PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 1 2012 (hal 34-43)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS PROBLEM SOLVING
MENGGUNAKAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU
DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA
Sri Pusporini1, Ashadi2, Sarwanto3

N
S

1) Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
pusporini38@yahoo.co.id

U

2) Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia

mas_ashadi@yahoo.co.id

N

ABSTRAK

A

3) Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sar1to@yahoo.com

A

R

JA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pengaruh pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan
lab riil dan virtuil, gaya belajar, dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa dan interaksinya.

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen, dilakukan di SMA Negeri 1 Pulokulon Kabupaten
Grobogan tahun Pelajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini sampel dipilih secara acak (cluster random
sampling), sampel pada penelitian ini adalah kelas XI IPA1 menggunakan laboratorium riil dan kelas XI IPA3
menggunakan laboratorium virtuil. Uji hipotesis menggunakan uji nonparametric yaitu uji Kruskal-Wallis. Dari
hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan
virtuil dapat diterapkan pada materi laju reaksi; (2) kemampuan berpikir kritis memberikan konstribusi positif
terhadap prestasi belajar siswa; (3) pembelajaran kimia berbasis problem solving dengan lab riil lebih tepat
digunakan pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.

S

Kata kunci: prestasi belajar, kuasi eksperimen, uji non parametrik, laju reaksi.

sistem pendidikan yang dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat.
Untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional dikembangkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang mengacu
pada standar nasional pendidikan. Kurikulum
tingkat satuan pendidikan juga menghendaki

suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya
mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta
tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk
itu
dikembangkan
pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
(student centered learning) dengan metode
pembelajaran yang inovatif disesuaikan karakter
materi dan karakter peserta didik. Dari hal ini
diharapkan guru menerapkan pendekatan
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan misalnya pendekatan
keterampilan proses. Pendekatan pembelajaran
yang melibatkan keterampilan proses antara lain,
contextual teaching learning, problem solving,

A


Pendahuluan

P
A

S

C

Pendidikan merupakan salah satu faktor
utama untuk menunjang
kemajuan sebuah
negara, oleh karenanya dalam Pembukaan UUD
1945 salah satu tujuan nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka
mewujudkan
tujuan
nasional
tersebut,
pemerintah menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003,
tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan
merupakan tangung jawab seluruh bangsa, dan
negara berkewajiban menyelengarakan suatu
34

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 1 2012 (hal 34-43)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

inquiry, kooperatif, proyek, dan banyak lagi yang
masih perlu dikembangkan oleh guru.

Gagne cit. Made Wena (2009: 10) “bahwa
dalam pembelajaran yang efektif harus dilakukan
dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai
macam media pembelajaran”. Bahan ajar akan
lebih mudah dipahami siswa jika dalam
pembelajaran digunakan media pembelajaran
yang tepat. Media pembelajaran yang tepat ini
membuat pembelajaran lebih menarik dan
meningkatkan minat siswa untuk belajar
diharapkan prestasi belajarnya pun meningkat.
Meskipun perkembangan teknologi dan
informasi makin pesat namun pendekatan
pembelajaran yang digunakan masih monoton.
Sri Rahayu (2011: 1) “di level persekolahan
misalnya, kimia masih diajarkan dengan cara
tradisional dicirikan dengan adanya dominasi
ceramah serta proses pembelajarannya kurang
melibatkan siswa secara aktif”. Pembelajaran
berpusat pada guru (teacher centered learning)
masih menjadi ciri utama pembelajaran di

sekolah dan jarang sekali mengembangkan
keterampilan proses dalam pembentukan konsep.
Dalam proses pembelajaran siswa pasif, kurang
termotivasi, kemampuan problem solving masih
rendah, dan kurang interaksi satu sama lain.
Belum maksimalnya penggunaan laboratorium
oleh guru karena keterbatasan tenaga laboran dan
sarana yang masih sederhana. Kemajuan
teknologi membuat guru tidak asing lagi dengan
media-media pembelajaran yang modern namun
karena merasa menyita waktu maka jarang sekali
guru
menggunakan
media
pada
saat
pembelajaran. Guru cenderung menerapkan
pembelajaran yang efisien dari sudut pandang
waktu karena mengejar target pada penilaian
tingkat nasional (UN). Hal ini berakibat masih

rendahnya prestasi belajar kimia untuk materi
laju reaksi dalam tiga tahun terakhir ini. Ratarata tiap tahun selama tiga tahun terakhir, siswa
yang menjawab benar untuk soal-soal yang
berkaitan dengan laju reaksi adalah 71,29 %
masih di bawah daya serap klasikal minimal
yang harus dicapai yaitu 85%.
Tabel.1. Nilai Prestasi Siswa Materi Laju Reaksi
UN SMA Negeri 1 Pulokulon.

P
A

S

C

A

S


A

R

JA

N

A

U

N
S

Berdasarkan Tabel 1 rendahnya nilai UN
menunjukkan bahwa perlu perbaikan dalam
proses pembelajaran materi laju reaksi. Salah
satu perbaikan antara lain dengan menerapkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik materi dan siswa. Merujuk pada
hasil penelitian I Wayan Sadia (2011: 29) bahwa
pembelajaran
berbasis
masalah
(PBL)
merupakan metode paling efektif pada
pembelajaran sains disusul model sains teknologi
masyarakat (STM), model siklus belajar (LCM),
dan model pembelajaran kontekstual (CTL).
Problem
solving
merupakan
inti
dari
pembelajaran berbasis masalah yang melatih
siswa memecahkan masalah untuk diterapkan
dalam kehidupan. Problem solving dapat
digunakan sebagai alternatif
pendekatan

