PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERBASIS TEORI KARIR HOLLAND.

(1)

PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN KARIR

BERBASIS TEORI KARIR HOLLAND

(Studi Deskriptif ke Arah Pengembangan Program Bimbingan Karir Di SMA Negeri 1 Cileunyi Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh Nurhayati

0900758

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Karir Berbasis Teori Karir Holland

Oleh Nurhayati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nurhayati 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Mei 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

NURHAYATI 0900758

PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERBASIS TEORI KARIR HOLLAND

(Studi Deskriptif ke Arah Pengembangan Program Bimbingan Karir Di SMA Negeri 1 Cileunyi Kabupaten Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Dr. H. Mamat Supriatna, M.Pd. NIP. 19600829 198703 1 002

Pembimbing II

Dr. Nurhudaya, M.Pd. NIP. 19600725 198601 1 001

Mengetahui / Mengesahkan Ketua Jurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H.Nandang Rusmana, M. Pd. NIP 19600501 198603 1 004


(4)

v

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Penjelasan Istilah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi ... 9

G. Kerangka Penelitian ... 10

BAB II TEORI KARIR HOLLAND DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN KARIR ... 12

A. Teori Karir Holland ... 12

B. Konsep Program Bimbingan Karir Berbasis Teori Karir Holland 43 C. Kerangka Teoretik Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis Teori Karir Holland ... 45


(5)

vi

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN ... 55

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 56

C. Pengembangan Instrumen ... 57

D. Pengembangan Program ... 65

E. Teknik Pengumpulan Data ... 67

F. Teknik Analisis Data ... 67

G. Prosedur dan Tahap Penelitian ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 75

A. Hasil Penelitian ... 75

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

C. Keterbatasan Penelitian ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Rekomendasi ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN


(6)

1

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilihan karir merupakan salah satu proses pembuatan keputusan terpenting dalam kehidupan individu. Keputusan yang ia buat akan berdampak pada apa yang akan dilalui dalam hidupnya. Pemilihan karir juga merupakan aspek kehidupan sosial seseorang yang tidak dapat terelakkan karena hal tersebut merupakan salah satu proses pembuatan keputusan setelah individu melewati beberapa tahap perkembangan dalam hidupnya.

Memilih sebuah karir lebih dari sekedar menentukan apa yang akan dilakukan seseorang untuk mencari nafkah. Henderson (Gladding, 2012: 402) menyebutkan bahwa:

Individu yang sangat bahagia dengan pekerjaannya akan setia dalam menjalankan apa yang menjadi minatnya, memperlihatkan kompetensi dan kekuatan pribadi yang luas, dan berfungsi dalam lingkungan kerja yang dicirikan dengan kebebasan, tantangan, arti, dan atmosfer sosial yang positif. Menurut Byrne dan Reinhart (Purnamasari, 2006:40) kesesuaian antara jenis pekerjaan dengan karakteristik kepribadian merupakan hal yang diharapkan oleh semua orang yang bekerja, khususnya bagi individu yang baru atau akan memasuki dunia kerja. Pada masa-masa orientasi karir, individu selalu diharapkan memiliki pertimbangan mengenai kecocokan antara karakteristik pribadi dengan pekerjaan yang dipilih, baik dalam minat, bakat maupun nilai-nilai pribadi yang dianut karena dengan kecocokan antara jenis pekerjaan dengan karakteristik kepribadian sangat besar kemungkinan bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam karir.

Menurut Crites (1969) arah pilihan karir adalah pemilihan karir yang tidak dibuat berdasarkan fantasi atau khayalan namun berdasarkan minat, kapasitas, dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang setelah mengekploitasi dunia dengan cara mengelaborasi serta mengklarifikasi minat, bakat, kemampuan serta nilai-nilai


(7)

2

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pribadi yang dianut setelah terlebih dahulu mengalami perkembangan karir dalam jangka waktu yang cukup panjang. Aspek-aspek kejelasan arah pilihan karir menurut Crites (1969) adalah mengeksplorasi kondisi pribadi, mengeksplorasi bidang minat karir, kecenderungan untuk mencapai keadaan yang menyempit dalam pilihan bidang minat karir, menentukan arah pilihan bidang minat karir, kesediaan untuk mempertahankan arah pilihan bidang minat karir yang sudah dibuat, keyakinan bahwa pilihan bidang minat karirnya akan tercapai, serta kepastian dan spesifikasi minat karir.

Pentingnya mempertimbangkan kecocokan karakteristik pribadi dengan karakteristik pilihan bidang minat karir juga didukung oleh pernyataan Jones (2010) terkait kecocokan kepribadian dengan pilihan bidang studi lanjutan. Ia menyatakan bahwa semakin cocok individu dengan pilihan bidang studi semakin baik performa individu tersebut, dengan kata lain semakin ia sukses dalam studinya.

Pernyataan Jones diatas didasarkan pada hasil pengamatannya terhadap hasil penelitian-penelitian di Amerika Serikat terkait banyaknya mahasiswa yang mengubah pilihan bidang studi, drop out, atau tidak lulus tepat waktu yang ia simpulkan sebagai hasil dari kesalahan pemilihan bidang studi. Menurut hasil studi U.S. Department of Education terhadap mahasiswa jenjang jenjang studi 4 tahun, ditemukan bahwa hanya 36% mahasiswa yang lulus tepat waktu (dalam waktu empat tahun), 57% dalam enam tahun, dan hampir 40% drop out. (www.careerkey.org)

Dalam literatur karir, salah satu cara mengkonseptualisasikan perbedaan kepentingan variabel individu dalam pemilihan karir adalah melalui kerangka work value (nilai kerja). Menurut Dawis et al. (Duffy, 2007:150), nilai kerja merupakan hasil dari apa yang diharapkan oleh individu dari pekerjaannya secara umum dan juga komponen pekerjaan apa yang penting bagi kepuasaan individu. Ros et al. (Duffy, 2007:152), secara umum mengklasifikasikan nilai kerja menjadi empat jenis, yakni: (a) Nilai intrinsik, yang secara khusus mengacu pada pentingnya penempatan otonomi dan minat; (b) Nilai sosial, mengacu pada


(8)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pentingnya penempatan pekerjaan dengan orang lain dan membuat kontribusi bagi masyarakat; (c) Nilai ekstrinsik, mengacu pada pentingnya penempatan untuk menghasilkan uang dan keamanan pekerjaan; (d) Nilai prestise, mengacu pada pentingnya penempatan kepemilikan prestise dan pekerjaan yang dihormati.

Hasil penelitian Duffy (2007:154) menunjukkan bahwa selama sepuluh tahun (1994-2004) terjadi peningkatan nilai instrinsik sebesar 10%, penurunan 5% dalam nilai ekstrinsik, dan juga penurunan 5% dalam nilai prestise. Peningkatan nilai intrinsik tersebut menandakan bahwa individu mulai memandang pentingnya otonomi dan minat dalam pemilihan karir.

John Holland merupakan ahli yang banyak meneliti tentang pilihan karir dan minat karir. Ia berpendapat bahwa jika minat individu diketahui, maka jenis pekerjaan atau jabatan yang dipandang sesuai dapat dipresiksi sejak dini. Dia menetapkan bagaimana individu dan lingkungan berinteraksi satu sama lain melalui perkembangan enam tipe: Realistic, Investigate, Artistic, Social, Enterprising, dan Conventional yang sering disingkat menjadi RIASEC. Baik individu maupun lingkungan terdiri dari kombinasi tipe-tipe tersebut.

Menurut pandangan Holland (Sharf, 2010), pilihan dan penyesuaian karir menggambarkan sebuah perluasan dari kepribadian seseorang. Splaver (Borchert, 2002), berpendapat serupa yakni bahwa kepribadian memainkan peran yang penting dalam memilih karir yang sesuai. Kepribadian itu sendiri menurut Hirschi (2010) adalah konsep teoritis yang menggambarkan kecenderungan seseorang untuk berperilaku, berpikir, dan merasakan dalam cara tertentu secara tetap.

Holland (Donohue, 2006) menyatakan bahwa orang tertarik pada lingkungan kerja yang nyaman bagi orientasi kepribadiannya. Holland menyebut kesejajaran antara kepribadian dan lingkungan sebagai sebuah kongruensi. Ia menambahkan bahwa individu yang kepribadiannya tidak sesuai dengan lingkungan kerjanya, lebih cenderung untuk mengubah karirnya dengan yang lebih kongruen dengan kepribadiannya.

Pernyataan Holland tersebut, didukung dengan hasil penelitian Donohue (2006) yang menunjukkan bahwa orang yang bertahan dengan karirnya memiliki


(9)

4

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

skor kongruensi yang tinggi dibandingkan dengan orang yang memilih untuk mengubah karirnya. Selain Donohue, sebelumnya Peiser dan Meir (Hosking, 1996) pada tahun 1978 melakukan studi longitudinal selama 7 tahun dan menemukan bahwa kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya saat itu secara positif berhubungan dengan kongruensi minat, baik itu pada laki-laki maupun pada perempuan.

