IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERKARAKTER MELALUI MODEL BERMAIN PERAN TERHADAP APRESIASI NASKAH DRAMA SISWA SMP KELAS VIII DI YPK.DON BOSCO XAVERIUS 1 KABANJAHE.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat kasih dan
anugerah-Nya maka penulis dapat mengerjakan skripsi ini. Skripsi ini berjudul
“Implementasi pembelajaran Berkarakter Melalui model Bermain Peran
Terhadap Apresiasi Naskah Drama Siswa SMP Kelas VIII di YPK.Don
Bosco Xaverius 1 Kabanjahe”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian
syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari hambatanhambatan dan kesulitan dalam menyelesaikannya. Namun, dengan usaha dan
kerja keras yang maksimal dan bantuan dari banyak pihak, akhirnya skripsi ini
dapat selesai. Pada kesempatan ini juga, dengan kerendahan hati, penulis
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., selaku rektor Universitas Negeri Medan.



Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.




Ibu Dr. Rosmawaty, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia.



Bapak Drs. Sanggup Barus, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia sekaligus dosen Pembimbing Akademik.



Bapak
Dr. Abdurahman AS, M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis mulai
pembuatan outline, proposal penelitian, hingga selesainya skripsi ini.



Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Jurusan bahasa dan sastra Indonesia, Bapak

Drs.Syamsul Arif, M.Pd. yang memberi arahan dalam penyelesaian skripsi ini
serta memotivasi penulis untuk selalu tersenyum, serta Dosen lainnya yang
tidak penulis ucapkan namanya satu persatu, staf pegawai Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Bapak Alfin, yang telah menjadi sumber informasi dan
tempat bertanya yang baik bagi penulis dalam memahami prosedur Jurusan,
Ibu Indri dan Bapak Tono yang memberi penulis arahan mengenai prosedur
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.



UK-KMK.St. Martinus Unimed, yang mengajari penulis tentang arti
berorganisasi dan kebersamaan dalam kekeluargaan serta memberi penulis
banyak pengalaman baik rohani maupun akademik serta seni di dalam ketiga
GLORAnya.
Bapak Sener, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Xaverius 1 Kabanjahe,
Bapak Wakil Kepala Sekolah, Bapak/Ibu Guru terkhusus Guru bahasa
Indonesia kelas VIII, Ibu Rimsona Br Sinuraya, Bapak/Ibu pegawai serta
siswa-siswi yang turut serta membantu penulis dalam penyusunan skripsi.




ii



Kedua orangtua yang sangat penulis cintai, ayahanda Drs. B. Kaban dan
ibunda M. Br Sebayang, yang menjadi inspirasi dan kebahagiaan terbesar
penulis, serta yang selalu mencintai dan mendoakan penulis dan telah banyak
memberikan arahan, motivasi, serta dukungan baik materi maupun moril.



Saudaraku yang terkasih, Kakanda Jasa Mansur Missael Kaban,dan Adindaku
Seriyani Laurencia Br Kaban yang selalu ada setiap penulis membutuhkan
nasehat dan dukungan serta motivasi.



Sahabat terbaikku, Tri Handayani
Saragih yang selalu menemani dan

mendukung serta memberi Pepatah kepada penulis bahwa “Orang Beruntung
dapat mengalahkan orang yang pintar”. Semoga penulis bisa menjadi orang
pintar yang beruntung.



Keluarga besar “Kaban Mergana” dan "Sebayang Mergana” di Bintang
meriah, keluarga Bibik Tua di Simalingkar dan Kedua Nenek yang aku
sayangi, Nenek Karo dan Nenek Bayang yang selalu memberi motivasi dan
dukungan.



Teman-teman seperjuanganku stambuk 2008, terkhusus Sesy M.Tumanggor,
Nexsri Sinurat, Erni F.Hutagalung, Helga S.Sianturi,Hotmalina Siregar dan
Siska Aditya, Sahabat kampus yang selalu menemani dan mendukung penulis
dari semester pertama hingga akhir. Lestari Gulo dan Rouli T. Nababan yang
memberi semangat dan inspirasi bagi penulis, serta teman-teman yang tidak
dapat penulis ucapkan namanya satu persatu, terimakasih atas kebersamaan
kita dalam menjalani suka dan duka selama ini.

