this file 1483 2861 1 SM

ISSN: 2503-3611
Jurnal Psikoislamedia
Volume 1, Nomor 1, April 2016

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN
DIRI PADA PENYANDANG DISABILITAS FISIK DI SLB KOTA BANDA
ACEH
Sri Jarmitia1, Arum Sulistyani1, Nucke Yulandari1,
Farhati M Tatar1, Harri Santoso2
1

Dosen Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh

ABSTRAK
Individu yang terlahir dengan keterbatasan fisik maupun mental disebut dengan penyandang
disabilitas. Kondisi yang diderita oleh penyandang disabilitas fisik menyebabkan mereka sulit untuk
beraktivitas. Hal ini dapat menimbulkan rasa kurang percaya diri pada penyandang disabilitas.
Salah satu faktor yang berpotensi mempengaruhi kepercayaan diri seseorang adalah dukungan

sosial. Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kepercayaan Diri pada Penyandang Disabilitas di SLB
Kota Banda Aceh. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 49 orang. Adapun karakteristik sampel
penelitian ini adalah individu penyandang disabilitas berusia 13 sampai 23 tahun, tidak mengalami
retardasi mental, dan sedang menempuh pendidikan sekolah lanjut tingkat pertama luar biasa dan
sekolah menengah atas luar biasa. Metode pengumpulan data dengan menggunakan Skala
Dukungan Sosial yang disusun peneliti berdasarkan teori dari Sarafino (1998) dan Skala
Kepercayaan Diri yang disusun peneliti berdasarkan teori dari Fatimah (2006). Analisis data
menggunakan korelasi Pearson product moment menunjukkan r = 0.617 dengan p = 0.000 (p0.05, dan pada variabel dukungan sosial juga memiliki
sebaran yang normal, yang ditunjukkan oleh nilai K‐S Z = 0.366 dengan p>0.05.
Hasil uji linieritas melalui ANOVA test of linearity diperoleh hasil nilai signifikansi pada
linieritas sebesar 0.000. Signifikansi kurang dari 0.05 (p = 0.000 < 0.05) menunjukkan hubungan
yang linear antara variabel kepercayaan diri dengan dukungan sosial.
Hasil dari analisis korelasi Pearson product moment menunjukkan adanya korelasi yang
positif yaitu r = 0.617 dengan signifikansi p = 0.000. hal ini menunjukkan, bahwa hipotesis yang
menyatakan terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada penyandang
disabilitas fisik di SLB Kota Banda Aceh dapat diterima.

Diskusi
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan, bahwa terdapat hubungan yang positif antara

dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada penyandang disabilitas fisik di SLB Kota Banda
Aceh. Santrock (2003) menyebutkan ada dua sumber penting yang berpengaruh terhadap
kepercayaan diri seseorang, yaitu penampilan fisik yang meliputi bentuk tubuh dan cara berpakaian
serta dukungan sosial dari keluarga dan dukungan dari orang sekitarnya. Pendapat tersebut dapat
diartikan bahwa ketika adanya peran dukungan sosial untuk peningkatan kepercayaan diri
khususnya pada penyandang disabilitas, maka kepercayaan diri tidak semata‐mata dipengaruhi oleh
diri sendiri saja melainkan melalui lingkungan sosialnya pula.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Rohayati (2011) yang menyebutkan
bahwa lingkungan dapat memengaruhi kepercayaan diri seseorang, jika di sekolah peran teman dan
guru dapat meningkatkan rasa percaya diri pada siswa. Faktor dari luar individu lainnya, seperti
motivasi dan dukungan dari orang lain, pengalaman‐pengalaman individu dari hasil berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungan yang lebih luas akan menyebabkan perubahan perilaku yang
positif pada diri individu dan nantinya akan meningkatkan kepercayaan diri siswa (Rohayati, 2011).
Selain itu, faktor dalam diri juga berpengaruh terhadap kepercayaan diri individu yaitu yang
dihasilkan dari proses pembelajaran dalam pendidikan.
Selanjutnya, Sarason (dalam Susianti, 2006) berpendapat bahwa dukungan sosial adalah
pemberian perhatian, kepedulian, penghargaan dan kasih sayang dari orang‐orang yang dapat di
66 |Copyright @2016 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

