PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBASIS BUDAYA MELAYU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DI KELAS VIII MTS N TANJUNG PURA.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL) BERBASIS BUDAYA MELAYU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA
DI KELAS VIII MTs N TANJUNG PURA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Dasar
Oleh :
RIZKI NURJEHAN NIM : 8146181033
PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(2)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Nikmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis
ini berjudul “Pengembangan perangkat pembelajaran matematika dalam
penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Melayu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas VIII MTs N Tanjung pura”.
Penulis menyadari bahwa selama proses penyelesaian dan penyusunan tesis ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan serta hambatan yang penulis harus lewati. Berbagai kesulitan maupun hambatan harus tetap dilalui dengan penuh semangat dan harapan demi menyelesaikan amanah penyusunan tesis ini sebagai awal dari menyelesaikan tugas akhir di Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Segala hambatan hadir dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis dalam menyusun tesis. Baik hambatan berupa moral maupun material. Namun, itu semua tidaklah menjadi faktor penyebab penulis untuk berhenti dan menyerah. Semua hambatan harus dilalui demi amanah yang harus diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd selaku Ketua prodi Pendidikan Dasar dan Bapak Dr. Daulat Saragi, M.Hum selaku Sekretaris prodi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Tesis I yang telah banyak membantu, baik dengan meluangkan waktu serta dengan memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan saran-saran mulai dari awal
(3)
iv
penyusunan tesis hingga terselesaikannya tesis ini. Begitu banyak ilmu pengetahuan serta pengalaman yang diberikan sehingga sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan tesis ini. Dan semoga ilmu yang diberikan dapat penulis amalkan dalam kehidupan ke depannya, baik dalam dunia penelitian maupun di dalam dunia akademis selanjutnya.
3. Bapak Dr. R. Mursid, M.Pd, selaku pembimbing tesis II yang juga cukup turut banyak membantu penulis dalam hal membimbing, memberikan pengetahuan, dan yang terlebih adalah motivasi baik berupa pengalaman maupun nasehat-nasehat agar penelitian yang penulis lakukan dapat bermanfaat bagi lingkungan dunia pendidikan khususnya.
4. LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan), selaku pemberi Master Scholarship penulis selama menyelesaikan program Master ini. Atas kepercayaan LPDP memilih penulis sebagai Awardee sehingga penulis mampu menempuh pendidikan master hingga selesai di Universitas Negeri Medan.
5. Awardee LPDP terkhusus PK18 yang begitu banyak memberi masukan, saran, motivasi dengan memanfaatkan dunia online di waktu senggang, untuk berbagi ilmu dan pengalaman dari berbagai kampus yang berbeda dalam menyelesaikan program master ini.
6. Mahasiswa A2 Dikdas 2014 Universitas Negeri Medan atas kerja samanya selama kurang lebih 24 bulan bersama. Menjadi sebagian keluarga yang begitu memberikan pengalaman baru, ilmu, motivasi dan kasih sayang yang tidak akan terlupakan.
7. Sekolah MTs N Tanjung Pura, selaku tempat penelitian penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Juga merupakan salah satu sekolah tempat penulis
(4)
v
menuntut ilmu pada tingkat lanjutan pertama. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
8. Keluarga tercinta ibunda Nur’aini; ayahanda Jauhari; kakanda Fasrah Juliani, S.PdI; Hikmah Lailani, S.PdI; Cahayatun Nisa; M. Fajar Syahbani; dan M. Wahyu Hidayah, yang selalu mengirimkan do’a, menguatkan semangat, memberikan nasehat serta bantuan materil sehingga penulis mampu menyelesaikan program master ini pada tepat waktu.
9. Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan motivasinya.
Semoga bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini.
Kiranya isi tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, semoga tesis ini berguna bagi kita semua khususnya para pembaca.
