POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETANOL-AIR DAN FRAKSI N-HEKSAN EKSTRAK ETANOL DAUN ANGGUR Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi Etanol-Air dan Fraksi n-Heksan Daun Anggur (Vitis vinifera L) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETANOLAIR DAN FRAKSI N-HEKSAN EKSTRAK ETANOL DAUN ANGGUR
(Vitis vinifera L) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas
aeruginosa MULTIRESISTEN
NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

AEINNUL YAQIN
K100 100 188

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2014


 

2

POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETANOLAIR DAN FRAKSI N-HEKSAN EKSTRAK ETANOL DAUN ANGGUR

(Vitis vinifera L) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas
aeruginosa MULTIRESISTEN
POTENTIAL ANTIBACTERIAL OF ETHANOL EXTRACT,
ETHANOL-WATER FRACTION AND N-HEXANE FRACTION
ETHANOL EXTRACT GRAPE LEAVES (Vitis vinifera L) AGAINST
Staphylococcus aureus AND Pseudomonas aeruginosa MULTIRESISTANT
Aeinnul Yaqin, Rima Munawaroh dan Ika Trisharyanti D. K.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl.Ahmad Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
Email : aeiyaya@gmail.com
ABSTRAK
Ekstrak tanaman anggur (Vitis vinifera L) terbukti memiliki aktivitas antibakteri. Fraksi
daun anggur diuji pada penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa multiresisten.
Ekstraksi daun anggur dengan maserasi dan etanol 96% sebagai penyarinya dan difraksinasi
dengan metode partisi. Metode difusi disk (Kirby Bauer) sebagai uji antibakteri dan untuk
mengetahui kandungan senyawa dilakukan uji fitokimia. Konsentrasi fraksi etanol-air, fraksi
n-heksan dan ekstrak etanol yang digunakan pada bakteri P. aeruginosa multiresisten adalah
100 µg/disk, 200 µg/disk, 300 µg/disk, 400 µg/disk, dan 500 µg/disk sedangkan untuk bakteri
S. aureus multiresisten konsentrasi fraksi daun anggur yang digunakan adalah 100 µg/disk

sampai 1000 µg/disk. Hasil uji diperoleh bahwa fraksi etanol-air dan fraksi n-heksan
memiliki aktivitas antibakteri pada P. aeruginosa multiresisten namun tidak memiliki
aktivitas pada S. aureus multiresisten. Kandungan senyawa yang terdapat pada fraksi etanolair dan fraksi n-heksan sama yaitu fenolik, flavonoid dan terpenoid.
Kata kunci: Vitis vinifera L., Staphylococcus aureus multiresisten, Pseudomonas aeruginosa
multiresisten.
ABSTRACT
Extract of grapes (Vitis vinifera L) has been shown have antibacterial activity.
Fraction grape leaves tested in this study to determine the antibacterial activity against
bacterial growth of Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa multiresistant.
Grape leaves extraction by maceration with ethanol 96% and fractionated by the partition
method. Disk diffusion method (Kirby Bauer) as antibacterial test and phytochemical
screening test to know the content of fraction of grape leaves. The concentration of ethanolwater fraction, n-hexane fraction and ethanol exstract used in P. aeruginosa multiresistant
bacteria is 100 µg/disc, 200 µg/disc, 300 µg/disc, 400 µg/disc and 500 µg/disc while for S.
aureus multiresistant concentration fraction use is 100 - 1000 µg/disc. The test result is
ethanol-water fraction and n-hexane fraction has antibacterial activity in P. aeruginosa
multiresistant but has no activity on S.aureus multiresistant. Compounds contained in
ethanol-water fraction and n-hexane fraction same that is phenolic, flavonoids and
terpenoids.
Keywords : Vitis vinifera L., Staphylococcus aureus multiresistant, Pseudomonas aeruginosa
multiresistant.


