Jurnal Skripsi Asri Yulianti G0110008

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id

Hubungan antara Kesepian dan Stres dengan Perilaku Seksual
pada Remaja di SMK X Surakarta
The correlation between loneliness and stress with sexual behavior
on adolescent in smk x surakarta
Asri Yulianti, Istar Yuliadi, Nugraha Arif Karyanta
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Remaja akan mengalami suatu tahapan dalam perkembangan yaitu gejolak yang berkaitan
dengan perilaku seksual. Remaja sebagai individu yang dinamis dihadapkan kebutuhan serta
tuntutan-tuntutan yang memaksa individu tersebut untuk beradaptasi dengan baik. Berbagai
macam kebutuhan dan tuntutan tersebut salah satunya akan dapat mempengaruhi remaja secara
psikologis yaitu dihinggapi rasa kesepian dan stres. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1)
Hubungan kesepian dan stres dengan perilaku seksual pada remaja di SMK X Surakarta; (2)
Hubungan kesepian dengan perilaku seksual pada remaja di SMK X Surakarta; (3) Hubungan stres
dengan perilaku seksual pada remaja di SMK X Surakarta.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI dan XII SMK X Surakarta yang terdiri
atas 13 kelas yang berjumlah 329 siswa. Sample dalam penelitian ini terdiri atas 3 kelas yang

berjumlah 97 siswa. Sampling dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Alat
pengumpul data yang digunakan adalah skala perilaku seksual dengan koefisien validitas 0.479–
0.742 dan reliabilitas 0.848; skala kesepian dengan koefisien validitas 0.382–0.656 dan reliabilitas
0.847; serta skala stres dengan koefisien validitas 0.408–0.675 dan reliabilitas 0.878.
Analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan nilai
Fhitung = 2.361 ; p = 0.100 (p > 0.05), yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kesepian dan stres dengan perilaku seksual pada siswa remaja di SMK X Surakarta. Secara parsial,
juga menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kesepian dengan perilaku
seksual dengan rx1y= -0.156; p = 0.130 (p > 0.05). Secara parsial pula, terdapat hubungan antara
stres dengan perilaku seksul dengan rx2y = 0.206 ; p= 0.044 (p < 0.05). Nilai R² (R square) sebesar
0.048, artinya dalam penelitian ini kesepian dan stres secara bersama-sama memberikan
sumbangan efektif sebesar 4.8 % terhadap perilaku seksual.
Kata Kunci: kesepian, stres, perilaku seksual, remaja

PENDAHULUAN

identitas diri lebih mudah membawa dirinya

Perilaku seksual seringkali menjadi topik menjadi salah dalam berperilaku.
permasalahan yang sering ditemui pada remaja.


Zahra (2005) menjelaskan, masa remaja

Remaja yang sedang mengalami proses masa yang belum stabil membuat remaja kurang
transisi

dari kanak-kanak menuju dewasa waspada dalam bertingkah laku, sehingga

membuat dirinya dituntut untuk menghadapi mereka sering bertindak ceroboh dan tidak
proses perubahan itu dengan berbagai keadaan mepertimbangkan
dengan
baik
akibat
commitperilakunya.
to user
dan kondisi yang dialami. Remaja yang masih
Oleh karena itu, remaja menjadi
labil dan sedang mengalami krisis mencari rentan

terhadap


dampak

perilaku

mereka

sendiri. Disamping itu, pada sejumlah remaja
1

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
juga didapati adanya penyimpangan perilaku rentan untuk melakukan hal tersebut (Kotchick,
seksual yang didalamnya termasuk melakukan Shaffer dan Forehand, 2011).
hubungan seksual pada usia relatif muda.

Remaja yang mulai membuat kelompok-

Perilaku seksual pada remaja semakin kelompok teman sebaya dan membuat relasi
mengkhawatirkan. Penelitian yang dilakukan yang lebih banyak menjadi semakin penting

oleh Wimpie Pangkahila pada tahun 1996 untuk ikut serta dalam pencapaian sebuah
melakukan penelitian terhadap remaja SMA di identitas dengan status sosial, dominasi, harapan
Bali dengan sampel 633 (345 pria dan 288 yang lebih besar tentang keintiman, loyalitas,
wanita). Kesemuanya memiliki pengalaman dan dukungan dalam hubungan mereka (Rubin,
berhubungan seks pra nikah, yaitu melakukan Bukowski, Parker, & Bowker, 2008).
hubungan badan dengan lawan jenis dengan

Kesepian merupakan hal yang tak dapat

persentase perempuan 18% dan 27% laki-laki. dihindari oleh siapapun, salah satunya adalah
Sedangkan penelitian Situmorang tahun 2001 remaja. Remaja membutuhkan interaksi yang
mencatat, laki-laki dan perempuan di Medan berkualitas untuk menjalin suatu kebutuhan
mengatakan sudah melakukan hubungan seks emosional, apabila hal ini tidak terpenuhi,
dengan komposisi, 9% perempuan dan 27% remaja akan dilanda kesepian (More dan
laki-laki (Soejoeti, 2001).