Medan, Juni 2016 Penulis,
(5)
v DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 12
C. Batasan Masalah ... 13
D. Rumusan Masalah ... 13
E. Tujuan Penelitian ... 14
F. Manfaat Penelitian ... 15
G. Definisi Operasional ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat belajar dan pembelajaran matematika di tingkat dasar .... 18
B. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)... 27
C. Budaya Melayu ... 39
D. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika ... 40
E. Hakikat kemampuan pemecahan masalah ... 50
F. Model pengembangan perangkat pembelajaran ... 56
G. Kualitas perangkat pembelajaran ... 62
H. Materi teorema Pythagoras ... 68
I. Penelitian Relevan ... 71
J. Kerangka Konseptual ... 73
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 76
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 76
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 77
D. Mekanisme dan Rancangan Penelitian ... 77
E. Instrumen Penelitian ... 99
F. Analisis Data ... 105
G. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 112
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 113
1. Deskripsi hasil tahap pendefenisian (Define) ... 113
2. Deskripsi hasil tahap perancangan (Design) ... 125
(6)
vi
1) Uji coba I ... 144
2) Uji coba II ... 160
4. Deskripsi hasil tahap penyebaran (Disseminate) ... 174
B. Pembahasan penelitian ... 173
a. Validitas perangkat pembelajaran matematika dalam penerapan Contextual Teaching and Learning berbasis budaya Melayu ... 173
b. Efektivitas perangkat pembelajaran matematika dalam penerapan Cotextual Teaching and Learning berbasis budaya Melayu ... 174
1). Ketercapaian kemampuan pemecahan masalah siswa ... 175
2). Aktivitas aktif siswa ... 177
3). Pengelolaan guru dalam pembelajaran ... 179
4). Respon siswa... 181
C. Temuan Penelitian ... 184
1. Temuan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ... 184
2. Temuan dalam kegiatan pembelajaran ... 185
3. Temuan mengenai kelebihan dan kelemahan model pembelajaran berdasarkan masalah ... 187
BAB V A. Simpulan ... 189
B. Saran ... 190
(7)
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Rubrik penskoran kemampuan pemecahan masalah ... 56
Tabel 3.1. Rancangan uji coba ... 99
Tabel 3.2. Kisi-kisi lembar validasi RPP ... 101
Tabel 3.3. Kisi-kisi lembar validasi modul ... 102
Tabel 3.4. Kisi-kisi instrumen tes kemampuan pemecahan masalah ... 104
Tabel 3.5. Konversi tingkat pencapaian ... 108
Tabel 3.6. Tingkat kemampuan siswa ... 109
Tabel 3.7. Konversi tingkat pencapaian ... 110
Tabel 3.8. Keefektifan sktivitas siswa ... 111
Tabel 3.9. Konversi tingkat pencapaian dengan skala ... 112
Tabel 4.1. Kisi-kisi instrumen tes kemampuan pemecahan masalah ... 126
Tabel 4.2. Hasil validasi RPP ... 133
Tabel 4.3. Revisi RPP berdasarkan hasil validasi... 135
Tabel 4.4. Hasil validasi modul... 135
Tabel 4.5. Revisi RPP berdasarkan hasil validasi... 137
Tabel 4.6. Hasil validasi tes kemampuan pemecahan masalah... 138
Tabel 4.7. Revisi tes kemampuan pemecahan masalah berdasarkan hasil validasi... 139
Tabel 4.8. Validitas butir soal tes kemampuan pemecahan masalah... 141
Tabel 4.9. Hasil analisis data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pretes... 142
Tabel 4.10. Klasifikasi tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pretes... 143
Tabel 4.11. Data ketuntasan kemampuan pemecahan masalah siswa pretes.... 144
Tabel 4.12. Hasil analisis kemampuan pemeccahan masalah pada uji coba I.. 145
Tabel 4.13. Klasifikasi kemampuan pemecahan masalah uji coba I... 146
Tabel 4.14. Data ketuntasan kemampuan pemecahan masalah uji coba I ... 147
Tabel 4.15. Rata-rata persentase waktu aktivitas siswa uji coba I... 148
Tabel 4.16. Hasil analisis data respon siswa uji coba I ... 151
Tabel 4.17. Hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran uji coba I... 152
Tabel 4.18. Hasil analisis kemampuan pemeccahan masalah pada uji coba II.. 161
Tabel 4.19. Klasifikasi kemampuan pemecahan masalah uji coba II... 161
Tabel 4.20. Data ketuntasan kemampuan pemecahan masalah uji coba II... 163
Tabel 4.21. Rata-rata persentase waktu aktivitas siswa uji coba II... 164
Tabel 4.22. Hasil analisis data respon siswa uji coba I... 167
(8)
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Alur penyusunan Modul ... 48
Gambar 2.2. Tahap pendefenisian dalam Model 4-D ... 58
Gambar 2.3. Tahap perencanaan dalam Model 4-D ... 59
Gambar 2.4. Tahap pengembangan dalam Model 4-D ... 60
Gambar 2.5. Tahap penyebaran dalam Model 4-D ... 61
Gambar 2.6. Pembuktian dalil Pythagoras ... 69
Gambar 2.7. Temuan dalil Pythagoras ... 69
Gambar 2.8. Contoh soal ... 71
Gambar 3.1. Alur model pengembangan Thiagarajan dkk ... 79
Gambar 3.2. Bagan model pengembangan perangkat pembelajaran 4-D ... 81
Gambar 3.3. Peta konsep teorema Pythagoras ... 85
Gambar 4.1. Diagram hasil validasi RPP ... 134
Gambar 4.2. Diagram hasil validasi modul ... 136
Gambar 4.3. Diagram hasil validasi TKPM ... 138
Gambar 4.4. Diagram Tingkat kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pretes ... 143
Gambar 4.5. Diagram ketuntasan pretes ... 144
Gambar 4.6. Diagram tingkat kemampuan pemecahan masalah uji coba I .. 146
Gambar 4.7. Diagram ketuntasan uji coba I. ... 147
Gambar 4.8. Diagram waktu aktivitas siswa uji coba I ... 149
Gambar 4.9. Diagram kemampuan guru uji coba I .... ... 153
Gambar 4.10. Contoh modul uji coba I ... 157
Gambar 4.11. Contoh modul uji coba II... 158
Gambar 4.12. Contoh modul uji coba II ... 158
Gambar 4.13. Contoh modul uji coba II. ... 159
Gambar 4.14. Contoh modul uji coba II... 159
Gambar 4.15. Diagram tingkat kemampuan pemecahan masalah uji coba II. 162 Gambar 4.16. Diagram ketuntasan uji coba II ... 163
Gambar 4.17. Diagram waktu aktivitas siswa uji coba II... 165
Gambar 4.18. Diagram kemampuan guru uji coba II ... . 169
Gambar 4.19. Diagram rata-rata validasi produk ... 174
Gambar 4.20. Diagram rata-rata ketuntasan siswa ... 176
Gambar 4.21. Diagram rata-rata waktu aktivitas siswa ... 178
Gambar 4.22. Diagram respon siswa pada kedua uji coba ... 180
(9)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Tugas utama guru sebagai pengajar ditandai dengan adanya perangkat pembelajaran yang disiapkan oleh guru, guna menunjang proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Perangkat pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang terjadinya proses pembelajaran yang diharapkan di dunia pendidikan. Tujuan pendidikan merupakan hal pokok yang ingin dicapai setelah adanya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didiknya.