Holland, Daiger, & Power (Slaney, 1988:51) memiliki asumsi bahwa:

...most difficulties in vocational decision making fall into one or more of the following categories: (a) problems of vocational identity, (b) lack of information about jobs or training, or (c) environmental or personal barriers”. Kebanyakan permasalahan karir yang dihadapi oleh individu dapat dikategorikan kedalam salah satu dari kategori berikut: (a) permasalahan identitas karir, (b) kurangnya informasi tentang pekerjaan dan pelatihan (termasuk pendidikan), atau (c) hambatan lingkungan atau personal. Ketiga hal tersebut dapat diukur dengan menggunakan instrumen Holland yang bernama My Vocational Situation (MVS).

Identitas karir merupakan variabel yang paling sering diteliti untuk diketahui kontribusinya terhadap pemilihan karir atau keputusan karir. Salah satunya Savickas dan Super (Khasawneh, 2007) yang menyatakan bahwa peserta didik yang memiliki identitas karir yang kuat/tinggi cenderung lebih mampu membuat keputusan yang baik terkait dengan pemilihan karir. Identitas karir akan mantap saat individu menemukan kongruensi antara kepribadian dengan lingkungannya.

Sebagai seorang ahli di bidang karir, Holland cukup produktif dalam memberikan kontribusi bagi keilmuan tentang karir. Ia telah menulis lima buah buku yang menjelaskan teori tipologinya. Setiap buku menggambarkan pembaharuan dalam perkembangan teorinya. Pada Agustus 1999 The Journal of Vocational Behavior berisi 12 artikel yang menggambarkan kontribusi 40 tahun John Holland pada teori perkembangan karir (Sharf, 2010).

Dua inventori psikologis Holland yang sangat penting dalam perkembangan teorinya yaitu The Vocational Preference Inventory (VPI) dan the Self-Directed Search (SDS). VPI dan SDS, dalam cara yang berbeda, mengukur persepsi


(10)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kompetensi diri dan minat yang mana merupakan penilaian dari kepribadian seseorang. Selain dua inventori minat tersebut, Holland bersama rekan-rekannya juga mengembangkan instrumen lain yaitu My Vocational Situation (MVS). Instrumen MVS berfungsi untuk mengungkap kondisi karir individu yang meliputi gambaran identitas karir, kebutuhan informasi karir, dan hambatan karir sehingga dapat ditentukan bantuan yang paling dibutuhkan oleh individu tersebut.

Menurut Hirschi dan Lage (2007), asesmen minat karir merupakan praktek umum saat ini dalam konseling karir karena minat karir merupakan aspek spesifik kepribadian seseorang yang merupakan sebuah faktor yang krusial dalam pilihan karir dan perkembangan karir. Penelitian menunjukkan bahwa selama masa remasa, minat semakin terbentuk dan stabil, serta tujuan dan aspirasi karir menjadi lebih realistis dalam hal penyesuaian dengan karakteristik pribadi dan lingkungan (Hirschi, 2010). Maka dari itu, seperti ditekankan oleh Holland, penting bagi individu untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang dirinya sendiri dan lingkungan pekerjaannya untuk bisa mengambil keputusan tentang karir dengan bijaksana. Menurut Holland, ada kode tiga huruf yang mewakili kepribadian individu secara keseluruhan, yang dapat dicocokkan dengan tipe lingkungan pekerjaan. Menurut Miller (Gladding, 2012), Kode tiga huruf ini cenderung relatif stabil sepanjang masa kehidupan seseorang, dimulai sejak sekolah menengah atas.

Terdapat beberapa penelitian di Indonesia khususnya di Sekolah Menengah Atas yang mengungkap tipe kepribadian atau tipe karir dengan menggunakan teori karir Holland, seperti penelitian Ratmono (2002:58) tentang Profil tipe kepribadian siswa SMK BPK Penabur Cirebon, menunjukkan bahwa presentasi siswa yang bersekolah di SMK Penabur Cirebon tidak sesuai dengan tipe kepribadian yang dipersyaratkan. Dengan mengacu pada teori Holland, diperoleh presentase terbesar yaitu tipe Social (36,50%). Sementara SMK (Teknologi Industri) menuntut aktivitas-aktivitas realistic. Akibatnya hasil belajar yang diperoleh rendah. Lalu penelitian Purnomo (2012), menunjukkan bahwa profil umum tipe karir siswa SLTA di Bandung adalah tipe Social disusul dengan tipe


(11)

6

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Realitic. Kedua contoh penelitian tersebut mengungkap tipe karir peserta didik, namun belum memaparkan bagaimana intervensi karir bagi peserta didik setelah diperoleh profil tipe karir mereka. Dengan kata lain, belum ada program bimbingan karir berbasis teori karir Holland.

Cole (Gladding, 2012) menegaskan bahwa pada tingkat sekolah menengah, aktivitas bimbingan karir harus melibatkan eksplorasi kesempatan kerja dan evaluasi murid tentang kekuatan dan kelemahan diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan karir yang akan dipilihnya di masa depan.

Isi dari program bimbingan karir harus dikembangkan berdasarkan asesmen awal tentang kebutuhan perkembangan karir saat ini dan masa depan individu. Selain itu program bimbingan karir juga memperhitungkan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pencapaian harapan karir. Isi bimbingan karir dapat dikelola dalam berbagai cara untuk memfasilitasi individu. Apapun bentuknya, program harus mendorong individu untuk mengambil tanggung jawab atas perkembangan karir mereka sendiri (Gibson & Mitchell, 1981).

Salah satu tujuan program bimbingan karir adalah untuk membantu individu untuk memahami dirinya sendiri, termasuk hubungan orang dengan karakteristik dan persepsi dirinya sendiri, dan hubungannya dengan orang lain atau lingkungan.

Sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan Bimbingan Karier di sekolah, yaitu secara umum adalah untuk membantu para peserta didik agar memperoleh pemahaman diri dan pengarahan diri dalam proses mempersiapkan diri. Untuk mencapai tujuan tersebut perlulah kiranya disusun suatu program bimbingan karir yang di rencanakan dengan matang. Konselor dalam membantu perkembangan karir individu harus memiliki pemahaman yang baik dalam mengelola dan meneliti teori perkembangan karir yang telah muncul dalam setengah abad terakhir. Pemahaman akan teori tersebut memberikan pengetahuan bagi konselor dalam prakteknya. Teori-teori tersebut memberikan rasionalisasi atas tindakan konselor.


(12)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Makinde & Alao (Ayeh, 2008:19) menyebutkan bahwa bimbingan karir merupakan sebuah disiplin berorientasi praktis, sehingga memerlukan beberapa dukungan teoritis untuk memberikan layanan sebagai sebuah dasar bagi praktik itu sendiri dan untuk menyediakan pedoman konseptual dalam memahami "perilaku kerja" manusia. Ayeh (2008:15), mendefinisikan teori sebagai sebuah asumsi yang dikemukakan oleh individu atau kelompok, telah teruji selama jangka waktu tertentu dan berusaha untuk menjelaskan sebuah fenomena atau aktivitas.

Ayeh (2008:20), memaparkan peran dari teori karir bagi bimbingan dan konseling karir. Pertama adalah teori karir membantu konselor untuk memulai tindakan yang bijaksana dan terkoordinasi selama konseling. Kedua, teori karir dapat meningkatkan etika praktik konseling karir. Hal ini dipertegas oleh Screbalus (Ayeh, 2008:20) yang menyebutkan bahwa praktik yang tidak didukung oleh teori dapat dipertanyakan atas dasar etika.

Tersedianya teori-teori karir memberikan kemudahan bagi konselor karena para teoretikus telah mengujinya. Disamping itu, teori karir merupakan sebuah kumpulan prediksi yang membantu konselor untuk membuat beberapa prediksi tentang masalah karir konselinya.

Teori karir berisikan fakta dan data, fakta dan data tersebut meliputi perilaku kerja manusia, dinamika dan hakikat kepribadian, proses pertumbuhan, variabel lingkungan yang mempengaruhi interaksi manusia dengan lingkungannya, serta faktor penting lainnya yang berhubungan dengan karir. Oleh karena itu, seorang konselor yang memiliki pemahaman yang baik tentang teori karir dapat membantu konselinya dalam membuat pilihan karir yang bermakna (Ayeh, 2008:21).

Teori Holland dipilih karena penggunaanya dapat diterima secara luas. Selain itu, asesmen yang dikembangkan berdasarkan teori Holland dapat membantu individu memahami dirinya yang mana pemahaman diri merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan karir individu.


(13)

8

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, tergambar gejala kurangnya pemahaman individu mengenai pentingnya pertimbangan aspek karakteristik diri termasuk minat dalam pemilihan karir. Terbukti dengan adanya kasus kesalahan memilih bidang studi sehingga memutuskan untuk pindah jurusan (lebih jauh lagi drop out), atau kesalahan pemilihan bidang studi yang menyebabkan prestasi belajar rendah. Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan upaya preventif agar peserta didik dapat memilih karir atas dasar pertimbangan karakteristik pribadi atau dengan kata lain memilih karir yang sesuai dengan karakteristik pribadinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu disusun kegiatan sistematis berupa program bimbingan karir yang berlandaskan pada pertimbangan aspek kepribadian termasuk minat dalam memilih sebuah karir.

