu yang menyebabkan
Indonesia. Teramati bahwa penjurusan di
dia untuk berpikir, merasakan, dan bertindak
SMA
awal
dengan cara khusus. Misalnya, orang yang
kemerdekaan yaitu tahun 1945 sampai
mirip jenis Sosial lebih mungkin untuk
sekarang, yang dipilah menjadi tiga yaitu
mencari pekerjaan sosial seperti mengajar,
Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
pekerjaan sosial, atau pelayanan. Mereka
Pengetahuan Sosial (IPS) dan Bahasa.
yang
Pergantian kurikulum dari tahun ke tahun,
mengharapkan melihat diri mereka sebagai
mulai dari kurikulum 1975, kurikulum 1984,
pribadi yang ramah dan sosialis dan
1994, sampai dengan yang terakhir yaitu
memiliki kompetensi sosial yang tinggi
kurikulum
(seperti
sebagai
telah
pendidikan
dilaksanakan
2004,
tetap
formal
sejak
memberlakukan
penjurusan sebagai bagian untuk mencapai
dan
bertipe
kompetensi
kepribadian
membantu
orang
membuat
sosial
lain
akan
dengan
masalah pribadi) daripada seseorang yang
memiliki kompetensi atau tipe kepribadian
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
realistis (seperti menggunakan alat atau
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
memahami
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
mesin).
menghargai
Mereka
masalah sosial
akan
berorientasi
bangsa
serta
pasal
12
ayat
1
yang
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada
membantu orang lain. (Holland,1985).
Fenomena yang dialami saat ini,
setiap
satuan
pendidikan
berhak
penjurusan sering menimbulkan masalah,
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
karena penjurusan di SMA berkaitan dengan
dengan bakat, minat, dan kemampuannya
hajat publik yang penting dan kompleks.
(Undang-Undang
Hajat publik itu penting karena penjurusan
Implementasi dari regulasi ini menunjukkan
berarti pengerahan haluan hidup seseorang
bahwa setiap sekolah wajib memperhatikan
seperti jenis pekerjaan atau keberminatan
minat siswa dalam proses pendidikan, tidak
seseorang,
hanya menekankan kemampuannya saja.
nilai
yang
dianut
serta
Ketidaksesuaian
kepribadian yang mengembannya. Hajat
publik
juga
bersifat
kompleks
karena
No.
20,
2003).
jurusan
dengan
bakat, minat dan kemampuan siswa apabila
penjurusan itu menyangkut kecerdasan dan
dilihat
kemampuan manusia untuk belajar, serta
bertentangan dengan Undang-undang Sistem
menyangkut persaingan kelas sosial karena
Pendidikan Nasional seperti yang tertulis di
penjurusan dipandang sebagai peletakan
pasal 4 ayat 1 yang menyatakan pendidikan
posisi
diselenggarakan
siswa
dan
keluarganya
dalam
dari
perspektif
secara
regulasi
maka
demokratis
dan
menyangkut
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
pengendalian emosi dalam arti penerimaan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
orang tua dan siswa apabila siswa tidak
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
masuk jurusan yang diinginkannya.
bangsa
masyarakat,
bahkan
juga
Ketidaksesuaian
jurusan
dengan
serta
pasal
12
ayat
1
yang
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada
bakat, minat dan kemampuan siswa apabila
setiap
dilihat
maka
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
bertentangan dengan Undang-undang Sistem
dengan bakat, minat, dan kemampuannya
Pendidikan Nasional seperti yang tertulis di
(Undang-Undang
pasal 4 ayat 1 yang menyatakan pendidikan
Implementasi dari regulasi ini menunjukkan
diselenggarakan
bahwa setiap sekolah wajib memperhatikan
dari
perspektif
secara
regulasi
demokratis
dan
satuan
pendidikan
No.
20,
berhak
2003).
minat siswa dalam proses pendidikan, tidak
masalah antara keinginan dan kemampuan,
hanya menekankan kemampuannya saja.
antara prestasi dan pencapaian kriteria
Fenomena banyaknya siswa yang
penjurusan atau kelulusan, di samping
tidak masuk jurusan seperti yang diminati
muncul
dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
kemampuan
pertama sistem penjurusan yang hanya
untuk mengikuti pelajaran tambahan, serta
mempertimbangkan
nilai
akibat-akibat
ketetapan standart
nilai rata-rata yang
ditentukan
oleh
sekolah
rapot
dengan
melalui
kecenderungan
mewajibkan
psikologis
siswa
lain
yang
menyertainya.
