PERKEMBANGAN EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN DAN DAYA SAING DI JAWA TIMUR.

PERKEMBANGAN EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN
DAN DAYA SAING DI J AWA TIMUR

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Dalam
Memeperoleh Gelar Sarajana Pertanian
Program Studi : Agribisnis

Diajukan Oleh :
KHAERUL ANWAR
NPM. 0624010018
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”
J AWA TIMUR
SURABAYA
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


SKRIPSI
PERKEMBANGAN EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN
DAN DAYA SAING DI J AWA TIMUR
Disusun Oleh :
KHAERUL ANWAR
NPM : 0624010018
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 09 Desember 2011
Pembimbing :

Tim Penguji :

1. Pembimbing Utama

1. Ketua

Ir. Rachman Waliulu, MS


Ir. Rachman Waliulu, MS

2. Pembimbing Pendamping

2. Sekertaris

Ir. Sri Widayanti, MP

Dr. Ir. Sumartono, MS
3. Anggota

Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS
Mengetahui
Dekan
Fakultas Pertanian

Ketua Program Studi
Agribisnis

Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS


Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS

NIP. 19620205 198703 1005

NIP. 19570214 198703 1001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
karunia, Berkat, Rahmat dan Hidayat-nya, yang telah dilimpahkan kepada penulis
selama skrpsi, sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul
“PERKEMBANGAN EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN DAN DAYA
SAING DI J AWA TIMUR”. Penulisan laporan SKRIPSI ini merupakan salah
satu syarat untuk menempuh strata satu yang harus di tempuh oleh mahasiswa
untuk


dapat

menyelesaikan

kuliah

di

fakultas

Pertanian,

Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam pelaksanaan mulai dari awal sampai selesainya penulisan ini,
penulis tidak terlepas dari kesulitan dan hambatan dan penulis berharap semoga
dalam penyusunan penelitian ini dapat di terima dan memenuhi persyaratan, serta
atas kepercayaan, kesempatan dan segala bantuan yang telah diberikan pada
penyusun laporan ini baik berupa pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran, guna

menyelesaikan laporan skripsi. Tetapi berkat bantuan, bimbingan, pengarahan dan
dorongan dari berbagai pihak, terutama Bapak Ir .A Rahman Waliulu, MS.
Selaku dosen pembimbing dan Ibu Ir. Sr i Widayanti, MP. Selaku dosen
pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan bimbingannya dan
arahan hingga terselesaikannya laporan ini, dan juga kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS. Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Bapak Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS. Selaku Ketua Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan do’a, dan dorongan
selama ini.
4. Sahabat-sahabatku Thanks a lot atas bantuannya yang telah
membantuku di lapangan.
5. Dan semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu keritik dan saran yang membangun dari semua
pihak, sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Akhir kata, dengan tersusunnya laporan ini penulis mengharapkan dapat
menjadi sesuatu yang bernilai manfaat bagi pembaca yang membutuhkan.

Surabaya, Desember 2011

Penulis

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................

i


DAFTAR ISI................................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................

v

DAFTAR TABEL........................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................

vii

BAB I

BAB II


PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................

1

1.2 Permasalahan.......................................................................

7

1.3 Tujuan..................................................................................

12

1.4 Ruang Lingkup Penelitian...................................................

13

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu...........................................................


14

2.2 Keunggulan Komparatif.....................................................

18

2.3 Keunggulan Kompetitif......................................................

25

2.4 Daya Saing..........................................................................

33

2.5 Landasan Teori....................................................................

35

2.6 Kerangka Pemikiran............................................................


38

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III

BAB IV

BAB V

METODE PENELITIAN
3.1 Dasar Pemilihan Lokasi......................................................

39

3.2 Sumber Data.......................................................................


39

3.3 Metode Analisis Data.........................................................

39

3.4 Definisi dan Pengukuran Variabel.....................................

42

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Jawa Timur..............................................

44

4.1.1 Keadaan Umum Perkebuna Jawa Timur....................

57

4.2 Perkembangan Ekspor Jawa Timur.....................................

58

4.2.1 Ekspor Migas dan Non Migas....................................

58

4.2.2 Ekspor Menurut Sektor..............................................

59

4.3 Peranan Sektor Pertanian....................................................

66

4.4 Perkembangan Ekspor Komoditas......................................

68

4.4.1 Volume dan Nilai Ekspor Kopi Jatim........................

68

4.4.2 Volume dan Nilai Ekspor Kopi Indonesia.................

71

4.4.3 Volume dan Nilai Ekspor Kakao Jatim.....................

75

4.4.4 Volume dan Nilai Ekspor Kakao Indonesia..............

79

4.4.5 Volume dan Nilai Ekspor Tembakau Jatim...............

83

4.4.6 Volume dan Nilai Ekspor Tembakau Indonesia........

87

4.5 Daya Saing Komoditas Pertanian.......................................

92

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.........................................................................

95

5.2 Saran...................................................................................

96

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
No.

Halaman
Judul
1. Dunia Usaha Di Dalam Lingkungan Langsung Dan Lebih Luas.......

9

2. Model Berlin Daya Saing Internasional.............................................. 27
3. Kerangka Pemikiran Daya Saing Komoditas Pertanian Unggulan..... 38
4. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Timur.............................. 69
5. Perkembangan Nilai Ekspor Kopi Jawa Timur................................... 71
6. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia................................. 73
7. Perkembangan Nilai Ekspor Kopi Indonesia ................................... 75
8. Perkembangan Volume Ekspor Kakao Jawa Timur............................ 77
9. Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Jawa Timur................................. 79
10. Perkembangan Volume Ekspor Kakao Indonesia..............................

81

11. Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Indonesia...................................

83

12. Perkembangan Volume Ekspor Tembakau Jawa Timur.....................

85

13. Perkembangan Nilai Ekspor Tembakau Jawa Timur.......................... 87
14. Perkembangan Volume Ekspor Tembakau Indonesia........................ 89
15. Perkembangan Nilai Ekspor Tembakau Indonesia............................. 91
16. Grafik Daya Saing Ekspor Komoditas Jatim dan Nasional................ 93

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL
No.