Schultz, 1983). Wedge (1989) menjelaskan,

Perkembangan perilaku seksual remaja orang yang mengalami kesepian merasa dalam
juga ditemukan kota-kota besar, salah satunya keterasingan dan kesendirian yang sepi. Apabila

yaitu Surakarta. Hasil penelitian yang dilakukan kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi dalam
oleh Taufik (dalam Darmasih, 2009) mengenai jangka waktu yang lama, dapat menghancurkan
perilaku

seksual

Menengah

di

remaja

10

Sekolah integritas pribadi. Kesepian juga ditemukan

dengan

sampel memiliki keterkaitan sebagai peluang yang


di

Surakarta

berjumlah 1.250 orang, terdiri dari 611 laki-laki tinggi dengan perilaku seksual berisiko yang
dan 639 perempuan menyatakan bahwa 10,53% dilakukan oleh remaja putri yang mengalami
remaja pernah melakukan ciuman bibir, dan 3, kehamilan
09% melakukan hubungan seksual.

(Stickley,

Koyanagi,

Koposov,

Schwab-Stone, dan Ruchkin, 2014). Hayden

Perilaku seksual berisiko yang marak (2006) menambahkan bahwa individu yang
dilakukan remaja dapat disebabkan dari faktor melakukan seks secara berlebihan menggunakan
ketidakmampuan dalam menghadapi perubahan aktivitas tersebut sebagai jalan tercepat sebagai

perkembangan

yang

terjadi

pada

dirinya. bentuk meditasi terhadap kegelisahan, kesepian,

Remaja yang berada ditengah-tengah masa stres dan gangguan tidur. Pada hal ini seks
diri commit
dan dijadikan
to user sebagai “pereda nyeri” atau sebagai
membangun jaringan sosial, membuat mereka “pereda ketegangan”.
untuk

mengembangkan

identitas


2

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
Rasa kesepian yang berlangsung lama dilakukan remaja yaitu dalam hal perilaku
pada diri individu dapat melemahkan dan seksual (Schantz, 2012).
membuat individu akan terkena dampak dari

Studi pendahuluan dilakukan dengan

perilaku yang tidak baik (Peplau dan Perlman, mewawancarai guru BK SMK X Surakarta yang
1981). Dengan segala perubahan yang terjadi memaparkan bahwa pacaran yang banyak
dan kebutuhan yang harus dipenuhi remaja ditampilkan oleh anak-anak didiknya adalah
dalam perkembangannya, tak mengherankan mengerjakan kegiatan bersama seperti, antara
apabila remaja juga akan dihinggapi stres (Hall lain duduk di kelas bersama, pergi ke kantin
dalam Arnett, 1999).
Stres

bersama, istirahat dan pulang sekolah bersama.


secara

psikologis

merupakan Beliau juga menuturkan info yang didapat dari

kombinasi dari gejala kecemasan umum dari ciri anak didiknya bahwa ditemukan kasus tersendiri
kepribadian, ketidakmampuan secara fungsional yaitu kehamilan di luar nikah.
dan

masalah

dalam

perilaku

(Drapeau,

Wawancara juga dilakukan dengan tiga


Marchand, dan Beaulieu-Prévost, 2012). Stres siswa yang memaparkan soal perilaku seksual
yang tidak dapat terselesaikan dengan baik yang biasa dilakukan seperti berkencan ke mall
menjadi salah satu faktor yang meningkatkan dan tempat hiburan dengan teman lawan jenis,
individu

untuk

melakukan

perilaku

yang dan salah satu diantara mereka menuturkan

bermasalah (Wallander, Thompson, Robert, mempunyai teman laki-laki yang melakukan
hubungan seksual. Kegiatan berkencan pada

Alriksson-Schmidt, dan Michael, 2003).

Stres merupakan akibat dari suatu teman lawan jenis biasa mereka lakukan dengan

kejadian atau serangkaian pengalaman yang pergi makan bersama, nonton, atau sekedar
dimaknai negatif dan tidak dapat dihadapi atau hanya jalan-jalan mengitari kota.
dilalui oleh seorang individu. Ibung (2008)

Studi

pendahuluan

juga

dilakukan

menjelaskan bahwa kejadian atau pengalaman dengan menyebarkan 25 kuesioner di SMK X
tersebut

sebagai

sesuatu

yang

tidak Surakarta, didapatkan hasil 24 di antaranya

menyenangkan atau “menekan” yang menjadi pernah berpacaran. Dari semua jumlah anak
sumber stres dan dapat memberikan efek negatif yang berpacaran tersebut, 21 orang mengaku
pada individu yang tidak dapat menyikapinya berpegangan tangan, 21 berkencan, 18 pernah
dengan baik. Stres merupakan bagian dari mencium atau dicium pipi oleh lawan jenis, 15
kehidupan, namun stres yang berlebih akan berpelukan, dan 16 orang berciuman.
mempengaruhi kualitas hidup. Remaja yang