 

PENDAHULUAN
Tanaman sering digunakan sebagai salah satu sumber obat alternatif (Islam, et.al.,
2011), misalnya penggunaan beberapa tanaman sebagai alternatif antibakteri (Askari et al.,
2012). Tanaman anggur (Vitis vinifera L.) dapat digunakan untuk alternatif antibakteri.
Ekstrak etanol daun anggur mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) pada penelitian secara invitro terhadap bakteri Gram positif yaitu
Staphylococcus aureus 0,98±0,16 mg/mL (Abramovic, et al., 2012) dan Staphylococcus
aureus multiresisten 50 µg/mL (Askari et al., 2012). Penelitian Askari et al. (2012) juga
menunjukan adanya KHM terhadap bakteri Gram negatif Pseudomonas aeruginosa 50
µg/mL. Parekh et al. (2006) menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun anggur mampu
memberikan zona hambat terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa (11 mm) dan
Staphylococcus aureus (15 mm).
Pada penelitian kepekaan bakteri terhadap antibiotik didapatkan data resistensi pada
Pseudomonas

aeruginosa sebesar 100% terhadap antibiotik siprofloksasin, imipenem,


sefotaksim (Haghi et al., 2010), ampisilin, amoksisilin-klavulanat (Kalalo et al., 2006). Hasil
yang sama juga didapat pada bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus
mempunyai enzim pengurai antibiotik (Pratiwi, 2008) yang menyebabkan resistensi sebesar
100% terhadap golongan penisilin, kloramfenikol, siprofloksasin (Refdanita et al., 2004),
kotrimoksazol, ceftazidim (Haghi et al., 2010) dan sebesar 50,2% resisten terhadap metisilin
(Eksi et al., 2011).
Guna melengkapi data antibakteri dari daun anggur berdasarkan fraksi dengan kandungan
senyawa yang lebih sederhana dari ekstrak maka perlu dilakukan uji antibakteri pada fraksi
daun anggur terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa multiresisten
serta uji untuk senyawa yang terkandung dalam fraksi daun anggur.
METODE PENELITIAN
Alat

: Neraca analitik, vacuum rotary evaporator, waterbath WNB-14, mikroskop,

autoklaf, oven, Laminar Air Flow, inkubator, inkubator shaker dan alat-alat gelas.
Bahan

: Daun anggur yang diperoleh dari kota Kartasura. Bakteri Staphylococcus


aureus dan Pseudomonas aeruginosa multiresisten yang diperoleh dari RSUD DR. Moewardi
Surakarta; paper disc, disc antibiotic, media KIA (Kligler Iron Agar), media LIA (Lysine
Iron Agar), media MIO (Motility Indol Ornithine), media MSA, media Mueller Hinton (MH),
media Brain Heart Infusion (BHI), standar Mc. Farland (konsentrasi 1,5x108 CFU/mL)
normal salin (NaCl 0,9%); aqudest, alkohol 70% (Teknis), alkohol 96% (PA), n-heksan dan


 

etil asetat; Cat Gram A, cat Gram B, cat Gram C, dan cat Gram D; silica gel GF254,
kloroform, etanol serta pereaksi penampak bercak (sitroborat, FeCl3, Dragendorff, dan
anisaldehid), asam sulfat; asam klorida pekat (PA), etanol 95% (Teknis), magnesium, asam
sulfat pekat (PA), kloroform (PA) dan FeCl3 1%.
Jalannya Penelitian :
Ekstraksi dan Fraksinasi
Ekstraksi dilakukan dengan maserasi. 3000 g simplisia daun anggur dimasukkan ke
dalam 22500 mL etanol 96% dan didiamkan selama 5 hari pada wadah stainless stel, tertutup
rapat dan sering kali diaduk. Kemudian disaring dengan corong Buchner. Ampasnya
dimaserasi dengan perlakuan sama. Maserat kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator
(suhu 60oC) dan terbentuk ekstrak etanol daun anggur.

