ANALISIS POTENSI DAN DAYA SAING KAKAO JAWA TIMUR.

ANALISIS POTENSI DAN DAYA SAING KAKAO J AWA TIMUR

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Program Studi Agribisnis

Diajukan Oleh:

GYSKA INDAH HARYA
NPM: 1024010025

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
SURABAYA
2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


2

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia, Berkat, Rahmat dan
Hidayah-nya, yang telah dilimpahkan kepada penulis selama skripsi, sehingga
dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “ANALISIS POTENSI DAN
DAYA SAING KAKAO JAWA TIMUR”. Penulisan laporan SKRIPSI ini
merupakan salah satu syarat untuk menempuh strata satu yang harus di tempuh
oleh mahasiswa untuk dapat menyelesaikan kuliah di fakultas Pertanian,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pelaksanaan mulai dari awal sampai selesainya penulisan ini tidak terlepas
dari kesulitan dan hambatan, penulis berharap semoga dalam penyusunan
penelitian ini dapat di terima dan memenuhi persyaratan, serta atas kepercayaan,

kesempatan dan segala bantuan yang telah diberikan pada penyusun laporan ini
baik berupa pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran, guna menyelesaikan laporan
skripsi. Tetapi berkat bantuan, bimbingan, pengarahan dan dorongan dari berbagai
pihak, terutama Ir. Sri Widayanti, MP.Selaku dosen pembimbing utamadan
Ir.EffiDamaijati, MS. Selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak
memberikan bimbingannya dan arahan hingga terselesaikannya laporan ini, dan
juga kepada:
1. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS. Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

2. Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS. Selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
3. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Kepala Bidang
Agroindustri dan Kimia Jawa Timur, Kepala Seksi Industri Hasil

Pertanian dan Kehutanan Jawa Timur, Bapak Amam Setia Budi selaku
pembimbing lapang beserta Staf Disperindag Jawa Timur.
4. Staf Perpustakaan Badan Pusat Statistik Jawa Timur.
5. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan do’a dan dorongan
selama ini.
6. Sahabat-sahabatku Semongko’10, GWG UPN, dan KKN’13 thank’s a lot
atas bantuannya yang telah membantuku di lapangan.
7. Dan semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak, sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Akhir kata, dengan tersusunnya laporan ini penulis mengharapkan dapat
menjadi sesuatu yang bernilai manfaat bagi pembaca yang membutuhkan.

Surabaya, Januari 2014

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................

i

DAFTAR ISI ...........................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................


vi

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

vii

I. PENDAHULUAN ...............................................................................

1

A. Latar Belakang ...........................................................................

1

B. Perumusan Masalah ..................................................................

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian . ..................................................


9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .....................

10

A. Penelitian Terdahulu ..................................................................

10

B. Industri dan Industri Pengolahan Kakao .....................................

14

C. Konsep Perdagangan Internasional ...........................................

17

D. Konsep Daya Saing ....................................................................


24

1. Daya Saing ............................................................................

24

2. Teori Keunggulan Komparatif ................................................

26

3. Teori Keunggulan Kompetitif ..................................................

28

E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis..............................................

34

III. METODE PENELITIAN ....................................................................


39

A. Lokasi dan Obyek Penelitian ......................................................

39

B. Pengumpulan Data .....................................................................

39

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...........................

40

D. Metode Analisis Data ..................................................................

42

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


6

1. Metode Location Quotient (LQ) ...............................................

42

2. Metode Revealed Comperative Advantage (RCA) ..................

43

3. Metode Porter’s Diamond .......................................................

45

4. Analisis Deskriptif Kualitatif......................................................

47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................


48

A. Gambaran Umum Wilayah ..........................................................

48

B. Mengidentifikasi Potensi Kakao Olahan Jawa Timur ...................

59

C. Menganalisis Daya Saing Kakao Olahan Jawa Timur..................

61

1. Mengidentifikasi Perkembangan Faktor Daya Saing Kakao
Olahan Jawa Timur .................................................................

61


2. Menganalisis Daya Saing Kakao Olahan Jatim (Metode RCA)

81

D. Menganalisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing
Kakao Olahan Jawa Timur .........................................................

83

1.Menganalisis Faktor Kendala Industri Pengolahan Kakao
Jatim (M’Porter Diamond) ........................................................

83

2. Uji Normalitas (SPSS Statistic 17.0) ........................................

96

E. Upaya Meningkatan Daya Saing Industri Kakao Olahan Jatim ....

101

V. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................

104

A. Kesimpulan ................................................................................

104

B. Saran ..........................................................................................

105

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

106

LAMPIRAN .............................................................................................

109

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

DAFTAR TABEL
Nomor

Judul

Halaman

1.1 Produksi Kakao di Daerah Sentra .................................................

3

1.2 Jumlah Perusahaan Kakao Olahan dan Kapasitasnya .................

5

4.3 Ringkasan Perkembangan Ekspor Kakao Jatim 2010 ..................

59

4.4

Perkembangan PDRB Industri Pengolahan dan Nilai Produksi
Kakao Jatim dan Nasional ............................................................

60

4.5

Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Olahan Jawa Timur ..............

62

4.6

Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Olahan Indonesia .................

64

4.7

Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kakao Jawa Timur ........

66

4.8

Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kakao Indonesia ...........

68

4.9

Perkembangan Produksi Perkebunan Kakao Jawa Timur ...........