Terkait dengan hal kesepian, responden

rentan mengalami stres memiliki kecenderungan menjelaskan lewat kuesioner terbuka yang
bahwa bentuk kesepian yang
berisiko
commitmenyatakan
to user
(Johnson, Dariotis, dan Wang, 2012). Salah dialami karena faktor kurang perhatian dari
untuk

satu

melakukan

wujud

dari

perilaku

yang

perilaku

berisiko

yang lingkungan dan tidak adanya sosok dekat karena

3

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
diantaranya terdapat siswa yang telah hidup

sampai tingkah laku berkencan, bercumbu,

sendiri

dan

dan bersenggama. Objek seksualnya bisa

ketidakdekatan hubungan antar teman sekolah

berupa orang lain, orang dalam khayalan,

yang diwujudkan dengan merasa sering tidak

atau diri sendiri. Soetjiningsih (2008)

diterima

kelompok,

mengemukakan, perilaku seksual pranikah

merindukan untuk dekat dengan seseorang, dan

remaja adalah segala tingkah laku seksual

berharap mereka dapat lebih terbuka tentang

yang didorong oleh hasrat seksual dengan

perasaan yang mereka alami. Di samping itu,

lawan jenisnya, yang dilakukan oleh remaja

dalam tahapan perkembangan mereka sebagai

sebelum mereka menikah. Berdasarkan

seorang remaja, mereka mengungkapkan terjadi

definisi yang dijelaskan oleh beberapa ahli

kebingungan dengan perubahan fisik yang

di atas maka disimpulkan bahwa perilaku

terjadi, dan menilai bahwa sosok yang sesuai

seksual adalah suatu bentuk perilaku yang

dengan yang mereka inginkan namun tidak

didasarkan pada dorongan hasrat seksual

sebagaimana adanya yang terjadi dan tuntutan

yang dilakukan untuk mengarahkan kepada

pergaulan serta kondisi lain seperti aturan-

kenikmatan seksual.

atau

di

kos

dalam

tanpa

orangtua,

sebuah

aturan dan tuntutan dalam keluarga dan sekolah,

Sarwono (2010) menjelaskan bentuk

pencapaian di bidang akademis, masalah yang

perilaku seksual melalui beberapa tahapan

terjadi di dalam keluarga, dan kebingungan-

mulai dari mengajak pasangannya untuk

kebingungan akan hal yang terjadi di masa yang

berkencan, dilanjutkan dengan berpegangan

akan datang yang hal ini dapat mengakibatkan

tangan

remaja berada pada kondisi stres.

berciuman

dan

berpelukan,

hingga

kemudian

meraba-raba

begian

Sesuai dengan paparan yang telah

sensitif pasangannya, dan berujung pada

dijelaskan, penulis tertarik untuk melakukan

hubungan seks remaja dengan pasangannya.

penelitian dengan judul: “Hubungan antara

Soetjiningsih (2008) mengungkap

Kesepian dan Stres dengan Perilaku Seksual di

kan beberapa aspek perilaku seksual, yaitu:

SMK X Surakarta”.

a. Berpegangan tangan.
b. Memeluk atau dipeluk dibahu.

DASAR TEORI

c. Memeluk atau dipeluk dipinggang.

A. Perilaku seksual
Sarwono

d. Ciuman bibir.
(2010)

menjelaskan,

e. Ciuman bibir sambil pelukan.

perilaku seksual adalah segala tingkah laku

f. Meraba atau diraba daerah erogen

yang didorong oleh hasrat seksual, baik

(payudara dan alat kelamin) dalam

dengan lawan jenisnya maupun dengan
commit to userkeadaan berpakaian.
sesama jenis. Bentuk-bentuk dari perilaku
g. Mencium atau dicium daerah erogen
seksual dapat berupa perasaan tertarik

dalam keadaan berpakaian.

4

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
h. Saling menempelkan alat kelamin dalam
keadaan berpakaian.

kualitatif. Ada tiga poin umum untuk

i. Meraba atau diraba daerah erogen dalam
keadaan tanpa pakaian.

diperhatikan, pertama, kesepian hasil dari
kekurangan dalam diri seseorang dengan

j. Mencium atau dicium daerah erogen
dalam keadaan tanpa pakaian.

hubungan

sosialnya,

kedua,

kesepian

merupakan fenomena subyektif, dan ketiga,

k. Saling menempelkan alat kelamin dalam
keadaan tanpa pakaian.

kesepian bersifat tidak menyenangkan dan
menyedihkan.

l. Hubungan seksual.

Selanjutnya,

Baron

dan

Bryne (2005) menyatakan kesepian adalah

Berdasarkan uraian di atas, peneliti
menggunakan

penting, baik secara kuantitatif maupun

bentuk-bentuk

suatu

reaksi

emosional

dan

kognitif

perilaku

terhadap dimilikinya hubungan yang lebih

seksual remaja yang dikemukakan oleh

sedikit dan lebih tidak memuaskan daripada

Sarwono (2010) dan Soetjiningsih (2008)

yang

sebagai

Berdasarkan definisi yang dijelaskan oleh

aspek

penelitian.

Aspek-aspek

diinginkan

oleh

orang

tersebut.

tersebut bergerak pada tahapan yang terdiri

beberapa

atas

tangan,

disimpulkan bahwa kesepian adalah suatu

memeluk atau dipeluk di bahu, memeluk atau

keadaan di mana terjadi perbedaan antara

dipeluk dipinggang, ciuman bibir, ciuman

yang diinginkan dengan kenyataan yang

bibir sambil pelukan, meraba atau diraba

dialami seseorang dalam tingkat yang

daerah sensitif dalam keadaan berpakaian,

dicapai dari hubungan sosialnya.

berkencan,

berpegangan

mencium atau dicium daerah sensitif dalam

ahli

di

atas

maka

dapat

Russel (1996) menjelaskan ada tiga

keadaan berpakaian, saling menempelkan

aspek dalam kesepian, yaitu:

alat kelamin dalam keadaan berpakaian,

a. Personality, kepribadian individu dari

meraba atau diraba daerah sensitif dalam

sistem-sistem

keadaan tanpa pakaian, mencium atau dicium

menentukan karakteristik perilaku dan

bagian sensitif dalam keadaan tanpa pakaian,

berpikir.

saling menempelkan alat kelamin dalam
keadaan

tanpa

pakaian,

dan

hubungan

yang

b. Social desirability, adanya keinginan
kehidupan
individu

seksual.

psikofisik

sosial
pada

yang

disenangi

kehidupannya

di

lingkungannya.