Fraksinasi dilakukan dengan cara; 100 mL etanol : air (1:1 v/v) ditambah 10 gram ekstrak
pekat aduk sampai larut, partisikan dengan 100 mL n-heksan. Partisi dilanjutkan antara fase
etanol-air dengan etil asetat. Fase etanol-air yang tak larut etil asetat disebut fase polar.
Fraksi-fraksi kemudian dipekatkan. Hasil fraksi n-heksan dan fraksi etanol-air digunakan
untuk uji aktivitas antibakteri.
Pengecatan Gram bakteri
Diambil bakteri dengan ose diratakan pada obyek gelas dan dibebaslemakkan dengan
dipanasi kemudian ditetesi formalin 1%. Setelah kering preparat dicat dengan digenangi
dengan cat Gram A, cat dibuang tanpa dicuci dengan air. Cat Gram B diteteskan pada
preparat, cat dibuang dan dicuci dengan air. Preparat kemudian ditetesi cat Gram C sampai
warna cat dilunturkan. Preparat selanjutnya digenangi cat D dicuci dan dikeringkan dalam
udara kamar. Preparat siap diperiksa di bawah mikroskop (1000x).
Uji biokimiawi
Pada bakteri Pseudomonas aeruginosa digoreskan pada media KIA, LIA dan MIO.
Sedangkan Staphylococcus aureus digoreskan pada media MSA, diinkubasi selama 18-24
jam pada suhu 37ºC.
Uji aktivitas antibakteri
Dua ratus mikroliter suspensi bakteri 1,5x108 CFU/mL dimasukkan ke dalam media MH
padat dan diratakan dengan spreader glass steril. Sepuluh mikroliter dari masing-masing seri
konsentrasi fraksi etanol-air dan fraksi n-heksan ekstrak etanol daun anggur, serta etanol 96%

sebagai kontrol negatif diteteskan ke dalam disk kosong yang telah diletakkan di atas media


 

dan disk antibiotik sebagai kontrol positif. Cawan petri diinkubasi pada temperatur 37oC
selama 18-24 jam, kemudian dilakukan pengamatan dengan mengukur diameter zona hambat.
Uji Fitokimia
a.

Uji tabung

1) Identifikasi Golongan Senyawa Alkaloid
Larutan uji hasil ekstraksi dibasakan dengan larutan amonia 10%, kemudian larutan basa
diekstraksi dengan kloroform, ekstrak kloroform diasamkan dengan HCl 1N, kemudian
asam dipisahkan dan uji dengan pereaksi Dragendorff, warna jingga menyatakan adanya
alkaloid (Harborne, 1987).
2) Identifikasi Golongan Senyawa Fenol
Larutan uji hasil ekstraksi dimasukan dalam tabung reaksi, selanjutnya ditambahkan
pereaksi FeCl3 dalam larutan etanol. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya warna

hijau, merah ungu, biru dan hitam (Tiwari et al., 2011).
3) Identifikasi Senyawa Flavonoid
Larutan uji hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi butiran logam
Mg dan larutan HCl 2N. Campuran ini dipanaskan selama 5-10 menit, setelah dingin
disaring, kedalam filtrat ditambahkan amil alkohol di kocok kuat-kuat, warna merah atau
jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid (Harborne, 1987).
4) Identifikasi Gologan Senyawa Terpenoid
Larutan uji hasil ekstrak sebanyak 5 mL dicampur dengan 2 mL kloroform. Kemudian
ditambahkan dengan hati-hati 3 mL H2SO4 pekat. Terbentuknya warna coklat kemerahan
pada permukaan dalam larutan, menunjukkan adanya terpenoid (Edeoga et al., 2005).
b. KLT
Fase gerak yang digunakan untuk mengelusi ekstrak etanol daun anggur adalah etil
asetat: as. format : air (90:5:5 v/v) dan untuk fraksi n-heksan daun anggur digunakan fase
gerak n-heksan : etil asetat (1:1 v/v). Jarak pengembangan adalah 5 cm. Hasil kromatografi
yang diperoleh diamati pada UV 254 nm dan UV 366 nm dideteksi dengan beberapa FeCl3,
Dragendorff, sitroborat dan anisaldehid-asam sulfat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi dan Fraksinasi
Pembuatan fraksi dimulai dengan menyari simplisia dan kemudian


hasil ekstraksi

tersebut difraksinasi dengan metode partisi cair-cair.