Teori Karir Holland menyajikan asumsi dan kerangka intervensi karir yang berlandaskan pada pengintegrasian kepribadian dengan lingkungan. Mengacu pada teori Holland, outcome positif (kepuasan, stabilitas, pencapaian karir) akan diperoleh apabila individu dapat menemukan lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan aspek kepribadiannya. Teori Holland telah banyak memiliki dukungan empiris, selain karena konsepnya yang mudah dipahami, teori yang dikembangkan oleh John Holland ini menawarkan strategi-srategi operasionalisasi untuk membantu individu dalam memilih karir yang tepat sesuai dengan karakteristik kepribadiannya.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana rumusan program bimbingan karir berbasis teori karir Holland di Sekolah Menengah Atas?”. Masalah utama tersebut kemudian diturunkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Seperti apa gambaran kondisi karir peserta didik SMAN 1 Cileunyi kelas X tahun ajaran 2013/2014?

2. Seperti apa gambaran tipe minat karir peserta didik SMAN 1 Cileunyi kelas X tahun ajaran 2013/2014?

3. Bagaimana rumusan program bimbingan karir berbasis teori karir Holland?


(14)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Penjelasan Istilah

Holland tidak menjelaskan secara eksplisit pengertian dari program

bimbingan karir, namun ia menggunakan istilah “bantuan karir” atau “intervensi karir” untuk menjelaskan implementasi teori. Berikut penjelasannya:

Holland (1985:134) menggunakan istilah “bantuan karir” sebagai serangkaian aktivitas untuk membantu orang di segala usia dalam mengatasi permasalahan keputusan karir. Lebih jauh lagi, ia menyatakan bantuan atau intervensi karir sebagai aktivitas, metode, dan gagasan untuk memfasilitasi perkembangan pribadi dan karir seseorang, membantu orang yang perkembangan karirnya tidak berjalan dengan baik, dan menyediakan sebuah struktur untuk menyelesaikan kesulitan atau permasalahan karir.

Intervensi atau bantuan karir menurut Holland (selanjutnya dalam pembahasan ini disebut program bimbingan karir), diperlukan karena:

1. Rata-rata orang hanya tahu sedikit mengenai karir sehingga hampir setiap informasi karir merupakan hal yang baru dan bermanfaat.

2. Rata-rata orang (terutama orang dewasa) memiliki tingkat identitas karir yang sedang sehingga mereka dapat dengan mudah menerima informasi baru tentang potensi karirnya.

3. Bantuan karir dapat menyediakan rasionalisasi bagi seseorang untuk melakukan atau memilih apa yang ingin ia lakukan.

Menurut Holland (1985:144) bantuan karir yang paling bermanfaat adalah eksplorasi diri dan lingkungan (inventori minat dan kepribadian, pelatihan karir, klarifikasi nilai, mengobrol dengan para pekerja, dan mendiskusikan rencana karir dengan kelompok atau konselor), studi kognitif (teori perkembangan karir, klasifikasi pekerjaan, dan menulis kisah masa lalu), serta dukungan emosional dan bantuan terapeutik lewat konselor atau kelompok. D. Tujuan Penelitian


(15)

10

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan rumusan program bimbingan karir berbasis teori karir Holland di Sekolah Menengah Atas. Tujuan khususnya yaitu untuk menghasilkan gambaran tentang:

1. Kondisi karir peserta didik SMAN 1 Cileunyi kelas X tahun ajaran 2013/2014.

2. Tipe minat karir peserta didik SMAN 1 Cileunyi kelas X tahun ajaran 2013/2014.

3. Rumusan program bimbingan karir berbasis teori karir Holland.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara teoritis adalah untuk menambah wawasan tentang program bimbingan karir berbasis teori karir Holland untuk Sekolah Menengah Atas. Sedangkan manfaat secara praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai panduan dan bahan alternatif bagi praktisi dalam memberikan layanan bimbingan karir yang berprinsip pada faktor minat dan kepribadian dalam pemilihan karir.

F. Struktur Organisasi

Laporan penelitian ini dijabarkan menjadi lima bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan, meliputi: latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah, penjelasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi, dan kerangka penelitian. Bab II Kajian Teori, meliputi: teori karir Holland dan implikasinya terhadap pengembangan program bimbingan karir. Bab III Metode penelitian, meliputi: lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode Penelitian, pengembangan instrumen, pengembangan program, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, serta prosedur dan tahap penelitian. Bab IV meliputi: Hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan keterbatasan penelitian. Bab V meliputi: kesimpulan dan rekomendasi.


(16)

Bagan 1.1

Kerangka Penelitian Program Bimbingan Karir Berbasis Teori Karir Holland

PENDAHULUAN Identifikasi Masalah

Studi Lapangan

Studi Pustaka

Penyusunan Instrumen dan Rancangan Program Bimbingan Karir Berbasis

Teori Karir Holland

Judgement ke Pakar

Judgement ke Praktisi Sekolah

Instrumen dan Program Bimbingan Karir Berbasis

Teori Karir Holland Terstandar

Uji Coba Instrumen (Need Assessment) & Uji Validitas dan Reliabititas -Profil Hasil Need

Assessment

-Penyesuaian Isi Program Berdasarkan Hasil Need Assesment

PELAKSANAAN

PELAPORAN

Program Bimbingan Karir Hipotetik Berbasis Teori


(17)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yakni di Sekolah Menengah Atas 1 Cileunyi yang berada di Jl. Pendidikan No. 6 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Alasan pemilihan SMAN 1 Cileunyi sebagai lokasi penelitian yakni karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang berlokasi di Kabupaten (perbatasan Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang) yang memiliki peserta didik dengan latar belakang sosial ekonomi mayoritas menengah ke bawah dengan orientasi karir langsung bekerja setelah lulus sekolah. Oleh karena itu diperlukan bimbingan karir agar peserta didik dapat memiliki pemahaman bagaimana memilih karir yang tepat dengan mempertimbangkan aspek kepribadiannya termasuk minat.

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah sekelompok individu yang memiliki karakteristik yang sama (Creswell, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014 yang terbagi kedalam 10 kelas (MIA/IPA 6 kelas, ISO/IPS 3 kelas, dan IBBU/Bahasa 1 kelas). Penentuan anggota populasi didasarkan atas pertimbangan bahwa:

a. Secara teoritis, menurut Miller (Gladding, 2012) tipe minat karir seseorang cenderung relatif stabil sepanjang masa kehidupannya, dimulai sejak sekolah menengah atas, sementara Hirschi (2010) menyebutkan bahwa selama masa remaja tujuan dan aspirasi karir menjadi lebih realistis dalam hal penyesuaian dengan karakteristik pribadi dan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan layanan bimbingan karir di kelas X (fase awal penetapan minat karir yang lebih realistis) untuk membantu peserta didik memahami tipe minat karirnya agar dapat memilih karir yang sesuai dengan tipenya atau karakteristik pribadinya.


(18)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Secara empiris, berdasarkan studi pendahuluan di lokasi penelitian melalui wawancara, peserta didik SMAN 1 Cileunyi memerlukan informasi tentang bagaimana memilih karir berdasarkan minat dan kemampuannya.

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah sub grup (bagian) dari target populasi yang akan diteliti oleh peneliti untuk generalisasi target populasi (Creswell, 2012). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampeldengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang dimaksud adalah sampel yang diambil harus mewakili setiap kelas peminatan (kelas ISO, MIA, dan IBBU). Adapun rincian dari sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Komposisi Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah

1. X MIA 1 39

2. X ISO 2 39

3. X IBBU 18

Jumlah 96

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Creswell (2012) menjelaskan kriteria penelitian kuantitatif diantaranya: (a) masalah penelitian berdasarkan pada trend (perkembangan) dalam suatu bidang atau berdasarkan pada kebutuhan akan penjelasan terjadinya suatu hal; (b) literatur memiliki peran yang sangat penting (biasanya tinjauan literatur dilakukan di awal penelitian); (c) pertanyaan penelitian bersifat spesifik; (d) pengumpulan data menggunakan instrumen; (e) analisis data menggunakan prosedur matematis; (f) format laporan penelitian mengikuti pola yang terstruktur. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa penelitian ini memenuhi kriteria-kriteria sebagai penelitian kuantitatif.


(19)

57

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode yang ditujukan untuk menyelediki keadaan, kondisi tentang permasalahan yang terjadi dan hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010).

C. Pengembangan Instrumen

Terdapat dua instrumen dalam penelitian ini, yaitu Instrumen Kondisi Karir dan SDS. Keduanya merupakan hasil adaptasi dari instrumen yang dikembangkan oleh Holland.