Halaman
Judul
1. Ringkasan Perkembangan Ekspor Jawa Timur Desember 2010......... 58
2. Ekspor Jawa Timur Menurut Sektor Desember 2010.........................

59

3. Perkembangan PDRB dan Pendapatan Jawa Timur Dan Nsaional....

67

4. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Timur.............................. 68
5. Perkembangan Nilai Ekspor Kopi Jawa Timur................................... 70
6. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia................................. 72
7. Perkembangan Nilai Ekspor Kopi Indonesia...................................... 74
8. Perkembangan Volume Ekspor Kakao Jawa Timur............................

76

9. Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Jawa Timur.................................

78

10. Perkembangan Volume Ekspor Kakao Indonesia..............................

80

11. Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Indonesia...................................

82

12. Perkembangan Volume Ekspor Tembakau Jawa Timur.....................

84

13. Perkembangan Nilai Ekspor Tembakau Jawa Timur.......................... 86
14. Perkembangan Volume Ekspor Tembakau Indonesia........................ 88
15. Perkembangan Nilai Ekspor Tembakau Indonesia............................. 90
16. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Jawa Timur dan Indonesia.

92

17. Daya Saing Komoditas Ekspor Jawa Timur dan Indonesia...............

93

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Halaman
Judul
1. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Pertanian Nasional. 99
2. Karakteristik Ekspor Komoditas Jawa Timur Tahun (2003 – 2009)..... 100
3. Karakteristik Ekspor Komoditas Indonrsia Tahun (2003 – 2009)......... 101
4. PDRB Jawa Timur Atas Harga Yang Berlaku Tahun (2003- 2009)...... 102
5. PDB Indonesia Tahun (2003 – 2009).................................................... 102
6. Pendapatan Sektor Pertanian Nasional.................................................. 103

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

RI W A YA T HIDUP
Pen u l i s bern ama K haeru l A n war, K el ahi ran Bon t an g pada
t an ggal 10 Ju l i 1987 an ak k et i ga dari empat bersau dara. Den gan Nama
Ba pak Su k i n o da n I bu Hj . Fari dah.
Pen di di k an pert ama pen u l i s di SDN 008 Bon t an g l u l u s pada
t ah u n 2 000. Pen di di k an k edu a di SM P B ahru l u l u m Bon t an g l u l u s
pada t ahu n 2 003. Pen di di k an k et i ga di SMA N 2 Bon t an g j u ru san I PS
L u l u s pada t ahu n 2 006.
Pen di di k an t era k h i r di Un i v ersi t as Pemba n gu n an Nasi on al
“ Vet eran ” Ja wa Ti mu r Su rabay a Fak u l t as Pert a n i a n Ju ru san
Agri bi sn i s. Set el ah men y el esai k an pen u l i san sk ri psi den gan j u du l
PERK EMB ANGA N EK SPOR K OMODI TA S PERTA NI A N DA N DA YA
SAI NG DI JA W A TI MUR. Pen u l i s di n y at ak an l u l u s sebagai sarj an a
pert an i an pada t an ggal 9 Desmber 2 011.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Nama : Khaerul Anwar Npm : 0624010018 Judul Skripsi : Perkembangan
Ekspor Komoditas Pertanian dan Daya Saing di Jawa Timur. Dosen Pembimbing
: Ir. A RACHMAN WALIULU, MS Dosen Pembimbing Pendamping : Ir. SRI
WIDAYANTI, MP.
Bertujuan untuk meningkatkan perkembangan ekspor pertanian dan daya
saing di Jawa Timur dan Indonesia, sehingga dapat melihat perkembangan
pertanian di Jawa Timur dan Indonesia. Negara Indonesaia negara yang agraris
yang kaya dengan keanekaragaman komoditas pertanian, Indonesai mempunyai
potensi yang sangat besar untuk mengembangkan produk – produk pertaniannya
khususnya di daerah Jawa Timur.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tentang
“Perkembangan Ekspor Komoditas Pertanian dan Daya Saing di Jawa Timur”
adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji peranan sektor pertanian di Jawa Timur.
2. Mengkali perkembangan ekspor komoditas pertanian sejak tahun 2003 –
2009.
3. Mengkaji daya saing komoditas pertanian di Jawa Timur.
Untuk tujuan satu maka, bentuk analisis yang digunakan pendekatan
Location Quotients (LQ), digunakan untuk mengetahui peranan suatu sektor yaitu
dalam penelitian ini adalah sektor pertanian di Jawa Timur.
Sedangkan tujuan kedua penelitian ini menggunakan analisis Trend untuk
mengetahuiperkembangan ekspor komoditas pertanian sejak tahun (2003 – 2009).
Dengan menggunakan model, Y = a +bx.
Untuk tujuan ketiga penelitian ini menggunakan analisis perbandingan
RCA (Revealed Comparative Adventage), RCA merupakan rasio antara nilai
ekspor komoditas tertentu di negara tertentu dengan total nilai ekspr (dunia)
komoditas yang sama, dalam rumus sebagai berikit.
RCA = Nilai ekspor komoditas tertentu Jawa Timur
Total nilai ekspor Komoditas tertentu Indonesia
LQ dapat dihitung melalui pendapatan sektor pertanian Jawa Timur, dan
PDRB Jatim. Demikian pula pendapatan sektor pertanian Nasional dan PDB
Nasional, dengan angka atau nilai, LQ antara 1,0 – 1,3, menandakan bahwa sektor
pertanian sejak tahun 2003 – 2009 masih sangat berperan.
Perkembangan volume ekspor dan nilai ekspor tiap komoditas mengalami
peningkatan baik di Jawa Timur maupun di Indonesia. Hanya saja nilai ekspor
kopi Jawa Timur mengalami penurunan dengan rata - rata -2,497x per tahun,
begitu juga nilai ekspor kakao di Indonesia mengalami penurunan dengan rata –
rata -100,775x per tahun.
Daya saing menghasilkan perhitungan RCA, untuk komoditas kopi, kakao
dan tembakau bernilai < 1. Yang berarti mempunyai daya saing yang lemah.
Peranan sektor pertanian Jawa Timur sejak tahun 2003 – 2009, dapat
dikatakan masih berperan dengan nilai LQ antar 1,0 – 1,3.
Perkembangan volume ekspor dan nilai ekspor tiap komoditas di Jawa
Timur Maupun Nasional mengalami peningkatan, tetapi nilai ekspor kakao jatim