Kost Ambai Ceria, Elna D. Br Ginting, Amie Owen Manalu, Kak Juni
Manalu, Thari Manalu, Efri dan Tety, yang selalu sabar dan memahami situasi
dan kondisi penulis serta selalu ada memberi dukung dan motivasi



Seperti pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”, demikianlah
penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaannya. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi perkembangan
dan kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.
Medan, Agustus 2012
Penulis,
Happi Luluina Br Kaban
NIM 208311040

iii

DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7

LEMBAR WAWANCARA .................................. 93
OBSERVASI FISIK SEKOLAH ......................... 94
RPP GURU ........................................................... 97
PEDOMAN OBSERVASI PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN BERKARAKTER ................ 104
LEMBAR WAWANCARA .................................. 110
KESIMPULAN WAWANCARA ......................... 111
FOTO-FOTO DOKUMENTASI ......................... 112

v

BAB I
PENDAHULUAN


A.

Latar Belakang Masalah
Pendidikan karakter telah menjadi polemik di berbagai negara.

Pandangan pro dan kontra mewarnai diskursus pendidikan karakter sejak lama.
Sejatinya, pendidikan karakter merupakan bagian esensial yang menjadi tugas
sekolah, tetapi selama ini kurang perhatian. Sebagaimana yang diutarakan
Lickona (dalam Zubaedi. 2011: 14):
“ Akibat minimnya perhatian terhadap pendidikan karakter dalam
ranah persekolahan, telah menyebabkan berkembangnya berbagai
penyakit sosial di tengah masyarakat. Seyogianya, sekolah tidak hanya
berkewajiban meningkatkan pencapaian akademis, tetapi juga
bertanggung jawab dalam membentuk karakter siswa. Pencapaian
akademis dan pembentukan karakter yang baik merupakan dua misi
intergral yang harus mendapat perhatian sekolah”.
Munculnya

gagasan program pendidikan karakter


dalam dunia

pendidikan di Indonesia, bisa dimaklumi, sebab selama ini dirasakan, proses
pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia Indonesia yang
berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal membangun
karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang piawai dalam menjawab soal
ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut, dan perilakunya tidak
terpuji.
Hal lain yang menggejala di kalangan pelajar dan mahasiswa berbentuk
“kenakalan‘.

Beberapa

di

antaranya

adalah


tawuran

antarpelajar

dan

antarmahasiswa. Di beberapa kota besar tawuran pelajar menjadi tradisi dan

1

2

membentuk pola yang tetap, sehingga di antara mereka membentuk “musuh
bebuyutan‘. Tawuran juga kerap dilakukan oleh para mahasiswa seperti yang
dilakukan oleh sekelompok mahasiswa pada perguruan tinggi tertentu di
Makassar. Bentuk kenakalan lain yang dilakukan pelajar dan mahasiswa adalah
meminum minuman keras, pergaulan bebas, dan penyalahgunaan narkoba yang
bisa mengakibatkan depresi bahkan terkena HIV/AIDS. Fenomena lain yang
mencoreng citra pelajar adalah dan lembaga pendidikan adalah maraknya “gang
pelajar‘ dan “gang motor‘. Perilaku mereka bahkan seringkali menjurus pada

tindak kekerasan (bullying) yang meresahkan masyarakat dan bahkan tindakan
kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan. Semua perilaku
negatif di kalangan pelajar dan mahasiswa tersebut atas, jelas menunjukkan
kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak
optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena
kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
Kondisi yang memprihatinkan itu tentu saja menggelisahkan semua
komponen bangsa, termasuk Presiden Republik Indonesia. Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono memandang perlunya pembangunan karakter saat ini. Pada
peringatan

Dharma

Shanti

Hari

Nyepi

2010,


Presiden

menyatakan,

―Pembangunan karakter (character building) amat penting. Kita ingin
membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan mulia.
Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban
demikian dapat kita capai apabila masyarakat kita juga merupakan masyarakat
yang baik (good society). Dan, masyarakat idaman seperti ini dapat kita wujudkan