70

4.10 Perkembangan Produksi Perkebunan Kakao Indonesia ..............

72

4.11 Perkembangan Nilai Ekspor Sektor Pertanian Jawa Timur ..........

74

4.12 Perkembangan Nilai Ekspor Sektor Pertanian Indonesia .............

76

4.13 Perkembangan Volume Ekspor Kakao Olahan Jawa Timur .........

78

4.14 Perkembangan Harga Ekspor Kakao Olahan Jawa Timur ...........

80

4.15 Daya Saing Kakao Olahan Jawa Timur tahun 2007-2012 ............

82

4.16 Luas Areal Dan Produksi Biji Kakao Jatim tahun 2007-2012 .......

84

4.17 Volume Ekspor Kakao Olahan Jatim HS 6 Digit (Kg/US$) ...........

92

4.18 Industri Kakao Olahan di Indonesia Tahun 2012 .........................

95

4.19 Analisis Regresi Linear Berganda (Model Summary) ...................

97

4.20 Analisis Regresi Linear Berganda (Coefficientsa) .........................

98

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Judul

Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran .....................................................................

37

4.2 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Olahan Jawa Timur ....

63

4.3 GrafikPerkembangan Nilai Ekspor Kakao Olahan Indonesia ........

65

4.4 Grafik Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kakao Jatim.........

67

4.5 Grafik Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kakao Indonesia ..

69

4.6 Grafik Perkembangan Produksi Perkebunan Kakao Jawa Timur ..

71

4.7 Grafik Perkembangan Produksi Perkebunan Kakao Indonesia .....

73

4.8 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Sektor Pertanian Jawa Timur.

75

4.9 Grafik Perkembangan Sektor Pertanian Indonesia .......................

77

4.10 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao Olahan Jatim ........

79

4.11 Grafik Perkembangan Harga Ekspor Kakao Olahan Jatim...........

81

4.12 Perbandingan Produksi Kakao Berdasarkan Kepemilikan Lahan
Jatim Tahun 2012........................................................................

85

4.13 Perbandingan Luas Areal Kakao Berdasarkan Kepemilikan Lahan
Jatim Tahun 2012 ........................................................................

86

4.14 Produksi Kakao Nasional .............................................................

90

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Judul

Halaman

1.

Hasil SPSS Statistic Versi 17.0 .......... ........................................... .

109

2.

Daftar Perusahaan Pengolahan Kakao di Indonesia ........................

110

3.

Daya Serap Industri, Pangsa Volume dan Nilai Ekspor Kakao
Olahan Tahun 2007-2012 .............................................................. .

112

4.

Ekspor Kakao Olahan Jawa Timur ................................................. .

113

5.

Impor Kakao Olahan Jawa Timur .................................................. ..

114

6.

Hasil Analisis Trend Nilai Ekspor Kakao Olahan Jatim......................

116

7.

Hasil Analisis Trend Nilai Ekspor Kakao Olahan Indonesia...............

118

8.

Hasil Analisis Trend Luas Areal Perkebunan Kakao Jatim ...............

120

9.

Hasil Analisis Trend Luas Areal Perkebunan Kakao Indonesia .... ....