1. Jenis Instrumen

Instrumen Kondisi Karir berbentuk kuesioner dengan skala dikotomi (menyediakan dua pilihan jawaban: “Ya” dan “Tidak”) yang terdiri dari 20 nomor item (26 pernyataan). Nomor 1-18 berupa pernyataan untuk mengungkap identitas karir (Vocational Identity), nomor 19 (empat pernyataan) untuk mengungkap kebutuhan informasi karir (Occupational Information), dan nomor 20 (tiga pernyataan) untuk mengungkap hambatan karir (Barrier). Selain itu, dalam Instrumen Kondisi Karir juga disediakan ruang isian untuk menuliskan permasalahan lain yang tidak terwakili dalam pernyataan nomor 1-20. Instrumen Kondisi Karir merupakan instrumen hasil adaptasi dari MVS (My Vocational Situation) yang dibuat oleh John L. Holland, Denise C. Daiger, dan Paul G. Power pada tahun 1980.

Instrumen lainnya adalah Self-Directed Search (SDS). SDS adalah inventori karir administrasi diri (self-administrated), skor diri (self-scored), dan interpretasi diri (self-interpreted) yang dirancang untuk mengubah aktivitas, pekerjaan, kompetensi, dan penilaian diri kedalam kode tiga huruf Holland. SDS berbentuk kuesioner dengan skala dikotomi (menyediakan dua pilihan jawaban “Suka”

-“Tidak Suka” atau “Ya”-“Tidak”), terkecuali bagian terakhir (Estimasi Diri) yang

berbentuk skala rating. Untuk kepentingan penelitian di sekolah, SDS buatan Holland ini kemudian dialihbahasakan kedalam bahasa Indonesia dengan


(20)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beberapa modifikasi agar dapat dipahami oleh peserta didik. Dalam SDS, terdapat beberapa bagian yaitu:

a. Bagian Aktivitas (Activities Section), terdiri dari 11 item tentang aktivitas per enam skala RIASEC.

b. Bagian Kompetensi (Competencies Section), terdiri 11 item penilaian kemampuan diri per skala RIASEC.

c. Bagian Pekerjaan (Occupations Section), terdiri dari 14 item pekrjaan dari setiap skala RIASEC.

d. Bagian Penilaian Diri (Self-estimates Section), berupa skala rating terhadap kemampuan diri subjektif dengan rentang 1-7 yang memuat 12 item kemampuan.

Untuk lebih jelasnya, kerangka Instrumen Kondisi Karir dan SDS disajikan dalam tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Kerangka Instrumen Kondisi Karir dan SDS Nama

Instrumen Aspek yang Diungkap No. Item

Jumlah Item Instrumen

Kondisi Karir

Identitas Karir 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18.

18

Kebutuhan Informasi Karir 19a, 19b, 19c, 19d. 4 Hambatan Karir 20a, 20b, 20c, 20d. 4

SDS Aktivitas Semua pada lembar 1&2 66

Kompetensi Semua pada lembar 3&4 66

Pekerjaan Semua pada lembar 5 84

Estimasi Diri Semua pada lembar 6 12 2. Pengujian Instrumen

Untuk mendapatkan instrumen terstandar yang layak digunakan di Sekolah Menengah Atas, instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini diuji dalam beberapa tahap pengujian sebagai berikut:


(21)

59

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Uji Rasional

Uji rasional merupakan uji kelayakan instrumen sebelum diuji cobakan kepada sampel penelitian. Uji rasional terdiri dari penimbangan (judgement) pakar dan uji keterbacaan.

1) Penimbangan Pakar

Penimbangan instrumen dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi konstruk, isi dan bahasa. Walaupun instrumen yang asli (MVS dan SDS) telah teruji kelayakannya di luar negeri, namun Instrumen Kondisi Karir dan SDS ini perlu ditimbang kembali kelayakannya agar sesuai untuk kondisi peserta didik di Indonesia. Untuk itu, maka dilakukan penimbangan (judgement) instrumen oleh para pakar. Penimbangan instrumen dilakukan oleh tiga pakar instrumentasi yakni dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI. Penilaian kelayakan instrumen khususnya kelayakan setiap item memiliki kualifikasi Memadai (M), Cukup Memadai (CM) dan Tidak Memadai (TM). Proses pengujian kelayakan instrumen dilaksanakan dari bulan Februari-Maret 2014.

Berdasarkan hasil penimbangan para pakar, Instrumen Kondisi Karir memadai semua, artinya tidak ada item yang dibuang, hanya saja perlu diminimalisir penggunaan kata “Saya” pada setiap item pernyataan dan penyederhanaan kalimat agar dipahami oleh peserta didik, sedangkan untuk SDS, beberapa konten item yang tidak sesuai dengan kondisi peserta didik di Indonesia diganti dengan istilah/kalimat lain tanpa merubah hakikat tujuan penilaian. Berikut ini disajikan tabel hasil uji kelayakan instrumen.

Tabel 3.3

Hasil Penimbangan Instrumen Instrumen Kesimpulan Jumlah

IKK Memadai 17

Revisi 9

SDS Memadai 193


(22)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Uji Keterbacaan Instrumen

Uji keterbacaan instrumen dilakukan terhadap lima peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi yang bukan termasuk sampel penelitian. Uji keterbacaan dilaksanakan pada bulan Maret 2014. Tujuan uji keterbacaan adalah untuk mengukur tingkat keterbacaan instrumen dari segi konten atau pemaknaan kalimat secara utuh oleh peserta didik SMA. Dari hasil uji keterbacaan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1) Petunjuk pengisian, baik untuk Instrumen Kondisi Karir maupun SDS dapat dipahami oleh peserta didik, namun berdasarkan hasil pengamatan selama proses pengisian instrumen, maka perintah “Hitamkan” jawaban diubah menjadi “Berikan Tanda Checklist” terhadap pilihan jawaban. Hal ini dilakukan untuk alasan efisiensi waktu.

2) Item pernyataan, baik untuk Instrumen Kondisi Karir maupun SDS hampir seluruhnya dapat dipahami oleh peserta didik.

b. Uji Empiris

Uji empiris merupakan pengujian instrumen yang dilakukan setelah uji coba. Uji empiris terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Adapun uji coba instrumen dilaksanakan terhadap peserta didik Kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013-2014 yang menjadi sampel penelitian.

1) Uji Validitas

Menurut Sukadji (2000) Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi, sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Untuk mengetahui validitas instrumen baik untuk Instrumen Kondisi Karir maupun SDS (kecuali bagian Estimasi Diri), digunakan rumus Point Biserial yaitu:


(23)

61

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rhitung =

q

p

S

M

M

t t p

Keterangan :

rhitung : Koefisien korelasi yang dicari

Mp : Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang

dicari korelasinya dengan tes

Mt : Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)

St : Standar deviasi skor total

p : Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut) q : 1-p

(Arikunto, 2006: 283) Untuk SDS bagian Estimasi Diri digunakan rumus product moment dalam menghitung validitas instrumen, dan rumus Spearman-Brown (Split Half) dalam menghitung reliabilitas instrumen. Perbedaan cara perhitungan tersebut dikarenakan SDS bagian Estimasi Diri berbentuk rating scale, berbeda dengan item lainnya yang berbentuk skala dikotomi.

Selanjutnya hasil rhitung dibandingkan dengan rtabel product moment untuk

n=95 yaitu 0,202 dimana α = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Jika rhitung >rtabel

maka alat ukur dinyatakan valid. Dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007, diperoleh hasil pengujian validitas sebagai berikut:

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas

Instrumen Kesimpulan Nomor Item Jumlah

IKK Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 16, 17, 18, 15

Tidak Valid 12, 14, 15. 3

SDS Valid Kegiatan:

Realistic (R)

Investigative (I)

Artistic (A)

Social (S)

Enterprising (E)

Conventional (C) Kompetensi:

Realistic (R)

Investigative (I)

Artistic (A)

11 11 11 11 11 10 11 11 10


(24)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen Kesimpulan Nomor Item Jumlah

Social (S)

Enterprising (E)

Conventional (C) Pekerjaan:

Realistic (R)

Investigative (I)

Artistic (A)

Social (S)

Enterprising (E)

Conventional (C) Estimasi Diri:

Realistic (R)

Investigative (I)

Artistic (A)

Social (S)

Enterprising (E)

Conventional (C)

11 11 11 13 14 14 14 14 14 2 2 2 2 2 2 Tidak Valid Kegiatan:

Realistic (R)

Investigative (I)

Artistic (A)

Social (S)

Enterprising (E)

Conventional (C) Kompetensi:

Realistic (R)

Investigative (I)

Artistic (A)

Social (S)

Enterprising (E)

Conventional (C) Pekerjaan:

Realistic (R)

Investigative (I)

Artistic (A)

Social (S)

Enterprising (E)

Conventional (C) Estimasi Diri:

Realistic (R)

Investigative (I)

Artistic (A)

Social (S)

Enterprising (E)

Conventional (C)

- - - - - 1 - - 1 - - - 1 - - - - - - - - - - -


(25)

63

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk Instrumen Kondisi Karir, hanya item bagian “identitas karir” yang diuji validitasnya secara empiris dikarenakan bagian “kebutuhan informasi

karir” dan “hambatan karir” digunakan sebagai item pengungkap kebutuhan

dan situasi, dengan bentuk item terbuka.

