PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH Penerapan Strategi Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas Viii Mts N
PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS VIII MTs NEGERI MANYARAN
TAHUN 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Matematika
Diajukan Oleh:
DWI UNTARI
A 410 090 202
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
1
PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL THEACING AND LEARNING
UNTUK MENINGKAKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA MTs
Oleh
1
Dwi Untari1 dan Sutama2
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika dwiuntari10@ymail.com
2
Staff Pengajar UMS sutama_mpd@yahoo.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji penerapan strategi Contextual Teaching and
Learning unuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika bagi siswa MTs
Negeri Manyaran.Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua
siklus.Subyek penelitian adalah guru yang memberikan tindakan kelas dan penerima
tindakan adalah siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran yang berjumlah 32 siswa.
Metode pengumpulan data mengunakan observasi, tes, catatan lapangan dan
dokumentasi.Validitas data mengunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan
metode. Hasil peelitian penerapan strategi CTL dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah yaitu a)
siswa mampu mengidentifikasi masalah meningkat 71.88%, b) siswa mampu menerapkan
berbagi strategi untuk menyelesaikan masalah meningkat 65.63%, c) siswa yang mampu
mengembangkan proses pemecahan masalah meningkat 65.63%, d) siswa yang mampu
menyelesaikan masalah meningkat 78.13%. Peningkatan hasil belajar matematika
meningka 90.63%.
Kata kunci: CTL;hasil belajar; kemampuan pemecahan masalah.
Pendahuluan
Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sangat penting.Nasution (2008
: 170) pemecahan masalah merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan.
Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan
kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang baru.
Hasil observasi pendahulu diperoleh data. Siswa mampu mengidentifikasi sebanyak
28,13%. Siswa mampu menerapkan strategi untuk menyelesakan masalah sebanyak
21,88%. Siswa mampu mengembangkan proses pemecahan masalah sebanyak 18,75%.
Siswa mampu menyelesaikan masalah sebanyak 18,75%. Sedangkan siswa yang nilainya
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 53,13%. Hal ini menyatakan
bahwa pemecahan masalah mempengaruhi hasil belajar sehingga kurang maksimal.
2
Akar penyebab pemecahan masalah matematika yang bervareasi diantaranya berasal
dari siswa dan guru.Factor dari siswa yang meliputi tingkat motivasi belajar yang
bervareasi.Sedangkan dari guru meliputi pembelajaran yang kurang menarik menjadikan
siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.Akibatnya siswa kurang antusias
dalam memecahkan masalah.Alternatif tindakan yang ditawarkan yaitu dengan strategi
CTL.Menurut Wasis (2006) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran kontekstual
memiliki ciri khusus, yaitu menyediakan berbagai fitur sehingga konten dalam perangkat
dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata, serta memberkan berbagai pilihan aktivitas
sehingga siswa dengan berbagai gaya belajar dan tingkat kemampuan dapat melakukan
hands-on activities dan minds-on activities sesuai dengan lingkungan belajar.
Berdasarkan keunggulan dari CTL, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan hasil belajar pada siswa MTs Negeri Manyaran. Peningkatan
kemampuan pemecahan masalah dilihat dari: (1) kemampuan siswa dalam mengidendifikasi
masalah, (2) kemampuan siswa dalam menerapkan berbagai strategi untuk memecahkan
masalah, (3) kemampuan siswa dalam mengembangkan proses pemecahan masalah, (4)
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam matematika,. Sedangkan
peningkatan hasil belajar diukur dari nilai siswa yang tuntas sesuai dengan KKM yaitu 70.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran. Secara
khusus, bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika bagi siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran dengan strategi CTL.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitan Tindakan Kelas (PTK). Menurut Sutama (2010:
15) PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan
substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang
untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan
dan perubahan. Proses PTK, dialog awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
monitoring, refleksi, evaluasi, dan penyimpulan, secara siklus dilakukan dua putaran.Waktu
penelitian 6 bulan, yaitu mulai bulan feruari hingga juli 2013.