Kenyataanya
surat
keputusan kepala sekolah. Kedua siswa
dilahirkan
sendiri
kepribadian
tidak
dengan
pemaksaan
unik
setiap
dengan
yang
manusia
bakat
berbeda.
dan
Dalam
pernah
dipetakan
berdasarkan
instrument
pendidikan di sekolah, perbedaan masing-
ukur yang mampu mengungkap minat dan
masing siswa harus diperhatikan karena
preferensi mereka terhadap pekerjaan yang
dapat menentukan baik buruknya prestasi
mampu
belajar siswa. Perbedaan individual antara
keberminatannya
mengestrimasikan
gambaran
lingkungan interaksi mereka yang sangat
siswa
menentukan minat dan preferensi mereka
kemampuan kognitif, motivasi berprestasi,
terhadap suatu profesi. Ketiga, salah satu
minat dan kreativitas (Snow 1986). Adanya
jurusan yang sangat diinginkan siswa dan
perbedaan individu tersebut, maka fungsi
orangtua adalah jurusan IPA. Di satu pihak,
pendidikan tidak hanya dalam proses belajar
jurusan ini memungkinkan siswa memiliki
mengajar,
pilihan jurusan yang lebih banyak di
bimbingan/konseling,
perguruan tinggi daripada jurusan lain,
penempatan siswa sesuai dengan kapasitas
disamping banyak pekerjaan yang hanya
individual yang dimiliki, rancangan sistem
menerima siswa dari jurusan IPA, sehingga
pengajaran
yang
sesuai
tanpa disadari juga diikuti oleh prestise
mengajar
yang
disesuaikan
sosial
karakteristik individu siswa.
dalam
arti
bahwa
siswa
dan
keluarganya digolongkan sebagai orang
di
sekolah
tetapi
Apabila
meliputi
perbedaan
juga
meliputi
pemilihan
siswa
dan
dan
strategi
dengan
mengalami
pintar (Satria, 2011). Namun di pihak lain,
kesalahan dalam penjurusan maka prestasi
materi pelajaran IPA tidak mudah bagi
belajar siswa akan rendah dan menyebabkan
banyak siswa, sehingga sering menimbulkan
terjadinya kegamangan dalam aktualisasi
diri. Siswa tidak mengerti alasan pemilihan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
jurusan tersebut, hendak kemana setelah
penjurusan bukan masalah kecerdasan tetapi
tamat
masalah minat dan bakat siswa.
sekolah
dan
apa
cita-citanya
Alasan
(Wicaksono, 2009). Penjurusan siswa di
digunakannya
teori
sekolah menengah tidak saja ditentukan oleh
kepribadian Holland karena mendasar dalam
kemampuan akademik tetapi juga harus
pemilihan jurusan bahwa individu harus
didukung
memilih
pekerjaan
pekerjaan
yang
oleh
karakteristik
faktor
minat,
suatu
ilmu
karena
menuntut
dan
sesuai
lingkungan
dengan
tipe
karakteristik yang sama dari orang yang
kepribadian mereka agar tercapai kepuasan
mempelajarinya.
kerja. Hal ini disebabkan karena kebanyakan
Setiap tipe kepribadian memiliki
repertoar
karakteristik
keterampilan
untuk
sikap
mengatasi
dan
masalah
lingkungan dan tugasnya. Memilih dan
memproses berbagai informasi dengan cara
orang mengungkapkan keinginan/minat dan
nilai-nilai
mereka
melalui
terhadap
pekerjaan
dan
pemilihan
berdasarkan
pengalaman mereka sendiri.
Sedang teori Holland
(dalam
yang berbeda, tetapi semua tipe kepribadian
AlJufri dan Kumaidi, 1990) mengatakan
mencari
kegiatan
bahwa pemilihan suatu jabatan /karier
masing-masing,
menentukan personality seseorang, oleh
pemenuhan
dengan
karakteristiknya
keterampilan,
dan
bakat
dan
dengan
sebab itu minat terhadap bidang kejuruan
berusaha untuk mencapai tujuan khusus
(vocational)
tertentu
hampir
selalu
(Holland,1985)
dipengaruhi oleh personality seseorang.