pembelajaran yang inovatif karena mampu
mengoptimalkan ketrampilan proses dan
meningkatkan prestasi belajar siswa. Arends
(2008: 42) “pengajaran berdasarkan masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran
dimana siswa mengembangkan keterampilan
berpikir dan keterampilan mengatasi masalah,
mempelajari peran-peran orang dewasa dan
menjadi pelajar yang mandiri”. Dengan
pendekatan problem solving diharapkan siswa
mampu menyelesaikan masalah sehingga dapat
menyusun, membentuk pengetahuan yang lebih
bermakna,
mampu
mengembangkan
kemandirian, dan percaya diri.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku
seseorang
karena
adanya
pengalaman.
Pengalaman siswa dapat terjadi karena interaksi
secara langsung dengan lingkungan maupun
representatif kondisi lingkungan dalam suatu
media tertentu misalnya laboratorium virtuil
atau animasi komputer, televisi, dan film. Winkel
(2004: 320) menjelaskan bahwa “penggunaan
berbagai macam media mengindahkan perbedaan
interindividual antar siswa dalam hal gaya
belajar, sehingga siswa yang lebih sukar belajar
dengan medium yang satu dapat dibantu dengan
menggunakan medium yang lain”. Penggunaan
media pembelajaran
yang beragam sangat
penting untuk guru dalam penyampaian bahan
ajar sehingga semua gaya belajar siswa dapat
terakomodasi.
Perubahan tingkah laku yang terjadi pada
pebelajar kelihatan sederhana namun sebenarnya
melibatkan proses pada kognitif seseorang yang
sangat kompleks. Dalam melihat, menyerap,
mengolah, dan mentransfer informasi menjadi
sebuah pengetahuan baru, setiap orang memiliki
gaya yang berbeda-beda. Hal ini sangat penting

Tahun Pelajaran

% Siswa menjawab benar

2007/2008

63,1

2008/2009

76,7

2009/2010

74,1

Persentasi siswa
menjawab benar tiap
tahun

71,3

35

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 1 2012 (hal 34-43)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

N

A

U

N
S

diajari merupakan hal yang sangat penting, dan
ini belum mendapat perhatian dari guru.
Keberhasilan
suatu
pembelajaran
merupakan ketercapaian tujuan pembelajaran itu
sendiri, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar
siswa. Sistem evaluasi yang tepat meliputi ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor disesuaikan
dengan indikator yang ada. Dalam pembelajaran
guru cenderung mengevaluasi aspek kognitif
saja, sedangkan untuk ranah afektif dan
psikomotor guru hanya memberikan nilai tanpa
indikator yang jelas.
Berdasarkan penjelasan di atas untuk
meningkatkan prestasi belajar kimia perlu
digunakan metode pembelajaran yang bervariasi
sesuai karakteristik materi dan karakteristik
siswa. Dalam hal ini peneliti mencoba
menerapkan pembelajaran kimia berbasis
problem solving menggunakan laboratorium
(lab) riil dan virtuil ditinjau dari gaya belajar dan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh
pembelajaran kimia berbasis problem solving
menggunakan lab riil dan virtuil terhadap
prestasi belajar siswa; (2) pengaruh gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa; (3) pengaruh
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi
belajar siswa; (4) interaksi antara pembelajaran
kimia berbasis problem solving menggunakan lab
riil dan virtuil dengan gaya belajar terhadap
prestasi belajar siswa; (5) interaksi antara
pembelajaran kimia berbasis problem solving
menggunakan lab riil dan virtuil dengan
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi
belajar siswa; (6) interaksi antara gaya belajar
dengan kemampuan berpikir kritis terhadap
prestasi belajar siswa; (7) interaksi antara
pembelajaran kimia berbasis problem solving
menggunakan lab riil dan virtuil, gaya belajar,
dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi
belajar siswa.

JA

P
A

S

C

A

S

A

R

untuk diperhatikan, jika pengajar dapat
memvariasikan gaya mengajarnya dengan
memperhatikan gaya belajar siswa yang
beragam, akan sangat mempermudah siswa
dalam mencapai tujuan belajarnya. Siswa dengan
gaya belajar visual, jaringan syaraf otaknya lebih
senang mengakses gambar, untuk dilihat maupun
diciptakan. Jika gaya belajar auditorial dominan,
siswa akan lebih senang mengakses informasi
dalam bentuk suara. Untuk siswa dengan gaya
belajar kinestetik lebih mudah belajar dengan
melibatkan gerak dan emosinya. Dengan
mengetahui karakter tiap gaya belajar tersebut
guru dapat memberikan variasi metode
pembelajaran yang tepat.
Dalam pembelajaran faktor internal dan
eksternal siswa sangat berpengaruh, namun saat
ini belum banyak diperhatikan oleh para
pendidik. Faktor eksternal merupakan kondisi
lingkungan siswa baik lingkungan sosial maupun
sarana prasarana. Sedangkan faktor internal
merupakan aspek pribadi siswa itu sendiri seperti
intelegensi, motivasi, kreativitas, gaya belajar,
kemampuan verbal, kemampuan berpikir kritis,
dan kemampuan berpikir analisis yang setiap
anak memiliki ciri khas sendiri. Kemampuan
berpikir kritis adalah kemampuan siswa dalam
penalaran yang didasarkan pada logika terhadap
suatu kenyataan. Siswa dengan kemampuan
berpikir kritis mampu mengolah informasi,
kemudian
menganalisisnya,
mengevaluasi,
menalar dengan logikanya selanjutnya mampu
mengkomunikasikan penalarannya dengan baik.
Siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi
bahkan mampu mengoreksi kebenaran penalaran
yang telah dikomunikasikan bersebut sesuai
dengan logika. Kemampuan berpikir kritis
merupakan potensi internal siswa yang perlu
diperhatikan untuk kesuksesan belajarnya.
Kimia merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan alam yang mempelajari tentang
gejala alam yang dapat diamati melalui
eksperimen,
seperti
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju
reaksi,
pergeseran
kesetimbangan. Disamping itu materi kimia juga
melibatkan perhitungan matematis seperti
perhitungan pH, konstanta laju reaksi, konstanta
kesetimbangan, kelarutan dan hasil kali
kelarutan, namun dalam pembelajaran guru
belum menjabarkan konsep-konsep tersebut
secara matematis. Materi kimia juga terkait satu
sama lain, misalnya dalam mempelajari
persamaan laju reaksi siswa dituntut telah
menguasai materi persamaan reaksi, Pemahaman
materi yang mendukung materi yang sedang

Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1
Pulokulon Kabupaten Grobogan. Penelitian
dilaksanakan pada tahun pelajaran 2011/2012
selama 12 bulan yaitu bulan Juli 2011 sampai
bulan Juni 2012. Penelitian ini termasuk dalam
jenis penelitian kuasi eksperimen, yang variabel
bebas, variabel terikat, dan variabel moderator
telah ditentukan sejak awal penelitian.
36

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 1 2012 (hal 34-43)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

Dalam penelitian ini data yang terkumpul
terdiri atas data gaya belajar, kemampuan
berpikir kritis, dan prestasi belajar siswa.
Distribusi frekuensi prestasi belajar kelas dengan
media lab riil dapat dilihat pada Tabel 2.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah
prestasi belajar kimia.Variabel bebas pada
penelitian ini adalah penggunaan media
pembelajaran kimia berbasis problem solving.
Variabel moderator pada penelitian ini
menggunakan dua variabel moderator yaitu gaya
belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pulokulon
Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012
terdiri dari 3 kelas yaitu XI IPA1, XI IPA2, dan
XI IPA3. Sampel pada penelitian ini diambil
dengan teknik cluster random sampling, kelas
yang menjadi sampel adalah kelas XI IPA1 dan
XI IPA3.
Penelitian ini menggunakan desain
faktorial 2x2x2 sebagai berikut: satu kelas diberi
perlakuan pembelajaran kimia berbasis problem
solving menggunakan lab riil dan satu kelas yang
lain diberi perlakukan pembelajaran kimia
berbasis problem solving menggunakan lab
virtuil. Kemudian kedua kelas tersebut
digolongkan dalam gaya belajar visual dan
kinestetik serta kemampuan berpikir kritis tinggi
dan rendah.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan: (1) metode tes melihat prestasi
belajar siswa dalam ranah kognitif dan juga
untuk melihat kemampuan berfikir kritis siswa,
(2) metode angket digunakan untuk menilai
prestasi belajar siswa ranah afektif dan
mengetahui gaya belajar siswa.
Instrumen pelaksanaan penelitian yang
digunakan berupa silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), media pembelajaran,
lembar kerja siswa. Silabus disusun berdasarkan
standar isi dan RPP merupakan rincian dari
silabus yang berisi rencana pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar. Lembar kerja siswa
(LKS) disusun berdasarkan tujuan pembelajaran
dan berfungsi untuk menuntun siswa dalam
proses pemecahan masalah untuk membentuk
konsep dalam pembelajaran.
Uji normalitas yang digunakan adalah
Komolgorov Smirnov dan uji homogenitas
digunakan adalah uji Levene’s. Hipotesis dalam
penelitian ini diuji dengan menggunakan uji
statistik nonparametric yaitu uji Kruskal-Wallis.
Semua uji dilakukan menggunakan software
SPSS 18.

Tabel.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar
Ranah Kognitif Lab Riil

-

62

59

63

-

69

66

3

6,9

20

46,5

70

-

76

73

77

-

83

80

12

27,9

2

84

-

90

4,7

87

4

91

-

97

9,3

94

2
43

4,7
100

U

56

Frekuensi
(%)

Frekuensi0

N
S

Nilai
Tengah

Interval

A

Jumlah

N

Distribusi frekuensi prestasi belajar kelas
dengan media lab virtuil dapat dilihat pada Tabel
3.

JA

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar
Ranah Kognitif Lab Virtuil

S

A

R

Interval

Nilai
Tengah

Frekuensi0
7

16,3

52

-

58

55

59

-

65

62

7

16,3

66

-

72

69

14

32,6

73

-

79

76

3

7

80

-

86

83

5

11,5

87

-

93

90

3

7

100

97

94

4

Jumlah

A

Frekuensi
(%)

43

9,3
100

C

Hasil Uji Hipotesis

P
A

S

Hasil uji non parametrik Kruskal Wallis
untuk prestasi belajar kognitif dan afektif
disajikan dalam Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Non Parametrik
Prestasi Belajar Siswa Ranah
Kognitif

Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Deskripsi Data
37

Hipotesis

Signi
fikansi

Taraf
Signifikansi

Keputusan
Uji

1

1,00

0,05

H0 diterima

2

0,25

0,05

H0 diterima

3

0,00

0,05

H0 ditolak

4

0,45

0,05

H0 diterima

5

0,00

0,05

H0 ditolak

6

0,00

0,05

H0 ditolak

7

0,01

0,05

H0 ditolak

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 1 2012 (hal 34-43)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Non Parametrik
Prestasi Belajar Siswa Ranah
Afektif
1

Signifi
kansi
0, 18

Taraf
Signifikansi
0,05

H0 diterima

2

0, 43

0,05

H0 diterima

3

0, 32

0,05

H0 diterima

4

0, 45

0,05

H0 diterima

5

0, 31

0,05

H0 diterima

6

0, 47

0,05

H0 diterima

7

0, 36

0,05

H0 diterima

Keputusan Uji

N
S

Hipotesis

U

Pembahasan

N

A

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
dirangkum pada Tabel 4 dan Tabel 5, dapat
dijelaskan masing-masing hipotesis sebagai
berikut:

JA

1.