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

mengalami penurunan dan nilai ekspor kakao Indonesia juga mengalami
penurunan.
Daya saing komoditas pertanian secara menyeluruh baik kopi, kakao dan
tembakau mempunyai daya saing yang lemah (RCA < 1).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara agraris yang kaya akan keanekaragaman

komoditas pertanian, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk
mengembangkan produk-produk pertaniannya. Semenjak terjadinya swasembada
beras, terkesan pengembangan produk-produk pertanian kurang mendapatkan
perhatian secara serius. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang
menitikberatkan pada sektor manufaktur yang cenderung berteknologi lebih
tinggi. Setelah terpuruknya sektor non-pertanian, baik masyarakat maupun
pemerintah mulai menyadari perlunya kembali memperhatikan sektor pertanian.
Pasalnya, sektor pertanian mempunyai beberapa fungsi antara lain sebagai
penyedia bahan makanan bagi masyarakat, penyerap tenaga kerja yang cukup
besar, dan penghasil devisa bagi negara. Ditinjau dari fungsi ini, sebenarnya peran
sektor pertanian dalam perekonomian Nasional cukup strategis. Sayangnya justru
perhatian masyarakat dan pemerintah sangat kurang dalam pengembangan sektor
pertanian yang efisien dan berdaya saing tinggi. Hal ini terbukti, ditengah krisis
ekonomi yang memporakporandakan perekonomian Nasional, sektor pertanian
masih memperlihatkan pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 0,2 persen pada
tahun 1998. Sementara sektor industri pengolahan, perdagangan dan jasa
memperlihatkan pertumbuhan negatif masing-masing sebesar -12 persen, -18,9
persen, dan -4,7 persen (BPS, 1998). Ditinjau dari kemampuan penyerapan tenaga
kerja, ternyata saat ini sektor pertanian khususnya agrobisnis Nasional

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

diperkirakan telah melibatkan 90 persen usaha kecil menengah dan koperasi yang
menyerap 70 persen angkatan kerja Nasional. Sektor ini juga telah menghidupi
sekitar 80 persen penduduk Indonesia.
Produktivitas, mutu, efisiensi, dan daya saing menjadi sedemikian penting
mengingat intensitas perdagangan internasional yang terjadi menjadi semakin
intens (baik melalui ekspor maupun impor). Dengan demikian, tanpa membangun
produktivitas, mutu, efisiensi, dan daya saing, Indonesia tidak akan mampu
menang dalam persaingan global, bukan saja di pasar internasional tetapi juga di
pasar dalam negri sendiri.
Nilai daya saing komoditas pertanian Indonesia sangat rendah patut
disayangkan. Sebagai Negara agraris yang hampir setengah dari total angkatan
kerjanya bekerja di sektor pertanian, namun Indonesia masih sering mengimpor
banyak sekali komoditas pertanian setiap tahunnya. Setiap tahun Indonesia masih
mengimpor jagung, kedelai, gandum, buah-buahan. Hal tersebut menunjukkan
masih rendahnya produktivitas di sektor pertanian, di samping masalah semakin
menyempitnya lahan pertanian.
Produsen di Indonesia kurang memperhatikan

masalah mutu, hal ini

diperkirakan karena masih belum tertata dengan baiknya masalah kebijakan dari
sektor pertanian, khususnya agrobisnis. Antara agrobisnis hulu dan hilir masih
belum ada hubungan yang fungsional, tetapi hanya terikat oleh hubungan pasar
produk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Konsistensi dalam mutu sering menjadi kendala bagi Indonesia untuk
meningkatkan ekspor produk pertanian. Hal ini dikarnakan masih lemahnya posisi
tawar menawar (bargaining position) komoditas pertanian kita di pasar global.
Sebagai contoh, adanya kasus penahana otomatis (automatic detenition) terhadap
komoditas pertanian oleh Amerika Serikat yang sejak bulan Desember 1997
menerapkan Hazard Analysis Critical Control Poin (HACCP) yakni menerapkan
suatu sistem standar mutu bagi Negara mitra kerja, termasuk Indonesia.
Kerjasama regional dan internasional seperti AFTA (Asean Free Trade
Area) dan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) juga untuk dipahami
sebagai landasan pemikiran untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam sektor
pertanian. Dalam kerangka AFTA ada skema CEPT. Dalam skema CEPT,
mekanisme utamanya adalah penurunan tarif 0 persen hingga 5 persen dalam
waktu 15 tahun yang dimulai pada 1 Januari 1993. Namun kesepakatan ini di
forum AEM (Asean Economic Minsters) di Chiang Mai, Thailand pada bulan
September 1994 menetapkan percepatan realisasi AFTA dari 15 tahun menjadi 10
tahun yang berakir pada tahun 2003.
Produk pertanian non-olahan yang semula masuk dalam Temporary
Exclusion List (TEL) pada akhirnya dimasukkan dalam daftar penurunan tarif
(Inclusion List) di bawah skema CEPT yang mulai dilaksanakan pada tanggal 1
Januari 1996 sampai Januari 2000. Adanya perubahan kebijakan terhadap produk
pertanian non-olahan yang dikeluarkan dari TEL, berarti ada kesungguhan Negara
anggota ASEAN untuk mensukseskan kerjasama ekonomi melalui AFTA. Apa
yang bisa diambil manfaat dari beberapa masalah yang terjadi pada ekspor