Semetara itu siswa yang memiliki
Dengan tegas ia mengatakan, minat terhadap
minat terhadap suatu ilmu tertentu, ketika
bidang tertentu menunjukkan hasil dari
mempelajari
akan
sejarah hidup seseorang yang dipengaruhi
mempelajarinya dengan senang (Holland,
oleh hereditas, desakan kultural, sosial, dan
1997), atau dengan kata lain ilmu yang
lingkungan hidup fisik seseorang (Ginsberg,
dipelajari sesuai dengan kepribadiannya.
et al, 1951, Vernon, 1979 (dalam AlJufri
Hal ini didukung oleh penelitian lain yang
dan Kumaidi, 1990)). Dengan demikian
menyatakan
pilihan jabatan menunjukkan jalan hidup
ilmu
bahwa
tersebut
faktor
kepribadian
terhadap
seseorang. Tambahan pulandesakan kulturan
prestasi akademik (Furnham et. al, 2006).
terlihat pada kecenderungan masyarakat
mempengaruhi
secara
positif
yang
meniai
seseorang
dari
tersebut dengan judul “PETA MINAT
Beberapa
asumsi
VOKASIONAL SISWA SMA DAN SMK
jabatan/pekerjaannya.
berikut dipakai sebagai landasan berpikir:
DI KOTA SALATIGA BERBASIS TEORI
1. Sebagian besar anggota dalam bidang
HOLLAND”
kejuruan tertentu cenderung memiliki
personality
dan
perkembangan
yang
mirip/sama.
2. Seseorang
tertentu
dalam
Masalah
penelitian ini adalah: Bagaimana peta minat
vokasional siswa SMA dan SMK Negeri di
memilih
bidang
disebabkan
kejuruan
oleh
Kota Salatiga?
persamaan
personality nya.
3. Anggota
Perumusan
Tujuan penelitian: Hasil akhir
yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
bidang
kejuruan
tertentu
ketenagakerjaan
yang
mengacu
kepada
cenderung memberikan reaksi yang sama
kemampuan
dalam
Indonesia khusus nya di Salatiga. Hasil
berbgai situasi.
disebabkan
oleh
Hal tersebut
karena
kesamaan
personality nya.
penelitian
individu)
yang
yang
sesuai
diharapkan
di
merupakan
kemampuan instrumen pengukuran minat
personality
vokasional dalam mengklasifikasikan murid-
dengan lingkungan akan memberikan rasa
murid menurut jenis sekolahnya dan coba
aman,
mengkaitkannya kepada berbagai profesi
Kecocokan
antara
menimbulkan
memantapkan
kepuasan
tingkah
meningkatkan
dan
atau pekerjaan.
kerja.
Dengan
Manfaat Penelitian: Hasil penelitian
pengidentifikasian
minat
ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk:
seseorang terhadap bidang kejuruan seawal
(1) Menambah pengetahuan tentang pola
mungkin perlu dilakukan agar prestasi serta
kesesuaian antara manusia dan lingkungan
kepuasan kerja dapat optimal.
di Salatiga
demikian
prestasi
laku
kerja,
Berdasarkan
pentingnya peta
uraian
dalam
menapaki
karirnya.
tersebut
(2)Menditeksi minat siswa SMA dan SMK
minat vokasional siswa
dalam memilih program pendidikannya yang
dapat membantu memberikan arahan bagi
sesuai
pemilihan jurusan di SMA ataupun SMK
Secara
dan mengarahkan karir pendidikan dan
vokasional ini mampu membantu para
pekerjaan siswa. Maka didalam penelitian
pelaku
ini penulis tertarik untuk membahas masalah
Menengah Atas dan Menengah Kejuruan
dengan
praktis,
karakteristik
diperoleh
pendidikan
di
pribadinya.
peta
tingkat
minat
Sekolah
untuk menentukan penjurusan siswanya
responden yang bisa di ambil datanya
sesuai dengan karakteristik kepribadian
sebanyak 603 siswa. Sampel penelitian ini
kerja yang dimiliki oleh siswa tersebut.
ditentukan
melalui
prosedur
purposive
Sepengetahuan penulis, penelitian
random sampling di Kota Salatiga. Dari
tentang Peta Minat Vokasional SMA dan
model penarikan sampel secara random ini
SMK di Kota Salatiga Berbasis Teori
diperoleh 4 Sekolah (1 SMA dan 3 SMK).