P
A

S

C

A

S

A

R

Hipotesis pertama: Pengaruh pembelajaran
kimia
berbasis
problem
solving
menggunakan lab riil dan virtuil terhadap
prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil uji non parametrik
Kruskal Wallis dapat diketahui bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan pembelajaran kimia
berbasis problem solving menggunakan lab riil
dan virtuil terhadap prestasi belajar siswa.
Banyak peneliti dalam pendidikan sains
mengakui bahwa penelitian laboratorium
meningkatkan minat dan kemampuan siswa
untuk mata pelajaran sains (Bryant dan Edmunt,
1987; Bekar, 1996; Algan, 1999; Bagci dan
Simsek, 1999) cit. Tuysuz, (2010). Pembelajaran
problem solving menggunakan lab riil
memberikan pengalaman pada siswa untuk
melakukan percobaan di laboratorium nyata, hal
ini membuat siswa belajar dengan aktif, gembira,
dan termotivasi. Adanya petunjuk praktikum
pada LKS membuat siswa mudah melakukan
percobaan sesuai dengan prosedur kerja untuk
menjawab permasalahan-permasalahan yang
mereka terima. Siswa belum terbiasa dengan
praktikum, sehingga pembelajaran berbasis
problem solving membuat siswa belajar lebih
lama dan menyita waktu, membuat terbatasnya
waktu untuk diskusi dan mengambil kesimpulan
Pembelajaran problem solving dengan
media lab virtuil untuk memahami materi laju
reaksi secara teoritis memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan lab riil karena
kepraktisan
media,
media
mampu
menggambarkan secara detail percobaan yang

dilakukan, siswa dapat mengulangi percobaan
dengan mudah, dan adanya animasi membuat
siswa lebih termotivasi dalam belajar. Siswa
terbawa
suasana
menyenangkan
dalam
mengulang-ulang percobaan membuat banyak
waktu yang tersita sehingga hanya tersisa sedikit
waktu pada tahap diskusi. Tidak adanya resiko
pecahnya alat-alat praktikum pun membuat siswa
leluasa dalam melakukan eksperimen dilengkapi
dengan adanya petunjuk praktikum pada media
dan LKS membuat siswa terpandu meski sesekali
bertanya juga kepada guru. Lab virtuil yang
digunakan berupa animasi bukan simulasi,
sehingga keterampilan teknik penggunaan alat
tidak didapatkan dan pengalaman belajar senyata
yang diharapkan. Sehingga tidak terlihat
pengaruh yang signifikan pembelajaran problem
solving dengan media lab riil dan virtuil terhadap
prestasi belajar siswa, baik kognitif maupun
afektif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hadi Santoso (2009) yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan
pembelajaran
fisika
dengan
menggunakan lab riil dan lab virtuil terhadap
prestasi belajar siswa.
Andersen (1981) cit. Diknas (2008)
karakteristik siswa meliputi cara yang tipikal dari
berpikir, berbuat dan perasaan. Ranah afektif
mencakup perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, atau nilai. Perilaku seseorang
merupakan fungsi dari watak dan karakteristik
lingkungan saat perilaku atau perbuatan
ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan siswa
dipengaruhi oleh faktor internal (dalam diri
siswa)
ataupun
eksternal
(lingkungan).
Perubahan perilaku afektif tidak berlangsung
dengan serta merta tetapi melalui proses yang
membutuhkan waktu lebih lama dari pada aspek
kognitif dan dukungan dari lingkungan. Dalam
penelitian ini diterimanya hipotesis nol (H0)
untuk semua hipotesis dikarenakan penelitian
hanya dilakukan pada satu kompetensi dasar
yang tidak didukung dengan pengembangan
strategi pembelajaran yang mengacu pada
keterampilan proses untuk mata pelajaran lain
selain kimia. Waktu yang relatif singkat dan
tidak
adanya
dukungan
lingkungan
mengakibatkan kurang terlihatnya dampak
pebelajaran problem solving dengan lab riil dan
virtuil terhadap prestasi belajar siswa ranah
afektif.

38

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 1 2012 (hal 34-43)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

mudah mengadaptasikan gaya belajarnya dengan
bahan ajar dan media pembelajaran yang
digunakan sehingga tidak ada pengaruh yang
signifikan gaya belajar terhadap prestasi belajar
siswa.

2.