ISSN: 2503-3611

Jurnal Psikoislamedia
Volume 1, Nomor 1, April 2016

andalkan sehingga meningkatkan kepercayaan diri. Penyandang disabilitas dalam konteks
kehidupan sosial, mendapatkan dukungan sosial dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitarnya
yang dapat memberikan perhatian dan dukungan terhadap proses pembentukan kepercayaan diri.
Keluarga memiliki peranan penting dalam pemberian perhatian, dukungan, penghargaan dan
perlindungan pada penyandang disabilitas karena keberadaan keluarga memberi arti hidup yang
membuat individu tersebut merasa diterima sehingga dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga
memengaruhi individu dalam pembentukan dan pengembangan kepercayaan diri (Christianto,
2011). Individu penyandang disabilitas juga tidak terlepas dari interaksi dengan lingkungan sekitar,
di antara lingkungan sekitar tersebut yang merupakan interaksi yang dekat dengan individu adalah
lingkungan sekolah (Retnowati, 2011). Yuliani (2012) menambahkan pada lingkungan sekolah juga
terdapat dukungan yang diberikan oleh guru dan teman¬teman yang berada di sekolah. Teman
dalam lingkungan sekolah juga memberikan dukungan sosial dalam bentuk perhatian, saran, rasa
aman, dihargai, memiliki pengaruh kuat dalam tingkah laku, minat bahkan sikap dan pola pikir.
Dengan munculnya rasa percaya diri, maka individu akan dapat berkarya dan berperilaku positif
sehingga menjadi manusia yang lebih berguna.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui, bahwa para penyandang disabilitas fisik memiliki
kepercayaan diri berada pada kategori sedang sebesar 77.55%, artinya penyandang disabilitas fisik

memiliki kepercayaan diri yang cukup baik. Hasil tersebut disebabkan oleh tingginya dukungan
sosial yang diberikan terhadap penyandang disabilitas, sehingga penyandang disabilitas fisik
mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitarnya yang dapat memberikan perhatian terhadap
proses pembentukan kepercayaan diri.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa keduanya memiliki korelasi positif yang signifikan,
artinya jika tingkat dukungan sosial tinggi maka tingkat kepercayaan diri akan tinggi begitu pun
sebaliknya jika tingkat dukungan sosial rendah maka tingkat kepercayaan diri akan rendah pula.
Meskipun penelitian ini telah dilakukan sebaik‐baiknya, akan tetapi peneliti menyadari bahwa
penelitian ini juga memiliki keterbatasan dimana sampel penelitian yang direncanakan sebelumnya
adalah keseluruhan penyandang disabilitas fisik yang berjumlah 82 orang akan tetapi pada saat
peneliti melakukan penelitian di SLB hanya 49 orang yang berada di SLB saat pengambilan data
penelitian dilakukan. Hal ini disebabkan karena pada saat dilakukan penelitian siswa sedang libur
sekolah, sehingga banyak siswa yang belum masuk atau kembali ke sekolahnya.
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam
penelitian ini serta memodifikasi variabelnya sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang lebih
bervariasi. Peneliti menyarankan agar peneliti berikutnya lebih memperdalam lagi kajian teoritis
tentang kepercayaan diri dan dukungan pada penyandang disabilitas fisik di SLB Kota Banda Aceh,
Copyright @2016 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang | 67

ISSN: 2503-3611

Jurnal Psikoislamedia
Volume 1, Nomor 1, April 2016

dapat mengkaji lebih luas mengenai disabilitas yang tidak hanya pada disabilitas fisik, namun juga
dapat dikaji mengenai disabilitas mental. Adapun beberapa kajian lainnya mengenai disabilitas juga
dapat dikaitkan dengan variabel selain dukungan sosial dan kepercayaan diri seperti intelegensi,
kebudayaan, motivasi belajar, motivasi berprestasi dan prestasi belajar.

Kesimpulan dan Saran
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa ada hubungan yang positif antara dukungan sosial
dengan kepercayaan diri pada penyandang disabilitas fisik di SLB Kota Banda Aceh dengan
korelasi sebesar r =0.617 dengan p = 0.000 (p>0.05). Artinya semakin tinggi dukungan sosial maka
semakin tinggi pula kepercayaan diri yang dimilikinya. Oleh karena itu, dukungan sosial bagi
penyandang disabilitas sangat diperlukan baik dari keluarga, teman sebaya dan lingkungan sekolah.
Dukungan sosial ini akan mampu meningkatkan kepercayaan diri penyandang disabilitas yang
akhirnya mampu menjadikan mereka manusia yang mandiri dan mampu menjadi manusia Indonesia
yang berperan aktif dalam sektor pembangunan.

Daftar Pustaka
Adinda, T. (2006) Kabar Indonesia Online. 3 Desember: Peringatan hari Penyandang Cacat

Internasional: Menggugat pelaksanaan kebijakan untuk “Diffabel”. Diakses pada tanggal 22
Maret 2013 melalui: http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=12&dn=2006121216573.
Baron, R. A. & Byrne D. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Christianto, O. (2011). Kepercayaan diri pada penyandang cacat Fisik ditinjau dari dukungan sosial
keluarga dan jenis kelamin. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang.
Danielson, A. G. (2009). School Related Social Support and Students’ Perceived Life Satisfaction.
The Journal of Education Research, 303‐318.
Duffy, K. G., & Wong, F. Y. (2000). Community Psychology (2nd ed.). Boston: Pearson Education.
Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan: (Perkembangan peserta didik). Bandung: Balai Setia.
Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Press.
Irwanto, dkk. (2010). Analisis Situasi Penyandang Disabilitas di Indonesia. Universitas Indonesia.
Linkan, M. F. (1996). Tingkat kepercayaan diri wanita menjelang menopause dan wanita yang
sudah menopause. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta.

68 |Copyright @2016 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

ISSN: 2503-3611
Jurnal Psikoislamedia
Volume 1, Nomor 1, April 2016


Retnowati, L (2011). Persepsi Remaja Ketergantungan Napza Mengenai Dukungan Sosial Selama
Masa Rehabilitasi. Arkhe Jurnal Ilmiah Psikologi: Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Tarumanagara. Vol. 10 No. 2 September 2005.
Rohayati, I. (2011). Program Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Jurnal
UPI, Edisi Khusus, No. 1.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Soeharso, P. (2012). Dukungan Sosial pada pekerja sosial terhadap depresi penyandang
disabilitas. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Susianti. (2006). Hubungan dukungan sosial dengan kecemasan sebelum melahirkan pada ibu di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Skripsi (tidak diterbitkan). Surabaya: Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya.
Sutatminingsih, R. (2002). Pengaruh Terapi Realitas Secara Kelompok terhadap Peningkatan
Konsep Diri Pada Penyandang Disabilitas Fisik Usia Dewasa Awal. Tesis S2. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada. Diakses pada tanggal 23 Maret 2013 melalui
http://repository.usu.ac.idJbitsreamll 23456789/7152/1 /d030025 8.pdf
Tarsidi, D. (2009). Pertuni Online. Penyandang Ketunaan: Istilah Pengganti “Penyandang Cacat”.
Diakses tanggal 09 November 2011 melalui: http://pertuni. idp‐europe.org/Artikel¬Makalah
istilah_penyandang_cacat.php.

Sarafino, E. P. (1998). Health Psychology Biopsychosocial Interaction. 5th edition. United States
Of America : John Wiley & Sons.
Undang‐Undang Republik Indonesia. (1997). Undang‐Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun
1997 Tentang Penyandang Cacat. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013 melalui:
http://www.pendidikan‐diy.go.id/file/uu/uu41 997.pdf.
Yuliani. F. (2012). Kepercayaan Diri pada Penyandang Cacat Fisik ditinjau dari Dukungan Sosial
keluarga. Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Katolik Soegiejapranata.

Copyright @2016 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang | 69