B. Kesepian
Peplau

dan

Perlman

(1982)

menjelaskan kesepian adalah pengalaman

c. Depression, adanya tekanan dalam diri
yang mengakibatkan adanya depresi.

Stres
yang tidak menyenangkan yang terjadi
commitC.
to user
Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem
ketika kekurangan sesorang jaringan
hubungan

sosial

di

beberapa

makna

(2010) menjelaskan, stres adalah keadaan

5

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
seseorang dihadapkan dengan peristiwa

d. Lack of joy, merupakan kondisi akan

yang mereka rasakan sebagai ancaman

kurangnya

kesehatan

ketidakmampuan

fisik

atau

psikologisnya.

suka

cita

untuk

dan

merasakan

Peristiwa tersebut biasanya dinamakan

kenikmatan, perasaan kehilangan, dan

stresor, dan reaksi orang terhadap peristiwa

menyerah.

tersebut dinamakan respon stres. Hal

e. Fatigue, merupakan suatu kelelahan,

tersebut sejalan dengan Chaplin (2008)

kelesuan dan dan kebosanan

yang menjelaskan bahwa stres adalah satu

dialami secara fisik maupun mental.

keadaan tertekan, baik secara fisik dan
psikologis.

yang

f. Worries, suatu sikap emosional ditandai

Berdasarkan definisi yang

secara khas oleh kecemasan mengenai

dijelaskan oleh beberapa ahli di atas maka

suatu peristiwa seperti kekhawatiran

stres adalah suatu keadaan dimana seorang

akan banyak hal.

individu tidak dapat merespon segala

g. Tension, tekanan atau ketegangan yang

stimulus stresor atau masalah dengan baik

dapat

sehingga

ketidaknyamanan.

menempatkan

dirinya

pada

mengakibatkan

suatu

keadaan yang tertekan.
Levenstein (1993) menjelaskan ada
tujuh aspek stres, yaitu: harrassment,

METODE PENELITIAN
Populasi yang akan menjadi subjek dalam

overload, irritability, lack of joy, fatigue, penelitian ini adalah remaja yang tercatat
worries, dan tension.
a. Harrassment,

sebagai siswa kelas XI dan kelas XII yang
mencakup

berbagai terdiri atas 13 kelas dengan jumlah 329 siswa.

perilaku yang bersifat ofensif. Hal ini Jumlah sampel yang diambil oleh peneliti dalam
umumnya dipahami sebagai perilaku penelitian ini adalah 97 siswa. Sampel dalam
yang dimaksudkan untuk mengganggu, penelitian dipilih dengan karakteristik yang
bersifat gangguan dan usikan sebagai ditentukan oleh peneliti yaitu remaja yang
tindakan-tindakan yang tidak diinginkan berumur 15 ⁄ – 16 ⁄ tahun (wanita) dan 16seperti ancaman dan tuntutan.
b. Overload,

keadaan

psikologis

17 tahun (laki-laki).

dari

Metode pengumpulan data yang digunakan

gabungan-gabungan akan banyak hal dalam penelitian ini menggunakan tiga alat ukur
yang mengakibatkan beban yang psikologi, yaitu skala perilaku seksual, skala
telampaui.
c. Irritability,

kesepian, dan skala stres. Ketiga alat ukur
kerentanan

menanggapi

rangsangan

mengarahkan

kecenderungan

kemarahan.

untuk tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
yang 1.to Skala
commit
user perilaku seksual
pada

Perilaku seksual dalam penelitian ini
diukur mengunakan bentuk-bentuk perilaku

6

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
seksual

dari

Soetjiningsih

Sarwono
(2008)

(2010)

yaitu:

dan

HASIL- HASIL
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan

berkencan,

berpegangan tangan, memeluk atau dipeluk dengan bantuan program Statistical Product and
di bahu, memeluk atau dipeluk dipinggang, Service Solutions (SPSS) versi 16.
ciuman bibir, ciuman bibir sambil pelukan, 1.

Analisis Deskriptif

meraba atau diraba daerah sensitif dalam

Kategorisasi responden dengan rincian

keadaan berpakaian, mencium atau dicium

bahwa sebagian besar responden dalam

daerah sensitif dalam keadaan berpakaian,

penelitian ini sebanyak 64,95% memiliki

saling menempelkan alat kelamin dalam

perilaku seksual tingkat sedang, sebanyak

keadaan berpakaian, meraba atau diraba

75,26% responden memiliki kesepian pada

daerah sensitif dalam keadaan tanpa pakaian,

tingkat sedang dan sebanyak 51,55%

mencium atau dicium bagian sensitif dalam

responden memiliki stres tingkat sedang.

keadaan tanpa pakaian, saling menempelkan 2.