3

manakala manusia-manusia Indonesia merupakan manusia yang berakhlak baik,
manusia yang bermoral, dan beretika baik, serta manusia yang bertutur dan
berperilaku baik pula. (Dirjenpentikempenas. 2010:3).
Untuk

itu

perlu

dicari

jalan

terbaik

untuk

membangun

dan

mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter
yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui
pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam
pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan
diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter
positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar
Dewantara dengan tegas menyatakan bahwa ―pendidikan merupakan daya upaya
untuk menumbuh kembangkan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intellect), dan tubuh siswa. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama
untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya
pendidikan karakter
Pendidikan berkarakter untuk semua jenjang pendidikan telah menjadi
salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah (Zubaedi. 2011: 165). Oleh
karena itu, guru merupakan agen yang berperan penting dalam menanamkan
pendidikan berkarakter di sekolah. Sebagaimana tertuang dalam UU No.14 Tahun
2005, guru didefenisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia jalur pendidikan formal,
pendidik dasar, dan pendidik menengah.

4

Tujuan pendidikan sangat berkaitan dengan pembentukan karakter siswa,
sehingga pendidikan karakter di sekolah seharusnya dapat diintegrasikan baik
dalam manajemen sekolah ataupun dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah.
Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran
adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya
nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta siswa
sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun
di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran, selain untuk menjadikan siswa menguasai kompetensi (materi)
yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik
mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya
perilaku. (Dirjenmanpendasmen. 2010 :34).
Hal ini juga tertuang didalam

Undang-undang No. 20 tahun 2003

tentang Sistem pendidikan Nasional telah ditegaskan bahwa ―Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Namun pada kenyataannya upaya
pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain

5

belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif
pada upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa
pendidikan dasar, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan
membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b)
berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan
inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial, demokratis,
dan bertanggungjawab. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa tujuan pendidikan
di setiap jenjang, termasuk SMP sangat berkaitan dengan pembentukan karakter
siswa.
Dalam hal ini, sastra kemungkinan besar dapat menjadi media strategis
dalam pendidikan karakter di sekolah ( Sumaryadi.2011)

khususnya yang

terimplementasi di dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Melalui karya
sastra,siswa sejak dini bisa melakukan olah rasa, olah batin, dan olah budi secara
intens sehingga secara tidak langsung anak-anak memiliki perilaku dan kebiasaan
positif melalui proses apresiasi dan berkreasi melalui sastra. Dengan demikian,
pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif saja, tetapi
menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta
didik sehari-hari di masyarakat. Tentu saja, langkah visioner semacam ini tak
akan banyak maknanya jika tidak diimbangi dan dukungan penuh dari berbagai

6

kalangan secara intensif menginternalisasi pendidikan karakter dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat.
Drama merupakan salah satu bentuk dari sastra dan terintegrasi di salah
satu kompetensi yang harus dicapai siswa dalam bidang studi Bahasa dan Sastra
Indonesia pada siswa kelas VIII SMP yaitu mampu mengapresiasi teks sebuah
drama. Hal itu terdapat dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP)
dengan standard kompetensi: Mengungkapkan pikiran dan Perasaan dengan
bermain peran, kompetensi dasar: Bermain peran sesuai dengan naskah drama
yang ditulis siswa. Oleh karena itu, drama merupakan salah satu karya sastra
yang bila diajarkan dengan baik dapat membina nilai-nilai moral dan karakter
pada siswa.
M. Asrori Ardiansyah (2010), mengemukakan bahwa:“Bermain peran
(role playing) adalah sejenis permainan gerak yang di dalamnya ada
tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Dalam Bermain
peran siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun
saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain Bermain peran
seringkali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana anak
didik membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang, ia juga berfungsi sebagai penanam karakter
kata atau penggunaan ungkapan”
Berbekal pada pengalaman peneliti ketika mengikuti Workshop
“Pelatihan Pendidikan Karakter” yang diselenggarakan oleh Staf Pembantu
Rektor 3 Unimed pada tanggal 13-14 desember 2011 di Grand Mutiara
Hotel Berastagi, Serta berdasarkan fenomena pentingnya peran guru dalam
pendidikan karakter. Peneliti merasa tertarik untuk meneliti proses
pembelajaran yang digunakan guru dalam menghadapi tuntutan pendidikan

