REPRESENTASI NASIONALISME DRAMA SERIAL PATRIOT di NET TV.

(1)

ABSTRAK

BAGUS AJI BUDI CAHYONO, REPRESENTASI NASIONALISME DRAMA SERIAL PATRIOT di NET TV

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui representasi nasionalisme tayangan drama serial "PATRIOT" di NET TV.

Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik yang termasuk dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori John Fiske yang kemudian dibagi menjadi tiga level, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi.

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa representasi nasionalisme dalam drama serial PATRIOT terdapat pada perjuangan, kegigihan, dan rela berkorban nya tentara Indonesia dan warga sipil dalam menjaga keutuhan negara Republik Indonesia.

Kata Kunci : Representasi, Nasionalisme, Patriotisme, Drama Serial PATRIOT, NET TV

ABSTRACT

BAGUS AJI BUDI CAHYONO, REPRESENTATION DRAMA SERIES NATIONALISM PATRIOT IN NET TV

The Purpose of this study to determine the representation of nationalism PATRIOT

serial drama shows in NET TV.

This research method included in the semiotic analysis of qualitative research. This

Study uses the theory of John Fiske were then divided into three levels, nameley the level of reality, the level of representation, and the level of ideology.

The conclusions obtained from this study is that representation of nationalism in the

serial drama is found in the struggle, persistance, and self sacrificing Indonesian soldiers and civilians in maintaining the integrity of the republic Indonesia.

Keyword : Representation, Nationalism, Patriotism, PATRIOT Serial Drama, NET TV


(2)

PENDAHULUAN

Media massa menurut Defleur dan Denis merupakan suatu alat yang digunakan untuk komunikasi dalam penyampaian pesan yang ditransmisikan dengan menggunakan suatu teknologi, dimana sasaran media tersebut merupakan khalayak yang besar dan massal yang menyimak dan merasakan terpaan pesan dengan caranya sendiri (Winarso, 2005 : 171). Fungsi media massa menurut Jay Black dan F.C Whitney, yaitu media massa memberikan hiburan, melakukan persuasi dan sebagai transmisi budaya atau tempat berlalunya nilai-nilai budaya dan sosial diluar kita (Winarso, 2005 : 28). Fungsi media massa secara umum dalam berbagai wacana ada empat fungsi yaitu fungsi penyalur informasi, fungsi untuk mendidik, fungsi untuk menghibur, dan fungsi untuk mempengaruhi. Keempat fungsi tersebut sangat melekat erat dalam media massa secara utuh dan fungsi-fungsi tersebut saling berhubungan, mempengaruhi, atau mendukung satu dengan yang lainnya sehingga pelaksanaannya harus dilakukan secara bersama-sama tanpa mengesampingkan salah satu diantaranya.

Televisi (Badjuri, 2010 : 6) merupakan media massa yang mengalami perkembangan paling fenomenal di dunia. Meski lahir belakangan dibanding media

massa cetak dan radio, namun akhirnya media televisilah yang paling banyak diakses oleh masyarakat. Televisi sebagai media penyampaian pesan hadir dengan sifat dan kelebihannya yang audio visual atau

cinematography (pandang dengar dan gambar

bergerak), sehingga penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling banyak berpengaruh pada kehidupan manusia baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Televisi telah menghadirkan berbagai macam bentuk acara untuk disajikan pada masyarakat. Maraknya ragam bentuk acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi swasta, baik itu yang bersifat edukatif ataupun sekedar hiburan semata yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan memanjakan pemirsa. Program-program yang ditayangkan selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan zamannya sehingga banyak bermunculan tayangan-tayangan baru yang membuat acara televisi semakin beragam.