Uji Asumsi Dasar.

alat kelamin dalam keadaan tanpa pakaian,

a. Uji Normalitas

dan hubungan seksual. Skala perilaku seksual

Nilai

terdiri atas 13 aitem favorable.

sebesar 0,869 (p>0,05), nilai signifikansi

signifikansi

perilaku

seksual

kesepian sebesar 0,502 (p>0,05), dan

2. Skala kesepian
Kesepian dalam penelitian ini diukur dengan

nilai signifikansi stres 0,810 (p>0,05).

skala kesepian yang diadaptasi menggunakan

Nilai signifikansi untuk variabel perilaku

aspek yang dikemukakan oleh Russel (1996)

seksual, kesepian dan stres lebih besar

yaitu Loneliness Scale Version 3 (UCLA

dari 0,05, maka dapat disimpulkan

version 3) yaitu aspek personality, social

bahwa ketiga variabel tersebut telah

desirability, dan depression. Skala berisi 20

terdistribusi secara normal.

aitem,

yang

terbagi

dalam

11

aitem

b. Uji Linearitas.

favourable dan 9 aitem unfavourable .

Nilai Sig. pada kolom deviation from

3. Skala stres

linearity antara kesepian dengan perilaku

Stres ini diukur dengan skala yang disusun

seksual sebesar 0,427 (Sig>0,05). Stres

peneliti menggunakan aspek stres dari

dengan kecemasan menopause sebesar

Levenstein

0,462

(1993)

yaitu

harrassment,

(Sig>

0,05).

Hal

tersebut

overload, irritability, lack of joy, fatigue,

menunjukkan bahwa keduanya memiliki

worries, dan tension. Skala stres terdiri atas

hubungan yang linier.

30 aitem yang terbagi menjadi 22 aitem
favorable dan 8 aitem unfavorable.

3.

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinearitas.
commit to user
Nilai variance inflation factor (VIF)
kedua variabel prediktor, yaitu kesepian

7

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
dan

stres

adalah

1,216

dan

nilai 5.

Uji Korelasi

Tolerance 0,823. Nilai VIF kurang dari

Dari perhitungan didapat nilai rx1y= - 0,156;

10 dan nilai Tolerance lebih dari 0,1

p=0,130 (p>0,05).

berarti antar variabel prediktor tidak

bahwa tidak terjadi hubungan kesepian

terdapat persoalan multikolinieritas.

dengan perilaku seksual yang rendah.

Hal ini menunjukkan

Dengan demikian, secara parsial terdapat

2. Uji Otokorelasi
Berdasarkan perhitungan SPSS versi

hubungan negatif yang tidak signifikan

16.0, nilai DW adalah 1,545, nilai DW

antara kesepian dengan perilaku seksual.

diantara -2 sampai +2. Maka, dapat

Diperoleh

disimpulkan

(p0,05). Hal ini berarti bahwa tidak
PEMBAHASAN

terdapat hubungan yang signifikan antara
kesepian dan stres dengan perilaku seksual.

Hasil

analisis

penelitian

mengenai

Angka R2 sebesar 0,048 menunjukkan hubungan antara kesepian dan stres dengan
bahwa persentase sumbangan pengaruh perilaku seksual melalui teknik analisis data
terhadap regresi berganda diperoleh nilai Fhitung = 2,361
perilaku seksual adalah sebesar 4,8% dan nilai p=0,100 (p>0,05) yang menandakan
to user ketiga variabel tersebut adalah tidak
sedangkan sisanya sebesar 95,2 commit
% hubungan
variabel

kesepian

dan

stres

ditentukan oleh variabel lain.

signifikan. Dengan demikian, hipotesis pertama
yang diajukan dalam penelitian ini ditolak yaitu

8

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
tidak terdapat hubungan antara kesepian dan untuk dikorelasikan terhadap perilaku seksual
stres dengan perilaku seksual.

dan banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor

Bahwa terdapat banyak sekali faktor lain yang mempengaruhi antara lain berasal dalam
yang mempengaruhi perilaku seksual seseorang diri dan luar individu. Faturochman (1992)
selain kesepian dan stres. Crockett, Raffaelli, memaparkan, bahwa sikap permisif, tingkat
dan Moilanen (2003) memaparkan faktor emosional, dan kepribadian individu sebagai
tersebut antara lain pengaruh biologis seperti faktor dalam diri seseorang dalam hal perilaku
pubertas,

pengaruh

gen,

model seksual. Lingkungan, komunitas tempat tinggal,

pengaruh

biososial, faktor sosiokultural, faktor keluarga dan teman sebaya sebagai faktor ekstrenal yang
seperti proses yang terjadi dalam keluarga, turut mendukung. Lebih jauh lagi Santrock
komposisi keluarga dan status sosial ekonomi, (dalam

Gentry

dan

Campbell,

2002)

pengaruh teman sebaya, teman, teman romantis, menambahkan perkembangan emosional pada
pengaruh lingkungan, dan media. Faktor lain remaja telah melibatkan untuk membangun rasa
dari psikologis dan perilaku meliputi sikap dan realistis

dan

koheren

dalam

konteks

nilai-nilai, prestasi akademik dan investasi berhubungan dengan orang lain dan belajar
akademik,

penyesuaian

seperti untuk mengatasi dalam mengelola emosi.

psikososial

kesejahteraan psikologis, masalah perilaku, Manajemen

emosi

yang

baik

akan

toleransi risiko dan menahan diri. Faktor memunculkan perilaku yang sesuai dengan
pengahayatan akan seksualitas seperti konstruk harapan, tuntutan norma, dan aturan (Vohs dan
kultural, konstruksi akan cinta, hasrat, identitas Baumeister,

2011).