Sumber data penelitian meliputi guru matematika dan siswa kelas VIII D MTs
Negeri Manyaran Wonogiri.Teknik pengumpulan data berupa observasi, tes, catatan
3
lapangan dan dokumentasi.Data dianalisis secara komparatif dan interaktif.Keabsahan data
dengan triangulasi sumber dan metode.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pembelajaranyang dilakukan melalui strategi CTL, baik digunakan untuk membantu
siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan merubah sistem pendidikan yang
cenderung monoton. Sehingga dapat memberikan suatu proses belajar mengajar yang
disukai siswa. Kegiatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.Pada kegiatan awal, meliputi berdoa, absensi
siswa, motivasi, serta apersepsi. Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam kelompok
kecil, tiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa, membimbing siswa dalam kegiatan diskusi
secara berkeliling, serta membimbing siswa untuk melakukan persentasi di depan kelas.
Pada kegiatan penutup, guru menyimpulkan materi pembelajaran dan mengadakan evaluasi
untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Permasalahan yang dibahas tentang prisma dan limas diambil sampel sebagai berikut:
Diketahui alas sebuah prisma berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi siku-sikunya
8cm dan 6cm. Jika tinggi prisma 18cm, tentukan luas permukaan prisma.
Jawaban siswa yang tepat
Diketahui: Panjang sisi siku-siku = 6cm, 8cm, Tinggi prisma = 18 cm
Ditanya: luas permukaan limas?
Jawab: Sisi lain alas =
Luas alas =
6 2 82 = 36 64 = 100 10 cm
1
6 8 = 3 8 = 24 cm2
2
Keliling alas 6 8 10 24cm
Luas permukaan prisma = 2 luas alas +(keliling alas tinggi prisma)
= 2 24 + (24 18)= 48+432= 480 cm2
Jawaban siswa yang kurang tepat:
Diketahui: Panjang sisi siku-siku = 6cm, 8cm. Tinggi prisma = 18 cm
Ditanya:luas permukaan limas?
Jawab:
Luas alas = 2 luas alas + (keliling alas t) = 2
Jadi luas permukaan limas adalah 260 cm2.
8
8 618 = 8+252= 260 cm2
2
4
Dari soal tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa
bervariasi.Siswa yang belum bisa menyelesaikan masalah dengan benar yaitu disebabkan
karena mereka kurang memahami soal.
Penelitian yang dilakukan kolaborasi dengan guru matematika menggunakan strategi
CTL. Penelitian yang dilakukan Kokom (2012) menyimpulkan bahwa pembelajran
contextual memiliki kemampuan yag signifikan terhadap kemampuan sipil karena bersifat
alami bagi siswa dan mengembangkan pembelajaran demokratis yang bermakna
mengembangkan pemikiran kritis siswa ketrampilan partisispasi dalam kehidupan seharihari mereka. Senada dengan pernyataan tersebut penelitian ini diharapkan dengan
menerapkan strategi CTL dapat menumbuhkan pemikiran yang kreatif untuk memecahkan
suatu masalah.
Hasil penelitian Husni Sabil (2011) menyatakan hasil penelitian dan pembahasan
yang dilakukan mengunaan pendekatan Ctextual Teaching and Learnng (CTL) dengan
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan hasil belajar ruang dimensi. Penemuain ini juga menunjukkan bahwa
strategi CTL dapap meningkatkan kualitas dalam pembelajaran matematik, maka dengan
strategi CTL kemampuan siswa menyelesaikan maslah dan hasil belajarnya meningkat.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses tindakan kelas terhadap kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyarn Wonogiri dapat disajikan
dalam tabel 1 berikut.
Tabel 4.1
Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
No
1
2
3
4
Indikator Kemampuan
pemecahan masalah
Sebelum
Tindakan
Sesudah Tindakan
Siklus I
Siklus II
Mampu mengidentifikasi
masalah
9 siswa
(28.13%)
14siswa
(43.75%)
Mampu menerapkan
berbagai strategi
7siswa
13 siswa
penyelesaian
(21.88%)
(40.63%)
Mampu mengembangkan
6 siswa
12 siswa
proses
(18.75%)
(37.5%)
Mampu menyelesaikan
6
13
masalah
siswa(18.75%) siswa(40.63%)
23 siswa
(71.88%)
21 siswa
(65.63%)
21 siswa
(65.63%)
25 siswa
(78.13%)
5
Gambar 1. Grafik peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Axis Title
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
mampu mengidentifikasi
masalah
mampu menerapkan
berbagai startegi pemecahan
masalah
mampu mengembangkan
proses
Sebelum
tindakan
siklus I
siklus II
mampu menyelesaikan
masalah
Sebelum tindak mengajar, siswa masih merasa bingung dalam mengidentifikasi
masalah (soal) matematika. Dalam diskusi, merekaakan berlatih untuk memecahkan
masalah bersama-sama. Pada siklus I, strategi CTL mampu mendorong siswa untuk
berlatih bagaimana cara mengidentifikasi masalah .Pada siklus II, siswa tidak lagi merasa
kesulitan ketika diberi soal.Diskusi yang diterapkan guru mampu mengembangkan pola
pikir siswa sehingga berdampak positif pada kemampuan pemecahan masalah siswa.Tedy
Machmud (2009) keterampilan membentuk soal siswa dapat mengembangkankemampuan
menggunakan pola pikir matematika, memiliki keterampilanmenyelesaikan soal, dan
menumbuhkan sikap positif terhadap matematika.Hal ini dimaksut siswa agar
mengembangkan pola piker matematika agar terbiasa dalam menghadapi permasalahanpermasalahan.