Item Instrumen Kondisi karir (identitas karir) yang tidak valid untuk selanjutnya dibuang atau tidak akan digunakan. Begitu pula dengan SDS, setiap item yang tidak valid kemudian dibuang. Dikarenakan terdapat satu item yang tidak valid pada setiap aspek (kegiatan, kompetensi, dan pekerjaan) maka satu item dari setiap tipe dibuang agar jumlah item yang digunakan sama rata. (keterangan item yang dibuang, terlampir).

2) Uji Reliabilitas

Menurut Sukadji (2000), reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefesien. Koefesien tinggi berarti reliabilitas tinggi. Menurut Husaini (2003), uji reliabilitas adalah proses pengukuran terhadap ketepatan (konsisten) dari suatu instrumen.

Rumus yang digunakan untuk menilai reliabilitas instrumen yaitu dengan KR-20. Rumus Kuder-Richardson 20 (KR-20) menilai konsistensi internal item-item dalam sebuah alat ukur secara keseluruhan untuk item-item pertanyaan yang menyediakan respons dikotomi, misalnya “benar-salah”,

“ya-tidak”,“ada-tidak”. Rumus KR-20 yaitu:

r11

=

[

k

k−1

] [

Vt−Σ

Vt

]

Keterangan:

r 11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir soal vt =Varian total

p = Proporsi subjek yang menjawab benar (skor 1) q = Proporsi subjek yang menjawab salah (skor 0)


(26)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas

Instrumen Aspek r.

IKK Identitas Karir 0,746

SDS Kegiatan: Realistic (R) Investigative (I) Artistic (A) Social (S) Enterprising (E) Conventional (C) Kompetensi: Realistic (R) Investigative (I) Artistic (A) Social (S) Enterprising (E) Conventional (C) Pekerjaan: Realistic (R) Investigative (I) Artistic (A) Social (S) Enterprising (E) Conventional (C) Estimasi Diri: Realistic (R) Investigative (I) Artistic (A) Social (S) Enterprising (E) Conventional (C) 0,821 0,782 0,777 0,618 0,765 0,713 0,707 0,678 0,721 0,669 0,721 0,670 0,752 0,870 0,872 0,845 0,863 0,916 0,63 0,81 0,79 0,38 0,60 0,78 Adapun interpretasi nilai reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Interpretasi Nilai Reliabilitas

Nilai Keterangan

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah


(27)

65

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nilai Keterangan

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi

0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

(Arikunto, 2006:276) Berdasarkan tabel 3.6, maka reliabilitas Instrumen Kondisi Karir berada pada tingkat reliabilitas yang tinggi sedangkan SDS pada umumnya berada pada rentang tinggi sampai sangat tinggi. Tingkat reliabilitas tinggi dan sangat tinggi menandakan bahwa kedua instrumen tersebut dapat digunakan dengan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.

D. Pengembangan Program

Pengembangan program merupakan proses yang meliputi telaah teori sampai menjadi bahan operasionalisasi. Berikut ini tahapan-tahapan yang ditempuh dalam mengembangkan program bimbingan karir berbasis teori karir Holland.

1. Mengkaji latar belakang dan asumsi teori Holland untuk mengetahui tujuan umum program bimbingan karir berbasis teori Holland.

2. Mengkaji prinsip-prinsip intervensi karir Holland untuk mengetahui prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam mengembangkan isi program bimbingan karir berbasis teori karir Holland.

3. Mengkaji instrumentasi yang dibuat oleh Holland untuk mendapatkan alat asesmen yang dapat digunakan dalam mengembangkan program bimbingan karir berbasis teori Holland (proses pengembangan instrumen telah dipaparkan pada poin C).

4. Membuat rencana tahapan program berdasarkan prinsip intervensi Holland.

5. Membuat Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan (SKLBK).

6. Membuat draft program bimbingan karir Holland untuk dikonsultasikan kepada pakar dan praktisi agar dapat diketahui kelayakannya.


(28)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proses pengujian kelayakan program bimbingan karir berbasis teori karir Holland melibatkan tiga pakar bimbingan karir yaitu dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan serta satu orang praktisi yaitu guru BK di SMA. Secara umum, program bimbingan karir berbasis teori karir Holland yang diajukan kepada tim penguji kelayakan program dinilai memadai untuk dipakai di Sekolah Menengah Atas. Berikut ini adalah beberapa pendapat yang diutarakan oleh pakar dan praktisi untuk pengembangan program bimbingan karir berbasis teori karir Holland yang lebih baik yaitu:

a. Rasional; rasionalisasi program sebaiknya lebih banyak mengungkap alasan pentingnya penggunaan teori Holland dalam membuat program, serta data dilapangan mengenai kondisi karir peserta didik SMA.

b. Deskripsi Kebutuhan; deskripsi kebutuhan sebaiknya dikembangkan berdasarkan data kebutuhan peserta didik yang diungkap melalui instrumen yang telah dikembangkan, bukan hanya berdasarkan prinsip intervensi Holland.

c. Tujuan Program; tujuan program sebaiknya dikembangkan berdasarkan deskripsi kebutuhan.

d. Sasaran Program; sasaran program sebaiknya adalah seluruh peserta didik, bukan hanya peserta didik dengan skor rendah berdasarkan hasil asesmen. e. Rencana Operasional; rencana operasional sebaiknya dicantumkan dalam

lampiran.

Berdasarkan hasil penimbangan para pakar tersebut, maka dilakukan revisi program diantaranya:

a. Menambahkan referensi data dilapangan mengenai kondisi karir peserta didik SMA pada bagian rasional program.

b. Mencantumkan deskripsi kebutuhan peserta didik berdasarkan hasil asesmen dengan menggunakan Instrumen Kondisi Karir.

c. Merevisi tujuan khusus program yang awalnya berdasarkan prinsip intervensi Holland menjadi berdasarkan deskripsi kebutuhan peserta didik.


(29)

67

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Merevisi sasaran program yang tadinya hanya untuk peserta didik kelas X dengan skor rendah berdasarkan asesmen menjadi untuk seluruh peserta kelas X karena berdasarkan deskripsi kebutuhan, hampir seluruh peserta didik memerlukan informasi karir yang mana pemberian informasi karir merupakan salah satu tujuan khusus dari program bimbingan karir berbasis teori karir Holland.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data tentang kondisi karir dan tipe minat karir peserta didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Sugiyono (2010) mengartikan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya.

Untuk mendapatkan data kondisi karir, kuesioner yang digunakan adalah Instrumen Kondisi Karir, sedangkan untuk mendapatkan data tipe minat karir, kuesioner yang digunakan adalah SDS.

F. Teknik Analisis Data

Tindak lanjut setelah pengumpulan data adalah analisis data. Analisis data merupakan rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai ilmiah. Dalam penelitian ini, teknik analisis untuk data kondisi karir dan tipe karir adalah dengan menggunakan statistika deskriptif. Adapun langkah-langkah dalam proses analisis data adalah sebagai berikut:

1. Verifikasi Data

Verifikasi data merupakan langkah pemeriksaan terhadap data yang diperoleh untuk menyeleksi data yang dianggaplayak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan meliputi:


(30)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Melakukan pengecekan kelengkapan jawaban pada kuesioner yang diisi oleh peserta didik. Kuesioner yang tidak diisi dengan lengkap kemudian tidak dapat digunakan atau diolah.

2. Tabulasi Data dan Penyekoran

Tabulasi data yaitu proses menempatkan data dalam bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis. Proses tabulasi data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007. Proses ini juga melibatkan scoring atau penyekoran, yaitu memberikan skor terhadap item-item.

Instrumen Kondisi Karir dan SDS merupakan instrumen dengan skala dikotomi, oleh karena itu keduanya memiliki pola penyekoran yang sama. Penyekoran dilakukan dengan pola sebagai berikut:

Tabel 3.7

Pola Pemberian Skor Instrumen

3. Pengelompokan dan Penafsiran Data

Data kondisi karir dan tipe karir memiliki sistem pengelompokan data yang berbeda.

a. Data Kondisi Karir

Data kondisi karir dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu Tinggi, Sedang, dan Rendah. Pengelompokkan data identitas karir menggunakan cara perhitungan kategorisasi jenjang yang dikemukakan oleh Azwar (2010). Langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya: mencari skor maksimal (Smax) dan skor minimal

(Smin), mencari nilai mean teoritis (x), dan mencari nilai deviasi standar (SD).

Instrumen Respon Skor

IKK Ya 1

Tidak 0

SDS Ya/Suka 1


(31)

69

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah diketahui nilai mean teoritis (x) dan deviasi standar (SD), maka dapat dilakukan penentuan kriteria identitas karir peserta didik dengan menggunakan tabel interval kategorisasi seperti berikut ini.