Analisis

diatas

sosial dan situasi akan kemungkinan untuk membuktikan bahwa perilaku seksual tidak
dipengaruhi oleh kesepian karena banyak faktor

melakukan hal seksualitas.

yang mempengaruhinya.
Uji hipotesis membuktikan hipotesis kedua
dalam penelitian ini ditolak, yaitu tidak terdapat
hubungan antara kesepian dengan perilaku
seksual. Hasil tersebut ditunjukkan oleh nilai
rx1y= - 0,156; p=0,130 (p>0,05).

Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terjadi hubungan
antara kesepian dengan perilaku seksual dan
sangat rendah. Dengan demikian, secara parsial
terdapat hubungan negatif yang tidak signifikan
antara kesepian dengan perilaku seksual.

Tidak
penelitian

terbuktinya
juga

dapat

hipotesis

dalam

diakibatkan

karena

variabel dalam penelitian diduga merupakan
variabel

mediator

yaitu

variabel

yang

menjembatani dua hubungan antar variabel
(Widhiarso, 2010). Kesepian dalam hal ini
merupakan mediator dari penghargaan diri, dan
dukungan sosial yang memiliki hubungan lebih
kuat pengaruhnya terhadap perilaku seksual

commitremaja
to user sehingga hasil penelitian yang
Tidak terbuktinya uji hipotesis kedua ini
didapatkan tidak signifikan (Klein, 2007).
diasumsikan terjadi karena variabel kesepian
tidak dapat berdiri sendiri secara independen
9

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
Berdasarkan uji hipotesis untuk hipotesis

Berdasarkan pemaparan hasil analisis dan

ketiga, diperoleh nilai rx2y = 0,206; p=0,044 (p< pembahasan diatas, penelitian ini telah mampu
0,05) . Hasil ini menunjukkan bahwa stress membuktikan hipotesis ketiga yaitu adanya
berhubungan secara signifikan dengan perilaku hubungan antara stres dengan perilaku seksual
seksual.

Hubungan

stres

dengan

perilaku pada remaja sehingga diharapkan hasil dari

seksual berada pada tingkat rendah. Dengan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
demikian, secara parsial terdapat hubungan bagi SMK X Surakarta untuk memberikan
positif yang signifikan antara stres dengan pengajaran mengenai pengetahuan seks yang
perilaku seksual. Semakin tinggi stres yang benar dan mengenai perilaku seksual berikut
dimiliki maka perilaku seksual yang dimiliki dampak-dampaknya untuk menekan tingkat
akan tinggi. Demikian juga sebaliknya, semakin perilaku seksual pada siswa dengan cara
rendah stres yang dimiliki maka perilaku meminimalisir stres yang dirasakan siswa.
seksual yang dimiliki akan rendah. Friedlander Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan
(2013) memaparkan remaja merupakan masa- antara lain kecilnya presentase sumbangan yang
masa dimana akan mengalami stres yang berat diberikan kesepian dan stres terhadap perilaku
terutama selama masa pubertas, dan konflik itu seksual yaitu hanya sebesar 4,8%, dan sisanya
sering disebabkan karena beberapa hal yang 95,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
terjadi sebagai pencetusnya. Fisik, mental, diteliti dalam penelitian ini.
kondisi rumah dan sekolah, lingkungan dan
sebagai peran remaja itu sendiri dan stres
memegang

peranan

penting

dalam

PENUTUP

kasus A. Kesimpulan

kenakalan remaja (Foljanty-Jost, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian dapat

Hasil uji korelasi parsial ini sama dengan

disimpulkan :

hasil penelitian Wade dan Pevalin (2005) yang

1. Tidak terdapat hubungan antara kesepian

menyebutkan bahwa perilaku kenakalan atau

dan stres dengan perilaku seksual pada

penyimpangan yang dilakukan oleh remaja

remaja di SMK X Surakarta.

yang

2. Tidak terdapat hubungan antara kesepian

mengalami stres yang berat. Stres yang tidak

dengan perilaku seksual pada remaja di

dapat dikelola dengan baik akan berdampak

SMK X Surakarta.

salah

satu

faktornya

yaitu

mereka

negatif pada individu yang mengalaminya yaitu

3. Terdapat hubungan antara stres dengan

melakukan perilaku seksual yang merupakan

perilaku seksual pada remaja di SMK X

salah satu bentuk dari kenakalan remaja. Hal ini

Surakarta.

yang kemudian menjadikan motif pendorong
Persentase sumbangan pengaruh yang
commit to 4.
user
remaja dalam pelarian diri serta pembelaan diri

diberikan

yang irrasional.

bersama-sama terhadap perilaku seksual

kesepian

dan

stres

secara

10

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
adalah sebesar 4,8 % sedangkan sisanya

seks,

yaitu 95,2 % dipengaruhi oleh variabel

pemberian pengetahuan seks di sekolah,

lain di luar variabel yang digunakan di

para siswa mendapatkan informasi yang

dalam penelitian ini. Besarnya sumbangan

benar

efektif kesepian dengan perilaku seksual

memahami

sebesar 0,74% dan sumbangan efektif

seksual.

stres dengan perilaku seksual sebesar
4,05%.

sehingga

mengenai

diharapkan

dengan

seksualitas

dampak

dari

serta

perilaku

3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti-peneliti

selanjutnya

yang

B. Saran

tertarik melakukan penelitian dengan

1.