Dari hasil survei KPI mengenai indeks kualitas program siaran televisi pada bulan Maret - April 2015 terdapat 6 program televisi tidak berkualitas yaitu "Emak Ijah Pengen ke Mekah" SCTV masuk jajaran sinetron yang tidak berkualitas. Dari skala 1


(3)

sampai 5, indeks sinetron yang plotnya sudah lari dari ide awal ini hanya mencapai angka 2,97. Mendekati 4 saja tidak. Tampaknya penonton Indonesia mulai sadar kalau tontonan ini sudah tidak memiliki relevansi cerita lagi. Yang kedua "Sinema Pintu Taubat" Indosiar, juga masuk ke dalam kategori tidak berkualitas. Ketiga, "7 Manusia Harimau" SCTV merupakan sinetron dengan kualitas terburuk. Salah satu aspek terburuk sinetron ini adalah bermuatan mistik, horor, dan supranatural. Keempat, merupakan program variety show tak berkualitas pantas disematkan pada "Pesbukers" ANTV. Selanjutnya ada "Duo Pedang" Global TV dan yang terakhir adalah "Late Night Show"

TRANS TV. (

kpi.go.id/download/Pengumuman/Handout- hasil-survei-indeks-kualitas-program-siaran-televisi-maret-april-2015-KPI.pdf ) diakses pada 10 Oktober 2015.

Di tengah-tengah maraknya tayangan tidak berkualitas akhir-akhir ini, muncullah sebuah televisi yang mengusung konsep berbeda daripada televisi lainnya. NET. Televisi masa kini merupakan salah satu alternatif tontonan hiburan layar kaca. Disaat berbagai program televisi Indonesia semakin menggila dan kehilangan arahnya, ternyata masih ada stasiun televisi yang konsisten menyiarkan tayangan yang benar-benar

berkualitas dan menyajikan hiburan sehat. NET. hadir dengan format dan konten program yang berbeda dengan stasiun TV lain. NET. TV benar-benar hadir unjuk gigi menyajikan suguhan tayangan-tayangan hiburan yang menarik, tidak murahan, dan elegan.

Salah satu program acara NET. yang bekualitas dan tentunya berbeda dari stasiun TV lain adalah "PATRIOT". "PATRIOT" merupakan drama serial yang mulai tayang pada tanggal 30 Agustus 2015. Serial "PATRIOT" ini menceritakan tentang sebuah pasukan khusus TNI yang terdiri dari prajurit terbaik. Dalam serial ini, kita akan melihat bagaimana para keluarga prajurit harus mampu melepaskan dan merelakan perginya anak, kekasih, suami atau ayah mereka ke medan perang ketika negara sudah memanggil. Dalam tayangan tersebut terdapat sebuah kalimat yang menunjukkan profesionalisme TNI yaitu, "Lebih Baik Pulang Nama, Dari Pada Gagal di Medan Tugas".

Hal ini membuat saya selaku peneliti memilih objek penelitian drama serial "PATRIOT". Karena drama serial "PATRIOT" merupakan pendobrak bagi tayangan televisi khususnya drama di Indonesia. Jika, televisi lain lebih memilih menayangkan drama serial India, Turki,


(4)

Korea, dan sebagainya, maka NET. TV berani tampil anti mainstream dengan drama serial "PATRIOT" yang bergenre action. Selain itu, dalam drama serial "PATRIOT" menunjukkan bahwa di kehidupan nyata ini ada sosok-sosok patriot dengan karakter positif yang bisa ditiru dan menjadi motivator bagi mereka dan kita bisa mempelajari kenasionalismean yang mulai pudar yang direkonstruksi dalam sebuah drama serial dan menerapkannya dalam kehidupan kita dengan sikap kenasionalismean yang sesuai dengan era kita sekarang, bukan lagi dengan pertarungan melawan penjajah. Justru menjaga rasa nasionalisme terhadap bangsa sendiri jauh lebih sulit bila dibandingkan harus melawan penjajah zaman dulu. Drama serial "PATRIOT" ini merupakan mini series yang artinya hanya ada sedikit episode yaitu dari episode 1 - 7. Dari episode tersebut, peneliti memilih episode 7 sebagai bahan untuk diteliti karena pada episode tersebut menurut peneliti lebih banyak terdapat unsur nasionalisme daripada episode yang lain.

Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu komunikasi, terutama dalam kajian media massa

yang mencoba mengkaji representasi nasionalisme tayangan "PATRIOT" di NET TV.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai representasi nasionalisme dalam kehidupan masyarakat yang digambarkan dalam tayangan "PATRIOT". Penelitian ini juga dapat dijadikan masukan bagi televisi di Indonesia untuk dapat menghasilkan tayangan yang berkualitas.