Pada kondisi awal, kemampuan siswa dalam menerapkan strategi yang tepat untuk
memecahkan masalah belum sesuai harapan.Siswa belum mampu memahami maksud dan
makna dari suatu masalah.Pada siklus I, siswa mulai mampu memilih strategi yang tepat.
Pada siklus II, siswa mulai memahami bagaimana caramemilih strategi yang tepat serta
mengembangkan proses pemecahan masalah. Berliana (2010) menyatakan bahwa dalam
menentukan skil siswa tidak dapat dengan mengunakan soal pilihan ganda. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pemecahan masalah matematika tidak dapat dihat semata-mata dari
jawaban saja namun juga dapat dari proses dan strategi untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
6
Anggo, Mustamin (2011) menytakan bahwa Melalui pemecahan masalah
matematika kontekstual, subjek akan terlatih untuk selalu melibatkan kemampuan
metakognisinya mulai dari awal pemecahan masalah hingga pada bagian akhir berupa
rumusan jawaban serta melakukan evaluasi untuk memastikan pencapaian tujuan berkaitan
dengan situasi kontekstual dari masalah yang dipecahkan.
Sebelum tindak mengajar, kemampuan siswa mengembangkan proses pemecahan
masalah bervariasi. Padasiklus I, siswa sudah mampu mengembangkan proses pemecahan
masalah meskipun belum optimal. Pada siklus II, siswa sudah mampu mengembangkan
proses pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah, kemampuan mengembangkan
proses pemecahan masalah sangat penting. Kemampuan mengembangkan proses
pemecahan masalah berhubungan dengan hasil akhir pemecahan masalah tersebut.Leo
Andhar Effendi (2012) pemecahan masalah pada siswa lebih baik setelah diberi indakan
metode yang benar disbandingkan dengan sebelum diberikan tindakan. Strategi yang tepat
dapat mengembangkan proses pemecahan masalah.
Buhaerah (2011) menyatakan bahwa bahan ajar yang dapat meningkatkan penalaran
siswa adalah bahan ajar yang menyajikan permasalahan terbuka serta merupakan
permasalahan yang sering ditemukan siswa baik permasalahan kehidupan sehari-hari
maupun permasalahan yang merupakan imajinasi dunia anak. Bentuk bahasa dalam
menyajikan permasalahan diusahakan agar mudah dimengerti dan sederhana sesuai tingkat
berpikir siswa juga disesuaikan dengan aturan yang baku.
Sebelum dikenai tindakan, kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika belum sesuai harapan.Pada siklus I, siswa mulai bisa menyelesaikan masalah
dengan tepat.Pembentukan kelompok mendorong kerjasama siswa.Pada siklus II, guru
melakukan perbaikan dengan mengoptimalkan penggunaan strategi CTL. Hal ini
memotivasi siswa lain untuk mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah. Akibatnya, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah meningkat.Rahayu
Kariadinata (2007) menyatakan bahwa matematika berkait dengan keteraturan (pola atau
pattern) atau berkait dengan peningkatan kemampuan berpikir, menganalisis, bernalar, dan
memecahkan masalah para siswa.Kemampuan pemecahan masalah matematika tidak
terlepas dari menalarkan, menganalisa dan kemampuan berfikir.
7
Kemampuan pemecahan masalah pada siswa mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan pengamatan selama proses tindakan kelas terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran Wonogiri disajikan dalam table berikut.