 

Metode penyarian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi. Metode
ini cocok untuk ekstraksi awal dan massal. Hasil yang diperoleh adalah rendemen sebesar
14,73%, yaitu dari 3000 g simplisia kering daun anggur menghasilkan 441,89 g ekstrak
Hasil dari fraksinasi dengan n-heksan diperoleh rendemen 12,48%, untuk fraksinasi
dengan etil asetat diperoleh rendemen sebanyak 20,14% dan fraksi etanol-air rendemen yang
diperoleh adalah 2,94%.
Identifikasi Bakteri
Perbedaan warna antara bakteri Gram positif dan Gram negatif karena perbedaan struktur
dinding sel. Pada dinding sel bakteri Gram positif banyak mengandung peptidoglikan yang
akan mengikat kuat cat Gram A sedangkan pada Gram negatif dinding sel lebih banyak
mengandung lipopolisakarida yang akan meluruhkan cat Gram A saat dicuci dengan alkohol
(Pratiwi, 2008). Bulat menggerombol dengan warna sel ungu adalah hasil pengecatan Gram
pada bakteri S. aureus dan P. aeruginosa berbentuk batang dan berwarna merah (Gambar

2).
Uji biokimia dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri S. aureus dan P. aeruginosa
dengan media MSA, KIA, LIA dan MIO.

Gambar 2. Hasil pengecatan bakteri S. aureus (A) dan P. aeruginosa (B)

Gambar 3. Hasil Uji Identifikasi Bakteri S. aureus Menggunakan Media Manitol Salt Agar (MSA).
Terjadi perubahan warna media menjadi kuning (B) dari warna merah sebagai kontrol (A)

MSA (Manitol Salt Agar) merupakan media yang digunakan untuk mengidentifikasi
species micrococcus seperti S.aureus. Bakteri S. aureus dapat hidup pada media dengan
kadar garam yang tinggi dan akan membentuk warna kuning pada media MSA karena bakteri


 

tersebut mampu memfermentasi manitol. Hasil percobaan terjadi perubahan warna menjadi
kuning menunjukkan bakteri adalah S.aureus (Gambar 3).
Hasil menunjukkan pada media KIA (Kligler Iron Agar) tidak terjadi perubahan warna
yaitu tetap merah karena P. aeruginosa tidak dapat memfermentasi glukosa dan tidak

memproduksi H2S dengan tidak terbentuknya warna hitam pada media KIA (Gambar 4).
Pada media LIA (Lysine Iron Agar) bagian tegak dan miringnya berwarna ungu, hal ini
menunjukkan bahwa terbentuk suasana basa dan bakteri mendekarboksilasi lisin (Gambar 4).
Pada media MIO (Motility Indol Ornithine) terjadi perubahan warna menjadi ungu yang
menunjukkan terjadi reaksi dekarboksilasi ornitin dan bakteri dapat bergerak (Gambar 4).
P. aeruginosa tidak dapat memfermentasi glukosa, tidak memproduksi H2S, suasana basa,
bakteri mendekarboksilasi lisin, melakukan reaksi dekarboksilasi ornitin, bakteri dapat
bergerak (Jawetz et al., 2005).

Gambar 4. Hasil uji identifikasi bakteri P. aeruginosa menggunakan KIA, LIA, MIO

Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi (Kirby Bauer), kontrol
negatif etanol 96% dan kontrol positif yang digunakan adalah antibotik meropenem.
Tabel 2. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi etanol-air dan fraksi n-heksan daun anggur
terhadap P. aeruginosa multiresisten
Konsentrasi
(µg/disk)
100
200
300
400

Fraksi etanol-air
12 ± 2,6*
12.5± 1,3*
12,6 ± 0,6*
13,6 ± 0,3*

Diameter zona
hambatan (mm)
Fraksi n-heksan
13 ± 2*
14,6 ± 3,8*
15,3 ± 4*
16,3 ± 3,5*

500

14,5 ± 0,9*

17 ± 3,4*

Meropenem
15 ± 0
14,6 ± 0.6
10µg/disk
23 ± 2,1*
24,2 ± 1,04*
Etanol 96%
Keterangan : diameter disk = 6 mm , * Zona irradikal, - Tidak ada zona hambat

Ekstrak etanol
13,2 ± 1,3*
12,1 ± 2,3*
16,7 ± 5,06*
18
19 ± 7,4*
18
14,25 ± 1,8*
14 ± 1,3
20,3 ± 0,6*
-

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa fraksi etanol-air, fraksi n-heksan
dan ekstrak etanol daun anggur memiliki zona hambat terhadap bakteri P. aeruginosa

 

multiresiten dibandingkan dengan kontrol negatif menunjukan adanya aktivitas antibakteri
(Tabel 2).