Tabel 3.8

Kategorisasi Identitas Karir Peserta Didik

Interval Kategori

11 ≤ X Rendah

5 ≤ X < 11 Sedang

X< 5 Tinggi

(Hasil kategorisasi data identita karir peserta didik terlampir)

Adapun data kebutuhan informasi karir dan hambatan karir dikelompokkan berdasarkan jumlah persentase peserta didik yang menjawab Ya berdasarkan per item. Penafsiran profil kondisi karir peserta didik ditinjau dari kategori dapat dilihat pada tabel 3.9 dan 3.10 berikut ini.

Tabel 3.9

Kualifikasi Identitas Karir Peserta Didik

Aspek Kategori Kualifikasi

Identitas Karir Tinggi Peserta didik sudah memiliki kejelasan dan stabilitas dari pilihan atau tujuan karirnya.

Sedang Peserta didik masih sedikit kebingungan terhadap kejelasan dan stabilitas dari pilihan atau tujuan karirnya.

Rendah Peserta didik belum memiliki kejelasan dan stabilitas dari pilihan atau tujuan karirnya.

Tabel 3.10

Kualifikasi Kebutuhan Informasi Karir dan Hambatan Karir Peserta Didik

Aspek Kategori Kualifikasi

Kebutuhan Informasi Karir 1. Bagaimana mencari

pekerjaan berdasarkan pilihan karir;

Tinggi Bila dibutuhkan oleh lebih dari 70% peserta didik.


(32)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aspek Kategori Kualifikasi

2. Jenis/kriteria orang yang dibutuhkan pada setiap pekerjaan yang berbeda; 3. Peluang kerja;

4. Pendidikan atau pelatihan yang harus ditempuh berdasarkan pilihan karir.

70% peserta didik.

Rendah Bila dibutuhkan oleh kurang dari 30% peserta didik.

Hambatan Karir 1. Keyakinan diri akan

kemampuan menyelesaikan studi lanjutan;

2. Keuangan yang memadai untuk mencapai pilihan karir yang diinginkan; 3. Keyakinan tentang

kemampuan dalam mencapai pilihan karir; 4. Dukungan keluarga.

Tinggi Bila lebih dari 70% peserta didik memiliki hambatan karir.

Sedang Bila 30%-70% peserta didik memiliki hambatan karir.

Rendah Bila kurang dari 30% peserta didik memiliki hambatan karir.

b. Data Tipe Minat Karir

Langkah-langkah pengelompokan dan penafsiran data tipe minat karir adalah sebagai berikut:

1) Hitung skor setiap kelompok pernyataan R, I, A, S, E, C dari Bagian Aktivitas.

2) Hitung skor setiap kelompok pernyataan R, I, A, S, E, C dari Bagian Kompetensi.

3) Hitung skor setiap kelompok pernyataan R, I, A, S, E, C dari bagian Pekerjaan.

4) Rekap jumlah skor R, I, A, S, E, C (Aktivitas, Kompetensi, dan Pekerjaan) pada lembar Pedoman Penyekoran di bagian terakhir lembar SDS.

5) Rekap nilai Estimasi Diri pada lembar Pedoman Penyekoran.

6) Jumlahkan skor R, I, A, S, E, C secara keseluruhan (mencakup skor Aktivitas, Kompetensi, Pekerjaan, dan Estimasi Diri).


(33)

71

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7) Setelah diperoleh masing-masing skor untuk setiap tipe (RIASEC), masukkan tiga kode tipe dengan jumlah paling tinggi secara berurutan dari yang tertinggi kedalam kotak tiga kode yang telah disediakan.

Kode paling pertama (memiliki jumlah skor paling paling tinggi) menggambarkan tipe minat karir yang paling dominan pada peserta didik. Adapun deskripsi atau penafsiran terhadap kode (tipe) pertama tersebut dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.11

Deskripsi Kode Pertama SDS (Tipe Minat Karir Peserta Didik)

Kode/Tipe Deskripsi

R Individu yang cenderung asertif dan kompetitif; lebih menyukai pekerjaan yang melibatkan objek, mesin, dan peralatan; memiliki minat dalam aktivitas yang menuntut kemampuan koordinasi motorik, dan kekuatan; lebih memilih menyelesaikan masalah melalui tindakan daripada melalui obrolan atau memikirkannya; sering digambarkan sebagai “pelaku”; menikmati aktivitas yang melibatkan keterampilan tangan; cenderung kompeten dalam kemampuan manual, mekanik, elektrik, dan agrikultural; memiliki kemampuan atletik; lebih menyukai aktivitas di luar ruangan; cenderung memiliki gaya hidup aktif.

I Individu yang menyukai aktivitas penelitian; sering digambarkan sebagai “pemikir”; cenderung kompeten dalam bidang matematika, sains, dan penelitian; suka mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan sains dan penelitian; menyukai aktivitas pengamatan dan analisa situasi yang menentukan mengapa dan bagaimana kinerja suatu hal; cenderung menikmati hidup untu belajar, menguji, meneliti, menganalisis, menyelidiki, mengevaluasi, dan menyelesaikan suatu masalah.


(34)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kode/Tipe Deskripsi

“kreator”; menyukai kebebasan dan hal-hal tak terstruktur yang

dapat membiarkannya menciptakan atau menikmati produk seni; cenderung kompeten dalam bahasa, seni, musik, drama, dan menulis; merupakan individu yang mandiri dan membutuhkan kebebasan dalam mengekspresikan dirinya dalam menggunakan imajinasi dan kreativitasnya.

S Individu yang menikmati aktivitas sosial; sering bekerja sama dengan orang lain dalam hal membantu, memberi informasi, melatih, mengembangkan, dan merawat mereka; sering digambarkan sebagai “penolong”; suka membantu menyelesaikan permasalahan orang lain; cenderung bersifat humanis dalam berinteraksi dengan orang lain; sangat menikmati saat-saat bersama orang lain.

E Individu yang menyukai peran sebagai pemimpin dimana ia dapat mengarahkan dan membujuk orang lain; sering digambarkan sebagai “pembujuk”; pekerja keras dalam meraih kekuasaan, status, dan penghargaan finansial; cenderung berorientasi tujuan dan menginginkan posisi yang lebih tinggi dalam sebuah organisasi; terkadang suka melatih jiwa wirausahanya; suka bekerja sama dengan orang lain dalam hal mempengaruhi, membujuk, memimpin, dan mengatur untuk mencapai tujuan organisasional dan ekonomi.

C Individu yang lebih menyukai aktivitas konvensional; sering digambarkan sebagai “organisator”; menikmati pekerjaan yang terstruktur dan tugas-tugas yang jelas; menyukai pekerjaan atau aktivitas kantor dimana ia dapat menggunakan kemampuan numerikal dan organisasionalnya; teliti dan selalu mengikuti prosedur secara akurat; senang mengikuti instruksi; berorientasi pada hal-hal detail; dikarenakan memiliki kemampuan numerikal


(35)

73

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kode/Tipe Deskripsi

dan klerikal, maka sering efisien dalam mengerjakan pekerjaan yang melibatkan pengolahan data dengan jumlah yang banyak.

Adapun tujuan pengambilan tiga kode dari SDS adalah untuk mempermudah peserta didik mencocokkan atau mempertimbangkan pilihan karirnya dengan pilihan pekerjaan yang terdapat dalam daftar klasifikasi pekerjaan yang sudah dikelompokkan berdasarkan tiga kode pertama Holland.

G. Prosedur dan Tahap Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pelaporan. Secara lebih rinci, tahap penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Pembuatan proposal penelitian.

b. Pengesahan proposal penelitian oleh dosen pembimbing I dan II serta ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

c. Pengajuan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas yang sebelumnya telah disahkan oleh ketua jurusan.

d. Pengajuan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) serta dari Fakultas untuk selanjutnya disampaikan ke lembaga lokasi penelitian yaitu SMAN 1 Cileunyi.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengembangan instrumen penelitian, diantaranya: (1) Analisis instrumen Holland yang akan diadaptasi dalam penelitian yakni MVS dan SDS. Analisis dilakukan untuk mengetahui tujuan, isi/aspek/domain, dan sistem penyekoran instrumen; (2) Menerjemahkan dan memodifikasi kedua instrumen Holland tersebut; (3) Uji kelayakan atau penimbangan instrumen oleh para pakar; (4) Uji keterbacaan instrumen kepada non sampel penelitian; (5) Uji coba


(36)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrumen kepada sampel penelitian; (6) perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen.

b. Pengumpulan data kondisi karir dan tipe karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun 2013/2014 dengan menggunakan instrumen yang telah dikembangkan.

c. Pengolahan dan analisis data tentang kondisi karir dan tipe karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun 2013/2014.

d. Perumusan program bimbingan karir berbasis teori karir Holland.

e. Uji kelayakan atau penimbangan program bimbingan berbasis teori karir Holland oleh para pakar dan praktisi.

f. Revisi program bimbingan karir berbasis teori karir Holland berdasarkan hasil penimbangan pakar dan praktisi.

g. Penulisan draft skripsi. 3. Tahap Pelaporan

a. Konsultasi draft skripsi pada pembimbing I dan II.

b. Revisi draft skripsi berdasarkan hasil konsultasi dengan dosen pembimbing. c. Finalisasi draft skripsi untuk ujian sidang.