Tabel 4.2
Data hasil belajar matematika
Indicator
Sebelum
Sesudah Tindakan
hasil Belajar
Tindakan
Siklus 1
Nilai
siswa
diatas 17 siswa
KKM (≥ 75)
(53.13%)
23
Siklus II
siswa 29
(71.88%)
siswa
(90.63%)
Gambar 4.2 menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika siswa.
100.00%
Axis Title
80.00%
60.00%
40.00%
Mencapai KKM
(75)
20.00%
0.00%
kondisi siklus I siklusII
awal
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Nilai siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal sangat bervariasi.Dalam
pembelajaran, siswa tidak dibekali dengan soal-soal latiahan.Oleh karena itu, siswa
mengalami kesulitan saat dihadapkan dengan permasalahan.Pada siklus I, hasil belajar
matematika siswa mengalami peningkatan.Strategi CTL memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah.Pada siklus II guru melakukan
perbaikan dengan mengoptimalkan penerapan strategi CTL untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah pada siswa. Guru memberi arahan yang jelas mengenai
strategi CTL serta berperan sebagai fasilitator.
Dian Usdiyana (2009) dan kawan-kawan menyatakan bahwa peningkatan
kemampuan berpikir logis siswa dikelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan yang
diperoleh siswa di kelaskontrol.Siswa di kelas kontrol, terutama untuk kelompok sedang
dan rendah,kurang begitu memaknai pemahaman terhadap materi pembelajaran
8
(pecahan)dibandingkan dengan siswa di kelas eksperimen.Pada umumnya siswa
merasasenang,
tertarik,
dan
mudah
mengerti
belajar
matematika
dengan
pendekatanrealistik, terutama bagi siswa kelompok sedang dan rendah.
Anna Fauziah (2010) menyatakan bahwa siswa yang mmiliki kemampuan
pemahaman
baik,
kemungkinan
memiliki
keampuan
pemecahan
masalah
baik
pula.Demikian juga apabila siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah baik maka
siswa dapat mendapatkan prestasi yang baik pula.
Simpulan
Pembelajaran
dengan
strategi
PBM
dilakukan
dengan
5
tahap.(1) Guru
mengorientasikan siswa pada masalah; (2) Guru mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3)
Guru memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok; (4) Guru mengembangkan dan
menyajikan hasil kerja; dan (5) Guru menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan
masalah.
Pembelajaran matematika dengan strategi CTL dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika.Peningkatan kemampuan pemecahan masalah diamati dari
empat
indikator.Peningkatan
mengidentifikasi
43,75%.
Peningkatanmenerapkan
strategi43,75%. Peningkatan mengembangkan proses46,88%. Peningkatan menyelesaikan
masalah 59,38%.
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah mengakibatkan peningkatan hasil
belajar matematika.Peningkatan hasil belajar matematika diukur dari banyaknya siswa yang
tuntas.Peningkatan hasil belajar pada penelitian ini59,38%.
Daftar Pustaka
Anggo, Mustamin. 2011. Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual Untuk
Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa. Edumatika, 1(2).
Buhaerah. 2011. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa SMP.Gamatika, 2(1).
Cahyani, Berliana Henu. 2010. Efektifitas Pelatihan Regulasi Metakognisi untuk
Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Problem Matematika.Humanitas, 7(1).
9
Effendi, Leo Andhar.2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan
Terbimbing Untuk Meningkatkan Keampuan Representasi dan Pemecahan Masalah
Matematika Siawa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(2).
Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT.Forum Kependidikan 3(1).
Kariadinata, Rahayu. 2007. Kemampuan Visual Geometri Spasial Siswa Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Kelas X Melalui Software Pembelajaran Mandiri. 1(2)
Komalasari, Kokom. 2012. “The Effect Of Contextual Learning In Civic Education On
Students Civic Skills”. Internsional jurnal for education studiens.4(2).
Machmud, Tedy. 2009. Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika Melalui
Problem Posing. INOVASI, 6(4). ISSN 1693-9034
Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar.Jakarta: PT
Bumi Aksara
Sabil, Husni. 2011. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pada materi Ruang Dimensi Tiga Menggunakan Model PembelajaranBerdasarkan
Masalah (MPBM) Mahasiawa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNJA.
Edumatika, 1: 1
Usdiyana, Dian, Tia Purniati, Kartika Yulianti, dan Eha Harningsih. 2009. Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistis.
Jurnal Pengajaran MIPA, 13(1).
Wasis. 2006. Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Sains Fisika
SMP.Cakrawala Pendidikan, 25(1).