Hipotesis kedua: Pengaruh gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa.
Dari hasil penelitian diperoleh tidak ada
pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap
prestasi belajar siswa baik ranah kognitif maupun
afektif untuk materi laju reaksi. Siswa yang
memiliki gaya belajar visual mudah memperoleh
informasi dalam bentuk gambar, diagram, grafik,
atau pun bentuk visualisasi yang menarik. Siswa
yang memiliki gaya belajar visual dapat
diketahui dengan ciri-ciri teratur dalam
memperhatikan segala sesuatu, rapi dan tidak
banyak bergerak selama proses pembelajaran.
Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik
lebih mudah memperoleh informasi dengan
gerak tubuh, dalam proses pembelajaran siswa
yang memiliki gaya belajar kinestetik dapat
diketahui dari gerakan anggota tubuh selama
belajar. Informasi tentang karakteristik siswa
termasuk gaya belajar siswa penting dalam
proses belajar-mengajar. Reiff (1992) cit. Lam et
al (2011), menyatakan bahwa jika guru
menyadari kebutuhan dan gaya belajar siswa,
memberikan manfaat seperti mengurangi
frustrasi bagi siswa dan guru, meningkatkan
konsep diri, prestasi, meningkatkan variabilitas,
fleksibilitas, dan memperbaiki komunikasi. Gaya
belajar tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi belajar, namun
selama proses pembelajaran tetap harus menjadi
perhatian guru.
Pembelajaran materi laju reaksi melibatkan
proses, eksperimen, pengamatan, mengolah data
berupa angka dan grafik, diskusi, dan menarik
kesimpulan. Hal ini tidak hanya gaya belajar
visual saja yang berperan, namun dalam
prosesnya gaya belajar kinestetik juga memiliki
peran, misalnya ketepatan pengukuran waktu,
ketepatan
penggunaan
termometer,
dan
keterampilan penggunaan alat lainnya, yang
kemudian
diproses
untuk
memperoleh
pengetahuan baru. Jadi dalam pembelajaran
materi laju reaksi peranan gaya belajar visual dan
kinestetik siswa seimbang, sehingga gaya belajar
tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi belajar siswa.
Gaya belajar siswa berfluktuasi tergantung
cara penyampaian bahan ajar meskipun setiap
siswa memiliki kecenderungan pada salah satu
gaya belajar, karena pada dasarnya setiap siswa
memiliki ketiga gaya belajar baik visual,
kinestetik, maupun auditorial. Hal ini sejalan
dengan penelitian oleh Riana (2011) yang
menyatakan tidak ada pengaruh gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa. Siswa dengan

Hipotesis ketiga: Pengaruh kemampuan
berpikir kritis terhadap prestasi belajar
siswa.
Perhitungan untuk hipotesis ketiga
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi
belajar siswa ranah kognitif, tetapi tidak ada
pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap
prestasi belajar siswa ranah afektif. Berpikir
kritis merupakan pemikiran reflektif yang
difokuskan siswa untuk memutuskan sesuatu
yang harus dilakukannya. Kemampuan berpikir
kritis meliputi kemampuan memberi penjelasan,
mengidentifikasi argumen utama, menunjukkan
persamaan dan perbedaan, menarik kesimpulan,
mendeduksi
secara
logis,
mengevaluasi
berdasarkan fakta dan memilih strategi yang
tepat. Hasil penelitian Mohd Nazir (2010)
menyatakan bahwa berpikir kritis memainkan
peran penting dalam pendidikan, dan merupakan
objek pembelajaran, penelitian harus fokus pada
penemuan metode pembelajaran yang paling
efektif untuk pengembangannya. Berpikir kritis
memberikan sumbangan yang besar dalam proses
pembelajaran, terlihat pada besarnya nilai
signifikansinya yaitu 0,0. Karena memberikan
sumbangan yang signifikan dalam pembelajaran,
keterampilan berpikir kritis perlu diperhatikan
dan ditingkatkan. Hofreiter, Monroe, dan Stein
(2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan
pembelajaran yang melibatkan diskusi dan tugas
yang saling dikaitkan. Problem solving
merupakan pembelajaran yang melibatkan proses
pemecahan masalah dan diskusi yang saling
terkait sehingga dapat digunakan sebagai
pembelajaran alternatif untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Siswa yang dalam kategori kelompok
kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki ratarata prestasi belajar ranah kognitif lebih besar
dibandingkan dengan siswa yang dalam kategori
kelompok berkemampuan berpikir kritis rendah.
Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki rasa
ingin tahu yang besar untuk belajar dan berusaha
untuk berpikir secara logis dalam rangka
memecahkan masalah, dengan cara bertanya
maupun mencari sendiri pemecahannya. Dengan

P
A

S

C

A

S

A

R

JA

N

A

U

N
S

3.

39

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 1 2012 (hal 34-43)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

maupun diskusi kelas. Siswa yang memiliki gaya
belajar visual pada pembelajaran menggunakan
media lab virtuil terlihat antusias, tertarik, dan
aktif selama pembelajaran, sedangkan pada
pembelajaran menggunakan media lab riil
terlihat kuarang antusias dan kurang aktif selama
prembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian Sudarmi (2010) yang menyatakan
tidak ada interaksi antara media lab riil dan
virtuil dengan gaya belajar siswa.

4.

5.

N

A

U

Hipotesis
kelima:
Interaksi
antara
pembelajaran kimia berbasis problem
solving menggunakan lab riil dan virtuil
dengan kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar siswa.
Dari hasil uji statistik dapat dilihat ada
interaksi yang signifikan antara pembelajaran
kimia berbasis problem solving menggunakan lab
riil dan lab virtuil dengan kemampuan berpikir
kritis terhadap prestasi belajar siswa ranah
kognitif, tetapi tidak ada interaksi yang
signifikan antara pembelajaran kimia berbasis
problem solving menggunakan lab riil dan lab
virtuil dengan kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar siswa ranah afektif.
Hasil
penelitian
Tuysuz
(2010)
menunjukkan bahwa aplikasi laboratorium virtuil
membuat efek positif pada prestasi siswa dan
sikap bila dibandingkan dengan metode
pengajaran tradisional. Pembelajaran kimia
dengan strategi problem solving melatih siswa
untuk memecahkan masalah dengan berdiskusi
kelompok, berinteraksi dengan bahan ajar, dalam
rangka menemukan konsep. Hasil penelitian
Guiller et al, (2008) cit. Mohd Nazir menyatakan
bahwa bahwa berpikir kritis adalah keterampilan
yang diperlukan untuk pemahaman penuh teori,
bukti dan isu-isu inti, dan perdebatan dalam
domain psikologi dan disiplin lain. Dalam
pembelajaran
problem
solving
dengan
penggunaan media lab riil dan virtuil erat
kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis
siswa. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang
menunjukkan interaksi yang signifikan yakni
0.002. Ada keterkaitan yang signifikan antara
problem solving dengan berpikir kritis terlihat
dalam penelitian Awang dan Ramly (2008) cit.
Mohd Nazir menunjukkan bahwa pendekatan
pembelajaran
berbasis
masalah
dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Siswa dengan kemampuan kritis tinggi
memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan aktif
dalam menyelesaikan masalah sehingga akan
cepat menyesuaikan diri dengan media

