PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PABRIK ALAT MESIN PERTANIAN SEBAGAI SALAH SATU INDUSTRI BESAR DI SUMATERA BARAT.

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PABRIK
ALAT MESIN PERTANIAN SEBAGAI SALAH SATU
INDUSTRI BESAR DI SUMATERA BARAT

TUGAS AKHIR

Oleh:
MUHAMMAD TAUFIK
0910932066

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

ABSTRAK

Alat dan mesin pertanian (ALSINTAN) adalah alat yang dipakai dalam
kegiatan agribisnis. Alsintan dipakai untuk merubah sistem pertanian tradisional
yang umumnya memakai peralatan manual menjadi pertanian modern dengan

mekanisasi. CV Nugraha Chakti Consultant membuat sebuah rencana tindak
pengembangan industri alsintan Sumatera Barat pada tahun 2012 untuk
mengembangkan industri menengah alsintan menjadi sebuah industri besar
alsintan, salah satu upaya yang dilakukan dengan meningkatkan kapasitas
produksi dari industri alsintan. Kapasitas produksi untuk produk unggulan
thresher dan hydrotiller ditetapkan masing-masing sebesar 2.000 unit per tahun.
CV Citra Dragon sebagai salah satu industri menengah alsintan di Sumatera
Barat memiliki rencana untuk merelokasi pabrik yang ada saat ini untuk
memenuhi permintaan konsumen yang meningkat setiap tahunnya. Peningkatan
kapasitas produksi dan rencana relokasi pabrik ini mengakibatkan terjadinya
perubahan tata letak, oleh karena itu dilakukan perancangan tata letak fasilitas
pabrik CV Citra Dragon.
Tahapan awal yang dilakukan dalam perancangan tata letak pabrik ini
adalah merancang tata letak lantai produksi. Perancangan tata letak lantai
produksi dilakukan dengan menerapkan group technology layout. Langkah awal
yang dilakukan adalah dengan melakukan pengelompokan mesin dan part family
dengan menggunakan metode Average Lingkage Clustering (ALC) dan Rank
Order Clustering (ROC). Selanjutnya dilakukan perancangan stasiun kerja
mandiri dan perancangan tata letak dengan menggunakan metode Modified
Spanning Tree (MST). Pemilihan alternatif tata letak dilakukan untuk memilih

layout lantai produksi terbaik antara pengelompokan sel ALC dan ROC.
Selanjutnya dilakukan perancangan tata letak gudang, kantor serta fasilitas
penunjang produksi lainnya. Metode Activity Relationship Chart digunakan untuk
menata penempatan fasilitas pabrik yang telah dirancang. Setelah dilakukan
penataan fasilitas pabrik maka dihitung biaya pendirian pabrik.
Tipe tata letak yang digunakan pada lantai produksi adalah group
technology layout. Lantai produksi ini terdiri dari empat buah sel mesin, area
perakitan dan area pengecatan. Total jarak perpindahan material dalam satu kali
produksi adalah sebesar 1120,16 m yang berarti memerlukan waktu transportasi
18,7 menit untuk satu kali produksi . Pabrik alsintan yang dirancang memiliki
pola aliran circular dengan 11 fasilitas. Fasilitas yang dirancang terdiri dari 10
ruangan dan 1 tempat parkir. Bangunan pabrik berukuran 84 m x 52 m. Total
biaya yang diperlukan untuk pendirian pabrik sebesar Rp 11.377.730.000,00.
Total biaya yang dihitung meliputi biaya pengadaan peralatan kantor,
pengadaaan peralatan produksi, biaya pendirian bangunan dan biaya instalasi.
Kata Kunci :

Average Lingkage Clustering, Rank Order Clustering, Modified
Spanning Tree , Activity Relationship Chart


ABSTRACT

Tools and agricultural machinery (ALSINTAN) is a tool used in agribusiness
activities. Alsintan used to change the traditional farming systems generally use
manual equipment into modern agriculture with mechanization. CV Nugraha
Chakti Consultant make an action plan for industrial development Alsintan West
Sumatra in 2012 to develop medium industries of Alsintan become a major
industry of Alsintan, one of efforts made is increase the production capacity of the
industry Alsintan. Production capacity for superior products as hydrotiller and
threshers set each for 2.000 units per year. CV Citra Dragon as one of the
medium industry alsintan in West Sumatra has a plan to relocate the existing
plant to meet growing consumer demand each year. Increased production
capacity and plant relocation plan has led to a change in the layout, therefore
need to design the layout of the plant facility CV Citra Dragon.
first step the to design of plant layout is design the layout of the production floor.
The design of the production floor layout is done by applying group technology
layout. The initial step is to do a machine grouping and part family using the
Average Linkage Clustering (ALC) and Rank Order Clustering (ROC).
Furthermore done independent work station design and layout design using the
Modified Spanning Tree (MST). Alternative selection layout is done to select the