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

komoditas pertanian tersebut, adalah bisa dikembangkannya suatu kebijakan pada
sektor pertanian yang diharapkan mampu untuk lebih meningkatnya daya saing
komoditas pertanian Indonesia.
Mengkaji pertimbangan di atas, maka dirasakan perlu untuk memberikan
perhatian serius terhadap upaya-upaya pengembangan sektor pertanian yang
antara lain, kualitas produk, efisiensi, dan produktivitas. Apalagi dalam
menghadapi era liberalisasi perdagangan di kawasan Asean (AFTA) dewasa ini,
yang tentunya akan menghadapi persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu
diperlukan suatu kajian mengenai daya saing dari komoditas pertanian Indonesia,
sehingga perannya dalam perekonomian nasional semakin dapat diandalkan.
Pertanian memiliki peranan yang sangat strategi dalam kehidupan kita.
Xenonphon filsurf dan sejarawan Yunani yang hidup 425-355 SM mengatakan
bahwa “Agriculture is the mother and nourishes of all other arts. When it is well
conducted, all other arts prosper. When it is neglected, all other arts decline”.
Pertanian adalah ibu dari segala budaya. Jika pertanian berjalan dengan baik,
maka budaya-budaya lainnya akan tumbuh dengan baik pula, tetapi manakala
sektor ini di telantarkan, maka semua budaya lainnya akan rusak. Pentingnya
pertanian juga dinyatakan oleh filsuf terkenal Lao Tze, yang hidup sekitar 600
tahun SM. Ia mengatakan bahwa “There is nothing more important than
agriculture in governing people and serving the Heaven”. Tidak ada suatu pun
yang lebih penting di dunia ini selain pertanian, jika ingin masuk surga.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Sektor

pertanian

telah

terbukti

memiliki

peranan

penting

bagi

pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi
pertanian yang tidak hanya dalam pembentukan PDB, pencipta kesempatan kerja,
peningkatan pendapatan masyarakat dan perolehan devisa. Peranan sektor
pertanian juga dapat dilihat secara komperhensif, antara lain : (a) sebagai
penyedia pangan masyarakat sehingga mampu berperan secara strategis dalam
penciptaan ketahanan panggan nasional (food security) yang sangat erat kaitannya
dengan ketahana sosial (socio security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan
keamana atau ketahanan nasional (national security); (b) sektor pertanian
menghasilkan bahan baku untuk peningkatan sektor industri dan jasa, (c) sektor
pertanian dapat menghasilkan atau menghemat devisa yang berasal dari ekspor
atau produk subtitusi impor, (d) sektor pertanian merupakan pasar yang potensial
bagi produk-produk sektor industri, (e) transfer surplus tenaga kerja dari sektor
pertanian ke sektor industri merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi,
dan (f) sektor pertanian mampu menyediakan modal bagi pengembang sektorsektor lain (a net outflow of capital for invesment in other sectors); serta (g) peran
pertanian dalam penyediaan jasa-jasa lingkungan.
Pertanian juga dipandang sebagai suatu sektor yang memiliki kemampuan
khusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth with equity) atau
pertumbuhan berkualitas (Daryanto 2009). Semakin besarnya perhatian terhadap
melebarnya perbedaan pendapatan memberikan stimulan yang lebih besar untuk
lebih baik memanfaatkan kekuatan pertanian bagi pembangunan. Terlebih sekitar
45 persen tenaga kerja bergantung pada sektor pertanian primer maka tidak heran

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

sektor pertanian menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Pertanian sudah lama
disadari sebagai instrumen untuk mengurangi kemiskinan. Pertumbuhan sektor
pertanian memiliki kemampuan khusus untuk mengurangi kemiskinan. Estimasi
lintas Negara menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)
yang dipicu oleh pertanian paling tidak duakali lebih efektif dalam mengurangi
kemiskinan dari pada pertumbuhan yang disebabkan oleh sektor di luara
pertanian. Kontribusi besar yang dimiliki sektor pertanian tersebut memberikan
sinyal bahwa pentingnya membangun pertaniana yang berkelanjutan secara
konsisten untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus kesejahteraan rakyat.
Kondisi di atas menunjukkan sektor pertanian sudah selayaknya dijadikan
sebagai suatu sektor ekonomi yang sejajar dengan sektor yang lainnya. Sektor ini
tidak hanya berperan sebagai aktor pembantu apalagi figuran bagi pembangunan
nasional, tetapi harus menjadi pemeran utama yang sejajar dengan sektor industri.
Tidak dapat dipungkiri, keberhasilan sektor industri sangat tergantung dari
pembangunan sektor pertanian yang dapat menjadi landasan pertumbuhan
ekonomi. Dua alasan penting sektor pertaniana harus dibangun terlebih dahulu,
jika industrialisasi akan dilakukan pada suatu Negara, yakni alasan nya : (a)
barang-barang hasil industri memerlukan dukungan daya beli masyarakat petani
yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia, maka pendapatan petani sudah
semestinya ditingkatkan melalui pembangunan pertanian dan alasan, (b) sektor
industri membutuhkan bahan mentah yang berasal dari sektor pertanian sehingga
produksi hasil pertanian ini menjadi basis bagi pertumbuhan sektor industri itu
sendiri. Oleh karna itu, pertumbuhan di sektor pertanian diyakini memiliki efek

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

pengganda (multiplier effects) yang tinggi karena pertumbuhan di sektor ini
mendorong pertumbuhan yang pesat di sektor-sektor perkonomian lain, misalnya
di sektor pengolahan (agro-industry) dan jasa pertanian (agro-service).
Sektor pertanian atau agribisnis terlihat mempunyai peranan yang sangat
penting dan strategis dalam perekonomian Indonesia. Namun demikian
pembangunan sektor pertanian masih mengalami permasalahan-permasalahan
pokok yang menghambat pengembangan baik permasalahan makro maupun
mikro. Peningkatan daya saing sektor pertanian dengan pendekatan agribisnis
mutlak harus terus dilakukan agar dapat berperan lebih baik dalam perekonomian
Indonesia, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan petani.
1.2.

Per masalahan
Word Economic Forum, 2006, melaporkan bahwa, banyak pernyataan di

media masa dan seminar-seminar mengenai daya saing atau kesiapan perusahaanperusahaan Indonesia dalam bertarung di dalam Negeri maupun di global dalam
era perdagangan bebas dan ekonomi globalisasi sekarang ini. Satu hal yang jelas
adalah bahwa, seperti yang dijelaskan, (Tulus Tambunan,2007) kinerja bisnis
yang termasuk juga daya saingnya, dari semua sekala usaha (mikro, kecil
menengah dan besar) di semua sektor berada di dalam suatu lingkungan yang
dinamis dan sangat kompleks. Oleh karena itu, kinerja dari suatu perusahaan
sangat

dipengaruhi

oleh

lingkungannya.