Proses pembelajaran pada pendidikan di Indonesia bertujuan untuk membentuk manusia yang berkompetensi sehingga mampu bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan sosialnya. Fungsi dan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yakni; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, pendidikan juga berperan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan dan fungsi tersebut sejalan dengan yang dinyatakan oleh Nuh (2013) bahwa “pendidikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan
(10)
2 penciptanya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta segenap isi dan peradabannya”. Pendidikan bukan hanya sekedar transfer ilmu berupa hafalan, melainkan adanya proses pengajaran dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Melalui kemampuan yang dimiliki, diharapkan mampu bermanfaat untuk kehidupan pribadi dan sosialnya. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik adalah kemampuan pemecahan masalah.
Pendidikan sebagai alat untuk menjadikan manusia yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan sosial, membutuhkan proses pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran bermakna membutuhkan aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas aktif siswa dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mampu mempengaruhinya adalah perangkat pembelajaran yang disiapkan oleh guru sebagai alat penunjang keaktifan siswa tersebut.
Perangkat pembelajaran tentunya sangat dibutuhkan dalam menunjang terjadinya proses pembelajarannya. Perangkat pembelajaran merupakan seperangkat alat yang mampu membantu berlangsungnya proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran juga berfungsi sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dimiliki oleh guru dianggap hanya sekedar benda mati sebagai bentuk formalitas, jika tidak diterapkan pada proses pembelajaran.
Perangkat pembelajaran yang baik adalah perangkat pembelajaran yang mampu diterapkan ke dalam proses pembelajaran sehingga mampu membuat siswa aktif selama proses pembelajaran. Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
(11)
3 yang baik dan mampu diterapkan, dibutuhkan perencanaan yang matang. Perangkat pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan peserta didik. Perangkat pembelajaran juga harus disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik setempat.
Dalam proses penyusunan perangkat pembelajaran, dibutuhkan model pembelajaran. Semua model pembelajaran adalah baik, namun terkadang tidak semua model pembelajaran cocok diterapkan pada suatu materi pembelajaran dan sesuai dengan kebutuhan lingkungan peserta didik. Untuk itu, sebagai guru dituntut agar mampu memahami kondisi lingkungan terdekat peserta didik sehingga dapat menghasilkan perangkat pembelajaran yang baik.
Selain standarisasi perangkat pembelajaran yang terkategori baik, suatu perangkat pembelajaran juga harus dilihat keefektifannya. Menurut Muntaha (2013) berpendapat bahwa “keefektifan perangkat pembelajaran dapat dilihat dari (1) tuntas belajar secara klasikal (2) respon positif siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan”.
Dalam penelitiannya Susanti (2015) menyimpulkan bahwa “perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan kategori valid mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa”. Selanjutnya Sujanem (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa, pengembangan perangkat pembelajaran berupa modul kontekstual terkategori valid dapat diimplementasikan di dalam pembelajaran. Bahkan, terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan terhadap siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pengembangan perangkat pembelajaran berupa modul kontekstual.
(12)
4
Contextual Teaching and Learning merupakan salah satu model
pembelajaran yang mengaitkan kondisi lingkungan terdekat siswa ke dalam proses
pembelajaran. Menurut Johnson (2014) “CTL membuat siswa mampu
menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka untuk menemukan makna”. Pada kesempatan lain Rusman (2011) menyatakan bahwa “CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata”. Menurutnya, proses pembelajaran CTL dapat disiasati melalui pengembangan perangkat pembelajaran dengan menerapkan model CTL di dalamnya, baik melalui sumber belajar, media belajar dan lain sebagainya.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Kurniawan (2010) menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang signifikan terhadap siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Dalam hal ini, peneliti menyarankan untuk melakukan tindak lanjut penelitian lainnya terkait pembelajaran dengan kontekstual tersebut.