best production floor layout between ALC and ROC cell grouping. Furthermore,
to design the layout of warehouses, offices and other production support facilities.
Activity Relationship Chart methods used to organize the placement of factory
facilities have been designed. After structuring plan facilities, calculated cost
manufacturing facility plant establishment.
Type of layout is used on the production floor layout technology group. The
production floor is composed of four cell machinery, assembly area and painting
area. The total distance of the displacement of material in a single production
amounted to 1120.16 m which means need 18,7 minutes of transportation time for
one time production . Alsintan Factory has designed a circular flow pattern with
11 facilities. The facilities were designed consisting of 10 rooms and 1 parking
space. Factory building measuring 84 m x 52 m. The total cost required for the
establishment of the factory at Rp 11,377,730,000.00. The total cost is computed
includes the cost of procurement of office equipment, providing production
equipment, the cost of construction of buildings and installation costs.
Kata Kunci :

Average Lingkage Clustering, Rank Order Clustering , Modified
Spanning Tree, Activity Relationship Chart


BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bekerja pada sektor pertanian. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
Februari 2013 dari total 114,02 juta penduduk Indonesia yang bekerja, 39,96 juta
bekerja pada sektor pertanian. Guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas
pertanian digunakan berbagai macam alat dan mesin. Alat dan mesin pertanian
(alsintan) adalah alat yang dipakai dalam kegiatan agribisnis. Alsintan dipakai
untuk mengubah sistem pertanian tradisional yang umumnya memakai peralatan
manual menjadi pertanian modern dengan mekanisasi.

Produksi alsintan di Indonesia saat ini dipasok dari produksi alsintan dalam
negeri dan impor dari negara luar seperti Korea, Taiwan dan China. Menurut
Asosiasi Perusahaan Alat dan Mesin Pertanian Indonesia, terdapat 21 perusahaan
industri alsintan di Indonesia namun hanya terdapat tiga pemain utama yaitu CV
Karya Hidup Sentosa di Yogyakarta, PT Agrindo di Jawa Timur, dan PT
Yamindo di Sulawesi Selatan.


Sumatera Barat bersama Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur
merupakan perintis dalam industri alsintan. Berdasarkan data dari CV Nugraha
Chakti Consultant tahun 2012 jumlah industri yang bergerak di bidang alsintan di
Sumatera Barat mencapai 98 unit usaha. Tidak seperti di Jawa Timur dan Daerah
Istimewa Yogyakarta di Sumatera barat belum terdapat industri besar dalam
pembuatan alsintan. Dari 98 unit usaha tersebut 74 % bersifat industri rumah
tangga, 22 % industri kecil dan 4 % merupakan industri menengah. CV Citra
Dragon di Padang Pariaman dan CV Cherry Sarana Agro di Payakumbuh
merupakan industri menengah alsintan di Sumatera Barat.

Terdapat beberapa
berapa produk alsintan yang sering dimanfaatkan
kan ol
oleh petani
di Sumatera Barat yang berasal dari industri alsintan. Traktor pertania
pertanian, power
thresher, rice milling
ng unit
uni dan pemarut ubi merupakan produk alsint

alsintan yang
banyak dimanfaatkan
kan di Sumatera
S
Barat. Menurut CV Nugraha Chakti Cons
Consultant
sampai tahun 2012 pemanfaatan
pemanfa
dari keempat jenis alsintan adalah sebaga
sebagai berikut
: traktor pertanian sebanyak
sebanya 9.210 unit, power thresher sebanyak 6.197 unit, rice
milling unit sebanyak
nyak 4.146 unit dan pemarut ubi sebanyak 2.908 uni
unit. Data
selengkapnya mengenai
ngenai pemanfaatan alsintan di Sumatera Baratt dapa
dapat dilihat
pada Gambar 1.1.