(37)

75

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(38)

75

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bagian ini akan mendeskripsikan hasil-hasil penelitian yang meliputi: (1) gambaran kondisi karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014; (2) gambaran tipe minat karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014; dan (3) Rumusan program bimbingan karir berbasis teori karir Holland.

1. Gambaran Kondisi Karir Peserta Didik Kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014

Gambaran kondisi karir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran tentang identitas karir, kebutuhan informasi karir, dan hambatan karir peserta didik yang diungkap dengan menggunakan Instrumen Kondisi Karir.

a. Kondisi Karir Peserta Didik

Kondisi karir peserta didik merupakan gambaran identitas karir, kebutuhan informasi karir, dan hambatan karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014 secara umum berdasarkan keseluruhan data sampel penelitian yang berjumlah 96 orang. Gambaran kondisi karir ini dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berikut gambaran umum kondisi karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014.

Tabel 4.1

Gambaran Umum Kondisi Karir Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014

No. Aspek Kondisi Karir

Kategori

Tinggi Sedang Rendah

F % F % F %


(39)

76

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.2

Gambaran Umum Kondisi Karir Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014

No. Aspek Kondisi Karir Persentase Kategori

2. Kebutuhan Informasi Karir

1. Informasi tentang bagaimana mencari pekerjaan berdasarkan pilihan karir; 2. Informasi tentang jenis/kriteria orang yang

dibutuhkan pada setiap pekerjaan yang berbeda;

3. Informasi tentang peluang kerja;

4. Informasi tentang pendidikan atau pelatihan yang harus ditempuh berdasarkan pilihan karir 95,83 93,75 98,96 91,67 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 3. Hambatan Karir

1. Hambatan tentang keyakinan diri akan kemampuan menyelesaikan studi lanjutan; 2. Hambatan tentang keuangan yang memadai untuk mencapai pilihan karir yang diinginkan;

3. Hambatan tentang keyakinan tentang kemampuan dalam mencapai pilihan karir; 4. Hambatan tentang dukungan keluarga.

31,25 38,54 41,67 13,54 Sedang Sedang Sedang Rendah

Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 dapat diketahui bahwa:

Identitas karir peserta didik cenderung berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 60,42%, kemudian kategori rendah 25,00%, dan kategori tinggi 14,58%.

Data kebutuhan informasi karir peserta didik menunjukkan bahwa peserta didik memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap berbagai jenis informasi diantaranya: Informasi tentang bagaimana mencari pekerjaan berdasarkan pilihan karir (95,83%); Informasi tentang jenis/kriteria orang yang dibutuhkan pada setiap pekerjaan yang berbeda (93,75%); Informasi tentang Peluang kerja (98,96%); dan Informasi tentang pendidikan atau pelatihan yang harus ditempuh berdasarkan pilihan karir (91,67%).


(40)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun data hambatan karir menunjukkan bahwa peserta didik mayoritas memiliki hambatan karir yang berada pada kategori sedang, diantaranya: Hambatan tentang keyakinan diri akan kemampuan menyelesaikan studi lanjutan (31,25%); Hambatan tentang keuangan yang memadai untuk mencapai pilihan karir yang diinginkan (38,54%); Hambatan tentang keyakinan tentang kemampuan dalam mencapai pilihan karir (41,6%), sedangkan Hambatan tentang dukungan keluarga berada pada kategori rendah (13,54%).

b. Identitas Karir Peserta Didik

Gambaran identitas karir peserta didik merupakan gambaran tingkat kejelasan dan stabilitas dari pilihan atau tujuan karir karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014 dilihat dari kelas peminatan (MIA, ISO, IBBU). Gambaran identitas karir ini dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berikut gambaran identitas karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014 per kelas peminatan.

Tabel 4.3

Gambaran Identitas Karir Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014

No. Kelas

Kategori

Tinggi Sedang Rendah

F % F % F %

1. MIA 1 5 12,82% 22 56,41% 12 30,77% 2. ISO 2 7 17,95% 25 64,10% 7 17,95% 3. IBBU 2 11,11% 11 61,11% 9 27,78%

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa peserta didik kelas MIA 1 cenderung memiliki identitas karir yang sedang dengan persentase sebesar 56,41%, kategori rendah dengan persentase sebesar 30,77%, dan kategori tinggi dengan persentase 12,82%.


(41)

78

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peserta didik kelas ISO 2 memiliki identitas karir yang sedang dengan persentase sebesar 64,10%, kategori rendah dan tinggi masing-masing memiliki presentase sebesar 17,95%.

Peserta didik kelas IBBU memiliki identitas karir yang sedang dengan persentase sebesar 61,11%, kategori rendah dengan persentase sebesar 27,78%, dan kategori tinggi dengan persentase 11,11%.

c. Kebutuhan Informasi Karir Peserta Didik

Gambaran kebutuhan informasi karir peserta didik merupakan gambaran kebutuhan peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014 dilihat dari kelas peminatan (MIA, ISO, IBBU) terhadap informasi tentang: bagaimana mencari pekerjaan berdasarkan pilihan karir; jenis/kriteria orang yang dibutuhkan pada setiap pekerjaan yang berbeda; peluang kerja; dan pendidikan atau pelatihan yang harus ditempuh berdasarkan pilihan karir. Berikut gambaran kebutuhan informasi karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014 per kelas peminatan.

Tabel 4.4

Gambaran Kebutuhan Informasi Karir Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014

Kebutuhan Informasi Karir MIA 1 ISO 2 IBBU

% Ket. % Ket. % Ket.

1. Informasi tentang bagaimana mencari pekerjaan berdasarkan pilihan karir;

2. Informasi tentang jenis/kriteria orang yang dibutuhkan pada setiap pekerjaan yang berbeda; 3. Informasi tentang peluang kerja; 4. Informasi tentang pendidikan atau pelatihan yang harus ditempuh berdasarkan pilihan karir 94,87 94,87 100 92,31 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 97,44 92,31 97,44 89,74 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 94,44 94,44 100 94,44 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa peserta didik dari tiga kelas (MIA 1, ISO 2, dan IBBU) memiliki kebutuhan informasi karir yang tinggi baik itu informasi tentang bagaimana mencari pekerjaan berdasarkan pilihan karir;


(42)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informasi tentang jenis/kriteria orang yang dibutuhkan pada setiap pekerjaan yang berbeda; informasi tentang peluang kerja; maupun informasi tentang pendidikan atau pelatihan yang harus ditempuh berdasarkan pilihan karir.

d. Hambatan Karir Peserta Didik

Gambaran hambatan karir peserta didik merupakan gambaran kesulitan peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014 dilihat dari kelas peminatan (MIA, ISO, IBBU) dalam hal: keyakinan diri akan kemampuan menyelesaikan studi lanjutan; keuangan yang memadai untuk mencapai pilihan karir yang diinginkan; keyakinan tentang kemampuan dalam mencapai pilihan karir; dan dukungan keluarga. Gambaran hambatan karir ini dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berikut gambaran hambatan karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014 per kelas peminatan.

Tabel 4.5

Gambaran Hambatan Karir Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014

Hambatan Karir MIA 1 ISO 2 IBBU

% Ket. % Ket. % Ket.

1. Hambatan tentang keyakinan diri akan kemampuan menyelesaikan studi lanjutan; 2. Hambatan tentang keuangan

yang memadai untuk mencapai pilihan karir yang diinginkan; 3. Hambatan tentang keyakinan

tentang kemampuan dalam mencapai pilihan karir;

4. Hambatan tentang dukungan keluarga. 30,77 46,15 41,03 17,95 Sedang Sedang Sedang Rendah 30,77 23,08 46,15 46,15 Sedang Sedang Sedang Sedang 33,33 55,56 33,33 0,00 Sedang Sedang Sedang Rendah

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa peserta didik dari tiga kelas (MIA 1, ISO 2, dan IBBU) mayoritas memiliki hambatan karir (keyakinan diri akan kemampuan menyelesaikan studi lanjutan; keuangan yang memadai untuk mencapai pilihan karir yang diinginkan; keyakinan tentang kemampuan dalam mencapai pilihan karir) pada kategori sedang, sedangkan hambatan karir (dalam


(43)

80

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.17%

16.67%

29.17%

19.79%

14.58% 15.63%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

Realistic Investigative Artistic Social Enterprising Conventional hal dukungan keluarga), berada pada kategori rendah untuk kelas MIA 1 dan IBBU serta kategori sedang untuk kelas ISO 2.