Model pembelajaran CTL dilandasi dari filsafat konstruktivisme. Konstruktivisme menurut pandangan Vygotsky menekankan pada pengaruh budaya. Vygotsky berpendapat bahwa budaya dan lingkungan sosial seorang anak adalah hal terpenting yang mempengaruhi pembentukan pengetahuan mereka. Ormrod dalam bukunya (2009) menyatakan bahwa “kebudayaan juga memberikan suatu lensa untuk memandang dan menafsirkan pengalaman-pengalaman mereka dalam cara-cara yang sesuai dengan budaya mereka”. Hal ini menuntut pendidik
(13)
5 untuk mampu merancang pembelajaran dengan mengintegrasikan budaya ke dalam perangkat pembelajaran yang disiapkan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Tandiseru (2015) menyatakan bahwa “penggunaan situasi kontekstual terkait budaya dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu bentuk kreativitas dan inovasi guru dalam mengajar”. Beliau juga meyakini bahwa pembelajaran matematika yang terintegrasi dengan budaya akan mampu menjadikan pembelajaran bermakna bagi siswa. Hal ini didukung oleh penelitian lainnya yakni Eduardo (2011) menyatakan bahwa “matematika akan dapat diajarkan secara efektif dan bermakna dengan mengaitkan budaya lokal siswa”.
Menurut Komalasari (2010) menyebutkan bahwa “Vygotsky
mengemukakan konsepnya tentang Zona Perkembangan Proksimal (Zone of
Proximal Development)”. Diperjelas oleh pendapat Jauhari (2011) menyebutkan
bahwa “ Zona of Proximal Development adalah daerah antar tingkat perkembangan
sesungguhnya yang didefenisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri atau dengan di bawah bimbingan orang lain”. Dalam hal ini, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dibiasakan sejak dini untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan pemahaman dan penggabungan konsep-konsep yang ada secara mandiri atau dibantu orang lain.
Berdasarkan hasil tes PISA tahun 2009 (dalam Sari, 2015) menyebutkan bahwa “siswa Indonesia berada pada tingkat 61 dari 65 Negara. Aspek yang dinilai dalam PISA salah satunya adalah kemampuan pemecahan masalah”. Data ini diperjelas oleh laporan dari Kemdikbud (2012) yang diumumkan pada Desember 2010 bahwa Indonesia menempati peringkat tersebut dengan skor rata-rata 371.
(14)
6 Skor tersebut masih di bawah rata-rata skor internasional yaitu 496. Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa di Indonesia masih sangat memprihatinkan.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu kesanggupan siswa dalam memilih dan memilah serta menggabungkan beberapa konsep yang sesuai sebagai alternatif solusi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dari penggabungan beberapa konsep dilahirkanlah sebuah solusi untuk memecahkan masalah yang ada. Sedangkan menurut Sumarmo (1994) menyebutkan bahwa “pemecahan masalah merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita serta mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari”.
Dalam proses memecahkan masalah, siswa dituntut untuk mampu memahami masalah yang ada. Sehingga mempermudah siswa untuk menemukan hipotesis-hipotesis yang dijadikan sebagai jawaban sementara. Serta, mampu menemukan solusi pemecahan masalah dengan tepat. Untuk mampu memahami masalah yang ada siswa butuh daya konsentrasi yang cukup baik agar benar-benar mampu memahami masalah dengan benar.
Kemampuan pemecahan masalah matematis sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari siswa. The National Council of Supervisors of Mathematics
(dalam Posamentier, 2010) menyatakan bahwa “belajar memecahkan masalah adalah alasan utama untuk belajar matematika”. Dalam kesempatan lain, Pimta (2009) menyatakan bahwa “siswa yang dilatih dan dibiasakan menyelesaikan masalah matematika akan berkembang kemampuan daya pikir, dan berkembang pula keterampilan dasar mereka dalam menyelesaikan masalah terutama masalah dalam kehidupan sehari-hari”.
(15)
7 Kehidupan sehari-hari siswa tidak terlepas dari ilmu matematika. Seperti kegiatan menghitung, mengukur, membandingkan bahkan memecahkan masalah. Melalui ilmu matematika pulalah lahir ilmu-ilmu yang lainnya. Sehingga seseorang mampu bertahan menjalani kehidupan sehari-harinya melalui ilmu yang ia miliki. Begitu pentingnya ilmu matematika sehingga dibutuhkan pembelajaran bermakna di dalamnya.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan sebagai pre research di lapangan pada tanggal 5 Oktober 2015 yakni pada siswa kelas VIII MTs N Tanjung Pura, terdapat beberapa temuan. Temuan diperoleh selama proses pembelajaran matematika berlangsung di kelas. Dari segi siswa, terlihat aktivitas aktif belajar masih rendah. Dari total siswa 34 orang hanya 11,8% (4 orang) jumlah siswa yang terlihat aktif untuk mendengarkan penjelasan guru serta melakukan tanya jawab di kelas, sedangkan 88,2% (30 orang) siswa terlihat hanya duduk diam tanpa adanya respon bertanya atau menjawab. Aktivitas yang dilakukan siswa selebihnya seperti bermain di kelas, bercerita dengan temannya, dan mencoret-coret buku. Sedangkan kemampuan siswa untuk memahami materi yang disampaikan guru terlihat masih rendah sehingga hal ini mengakibatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah juga rendah.