122

10. Hasil Analisis Trend Produksi Kakao Jatim.............. .................... ....

124

11. Hasil Analisis Trend Produksi Kakao Indonesia ........................... ....

126

12. Hasil Analisis Trend Nilai Ekspor Pertanian Jatim ........................... .

128

13. Hasil Analisis Trend Nilai Ekspor Pertanian Indonesia ................. ....

130

14. Hasil Analisis Trend Volume Ekspor Kakao Olahan Jatim ........... ....

132

15. Hasil Analisis Trend Harga Ekspor Kakao Olahan Jatim .............. .....

134

16. Surat Pernyataan Originalitas ...................................................... ....

136

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Nama : Gyska Indah Harya Npm : 1024010025 Judul Skripsi : Analisis Potensi
dan Daya Saing Kakao Jawa Timur. Dosen Pembimbing : Ir. SRI WIDAYANTI,
MP. Dosen Pembimbing Pendamping : Ir. EFFI DAMAIJATI, MS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi biji kakao Jawa
Timur, menganalisis daya saing kakao olahan Jawa Timur, menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi daya saing kakao olahan Jawa Timur dan
menganalisis upaya – upaya untuk meningkatkan perkembangan industri kakao
olahan Jawa Timur. Analisis deskriptive kuantitatif dengan metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode Location Quotients (LQ) untuk
menjawab tujuan pertama, Analisis Trend dan metode Revealed Comparative
Advantage (RCA) untuk menjawab tujuan kedua, metode Porter’s Diamond untuk
menjawab tujuan ketiga dan analisis deskriptif kualitatif untuk menjawab tujuan
keempat.
Hasil penelitian ini adalah potensi dan keunggulan komparatif kakao Jawa
Timur yaitu sebagai berikut : Metode Location Quotient (LQ) menunjukkan
potensi biji kakao Jatim dengan angka (1,11 – 2,33) dan rata – rata LQ (1,6) per
tahun artinya biji kakao Jawa Timur sangat berpotensi untuk pengembangan
industri kakao olahan. Daya saing menghasilkan perhitungan RCA, untuk
komoditas kakao olahan bernilai< 1.Yang berarti produk kakao olahan Jatim
belum memiliki daya saing di pasar nasional. Hal ini dikarenakan masih
lemahnya teknologi pengolahan kakao Jatim; dan saat ini banyak perusahaan
kakao olahan Jatim yang tidak berproduksi akibat sulitnya pasokan bahan baku.
Sebagian besar biji kakao 67,9 persen diekspor ke luar negeri (Amerika Serikat,
Malaysia, Singapura, Brasil, Prancis), sisanya 32,02 persen untuk industri dalam
negeri. Oleh sebab itu industri kakao olahan Jatim sulit bersaing dengan
perusahaan kakao olahan lainnya seperti perusahaan kakao olahan di Sulawesi
dan Sumatera.
Metode Porter’s Diamond menunjukkan secara umum industri kakao
olahan Jatim tidak kompetitif sebab infrastruktur yang terbatas dan sulitnya akses
terhadap sumber permodalan dan analisis Regresi Linear Berganda terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi daya saing kakao olahan Jatim secara signifikan yaitu
volume ekspor, harga ekspor dan produktivitas kakao pada taraf 10%. Hal ini
sesuai dengan teori yang berlaku, artinya volume ekspor kakao olahan, Harga
ekspor kekao olahan dan produktivitas kakao berhubungan positif terhadap daya
saing. Upaya meningkatkan daya saing industri kakao olahan berupa
peningkatan mutu dan kualitas kakao olahan, meningkatkan volume ekspor,
mempertahankan harga ekspor, pengembangan klaster industri kakao olahan,
memudahkan akses permodalan, deregulasi kebijakan dan mengembangkan
infrastruktur.
Kata Kunci : Potensi, Daya Saing, Kakao Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
This study aims to identify the potential of East Java cocoa beans, cocoa
analyzing the competitiveness of East Java, to analyze the factors affecting the
competitiveness of cocoa in East Java and analyze attempts to improve the
development of the cocoa industry in East Java. Analysis deskriptive quantitative
methods used in this study is the method of Locatioon quotients (LQ) for
answering the first goal, Trend Analysis and methods of Revealed Comparative
Advantage (RCA) to address the second objective, the method of Porter’s
Diamond to answer the third objective, descriptive and qualitative analysis to
answer The fourth goal.
The results of this study is yhe potential and comparative advantage of
cocoa in East Java are as foollows : Method of Location Quotient (LQ) shows the
potential of cocoa beans Java with number (1.11 to 2.33) and the average’s LQ
(1.6) per year means cocoa beans in East Java is potential for the development
of processed cocoa industry. RCA produces competitiveness calculation, for
processed cocoa is worth < 1. Which means that Java has not been processed
cocoa products competitive in the national market. This is due to the weakness of
java cocoa processing technology, and today many companies are not Java
cocoa production due to the difficulty of supply of raw materials. Most of the 67.9
percent of cocoa beans exported to foreign countries ( united States, Malaysia,
Singapore, Brazil, France ), the remaining 32.02 percent for the domestic
industry. Therefore Java cocoa industry to compete with other companies such
companies processed cocoa in Sulawesi and Sumatra.
Method of Porter’s Diamond shows generally processed cocoa industry in
East Java is not competitive because the limited infrastructure and limited access
to sources of capital and multiple linear regression analysis, there are theree
factors that affect the competitiveness of processed cocoa Java significantly
namely export volume, export price and productivity of cocoa on stage 10%. This
is consistent with the prevailing theory, that means the volume of cocoa exports,
the export price of cocoa processed and productivity are positively related to
competitiveness. Efforts to improve the competitiveness of the industry in the
form of improved quality cocoa and cocoa quality, increase the volume of
exports, maintaining export prices, cocoa processing industry cluster
development, facilitate access to capital, deregulation policies and develop
infrastructure.
Keywords : Potential, Competitiveness, Cocoa East Java.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sektor Industri merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peran
strategis dalam meningkatkan daya saing ekonomi, karena sektor industri terkait
langsung dalam menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan
menambah penghasilan masyarakat, sehingga perkembangan sektor ini akan
berpengaruh besar terhadap perekonomian suatu negara. Pertumbuhan sektor
industri yang seimbang antara industri hulu dan industri hilir dapat dijadikan
pondasi perekonomian yang kuat untuk membangun sistem industrialisasi yang
memiliki daya saing tinggi.
Agroindustri kakao perkembangannya terhambat, terbukti dari jumlah
industry kakao olahan yang semakin menurun, juga kapasitas terpasang yang
semakin berkurang. Ini disebabkan karena produsen kakao lebih memilih
memasarkan biji kakao ke luar negeri dengan tanpa tarif dibandingkan dalam
negeri yang terkena tarif. Selain itu butuh modal yang besar bila pengusaha
hendak berinvestasi dalam usaha ini. Namun peluang investasi masih dibutuhkan
karena konsumsi kakao dunia masih terus meningkat (Maswadi, 2011).
Berdasarkan data Ditjen Perkebunan Departemen Pertanian Rendahnya
mutu kakao Indonesia tidak saja menimbulkan kerugian besar di pasaran dunia
terutama Amerika Serikat, tapi juga berdampak terhadap pendapatan petani dan
produsen kakao. Potensi kerugian penjualan biji kakao Indonesia ke Amerika
Serikat akibat mutu rendah sekitar US$301,5/ton.

Jika ekspor biji kakao

Indonesia ke AS rata-rata 130 ribu ton/tahun, maka terdapat potensi kehilangan
devisa sebesar US$39.195 juta per tahun atau setara dengan Rp360,6
miliar/tahun. Sedangkan kerugian akibat rendahnya tingkat produktivitas sekitar
Rp3,96 triliun/tahun.