7

karakter khususnya di sekolah YPK. Don Bosco Xaverius 1 Kabanjahe di
kabupaten Karo.
Dari hasil wawancara ketika melakukan observasi awal (Hari rabu, 4 April
2012) . Peneliti mendapat kesimpulan bahwa di SMP Xaverius 1 Kabanjahe
menerapkan pendidikan karakter. Hal ini dinyatakan oleh Bapak Drs.Budiman
selaku wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan guru. Di dalam wawancara,
Beliau mengatakan bahwa:
“semua bidang studi sudah diarahkan supaya semua guru-guru
sesuai dengan bidang studinya agar menerapkan pendidikan
karakter kepada masing-masing siswa sesuai dengan materi dan
bidang studi yang diajarkannya.”
Berdasarkan pula pada visi SMP Xaverius 1 Kabanjahe yaitu mendidik
siswa yang memiliki karakter, martabat, disiplin, berbudaya dengan rasa sosial
serta berkompetensi. Maka disinilah implementasi pembelajaran berkarakter
menjadi sangat penting dan menjadi pijakan dalam mendidik siswa. Oleh karena
itu dalam pembelajaran karakter siswa di SMP Xaverius 1 Kabanjahe, tidak cukup
hanya pada pelajaran PKN dan agama saja, tetapi terintegrasi dalam setiap mata
pelajaran termasuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
Pembelajaran yang diterapkan oleh guru melalui bahasa Indonesia di SMP
Xaverius 1 Kabanjahe diarahkan pada penanaman nilai-nilai kedisiplinan,
kejujuran, tanggung jawab, toleransi dan kerjasama yang baik sesuai dengan
tujuan pendidikan di lingkungan SMP Xaverius 1 Kabanjahe. Cerminan pribadi
siswa dapat dilihat dalam bentuk tampilan lahiriah, misalnya cara berpakaian,
beribadah, belajar, bekerjasama dan musyawarah (diskusi), untuk sementara dapat

8

dijadikan sebagai tolak ukur karakter yang sudah terbentuk si SMP Xaverius 1
Kabanjahe.
Di dalam observasinya, peneliti kemudian memfokuskan pada perangkat
pengajaran guru bahasa Indonesia, dan peneliti menemukan hal menarik yakni
pembelajaran berkarakter yang dilakukan guru melalui model bermain peran
terhadap apresiasi naskah drama siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Pembelajaran
Berkarakter melalui Model Bermain Peran Terhadap Apresiasi Naskah
Drama Siswa SMP Kelas VIII di YPK. Don Bosco Xaverius 1 Kabanjahe”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas dan
fenomena

yang ditemukan peneliti dalam observasinya, maka peneliti

menghidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Krisis karakter yang terjadi di Indonesia
2. Pentingnya Implementasi pendidikan karakter di Sekolah
3. Guru dituntut mampu mengintegrasikan pendidikan karakter di
sekolah
4. Drama sebagai media yang mampu membentuk karakter siswa
C. Batasan Masalah
Peneliti membatasi penelitian ini pada aspek pembelajaran berkarakter
yang dilakukan oleh guru bahasa indonesia dengan mendeskripsikan bagaimana

9

guru bahasa Indonesia di SMP Xaverius 1 Kabanjahe mengimplementasikan
pembelajaran berkarakter melalui model bermain peran terhadap apresiasi naskah
drama siswa dan menilik hambatan-hambatan yang dialami oleh guru dalam
mengimplementasikan pembelajaran berkarakter.
D. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1.

Bagaimanakah implementasi pembelajaran berkarakter melalui model
bermain peran terhadap apresiasi naskah drama siswa kelas VIII SMP
Xaverius 1 Kabanjahe oleh guru bahasa Indonesia?

2.

Tindakan atau gejala apa sajakah yang muncul dalam pembelajaran yang
dilakukan guru yang menandakan bahwa implementasi pembelajaran
berkarakter melalui model bermain peran terhadap apresiasi naskah drama
kelas VIII SMP Xaverius 1 Kabanjahe telah terimplementasi dengan baik?

3.

Hambatan-hambatan apa yang dialami oleh guru bahasa Indonesia dalam
implementasi pembelajaran berkarakter melalui model bermain peran
terhadap apresiasi naskah drama siswa kelas VIII SMP Xaverius 1
Kabanjahe?