Holland ini belum pernah dilakukan di Kota
Keputusan
Salatiga. Penelitian ini adalah penelitian
diperlukan untuk menjamin tersedianya
kualitatif yang difokuskan pada peta minat
variasi jenis sekolah yang merupakan obyek
vokasi siswa.
penelitian ini.
penarikan
sampel
tersebut
sudah
Murid sekolah yang dijadikan
pernah dilakukan oleh Prof. Dr. AlJufri B
responden ditetapkan murid kelas dua dan
Syarif M.Sc.
Kumaidi
kelas tiga. Alasan yang dipakai peneliti
MA.,Ph.D. dalam penelitian nya yang
adalah murid kelas dua dan tiga ini
berjudul
Minat
diperkirakan telah memiliki cirri sekolah
Sekolah
Menengah
Penelitian
sebelum
dan Prof.
Kejuruan
nya
Dr.
Murid-Murid
Tingkat
Atas
di
masing-masing (dibanding dengan kelas
satu). Hal ini sesuai dengan asumsi teori
Sumatera Barat IKIP Padang tahun 1990
Holland bahwa minat kejuruan merupakan
interaksi
Metode Penelitian
Penelitian tentang peta
minat
antara
lingkungannya
kepribadian
(dalam
dengan
konteks
ini
vokasi siswa SMA dan SMK dilakukan
lingkungan sekolah). Jumlah murid yang
dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
disampel tiap sekolah rata-rata 150 orang
Populasi penelitian ini adalah semua siswa-
siswa yang ditentukan oleh Kepala Sekolah
siswi tingkat SMA dan SMK di Wilayah
yang bersangkutan, agar dapat dijamin
Kota Salatiga yang berjumlah sekitar 30
bahwa
sekolah, terdiri dari 11 SMA (5177 Siswa)
mengganggu kelancaran proses belajar
dan 19 SMK (9005 Siswa), dengan total
mengajar sekolah.
siswa
sebanyak
14.182.
Sampel
akan
diambil sekitar 5% dari sekolah, yaitu 700
siswa
dari
dikarenakan
berbagai
adanya
sekolah,
pembersihan
namun
data
pengambilan
data
tidak
Distribusi sampel menurut jenis
sekolah sebagai berikut :
Pola
kecenderungan
minat
vokasional ini menjadi suatu peta sehingga
dapat mendiskripsikan klasifikasi tiap-tiap
tipologi pada jurusan di tiap-tiap sekolah.
Hasil Penelitian
Kecenderungan
peta
minat
Instrumen peta minat vokasional ini
vokasional siswa terhadap jurusan pada tiap
menggunakan tipe dikotomi, sehingga saat
sekolah dapat di gambarkan sebagai berikut:
siswa mengisi pernyataan dalam kolom“ya”
a. Peta
jurusan
Mesin
menunjukan
berarti skor nya 1 dan bila memilih “tidak”
kecenderungan skor tertinggi ada pada
berarti skornya 0.
tipologi
Jumlah aitem pernyataan pada setiap
Realistik,
Konvensional,
Enterprising (R,C,E).
dimensi
b. Peta jurusan Akuntansi menunjukan
Kemampuan adalah 11 dan Pekerjaan adalah
kecenderungan skor tertinggi ada pada
14. Total skor bila siswa menjawab semua
tipologi Konvensional dan Investigatif
dengan pernyataan “ya”
(C, I).
dimensi
Aktivitas
adalah
11,
adalah 216,
minimal skor bila siswa menjawab semua
dengan
pernyataan
“tidak”
adalah
0.
Sehingga skor tertinggi akan menunjukkan
kecenderungan tipologi siswa tersebut, baik
dalam
dimensi
Aktivitas,
Pekerjaan dan total nya.
Kemampuan,
c. Peta jurusan Kecantikan menunjukan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
tipologi Sosial dan Artistik (S, A).
d. Peta jurusan Otomotif menunjukan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
tipologi
Realistik,
Konvensional,
Enterprising (R,E,C).
e. Peta jurusan Tata Boga menunjukan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
tipologi Enterprising, Sosial (E, S).
f. Peta jurusan Tata Busana menunjukan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
tipologi Enterprising, Konvensional (E,
A).
menunjukan
Rangkuman Peta Minat Vokasional Siswa
kecenderungan skor tertinggi ada pada
SMA dan SMK di Kota Salatiga Berbasis
tipologi
Teori Holland sebagai berikut :
g. Peta
jurusan
Audio
Realistik,
Konvensional,
Enterprising (R,C,E).
h. Peta jurusan Rekayasa Perangkat Lunak
menunjukan
kecenderungan
skor
tertinggi ada pada tipologi Realistik,
Konvensional, Enterprising (R, E, C).
i.
j.