Gambar 5. Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi etanol-air (a), fraksi n-heksan (b) dan ekstrak etanol (c)
terhadap bakteri P. aeruginosa multiresisten pada konsentrasi 100 µg/disk (1), 200 µg/disk
(2), 300 µg/disk (3), 400 µg/disk (4), 500 µg/disk (5), K- (6), K+ (7).

Ekstrak etanol daun anggur pada konsentrasi 400 µg/disk dapat membuat zona hambat
radikal 18 mm dan zona irradikal sebesar 19±7,4 mm. Sementara pada konsentrasi yang sama
fraksi etanol-air hanya bisa memberikan zona irradikal sebesar 13,6±0,3 mm dan fraksi nheksan juga hanya membuat zona irradikal dengan diameter 16,3±3,5 mm. Apabila
dibandingkan secara deskriptif, ekstrak etanol daun anggur memberikan aktivitas antibakteri
yang paling baik dibandingkan dengan fraksi etanol-air ataupun fraksi n-heksan daun anggur
pada konsentrasi yang sama (Tabel 2). Dibandingkan dengan kontrol positif yaitu
meropenem, maka ekstrak etanol, fraksi etanol-air dan fraksi n-heksan daun anggur
potensinya sebagai antibakteri lebih kecil daripada meropenem. Dapat disimpulkan bahwa
fraksi dan ekstrak daun anggur memiliki aktivitas antibakteri terhadap

P. aeruginosa

multiresisten namun potensinya lebih rendah dari Kontrol positif.
Pada bakteri S. auerus multiresisten, konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk uji
adalah 100-500 µg/disk sedangkan untuk fraksinya digunakan konsentrasi 100-1000 µg/disk.
Hasil pengujian terhadap bakteri S.auerus multiresisten (Tabel 3), tidak ada aktivitas
antibakteri fraksi daun anggur dan aktivitas antibakteri terdapat hanya ekstrak etanol. Bila
dibandingkan dengan kontrol positif meropenem maka ekstrak etanol daun anggur memiliki
potensi antibakteri yang lebih kecil daripada antibiotik meropenem.
Hasil menunjukan bahwa baik fraksi etanol-air maupun n-heksan daun anggur tidak
poten digunakan sebagai antibakteri dibandingkan dengan ekstrak etanol daun anggur. Efek
komplementer pada ekstrak akan membuat aktivitasnya lebih besar dibanding dengan efek
senyawa terpisah pada fraksi.


 

Tabel 3. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi etanol-air dan fraksi n-heksan daun anggur
terhadap S. aureus multiresisten.
Diameter zona
Konsentrasi
hambatan (mm)
(µg/disk)
Fraksi etanol-air
Fraksi n-heksan
Ekstrak etanol
100
8,6 ± 2,6*
200
12,5 ± 2,3*
300
13,3 ± 2,5*
400
15,3 ± 4,2*
500
18 ± 4,3*
X
600
X
700
X
800
X
900
X
1000
Meropenem
10,3 ± 0,6
10 ± 0
12,3 ± 3,05
10µg/disk
23 ± 2,6*
24 ± 1,7*
28,6 ± 8,08*
Etanol 96%
Keterangan : diameter disk = 6 mm , * Zona irradikal, - Tidak ada zona hambat, x tidak dilakukan.

Gambar 6. Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi etanol-air (a), fraksi n-heksan (b) dan ekstrak etanol (c)
terhadap bakteri S. aureus multiresisten pada konsentrasi 100 µg/disk (2), 200 µg/disk (3), 300
µg/disk (4), 400 µg/disk (5), 500 µg/disk (6), K- (1), K+ (7).

Hasil penelitian, ekstrak daun anggur memiliki diameter zona hambat lebih besar pada
bakteri P. aeruginosa dibandingkan pada bakteri S. aureus. Hal itu menurut Radji et al.,
(2009) bakteri P. aeruginosa adalah bakteri yang sensitif terhadap fenol sehingga efek
antibakteri (fraksi etanol-air, fraksi n-heksan dan ekstrak etanol daun anggur) yang kaya
akan fenol akan lebih efektif.
Ekstrak daun anggur pada penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan dengan Askari et al., (2012) dan  Abramovic et al., (2012) maka ekstrak daun
anggur pada penelitian ini memiliki aktivitas yang lebih kecil karena hanya membentuk zona
irradikal dan hanya beberapa zona radikal.
Uji Fitokimia
1. Uji tabung
Hasil pada menunjukan bahwa pada fraksi etanol-air, Fraksi n-heksan dan ekstrak etanol
daun anggur mengandung senyawa fenol, flavonoid dan terpenoid, namun negatif
mengandung alkaloid.