JA

P
A

S

C

A

S

A

R

Hipotesis keempat: Interaksi antara
pembelajaran kimia berbasis problem
solving menggunakan lab riil dan virtuil
dengan gaya belajar terhadap prestasi
belajar siswa.
Tidak adanya interaksi yang signifikan
antara metode pembelajaran problem solving
menggunakan lab riil dan lab virtuil, berarti
siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik
diberi perlakukan pembelajaran problem solving
dengan lab riil maupun lab virtuil memberikan
prestasi belajar yang tidak berbeda secara
signifikan. Dunn dan Dunn (1979) cit. Lam
(2011) menyatakan bahwa gaya belajar memiliki
implikasi untuk praktek mengajar meskipun
praktek mengajar tidak boleh hanya ditentukan
oleh gaya belajar siswa. Penggunaan media
pembelajaran yang mampu mengakomodasi gaya
belajar siswa sangat diperlukan dalam
pembelajaran. Pembelajaran problem solving
dengan lab riil dan virtuil melibatkan gaya
belajar kinestetik dan visual meskipun masingmasing persentasenya berbeda. Penggunaan
media lab riil lebih cenderung mengaktifkan
gaya belajar kinestetik, sedangkan lab virtuil
lebih cenderung mengaktifkan gaya belajar
visual.
Interaksi penggunaan media pembelajaran
dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar
tidak signifikan, tetapi tetap memerlukan
perhatian. Hal ini terlihat pada penggunaan
media lab virtuil beberapa siswa dengan gaya
belajar kinestetik awalnya sangat tertarik dengan
penggunaan animasi dalam percobaan, namun
setelah berlangsung agak lama beberapa siswa
tersebut merasa bosan, dan ada beberapa yang
bergerak mondar-mandir melihat kegiatan
kelompok lain. Kebosanan ini dengan sendirinya
terusir dengan adanya proses diskusi antar
kelompok dalam menjawab permasalahanpermasalahan
yang
diberikan
diawal
pembelajaran. Siswa yang memiliki gaya belajar
kinestetik pada pembelajaran menggunakan lab
riil terlihat senang, aktif dalam bereksperimen

N
S

kemampuan menarik kesimpulan yang baik
selama proses pembelajaran maka siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
memiliki prestasi belajar aspek kognitif lebih
baik daripada siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis rendah. Namun ditinjau dari aspek
afektif siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis tinggi dan rendah tidak memiliki perbedaan
prestasi belajar yang signifikan hal ini sesuai
dengan penelitian oleh Hadi Santoso (2009).

40

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 1 2012 (hal 34-43)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

tidak diakomodasi. Hal ini menunjukkan bahwa
mengetahui dan mengakomodasi gaya belajar
siswa lebih memberi manfaat terhadap
pencapaian prestasi belajar siswa.
Berpikir kritis merupakan salah satu faktor
internal yang memberikan sumbangan penting
dalam pembelajaran terlihat dari hasil uji
hipotesis yang ketiga bahwa berpikir kritis
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar siswa. Adanya konstribusi positif
dari gaya belajar dan kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar siswa menimbulkan
interaksi yang signifikan antara kedua faktor
internal tersebut terhadap prestasi belajar siswa.
Adanya interaksi yang signifikan antara
gaya belajar dan kemampuan berpikir kritis
ditinjau dari prestasi belajar aspek kognitif
berarti siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis tinggi memiliki prestasi belajar aspek
kognitif yang lebih tinggi daripada siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kritis rendah
apapun gaya belajarnya. Sedangkan untuk siswa
yang memiliki gaya belajar visual lebih baik
prestasi kognitifnya daripada siswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik apapun
kemampuan berpikir kritisnya. Tidak adanya
interaksi yang signifikan antara gaya belajar dan
kemampuan berpikir kritis ditinjau dari prestasi
belajar aspek afektif berarti baik siswa yang
memiliki gaya belajar visual maupun kinestetik
tidak memiliki perbedaan prestasi belajar yang
signifikan apapun kemampuan berpikir kritisnya.

S

A

R

JA

N

A

U

N
S

pembelajaran. Sehingga siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi diberi
pembelajaran problem solving dengan media lab
riil maupun lab virtuil memperoleh prestasi yang
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.
Siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis rendah memerlukan pengalaman yang
secara nyata untuk dapat berpikir logis,
menentukan tindakan dan menarik kesimpulan
dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kritis rendah
diberi pembelajaran problem solving dengan
media lab riil memiliki prestasi belajar ranah
kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan
diberi pembelajaran problem solving dengan
media lab virtuil.
Adanya interaksi yang signifikan antara
penggunaan media pada pembelajaran problem
solving dengan kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar aspek kognitif berarti
apapun media yang digunakan, siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
memperoleh prestasi belajar aspek kognitif yang
lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis rendah. Tidak adanya
interaksi yang signifikan antara penggunaan
media pembelajaran dan kemampuan berpikir
kritis terhadap prestasi belajar siswa aspek
afektif berarti, apapun kemampuan berpikir
kritisnya tidak memberikan perbedaan prestasi
yang signifikan diberi pembelajaran problem
solving mengggunakan media lab riil maupun lab
virtuil sejalan dengan penelitian oleh Hadi
Santoso (2009).