Peta jurusan Perhotelan ini menunjukan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
Rekomendasi
tipologi Enterprising, Konvensional (E,
1. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
C).
oleh para pengambil keputusan yang
Peta jurusan Teknik Komputer dan
bekerja dalam bidang pendidikan yang
Jaringan menunjukan
kecenderungan
berkaitan
skor
pada
murid-murid SMK dan SMK yang
tertinggi
ada
tipologi
dengan
bimbingan
karier
mengaju pada karakteristik minatnya
Investigatif dan Realistik (R,I).
k. Peta jurusan Pemasaran menunjukan
dalam menetapkan studi lanjutan dan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
pilihan profesi/pekerjaan yang ingin di
tipologi Enterprising dan Sosial (E, S).
tekuninya.
l.
Peta
jurusan
IPS
menunjukan
2. Pemanfaatan instrumen minat kejuruan
kecenderungan skor tertinggi ada pada
akan
tipologi
pendidikan yang mengacu kepada tiga
Sosial,
Konvensional
dan
jurusan
penilaian
domain tujuan pengajaran (kognitif,
Enterprising (S,C,E).
m. Peta
menyeimbangkan
IPA
menunjukan
psikomotorik, afektif) anak didik. Hal
kecenderungan skor tertinggi ada pada
ini
tipologi Investigatif, Sosial dan Artistik
merupakan bagian dari domain afektif
(I,S,A).
yang
n. Peta
jurusan
Bahasa
menunjukan
disebabkan
pengukurannya
dilakukan
tipologi
berbagai
Enterprising (S,A,E).
Artistik
dan
tidak
kejuruan
mudah
dilakukan. Teori Holland (1985)
kecenderungan skor tertinggi ada pada
Sosial,
minat
lebih
dahulu
pengembangan
ini
sebelum
yang
didasarkan kepada teori tersebut dapat
diterapkan, sehingga ada dasar normatif
yang kuat bagi tindakan operasional
selanjutnya. Hal ini sesuai dengan
anjuran Holland (1985).
3. Instrumen pengukuran minat vokasional
siswa
ini
dapat
mengklasifikasikan
berguna
siswa
untuk
menurut
jurusan yang akan dipilihnya dari segi
aktivitas, kemampuan dan pekerjaan
nya.
Sehingga
membawa
maupun
intrumen
kemudahaan
guru
ini
bagi
konselingnya
akan
siswa
dalam
menentukan jurusan dimasa yang akan
datang.
Daftar Pustaka
AlJufri B Syarif & Kumaidi (1990) Minat
Kejuruan Murid-Murid Sekolah
Menengah Tingkat Atas di
Sumatera Barat IKIP Padang.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003.
Kurikulum 2004. Jakarta: Pusat
Kurikulum, Badan Penelitian dan
Pengembangan.
Furnham, Adrian. et.al. (2006). The
Relationship
Between
Psychometric & Self Estimated,
Intellegence,
Creativity,
Personality
&
Academic
Achievement.
Imagination,
Cognition, & Personality. Vol 25.
(2), 200.
Holland, J. L. (1997). Making vocational
choices: A theory of vocational
personalities
and
work
environments (3rd ed.). Odessa,
FL: Psychological Assessment
Resources.
Holland, J. L., Fritzsche, B. A., & Powell,
A. B. (1994). The Self-Directed
Search technical manual. Odessa,
FL: Psychological Assessment
Resources.
Holland, J. L. (1985a). Making vocational
choices: A theory of vocational
personalities
and
work
environments (2nd ed.). Odessa,
FL: Psychological Assessment
Resources.
Satria, Yudhi. (2011). Studi Diskriptif
tentang
Kepuasan
Siswa,
Orangtua dan Guru terhadap
Sistem Penjurusan di Sekolah
Menegah
Atas.
Indegenous
Psychology Bulletin, Vol I,
Januari 2011, 203-211.
Snow,
Richard
E,(1986)
Individual
Differences and the Design of
Educational Programs in Journal
of Psychology.
Wicaksono, M. T . (2009). Pengantar
Bimbingan dan Konseling Karier .
Jakarta . Bumi Aksara