Usaha

pemerintah

dalam

mempromosikan atau membantu suatu jenis kegiatan usaha tertentu tidak akan
membuat hasil yang optimal tanpa mempertimbangkan lingkungan dari jenis
usaha tersebut dan konteks dari suatu pembangunan ekonomi yang lebih luas yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

menciptakan “aturan main” untuk semua kegiatan di sektor riil dengan
memperbesar kucuran kredit tidak akan bermanfaat tanpa pada waktu yang
bersamaan memperhitungkan faktor-faktor determinan lainnya.
Lingkungan dimana bisnis beroprasi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu
lingkungan langsung dan lingkungan yang lebih luas (lihat Gambar 1). Tulus
tambunan 2007, menjelaskan lingkungan yang dimaksut adalah lingkungan yang
berpengaruh secara tidak langsung terhadap suatu kegiatan bisnis, yang terdiri
dari komponen-komponen: ekonomi makro ( kebijakan perdagangan, kebijakan
sektor keuangan dan kebijakan moneter), pemerintah dan politik pada tingkat
nasional dan lokal, jasa-jasa yang diberikan oleh pemerintah (seperti layanan
kesehatan dan pendidikan, infrastruktur, dan jasa keamanan) pengaruh-pengaruh
eksternal (seperti perdagangan global, bantuan luar Negeri, dan selera masyarakat
dunia) sosial dan kultur (seperti demografi selera konsumen, dan sikap terhadap
bisnis) dan iklim serta lingkungan alam (misalnya sumber daya alam cuaca, dan
siklus pertanian).
Sedangkan, yang dimaksud lingkungan langsung adalah lingkungan
berpengaruh secara langsung terhadap semua kegiatan usaha, yakni pasar
(misalnya konsumen, tenaga kerja, keterampilan dan teknologi, modal dan
jaringan-jaringan kerja), regulasi dan birokrasi (seperti undang-undang, peraturanperaturan, tarif pajak dan sistem perpajakan, lisensi dan perijinan dan
perlindungan konsumen dan lingkungan), dan intervensi-intervensi yang didanai
oleh uang publik (seperti jasa keuangan untuk bisnis).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Lingkungan Lebih Luas
Ekonomi Makro

Permint aan & Polit ik

Jasa Pemerint ah

Lingkungan Langsung

Konsumen

Regulasi&
Birokrasi

Materi&alat
produksi

Pasar
Usaha
Jaringan
kerja

Tenaga
Kerja
Intervensi
Dengan
Dana
Publik

Keterampilan &
Teknologi
Informasi

Modal
Lokasi

Pengaruh-pengaruh
Eksternal

Sosial&Kultur

Infrastruktur

Iklim&Lingkungan

Gambar 1
Dunia Usaha di Dalam Lingkungan Langsung dan Lebih Luas
(Tulus Tambunan, 2007)
Survei WEF juga menanyakan masalah-masalah utama yang dihadapi
pengusaha dalam bisnis mereka sehari-hari. Untuk kasus Indonesia, gambargambar menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa
kurangnya infrastruktur sebagai kendala utama. Dua masalah berikutnya yang
dinyatakan oleh banyak pengusaha Indonesia yang menjawab pertanyaan tersebut
adalah birokrasi pemerintah yang tidak efisien dan kebijakan tidak stabil. Yang
menarik dari hasil survei ini untuk kasus Indonesia adalah bahwa hanya 4,69
persen dari responden yang mengatakan bahwa kurangnya akses ke keuangan
merupakan kendala utama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Dilihat dari perspektif global untuk masalah infrastruktur, hasil survei
WEF yang menunjukan bahwa Indonesia paling buruk diantara negara-negara
ASEAN, yang peringkatnya no 96 dari 125 negara yang disurvei. Sedangkan
paling atas di dalam kelompok ASEAN adalah Singapura yang juga masuk di
dalam kelompok 10 Negara Negara dengan kondisi infrastruktur paling baik.
Masalah besar dalam melakukan bisnis di Indonesia adalah birokrasi
pemerintahan yang bertele-tele dan tidak efisien. Hai ini dapat dilihat antara lain,
terhadap tiga indikator, berdasarkan penelitian WEF 2006, adalah: a) banyaknya
prosedur yang harus dilakukan: b) jumlah hari yang harus dilewati untuk memulai
suatu bisnis dan: c) banyaknya waktu yang terbuang untuk bernegosiasi dengan
pejabat-pejabat pemerintah. Dilihat dari perspektif global, memang posisi
Indonesia dalam dua indikator birokrasi pertama tersebut adalah yang terburuk
didalam kelompok ASEAN, walaupun masih lebih baik dari China. Untuk
indikator (a) yang masuk didalam kelompok 10 Negara dengan birokrasi
pemerintah yang tersederhana dan terefisien (jumlah prosedur paling sedikit)
adalah Negar-Negar maju, untuk indikator (b) yang masuk didalam 10 Negara
dengan jumlah hari paling sedikit dalam pengurusan ijin dan sebagainya untuk
buka suatu usaha juga didominasi oleh Negara-Negar maju.
Word Economec Forum dalam upaya memulihkan daya saing (WEF,
2004), kajian ekspor harus tumbuh kembali jika Indonesia ingin menciptakan
lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan. Pertumbuhan
lapangan kerja pada industri berorientasi ekspor, jelas menguntungkan kaum
miskin karena sebagian besar memanfaatkan keunggulan komparatif Indonesia