Bagi siswa

topik yang sama, disarankan untuk

Para siswa SMK X Surakarta yang

memperluas ruang lingkup penelitian

memiliki perilaku seksual yang rendah

agar

diharapkan

penelitian, misalnya dengan mengganti

mampu

meningkatkan

dapat

meningkatkan

yang

lebih

kualitas

kontrol diri terhadap dorongan seksual,

variabel

sesuai

dan

sedangkan para siswa yang memiliki

mengganti subjek peneletian sehingga

perilaku seksual yang sedang dan tinggi

hasil penelitian mendukung hipotesis

dapat mengalihkan dorongan seksual

yang telah ditegakkan.

dengan cara melakukan kegiatan yang
lebih positif seperti melakukan hobi
yang

DAFTAR PUSTAKA

bermanfaat,

mengikuti Albani, A. 2013. Kenakalan Remaja Sudah
ekstrakulikuler sesuai minat seperti
Darurat!.http://kesehatan.
kompasiana.
com/kejiwaan/2013/03/15/rehabilitasibidang olahraga atau seni, belajar untuk
kenakalan-anak-remaja-543011.html.
akademis, maupun beribadah sehingga
Diakses 2 Juni 2014.
siswa dapat menghindari melakukan
Andri. 2011. Respons Stres yang Membunuh
perilaku seksual.
Kita.
http://health.kompas.com/read/
2. Bagi sekolah
2011/05/03/1049277/Respon.Stres.yang.
Membunuh.Kita. Diakses 2 Juni 2014.
Pihak sekolah sebaiknya dalam hal ini
dapat memberdayakan guru Bimbingan

Ariandhita. 2011. General Health: Stres pada
Remaja Dinilai Lebih Berbahaya.
http://www.medicalera.com/3/15982?thre
pengembangan diri sehingga diharapkan
ad=15982. Diakses 2 Juni 2014.
dapat mengatasi kejenuhan-kejenuhan
Konseling untuk memberikan pelatihan

yang dialami siswa. Selain itu guru BK Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
juga perlu memberikan pengetahuan
commit to user
seks agar para siswa mendapatkan Arnett, J. J. 1999. Adolescent Storm and Stress,
Reconsidered. American Psychologist.
informasi yang benar tentang kehidupan
Vol 54, No. 5, 317-326.
11

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Smith, E. E., Draper, N.R. dan Smith, H. 1998. Applied
Regression Analysis (third edition). New
dan Bem, D. J. 2010. Pengantar
York: John Wiley and Sons, Inc.
Psikologi, Jilid 2. Tangerang: Interaksara.
Azwar, S. 2010. Reliabilitas dan Validitas. Fatturochman. 1992. Sikap dan Perilaku Seksual
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Remaja di Bali. Jurnal Psikologi.
Bandung: Fakultas Psikologi Universitas
________. 2010. Sikap Manusia: Teori dan
Padjajaran.
Pengukurannya: Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Foljanty-Jost, G. 2003. Juvenile Delinquency in
Japan. Netherlands: Koninklijke Brill NV.
Baron, R. A. dan Byrne, D. 2005. Psikologi
Sosial. Jakarta: Erlangga.
Fog, A. 1999. Cultural Selection. Denmark:
Kluwer Academic Publisher.
Burns, D. D. 1988. Intimate Connections.
Jakarta: Erlangga.
Friedlander, K. 2013. A Psycho-Analytical
Approach to Juvenile Delinquency. USA:
Chaplin, J. P. 2008. Kamus Lengkap Psikologi.
Routledge.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Chen,Y & Feeley, T. H. 2013. Social support, Gentry, J.H dan Campbell, M. 2002. A
Reference for Professionals Developing
social strain, loneliness, and well-being
Adolescents. USA: American Psycological
among older adults: An analysis of the
Associaton.
Health and Retirement Study. Journal of
Social and Personal Relationships. Vol.
Griffin, J. 2010. The Lonely Society. England:
31 No. 2 page: 141-161.
Mental Health Foundation.
Crockett, L. J., Raffaelli, M., dan Moilanen, K.
L. 2003. Adolescent Sexuality: Behavior Hayden, D. 2006. An Overview of Sex
Addiction. http://psychcentral.com/lib/anand Meaning. United States: Blackwell
overview-of-sex-addiction/000521.
Publishing, 371-392.
Diakses 3 Juni 2014.
Dacey, J. dan Kenny, M. 1997. Adolescent
Development (second edition). USA : Hindrayani, A dan Totalia, S.A. 2010. Teknik
Pengolahan Data. Surakarta: UNS Press.
Times Mirror Higher Education Group
Inc.
Hurlcok, E. B. 2008. Psikologi Perkembangan:
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Darmasih, R. 2009. Faktor yang Mempengaruhi
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Perilaku Seks Pranikah pada Remaja SMA
di Surakarta. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Jahja, Y. 2011. Psikologi Perkembangan.
Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ibung, D. 2008. Stres Pada Anak. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
Drapeau, A., Marchand, A., dan BeaulieuPrevost, D. 2012. Epidemiologycommit
of Johnson,
to user S. B., Dariotis, J. K., dan Wang, C.
Psychological Distress, Mental Illnesses 2012. Adolescent Risk-Taking Under
Understanding, Prediction and Control,
Stressed and Non-Stressed Conditions:
Prof. Luciano LAbate. Europe: InTech.
Conservative, Calculating and Impulsive
12