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Berdasarkan data Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) untuk tahun 2008
dari total produksi biji kakao nasional 70 % diekspor dalam bentuk biji kakao
mentah, hanya 30 % yang diolah di dalam negeri menjadi produk kakao olahan
seperti cocoa butter, cocoa liquor, cocoa cake dan cocoa powder untuk
kebutuhan dalam negeri dan juga diekspor .
Hal ini dapat menjadi

rentetan

masalah agroindustri perkakaoan di

Indonesia. Berdasarkan data tahun 2008 produksi biji kakao nasional 803.594
ton, berarti 562.515,8 ton biji kakao mentah diekspor dan sisanya 241.078,2 ton
biji kakao mentah diolah di dalam negeri. Informasi selanjutnya pada tahun 2009
dari produksi yang diserap di pasar domestik 140.000 ton, selebihnya dipasarkan
ke luar negeri. Padahal kapasitas terpasang industri dalam negeri mencapai
230.000 ton, tapi utilitasnya hanya sekitar 140.000 ton. Sisanya diekspor karena
biji kakao tidak dapat dijual ke pasar tradisional (Maswadi, 2011).
Produk kakao selama ini lebih banyak diekspor dalam wujud biji kering
kakao dibandingkan hasil olahannya, sehingga nilai tambahnya terhadap
perekonomian sedikit.

Diduga yang menjadi faktor pendorong adalah selain

harga yang semakin tinggi, juga pembebasan tarif, diberlakukanya kebijakan
pemerintah membebaskan pajak ekspor biji kakao sampai 0 persen. Sehingga
tanpa pengolahan lanjut setelah fermentasi dan pengemasan biji kakao sudah
dapat diekspor. Namun ini merupakan faktor penyebab eksportir tidak
memperhatikan kualitas biji kakao yang ditentukan di pasar dunia (Maswadi,
2011). Hal ini menjadikan petani kakao lebih suka mengekspor dalam bentuk biji
yang merupakan masalah terberat bagi industri pengolahan kakao jawa timur
akan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen pada kakao
olahan sehingga daya serap industry pengolahan kakao rendah
Selanjutnya kualitas biji kakao yang diekspor oleh Indonesia dikenal sangat
rendah (berada di kelas 3 dan 4) yang berakibat pada mutu dan kualitas hasil

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

kakao olahan ikut melemah. Hal ini disebabkan oleh, pengelolaan produk kakao
yang masih tradisional (85% biji kakao produksi nasional tidak difermentasi)
sehingga

kualitas

kakao

Indonesia

menjadi rendah.

Kualitas

rendah

menyebabkan harga biji dan produk kakao Indonesia di pasar internasional
dikenai diskon USD200/ton atau 10%-15% dari harga pasar. Selain itu, beban
pajak ekspor kakao olahan (sebesar 30%) relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan beban pajak impor produk kakao (5%), kondisi tersebut telah
menyebabkan jumlah pabrik kakao olahan Indonesia terus menyusut (Suryani,
2007). Selanjutnya rincian data produksi kakao tahun 2008-2012 disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 1.1 Produksi Kakao Di Daerah Sentra
No
Provinsi
Produksi Kakao (ton)
2008

2009

2010

2011

2012*

1

Aceh

27.295

29.130

28.429

24.596

32.647

2

Sumatera Utara

60.253

78.255

69.106

54.515

63.597

3

Sumatera Barat

32.183

33.430

34.099

44.613

58.812

4

Lampung

25.690

26.037

25.919

20.721

26.364

5

Jawa Timur

18.270

22.677

23.056

24.788

27.391

6

Sulawesi Tengah

151.949

138.149

187.179

124.777

168.401

7

Sulawesi Selatan

112.037

164.444

177.472

142.829

198.682

8

Sulawesi Barat

149.458

96.860

101.012

80.194

101.319

9

Sulawesi Tenggara

116.994

132.189

146.650

114.578

154.229

694.129

721.171

792.922

631.629

831.442

Sumber : Ditjen Bun *) : Angka sementara.
Produksi kakao di Jawa Timur tiap tahun mengalami peningkatan, akan
tetapi minimnya pabrik pengolahan kakao di Jawa Timur membuat petani harus
rela mendistribusikan hasil panennya ke luar Jawa timur atau bahkan ada yang
diekspor ke manca negara. Tahun 2012 produksi kakao di Jawa Timur 27.391
ton.

Produksi tersebut meningkat dari tahun 2011 yang hanya 24.788 ton.

Produksi kakao mengalami peningkatan setiap tahunnya, akan tetapi kualitasya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

sangat di bawah standart dan infrastruktur yang terbatas terbukti dari jalur
distribusi industry hulu hilir yang terbatas. Berbeda dengan sentra produksi kakao
di provinsi lain seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah
dan Sulawesi Barat.
Tingkat perkembangan produksi kakao Jawa Timur berbeda dengan empat
provinsi lainya yaitu tahun 2012 di empat Provinsi Sulawesi secara berurutan
adalah 168.401 ton, 198.682 ton, 101.319 ton, 154.229 ton, 831.442 ton. Kakao
yang dipanen di Sulawesi Tengah sebagian besar sudah dilakukan fermentasi
sehingga memiliki keunggulan di banding kakao non femented. Biji kakao
fermented dari Sulawesi Tengah di pasarkan ke PT.Bumi Tangerang.
Peningkatan produksi kakao di daerah sentra mempunyai arti strategis karena
pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik
masih belum tergarap. Permasalahan utama yang dihadapi industri kakao dapat
diatasi dengan penerapan fermentasi pada pengolahan biji pasca panen dan
pengembangan produk hilir kakao berupa serbuk kakao (Tazkiyah, 2012).
Prosentase biji kakao yang diolah dan non olahan sangat berpengaruh
dalam laju perkembangan industri kakao olahan Jawa Timur. Salah satu kendala
dalam pengembangan industri kakao olahan Jawa Timur adalah kemampuan
mengolah produk yang masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
sebagian besar kakao yang diekspor belum melalaui tahap pengolahan lebih
lanjut dengan indeks tingkat pengolahan sebesar 71-75%.