 

Tabel 4. Hasil uji skrining fitokimia dengan uji tabung
Perubahan warna
Ektrak Etanol daun

Fraksi polar daun

Fraksi nonpolar daun

anggur

anggur

anggur

Tidak ada endapan (-)

Tidak ada endapan (-)

Tidak ada endapan (-)

Senyawa fenol

Hitam (+)

Hijau kehitaman (+)

Hijau kehitaman (+)

Senyawa flavonoid

Kuning (+)

Oranye (+)

Oranye (+)

Senyawa terpenoid

Coklat kemerahan (+)

Coklat kemerahan (+)

Coklat kemerahan (+)

Uji fitokimia
Senyawa alkaloid

2.

KLT
Pereaksi semprot Dragendorff digunakan untuk mendeteksi alkaloid dengan warna

coklat (komplek kalium- alkaloid) (Svehla, 1990), adanya warna hitam dengan pereaksi
FeCl3 menunjukan adanya fenolik (tanin) (Harborne, 1987). Deteksi senyawa terpenoid
dilihat dari hasil panyemprotan dengan anisaldehid-H2SO4, warna yang dihasilkan adalah
warna biru (Santosa, 2005). Warna hijau kekuningan akan terbentuk pada sitroborat
flavonoid (Alam et al., 2012).
Tabel 5. Hasil uji Kromatografi Lapis Tipis terhadap ekstrak etanol daun anggur dengan fase gerak etil
asetat: as. format : air (90:5:5 v/v) dan fase diam Silica gel GF 254 (jarak elusi 5 cm).
Pereaksi Semprot
hRf
UV 254
UV 366
Perkiraan
Anisaldehid–
Bercak
Sitroborat
Dragendorff
FeCl3
Senyawa
asam sulfat
1
46
Coklat
Coklat
Alkaloid
2
50
Pemadaman
Merah
Hijau
Coklat
3
70
Kuning
Coklat
Coklat
Kuning
Alkaloid,
gelap
kehijauan
Flavonoid
4
86
Pemadaman
Merah
Hitam
Coklat
Hijau
Fenol
5
90
Merah
Coklat
Oranye
Tabel 6. Hasil uji Kromatografi Lapis Tipis terhadap fraksi nonpolar daun anggur dengan fase gerak nheksan : etil asetat (1:1 v/v) dan fase diam Silica gel GF 254 (jarak elusi 5 cm).
Pereaksi Semprot
Bercak

hRf

1
2
3

40
42
50

4
5
6
7
8
9

66
70
78
84
92
96

UV 254

UV 366

Dragendorff

FeCl3

Anisaldehid–
asam sulfat

Hijau Biru
Pemadaman Merah
Pemadaman
Merah

Hijau

Hitam

-

Pemadaman Merah
Pemadaman Merah
Hitam
Pemadaman Hijau Biru
Merah
Merah

Hijau
Hijau
Hijau
-

Hitam
Hitam
-

Coklat
Coklat

Sitroborat

Perkiraan
Senyawa

Oranye
Kuningkehijauan
Merah
-

Fenol,
Flavonoid
Fenol
Fenol
-

Dari hasil yang didapat pada uji KLT menunjukan senyawa alkaloid pada ekstrak etanol
dengan adanya bercak coklat pada hRf 46 dan 70. Bercak hitam pada hRf 86 ekstrak etanol

 