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS VIII MTs NEGERI MANYARAN
TAHUN 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Matematika
Diajukan Oleh:
DWI UNTARI
A 410 090 202
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
1
PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL THEACING AND LEARNING
UNTUK MENINGKAKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA MTs
Oleh
1
Dwi Untari1 dan Sutama2
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika dwiuntari10@ymail.com
2
Staff Pengajar UMS sutama_mpd@yahoo.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji penerapan strategi Contextual Teaching and
Learning unuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika bagi siswa MTs
Negeri Manyaran.Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua
siklus.Subyek penelitian adalah guru yang memberikan tindakan kelas dan penerima
tindakan adalah siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran yang berjumlah 32 siswa.
Metode pengumpulan data mengunakan observasi, tes, catatan lapangan dan
dokumentasi.Validitas data mengunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan
metode. Hasil peelitian penerapan strategi CTL dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah yaitu a)
siswa mampu mengidentifikasi masalah meningkat 71.88%, b) siswa mampu menerapkan
berbagi strategi untuk menyelesaikan masalah meningkat 65.63%, c) siswa yang mampu
mengembangkan proses pemecahan masalah meningkat 65.63%, d) siswa yang mampu
menyelesaikan masalah meningkat 78.13%. Peningkatan hasil belajar matematika
meningka 90.63%.
Kata kunci: CTL;hasil belajar; kemampuan pemecahan masalah.
Pendahuluan
Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sangat penting.Nasution (2008
: 170) pemecahan masalah merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan.
Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan
kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang baru.
Hasil observasi pendahulu diperoleh data. Siswa mampu mengidentifikasi sebanyak
28,13%. Siswa mampu menerapkan strategi untuk menyelesakan masalah sebanyak
21,88%. Siswa mampu mengembangkan proses pemecahan masalah sebanyak 18,75%.
Siswa mampu menyelesaikan masalah sebanyak 18,75%. Sedangkan siswa yang nilainya
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 53,13%. Hal ini menyatakan
bahwa pemecahan masalah mempengaruhi hasil belajar sehingga kurang maksimal.
2
Akar penyebab pemecahan masalah matematika yang bervareasi diantaranya berasal
dari siswa dan guru.Factor dari siswa yang meliputi tingkat motivasi belajar yang
bervareasi.Sedangkan dari guru meliputi pembelajaran yang kurang menarik menjadikan
siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.Akibatnya siswa kurang antusias
dalam memecahkan masalah.Alternatif tindakan yang ditawarkan yaitu dengan strategi
CTL.Menurut Wasis (2006) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran kontekstual
memiliki ciri khusus, yaitu menyediakan berbagai fitur sehingga konten dalam perangkat
dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata, serta memberkan berbagai pilihan aktivitas
sehingga siswa dengan berbagai gaya belajar dan tingkat kemampuan dapat melakukan
hands-on activities dan minds-on activities sesuai dengan lingkungan belajar.
Berdasarkan keunggulan dari CTL, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan hasil belajar pada siswa MTs Negeri Manyaran. Peningkatan
kemampuan pemecahan masalah dilihat dari: (1) kemampuan siswa dalam mengidendifikasi
masalah, (2) kemampuan siswa dalam menerapkan berbagai strategi untuk memecahkan
masalah, (3) kemampuan siswa dalam mengembangkan proses pemecahan masalah, (4)
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam matematika,. Sedangkan
peningkatan hasil belajar diukur dari nilai siswa yang tuntas sesuai dengan KKM yaitu 70.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran. Secara
khusus, bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika bagi siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran dengan strategi CTL.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitan Tindakan Kelas (PTK). Menurut Sutama (2010:
15) PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan
substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang
untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan
dan perubahan. Proses PTK, dialog awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
monitoring, refleksi, evaluasi, dan penyimpulan, secara siklus dilakukan dua putaran.Waktu
penelitian 6 bulan, yaitu mulai bulan feruari hingga juli 2013.