LANDASAN TEORI

Televisi Sebagai Media Massa

Televisi adalah suatu media massa elektronik yang mempunyai sifat transitory yaitu meneruskan isi pesan bersifat dinamis

(audiovisual gerak sinkron). Televisi juga

merupakan media jaringan komunikasi massa yakni berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, dan sasarannya menimbulkan keserempakan serta sifat komunikasinya yang heterogen. (Effendy, 1993 : 21)


(5)

Representasi

Representasi merupakan konsep yang mempunyai beberapa pengertian, yaitu proses sosial dan representing. Representasi merujuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan yang kongkret. Konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui system penandan yang tersedia : dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa (Noviani, 2002 : 53).

Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut 'pengalaman berbagi'. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada di situ membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam 'bahasa' yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. (http://kunci.or.id.esai/nws/04/representasi.ht m)

Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di

tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. (Sobur, 2003 : 15). Pada dasarnya semiotika hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal

(things). Memaknai (to signify) dalam hal ini

tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate), dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi system yang terstruktur dari tanda (Barthes dalam Alex Sobur, 2003 : 15).

Nasionalisme

Menurut kamus besar bahasa Indonesia nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, politik untuk membela pemerintahan sendiri. Nasionalisme merupakan suatu paham yang memberikan ilham kepada sebagian besar penduduk dan yang mewajibkan dirinya untuk mengilhami segenap anggota-anggotanya. Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik dan bahwa bangsa adalah sumber daripada semua tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan rakyat. Nasionalisme adalah faham yang menunjukkan bahwa kesetiaan dari setiap individu atau warga negara ditujukan kepada kepribadian bangsanya (Boehm dalam Sukarna, 1991 : 92)


(6)

Semiotika John Fiske

Menurut John Fiske (2004 : 282) semiotika adalah studi tentang pertandaan dan makna dari sistem tanda, ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna dibangun dalam "teks" media atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna. Analisis ini terbagi atas tiga level yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan analisis semiotika televisi John Fiske. Semiotika John Fiske dibagi menjadi 3 level yaitu :

1. Level reality (realitas) yaitu meliputi

appreance (penampilan), dress

(kostum), make-up (riasan),

environment (lingkungan), behavior

(kelakuan), speech (gaya bicara),

gesture (gerakan), expression

(ekspresi), sound (suara).

2. Level representation (representasi), dalam level kedua ini kode-kode yang termasuk didalamna antara lain berkaitan dengan kode-kode teknik. Seperti camera (kamera), lighting

(pencahayaan), music (musik), sound (suara).

3. Level ideology (ideologi), kode sosialnya antara lain, narrative (narasi), conflict (konflik), character (karakter), action (aksi), dialogue (dialog), setting (latar).

HASIL PENELITIAN

Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan

(humanity) memakai hal-hal (things).

Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat di campuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate) . memaknai bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi dalam hal mana obyek-obyek tersrtuktur dari tanda (Kurniawan,2005:53). Salah satu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri,dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu obyek atau idea dan suatu tanda (Littlejohn, 1996:64 ; Sobur,2004:16). Konsep dasar ini meningkat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan symbol, bahasa, wacana dan bentuk-bentuk nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda disusun. Secara umum studi tentang tanda merujuk pada semiotika. Peneliti mencoba untuk mengetahui representasi nasionalisme dalam


(7)

drama serial "PATRIOT" Episode 7 di NET. TV dengan menggunakan teori John Fiske yang dibagi menjadi tiga level yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi.