Hipotesis ketujuh: Interaksi antara
pembelajaran kimia berbasis problem
solving menggunakan lab riil dan virtuil,
gaya belajar dan kemampuan berpikir
kritis terhadap prestasi belajar siswa.
Dari hasil perhitungan statistik menyatakan
bahwa ada interaksi yang signifikan antara
pembelajaran kimia berbasis problem solving
menggunakan lab riil dan virtuil, gaya belajar,
dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi
belajar siswa ranah kognitif, tetapi tidak ada
interaksi yang signifikan antara pembelajaran
kimia berbasis problem solving menggunakan lab
riil dan virtuil, gaya belajar, dan kemampuan
berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa
ranah afektif. Penggunaan media pembelajaran
memberikan konstribusi positif hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Tuysuz (2010)
menyatakan bahwa penggunaan laboratorium
virtuil memberikan konstribusi positif terhadap
pendidikan. Margetson (1991) cit. Mohd Nazir

A

7.

Hipotesis keenam: Interaksi antara gaya
belajar dengan kemampuan berpikir kritis
dan terhadap prestasi belajar siswa.
Dari hasil uji statistik menyatakan bahwa
ada interaksi yang signifikan antara gaya belajar
dengan kemampuan berpikir kritis terhadap
prestasi belajar siswa ranah kognitif, tetapi tidak
ada interaksi yang signifikan antara gaya belajar
dengan kemampuan berpikir kritis terhadap
prestasi belajar siswa ranah afektif. Hasil uji
hipotesis ke-2 menunjukkan tidak signifikan
pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar,
namun gaya belajar merupakan faktor internal
yang memberikan konstribusi dalam pencapaian
prestasi belajar siswa. Penelitian oleh Dunn
(2003) cit. Frank Coffield (2004: 67)
menyatakan bahwa siswa yang gaya belajarnya
diakomodasi, mencapai 75% dari standar deviasi
lebih baik daripada siswa yang gaya belajarnya

P
A

S

C

6.

41

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 1 2012 (hal 34-43)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

JA

N

A

U

N
S

Penelitian ini telah direncanakan dan
dilaksanakan semaksimal mungkin untuk
memperoleh hasil yang optimal. Namun peneliti
menyadari keterbatasan sehingga hasil penelitian
masih belum sempurna. Keterbatasan yang
dimaksud antara lain: (1) media lab virtuil yang
digunakan animasi bukan simulasi sehingga
belum bisa memberikan pengalaman belajar yang
senyata seperti lab real; (2) variabel gaya belajar
dalam penelitian ini diambil hanya dua kategori
yaitu visual dan kinestetik, sedangkan auditorial
tidak dilibatkan sehingga belum mendapatkan
kesimpulan pengaruhnya terhadap
prestasi
belajar siswa; (3) populasi penelitian ini adalah
siswa kelas XI SMA N 1 Pulokulon Grobogan
tahun pelajaran 2010/2011. Apabila eksperimen
ini dilakukan pada subjek lain memungkinkan
menghasilkan keputusan yang berbeda. Hal ini
karena karateristik yang dimiliki masing-masing
sampel berbeda sehingga hasil penelitian ini
belum dapat digeneralisasikan secara universal.

Kesimpulan dan Rekomendasi

C

A

S

A

R

(2010) mengatakan bahwa karakter pembelajaran
berbasis masalah antara lain mendorong
berpikiran terbuka, reflektif, pembelajaran kritis
dan aktif. Penggunaan media laboratorium baik
riil maupun virtuil, gaya belajar, dan kemampuan
berpikir kritis siswa memiliki konstribusi positip
terhadap prestasi belajar siswa, sehingga
ketiganya memberikan interaksi yang signifikan
terhadap prestasi belajar siswa.
Siswa dengan gaya belajar visual dan
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi pada
pembelajaran problem solving menggunakan
media lab virtuil memberikan prestasi belajar
aspek kognitif yang lebih baik daripada
menggunakan media lab riil. Sedangkan siswa
dengan gaya belajar visual dan memiliki
kemampuan berpikir kritis rendah pada
pembelajaran problem solving menggunakan
media lab riil memberikan prestasi belajar aspek
kognitif yang lebih baik daripada menggunakan
media lab virtuil.
Siswa dengan gaya belajar kinestetik dan
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi pada
pembelajaran problem solving menggunakan
media lab riil memberikan prestasi belajar aspek
kognitif yang lebih baik daripada menggunakan
media lab virtuil. Sedangkan siswa dengan gaya
belajar kinestetik dan memiliki kemampuan
berpikir kritis rendah pada pembelajaran problem
solving menggunakan media lab riil memberikan
prestasi belajar aspek kognitif yang lebih baik
daripada menggunakan media lab virtuil.
Ada interaksi antara pembelajaran problem
solving dengan media lab riil dan virtuil, gaya
belajar, dan kemampuan berpikir kritis terhadap
prestasi belajar siswa ranah kognitif berarti
apapun gaya belajar yang dimiliki, apapun media
yang
diberikan,
siswa
yang
memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi memperoleh
prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa
yang memiliki kemampuan berpikir kritis
rendah. Tidak ada interaksi yang signifikan
antara pembelajaran problem solving dengan
media lab riil dan virtuil, gaya belajar, dan
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi
belajar siswa ranah afektif berarti apapun gaya
belajar yang dimiliki, apapun media yang
diberikan, siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis tinggi tidak memiliki prebedaan
prestasi belajar yang signifikan dengan siswa
yang memiliki kemampuan berpikir kritis
rendah.

Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari
penelitian di SMA N 1 Pulokulon, dapat
disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran kimia
berbasis problem solving menggunakan lab riil
dan virtuil dapat diterapkan pada materi laju
reaksi; (2) kemampuan berpikir
kritis
memberikan konstribusi positif terhadap prestasi
belajar siswa; (3) pembelajaran kimia berbasis
problem solving dengan lab riil tepat digunakan
pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis rendah.