Pada observasi awal, peneliti mencoba memberikan 5 butir soal cerita matematika berbentuk essay tes dalam pemecahan masalah tentang bilangan bulat yang merupakan materi pada kelas sebelumnya. Sejumlah soal tersebut, diberikan kepada 34 siswa. Hanya 5 orang siswa atau 14,7% yang mampu menjawab soal tersebut dengan jawaban dan langkah penyelesaian yang benar. Sedangkan 29
(16)
8 orang siswa atau 85,3% lagi menjawab soal dengan jawaban dan langkah penyelesaian yang salah.
Selanjutnya, respon siswa tentang pembelajaran matematika itu sendiri cukup negatif. Dari 34 siswa dalam satu kelas hanya 5 orang atau 14,7% siswa yang menyukai pelajaran matematika. Selebihnya yakni 29 orang atau 85,3% siswa tidak menyukai pelajaran matematika.
Materi matematika yang disajikan di buku pegangan sebagai buku ajar selama ini sulit untuk dicerna dan dipahami oleh siswa. Buku pegangan selama ini belum mampu menjadikan siswa mandiri dalam belajar tanpa adanya guru. Bahasa yang digunakan di buku pegangan sulit dipahami oleh para siswa. Buku pegangan siswa terlihat masih terlalu abstrak. Buku pegangan tersebut sangat minim akan contoh soal yang mengaitkan materi yang ada ke dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan lingkungan siswa. Contoh yang diberikan dari buku tersebut jauh dari kehidupan yang dialami siswa sehari-hari. sehingga siswa kurang mampu untuk memahami materi yang ada.
Pembelajaran matematika merupakan salah satu pembelajaran yang penting untuk diajarkan kepada peserta didik, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Dalam proses pembelajaran matematika peserta didik dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan. Salah satunya, kemampuan dalam pemecahan masalah. Melalui kemampuan dalam memecahkan masalah ini akan lahir sikap dan komitmen dari seorang peserta didik. Baik itu sikap bertanggung jawab, bersungguh-sungguh, berkompetisi dan lain sebagainya.
Pembelajaran matematika di sekolah hendaknya menekankan pada keterlibatan siswa yang secara aktif, serta menumbuhkembangkan pandangan
(17)
9
bahwa matematika sebagai science bukan hanya sekedar perhitungan yang
melibatkan simbol-simbol dan angka. Melainkan lebih pada pengaplikasian konsep matematika yang ada ke dalam kehidupan nyata yang ditemui sehari-hari. Sehingga konsep matematika yang abstrak mampu dipahami oleh siswa dan diaplikasikannya dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-harinya. Menurut Hariwijaya (2009) “permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari merupakan sumber pembelajaran matematika yang efektif”. Efektif yakni mampu mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga pembelajaran matematika yang disampaikan tidak abstrak dan mampu memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
Pembelajaran matematika yang ingin dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, hendaknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan peserta didik. Hal ini agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Salah satunya melalui pengembangan perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan peserta didik.
Proses pembelajaran dengan konsep pengintegrasian nilai-nilai budaya ke dalamnya sangat dibutuhkan hari ini. Terutama dalam menyemai kembali nilai-nilai budaya yang mulai luntur oleh arus perkembangan zaman yang cukup kencang hari ini. Pengintegrasian nilai-nilai budaya ke dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui pengembangan modul berbasis budaya setempat siswa.
“Tanjung Pura merupakan ibu kota kesultanan Melayu Langkat yang dikenal juga sebagai kota pendidikan serta kota budaya. Kota yang sebagai pusat kerajaan lama kesultanan langkat ini kini hanya meninggalkan sejarah yang tersisa, dilingkupi budaya melayu pesisir, dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hal ini terlihat dari banyaknya tumbuhan kelapa sawit yang menghiasi di sepanjang perjalanan dari kota Medan menuju kota ini. Penduduk Tanjung pura didominasi oleh suku melayu yang identik dengan islam. Hal ini juga diperkuat dengan adat melayu sendiri yang merupakan adat yang bersendikan hukum syara’ (islam) dan hukum islam syara’ yang bersendikan kitabullah (Al-qur’an). Tercatat penduduk Tanjung Pura yang
(18)
10 bersuku melayu adalah 80% dan 20% berasal dari Tionghoa, Aceh, Minang dan Banten.” (wikipedia, 2015).