10

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menggambarkan implementasi pembelajaran berkarakter melalui model
bermain peran

terhadap apresiasi naskah drama siswa kelas VIII SMP

Xaverius 1 Kabanjahe
2. Untuk mengidentifikasi tindakan atau gejala-gejala apa sajakah yang muncul
dalam pembelajaran

yang dilakukan guru yang menandakan bahwa

implementasi pembelajaran berkarakter melalui model bermain peran terhadap
apresiasi naskah drama kelas VIII SMP Xaverius 1 Kabanjahe telah
terimplementasi dengan baik?
3. Untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan apa yang dialami oleh guru
bahasa Indonesia dalam implementasi pembelajaran berkarakter melalui model
bermain peran terhadap apresiasi naskah drama siswa kelas VIII SMP Xaverius
1 Kabanjahe.
F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Secara teoretis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
a) Memberi kontribusi bagi pengembangan pendidikan berbasis karakter di
sekolah.

11

b) Dapat

menjadi tambahan referensi pustaka

bagi peneliti-peneliti

berikutnya
2. Praktis
Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para
pendidik (guru) dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah.
3. Manfaat khusus
Dengan adanya penelitian ini secara tidak langsung bermanfaat untuk
memberi masukkan pada pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah ini,
yaitu:
a) Bagi penulis
Penulis selaku calon guru yang kelak akan mengajar bidang studi Bahasa
dan Sastra Indonesia, mendapatkan pengetahuan mengenai penanaman pendidikan
berkarakter dalam pembelajaran apresiasi naskah drama melalui model “bermain
peran (role playing)”
b) Bagi guru bahasa Indonesia
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam menambah
pengetahuan dan wawasan terutama mengenai:
1. Pengertian,hakekat,fungsi, dan ciri pembelajaran karakter
2. Tujuan, Perencanaan, Pelaksanaan pembelajaran berkarakter

12

c) Bagi Kepala Sekolah
Dapat digunakan sebagai masukan baik materi maupun bahan bagi
kepala sekolah untuk membina guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
dan profesionalisme guru terutama dalam implementasi pendidik karakter.
G. Defenisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah yang
terdapat di dalam judul penelitian, berikut ini disampaikan penjelasan beberapa
istilah
1. Implementasi
implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau
inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap.
2. Pembelajaran berkarakter
Pembelajaran berkarakter adalah pembelajaran yang pada hakekatnya
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut
banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang
dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.
3. Bermain peran
Bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang di dalamnya ada
tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Dalam Bermain peran
siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu

13

pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain Bermain peran seringkali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana anak didik membayangkan
dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang, ia juga
berfungsi sebagai penanam karakter kata atau penggunaan ungkapan
4. Apresiasi
Apresiasi adalah penghargaan atau penilaian terhadap karya sastra
berdasarkan pemahaman yang jelas, sadar, dan kritis untuk menumbuhkan
pengertian yang mengandung nilai dalam kehidupan.
5. Naskah drama
Naskah drama adalah suatu karangan dalam bentuk teks yang di
dalamnya terdapat penggambaran kehidupan manusia melalui dialog dalam
bentuk tanya jawab antarpelaku.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka
dapat disimpulkan beberapa paparan berikut ini:
1. Implementasi pembelajaran karakter melalui model bermain peran
terhadap apresiasi naskah drama siswa SMP Xaverius 1 Kelas VIII di
YPK. Don Bosco Xaverius 1 Kabanjahe merupakan suatu sistem
pembelajaran penanaman karakter dimana siswa aktif belajar dan
mengapresiasikan perasaan dan pikirannya di dalam naskah drama serta
mengekspresikan perasaan dan pikiran yang telah ia naskahkan melalui
bermain peran.
2. Di dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru, siswa tampak begitu
aktif dan kreatif. Mereka berusaha tampil percaya diri (berani) dan disiplin
serta dengan penuh tanggung jawab brusaha bekerjasama dengan
temannya dalam menampilkan penampilan yang terbaik.
3. Dalam implementasi pembelajaran berkarakter melalui model bermain
peran terhadap apresiasi naskah drama siswa kelas VIII SMP Xaverius 1
Kabanjahe, terdapat beberapa hambatan/kendala yang dihadapi guru yaitu:
a. Guru kewalahan dalam mengontrol dan menilai siswa secara
individu akibat jumlah siswa yang heterogen