Angka tersebut

menunjukkan bahwa hanya 25-29% kakao yang diekspor dalam bentuk olahan.
Kondisi ini dapat memperkecil nilai tambah yang diperoleh dari ekspor produk
kakao olahan Jatim, sehingga pengolahan lebih lanjut menjadi tuntutan bagi
perkembangan industri kakao olahan Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Tabel 1.2 Jumlah Perusahaan Kakao Olahan dan Kapasitasnya Tahun 2012
Nama Perusahaan

Kapasitas Terpasang (Ton/ tahun)

PT. Bumi Tangerang Mesindotama
PT. Davonmas Abadi, Tbk
PT. Cocoa Wangi Murni

96.000
140.000
15.000

PT. Kakao Mas Gemilang

6.000

PT. Mas Ganda

5.000

PT. Maju Bersama

33.500

PT. Unicom Makassar

10.000

PT. Kopi Jaya Cocoa

31.500

PT. Poleco

4.000

PT. Teja Sekawan Cocoa Industries

24.000

PT. Budidaya Kakao Lestari

15.000

PT. General Food Industry

100.000

PT. Asia Cocoa Indonesia

60.000

PT. Mars Symbioscince Indonesia

30.000

PT. Cocoa Ventures Indonesia

14.000

PT. Industri Kakao Utama

40.000

Total

624.000

Sumber: Disperindag Jawa Timur, 2012
Berdasarkan diatas tercatat sebanyak 16 buah industri kakao olahan yang
tersebar di enam provinsi, akan tetapi Jawa Timur masih terdapat dua industri
kakao olahan. Kondisi ini menunjukkan bahwa industri kakao olahan Jawa Timur
beroperasi masih jauh dibawah kapasitas (Tabel 1.2).
Harga biji Kakao di tingkat pengumpul besar hasil bumi mencapai
Rp.24.000 sampai Rp.25.000 per kilogram sedangkan biasanya hanya
Rp.22.000 per kilogram. Jawa Timur perlu adanya pabrik yang bisa menyerap
produksi kakao dari petani. Sampai saat ini, sudah ada dua pabrik kakao yang
ada di Surabaya namun tidak maksimal dalam menyerap hasil panen dari petani
sehingga lebih banyak petani menjual produksinya ke luar daerah. Kakao di
Jawa Timur diekspor dalam bentuk primer, Dengan begitu, industri kakao olahan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

di Jawa Timur lebih maksimal dari pada harus diekspor dalam bentuk produk
primer. Lebih baik diolah sendiri sehingga nilai ekonomisnya lebih tinggi (Anonim,
2011). Hal ini berarti berlimpahnya biji kakao merupakan suatu potensi yang
dimiliki Jawa Timur untuk dapat mengembangkan industri kakao olahan nasional
akan tetapi pertumbuhan produksi biji kakao yang sangat cepat tersebut tidak
mampu diimbangi oleh pertumbuhan industri pengolahan di Jawa Timur dan
sangat sulit akses terhadap sumber permodalan kepada pelaku agroindustri
kakao.
Berdasarkan

uraian

di

atas,

terdapat

beberapa

kendala

yang

menghambat perkembangan industri kakao olahan Jawa Timur, sehingga industri
pengolahan kakao yang ada tidak berkembang dengan baik, padahal Jawa Timur
memiliki banyak potensi untuk mengembangkan industri kakao olahan. Oleh
karena itu kajian mengenai analisis daya saing kakao olahan Jawa Timur
dirasakan penting untuk dapat meningkatkan kinerja industri kakao olahan dan
produk kakao olahan yang berdaya saing di tingkat nasional.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

B.

Perumusan Masalah
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang berlimpah biji kakao. Di

Jawa Timur, komoditi kakao merupakan komoditi strategis untuk mengangkat
martabat masyarakat dengan meningkatkan pendapatan petani perkebunan dan
tumbuhnya sentra ekonomi regional.

Komoditi kakao dikembangkan pada

Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PTPN) dan Perkebunan
Besar Swasta (PBS). Areal kakao di Jawa Timur pada tahun 2012 seluas 63.040
Ha terbagi atas 32.010 Ha Perkebunan Rakyat, 26.487 Ha PTPN, dan 4.543 Ha
PBS (Disbun, 2011).
Akan tetapi berlimpahnya biji kakao Jawa Timur tidak dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh industry kakao olahan regional, khususnya wilayah Jawa Timur
dalam pembangunan sub sektor perkebunan antara lain untuk memenuhi
kebutuhan domestik maupun sebagai komoditi ekspor penghasil devisa negara.
Biji kakao yang ada lebih banyak diekspor ke beberapa negara seperti Amerika
Serikat, Malaysia, Singapura dan Brazil. Kegiatan ekspor kakao Jawa Timur
dalam bentuk biji kakao disebabkan karena

kebijakan pemerintah yang

membebaskan pajak ekspor biji kakao sampai dengan nol persen atau lebih
tepatnya pemerintah memberlakukan pajak pertambahan nilai pada komoditas
primer, yaitu berupa UU No 18 Tahun 2000 tentang penerapan PPN sebesar 10
persen untuk biji kakao domestik akan menimbulkan biaya tambahan, jika ingin
memproduksi kakao olahan dengan menggunakan biji kakao domestik.
Kemudian hal ini yang membuat petani kakao lebih memilih untuk mengekspor
dalam bentuk biji kakao dari pada mengolahnya sampai ke tahap industri.
Kendala – kendala diatas dapat menyebabkan industri kakao olahan
Jawa Timur tidak berkembang dengan baik. Apalagi kualitas biji kakao yang
rendah akibat penanganan pasca panen yang belum dilaksanakan dengan tepat,
kemudian masih sulitnya akses terhadap sumber permodalan kepada pelaku