Budaya Melayu di Tanjung Pura khususnya, masih mengenal falsafah yang berbentuk seni dalam berpantun di budaya Melayu. Budaya berpantun pada Melayu Tanjung Pura masih ada di dalam tradisi kehidupan bermasyarakat. Budaya berpantun ini, sering digunakan dalam acara-acara besar. Salah satu pantun yang dituturkan menurut Sinar (2002) yakni “Kalau dinding julai berjulai, Banyak semut yang menyegarai; Kalau berunding berlalai-lalai, Banyaklah kusut yang tak selesai;” yang mengandung makna jika belajar itu tak harus banyak bicara, yang ada tidak akan selesai tugas yang diberikan. Belajar itu haruslah fokus.” Melalui falsafah yang berbentuk pantun ini dapat dijadikan pandangan sebagai nasehat kepada siswa dalam belajar.
Berdasarkan tata letak geografis kehidupan budaya Melayu khususnya yang ada di Tanjung Pura masih dominan menggunakan bangunan rumah panggung. Dimana konsep rumah panggung sendiri menggunakan beberapa teori matematika, seperti salah satunya konsep teorema Pythagoras. Berdasarkan kelebihan yang ada di budaya Melayu ini, dapat dimanfaatkan ke dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan pendapat Vygotsky yang menekankan pada pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Serta pentingnya budaya dan lingkungan sosial seorang anak dalam pembentukan pengetahuan mereka.
Pengintegrasian budaya ke dalam proses pendidikan, diyakini mampu menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna melalui pengalaman yang ditemui siswa di kehidupan sehari-harinya. Namun dalam prakteknya, pembelajaran yang dilakukan di sekolah belum memanfaatkan budaya setempat.
(19)
11 Pembelajaran dengan memanfaatkan budaya setempat sebagai media yang mendukung pembelajaran mampu memperoleh hasil yang maksimal. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Matsumoto (2008) bahwa “kebudayaan adalah bagian penting dalam pendidikan anak”. Maka, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran tersebut, dibutuhkan pengembangan perangkat pembelajaran yang berbasis budaya.
Pengembangan perangkat pembelajaran yang valid dan efektif diharapkan mampu membantu tercapainya tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. Menurut Khomsiatun (2015) “valid adalah kesesuaian antara materi pada perangkat yang dikembangkan dengan kebutuhan siswa”. Adapun perangkat yang efektif menurutnya dapat dilihat dari peningkatan prestasi siswa setelah diberikan perangkat pembelajaran tersebut.
Berdasarkan uraian, pendapat, serta data pre research di atas, maka penulis merasa penting untuk melakukan pengembangan perangkat pembelajaran berbasis budaya. Proses pengembangan yang akan dilaksanakan mengikuti prosedural penelitian yang terstruktur guna memperoleh kebermanfaatan yang ada. Melalui penelitian yang terstruktur, penulis mengangkat penelitian ini dengan memberi judul “Pengembangan perangkat pembelajaran matematika dalam penerapan
Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Melayu untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas VIII MTS N Tanjung Pura”.
(20)
12
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat diperoleh beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1) Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru di lapangan kurang relevan
dengan pembelajaran matematika.
2) Inovasi pembelajaran matematika di sekolah belum memanfaatkan budaya.
3) Rendahnya aktivitas aktif siswa di kelas VIII MTs N Tanjung Pura saat proses belajar mengajar berlangsung.
4) Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran
matematika di kelas VIII MTs N Tanjung pura.
5) Rendahnya motivasi belajar matematika siswa di kelas VIII MTs N Tanjung
Pura.
6) Rendahnya kualitas buku ajar matematika yang digunakan siswa di kelas
VIII MTs N Tanjung Pura.
7) Ketidaktertarikan siswa terhadap buku pegangan yang digunakan sebagai
(21)
13
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada di atas, maka peneliti melakukan pembatasan masalah yang bertujuan agar penelitian ini lebih fokus. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Inovasi pembelajaran matematika di sekolah belum memanfaatkan
budaya.
2. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran
matematika di kelas VIII MTs N Tanjung Pura.
3. Rendahnya aktivitas aktif siswa di kelas VIII MTs N Tanjung Pura saat
proses belajar mengajar berlangsung.
4. Ketidaktertarikan siswa terhadap buku pegangan yang digunakan
sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran. D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian yang akan diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perangkat pembelajaran matematika dalam penerapan
Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Melayu yang
valid?
2. Bagaimanakah keefektifan perangkat pembelajaran matematika yang
dikembangkan dalam penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL)
berbasis budaya Melayu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas VIII MTs N Tanjung pura?
(22)
14 Untuk melihat kefektifan perangkat pembelaajran tersebut maka beberapa hal yang harus dijawab adalah sebagai berikut:
a) Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa dengan
penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan?
b) Bagaimana kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran?
c) Bagaimana tingkat kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran?
d) Bagaimana respon positif siswa terhadap proses dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika dalam penerapan Contextual Teaching and Learning
berbasis budaya Melayu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII MTs N Tanjung Pura. Tujuan umum ini dapat dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih khusus sebagai berikut:
1. Untuk melihat kevalidan perangkat pembelajaran dalam penerapan
Contextual Teaching and Learning berbasis budaya Melayu yang
dikembangkan.