88

89

b. Guru tidak memberikan patokan nilai yang jelas terhadap setiap
karakter siswa yang di harapkan muncul didalam rancangan
pembelajaran yang telah disusun guru.
c. Guru kurang memahami implementasi pembelajaran berkarakter di
dalam peroses belajar mengajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada sekolah SMP Xaverius 1
Kabanjahe, khususnya guru bidang studi bahasa indonesia kelas VIII, maka dapat
diberikan saran-saran yang perlu di perhatikan untuk implementasi pembelajaran
berkarakter di dalam mata pelajaran apresiasi naskah drama siswa SMP Xaverius
1 Kabanjahe melalui model bermain peran.
1. Implementasi pembelajaran karakter melalui model bermain peran
terhadap apresiasi naskah drama siswa SMP Xaverius 1 Kelas VIII di
YPK. Don Bosco Xaverius 1 Kabanjahe merupakan sistem pembelajaran
yang menarik dan aktif dalam menilai,mengamati, dan menumbuhkan
nilai-nilai karakter dari siswa khususnya, berani, bertanggung jawab,
mampu bekerjasama dan disiplin.Hanya saja kurangnya pemahaman guru
tentang ranah pembelajaran pendidikan karakter tetap adalah sebuah
masalah yang harus menjadi perhatian guru. Untuk itu peneliti
menyarankan kepada guru agar lebih memahami akan keberartian
pemahaman RPP berkarakter di dalam proses pembelajaran berkarakter
khususnya di dalam pembelajaran apresiasi naskah drama siswa.

90

2. Di dalam proses pembelajaran ini, Karakter siswa yang muncul tidak
hanya meruapakan karakter yang diharapkan muncul seperti: mau menang
sendiri, egois, acuh tak acuh dan sebagainya. Karena didalam
pembelajaran berkarakter, karakter yang ada pada siswa muncul secara
gamblang dan jelas. Sehingga di dalam pembelajaran berkarakter guru
dapat dengan mudah menilai dan mengamati karakter siswa serta
mengarahkan siswa memahami karakter yang diharapkan muncul di dalam
pembelajaran. Oleh karena itu model bermain peran disarankan peneliti
untuk tetap diterapkan dalam implementasi pembelajaran berkarakter
khususnya dalam pembelajaran apresiasi naskah drama.
3. Perlu diadakannya penyuluhan atau sosialisasi mendalam terhadap guruguru mengenai implementasi pendidikan karakter di sekolah khususnya
yang terintegrasi di dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP
Xaverius 1 Kabanjahe.

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DRAMA MELALUI BERMAIN PERAN MODEL STAD PADA SISWA KELAS V SDN 02 BONGAS WATUKUMPUL

0 18 160

PENINGKATAN KUALITAS PENGHAYATAN TOKOH PADA PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

5 34 109

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE Implementasi Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Perbandingan Senilai Dan Berbalik Nilai (Ptk Siswa Kelas Vii Semester Gasal Smp Kasa

0 1 19

EFEKTIVITAS STRATEGI FORMASI REGU TEMBAK TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SEI BAMBAN TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010.

0 2 23

PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007 / 2008.

0 0 8

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA KELAS V SDN BANYURIP 1 KECAMATAN SAMB

0 0 14

PENINGKATAN APRESIASI CERITA RAKYAT MELALUI PEMBELAJARAN METODE BERMAIN PERAN Peningkatan Apresiasi Cerita Rakyat Melalui Pembelajaran Metode Bermain Peran (Role Playing) pada Siswa Kelas XI IPA- 1 SMU N 1 Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009.

0 0 16

KEEFEKTIFAN TEKNIK STORYBOARD DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGPUCUNG CILACAP.

3 15 136

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK BERBANTUAN MEDIA FILM PENDEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TULIS KABUPATEN BATANG.

1 12 206

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA MENGGUNAKAN MODEL GROUP INVESTIGATION SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JAWAI

0 0 16