dan fraksi n-heksan daun anggur (hRf 50, 66 dan 70) yang menandakan adanya senyawa
fenolik. Warna hijau hingga oranye hRf 70, 86, 90 pada fraksi n-heksan dan hRf 50 pada
ekstrak etanol membuktikan adanya senyawa flavonoid. Belum ditemukannya fase gerak
yang tepat dan tidak diperoleh pemisahan yang optimal, KLT fraksi etanol-air daun anggur
tidak dilakukan.
Dari hasil uji fitokimia dapat disimpulkan bahwa ada beberapa senyawa yang
kemungkinan dapat bertanggungjawab sebagai agen antibakteri dari ekstrak dan fraksi daun
anggur. Senyawa-senyawa yang diduga adalah fenol, flavonoid, terpenoid dan alkaloid.
Antibakteri senyawa fenolik bekerja melalui beberapa mekanisme, yaitu menyebabkan
kebocoran seluler komponen, merusak mekanisme enzimatik untuk produksi energi dan
metabolisme, mengubah serapan hara dan transpor elektron (Pelczar et al., 2007).
Menurut Dwidjoseputro, 1994 mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri dengan
membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat
merusak membrane sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler.
Mekanisme terpenoid sebagai antibakteri adalah bereaksi dengan porin (protein
transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat
sehingga mengakibatkan rusaknya porin (Cowan, 1999). Mekanisme yang diduga pada
alkaloid adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel
bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian
sel tersebut (Robinson, 1991).
Dalam penelitian hasil yang diperoleh dari uji antibakteri pada daun anggur tidak
diperoleh hasil yang baik dengan tidak didapat potensi antibakteri dari daun anggur maka
disarankan untuk menguji bagian lain dari tanaman anggur karena dari penelitian Nirmala et
al. (2011) biji anggur memiliki efek antibakteri yang lebih besar dari bagian lain serta
kandungan fenolik yang lebih banyak daripada bagian lain dari tanaman anggur.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Fraksi etanol-air dan fraksi n-heksan daun anggur tidak memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri S. aureus; Fraksi etanol-air, fraksi n-heksan dan ekstrak etanol memeliki
aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa multiresisten.
2. Senyawa kimia yang terkandung dalam fraksi etanol-air adalah fenol, flavonoid dan
terpenoid; fraksi n-heksan mengandung fenol, flavonoid dan terpenoid; kandungan ekstrak
etanol daun anggur adalah fenol, flavonoid, terpenoid dan alkaloid.

10 
 

Saran
Penelitian aktivitas antibakteri dari bagian lain tanaman anggur.
DAFTAR ACUAN
Abramovic, H., Terpinc, K., Generalic, I., Skroza, D., Klancnik, A., Katalinic, V., &
Mozina, S.S., 2012, Antioxidant and antimicrobial activity of extracts obtained from
rosemary(Rosmarinus officinalis) and vine (Vitis vinifera L) leaves, Croat. J. Food
Sci. , 4 (1), 1-8.
Alam, G., Nasrum, M., Felix, K. R. T., Rahim, A., Usmar, 2011, Skrining Koponen Kimia
Dan Uji Aktivitas Mukolitik Ekstrak Rimpang Bengle (Zingiber purpureum Roxb.)
Terhadap Mukosa Usus Sapi Secara invitro, Majalah Farmasi dan Farmakologi, 16
(3), 123-126
Askari, G. A., Kahouadji, A., Mousaddak, M., Ouaffak, L., Charof, R.,& Mennae, Z., 2012,
Evaluation of Antimicrobial Activity of Aqueous and Ethanolic Extracts ofLeaves of
Vitis vinifera Collected from Different Regions in Morocco, American-Eurasian J.
Agric. & Environ. Sci., 12 (1), 85-90.
Cowan, M., M., 1999, Plant products as antimicrobial agents, Clinical microbiology reviews.
Vol.12, No.4, 564‐82
Dwijoseputro, D., 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi, , Jakarta, Djambatan.
Edeoga, H. O., Okwu D. E., & Mbaebre B. O., 2005, Phytochemical Constituent of Some
Nigerian Medicinal Plants, Afr Journal of Biotechnology, 685-688.
Eksi, F., Gayyurhan, E. D., Bayram, A., Karsligil, T., 2011, Determination of Antimicrobial
Susceptibility Patterns and Inducible Clindamycin Resistance in Staphylococcus
aureus Strains Recovered from Southeastern Turkey, J Microbiol Immunol Infect, Vol
44 (1), 57-62.
Haghi, M., Maadi, H., Delshad, R., Nezhady, M. A. M., Golizade, S. S., 2010, Antibiotic
Resistance Pattern of Escherichia coli, Staphylococcus aureus and Pseudomonas
aeruginosa Isolated from Burnt Patient Urmia Iran, International Journal of
Academic Research, 2 (6), 377-380.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
Terbitan Kedua, diterjemahkan oleh Padmawinata, K. & Soediro, I., 49, Bandung,
Penerbit ITB.
Islam, M. S., Ronok, Z., Marufa, N., Gopal, C. S., Alam, M, B., Mosaddik, M. A., Haque,
M. E., 2011, Studies on Antibacterial and Insecticidal Activities of Suregada
multiflora, Libyan Agriculture Research Center Journal International , 2 (2),62-67
Jawetz, E., Melnick, J. L. & Adelberg, E. A., 2001, Mikrobiologi Kedokteran, diterjemahkan
oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S.,
Alimsardjono, L., Jakarta, Penerbit Salemba Medika.