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

yang mempunyai tenaga kerja secara berlimpah. Dipihak lain, sejak krisis, ekspor
Indonesia mengalami kemacetan. Sebagai perbandingan, rata-rata pertumbuhan
ekspor non-migas Indonesia selama tahun 1990-96 sebesar 16 persen per tahun;
keadaan sementara setelah krisis, ekspor Indonesia dalam katagori ini mengalami
penurunan hingga hanya mencapai 3 persen per tahun. Penurunan tajam justru
terjadi pada produk-produk dimana Indonesia secara tradisional memiliki
keunggulan komparatif.
Para ekonom menganggap kinerja buruk ini disebabkan faktor eksternal.
Akan tetapi, data menunjukkan hal sebaliknya. Indonesia tertinggal jauh dengan
Negara-Negara pesaingnya di Asia Timur, seperti China, Korea, Malaysia,
Filipina, Thailand dan Vietnam dimana pangsa pasar 30 komoditas utama
Indonesia terhadap total nilai nol-oil ekspor dunia mengalami penurunan.
Berdasarkan data primer dari Executive opinion survey, 2006, yang dijelaskan
oleh WEF, 2006, bahwa yang menyebabkan Indonesia memperoleh manfaat dari
peningkatan perdagangan dunia dan kehilangan pangsa pasar, lebih mengarah
pada berbagai faktor domestik yang menghambat daya saing.
Word Economec Forum, 2006, stagnasi pertumbuhan ekspor Indonesia
disebabkan oleh empat faktor antara lain : (1) biaya yang lebih tinggi menjadikan
ekspor Indonesia lebih mahal dibandingkan para pesaingnya (2) lemahnay iklim
usaha menghambat investasi dalam industri ekspor (3) rendahnya akses terhadap
kualitas dan kuantitas prasarana yang memadai, mengakibatkan inefisiensi
perdaganggan dan (4) munculnya Negara-Negara pesaing.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Dengan besarnya suplai tenaga kerja Indonesia 40 persen angkatan kerja
sektor pertanian dan 70 persen di sektor informal, terdapat ruang lingkup yang
cukup luas untuk meningkatkan ekspor melalui persaingan harga pada produkproduk padat karya. Ini berarti dalam jangka pendek, pemerintah dapat mencapai
target ekspor dengan cara mengurangi biaya bagi ekspor, meningkatkan akses
terhadap pasar. Dalam jangka menengah, pemerintah harus mempertimbangkan
strategi menyeluruh yang memungkinkan peningkatan nilai tambah barang secara
bertahap. Dengan uraian permasalahan tertera diatas, maka secara ringkas sebagai
berikut :
1. Bagaimana keadaan perkembangan komoditas ekspor pertanian selama 7
tahun, baik dari sisi produk maupun ekspor.
2. Seberapa besar potensi komoditas ekspor pertanian, baik dari sisi produk /
ekspor.
3. Seberapa besar daya saing komoditas ekspor pertanian Jawa Timur dan
Indonesia.
1.3.

Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka tujuan dari

penelitian “PERKEMBANGAN EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN DAN
DAYA SAING DI JAWA TIMIR” ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengkaji peranan sektor pertanian di Jawa Timur.
2. Mengkaji perkembangan ekspor komoditas pertanian sejak tahun 20032009.
3. Mengkaji daya saing komoditas pertanian unggulan Jawa Timur

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

1.4.

Ruang Lingkup Penelitian
Lingkupan kegiatan dari “PERKEMBANGAN EKSPOR KOMODITAS

PERTANIAN DAN DAYA SAING DI JAWA TIMUR” ini akan menjadi daya
saing ekspor komoditas pertanian dengan menggunakan pendekatan keunggulan
kompetitif. Untuk mencapai sasaran penelitian ini, lingkup kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji perkembangan trend komoditas ekspor pertanian Jawa
Timur dan Indonesia
2. Mengkaji perkembangan komoditas ekspor pertanian Jawa Timur dan
Indonesia
3. Mengkaji aspek pemasaran luar negri (ekspor) terutama komoditas
ekspor pertanian.
4. Mengkaji daya saing komoditas ekspor pertanian Jawa Timur dan
Indonesia
Mempertimbangkan

bahwa

komoditas

pertanian

mempunyai

karakteristik yang beragam, maka dipandang perlu untuk membatasi jenis
komoditas pertanian khususnya yang berorientasi ekspor. Perkembangan ekspor
komoditas pertaniana di Jawa Timur, selama 7 tahun sejak tahun 2003 – 2009.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1.

Penelitian Ter dahulu
Hasil penelitian terdahulu dicantumkan dalam penelitian ini untuk

memberikan gambaran tentang obyek yang diteliti benar-benar merupakan hal
yang baru maupun penyempurnaan dari peneliti-peneliti terdahulu yang pernah
dilakukan. Penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik yang
sedang diteliti:
1. Herry Darwanto, 2004, dengan judul kajian strategi pengembangan kawasan
dalam rangka mendukung akselerasi peningkatan daya saing Daerah, studi
kasus, Kelompok Industri Rotan – Cirebon, Logam – Tegal Batik – Pekalongan
Kajian ini menggunakan metode kualitatif yang dilakukan melalui pengisian
kuesioner, wawancara dengan pelaku kunci, Focus Group Discussion (FGD)
dengan hasil, bahwa kemampuan ekonomi daerah melalui kloster yang bersifat
lokalitas, mampu mendorong penciptaan inovasi, serta mampu menciptakan
sinergi antar pelaku-pelaku yang terkait.
2. Mohammad Abdul Mukhyi, 2007, dengan judul Analisis Peranan Subsektor
Pertanian Dan Sektor Unggulan Terhadap Pembangunan Kawasan Ekonomi
Profinsi Jawa Barat ; Pendekatan Analisis IRIO, penelitian ini menggunakan
analisis, pendekatan IRIO, suatu pendekatan pengembangan diri Teori I – O.
Adapun hasil yang disimpulkan adalah bahwa tingkat kontribusi margin
propinsi Jawa Barat dan Nasional unggul dalam 1). Sektor industri