2. Untuk melihat keefektifan perangkat pembelajaran matematika yang
dikembangkan dalam penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL)
berbasis budaya Melayu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas VIII MTs N Tanjung pura.
3. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan
(23)
15
4. Untuk mengetahui kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran
dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
5. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
6. Untuk mengetahui respon siswa terhadap proses dan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan. F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka akan diperoleh manfaat dari penelitian yakni sebagai berikut:
a. Secara teoritis
Sebagai sumbangan pemikiran ilmiah dalam memajukan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dengan cara mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika dalam penerapan Contextual Teaching and
Learning (CTL) berbasis budaya Melayu untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VIII MTs N Tanjung pura. b. Secara praktis
1) Sebagai informasi dan masukan kepada pihak sekolah untuk meningkatkan
mutu pendidikan melalui pengembangan perangkat pembelajaran
matematika dalam penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL)
berbasis budaya Melayu.
2) Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada program studi Pendidikan Dasar.
3) Sebagai acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan
(24)
16
Learning berbasis budaya Melayu untuk materi yang lain, yang relevan bila
diajarkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
4) Sebagai referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian mengenai
evaluasi diri tentang pemecahan masalah siswa yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang khususnya di bidang pendidikan matematika. 5) Sebagai ilmu pengetahuan bagi peneliti dan para praktisi peneliti pendidikan
di bidang pengembangan perangkat pembelajaran matematika. 6) Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
7) Sebagai referensi karya ilmiah di bidang pengembangan perangkat
pembelajaran matematika khususnya dalam penerapan Contextual Teaching
and Learning (CTL) berbasis budaya Melayu.
G. Defenisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan dalam mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan defenisi operasional sebagai berikut:
a) Perangkat pembelajaran adalah RPP, modul dan tes kemampuan pemecahan
masalah.
b) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang
mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Adapun 7 (tujuh) komponen penting yang harus ada dalam
(25)
17
Constructivism, (2) inquiry. (3) questening, (4) learning community, (5)
modelling, (6) reflection, (7) authentic assesment.
c) Budaya Melayu adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan segala
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat Melayu yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Dalam penelitian ini budaya Melayu yang dimaksud dibatasi pada fakta lingkungan budaya melayu dan nilai-nilai pada lingkungan budaya Melayu.
d) Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu kemampuan
menggabungkan beberapa konsep dan aturan yang telah diperoleh sebelumnya. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahan masalah, (3) menyelesaikan masalah, dan (4) memeriksa kembali jawaban yang diperoleh.
(26)
189
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Pengembangan perangkat pembelajaran matematika dalam penerapan Conetextual Teaching and Learning berbasis budaya Melayu model dengan menggunakan model pengembangan 4-D dari Tiagarajan, Semmel and Sammel telah menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid dan efektif pada materi teorema Pythagoras untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri dari Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP), Modul, dan Tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran matematika dalam penerapan Conetextual Teaching and Learning berbasis budaya Melayu telah memenuhi kriteria valid dan efektif.
2. Kriteria valid dilihat dari hasil validasi yang dilakukan oleh dosen ahli dan guru terhadap produk yang dikembangkan dalam bentuk draft I, II dan III. 3. Kriteria efektif dilihat dari (1) Ketercapaian ketuntasan kemampuan
pemecahan masalah, (2) aktivitas aktif siswa, (3) respon positif siswa, dan (4) tingkat pengelolaan guru dalam pembelajaran.
(27)
190
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan belum diimplementasikan secara keseluruhan pada setiap kelas paralel di MTs N serta di sekolah-sekolah lain. Penyebarannya adalah penyebaran terbatas yaitu hanya pada subjek di kelas sekolah penelitian. Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dalam berbagai topik pelajaran matematika dan mata pelajaran lain yang sesuai, disarankan pada para guru dan peneliti untuk mengimplementasikannya pada ruang lingkup yang lebih luas pada bidang studi yang lain dan di sekolah-sekolah yang lainnya.
2. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, disarankan agar guru berfokus pemberian soal-soal uraian berbentuk soal cerita bermuatan masalah. Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalaha matematis siswa akan terlatih sejak dini. Karena pada dasarnya kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa. Tidak hanya pada pelajaran matematika saja dan pada saat sekarang.
3. Kemampuan pemecahan masalah siswa dapat ditingkatkan walaupun bertahap. Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat ditingkatkan apabila guru secara terus menerus melatih siswa. Oleh sebab itu, disarankan kepada guru agar menggunakan model dan perangkat yang dapat melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
(28)
191
4. Perangkat pembelajaran matematika dalam penerapan Contextual Teaching and Learning berbasis budaya Melayu dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pokok bahasan teorema Pythagoras. Sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai perangkat dan model pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain. 5. Respon siswa positif terhadap pembelajaran dengan penerapan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan. Oleh sebab itu, diharapkan pada guru matematika agar dapat menciptakan suasana pembelajaran yang memberikan respon positif serta menyenangkan bagi siswa. Dengan demikian, siswa tidak akan mennganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang rumit dan sulit dipahami.