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

agrinisnis kakao di jawa timur terbukti dengan kendala infrastruktur yang masih
terbatas seperti jalur distribusi industry hulu hilir.
ASKINDO (2007), saat ini hanya tercatat sebanyak 16 buah industri
kakao olahan yang tersebar di enam provinsi. Dari jumlah 15 perusahaan kakao
olahan di Indonesia, hanya 10 perusahaan yang melakukan aktivitas produksi.
Padahal pada Tahun 1998 terdapat 28 perusahaan kakao olahan yang
beroperasi di Indonesia.
Pada tahun 2012 terdapat 16 perusahaan industri cocoa processing yang ada di tanah air,
jumlah perusahaan yang kini beroperasi menjadi 8 perusahaan.

Perusahaan industri cocoa

processing yang kini beroperasi adalah PT. Davomas Abadi, PT. Bumi tangerang Mesindotama,
PT. Kakao Mas Gemilang, PT. Mas Ganda (keempatnya ada di Provinsi Banten), PT. General
Food Industry (di Jawa Barat), PT. Teja Sekawan Cocoa Industries dan PT. Budidaya Kakao
Lestari (di Jawa Timur), dan PT.Unicom Kakao Makmur (di Sulawesi Selatan). Dengan demikian
sampai saat ini terdapat 16 perusahaan cocoa processing di Indonesia. Akan

tetapi di Jawa

Timur masih terdapat dua industri kakao olahan yang masih beroperasi dan
didukung industri pengupasan, pembersihan, pengeringan lainnya. Kondisi ini
menunjukkan bahwa industri kakao olahan di Jawa Timur beroperasi masih jauh
dibawah kapasitas (Tabel 1.2).
Industri kakao olahan Jawa Timur yang tidak berkembang dengan baik
tentunya akan berpengaruh terhadap sentra ekonomi regional. Oleh karena itu
dengan mengembangkan potensi yang dimiliki Industri kakao olahan diharapkan
mampu mendorong perekonomian nasional. Berdasarkan uraian di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana potensi biji kakao Jawa Timur ?
2. Bagaimana daya saing kakao olahan Jawa Timur ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi daya saing kakao olahan Jawa
Timur?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

4. Upaya – upaya apa saja yang dapat meningkatkan perkembangan Industri
kakao olahan Jawa Timur ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
a. Mengidentifikasi potensi biji kakao Jawa Timur.
b. Menganalisis daya saing kakao olahan Jawa Timur.
c. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kakao olahan
Jawa Timur.
d. Menganalisis upaya – upaya untuk meningkatkan perkembangan industri
kakao olahan Jawa Timur.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini antara lain :
a. Memberikan Informasi kepada para pelaku usaha yang bergerak di bidang
Industri kakao olahan untuk meningkatkan kinerjanya.
b. Memberikan

masukan

kepada

pemerintah

daerah

dalam

upaya

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kinerja industri kakao olahan
Jawa Timur.
c. Menambah khasanah literatur mengenai studi industri kakao olahan Jawa
Timur sehingga dapat menambah wawasan baru bagi masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Irnawati (2008) melakukan penelitian mengenai daya saing kakao
Indonesia di pasar internasional.

Analisis yang digunakan adalah analisis

deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan
dengan menggunakan metode Porter’s Diamond untuk mengetahui kondisi daya
saing biji kakao Indonesia, selain itu Irnawati menggunakan nilai RCA dari 6
negara penghasil biji kakao terbesar dunia untuk mengetahui daya saing biji
kakao Indonesia di antara 6 negara tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah biji
kakao Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar internasional.
Menurut Ragimun (2012), Komoditas kakao merupakan penyumbang
ketiga terbesar ekspor nasional. Tanaman kakao ini ternyata sangat cocok
dengan iklim Indonesia dan mempunyai potensi peningkatan produksi dan
perluasan lahan perkebunan kakao. Indonesia, saat ini merupakan negara ketiga
pemasok produk kakao terbesar dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.
Namun nilai ekspor kakao Indonesia tersebut masih didominasi oleh biji kakao
mentah, sehingga pemerintah berkewajiban mendorong terjadinya hilirisasi atau
peningkatan nilai tambah komoditas kakao. Dengan demikian diharapkan daya
saing komoditas kakao Indonesia akan terus meningkat. Tahun 2002 sampai
dengan 2011 daya saing kakao Indonesia masih cukup bagus, terbukti rata-rata
Revealed Competitive Advantage (RCA) di atas 4. Demikian juga dari hasil
Indeks Spesialisasi Pasar (ISP) rata-rata mendekati 1 yang berarti spesialisasi
Indonesia merupakan negara pengekspor. Sedangkan Indeks Konsentrasi Pasar
(IKP) diperoleh rata-rata kurang dari 0,35 yang berarti kerentanan terhadap
negara tujuan ekspor kakao relatif kecil. Untuk mendorong nilai tambah kakao