10,000

9,210
9,

Unit

6,197
4,146

5,000

2098
40

211 397

865

36


88

0

Produk Alsintan

Gambar
ar 1.1 Grafik Pemanfaatan Alsintan Sumatera Barat
(sumbe : CV Nugraha Chakti Consultant, 2012)
(sumber

Data kebutuhan
uhan alsintan
al
Sumatera Barat pada Gambar 1.2 menje
menjelaskan di
antara keempat produk yang memiliki jumlah pemanfaatan paling
ing be
besar tadi,

hanya pemarut ubi yang dapat memenuhi seluruh permintaan
an yang
ya
ada.
Sedangkan rice miling
ng unit
uni masih kekurangan sekitar 46 %. Produk
roduk yang paling
sering dimanfaatkan
kan seperti
se
traktor pertanian dan power threshe
esher masih
kekurangan sebesarr 60% dan 56%. Berdasarkan data ini dapat ditarik
rik ke
kesimpulan
bahwa industri alsintan
intan di Sumatera Barat belum mampu memenuhi
enuhi seluruh
kebutuhan alsintan

n yang ada
a di Sumatera Barat.

2

Gambar
ar 1.2 Grafik Kebutuhan Alsintan Sumatera Barat
(sumber
umber : CV Nugraha Chakti Consultant, 2012)

Melihat kekuranga
kurangan ini CV Nugraha Chakti Consultant menyusun
nyusun rencana
tindak pengembangan
ngan industri
indus unggulan peralatan pertanian di Sumate
umatera Barat.
Program ini bertujuan
uan untuk
unt mengembangkan dua industri menengah
ngah aalsintan di
Sumatera Barat yaitu CV Citra Dragon dan CV Cherry Sarana Agro menjadi
industri besar yang
ng bergerak
berge
di bidang pembuatan alsintan. Salahh satu indikator
dalam pengembangan
ngan ini adalah peningkatan dari kapasitas produksi
produks pabrik
alsintan. Indikator capaian
capaia dalam rencana tindak pengembangan industri
ndustri alsintan
di Sumatera Barat selengka
elengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Indikator
kator Capaian
Ca
Pengembangan Alsintan Sumatera
ra Bara
Barat

3

CV Citra Dragon yang merupakan salah satu industri alsintan di Sumatera
Barat mempunyai rencana untuk merelokasi pabrik yang ada saat ini. Menurut
manajemen pabrik, kapasitas produksi dari pabrik CV Citra Dragon yang berada
di Sungai Sarik saat ini memiliki kapasitas yang masih tergolong kecil yaitu
kurang dari 2.000 unit per tahun. Produk utama dari pabrik ini adalah hydrotiller
dan power thresher dengan kapasitas 3 unit per hari untuk hydrotiller dan 2 unit
per hari untuk power thresher. Melihat potensi lebih dari kedua produk utama ini
CV Citra Dragon merencanakan akan meningkatkan kapasitas produksi untuk
kedua produk ini pada pabrik yang akan dibangun.

Berdasarkan indikator capaian dari CV Nugraha Chakti Consultant
dibutuhkan target produksi sebesar 2.000 unit adalah hydrotiller dan 2.000 unit
power thresher untuk dapat memenuhi kebutuhan hydrotiller dan power thresher
di Sumatera Barat. Oleh karena itu target produksi yang direncanakan oleh CV
Nugraha Chakti Consultant dapat dijadikan acuan sebagai target produksi untuk
pabrik baru CV Citra Dragon. Selain memproduksi hydrotiller dan power thresher
pihak manajemen juga merencanakan agar pabrik yang dirancang dapat
memproduksi produk alsintan lain.

Lokasi pendirian pabrik baru yang dipilih CV Citra Dragon terletak di Jalan
Raya Sicincin Nagari Koto Mambang Kecamatan Patamuan Kabupaten Padang
Pariaman Provinsi Sumatera Barat dengan luas sebesar 70.000 m2. Trisiafitri
(2009) telah melakukan penelitian studi kelayakan pendirian pabrik alsintan di
daerah ini. Dari analisis terhadap aspek pemasaran, aspek teknis, aspek
lingkungan, aspek hukum, aspek manajemen dan aspek sosial ekonomi, daerah ini
cocok sebagai tempat pendirian pabrik baru CV Citra Dragon.

Terdapat beberapa penelitian mengenai tata letak fasilitas pabrik alsintan
yang ada di Sumatera Barat. Suraya (2010) melakukan penelitian di CV Citra
Dragon mengenai perancangan tata letak lantai produksi pabrik alsintan. Produk
acuan yang digunakan yaitu hydrotiller dengan target produksi 1838 unit per
tahun. Alternatif layout yang diberikan terdiri dari tiga alternatif yaitu process

4

layout, group technology dan hybrid cellular layout. Dari ketiga alternatif layout
terpilih adalah hybrid cellular layout. Anwar (2008) melakukan penelitian di
UPTD BPLKMBB (Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Perekayasaan Logam,
Kerajinan, Mesin dan Bahan Bangunan) dengan judul aplikasi group technology
pada perancangan tata letak pabrik alat dan mesin pertanian. Produk acuan yang
dipakai yaitu thresher dan hydrotiller dengan kapasitas produksi 100 unit dan 130
unit per tahun. Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan hybrid cellular layout
sebagai layout terbaik.