Pada level realitas melalui kode sosial penampilan (kostum dan make up) dapat dilihat pakaian yang digunakan adalah seragam lengkap TNI yang bercorak loreng warna hijau dan coklat. Dalam hal ini warna hijau menunjukkan keberuntungan, agar dalam melaksanakan tugas para tentara Indonesia selalu beruntung dan dapat kembali dengan selamat. Sedangkan warna coklat menunjukkan daya tahan, dan memberikan pikiran ke penonton bahwa situasi yang ditunjukkan pada scene tersebut adalah seorang pejuang yang sedang mempertahankan negaranya. Kemudian melalui kode sosial setting lebih banyak terdapat setting tempat di hutan yang menunjukkan bahwa para tentara Indonesia harus siap berada di medan apa pun. Dan melalui kode sosial ekspresi menunjukkan perjuangan, kegigihan, dan rela berkorban nya tentara Indonesia dan warga sipil dalam menjaga keutuhan negara Republik Indonesia.

Pada level representasi, penggunaan teknik kamera yang sengaja mengambil ekspresi atau bahasa tubuh dari tokoh - tokoh dalam drama serial "PATRIOT" memberikan

informasi bagaimana ekspresi perjuangan, kegigihan, semangat, dan rela berkorban yang ingin di tonjolkan dalam drama serial ini seperti teknik pengambilan gambar close up.

Pada level ideologi khususnya pada kode sosial dialog adalah level yang juga terdapat representasi nasionalisme. Representasi nasionalisme dalam dialog ditunjukkan dengan kata - kata yang memotivasi, contohnya seperti ucapan Kolonel Bayu untuk memotivasi para tim nya "Lebih Baik Pulang Nama, Dari Pada Gagal di Medan Tugas".

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi terhadap representasi nasionalisme dalam drama serial "PATRIOT" episode 7 yang telah dilakukan di bab sebelumnya, maka dapatlah ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa nasionalisme dalam drama serial ini terdapat pada perjuangan, kegigihan, dan rela berkorban nya tentara Indonesia dan warga sipil dalam menjaga keutuhan negara Republik Indonesia.

Representasi nasionalisme dalam drama serial "PATRIOT" diharapkan mampu membangkitkan minat masyarakat untuk menonton drama serial "PATRIOT" di NET.


(8)

TV. Dari adanya minat tersebut diharapkan setelah menonton drama serial "PATRIOT" ini masyarakat tergugah akan rasa kecintaan (nasionalisme) terhadap bangsa ini dan mulai melakukan hal - hal positif yang berguna bagi bangsa Indonesia.

SARAN

Peneliti menyarankan kepada masyarakat bahwa drama serial ini merupakan wacana kebangsaan yang memperlihatkan pengorbanan pejuang bangsa, selain itu memberikan sindiran kepada masyarakat Indonesia tentang paham nasionalisme walaupun ada pengaruh dari luar.

Dengan dibuatnya drama serial seperti ini, peneliti menyarankan kepada pemimpin - pemimpin televisi dalam negeri ini untuk membuat sebuah tayangan yang berkualitas. Janganlah mengejar sebuah rating dan akhirnya konten yang ditampilkan tidak berbobot karena lebih mengutamakan rating. Televisi merupakan frekuensi milik masyarakat yang seharusnya memberikan sebuah tayangan yang bermanfaat dan mencerdaskan bagi masyarakat bukan malah membodohi masyarakat. Drama serial bergenre action dengan tema nasionalisme sangat cocok untuk meningkatkan rasa

nasionalisme masyarakat yang mulai memudar akibat pengaruh dari luar.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Badjuri, Adi. 2010.Jurnalistik

Televisi.Yogyakarta : Graha Ilmu

Berger, Arthur Asa. 2000.Media and

Communication Research

Methods.London : Sage Publication

Biran, H. Yusa. 2006.Teknik Menulis

Skenario Film Cerita.Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

Budiman, Kris. 2005.Semiotika

Visual.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bungin, Burhan. 2008.Sosiologi Komunikasi

(Teori, Paradigma, dan Discourse

Teknologi Komunikasi di

Masyarakat).Jakarta : Kencana Prenada

Media Group

Effendy, Onong Uchjana. 1993.Dinamika

Komunikasi.Bandung : PT. Remaja

Rosda Karya

Effendy, Onong Uchjana. 2003.Ilmu

Komunikasi : Teori dan

Praktek.Bandung : PT. Remaja Rosda


(9)

Fiske, John. 1990.Introduction To

Communication Studies.London :

Routledge

Fiske, John. 2004.Culture and

Communications Studies - Sebuah

pengantar paling

komprehensif.Yogyakarta : Jalasutra

Kurniawan. 2000.Semiologi Roland

Barthes.Magelang : Yayasan Indonesia

Kuswandi, Wawan. 1996.Komunikasi Massa

: Sebuah Analisis Media Televisi.Jakarta

: Rineka Cipta

Legge J.O. 1997.Indonesia.Sydney : Prentice

Moleong, Lexy J. 2002.Metodologi

Penelitian Kualitatif.Bandung : PT

Remaja Rosda Karya

Muda, Dedy Iskandar. 2003.Jurnalistik

Menjadi Reporter Profesional.Bandung :

PT. Remaja Rosda Karya

Mulyana, Deddy. 2008.Ilmu Komunikasi

Suatu Pengantar.Bandung : PT. Remaja

Rosda Karya

Naratama. 2004.Menjadi Sutradara

Televisi.Jakarta : PT. Grasindo

Noviani, Ratna.2002.Jalan Tengah

Memahami Iklan, Antara Realitas,

Representasi, dan Simulasi.Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

Nurudin, Msi. 2007.Pengantar Komunikasi

Massa.Yogyakarta : PT. Grafindo

Persada

Rahkmat, Jalaludin. 2004.Psikologi

Komunikasi.Bandung : PT. Remaja

Rosda Karya

Sobur, Alex. 2004.Semiotika

Komunikasi.Bandung : Remaja Rosda

Karya

Sobur, Alex. 2006.Analisis Teks Media :

Suatu Pengantar Untuk Analisis

Wacana, Analisis Semiotika, dan

Analisis Framing.Bandung : PT. Remaja

Rosda Karya Edisi keempat

Sukarna. 1991.Analisis Politik.Bandung : Mandar Maju

Turner, Graeme. 1991.Representating The

Nation.Londong : Routledge

Winarso, Heru P. 2005.Sosiologi Komunikasi

Massa.Jakarta : Prestasi Pustaka

Non Buku :

m.kompasiana.com/nandysembiring/kabar-dukacita-matinya-siaran-berpendidikan

55546dcb7397731b149054ea - diakses pada 02 Oktober 2015

kpi.go.id/download/Pengumuman/Handout- hasil-survei-indeks-kualitas-program-siaran-televisi-maret-april-2015-KPI.pdf - diakses pada 10 Oktober 2015.


(10)

www.sinetron-indonesia.com/patriot-net-tv/ - diakses pada 10 Oktober 2015

www.wikipedia.com - diakses pada 10 Oktober 2015

www.kompas.com - diakses pada 11 Oktober 2015

www.icas-indonesia.org - diakses pada 11 Oktober 2015

http://kunci.or.id.esai/nws/04/representasi.ht m - diakses pada 12 Oktober 2015


(1)

Representasi

Representasi merupakan konsep yang mempunyai beberapa pengertian, yaitu proses sosial dan representing. Representasi merujuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan yang kongkret. Konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui system penandan yang tersedia : dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa (Noviani, 2002 : 53).

Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut 'pengalaman berbagi'. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada di situ membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam 'bahasa' yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. (http://kunci.or.id.esai/nws/04/representasi.ht m)

Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di

tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. (Sobur, 2003 : 15). Pada dasarnya semiotika hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate), dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi system yang terstruktur dari tanda (Barthes dalam Alex Sobur, 2003 : 15).

Nasionalisme

Menurut kamus besar bahasa Indonesia nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, politik untuk membela pemerintahan sendiri. Nasionalisme merupakan suatu paham yang memberikan ilham kepada sebagian besar penduduk dan yang mewajibkan dirinya untuk mengilhami segenap anggota-anggotanya. Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik dan bahwa bangsa adalah sumber daripada semua tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan rakyat. Nasionalisme adalah faham yang menunjukkan bahwa kesetiaan dari setiap individu atau warga negara ditujukan kepada kepribadian bangsanya (Boehm dalam Sukarna, 1991 : 92)


(2)

Semiotika John Fiske

Menurut John Fiske (2004 : 282) semiotika adalah studi tentang pertandaan dan makna dari sistem tanda, ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna dibangun dalam "teks" media atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna. Analisis ini terbagi atas tiga level yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan analisis semiotika televisi John Fiske. Semiotika John Fiske dibagi menjadi 3 level yaitu :

1. Level reality (realitas) yaitu meliputi appreance (penampilan), dress (kostum), make-up (riasan), environment (lingkungan), behavior (kelakuan), speech (gaya bicara), gesture (gerakan), expression (ekspresi), sound (suara).

2. Level representation (representasi), dalam level kedua ini kode-kode yang termasuk didalamna antara lain berkaitan dengan kode-kode teknik. Seperti camera (kamera), lighting

(pencahayaan), music (musik), sound (suara).

3. Level ideology (ideologi), kode sosialnya antara lain, narrative (narasi), conflict (konflik), character (karakter), action (aksi), dialogue (dialog), setting (latar).

HASIL PENELITIAN

Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat di campuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate) . memaknai bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi dalam hal mana obyek-obyek tersrtuktur dari tanda (Kurniawan,2005:53). Salah satu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri,dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu obyek atau idea dan suatu tanda (Littlejohn, 1996:64 ; Sobur,2004:16). Konsep dasar ini meningkat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan symbol, bahasa, wacana dan bentuk-bentuk nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda disusun. Secara umum studi tentang tanda merujuk pada semiotika. Peneliti mencoba untuk mengetahui representasi nasionalisme dalam


(3)

drama serial "PATRIOT" Episode 7 di NET. TV dengan menggunakan teori John Fiske yang dibagi menjadi tiga level yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi.

Pada level realitas melalui kode sosial penampilan (kostum dan make up) dapat dilihat pakaian yang digunakan adalah seragam lengkap TNI yang bercorak loreng warna hijau dan coklat. Dalam hal ini warna hijau menunjukkan keberuntungan, agar dalam melaksanakan tugas para tentara Indonesia selalu beruntung dan dapat kembali dengan selamat. Sedangkan warna coklat menunjukkan daya tahan, dan memberikan pikiran ke penonton bahwa situasi yang ditunjukkan pada scene tersebut adalah seorang pejuang yang sedang mempertahankan negaranya. Kemudian melalui kode sosial setting lebih banyak terdapat setting tempat di hutan yang menunjukkan bahwa para tentara Indonesia harus siap berada di medan apa pun. Dan melalui kode sosial ekspresi menunjukkan perjuangan, kegigihan, dan rela berkorban nya tentara Indonesia dan warga sipil dalam menjaga keutuhan negara Republik Indonesia.

Pada level representasi, penggunaan teknik kamera yang sengaja mengambil ekspresi atau bahasa tubuh dari tokoh - tokoh dalam drama serial "PATRIOT" memberikan

informasi bagaimana ekspresi perjuangan, kegigihan, semangat, dan rela berkorban yang ingin di tonjolkan dalam drama serial ini seperti teknik pengambilan gambar close up.

Pada level ideologi khususnya pada kode sosial dialog adalah level yang juga terdapat representasi nasionalisme. Representasi nasionalisme dalam dialog ditunjukkan dengan kata - kata yang memotivasi, contohnya seperti ucapan Kolonel Bayu untuk memotivasi para tim nya "Lebih Baik Pulang Nama, Dari Pada Gagal di Medan Tugas".

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi terhadap representasi nasionalisme dalam drama serial "PATRIOT" episode 7 yang telah dilakukan di bab sebelumnya, maka dapatlah ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa nasionalisme dalam drama serial ini terdapat pada perjuangan, kegigihan, dan rela berkorban nya tentara Indonesia dan warga sipil dalam menjaga keutuhan negara Republik Indonesia.

Representasi nasionalisme dalam drama serial "PATRIOT" diharapkan mampu membangkitkan minat masyarakat untuk menonton drama serial "PATRIOT" di NET.


(4)

TV. Dari adanya minat tersebut diharapkan setelah menonton drama serial "PATRIOT" ini masyarakat tergugah akan rasa kecintaan (nasionalisme) terhadap bangsa ini dan mulai melakukan hal - hal positif yang berguna bagi bangsa Indonesia.

SARAN

Peneliti menyarankan kepada masyarakat bahwa drama serial ini merupakan wacana kebangsaan yang memperlihatkan pengorbanan pejuang bangsa, selain itu memberikan sindiran kepada masyarakat Indonesia tentang paham nasionalisme walaupun ada pengaruh dari luar.

Dengan dibuatnya drama serial seperti ini, peneliti menyarankan kepada pemimpin - pemimpin televisi dalam negeri ini untuk membuat sebuah tayangan yang berkualitas. Janganlah mengejar sebuah rating dan akhirnya konten yang ditampilkan tidak berbobot karena lebih mengutamakan rating. Televisi merupakan frekuensi milik masyarakat yang seharusnya memberikan sebuah tayangan yang bermanfaat dan mencerdaskan bagi masyarakat bukan malah membodohi masyarakat. Drama serial bergenre action dengan tema nasionalisme sangat cocok untuk meningkatkan rasa

nasionalisme masyarakat yang mulai memudar akibat pengaruh dari luar.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Badjuri, Adi. 2010.Jurnalistik Televisi.Yogyakarta : Graha Ilmu

Berger, Arthur Asa. 2000.Media and Communication Research Methods.London : Sage Publication

Biran, H. Yusa. 2006.Teknik Menulis Skenario Film Cerita.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Budiman, Kris. 2005.Semiotika Visual.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bungin, Burhan. 2008.Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Discourse Teknologi Komunikasi di Masyarakat).Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Effendy, Onong Uchjana. 1993.Dinamika Komunikasi.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Effendy, Onong Uchjana. 2003.Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya


(5)

Fiske, John. 1990.Introduction To Communication Studies.London : Routledge

Fiske, John. 2004.Culture and Communications Studies - Sebuah

pengantar paling

komprehensif.Yogyakarta : Jalasutra

Kurniawan. 2000.Semiologi Roland Barthes.Magelang : Yayasan Indonesia

Kuswandi, Wawan. 1996.Komunikasi Massa : Sebuah Analisis Media Televisi.Jakarta : Rineka Cipta

Legge J.O. 1997.Indonesia.Sydney : Prentice

Moleong, Lexy J. 2002.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Muda, Dedy Iskandar. 2003.Jurnalistik Menjadi Reporter Profesional.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Mulyana, Deddy. 2008.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Naratama. 2004.Menjadi Sutradara Televisi.Jakarta : PT. Grasindo

Noviani, Ratna.2002.Jalan Tengah Memahami Iklan, Antara Realitas, Representasi, dan Simulasi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nurudin, Msi. 2007.Pengantar Komunikasi Massa.Yogyakarta : PT. Grafindo Persada

Rahkmat, Jalaludin. 2004.Psikologi Komunikasi.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Sobur, Alex. 2004.Semiotika Komunikasi.Bandung : Remaja Rosda Karya

Sobur, Alex. 2006.Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya Edisi keempat

Sukarna. 1991.Analisis Politik.Bandung : Mandar Maju

Turner, Graeme. 1991.Representating The Nation.Londong : Routledge

Winarso, Heru P. 2005.Sosiologi Komunikasi Massa.Jakarta : Prestasi Pustaka

Non Buku :

m.kompasiana.com/nandysembiring/kabar-dukacita-matinya-siaran-berpendidikan

55546dcb7397731b149054ea - diakses pada 02 Oktober 2015

kpi.go.id/download/Pengumuman/Handout- hasil-survei-indeks-kualitas-program-siaran-televisi-maret-april-2015-KPI.pdf - diakses pada 10 Oktober 2015.


(6)

www.sinetron-indonesia.com/patriot-net-tv/ - diakses pada 10 Oktober 2015

www.wikipedia.com - diakses pada 10 Oktober 2015

www.kompas.com - diakses pada 11 Oktober 2015

www.icas-indonesia.org - diakses pada 11 Oktober 2015

http://kunci.or.id.esai/nws/04/representasi.ht m - diakses pada 12 Oktober 2015