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

diperlukan kebijakan fiskal berupa penerapan bea keluar berjenjang, subsidi ke
petani, perbaikan infrastruktur serta riset dan pengembangan kakao nasional.
Mudjayani (2008) melakukan penelitian mengenai analisis daya saing
buah-buahan tropis Indonesia. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan
menggunakan metode Porter’s Diamond untuk menganalisis potensi, kendala,
peluang dan keunggulan kompetitif buah-buahan tropis Indonesia, sedangkan
analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode RCA (Revealed
Comparative Advantage) untuk mengukur posisi daya saing buah-buahan tropis
Indonesia. Selain itu untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya
saing buah-buahan tropis metode yang digunakan adalah metode model analisis
OLS (Ordinary Least Square). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
buahbuahan tropis Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif. Sementara itu analisis regresi berganda pada taraf nyata 10 persen
menunjukkan factor - faktor yang berpengaruh positif terhadap daya saing
buahbuahan tropis Indonesia adalah nilai ekspor dan produktivitas, sedangkan
faktorfaktor yang berpengaruh negatif adalah harga ekspor dan dummy krisis.
Rahmanu (2009) melakukan penelitian mengenai analisis daya saing
industry pengolahan dan hasil olahan kakao Indonesia. Analisis yang digunakan
adalah analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk menganalisa
posisi daya saing hasil olahan kakao Indonesia, metode Porter’s Diamond untuk
menganalisa faktor-faktor yang menghambat perkembangan industri pengolahan
kakao nasional, dan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi posisi daya saing hasil olahan kakao
Indonesia. Selain itu berdasarkan hasil penelitian akan dirumuskan suatu strategi
peningkatan daya saing industri pengolahan dan hasil olahan kakao Indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Industri pengolahan kakao nasional saat ini didukung oleh 15 perusahaan
pengolahan kakao.
Yuniarsih (2002) melakukan penelitian mengenai analisis industri dan
strategi peningkatan daya saing industri kakao Indonesia.

Analisis yang

digunakan adalah analisis Porter’s Diamond, analisis Biaya SumberDaya
Domestik (BSD) dan analisis Herfindahl Index.

Dari hasil analisis Porter’s

Diamond dapat diketahui beberapa kendala industri pengolahan kakao Indonesia
seperti kemampuan (skill) sumberdaya manusia di bidang pengolahan kakao
masih rendah, akses permodalan masih kurang baik, letak geografis industri
pendukung dengan industri pengolahan yang berjauhan, infrastruktur yang
terbatas, dan peran pemerintah yang masih belum bisa memfasilitasi
perkembangan indusri pengolahan kakao Indonesia.
Menurut

Nwachukwu

(2010)

melakukan

penelitian

dengan

judul

Competitiveness And Determinants Of Cocoa Export From Nigeria (Daya Saing
Dan Faktor Kakao Ekspor Dari Nigeria).Peneliti meneliti daya saing dengan
menilai kinerja ekspor dan penentu ekspor kakao dari Nigeria . Perbandingan
Terungkap Analysis ( RCA ) dan regresi berganda dipekerjakan sebagai alat
analisis menggunakan data set dari berbagai institusi sumber yang berkisar
1.990-2.005 . Hasil analisis menunjukkan bahwa Nigeria memiliki komparatif
keuntungan dalam ekspor kakao , berdasarkan RCA dan RSCA indeks .
Perkiraan OLS menunjukkan bahwa dunia volume ekspor , nilai tukar dan output
kakao Nigeria adalah penentu ekspor kakao dari Nigeria . Dengan demikian ,
penelitian ini disarankan bahwa prioritas harus diberikan kepada rehabilitasi
pertanian

kakao

tua

dan

pembentukan

yang

baru

sebagai

sarana

mempertahankan tingkat output. [ Laporan dan Opini 2010; 2 ( 7 ) : 51 - ] . ( ISSN
: 1553-9873 ).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Menurut

Rifin,

A

(2013),

melakukan

penelitian

dengan

judul

Competitiveness of Indonesia’s Cocoa Beans Export in the World Market (Daya
Saing Biji Kakao di Indonesia Ekspor di Pasar Dunia). Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis daya saing ekspor biji kakao Indonesia. Dua Analisis
dilakukan dengan menggunakan keunggulan komparatif terungkap (RCA) dan
Hampir Ideal Demand System (AIDS). Hasilnya menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi biji kakao meskipun tiga
lainnya memproduksi negara memiliki indeks RCA lebih tinggi. Sementara itu,
Indonesia dan Biji kakao Ghana saling melengkapi dan meningkatkan kakao
Permintaan kacang dunia akan menguntungkan Indonesia.
Menurut

David,

B

(2013),

Melakukan

Penelitian

Dengan

Judul

Competitiveness and Determinants Of Cocoa Exports From Ghana (Daya Saing
dan determinan ekspor kakao dari Ghana). Penelitian ini menganalisis kinerja
ekspor dan determinan ekspor kakao dari Ghana. Keunggulan Komparatif The
Terungkap, Revealed Comparative Advantage Symmetric dan regresi berganda
dipekerjakan sebagai alat analisis menggunakan data sekunder dari sumber
ditetapkan diakui dalam studi. Setelah diuji untuk sesuai sifat Gaussian standar
dan melakukan semua tes penting, hasil analisis menunjukkan bahwa Ghana
sangat kompetitif dalam ekspor biji kakao, jumlah produk kakao dan ekspor
kakao olahan. Meskipun perbaikan diamati dalam kinerja ekspor negara itu
selama tiga dekade terakhir, ada potensi untuk perbaikan lebih lanjut. Hal ini
dapat dicapai melalui investasi dalam produktivitas inovasi Ditambahkannya,
pengetatan perbatasan longgar negara untuk meminimalkan penyelundupan,
memegang

sistem

stabilisasi

harga,

dukungan

pemerintah

yang

berkesinambungan untuk subsektor dan melalui penyesuaian tepat waktu dari
sistem nilai tukar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

B. Industri dan Industri Pengolahan Kakao
Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah barang dasar menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, atau
barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. (Badan
Pusat Statistik, 2006).
Anonim (2006), Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan
bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang
memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau
assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak
hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
1. Jenis atau Macam Industri Berdasarkan Tempat Bahan Baku :
a. Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari
alam sekitar.

Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan,

peternakan, pertambangan, dan lain lain.
b. Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat
lain selain alam sekitar.
c. Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk
jasa yang dijual kepada para konsumennya.

Contoh : Asuransi,

perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya
2. Golongan atau Macam Industri Berdasarkan Besar Kecil Modal
a. Industri padat modal adalah industri yang dibangun dengan modal yang
jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya
b. Industri padat karya adalah industri yang lebih dititik beratkan pada
sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta
pengoperasiannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

3. Jenis atau Macam Industri Berdasarkan Klasifikasi
Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 :
a. Industri kimia dasar, contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas,
pupuk, dsb.
b. Industri mesin dan logam dasar, misalnya seperti industri pesawat terbang,
kendaraan bermotor, tekstil, dll.
c. Industri kecil, contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan,
es, minyak goreng curah, dll
d. Aneka industry, misalnya seperti industri pakaian, industri makanan dan
minuman.
4. Penggolongan Industri Berdasarkan Pemilihan Lokasi
a. Industri yang berorientasi atau menitik beratkan pada pasar (market
oriented industry) adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi
potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong
di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan
semakin menjadi lebih baik.
b. Industri yang berorientasi atau menitik beratkan pada tenaga kerja / labor
(man power oriented industry) adalah industri yang berada pada lokasi di
pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut
membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
c. Industri yang berorientasi atau menitik beratkan pada bahan baku (supply
oriented industry) adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana
bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi
yang besar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

5. Macam atau Jenis Industri Berdasarkan Produktifitas Perorangan
a. Industri primer adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil
olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contohnya adalah hasil
produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
b. Industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.

Misalnya adalah

pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
c. Industri tersier adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan
jasa. Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan,
dan masih banyak lagi yang lainnya.
6. Jenis atau Macam Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
a. Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja
berjumlah antara 1-4 orang.
b. Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah
antara 5-19 orang.
c. Industri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah
karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
d. Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja
berjumlah antara 100 orang atau lebih.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa industri
pengolahan kakao adalah industri yang mengolah bahan baku cokelat berupa biji
kakao menjadi produk-produk yang mempunyai nilai tambah dalam bentuk
barang jadi dan barang setengah jadi yang dapat digunakan untuk dikonsumsi
atau sebagai bahan baku industri lain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

C. Konsep Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah suatu proses pertukaran barang
(perdagangan) yang timbul antar negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
di negara-negara tersebut. Terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya
perdagangan internasional diantaranya dikarenakan perbedaan permintaan dan
penawaran antar negara. Perbedaan ini terjadi karena : (a) tidak semua Negara
memiliki dan mampu menghasilkan komoditi yang diperdagangkan, karena faktor
- faktor alam negara tersebut tidak mendukung, seperti letak geografis serta
kandungan buminya dan (b) perbedaan pada kemampuan suatu negara dalam
menyerap komoditi tertentu pada tingkat yang lebih efisien.

Perdagangan

internasional sebuah negara harus memiliki keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif guna menciptakan daya saing yang baik.

Daya saing

yang baik tercipta lewat mutu dan kualitas suatu produk serta besarnya
permintaan terhadap produk tersebut.

Berikut ini merupakan penjelasan

mengenai teori keunggulan komparatif dan teori keunggulan kompetitif
(Rahmanu,2009).
Menurut Gonarsyah dalam Safitri (2004), ada beberapa faktor yang
mendorong timbulnya perdagangan internasional (ekspor-impor) suatu negara
dengan negara lain. Faktor-faktor tersebut antara lain, 1) keinginan untuk
memperluas pemasaran komoditas ekspor, 2) memperbesar penerimaan devisa
negara bagi kegiatan pembangunan, 3) adanya perbedaan biaya relatif dalam
menghasilkan komoditas tertentu, serta 4) adanya perbedaan penawaran dan
permintaan antar negara karena tidak semua negara mampu menyediakan
kebutuhan masyarakatnya.
Adam Smith dalam Tatakomara (2004), menyatakan bahwa perdagangan
antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut (absolut advantage).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

sebuah negara lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut
terhadap) negara lain dalam memproduksi sebuah komoditas, namun kurang
efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam
memproduksi

komoditas

lainnya,

maka

kedua

negara

tersebut

dapat

memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi
dalam memproduksi komoditas yang memiliki keunggulan absolut, dan
menukarkannya dengan komoditas lain yang memiliki kerugian absolut.
Sedangkan

Ricardo dalam Salvatore

(2004),

menyatakan

bahwa

perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan komparatif,
meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian
absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua komoditas, namun
masih

tetap

terdapat

dasar

untuk

menguntungkan kedua belah pihak.

melakukan

perdagangan

yang

Negara pertama harus melakukan

spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas yang memiliki
kerugian absolut lebih kecil (ini merupakan komoditas dengan keunggulan
komparatif) dan mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih
besar (komoditas ini memiliki kerugian komparatif).
1. Kegiatan Perdagangan Ekspor dan Impor
Anneahira (2013), Kegiatan perdagangan ekspor dan impor dapat
diartikan sebagai transaksi ekonomi yang dilakukan penduduk suatu negara
dengan negara lain, baik secara perorangan, maupun pemerintah. Terjadinya
perdagangan internasional tidak bisa dihindari ole