11 
 

Kalalo, L. P., Aryati, Subagjo, B., 2006, Pola Bakteri dan Tes Kepekaan Antibiotika Wanita
Hamil dengan Bakteriuria Asimtomatis, Indonesian Journal of Clinical Pathology
and Medical Laboratory, 12 (3), 103-109.
Parekh, J., and Chanda, S., 2006, In-vitro Antimicrobial Activities of Extractsof Launaea
procumbens Roxb. (Labiateae), Vitisvinifera L. (Vitaceae) and Cyperus rotundus
L.(Cyperaceae), African Journal of Biomedical Research, 9,89 -93
Pelczar, M.J. & Chan, E.C.S., 2007, Dasar-Dasar Mikrobiologi, diterjemahkan oleh
Hadioetomo, R.S., Imas, T., Tjitrosomo, S. & Angka, S.L., 49, 109, 142, Jakarta,
Universitas Indonesia Press
Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Jakarta, Erlangga.
Radji, M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Refdanita, Maksum, R., Nurgani, A., Endang, P., 2004, Pola Kepekaan Kuman Terhadap
Antibiotika Di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 20012002, Makara Kesehatan, Vol 8 (2), 41-48.
Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, diterjemahkan oleh
Kosasih, 132, Bandung, Institut Teknologi Bandung.
Santosa, C. M., & Hertiana, T., 2005, Phytochemichal Compounds and The Effect of
‘bangun-bangun’ Leaves (Coleus amboinicus,L.) Water Extract on Phagocytosis
Activity of Neutrophil Cell Rat (Rattus norveigus), Majalah Farmasi Indonesia, 16
(3), 141-148.
Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi
kelima. Penerjemah: Setiono, L. &. Pudjaatmaka, A. H, Media Pusaka, Jakarta

12 
 

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi N-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Rumput Laut Coklat (Sargassum Polycystum C.Agardh) Terhadap Bakteri Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus

5 45 83

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana Dan Etilasetat Daun Sidaguri (Sida Rhombifolia l.) Terhadap Beberapa Bakteri.

0 37 70

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Daun Kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit Secara In Vitro

2 46 111

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi n-Heksana serta Etil Asetat Rimpang Laja Gowah (Alpinia malaccensis (Burm.f.) Roscoe) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

2 74 83

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK ETANOL DAUN ANGGUR (Vitis vinifera L.) DAN FRAKSI-FRAKSINYA Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Etanol Daun Anggur (Vitis Vinifera L.) Dan Fraksi-Fraksinya Terhadap Escherichia Coli Dan Pseudomonas Aeruginosa.

1 4 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK ETANOL DAUN ANGGUR (Vitis vinifera L.) DAN FRAKSI-FRAKSINYA TERHADAP Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Etanol Daun Anggur (Vitis Vinifera L.) Dan Fraksi-Fraksinya Terhadap Escherichia Coli Dan Pseudomonas Aeruginosa.

0 1 14

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN ANGGUR (Vitis Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Anggur (Vitis vinifera L.) dan Fraksi-Fraksinya Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis.

0 0 11

POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETANOL-AIR DAN FRAKSI N-HEKSAN EKSTRAK ETANOL Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi Etanol-Air dan Fraksi n-Heksan Daun Anggur (Vitis vinifera L) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa m

0 2 11

PENDAHULUAN Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi Etanol-Air dan Fraksi n-Heksan Daun Anggur (Vitis vinifera L) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa multiresisten.

0 5 8

DAFTAR PUSTAKA Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi Etanol-Air dan Fraksi n-Heksan Daun Anggur (Vitis vinifera L) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa multiresisten.

0 2 4