2. Gambaran Tipe Minat Karir Peserta Didik

a. Tipe minat karir Peserta Didik

Gambaran umum tipe minat karir peserta didik merupakan gambaran keumuman yang tampak pada serangkaian pilihan aktivitas, kompetensi, dan pilihan pekerjaan sebagai ekspresi atau peluasan kepribadian peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014 secara umum berdasarkan keseluruhan data sampel penelitian yang berjumlah 96 orang. Gambaran tipe minat karir ini diklasifikasikan menjadi enam tipe berdasarkan tipe kepribadian Holland yaitu Realistic, Investigative, Artistic, Social, Enterprising, dan Conventional. Berikut gambaran umum tipe minat karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014.

Tabel 4.6

Gambaran Umum Tipe Minat Karir Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014

No Tipe Minat Karir F %

1 Realistic 4 4,17%

2 Investigative 16 16,67%

3 Artistic 28 29,17%

4 Social 19 19,79%

5 Enterprising 14 14,58%

6 Conventional 15 15,63%

Jumlah 96 100%

Gambaran umum tipe minat karir peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2013/2014 dapat divisualisasikan pada grafik 4.1 berikut.


(1)

99 Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penelitian yang berjudul “Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis Teori Karir Holland” di SMA Negeri 1 Cileunyi Kabupaten Bandung dengan subjek penelitian peserta didik kelas X Tahun Ajaran 2013/2014 dan dengan menggunakan metode deskriptif memiliki kesimpulan sebagai berikut:

1. Profil identitas karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berada pada kategori sedang, artinya peserta didik masih sedikit kebingungan terhadap kejelasan dan stabilitas dari pilihan atau tujuan karirnya.

2. Profil kebutuhan informasi karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berada pada kategori tinggi, artinya banyak peserta didik memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap informasi tentang: bagaimana mencari pekerjaan berdasarkan pilihan karir; jenis/kriteria orang yang dibutuhkan pada setiap pekerjaan yang berbeda; peluang kerja; dan pendidikan atau pelatihan yang harus ditempuh berdasarkan pilihan karir.

3. Profil Hambatan karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berada pada kategori sedang, artinya peserta didik agak mengalami kesulitan dalam hal: keyakinan diri akan kemampuan menyelesaikan studi lanjutan; keuangan yang memadai untuk mencapai pilihan karir yang diinginkan; keyakinan tentang kemampuan dalam mencapai pilihan karir; dan dukungan keluarga

4. Profil tipe minat karir peserta didik kelas X SMAN 1 Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa mayoritas peserta didik memiliki tipe minat karir Artistic disusul dengan tipe Social, Investigative, Conventional, Enterprising, dan terakhir Realistic


(2)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Rumusan program bimbingan karir berbasis teori karir Holland yang layak menurut pakar dan praktisi memuat struktur program sebagai berikut: (a) Rasional, (b) Deskripsi Kebutuhan, (c) Tujuan Program, (d) Sasaran Program, (e) Tahapan Program yang memuat empat tahapan, (f) Pengembangan Tema/Topik yang dioperasionalkan melalui Pengembangan Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK), (g) Evaluasi dan Tindak Lanjut, dan (h) Indikator Keberhasilan.

B. Rekomendasi

Rekomendasi untuk mengembangkan program bimbingan karir berbasis teori karir Holland ditunjukkan bagi guru bimbingan dan konseling dan peneliti selanjutnya, dengan rincian sebagai berikut.

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

a. Untuk dapat melaksanakan program bimbingan karir berbasis teori karir Holland, guru bimbingan dan konseling sebaiknya mempelajarai terlebih dahulu tentang teori Holland agar setiap layanan dapat terlaksana dengan baik.

b. Sasaran program dapat ditujukan kepada seluruh peserta didik dari berbagai jenjang mulai dari kelas X, XI, XII.

c. Informasi karir tidah harus selalu menggunakan materi yang tercantum dalam SKLBK buatan peneliti, namun dapat juga menggunakan informasi dari media asalkan bersifat faktual dan terpercaya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Program hipoteik ini dapat dilaksanakan oleh peneliti selanjutnya agar dapat diketahui efektifitas dari program bimbingan berbasis teori karir Holland. Subjek penelitian juga dapat ditujukan pada populasi yang berbeda.


(3)

100

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti kondisi karir peserta didik secara mendalam dari segi kongruensi, konsistensi, dan diferensiasi peserta didik.


(4)

101 Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ayeh, J.O. (2008). Application of the Accident Theory on Career Choice to

Workers in the Cape Coast Municipality. (Tesis). Fakultas Pendidikan,

Universitas Cape Coast, Cape Coast.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_______. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Borchert, M. (2002). Career Choice Factors of High School Students. (Tesis). University of Wisconsin, Stout.

Brown, S. & Lent, R. (2004). Career Development and Counseling: Putting

Theory and Research to Work.. New Jersey: Wiley.

Craswell, J. W. (2012). Educational Research. Boston: Pearson Education Inc.

Crites, J.O. (1969). Vocational Psychology: The Study of Vocational Behavior

and Development. New York: McGraw-Hill.

Donohue, R. (2006). Person-Environment Congruence in Relation to Career Change and Career Persistance. Journal of Vocational Behavior. (68), 504-515.

Duffy, R. D. & Sedleck, W. E. (2007). What is Most Important to Students Long-Term Career Choice.Journal of Career Development. (34), 149-163.

Gibson, R. L. & Mitchell, M.H. (1981). Introduction to Guidance. New York: Macmillan Publishing Co, Inc.

Gladding, S.T. (2012). Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: PT. Indeks.

Gottfredson, G.D. (1999). John Holland’s Contribution to Vocational Psychology.


(5)

102

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gottfredson, G.D. & Johnstun, M.L. (2009). John Holland’s Contribution: A theory-Ridden Approach to Career Assistance. The Career Development Quarterly. (58), 99-107.

Hirschi, A. (2010). Vocational Interest and Career Goals: Development and Relation to Personality in Middle Adolescence. Journal of Career

Assessment. (18), 223-238.

Hirschi, A. & Läge, D. (2007). Holland’s Secondary Construct of Vocational

Interest and Career Choice readiness of Secondary Students. Journal of

Individual Differences. (28), 205-218.

Holland, J.L. (1985). Making Vocational Choice: A Theory of Vocational

Personalities and Work Environment. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Hosking, K.F. (1996). A Comparison of Vocational Interest Types and Job

Satisfaction in Adult Career Development. (Tesis). Universitas Teknologi

Sydney, Sydney.

Husaini, U. et al. (2003). Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara

Jigau, M. et al. (2007). Career Counseling Compedium of Methods and

Techniques. AFIR: Bucharest.

Jones, L.K. (2010). Choosing a College Major Based on Your Personality. [Online]. Tersedia di: www.careerkey.org. Diakses 12 Desember 2013.

Khasawneh, S. et al. (2007). University Students’ Readiness for the National Workforce: A Study of Vocational Identity and Career Decision Making.

Mediterranean Journal of Educational Studies. 12 (1), 27-42.

Murphy, K. R. (1996). Individual Difference and Behavior in Organization. San Fransisco: Jossey-Bass.

Osipow, S.H. (1983). Theories of Career Development. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Patrick, J. et al. (2005). Issues in Career Depelopment. Connecticut: IAP.

Purnamasari. A. (2006). Efektivitas Pelatihan Perencanaan Karir untuk Meningkatkan Kejelasan Arah Pilihan Bidang Minat Karir Pada


(6)

Nurhayati, 2014

Pengembangan Program Bimbingan Karir Berbasis teori Karir Holland Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mahasiswa Semester III Fakutas Psikologi. Humanitas: Indonesian Psychological Journal. 3 (1), 38 - 49.

Purnomo, Y.H. (2012). Pengembangan Skala Tipe Karir Siswa Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas. (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Ratmono. (2002). Profil Tipe Kepribadian Siswa Sekolah Menengah Kejuruan BPK PENABUR Cirebon Suatu Studi Evaluatif. Jurnal Pendidikan Penabur. 3, (3).

Reardon, R. C., & Lenz, J. G. (1999). Holland’s Theory and Career Assessment. Journal of Vocational Behaviour. (55), 102-113.

Santrock, J. W. (2007). Adolesence. New York: McGraw-Hill Company.

Sharf, R. S. (2010). Applying Career Development Theory to Counseling. Belmont: Brook/Cole Cengage Learning.

Slaney, R. B. (1988). The Assessment of Career Decision Making. Dalam: Walsh, W. B. & Osipow, S. H. (Penyunting), Career Decision Making (hlm. 51-58). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sukadji, S. (2000). Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta: UI-Press.

Spokane, A. R. (1996). Holland’s Theory. Dalam: Brown, L. Brooks & Associates

(Penyunting), Career Choice & Development (hlm. 33-74). San Francisco: Jossey-Bass.

Toit, R. & Bruin, G.P. (2002). The Structural Validity of Holland’s R-I-A-S-E-C Model of Vocational Personality Types for Young Black South African Men and Women. Journal of Career Assessment. 1, (10), 62-77.

Winkel, W.S. & Hastuti, S. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi