”Pemaknaan belenggu dengan teori dan metode semiotik”.

]URNAL ILMIAH KEBUDA}A.A,\

ISS\

1b9,i-719X

$IIUTE$I$
Vol. 6 No.2, Oktober 2008

jurnal Ilmiah Kebudayaan

ISSN'1,693-749X

SINTESIS
Vol. 6 No.2, Oktober 2008
Pemimpin Redaksi
Drs. B. Rahmanto, M. Hum.
Sekretaris Redaksi
S.E. Peni Adji, S.S.,M.Hum.
Anggota Redaksi
Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum.,

Drs. B. Rahmanto, M.Hum.

Mika Bestari
Prof. Benard Arps, PHD (Leiden University),
Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo (KBI, Universitas Sanata Dharma),
Prof. Dr. I. Dewa Putu Wijana (FIB, Universitas Gadjah Mada),
Dr. St. Sunardi, Lic. (IRB, Universitas Sanata Dharma).

S.E. Peni

Redaksi Pelaksana
M.Hum., Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum.
Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.

Adji,

S.S.,

Administrasy'S irkulasi
Thomas Aquino Hermawan M., A.Md.,

Drs. A. Hery Antono, M. Hum., Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M. Hum.
SINTESIS adalah jurnal ilmiah bahasa, sastra, dan kebudayaan Indonesia yang
diterbitkan oleh Pusat Kajian Bahasa, Sastra, dan Kebudnyaan Indonesia,lurusart Sastra
Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Terbit pertama
kali bulan Oktober 2003 dengan frekuensi terbit dua kali setahun pada bulan Maret
danOktober.
SINTESIS menerima sumbangan karangan ilmiah khususnya hasil penelitian dari
para peminat bahasa, sastra, dan budaya Indonesia. Naskah karangan hendaknya
dikirim dalam bentuk cetak komputer disertai disketnya yang menggunakan
prograrnMicrosoftWord sepanjang maksimal 20 halaman spasi ganda, dengan format
seperti tercantum pada halaman kulit dalam-belakang ("Petunjuk Bagi Penulis").
Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah,
dan tata cara lainnya.
Alamat Redaksi: Pusat Kajinn Bahasa, Sastra, dan Kebudayaan Indonesia., Jurusan Sastra
Indonesia, Universitas Sanata Dharma, MricarL Teromol Pos 29 Yogyakarta 55002.
Telep on (027 4) 513301, 51 5 35 2 ext . \ 446. F aks. (027 4) 5 62383 .
E-mail: sintesis@staff .usd.ac.id

|urnal Ilmiah Kebudayaan


ISSN 169&749X

SINTHSIS
Vol.6 No.2, Oktober 2fi)g
l

DAFTAR

ISI

DARI REDAKSI
B. Rahmanto
a

KUNTI IBU YANG PERAWAN DALAM EPOS MAHABHARATA

Kartika &tygwaf-i ::ii.....I,i..-...,.....,

:
101


-

114

115

-

130

131

-

153

a

KONSEP RELIGI DAN NILAI HISTORIS

DALAM KAKAWIN BRAHMANDAPTIRANA
Fransisca Tjandrasih Adji ............
a

..._

.

i

,

,r.

PEMAKNAAN BELENGGU
DENGAN TEORI DAN METODE SEMIOTIK

Yoseph Yapi Taum
a


BEBERAPA PERMAINAN BAHASA DAN PERMAINAN
LOGIKA
DALAM HUMOR SMS
P. Ari Subagyo
a

154 -1.67

MAKIAN DALAM BAHASA MELAYI.J PALEMBANG:
STUDI TENTANG BENTUK REFEREN,
DAN KONTEKS SOSIOKULTURALNIYA
Hanu Lingga Purnama ..........;..,......

1.68

-

187

-198


a

MENCARI PARAMETER PRILAKU KETERPITAHAN
DALAM BAHASA INDONESIA
F.X. Sawardi ..............
...,......t....,.....
a

PARA PENYUMBANG TULISAN NOMOR
o

INDEKS PENGARANG

INI

L86

198-1
198


-2

DARI REDAKSI
Ksah tragis emvat,puempunn lewat penafsiran Kartika setyawati
danYoseph Yapi f aandatam penititian ini mertarik untuk disimak. Dalam
seluWs
Eos Mahabarata lQnti dan Dropadi ternyata merapakun putdorong

amunisi pecahnyaperang B;haratayuddha. Kunti meniadi ialanbagi para danta
untuk berinkarnasi ke dunin dalam rangka memulihkan Pertiuti dari para
daitya yang menjelma ke dunia. sementara Korawa aln$ "menellnignqt'a r op aii d{ b alairun g Hastinapur a's an gat meny akitkan lati D t op adi. Itulah
.*las,an lQtnti dan Dropadi agar perangbesar Bharatayuddha tidak dibatalkan.
Sementara itu, dua perernpuan lain yaitu Tini dan Rol.tayah dalam
.Eelenggu diwarnai d*8* bubagai belutggu masa Lalu, Belenggu utana
,hubuigan mereka adalah kontradiksi antara tradisionalitas dan modetnitas.
Perryitihan Tono dan Tini yang mercPresetttasilcan lubungm manusia modsn
"fiengan grobi,lem-problern modernitasnya kandas di tutgah jalan.
frb-ol*rrVn
antara Tono dan Rohayah yung mercpresentasikan hubungan

'r*1uiungan
'tradi:s{Anqlitas
dan romantisme masa lampau iuga tidak teriadi. Absurd
tyeffiilng. Akan tetapi, di sisi lainFtansisca Tiandrasih Adii mmyodo*an
tolgk iata'Jeuat Kakawain Brahmana Purana yang diutuiudkan dalam
Ru dr a. Llp acar a y an g diselmggamkan, L00 _tahun
b en{uk ttpacar a'
"Eka D asa
gsli
sekrilt di
ini,';rnerupakan upncara persembahan kurban bagi Sang Hyang
,
Widt'Wsa,agar',segala kegelapan musnah sehingga kehidupan manusia daPat
b ahagia tahir, dan'b atin. Amin.
-.Pembaca
lang.fu*61man/budiwati P. Ari subagyo mennurarkan abat
humorYMSTnld sebagai maidfestasi homo ludens. Tak usah tegang, rileks,
bacalahYdengan senyum dikulum, meski kadang sedikit nyerempet daerah
' terlarang,,,,sebab' tHanulil.ingga Purnam a pun lalu menambahinya dengan
kajian makian bahasa Melayu Palembang

Alhiryya ,F.x. sawardi kembali membuat iidat kita mengleerut
melalui diskusi., parameter antr* menentukan perilaku lceterpilahan dalam
konsE tpolost,.qtqsatif ergatif. {ak apalah. Itulah iustru irama hidup dan
kehi dup an. S el awat'tnemb a c a.

-*t

B. Rabmanto

PEMAKNAAN BELENGGU
DENGAN TEORI DAN METODE SEMIOTIK
Yoseph Yapi Taum
ABSTRAK Tulisan ini bertujuan melakukan pemaknaan Belenggu dengan teori dan metode
semiotik yang beranjak dari asumsi dasar bahwa bahasa sastra memiliki konoensi tambahan
sehingga sastra memiliki 'meaning of meaning' , Kalinn dan pemaknan tersebut dibatasi pada
pembacaan heuristik, penafsiran terhadap jenis-jenis tanda yang meliputi ikon, indeks, dan
simbol-simbol dominan yang memiliki satuan malom, serta eksplisitasi matriks, model, dan
aarian-rsariqn.Pemaknann roman Belenggu drngan teori dan metode semiotik ini membuka
peluang bagi pembaca untuk menafsirknn roman tersebut pada tataran bahasa dan sastra,
sertamelaleuknnkntlcretisasi tufuadsp'ruangkosong' (the empty spaces) yang tidak diungkapknn

secara eksplisit dalam teks. Temn 'mnsa lampau yang menjauh dan masa depan yang belum
pasti' yang mrnjadi inti roman Belenggu merupakan hasil konkretiasi terhadap 'ruang
kosong' dalam teks.

KATA KTINCI semiotik, heuristik, matiks,

'l.,.

model

Pengantar

Roman Belenggu karya Armijn Pane yang terbit pertama kali di
tahun 1940 merupakan sebuah roman yang dianggap penting dalam
sejarah sastra Lrdonesia. Roman ini merupakan wujud dad cita-cita dan
buah pemikiran zaman tersebut. Armijn Pane bersama St. Takdir
Alisjahbana dan Amir Hamzah merupakan pelopor Angkatan Pujangga
Baru (1933-1942). Angkatan ini bertujuan, "Membimbing semangat
baru yang dinamis untuk membentuk kebudayaan baru, kebudayaan
persatuan Indonesia. Dasar yang dipakai sebagai landasannya adalah
mencontoh sebanyak mungkin apa yang dapat ditiru dari dunia luar
terutama dari Barat dengan tidak mengabaikan kebudayaan sendiri"
(Surana, 1982:121).
Roman Belenggu mendapatr reaksi yang hebat, baik dari pihak
yang pro maupun dari pihak yang kontra. Pihak yang pro mendukung
nya sebagai hasil sastra yang berani mengambil tema dari kenyataan
yang ada dalam masyarakat. Pihak yang kontra menyebut roman ini
sebagai sebuah karya pomografi, yang terlalu menonjolkan sesuatu
yarrg sebelumnya dianggap tidak patut dan selalu disembunyikan di
Yoseph Yapi Taum adalah dosen ]urusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Universitas Sanata Dharma. Alamat korespondensi: Mrican Tromol Pos 29
Yogyakarta, 55002. Email: yoseph16L2@yahoo.com
131

I32

SINTESIS Vol.6 No.2, OKober 2008

belakang dinding-dinding kesopanan (surana, r982:1,44-t4s). oleh
karena pelukisan yang realistis bahkan cenderung naturalistis, Armijn
Pane dianggap sebagai pelopor Pujangga Baru yang paling bersifat
barat dan paling revolusioner. Atas dasar-dasar itulatu Teeuw (r97g:
115-122) menyebut roman ini sebagai mata rantai yar.g menghubungkan PujanggaBaru dengan Angkatan 45.
Belenggu adalah sebuah roman yang sangat menarik karena yang
dilukiskanny a bukanlah gerak-gerik lahir tokoh-tokohny a, melainkan geraigerik batinnya. unsur cerita bukanlah yang paling penting karena roman ini
sesun gguhny a menyu guhkan masalah kerohaninn.

Tulisan ini bertujuan melakukan pemaknaan Belenggu dengan
teori dan metode semiotik. Teori dan metode semiotik menduduki
posisi yang dominan dalam pemaknaan karya sastra (Pradopo, 2007).
Teori dan metode ini beranjak dari asumsi dasar bahwa bahasa sastra
memiliki konvensi tambahan sehingga sastra memiliki 'meaning of
meaning' (Preminger,1993). Makna dari makna itulah yang akan coba
diungkapkan dalam makalah ini.

2.

Teori dan Metode Semiotik
2.L Teori Semiotik
strukturalisme dan semiotik umumnya dipandang termasuk
dalam suatu bidang teoretis yang salna. sebetuhrya apayffi$dinamakan
"semiotik sastra" bukan merupakan suatu aliran ilmu sastra. Berbagai
aliran seperti strukturalisme dan ilmu saska linguistik dapat dinamakan
semiotik (Taum, 1997 : 41; Luxemburg, et.al., I9B4 44-46).
semiotik (dari kata Yunani: semeion yang berarti tanda) adarah
ilmu yang meneliti tanda-tanda, sistem-sistem tanda, dan proses suatu
tanda diartikan (Hartoko, 1986: 131). Dengan kata lain, ilmu yang
mempelajari berbagai obje( peristiwa, atau seluruh kebudayaan
sebagai tanda (Eco, 1979: 6). Tanda itu sendiri diartikan sebagai
sesuatu yang bersifat representatif, mewakili sesuatu yang lain
berdasarkan konvensi tertenfu. Konvensi yang memungkinkarrsuatu
objek, peristiwa, atau gejala kebudayan menjadi tanda itu disebut juga
sebagai kode sosial.
Ada beberapa aliran semiotik dalam

ilmu sastra, yang diwakiti
oleh Ferdinand de saussure (Prancis), Jurij Lotman (Rusia), dan

Charles Sanders Pierce (Amerika serikat). Kesamaan utama pandangan
mereka adalah bahwa bahasa merupakan salah satu di antara sekian
banyak sistem tanda. seringkali ditekankan bahwa bahasa merupakan

Yoseph YapiTaum , Pemaknaan Belenggu Dengan Teoridan... 133

sistem tanda yang paling fundamental. Pokok-pokok pandangan ketiga
teoretisi itu diuraikan di bawah ini (Taum,1997:41.-42).
Ferdinand de saussure adalah seorang ahli linguistik asal swiss

yang memperkenalkan studi tentang tanda sebagai "semiologi".
Menurut Saussure, bahasa adalah sistem tanda, dan tanda merupakan
kesatuan antara dua aspek yang tak terpisahkan satu dengan yang
lain, yakni penanda (signifiant) dan petanda (signifie). Penanda adalah
aspek formal atau bunyi pada tanda itu, sedangkan petanda adalah
aspek makna atau konseptual dari suatu penanda. Tanda memiliki ciri
arbitrer, konvensional, dan sistematik. Arbitrer (acak, semau-maunya)
misalnya dalam urutan bunyi b-u-r-u-n-g tidak ada pemikiran atau
motif menghubungkan bunyi itu dengan binatang (konkret) tertentu.
Kombinasi aspek formal dan konseptual (bunyi "bl;rttrtg" dengan
wujud nyata'burung nyata' yang dapat terbang) hanya terjadi berdasarkan konvensi sosial yang berlaku dalam bahasa tertentu saja. Jika
kita menyebut "burLtrrg", sah-sah saja jika orang Inggris menyebut hal
yang sama dengan bird dan orang Belanda aogel sesuai dengan konvensi
bahasa masing-masing.
]urij Lotman/ seorang ahli semiotik Rusia yang terkemuka,
menyebut bahasa sebagai sistem tanda primer (ein pimares modellbildendes
system) yang membentuk model dunia bagi pemakaianya. Model ini

mewujudkan sarana bagi pemakaiannya. Model ini mewujudkan
sarana konseptual bagi manusia untuk menafsirkan segala sesuatu di
dalam dan di luar dirinya. Sastra disebutnya sebagai sistem tanda
sekunder (ein sekundaares modellbildendes system). Sastra dan semua
cabang seni lainnya mempergunakan sistem tanda primer seperti
terdapat dalam bahasa alamiah tetapi tidak terbatas pada tanda-tanda
primer saja.
Charles Sanders Pierce (1839-1914) adalah seorang filsuf Amerika
yang meletakkan dasar bagi sebuah bidang studi yang disebut
"Semiotik". Pierce menyebutkan tiga macam tanda sesuai dengan jenis
hubungan antara tanda dan apa yang ditandakan. Ketiga macam
tanda itu adalah: 1) Icon (ikon) yaitu tanda yang secara inheren
memiliki kesamaan dengan arti yang ditunjuk. ffisalnya foto dengan
orang yang difoto, atau peta dengan wilayah geografisnya. 2) Index
(indeks) yaitu tanda yang mengandung hubungan kausal dengan apa
yang ditandakan. Misalryta asap menandakan adanya api, mendung
menandakan bakal turun hujan. 3) Symbol (simbol) atau apa yang
biasa disebut tanda (sign proper) yaitu suatu tanda yang memiliki

L34 SINTESIS Vol.6 No'2, Oktober 2008
hubungan makna dengan yang ditandakan bersifat arbitrer, sesuai
dengan konvensi suatu lingkungan sosial tertentu. Misalnya bahasa.
Riffaterre (1984) memahami sastra (dalam hal ini puisi) ibarat
sebuah donat. Teks sastra adalah daging donat. Sedangkan yang'tidak
hadir' berbentuk bundar yang ada di tengah donat, sekaligus menoPang
dan membentuk daging donat menjadi donat adalah sebuah 'ruang
kosong'.Ruang kosong ini sangat penting, karena dialah yang membentuk
keseluruhan makanan itu menjadi sebuah donat'
Ruang kosong (the empty spaces) yang tidak ada secara tekstual
itu disebut hipogram. Ada dua jenis hipogram: a) Hipogram Potensial
(yakni yangterkandung dalam bahasa sehari-hari, seperti presuposisi,
sirtem'deslripsi), dan b) Hipogram Aktual (yutg berupa teks-teks
aktual yang sudah ada sebelumnya).
Ruaig kosong itu sekaligus merupakan pusat makna dari puisi,
yarrg disebirt tttuttikt (tuturan minimal dan harfiah. ]adi, hasil
,it gkututt yang paling singkat dari sebuah puisi). Aktualitas pertarna
dai matriks adalah "model" yakni kata atau kalimat tertentu yang juga
sebuah tuturan minimal, biasanya sangat puitis menjadi inti/tema
karya sastra (Puisi).

2.2 Metode Semiotik
]ika teori semiotik menggariskan paham bahwa karya sastra

merupakan sebuah sistem tanda, maka metode kritik sastra dalam
studi semiotik adalah memburu tanda-tanda (pursuit of signs) seperti
yang dikemukakan Culler (1-981). Yung diburu adalah hal-hal penting,
yu"g dapat mencakup: 1) jenis-jenis tanda: ikon, indeks, simbol;
Z; tott"uttsi yang menyebabkan tanda mempunyai makna (Alex
Preminger), 3) satuan-satuan makna; 4) mencari ketaklangsungan
ekspresi: penyimpangart attr, penciptaan arti, penggantian arti; matriks,
mo-del, varian; 5) pembacaan heuristik; 6) penentuan hipogram untuk
mencari si gnifi cance atau makna y arrg lebih lengkap'
Mengingat cukup luas dan beragamnya sasaran pemaknaan
yang dimungkinkan oleh teori dan metode semiotik, kajian dan
putnukt uut roman Belenggu dalam makalah ini akalr dibatasi pada
pembacaan heuristik (yurg merekonstruksi struktur alur penceritaan),
indeks, dan
ienafsiran terhadap jenis-jenis tanda yang meliputi ikorU
rlttbol-rl-bol dominan yang memiliki satuan makna, serta eksplisitasi
matriks, model, dan varian-varian. Tulisan ini akan diakhiri dengan
sebuah penutuP.

l-

Yoseph Yapi Taum , Pemaknaan Belenggu Dengan Teori dan... 135

3.

Pembacaan Heuristik Roman Belenggu

Tini dikenal sebagai Ratu Pesta yang cantik jelita di Bandung
yang dipuja dan dipuji anak-anak muda. Ketika masih bersekolah di
Lyceum Bandung, Tini berkenalan dengan Hartono. Dalam suatu
pesat dansa di rumah sahabatnya bernama Ningsih, keperawanan Tini
direnggut oleh Hartono. Tini dikenal pula sebagai Tini si Garang.
Sukartono yang memiliki bakat menaklukkan perempuan-perempuan
garang akhirnya menikah dengan Tini, bukan karena cinta melainkan
karena dia menang taruhan marnpu menundukkan perempuan garang
itu. Ketika hendak menikah, Tini sudah terus terang mengatakannya
kepada Tono supaya jangan diambil sebagai istri karena 'akan menjadi
duri dalam pikiran', tetapi Tono tidak peduli. Sejak keperawanannya
hilang, sesungguhnya rasa kasih sayangnya juga hilang. Tidak ada
yang dapat diberikannya kepada Tono, termasuk kasih sayang. Tini
menyadari, padahal kasih sayang itulah yffig dibutuhkan Tono, namun
dia tidak memilikinya lagi.
Karena itulah, hubungan rumah tangga Dokter Sukartono (Tono)
dengan Sumartini (Tini) kian hari kian merenggang. Komunikasi
antara keduanya sudah tidak harmonis lagi. Masing-masing menutup
diri, saling berprasangka, hingga kemudian masing-masing mencari
kesibukan sendiri-sendiri.
,Tini sibuk dengan organisasi kewanitaan dengan segala macam
kongres, sedangkan Tono sibuk dengan tugasnya sebagai dokter. Harapan
seorang suami akan perhatian dan sambutan ramah sepulang bekerja
tak diperoleh Tono dari sang istri. Bahkan banyak urusan rumah tangga
diserahkan kepada Karno, pembantu mereka. Hal ini menyebabkan

hubungan Tono dengan Tini semakin merenggang. Karena sikap
Tini dan prasangka yang terus-menerus hidup dalam diri mereka, tak
seorang pun bersedia memulai membuka diri menyelesaikan persoalan
yang tak jelas itu.
Suatu ketika, melalui telepon, muncul Ny. Eni, pasien Tono,
yang meminta dirawat. Ketika Tono datgng ke hotel tempat menginap
Ny. Eni, tahulah dia bahwa Ny. Eni tak lain adalah Rohayah, kawan
lamanya di Bandung dulu. Dengan cararrya, Yah menggoda Tono.
Awalnya Tono masih menjaga sumpah jabatannya sebagai dokter.
Hari-hari berikutnya ketika Tono merawat Yah yang sebenarnya tidak
sakit itu, ia pun tak kuasa lagi jatuh cinta. Hubungan mereka kian
lama kian mesra. Tono sering rnengajak Yah jalan-jalan ke Tanjung
Priok. Sikap Yah yang basah, penuh pengertian membuat Tono semakin

I

136 SINTESIS Vol.6 No.2,

Oktober 2008

mabuk kepayang. sebaliknya hubungan Tono dan Tini semakin
meruncing- Beritaini mulai menyebar di kalangan ibu-ibu teman Tini.
Ketika Tini pergi ke Solo mengikuti Kongres Perempuan
Seumumnya, Tono semakin menggila. Ia memutuskan untuk tinggal
selama seminggu di rumah sewaan Yah. Dari pertemuan sebagai
suami istri itu, terungkap kembali kisah lama mereka. Setelah lulus
dari sekolah rendah di Bandung, Tono meneruskan sekolah HBS di
Surabaya. Yah, yang berbeda tiga tahun dalam sekolah itu, kemudian
dikawinkan dengan seolalg laki-laki yang jauh lebih tua darinya.
Mereka kemudian pindah ke Palembang. Karena tidak tahan menjadi
istri, ia lari ke Jakarta. Di Jakarta Yah menjadi wanita panggilan dari
hotel ke hotel. Kemudian ia menjadi nyai seorang lelaki Belanda di
Sukarasa yang hanya bertahan selama tiga tahun. Yah meninggalkan
suaminya. K"tiku mendengar berita bahwa Tono menjadi dokter di
Jakafta, di berusaha menemuinYa.
Bagi Tono, Yah adalah tempat peiarian, tempat berkeluh-kesah,
tempat di mana pikiran-pikiran kusut dan kenangan lama yang mati
dapat dihidupkan kembali. Yah amat berbeda watak dan sikapnya
dari Tini. Tono mengatakan bahwa dia tak mungkin lepas lagi dari

Yah. Bagi Yah, Tono adalah harapan, di mana cita-citanya unfuk
kembali menjadi wanita yang baik mungkin dapat terlaksana. Namun
Yah sendiri amat sering ragu-ragu dan menaruh rasa belas kasihan
pada Tono yang mau menerimanya begitu saja. Yah sendfui punya
problem kejiwaan karena masa lalunya yang gelap.
Ketika.itu Tono hendak menjadi juri pada perlombaan keroncong
di Pasar Gambir. Hartono dan Mardani kawannya semasa sekolah di
kota Malang datang berkunjung. Hartono menanyakan istri Tono,
Tono hanya mengatakan bahwa istrinya sedang perg ke Solo. Hartono
baru mengetahui bahwa istri Tono adalah Tini, seorang gadis yang
pemah bersahabat dengannya ketika ia menjadi mahasiswa Technische
Hoogereschool. Secara tidak sengaja, Tini bertemu dengan Hartono
ketika Hartono menunggu Tono pulang dari kgntor. Pertemuan itu
mengungkapkan peristiwa beberapa tahun silam di Bandung. Tini
ternyata bekas kekasih Flartono, bahkan Tini sendiri telah ternoda
oleh Hartono. Itulah sebabnya kemudian Tini mau menerima Tono
menjadi suaminya, di samping sikap Hartono sendiri yang pengecut membuat surat perpisahan dan mengatakan bahwa setibanya surat
itu pada Tini, Hartono telah tiada. Hartono ternyata hanya mengganti
namanya menjadi Abdul Hamid dan masih duduk dalam organisasi
Partindo tempat mereka berdua berkenalan pertama kali.

I
Yoseph Yapi Taum , Pemaknaan Belenggu Dengan Teori dan ... I37

Pada pertemuan itu Hartono masih mengharapkan agar pop
(nama Tini sewaktu di Bandung) dapat kembali padanya. Namun Tini
amat tersinggung pada sikap Hartono. Ia marah dan meminta agar
mereka hidup sendiri-sendiri.
sementara itu, Tono.amat kecewa pada Yah karena sekali lagi
Yah menipunya. Siti Hayati, penyanyi pujaannya, ternyata adalah yah
sendiri. Ia amat tidak senang dengan sikap Yah yang selalu berpurapura. Tono menduga keras bahwa Yah akan selalu bersikap manis dan
merayu laki-laki lain seperti ketika ia bertemu dengan Tono. Yah yang
merasa terpojok dan tidak dipercaya mengatakan pada Tono bahwa ia
sebenarnya amat mencintai Tono namun ia sangsi apakah hubungan
cintanya dapat langgeng. Ia merasa tidak seimbang mendapatkan
Tono. Itulah problem kejiwaannya.
Tono telah mengetahui bahwa Tini telah ternoda, namun dia
tidak pernah mengetahui siapa laki-laki yang menodai Tini. Pikiranpikran itu menyebakan dia dapat memaklumi keadaan Yah. Ia pun
tahu bahwa perkawinannya dengan Tini tidak berdasarkan cinta. Tono
mau menerima Tini karena kekagumannya pada kecantikan Tini.
Suatu ketika paman Tini datang hendak mendamaikan pertengkaran Tini dengan Tono. Namun usaha itu sia-sia. Baik Tono maupun
Tini tidak dapat rukun kembali. Ketika Tini menemui Ny. Eni dan
mendampratnya, Tini sendiri akhirnya merasa malu dan kalah oleh
jawaban Ny. Eni yang ternyata sudah mengetahui masa lalu Tini yang
gelap. Akhirnya Tini semakin mantap hendak meninggalkan Tono
dan berpesan agar Yah bersedia menjadi istri Tono.
Tini telah pergi ke Surabaya. Yah sendiri kemudian tidak dapat
begitu saja menerima Tono. Sehari setelah Tini pergi, Yah pun pergi
meninggalkan surat dan piringan hitam lagu-lagu Siti Hajati untuk
Tono. Yah meninggalkan Tono dan pergi ke New Caledonia. Di dek
kapal yang mengantarkannya ke New Caledonia, Yah merasakan
getaran kerinduan yang begitu kuat menghentak terhadap kekasihnya
Tono. Dicari-carinya pintu yAng terbuka tempat suara Tono datang.

4.

MembongkarTanda-tandaSemiotik
4.1 Ikon dalam Belenggu
Sebagaimana disebutkan di atas, Icon (ikon) adalah tanda yarrg
secara inheren memiliki kesamaan dengan arti yang ditunjuk.
Misalnya foto dengan orang yang difoto, atau peta dengan wilayah
geografisnya.

138 SINTESIS Vol.6 No.2, Oktober 2008
Ikon yang segera terlihat dalam roman Belenggu karya Armijn
Pane adalah pembagian buku yang tidak Iazim, terutama untuk
roman sezamannya. Konvensi pembagian buku untuk roman-roman
sezamannya adalah: penomoran bab (dapat menggunakan angka
Romawi ataupun angka Arab) disertai dengan judul bab-nya. Roman
salah Asuhan karya Abdul Moeis (192s) misalnya, dibagi dalam 26Bab,
diawali dengan Bab I Dua Orang Sahabat dan diakhiri dengan Bab
XXVI Penutup.
Roman Belenggu memiliki konvensi penulisan sendiri yffig khas,
yang tentu saja memiliki makna tersendiri pula. Setelah memaparkan
bagian "Pendahuluan Kata" darr"sambutan" (maksudnya tanggapantanggapan pembaca atas roman Belenggrz), Armin Pane langsung
memberikan angka Arab 1 - 14 tanpa disertai dengan sub-sub judul.
Roman ini seolah-olah menuangkan gagasan-gagasan pengarangnya
secara bebas dan leluasa tanpa terikat pada format-format yang baku
dan kaku.
Interpretasi yang segera muncul dari gejala penulisan roman
semacam ini adalah bahwa dengan membuat struktur pencefitaan
semacam itu, pengarang ingin mengungkapkan kesadaran manusia
yang mengalir, yarrg dalam bidang psikoanalisis disebut stream of
consciousness atau kesadaran yang mengalir. Hal ini baru pertama
kali terjadi dalam sastra Indonesia. Sebelum itu, struktur perwatakan
dalam sastra Indonesia masih bersifat dua dimensi: hitam dan putih,
dan struktur konflik yang dibangun terutama konflik-konlik eksternalhorisontal. Pengaruh Psikoanalisis Freud yang memang sedang
berkembang pada waktu itu turut memberi dirnensi baru pada analisis
kejiwaan tokoh-tokoh dalam roman, termasuk dalam Belenggu (]assin,
1983: 10). Melalui stream of consciousness irilah pengarang leluasa
mengeksplorasi dimensi-dimensi kejiwaan dalam diri tokoh-tokoh
utama novel ini, yaitu Dokter Sukartono, Sumartini, dan Rohayah,

Yang terutama diungkapkan dalam roman ini bukanlah konflik
eksternal melainkan konflik dal'amr batin tokoh-tokohnya. Masingmasing tokoh memiliki berbagai belenggu kejiwaan sendiri-sendiri,

yang menghambat perkembangan dan kemajuan hidup mereka.
Sfuktur penceritaan'mengalir' seperti yang ditunjukkan roman
Belenggu dapat disebut sebagai sebuah tanda 'ikorf yang menggambarkan semacam arus aliran kesadaran jiwa tokoh-tokohnya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pembaharuan roman Indonesia
yang dilakukan Armijn Pane dalam hal struktur penokohan dan
struktur penceritaan roman Belenggu ini memiliki hubungan yang

Yoseph Yapi Taum , Pemaknaan Belenggu Dengan Teori dan... 139

ikonisitas dengan struktur makna yarrg dikandung roman ini. Struktur
makna roman ini pun berkaitan erat dengan situasi zaman pada saat
itu,yangakan dikaji pada bagian lain dalam makalah ini.

4.2 Indeks dalam Belenggu
Seperti telah disebutkan di atas, Index (indeks) adalah tanda
yang mengandung hubungan kausal dengan apa yang ditandakan.
Misalnya asap menandakan adanya api, mendung menandakan bakal
turun hujan. Berikut ini akan dikaji tanda-tanda indeks dalam struktur
penokohanBelenggu.
4.2.'1, Dokter Sukartono

Dalam roman ini, tokoh Sukartono digambarkan sebagai

(1)

seseorang yang berprofesi sebagai dokter; (2) seorang yang menyenangi
seni, khususnya musik keroncong; (3) seorang yang menyukai hal-hal
yang bersifat konvensional; dan (4) seorang yang mencintai dan
berselingkuh dengan Rohayah, sahabat masa kecilnya.
Indikasi Sukartono sebagai dokter ditunjukkan oleh hal-hal
sebagai berikut. (1) Pada awal roman ini diceritakan kebiasaan Sukartono
ketika kembali ke rumah, yaitu mencari block-note tempat mencatat
nama-nama pasien (hlm. 15); (2) mengunjungi orang sakit (hlm. 19)
dengan membawa oalies perkakas (hl*. 20), memeriksa pasien dengan

menggunakan stethoscoop (h1*. 21), menuliskan resep obat untuk
diambil pasien di apotik (hlm. 22), menyuruh pasiennya merninum
obat (hlm. 23), dan pasien sembuh berkat obat yang diresepkannya
ftrlm. 28). Nasihat-nasihat gurunya dan pengalarnan selama pendidikan
kedokteran memperkuat penokohan sukartono sebagai seorang
dokter yang disegani dan disukai orang. Perhatikan kutipan-kutipan
berikut ini. Kata gurunya, "Dokter bukan untuk memberi obat saja;
ingatlah ada kalanya kata yang manis lemah lembut iebih mujarab
dari obat mana juapttn," (hlm. 23). "sekarang banyak orang yang
cemburu melihat praktiknya maju, dia disegani lagi disukai orang"
(hlm. 25).
Sesudah menang ujian penghabisary oleh guru besar
dalam ilmu sakit-dalam ia ditanya suka tidak menjadi assistent
supaya dapat pula promoaeeren. Gurunya merasa kecewa
mendengar katanya, dia lebih suka memegang praktik, dari
semata-mata bekerja untuk ilmu tabib (hlm. 25).

L40

SINTESIS Vol.6 No.2, Oktober 2008

Dokter Sukartono adalah seorang yang menyenangi seni,
khususnya musik keroncong. Musik keroncong adalah sebuah jenis
musik tradisional khas Indonesia, yang terutama disukai golongan
berusia lanjut. Kesukaan pada seni membuat banyak temannya meragukan
apakah dirinya marnpu menjadi dokter atau tidak. "Sebagat mahasiswa

kedokteran, Sukartono lebih suka seni/menyanyi dari pada pelajaran"
(hlm. 24). Hal ini tampak jelas pula dalam kutipan berikut.
Waktu masih menuntut pelajaran di sekolah Geneeskundige
Hooge School di Betawi, tiada sedikit kawan-kawan dokter
Sukartono yang memastikan, dia tiada akan sampai ke ujian
penghabisan. Dia tiada cakap jadi dokter, terlalu suka akan
lagu, akan seni" (hlm. 24).

Penataan ruang praktik dokternya menunjukkan cita rasa seni itu,
dengan menempatkan'tustel radio' untuk menyenangkan hati tamunya
dengan memperdengarkan lagu-lagu. Kawannya yang pernah masuk
kamar itu tentu tertawa berolok-olok, "Tono, ini bukan kamar dokter,
tapi kamar anak gadis" (hlm. 26).
Ketika menghidupkan radio, Kartono pun mencari lagu keroncong.
"Dia pergi bersandar pada meja tulisnya. Suara terhenti. Kata omruper:
Sehabis ini akan diperdengarkan suara Siti Hayati dari piring hitam
dengan lagu: Ingat aku" (hlm. 62). Kartono sangat menikmati suara
Siti Hayati, penyanyi pujaannya, yang baru saja menang dalam
festival Jaarbeurs Bandung (hlm. 62-63).
Meskipun berprofesi sebagai seorang dokter, Sukartono dipilih
sebagai salah satu juri dalam festival Concours Kroncong Perempuan
di Gedung Pasar Gambir (hl*. 127). Dalam konser ini, tampil pula
kelompok Kembang Mekar dengan penyanyi Siti Hayatt (\27-128),
yang mendapat sambutan meriah pennonton dan keluar sebagai
pemenang pertama.
Kesukaan Sukartono pada musik tradisional ini berkaitan erat

pula dengan penghargaannya yang tinggi terhadap nilai-nilai
konvensional. Permenungan Sukartono atas ucapan seorang ibu,
prasiennya, tentang 'tanda cinta dan setia' seorang istri menunjukkan
hasratnya untuk memiliki seorang istri yang 'konvensional'.
Perhatikan kutipan berikut ini.
Hak perempuan ialah mengurus anak suaminya, mengurus

rumah tangga. Tak tahukah perempuan sekarang, kalau dia
bersimpuh di hadapan suaminya akan menanggalkan sepatunya, bukankah itu tanda kasih, tanda setia? (hlm.17);

l-

Yoseph Yapi Taum , Pemaknaan Belenggu Dengan Tari

hn.."

L4lt

Di mata sukartono, Rohayah (Ny. Eni) adalah seorang perempuan
sejati (hlm. 32), sesuai dengan angan-angannya: karena dia "menanggalkan dan menyangkutkan baju, berlutut di hadapan sukartono, terus
clitanggalkannya sepatunya, dipasangkannya sandal yang diambilnya
dari bawah kerosi" (hlm. 34-35). Hal initah yang sesungguhnya dielambakan sukartono dari seorang istri. "Kartono merasa seolaholah tercapai cita-citanya, merasa bahagia di dalam hatinya karena
c{ipelihara demikian. Yang demikian sudah lama dinanti-nantinya"
(hlm. 35). Berjumpa dengan Rohayah membangkitkan kembali mimpinva akan masa lampau dengan pemandangan alam yang indah (hlm.
35). Hal itu membuat Tono berketetapan hati tak akan meninggalkan
Rohayah.
Pada ketika yang demikian, tangan Kartono mengapusapus kepala Yah, tahulah Kartono, dia tiada akan meninggalkan Yah, tiada akan sampai hatinya meninggalkan di4 sebatang
kara, di lautan kehidupan yang banyak bencana ini, membiarkan dia lagi mengalami yang sudah dialaminya t yarrg
rupanya sangat berbekas dalam hatinya (Hm. 2).

Tono pada akhirnya berketetapan hati untuk memilih Rohayah
sebagai istrinya. Ketika Tini pun memberikan kesempatan itu, justru
Tono kehilangan kedua perempuan tersebut: Tini dengan minat, gaya,

dan nilai-nilai modernnya dan,Rohayah dengan minat, gaya, dan
nilai-nilai tradisionalnya. Keduanya tidak dimilikinya.

4,2.2 Sumartini
Sumartini dalam roman ini digambarkan sebagai seorang (1)
aktivis perempuan (2) yang tidak berbahagia bersama suaminya
sukartono; (3) ratu pesta yang cantik; dan (a) keperawanannya diambil
oleh Hartono ketika dia masih menjadi mahasiswa.
Indikasi sumartini sebagai seorang aktivis perempuan terlihat
dalam berbagai aktivitas. Tini pandai menerima dan melayani tamu
dalam beibagai acarasosial, termasuk bazzar yang mereka rll"r'rggurukan. Tini juga menjadi utusan mengikuti Kongres Perempuan seumumnya di Solo (hlm. 102). Sebagai seorang aktivis perempuan yang
memperjuangkan hak dan kedudukan wanita sama dengan kaum
laki-laki, watak Tini berbanding terbalik dengan Rohayah. Tini tidak
suka menyembah-nyembatr, berlutut di muka suami (hlm. 37). Sikap
Tini terhadap Tono sudah keterlaluan.

L42 SIiITESIS

Vol.6 No.2, Oktober 2008

Tini masuk ke kamar tidur, pintu ditutupnya keras-keras,
kedengaran dikunci dari dalam, sebentar lagi kedengaran
badan terempas dalam tempat tidur. Sukartono terduduk.
Malam itu dia tidur di sofa (hlm.37).

sikap dan prinsip hidup Tini justru membuat Tono semakin
terikat secara emosional dengan Rohayah. Sumartini sesungguhnya
tidak sejalan lagi dengan Dokter Sukartono. Hal ini ditunjukkan sejak
awal penceritaan roman ini. "Tini dan Kartono tiada sepasang" (hl-.
a5;86).
Perbedaan

dan konflik antara Tono dan Tini itu sekaligus
memperlihatkan perbedaan paham dan pandangan mengenai nilainilai lama dan baru. Perhatikan perbedaan yang tajam antara nilainilai lama dan baru dalam percakapan berikut ini.
"Memang Tini, kita berlainan paham...."
"Seperti langit dan bumi,Ibu!"

'Aku bukan terlalu kolot."
Tini tertawa: "Sayayang terlalu modern!"

"Memang Tini!' Kemudian disambungnya dengan
sungguh-sungguh: "Kalau di mata kami, tiada baik kalau
seorang isteri banyak-banyak keluar malam, tidak ditemani
suaminya!" Matanya memandang,muka Tini dengan tajam.
(htm.56-57).

sebagai seorang aktivis perempuan'Tini tenfu sangat menentang
pandangan Ny. Rusdio, orang dekat sukartono. Dalam sebuah konser
bazzar, sumartini memainkan lagu Beethoven, yang dikritik oleh
Sumardi.

Nyonya-nyonya dan tuan-tuan akan mendengar lagu
yang belum pemah didengar telinga Indonesia, memang
ny\onya-nyonya dan tuan-tuan, yang belum pernah mendengar
di tanah tumpah darah kita ini. Diharap nyonya-nyonya dan
tuan-tuan memasang telinga selebarlebatnya, telinga... dan

hati juga... sekali-kali jangan disumbat, Mula-mula

akan
diperdengarkan lagu, eh, etu susah menyebutnyalaga,,' tuant
Sumardi menggaruk kepalanya, "Sonat, eh sonate, bukan sate,
lo (pubtik tertawa) Beethoven" (hlm.92).

Kutipan tersebut menunjukkan dua hal penting. pertama, Tini
memang berpegang ada nilai-nilai modern. Kedua kebanyakan

Yoseph YapiTaum, Pemaknaan Be/enggu Dengan Teori dan... 143

hadirin yang merepresentasi masyarakat luas, lebih menyukai lugolagu dari tanah air sendiri.
Perhatikan kelanjutan adegan tersebut, yang memperlihatkan
cara pandang Tini yang'modern'.
"Memang, Ibu! Jalan pikiran kita berlainan. Aku berhak juga
menyenangkan pikiranku, menggembirakan hatiku. Aku
manusia juga berkemanuan sendiri. Kalau menurut pendapat
Ibu, kemauanku mesti tunfuk kepada kemauan suamiku.
Bukan Ibu, bukankah demikian? Kami masing-masing
berkemauan sendiri-sendiri.

.

Kalau dia pergi seorang diri, tiada sempat menemani aku,
mengapa aku tiada boleh pergi seorang diri menyenangkan
hatiku?"
"Kalau kami, kaum kolot, kami tinggal saja di rumah."
"Eh, sebagai barang simpanary berbedak dan berpakaian
bersih-bersitu sekali setahun dijemur di luar. Menanti suami
sampai suka membawa keluar." Dia berhenti sejurus, lalu
katanya dengan tetap: "Kami lairu kami bimbing nasib kami
sendiri, tiada hendak menanti rahmat laki-laki. Memang
rumahku di luar rumah. Memang, di sanalah kami merdeka."
(hlm.57).

Bakat Sumartini bergaul dengan orang banyak sebenarnya
sudah dimulai ketika dia menjadi mahasiswa di Bandung, ketika dia
belum kawin, dipuja dan dipuji anak-anak muda sebagai Ratu Pesta.
Sukartono mengagumi kecantikan Sumartini: " ..ah, alangkah cantiknya,
ramping langsir, sikapnya menantang demikian itu." Dalam hatinya ia
gembira akan kecantikan istrinya itu (hlm. 19). Sayang sekali,
Sumartini sudah kehilangan kasih sayangnya terhadap lelaki sejak
keperawanannya direnggut oleh Hartono. Hal itulah yang membuat
perkawinannya dengan Kartono tak dapat dipertahankan lagi.

Tibatiba Hartono berdiri, katanya dengan gembira: "Pop!
Tono cinta padamu..., mengapa tidak engkau ingat nasibnya?"
Ujar Tini dengan sungguh-sungguh, "Karena dialah... kasih
sayangnya membuat aku takut, bimbang, hatiku layu, menjadi
kusut di dalam hatiku bertambah hampa...tidak ada yang
dapat kuberikan padanya, lain dari pasir belaka, padang pasir,
padang pasir, tiada kasih sayang tempat bernaung, ... padahal
itulah dia perlu. Kasih sayang.... Tidak ada apa-apa padaku,
aku kosong belaka...." (hlm. 126).

L44 SINTESIS Vol.6 No.2, OKober

2008

4.2.3 Siti Rohayah
Siti Rohayah dalam roman ini memiliki dua nama samaran/
yaitu Nyonya Eni (sebagai tokoh pelacur yang hidup dari hotel ke
hotel) dan Siti Hayati (penyanyi keroncong yffirg sangat terkenal). Dia
adalah (1) sahabat masa kecil Sukartono di Bandung; (2) seorang
pelacur, dan (3) sangat mencintai Sukartono dan sebaliknya Sukartono
juga sangat mencintatnya; (4) seorang penyanyi keroncong.
Rohayah, yang mula-mula memperkenalkan diri sebagai Ny.
Eni, adalah sahabat masa kecil Sukartono. Hal ini baru diketahuinya
setelah bergaul akrab dengan Ny. Eni, tanpa mengetahui identitas
dirinya yang sebenarnya. "Engkaulah Rohayah? Rohayah kawanku
dahulu?" (hlm.51).
Mereka keduanya diam sejurus, sama-sama merenung ke
waktu dahulu. Mereka berpandang-pandangan, sama tahu,
ingatan sama-sama sejalan, setujuan, ke tempat dahulu, ke
Bandung, dua buah rumah berdekatan, pekarangannya oleh
pagar tumbuh-tumbuhan rendah, sampai dada mereka saja,
tidak menjadi alangan bercakap-cakap....mereka berbeda kelas
tiga tahun. Kartono dan Yah tersenyum sama-sama senang
(hlm.52).

Indikasi Rohayah sebagai seorang pelacur terlihat dalam berbagai
hal sebagai berikut. (1) Ketika pertarna kali bertemu dengan Dokter
Sukartono, secara sengaja Rohayah menyingkapkan kimononya (hlm.
22). Secara sengaja Yah menggoda Tono karena sudah lama ingin
kawin dengan dokter (hlm. 39). Royahah bukanlah perempuan'baikbaik' seperti dalam pandangan umum, karena dia milik banyak orang.
Dia adalah seorang bekas pelacur. Ada banyak indikasi yaog menunjukkan bahwa Rohayah adalah pelacur.
Memang pada mul arrya, sesudah diketahuinya Yah
perempuan orang banyak, Kartono marah-marah dalam hatinya.
Sampai di rumah ditetapkannya hatinya tiada akan bersua lagi

(hh.43).

Kisah

awal mula keterlibatan Rohayah dengan dunia prostitusi
baru mulai dikisahkan pada halaman-halaman tengah (hl-. 53-55).
Sepeninggalnya Sukartono untuk bersekolah MULO di Surabaya
Rohayah dikawinkan dengan lelaki tua yang berbeda usia 20 tahun
dan dibawa ke Palembang. Dia melarikan diri ke Betawi, pulang ke
Bandung orangtuanya sudah meninggalnya, maka jadilah dia pelacur
yang hidup berpindah-pindah dari hotel ke hotel. Sempat menjadi

Yoseph YapiTaum , Pemaknaan Belenggu Dengan Teori dan ... L45

nyai Belanda selama tiga tahun tetapi dia tidak tahan dan kembali
menjalani kehidupan sebagai pelacur.
Ketika sudah diketahui masa lalunya sebagai seorang pelacur,
selalu ada ketakutan dalam diri Rohayah. Perhatikan pertanyaan
Rohayah berikut, "Engkau takut ketahuan orarrgt engkau bergaul
dengan perempuan seperti aku. Bukankah demikian,. Tono?" (hlm.
47). "Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi
bernoda?" (hlm.51).
Sebaliknya, Sukartono tidak menganggapnya sebagai pelacur
dan bertekat mencintainya.
"Sebenarnya," kata Tono sambil berdiri, "sebenarnya aku
tidak percaya engkau perempuan jalan raya." Dipegang Tono
kedua belah bahu Yah: "Mengapa Yah, engkau tiada akan
kulepas lagi." (hlm. 49).