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
Types. Journal of Adolescent Health. Vol. Papalia, D.E., Old, S.W., dan Feldman, R.D.
51, No. 2, S34-S40.
2009. Human Development: Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Kartono, K. 2008. Patologi sosial 2: Kenakalan
Remaja. Bandung: PT Raja Grapindo Peplau, L.A dan Perlman, D. 1982. Loneliness:
Persada.
A Sourcebook of Current Theory,
Research and Therapy. New York: John
Klein, T.M. 2007. Adolescent Pregnancy and
Wiley & Sons.
Loneliness. Public Health Nursing. Vol.
15, No. 5, 338-347.
Priyatno, D. 2008. Teknik Mudah dan Cepat
Melakukan Analisis Data Penelitian
Kotchik, B. A., Shaffer, A., Forehand, R., dan
dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gava
Miller, K. S. 2011. Adolescent Sexual
Media.
Risk
Behavior:
A
Multi-System
Perspective. Clinical Psychology Review. _________. 2012. Belajar Cepat Olah Data
Statistik dengan SPSS. Yogyakarta:
Vol. 21, 493-519.
Penerbit Abadi.
Levenstein. 1993. Development of The
Perceived Stress Questionnaire. Journal of _________. 2013. Mandiri Belajar Analisis
Data
dengan
SPSS.
Yogyakarta:
Psycosomatic Research. Vol. 37, No. 1,
Mediakom.
pp. 19-32.
Miracle, T.S., Miracle, A.W., dan Baumeister, Rubin, K. H., Bukowski, W. M., Parker, J. G.,
& Bowker, J. C. 2008. Peer Interactions,
R.F. 2003. Human Sexuality: Meeting
Relationships, and Groups: Child and
Your Basic Needs. New Jesrsey: Pearson
Adolescent Development: An Advanced
Education, Inc.
Course. New York: Wiley.
Monks, F. J. dan Knoers, A. M. P. 2006.
Psikologi Perkembangan: Pengantar Russel, D. W. 1996. UCLA Loneliness Scale
Version -3: Reliability, Validity, and
dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta:
Factor Structure. Journal of Personality
Gadjah Mada University Press.
Assessment. Vol. 66, No. 1, 20-40.
Moore, D.,
dan Schultz, N. R. 1983.
Loneliness at Adolescence: Correlates, Santrock, J. W. 2003. Adolescence. Jakarta:
Erlangga.
Attributions, and Coping. Journal of
Youth and Adolescence. Vol. 12, 95-100.
Sarwono, S. W. 2010. Psikologi Remaja.
Nisa, A. 2012. Psikopatologi Pada Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.
http://perilaku-menyimpang.
blogspot.com/2012/09/psikopatologiSchantz, K. 2012. Substance Use and Sexual
pada-remaja.html. Diakses 2 Juni 2014.
Risk Taking in Adolescence. New York:
Cornell University.
Novitriani, S. 2013. Kelola Stres dengan Benar.
http://kalsel.bkkbn.go.id/Lists/
Soejoeti, S. Z. 2001. Perilaku Seks di Kalangan
Artikel/DispForm.aspx?ID=474&Content
Remaja dan Permasalahannya. Media
commit to user
TypeId=0x01003DCABABC04B7084595
Litbang Kesehatan. Vol. 11, No. 1.
DA364423DE7897. Diakses 2 Juni 2014.
Soetjiningsih, C. H. 2008. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah
13

perpustakaan.uns.ac.id
Yulianti et,al / HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES digilib.uns.ac.id
pada Remaja. Disertasi. Tidak diterbitkan. Widhiarso, W. 2010. Berkenalan dengan
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Program
Analisis Mediasi: Regresi dengan
Melibatkan Variabel Mediator (Bagian
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Pertama). Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Remaja
Universitas Gadjah Mada.
dan Permasalannya. Jakarta: Sagung
Zahra, R. P. 2005. Lingkungan Keluarga dan
Seto.
Peluang Munculnya Masalah Remaja.
Stickley, A., Koyanagi, A., Koposov, R.,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Schwab-Stone, M., dan Ruchkin, V.
2014. Loneliness and Health Risk
Behaviours among Russian and U.S.
Adolescents: a Cross-Sectional Study.
BMC Public Health. No. 14.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
_______. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, S. 2005. Metodologi Penelitian.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Vohs, K.D. dan Baumeister, R.F. 2011.
Handbook of Self-Regulation. New York:
Guilford Press.
Wade, T. J dan Pevalin, D. J. 2005. Adolescent
Delinquency and Health. Canadian
Journal of Criminology and Criminal
Justice. Vol 47, No. 4, 619-654.
Walker, J. 2005. Adolescent Stress and
Depression. United States: University of
Minnesota.
Wallander, J.L., Thompson, Jr., Robert, J.,
Alriksson-Schmidt, A.R., dan Michael, C.
2003. Psychosocial Adjustment of
Children
with
Chronic
Physical
Conditions, Handbook of Pediatric
Psychology (third edition). New York:
Guilford Press.

commit to user
Wedge, F. 1989. Mengatasi Rasa Kesepian.
Bogor: Mardi Yuana.

14