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

penggolahan, 2). Sektor perdagangan, hotel dan restoran, 3). Sektor pertanian
berdasarkan karya konstan. Sumbangan terhadap propinsi Jawa Barat pada 1).
Sektor pertambangan dan galian, 2). Sektor banggunan, 3). Sektor jasa-jasa,
sedangkan sektor pertanian 1). Subsektor tanaman perkebunan, 2) Subsektor
peternakan, 3). Subsektor kehutanan dan 4). Subsektor perikanan. Dengan
pendekatan LQ, mempunyai keunggulan di 1). Sektor industri penggolahan, 2).
Sektor listrik gas, dan air bersih serta sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sedangkan disektor pertanian hanya subsektor tanaman tambahan.
3. Soetriono, 2009, melakukan penelitian dengan judul Strategi Peningkatan Daya
Saing Agribisnis – Kopi Robusta dengan Model Daya Saing Tree Five di Jawa
Timur. Pnelitian ini ingin meramal dan merumuskan daya saing komoditas
kopi robusta. Penelitian ini dilaksanakan juga di daerah propinsi Lampung,
dengan pendekatan analisis Resiko, permintaan, dan penawaran, Policy
Analysis Matrix (PAM), Daya Saing Tree-Five dan Simulasi – Kebijakan hasil
pertanian menujukkan bahwa ; dari sisi penawaran, produksi seyogjannya,
memperhatikan faktor jumlah produksi kopi Indonesi, harga pupuk dalam
Negeri, kebijakan proteksi pemerintah yang kurang mendukung percepatan
daya saing. Dan dari sisi pemerintah, terdapat peluang yang besar terhadap
permintaan kopi robusta di pasar domestik dan dunia. Dari sis peluang
usahatani, dimana usahataninya sebagian besar masih bersifat monokultur,
dimana belum menerapkan kultur teknik yang sesuai denggan anjuran. Disisi
domestik, kebijakan pemerintah kurang mendukung, ditunjukan dengan nilai
DRC lebih baik dari PCR, koefisien NPCO dan SRP kurang mendukung

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

percepatan daya saing, apabila dibandingkan dengan harga yang sesungguhnya.
Dari koefisien NPCI kebijakan pemerintah memberikan dukungan yang berarti
demi percepatan daya saing.
4. Ikin Sadikin 1999, meneliti tentang Analisis Daya Saing Komoditas Jagung
dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Agribisnis Jagung Di Nusa
Tenggara Barat, Pasca Krisis Ekonomi. Tujuan yang ingin dicapai adalah
melihat daya saing jagung serta pengembangan usahatani jagung, serta dampak
kebijakan pemerintah. Metode yang digunakan adalah pendekatan dengan
metode Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil yang diperoleh, bahwa daya saing
jagung di NTB, mempunyai daya saing tinggi serta efisien dalam
memproduksinya, pada saat krisis jika dibandingkan sebelium terjadi krisis.
Dampak intrumen kebijakan pemerintahan dan mekanisme pasar input – output
kurang, memberikan rangsangan terhadap produsen jagung di NTB.
5. Saptyana, Supena, Friyatno dan Tri Bastuti.P, 2001, telah melakukan penelitian
tentang Analisis Daya Saing Komoditas Tembakau Rakyat Di Kelaten Jawa
Tengah, dengan tujuan menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif
usahatani tembakau. Dengan menggunakan analisis daya saing ditingkat petani
serta dampak kebijakan insentif pemerintah terhadap syistem usahatani
tembakau. Melalui analisis Matrix kebijakan (Policy Anaiysis Matrix PAM).
Hasil yang diperoleh adalah usahatani tembakau didaerah penelitian memiliki
keunggulan komparatif yang ditunjukan dengan nila koefisien DRC < 1 dan
juga memiliki keunggulan komparatif yang ditunjukan oleh nilai koefisien
PRC < 1.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

6. Yuli Wibowo, 2010, dengan Analisis Prospektif Strategi Pengembangan Daya
Saing Perusahaan Daerah Perkebunan. Tujuan yang ingin dicapai adalah
startegi pengembangan perusahaan daerah berdasarkan skenario-skenario yang
mungkin terjadi di masa yang akan datanga. Pendekatan analisi yang
digunakan adalah analiys prospektif, dimana analisis ini digunakan untuk
memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan.
Hasil yang diperoleh, adalah, bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi
peningkatan daya saing, adalah kemampuan SDM, kebijakan pemerintah,
kemampuan permodalan, kemampuan manajemen keuangan.
7. Imam Teguh Rakarta, 2008. Komoditas Unggulan, Sektor Pertanian di
Kabupaten Pinrang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keunggulan sektor
pertanian (perkebunan) melalui komoditas kakao dan kopi. Dengan
menggunakan metode analisis locasion Quan, rent (LQ) untuk melihat sejauh
mana tingkat spesialisasi sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis
atau ieading sektor. Demikian juga metode analisis shift. Share (SSA), untuk
mengukur kinerja perekonomian wilayah, pergeseran struktur, posisi relatif
sektor-sektor unggulan. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa, tanaman kakao
dan kopi merupakan komoditas andalan daerah, pertumbuhan sektor pertanian
agak lambat, karena ada pergeseran. Struktur ekonomi dari pertanian ke
industri atau jasa.
8. Skatyanu. Dermoredlo dan Khairina Noekman, 2003, penelitian dengan judul
Analisis Penentuan Indikator Utama Pembangunan Sektor Pertanian di
Indonesia, pendekatan analisis komponen utama. Tujuan yang ingin dicapai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

adalah mendapatkan indikator utama penjelas kinerja pembangunan pertanian.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka digunakan pendekatan variabel-variabel
yang terkait dengan keragaman pembangunan pertanian yaitu variabel-variabel
ekonomi dan sosial. Kemudian digunakan analisis komponen utama atau
Principal Componen Analiys (PAC). Setelah melalui analisis PCA, kemudian
dilakukan pengelompokan kedalam kelompok tertentu melalui Analisis
Grombol (Custer Analiys atau CA), (Dillon and Goldstein, 1984). Hasil yang
diperoleh adalah bahwa, dari 38 variabel yang digunakan dalam analisis PCA,
dihasikan 12 komponen utama dengan tingkat keragaman 85,2 persen. Adapun
variabel-variabel dalam komponen utama pembangunan pertanian; yaitu : 1)
pertumbuhan luas lahan irigasi, 2) Rasio tenaga kerja desa / kota di sektor
pertanian, 3) Rasio tenaga kerja desa / kota di sektor non pertanian, 4)
Pertumbuhan indeks ketahanan pangan (energi dan protein), 5) Pertumbuhan
PDRB sektor pertanian, 6) pangsa PDRB sektor pertanian, 7) penggunaan
sarana produksi (bibt, pupuk & pestisida) dan 8) Produktivitas usahatani.
2.2.