Dalam roman ini, dikisahkan bahwa Rohayah sangat mencintai
Sukartono dan sebaliknya Sukartono juga sangat mencintai Rohayah.
Berkali-kali Rohayah menyapa Sukartono sebagai "suamiku'. 'Ah,
suamiku, janganlah berpikir panjang-panjang," 'Benar suamiku, lagu
lama, lakon larna." (hh. a8).
Salah satu bakat Rohayah dalam bidang seni adalah menyanyi
lagu keroncong yang sangat populer. Sebagai penyanyi keroncong,
Rohayah menggunakan nama samaran Siti Hayati. Sebagai penyanyi
keroncong yal.,tg dikagumi banyak orang,, Royahah menunjukkan prestasi
nyata. (1) Sudah ada lagu-lagunya yang beredar dalam piringan hitam
dan digemari masyarakat luas, termasuk dr. Sukartono; (2) Siti Hayati
adalah pemenang festival keroncong dalam Jaarbeurs Bandung; (3)
Dia juga memenangkan lomba penyanyi keroncong dalam Concours
Kroncong Perempuan di Gedung Pasar Gambir. Melalui lagu-lagu
keroncong Rohayah mengungkapkan harapan dan keinginan jiwanya.
Perhatikan ungkapannya dalam syair lagu keroncong berikut ini, yang
meltrbayangkan masa depan (fore-shadowing) hubungannya dengan
Tono.
Cinta memang tiada lama.
Aku sudah tahu dahulu,
Aku tiadalah rusuh jiwa,
Engkau kekasih sudah berlalu (hlm. 81)

t
L46 SINTESIS Vol,6 No.2, OKober

2008

Kata orang dunia fana,
Tiada yang memang baka,
Aku tiada rusuh di jiwa,
Tiada lagi engkau cinta (hlm.82).

Ketika pergi meninggalkan Tono, Roha;1ah memberinya plaat
gramafoon lagu-lagu keroncong yang drnyanyikannya sendiri. Syair
lagu-lagu tersebut membenarkan bayangannya dalam syair-syair lagu
terdahulu
Dari dulu sudah kutahu,
Kita akan berpisah jua.
Tidak ada tahan waktu,
Semuanya akan berpisahan jua. (hlm. 158)

Dari syair-gyafu lagu keroncong, kita mengetahui pula bahwa
sekalipun mereka berpisah, cinta mereka tidak hilang dari jiwa.
Dari dulu sudahkutahu,
Aku cinta padamu saja.
Selalu engkau dalam kalbuku"
Tidak hil*g dari jiwa (hlm. 158).

r

Dari dulu sudah kutahu,
Cintaku tiada akan mati.

waktu,

Selama masa selama
Ke liang kubur kubawa mati.

i

'..Selamat tinggal, selamat tinggal,
.Jauh di mata di hati bukan,
Kasih hati tidak tanggal
Selalu saja menggetarkan badan (hlm. 159)

Perpisaharmya dengan Sukartono di puncak perjuangarmya
untuk memperebubrya, mewujudkan impiannya bersuamikan seorang
dokter kandas begitu saja. Rohayah meninggalkan Tono menuju New
Caldonia lhembawa kenang-kenangan cinta yang sangat mendalam
dengan Tono.
4.3 Simbol-simbol dalam Belenggu
Yang dimaksudkan dengan symbol (simbol) atau apa yang biasa
disebut tanda (sign proper) adalah suatu tanda yang memiliki hubungan
makna dengan yang ditandakan bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi
suatu lingkungan sosial tertentu. Dalam uraian ini tidak semua simbol
akan dikaji satu per satu. Hanya ada dua kelompok simbol yang akan

Dengan Teori dan "'L47
YosephYapiTaum , Pemaknaan Belenggu

tradisionalitas
diuraikan, yakni: judul loman ini serta simbol-simbol
dan modernitas.

4.9.1. |udul Roman Belenggu
merupakan Prrd.u semiotik pertama
Judut roman ini, "BelenEgp,"
pembaga qada:"b,"th permenungan
yang *u*purriapkan disposisi batin
tokoh+okohnya' Kata
tentang belenggu-belenggu yang- dihadapi
rori',* ini, terutama dikaitkan
,belenggu,
-"*urrg-;;!"aiseUutiatu*
perubahan waktu'
dengan kondisi ?ejiwaan gulu1n menghadapi
berikut ini'
S"Ui'gui ilustrasi, p"thutikutt dua kutipan

dahulu? "' jangan
"Mengapa bergantung kepada zamall
perkara mudah' nanti
dibesar-besarkan, jangan persusah
matikanlah anganpikiran t"r"g"i itblt"igg"'; "Lupakanlah'
nuat apa bergantung pada
angan. t-epaskanlah belenggu itu'
,u^undahulu" (hlm' 125)'
berkembang'
Di dalam hati Hartono' seolah-olah hidup' sama-sama
tinggal fog'
Katanya dengan gembira: "Selamat
kita Pikul beban kita' mari
berani friatp,"ft"ni?upan baru' Mari
(hlm' 126)'
kita buang bul""gg" semangat kita"
dr' Tono' Tini' dan Rohayah'
Ketiga tokoh utama roman ini' yaitu
memliiti belenggu' Dokter Sukartono

tiga
seorang dokter yang
terbelenggu oleh etiia piofesinya sebagai
,moderr{ tetapi batinnya lebih *"rry.rtuimusik,.nilai, dan simbolyarrg terlibat cinta segi

cantik, muda, pandai,
simbol ketradisionalan. Istrinya -sumartini--,
terbelenggu oleh masa
dan peiuang emansipasi wanita' Sumartini
Rohayah, sahabat masa
lalunya yang pernah"ternoda, oleh Hartono.
terbeleng$r oleh statusnya
kecil dan wanita simpanan dokter Sukartono
masyarakat merupakan sesuatu
sebagai seorang p"ru'""r, yangdi mata
aib yang memalukan'
dokter sukartono dnn
Ketika b;;;;;; bebnggu itu diretas dan
Rohayahmendapatpeluang.emasuntukmenikahsecflraresmi(