(1)
4. Untuk mengetahui kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
5. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
6. Untuk mengetahui respon siswa terhadap proses dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka akan diperoleh manfaat dari penelitian yakni sebagai berikut:
a. Secara teoritis
Sebagai sumbangan pemikiran ilmiah dalam memajukan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dengan cara mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dalam penerapan Contextual Teaching and
Learning (CTL) berbasis budaya Melayu untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VIII MTs N Tanjung pura. b. Secara praktis
1) Sebagai informasi dan masukan kepada pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan perangkat pembelajaran matematika dalam penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Melayu.
2) Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada program studi Pendidikan Dasar.
3) Sebagai acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan perangkat pembelajaran dalam penerapan Contextual Teaching and
(2)
Learning berbasis budaya Melayu untuk materi yang lain, yang relevan bila diajarkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
4) Sebagai referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian mengenai evaluasi diri tentang pemecahan masalah siswa yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang khususnya di bidang pendidikan matematika. 5) Sebagai ilmu pengetahuan bagi peneliti dan para praktisi peneliti pendidikan
di bidang pengembangan perangkat pembelajaran matematika. 6) Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
7) Sebagai referensi karya ilmiah di bidang pengembangan perangkat pembelajaran matematika khususnya dalam penerapan Contextual Teaching
and Learning (CTL) berbasis budaya Melayu.
G. Defenisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan dalam mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan defenisi operasional sebagai berikut:
a) Perangkat pembelajaran adalah RPP, modul dan tes kemampuan pemecahan masalah.
b) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang
mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Adapun 7 (tujuh) komponen penting yang harus ada dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu (1)
(3)
Constructivism, (2) inquiry. (3) questening, (4) learning community, (5)
modelling, (6) reflection, (7) authentic assesment.
c) Budaya Melayu adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan segala hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat Melayu yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Dalam penelitian ini budaya Melayu yang dimaksud dibatasi pada fakta lingkungan budaya melayu dan nilai-nilai pada lingkungan budaya Melayu.
d) Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu kemampuan menggabungkan beberapa konsep dan aturan yang telah diperoleh sebelumnya. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahan masalah, (3) menyelesaikan masalah, dan (4) memeriksa kembali jawaban yang diperoleh.
(4)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Pengembangan perangkat pembelajaran matematika dalam penerapan Conetextual Teaching and Learning berbasis budaya Melayu model dengan menggunakan model pengembangan 4-D dari Tiagarajan, Semmel and Sammel telah menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid dan efektif pada materi teorema Pythagoras untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri dari Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP), Modul, dan Tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran matematika dalam penerapan Conetextual Teaching
and Learning berbasis budaya Melayu telah memenuhi kriteria valid dan efektif.
2. Kriteria valid dilihat dari hasil validasi yang dilakukan oleh dosen ahli dan guru terhadap produk yang dikembangkan dalam bentuk draft I, II dan III. 3. Kriteria efektif dilihat dari (1) Ketercapaian ketuntasan kemampuan
pemecahan masalah, (2) aktivitas aktif siswa, (3) respon positif siswa, dan (4) tingkat pengelolaan guru dalam pembelajaran.
(5)
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan belum diimplementasikan secara keseluruhan pada setiap kelas paralel di MTs N serta di sekolah-sekolah lain. Penyebarannya adalah penyebaran terbatas yaitu hanya pada subjek di kelas sekolah penelitian. Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dalam berbagai topik pelajaran matematika dan mata pelajaran lain yang sesuai, disarankan pada para guru dan peneliti untuk mengimplementasikannya pada ruang lingkup yang lebih luas pada bidang studi yang lain dan di sekolah-sekolah yang lainnya.
2. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa,
disarankan agar guru berfokus pemberian soal-soal uraian berbentuk soal cerita bermuatan masalah. Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalaha matematis siswa akan terlatih sejak dini. Karena pada dasarnya kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa. Tidak hanya pada pelajaran matematika saja dan pada saat sekarang.
3. Kemampuan pemecahan masalah siswa dapat ditingkatkan walaupun
bertahap. Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat ditingkatkan apabila guru secara terus menerus melatih siswa. Oleh sebab itu, disarankan kepada guru agar menggunakan model dan perangkat yang dapat melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
(6)
4. Perangkat pembelajaran matematika dalam penerapan Contextual Teaching and Learning berbasis budaya Melayu dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pokok bahasan teorema Pythagoras. Sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai perangkat dan model pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain. 5. Respon siswa positif terhadap pembelajaran dengan penerapan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan. Oleh sebab itu, diharapkan pada guru matematika agar dapat menciptakan suasana pembelajaran yang memberikan respon positif serta menyenangkan bagi siswa. Dengan demikian, siswa tidak akan mennganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang rumit dan sulit dipahami.