Keunggulan Kompar atif
Menurut Badudu – Zain, 1994, Keunggulan Komparatif, dalam

Anonymous, 2008, keunggulan sebagai suatu keunggulan yang dimiliki oleh
organisasi untuk dapat membandingkannya dengan yang lainnya. Dengan
mengacu arti tersebut, keunggulan komparatif adalah keunggulan-keunggulan
yang dimiliki oleh organisai seperti SDM, fasilitas dan kekayaan lainnya, yang
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi atau perpaduan keunggulan
beberapa organisasi untuk mencapai tujuan bersama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Konsep daya saing berpijak dari konsep keunggulan komparatif yang
pertama kali dikenal dengan model Ricardian. Hukum keunggulan komparatif
(The Low of Comparative Advantage) dari Ricardo menyatakan bahwa sekalipun
dari suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua
jenis komoditas jika dibandingkan Negara lain, namun perdagangan yang saling
menguntungkan masi bisa berlangsung, selama rasio harga antar Negara masih
berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan.
Simatupang (1991), Sudaryanto dan Simatupang (1993), dalam Saptana
(2009) menjelaskan konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing
(keunggulan) potensi dalam artian daya saing akan dicapai apabila perekonomian
tidak mengalami distorsi sama sekali. Komoditas yang memiliki keunggulan
komparatif dikatakan juga memiliki efisiensi secara ekonomi. Selanjutnya
dikemukakan

bahawa untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dapat

dilakukan dengan strategi pengembangan agribisni melalui kordinasi vertikal
sehingga produk akhir dapat dijamin dan disesuaikan preferensi konsumen akhir.
Model H-0 (Model Hechscher) yang dikemukakan oleh Hendra Halwani,
2005, menekankan pada keseimbangan perdagangan antara dua kutub ekonomi
neoklasik. Ide dasar model H-0 adalah Negara yang melimpah tenaga kerja, secara
relatif akan memanfaatkan kemampuan dirinya untuk memproduksi barang
dengan faktor produksi padat karya yang relatif lebih murah. Dengan demikian,
Negara itu akan mempunyai keunggulan komparatif (KK) dalam memproduksi.
Teori H-0 merupakan model terkenal tentang analisis perdagangan antara
dua Negara, dimana tiap-tiap Negara mempunyai karakteristi tersendiri, yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

secara sederhana telah digambarkan pada bab sebelumnya, sedangkan pada
penjelasan selanjutnya adalah sebagai berikut: setiap Negara akan mengekspor
barang yang mempunyai intensitas faktor produksi yang melimpah. Sebagai
contoh, faktor produksi yang melimpah di Negara A adalah tenaga kerja, oleh
karena itu, teori H-0 menjelaskan bahwa Negara tersebut akan mengekspor barang
X yang mempunyai intensitas faktor produksi yang padat karya.
Bagi Negara yang produksinya lebih padat modal, dengan oportunity cost
lebih rendah; maka pengorbana yang diperlukan lebih ringan dibanding dengan
barang-barang hasil produksi padat karya dalam memperkuat peningkatan
marginal output dari barang tersebut. Hal ini merupakan opportunity cost yang
lebih tinggi untuk barang yang padat modal dengan rasio K/L lebih besar.
Hendra Halwani, 1999 menjelaskan bahwa Wasily Leontief, ekonomi
kelahiran Rusia tahun 1906, menerbitkan satu artikel pada tahun 1953 yang
menggambarkan suatu kajian empiris mengenai teori H-0. Dari hasil kajiannya,
dia mengembangkan teori yang dikenal dengan Input-Output Theory. Hasil kajian
dari penelitiannya menggema keseluruh antero dunia dengan menggunakan
pendekatan statistik untuk mengembangkan Era Input-Output Tabel.
Adapun tabel pertama yang dikembangkannya merupakan hasil
penelitian di Amerika pada tahun 1974. Leontief mengatakan bahwa kesempatan
untuk membuatestimasi empiris dari kandunggan faktor produksi perdaganggan
Amerika dengan melihat apakah ekspor Amerika memang lebih padat modal
(sebagai Negara besar / maju dan impornya padat karya), seperti yang dinyatakan
dalam teori H-0.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Teori S-S mengatakan bahwa dinegara yang sedang berkembang, dimana
buruh merupakan faktor produksi yang melimpah, kebijaksanaan proteksi akan
menurunkan upah riil para pekerja, terutama akan merugikan pekerja di perkotaan
karena mereka tidak memperoleh keuntunggan dari peningkatan permintaan jasa
mereka untuk meningkatkan output barang industri yang diproteksi tersebut.
Penurunan permintaan tenaga kerja untuk ekspor yang padat karya, terutama yang
berkaitan dengan hasil-hasil pertanian, akan bergeser secara imbang karena tenaga
kerja bergerak menuju ke sektor industri.
Teori lain yang sering dimasukkan dalam kaitan dengan model H-0
adalah teori kesamaan Harga Faktor yang dikemukakan oleh Paul Samuelson di
tahun 1948. Dijekaskan, argumentasi H-0 menekankan bahwa perdagangan
internasional berkembang dan bertendensi menuju pada kesamaan harga dari
faktor produksi.
Secara intuisi, suatu Negara akan mengekspor barang yang faktor
produksinya melimpah

dan akan mengimpor barang yang faktor produksinya

jarang (terbatas). Pengaruhnya adalah terjadinya peningkatan permintaan terhadap
barang yang faktor produksinya melimpah dan akan mensubstitusi barang yang
faktor produksinya jarang. Untuk memperkecil perbedaan harga faktor produksi
internasional, apakah Samuelson dapat membuktikan bahwa pengguna asumsi
teknologi itu adalah logis. Hal ini dapat diwujudkan apabila menggunakan model
H-0 yang pemikirannya diwarnai dengan pasar persaingan sempurna (leisser
faire), selain itu, H-0 tidak memasukka