P
A

S

Rekomendasi
Untuk guru; (1) untuk pembelajaran laju
reaksi sebaiknya disampaikan dengan strategi
problem solving menggunakan lab riil dan lab
virtuil; (2) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran problem solving dengan lab riil:
merancang praktikum dan persiapan lab dengan
baik sehingga efisien waktu,
sebelum
melaksanakan praktikum guru sebaiknya
mencoba dulu, membiasakan siswa disiplin saat
praktikum
sehingga
tidak
menimbulkan
kegaduhan karena pergerakan siswa yang tidak
terarah; (3) hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pembelajaran problem solving dengan lab
virtuil: pembuatan media sesuai dengan silabus,
menggunakan animasi, warna, dan suara yang
menarik sehingga siswa tidak mudah bosan, guru

Keterbatasan Penelitian
42

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 1 2012 (hal 34-43)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Implications to Teaching. Proceedings of the
3rd International Conference of Teaching and
Learning. INTI International University,
Malaysia.

sebaiknya mencoba menggunakan dulu sebelum
diterapkan di kelas; (4) kemampuan berpikir
kritis berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
sehingga perlu ditingkatkan, yaitu dengan
pembelajaran problem solving, inquiry, proyek,
dan strategi-strategi lain yang mengacu pada
pendekatan proses.
Untuk peneliti; hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai acuan untuk penelitan pada
pada konsep kimia yang bersifat empiris seperti
kesetimbangan kimia, termokimia dengan
meninjaunya dari variabel lain seperti
kemampuan awal, logika berpikir induktif,
motivasi agar tujuan pembelajaran tercapai dan
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik.

Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

N
S

Mohd. Nazir Md Zabit. 2010. Problem-Based
Learning on Students’ Critical Thinking Skill
in Teaching Business Education in Malaysia: A
Literature Review. American Journal of
Business Education. 3 (6): 19-32.

U

Riana. 2011. Pembelajaran Kimia dengan Metode
Inkuiri Terbimbing Menggunakan Virtuil Lab
dan Riil Lab Ditinjau dari Gaya Belajar dan
Aktivitas Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa
Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi
Kimia Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010).
Tesis Pendidikan Sains Universitas Sebelas
Maret. Surakarta. (Unpublised).

Arend, RI. 2008. Learning to Teach. Penerjemah:
Helly Prajitno Soetjipto & Sri Moelyantini
Seotjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sri

JA

BNSP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP.

N

A

Daftar Pustaka

R

Coffield, F., Moseley, D., Hall, E., Ecclestone, K.
2004. Learning Styles and Pedagogy in Post-16
Learning (A Systematic and Critical Review).
Wiltshire: Cromwell Press Ltd.

Sudarmi, 2010. Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Melalui Lab Riil dan Virtuil
Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kemampuan
Berpikir Abstrak (Studi Kasus Pembelajaran
Fisika pada Topik Suhu dan Kalor Kelas X,
Semester 2 SMA Negeri I Pati Pada Tahun
Pelajaran 2008/2009). Tesis Pendidikan Sains
Universitas
Sebelas
Maret.
Surakarta.
(Unpublised).

S

A

Diknas. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian
Afektif. Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta (Unpublised).
Santoso. 2009. Pengaruh penggunaan
Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil
pada Pembelajaran Fisika ditinjau dari
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Studi Kasus
pada Siswa Kelas X MAN Karanganyar Tahun
Pelajaran 2008/2009 pada Materi Gerak Lurus
Berubah Beraturan). Tesis Universitas Sebelas
Maret. Surakarta. (Unpublised).

C

A

Hadi

S

Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Makna

P
A

Tüysüz, C. 2010. The Effect of the Virtuil Laboratory
on Students’ Achievement and Attitude in
Chemistry. International Online Journal of
Education Science. 2 (1): 37-53.

Hofreiter, DT., Monroe, MC., Stein, TV. 2007.
Teaching and Evaluating Critical Thinking in
an
Environmental
Context.
Applied
Environmental Education and Communication.
6:149–157. Taylor & Francis Group, LLC.

I

Rahayu, 2012. Designed Student-Centered
Instruction (DSCI): Model Pembelajaran
Berbasis Konstruktivistik,
Inkuiri, dan
Kontekstual. Seminar Nasional Kimia dan
Pendidikan Kimia IV. Surakarta: 31 Maret
2012.

Winkel, W.S. 2009. Psikologi
Yogyakarta: Media Abadi.

Wayan Sadia. 2011. Pengembangan Model
Pembelajaran Sains Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.
Prosiding Seminar Nasional. Program Studi
Pendidikan Sains Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, Sukararta.

Lam, P., Lam, S., Chan, M., 2011. Learning Styles of
Students (Gifted vs. The Non-gifted) and

43

Pengajaran.

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

PENGARUH PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUIL PADA PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 7 111

PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

0 4 136

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE PICTORIAL RIDDLE DAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN ANALISIS.

0 0 23

PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN GAYA BELAJAR SISWA.

0 0 10

PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL PBM MELALUI EKSPERIMEN DENGAN LABORATORIUM RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUIL DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN GAYA BELAJAR.

0 0 8

PEMBELAJARAN BARBASIS MASALAH MELALUI EKSPERIMEN DENGAN LABORATORIUM RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUIL DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN GAYA BELAJAR.

0 0 7

Penerapan Laboratorium Riil dan Virtuil pada Pembelajaran Biologi Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kemampuan Memori Siswa JOKO W

12 28 123

PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA | Pusporini | Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) 5064 11076 1 SM

0 0 9

PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

0 0 16