Munthe (2005), melakukan penelitian mengenai perancangan tata letak
proses di Balai UPTD Padang, dengan produk acuan yang digunakan adalah
power thresher dan hydrotiller dengan kapasitas produksi masing-masing 11 dan
6 unit per bulan. Perancangan tata letak pada penelitian tersebut membagi mesin
menjadi empat departemen berdasarkan prosesnya yaitu departemen proses,
departemen potong, departemen perakitan dan departemen pengecatan selain itu
dilakukan juga perancangan gudang bahan baku.

Kananda (2001) melakukan penelitian dengan judul Perancangan Ulang
Tata Letak CV Citra Dragon dengan Metode group technology. Produk acuan
yang digunakan yaitu power thresher dan hydrotiller. Hasil dari perancangannya
yaitu berupa tata letak group technology dimana dilakukan pengelompokkan
mesin ke dalam sel-sel mesin. Rahmi (2001) melakukan relayout tata letak lantai
di CV Citra Dragon. Perancangan tata letak dilakukan dengan menerapkan tipe
tata letak process layout dengan produk acuan berupa hydrotiller dan threser.
Perancangan ini menghasilkan pola aliran circular. Penjelasan lebih lanjut
mengenai posisi penelitian saat ini dapat dilihat pada Tabel 1.2.

5

Tabel 1.2 Posisi penelitian
Penelitian

Kananda
(2001)

Munthe



Rahmi

(2005)

Anwar
(2008)

Suraya
(2010)

Taufik
(2013)

-

-

-















-

-

-

-

-

-





-









-



-

-

-



Lantai Produksi













Merancang Gudang

-

-



-

-



Merancang Kantor

-

-

-

-

-



-



-

-

-



Layout 2 D

-











Perhitungan Biaya
Pendirian Pabrik

-

-

-

-

-



Aspek

(2001)

Perancangan
Perhitungan Mesin
Kapasitas Produksi
Kecil
Kapasitas Produksi
Besar
Perancangan
Menggunakan Metode
Kuantitatif
Perancangan
Menggunakan Metode
Kualitatif
Merancang Tata Letak

Merancang Fasilitas
Penunjang Pabrik

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dirasa perlu dilakukan
perancangan pabrik baru terhadap CV Citra Dragon yang nantinya akan menjadi
salah satu industri besar dalam pembuatan alsintan di Sumatera Barat.

6

1. 2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang pabrik baru CV
Citra Dragon yang merupakan salah satu industri besar dalam pembuatan alsintan
di Sumatera Barat.

1. 3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Merancang tata letak pabrik baru CV Citra Dragon yang dapat diterapkan
pada lahan berukuran 70 m x 100 m.
2. Menghitung total biaya pendirian rancangan pabrik alsintan.

1. 4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian dilakukan pada CV Citra Dragon di Padang Pariaman, Sumatera
Barat.
2. Produk acuan dari pabrik

yang dirancang adalah hydrotiller dan power

thresher karena merupakan salah satu produk unggulan dalam rencana tindak
pengembangan industri alsintan di Sumatera Barat yang dibuat oleh CV
Nugraha Chakti Consultant.
3.

Kapasitas produksi disesuaikan dengan indikator capaian pengembangan
alsintan Sumatera Barat yang dibuat oleh CV Nugraha Chakti Consultant.

4.

Perancangan pabrik yang akan dirancang meliputi lantai produksi, gudang
kantor dan fasilitas penunjang pabrik.

7

1. 5 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN

Berisi penjelasan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan yaitu
ilmu tata letak pabrik.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi mengenai langkah-langkah atau tahapan penelitian yang akan
dilakukan mulai dari awal sampai akhir proses penelitian yang digambarkan
secara sistematis.
BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PERANCANGAN TATA LETAK
Berisi uraian data yang dikumpulkan untuk pemecahan masalah dan
perancangan tata letak fasilitas berdasarkan teori dan metode yang
digunakan.
BAB V ANALISIS
Berisi analisis terhadap hasil pengolahan data dan perancangan yang telah
diperoleh, dan menentukan keputusan yang akan diambil.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan untuk mengetahui jawaban apakah tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Serta berisi saran-saran yang diberikan
yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk pengembangan penelitian
selanjutnya.

8