Sumber data penelitian meliputi guru matematika dan siswa kelas VIII D MTs
Negeri Manyaran Wonogiri.Teknik pengumpulan data berupa observasi, tes, catatan
3
lapangan dan dokumentasi.Data dianalisis secara komparatif dan interaktif.Keabsahan data
dengan triangulasi sumber dan metode.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pembelajaranyang dilakukan melalui strategi CTL, baik digunakan untuk membantu
siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan merubah sistem pendidikan yang
cenderung monoton. Sehingga dapat memberikan suatu proses belajar mengajar yang
disukai siswa. Kegiatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.Pada kegiatan awal, meliputi berdoa, absensi
siswa, motivasi, serta apersepsi. Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam kelompok
kecil, tiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa, membimbing siswa dalam kegiatan diskusi
secara berkeliling, serta membimbing siswa untuk melakukan persentasi di depan kelas.
Pada kegiatan penutup, guru menyimpulkan materi pembelajaran dan mengadakan evaluasi
untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Permasalahan yang dibahas tentang prisma dan limas diambil sampel sebagai berikut:
Diketahui alas sebuah prisma berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi siku-sikunya
8cm dan 6cm. Jika tinggi prisma 18cm, tentukan luas permukaan prisma.
Jawaban siswa yang tepat
Diketahui: Panjang sisi siku-siku = 6cm, 8cm, Tinggi prisma = 18 cm
Ditanya: luas permukaan limas?
Jawab: Sisi lain alas =
Luas alas =
6 2 82 = 36 64 = 100 10 cm
1
6 8 = 3 8 = 24 cm2
2
Keliling alas 6 8 10 24cm
Luas permukaan prisma = 2 luas alas +(keliling alas tinggi prisma)
= 2 24 + (24 18)= 48+432= 480 cm2
Jawaban siswa yang kurang tepat:
Diketahui: Panjang sisi siku-siku = 6cm, 8cm. Tinggi prisma = 18 cm
Ditanya:luas permukaan limas?
Jawab:
Luas alas = 2 luas alas + (keliling alas t) = 2
Jadi luas permukaan limas adalah 260 cm2.
8
8 618 = 8+252= 260 cm2
2
4
Dari soal tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa
bervariasi.Siswa yang belum bisa menyelesaikan masalah dengan benar yaitu disebabkan
karena mereka kurang memahami soal.
Penelitian yang dilakukan kolaborasi dengan guru matematika menggunakan strategi
CTL. Penelitian yang dilakukan Kokom (2012) menyimpulkan bahwa pembelajran
contextual memiliki kemampuan yag signifikan terhadap kemampuan sipil karena bersifat
alami bagi siswa dan mengembangkan pembelajaran demokratis yang bermakna
mengembangkan pemikiran kritis siswa ketrampilan partisispasi dalam kehidupan seharihari mereka. Senada dengan pernyataan tersebut penelitian ini diharapkan dengan
menerapkan strategi CTL dapat menumbuhkan pemikiran yang kreatif untuk memecahkan
suatu masalah.
Hasil penelitian Husni Sabil (2011) menyatakan hasil penelitian dan pembahasan
yang dilakukan mengunaan pendekatan Ctextual Teaching and Learnng (CTL) dengan
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan hasil belajar ruang dimensi. Penemuain ini juga menunjukkan bahwa
strategi CTL dapap meningkatkan kualitas dalam pembelajaran matematik, maka dengan
strategi CTL kemampuan siswa menyelesaikan maslah dan hasil belajarnya meningkat.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses tindakan kelas terhadap kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyarn Wonogiri dapat disajikan
dalam tabel 1 berikut.
Tabel 4.1
Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
No
1
2
3
4
Indikator Kemampuan
pemecahan masalah
Sebelum
Tindakan
Sesudah Tindakan
Siklus I
Siklus II
Mampu mengidentifikasi
masalah
9 siswa
(28.13%)
14siswa
(43.75%)
Mampu menerapkan
berbagai strategi
7siswa
13 siswa
penyelesaian
(21.88%)
(40.63%)
Mampu mengembangkan
6 siswa
12 siswa
proses
(18.75%)
(37.5%)
Mampu menyelesaikan
6
13
masalah
siswa(18.75%) siswa(40.63%)
23 siswa
(71.88%)
21 siswa
(65.63%)
21 siswa
(65.63%)
25 siswa
(78.13%)
5
Gambar 1. Grafik peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Axis Title
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
mampu mengidentifikasi
masalah
mampu menerapkan
berbagai startegi pemecahan
masalah
mampu mengembangkan
proses
Sebelum
tindakan
siklus I
siklus II
mampu menyelesaikan
masalah
Sebelum tindak mengajar, siswa masih merasa bingung dalam mengidentifikasi
masalah (soal) matematika. Dalam diskusi, merekaakan berlatih untuk memecahkan
masalah bersama-sama. Pada siklus I, strategi CTL mampu mendorong siswa untuk
berlatih bagaimana cara mengidentifikasi masalah .Pada siklus II, siswa tidak lagi merasa
kesulitan ketika diberi soal.Diskusi yang diterapkan guru mampu mengembangkan pola
pikir siswa sehingga berdampak positif pada kemampuan pemecahan masalah siswa.Tedy
Machmud (2009) keterampilan membentuk soal siswa dapat mengembangkankemampuan
menggunakan pola pikir matematika, memiliki keterampilanmenyelesaikan soal, dan
menumbuhkan sikap positif terhadap matematika.Hal ini dimaksut siswa agar
mengembangkan pola piker matematika agar terbiasa dalam menghadapi permasalahanpermasalahan.
Pada kondisi awal, kemampuan siswa dalam menerapkan strategi yang tepat untuk
memecahkan masalah belum sesuai harapan.Siswa belum mampu memahami maksud dan
makna dari suatu masalah.Pada siklus I, siswa mulai mampu memilih strategi yang tepat.
Pada siklus II, siswa mulai memahami bagaimana caramemilih strategi yang tepat serta
mengembangkan proses pemecahan masalah. Berliana (2010) menyatakan bahwa dalam
menentukan skil siswa tidak dapat dengan mengunakan soal pilihan ganda. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pemecahan masalah matematika tidak dapat dihat semata-mata dari
jawaban saja namun juga dapat dari proses dan strategi untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
6
Anggo, Mustamin (2011) menytakan bahwa Melalui pemecahan masalah
matematika kontekstual, subjek akan terlatih untuk selalu melibatkan kemampuan
metakognisinya mulai dari awal pemecahan masalah hingga pada bagian akhir berupa
rumusan jawaban serta melakukan evaluasi untuk memastikan pencapaian tujuan berkaitan
dengan situasi kontekstual dari masalah yang dipecahkan.
Sebelum tindak mengajar, kemampuan siswa mengembangkan proses pemecahan
masalah bervariasi. Padasiklus I, siswa sudah mampu mengembangkan proses pemecahan
masalah meskipun belum optimal. Pada siklus II, siswa sudah mampu mengembangkan
proses pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah, kemampuan mengembangkan
proses pemecahan masalah sangat penting. Kemampuan mengembangkan proses
pemecahan masalah berhubungan dengan hasil akhir pemecahan masalah tersebut.Leo
Andhar Effendi (2012) pemecahan masalah pada siswa lebih baik setelah diberi indakan
metode yang benar disbandingkan dengan sebelum diberikan tindakan. Strategi yang tepat
dapat mengembangkan proses pemecahan masalah.
Buhaerah (2011) menyatakan bahwa bahan ajar yang dapat meningkatkan penalaran
siswa adalah bahan ajar yang menyajikan permasalahan terbuka serta merupakan
permasalahan yang sering ditemukan siswa baik permasalahan kehidupan sehari-hari
maupun permasalahan yang merupakan imajinasi dunia anak. Bentuk bahasa dalam
menyajikan permasalahan diusahakan agar mudah dimengerti dan sederhana sesuai tingkat
berpikir siswa juga disesuaikan dengan aturan yang baku.
Sebelum dikenai tindakan, kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika belum sesuai harapan.Pada siklus I, siswa mulai bisa menyelesaikan masalah
dengan tepat.Pembentukan kelompok mendorong kerjasama siswa.Pada siklus II, guru
melakukan perbaikan dengan mengoptimalkan penggunaan strategi CTL. Hal ini
memotivasi siswa lain untuk mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah. Akibatnya, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah meningkat.Rahayu
Kariadinata (2007) menyatakan bahwa matematika berkait dengan keteraturan (pola atau
pattern) atau berkait dengan peningkatan kemampuan berpikir, menganalisis, bernalar, dan
memecahkan masalah para siswa.Kemampuan pemecahan masalah matematika tidak
terlepas dari menalarkan, menganalisa dan kemampuan berfikir.
7
Kemampuan pemecahan masalah pada siswa mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan pengamatan selama proses tindakan kelas terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran Wonogiri disajikan dalam table berikut.
Tabel 4.2
Data hasil belajar matematika
Indicator
Sebelum
Sesudah Tindakan
hasil Belajar
Tindakan
Siklus 1
Nilai
siswa
diatas 17 siswa
KKM (≥ 75)
(53.13%)
23
Siklus II
siswa 29
(71.88%)
siswa
(90.63%)
Gambar 4.2 menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika siswa.
100.00%
Axis Title
80.00%
60.00%
40.00%
Mencapai KKM
(75)
20.00%
0.00%
kondisi siklus I siklusII
awal
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Nilai siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal sangat bervariasi.Dalam
pembelajaran, siswa tidak dibekali dengan soal-soal latiahan.Oleh karena itu, siswa
mengalami kesulitan saat dihadapkan dengan permasalahan.Pada siklus I, hasil belajar
matematika siswa mengalami peningkatan.Strategi CTL memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah.Pada siklus II guru melakukan
perbaikan dengan mengoptimalkan penerapan strategi CTL untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah pada siswa. Guru memberi arahan yang jelas mengenai
strategi CTL serta berperan sebagai fasilitator.
Dian Usdiyana (2009) dan kawan-kawan menyatakan bahwa peningkatan
kemampuan berpikir logis siswa dikelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan yang
diperoleh siswa di kelaskontrol.Siswa di kelas kontrol, terutama untuk kelompok sedang
dan rendah,kurang begitu memaknai pemahaman terhadap materi pembelajaran
8
(pecahan)dibandingkan dengan siswa di kelas eksperimen.Pada umumnya siswa
merasasenang,
tertarik,
dan
mudah
mengerti
belajar
matematika
dengan
pendekatanrealistik, terutama bagi siswa kelompok sedang dan rendah.
Anna Fauziah (2010) menyatakan bahwa siswa yang mmiliki kemampuan
pemahaman
baik,
kemungkinan
memiliki
keampuan
pemecahan
masalah
baik
pula.Demikian juga apabila siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah baik maka
siswa dapat mendapatkan prestasi yang baik pula.
Simpulan
Pembelajaran
dengan
strategi
PBM
dilakukan
dengan
5
tahap.(1) Guru
mengorientasikan siswa pada masalah; (2) Guru mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3)
Guru memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok; (4) Guru mengembangkan dan
menyajikan hasil kerja; dan (5) Guru menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan
masalah.
Pembelajaran matematika dengan strategi CTL dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika.Peningkatan kemampuan pemecahan masalah diamati dari
empat
indikator.Peningkatan
mengidentifikasi
43,75%.
Peningkatanmenerapkan
strategi43,75%. Peningkatan mengembangkan proses46,88%. Peningkatan menyelesaikan
masalah 59,38%.
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah mengakibatkan peningkatan hasil
belajar matematika.Peningkatan hasil belajar matematika diukur dari banyaknya siswa yang
tuntas.Peningkatan hasil belajar pada penelitian ini59,38%.
Daftar Pustaka
Anggo, Mustamin. 2011. Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual Untuk
Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa. Edumatika, 1(2).
Buhaerah. 2011. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa SMP.Gamatika, 2(1).
Cahyani, Berliana Henu. 2010. Efektifitas Pelatihan Regulasi Metakognisi untuk
Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Problem Matematika.Humanitas, 7(1).
9
Effendi, Leo Andhar.2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan
Terbimbing Untuk Meningkatkan Keampuan Representasi dan Pemecahan Masalah
Matematika Siawa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(2).
Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT.Forum Kependidikan 3(1).
Kariadinata, Rahayu. 2007. Kemampuan Visual Geometri Spasial Siswa Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Kelas X Melalui Software Pembelajaran Mandiri. 1(2)
Komalasari, Kokom. 2012. “The Effect Of Contextual Learning In Civic Education On
Students Civic Skills”. Internsional jurnal for education studiens.4(2).
Machmud, Tedy. 2009. Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika Melalui
Problem Posing. INOVASI, 6(4). ISSN 1693-9034
Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar.Jakarta: PT
Bumi Aksara
Sabil, Husni. 2011. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pada materi Ruang Dimensi Tiga Menggunakan Model PembelajaranBerdasarkan
Masalah (MPBM) Mahasiawa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNJA.
Edumatika, 1: 1
Usdiyana, Dian, Tia Purniati, Kartika Yulianti, dan Eha Harningsih. 2009. Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistis.
Jurnal Pengajaran MIPA, 13(1).
Wasis. 2006. Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Sains Fisika
SMP.Cakrawala Pendidikan, 25(1).