ANALISIS TEKNIS PENGGOLAHAN DAN KEUNTUNGAN PADA USAHA KERUPUK KULIT MAHKOTA KULIT DI KOTA BATUSANGKAR.

SKRIPSI

ANALISIS TEKNIS PENGGOLAHAN DAN KEUNTUNGAN PADA
USAHA
KERUPUK KULIT MAHKOTA KULIT DI KOTA BATUSANGKAR

Oleh
JEFRIA AGUS SAPUTRA
BP 0810612291

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

1

ANALISIS TEKNIS PENGOLAHAN DAN KEUNTUNGAN PADA USAHA
KERUPUK KULIT MAHKOTA KULIT DI KOTA BATUSANGKAR

Jefria Agus Saputra, di bawah bimbingan
Fitrini, SP, M.Econs dan Sri Melia, STP, MP

Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan
Universitas Andalas Padang 2014
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan kerupuk kulit
dan keuntungan yang diperoleh dari usaha kerupuk kulit Mahkota Kulit.
Penelitian ini dilaksanakan pada usaha kerupuk kulit Mahkota Kulit di Kota
Batusangkar, dari tanggal 11 Juli 2013 sampai 11 Agustus 2013. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus, dimana yang menjadi
responden adalah pemilik usaha Mahkota Kulit dan tenaga kerja yang
keseluruhannya berjumlah 16 orang. Analisis data dilakukan secara derkriptif
kulitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa usaha kerupuk
kulit Mahkota Kulit menggunakan kulit basah yang diperoleh dari RPH Proses
produksinya terdiri dari proses pencucian, perebusan, pengikisan bulu, perebusan
pematangan, pengikisan kulit ari dan kulit bagian dalam, penggaraman,
penjemuran, penggorengan latua, pengorengan kerupuk siap konsumsi.
Keuntungan yang diperoleh dari usaha kerupuk kulit Mahkota kulit selama 1
bulan penelitian adalah sebesar Rp 67.091.774,- atau rata-rata pendapatan untuk
satu kali proses produksi sebesar Rp 2.795.490,58./ hari.
Kata kunci : Aspek teknis, keuntungan, kerupuk kulit.


4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 2001, ditetapkan bahwa
pengembangan industri nasional lebih diarahkan pada pengembangan usaha
industri kecil melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif. Disamping itu,
pengembangan industri lebih diarahkan pada usaha kecil karena dengan modal
yang tidak terlalu besar, usaha masih bisa berproduksi. Usaha kecil dinilai
memiliki kinerja yang cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga kerja
produktif. Usaha kecil mampu meningkatkan produktivitas melalui investasi dan
perubahan teknologi serta memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan usaha berskala besar (Widyastuti 2008). Usaha kecil dan
menengah dengan jiwa wirausaha mampu bertahan, berkembang dan tumbuh di
masa sulit dengan mengandalkan sumber daya yang terbatas.

Program pengembangan industri dan perdagangan di Sumatera Barat
diarahkan untuk mendorong pertumbuhan agroindustri dan agribisnis berskala
kecil dan menengah dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang

tersedia, sehingga berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja yang pada
gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat (Dinas Peternakan
Sumatera Barat 2010). Sejalan dengan itu dituntut kemampuan pelaku-pelaku
agribisnis dalam melakukan pengolahan hasil pertanian salah satunya usaha
peternakan, melalui pengembangan agribisnis dan agroindustri sub sektor
peternakan. Kegiatan ini diharapkan dapat memperlancar keanekaragaman

11

produksi serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditi peternakan
(Wiwik et al 2003).
Dalam meningkatkan nilai tambah baik produk pertanian maupun
peternakan ini mencakup dalam ruang lingkup agroindustri atau industri rumah
tangga. Agroindustri adalah usaha yang berbahan baku pertanian atau peternakan.
Salah satu agroindustri yang menekankan pada food processing yaitu usaha yang
dilakukan agar pangan bisa dikonsumsi dan terhindar dari kerusakan adalah usaha
kerupuk kulit.
Usaha ini mengolah bahan baku dari kulit ternak menjadi produk yang
dapat dikonsumsi dan bernilai ekonomis. Kerupuk kulit merupakan salah satu
hasil dari olahan kulit yang paling populer di masyarakat. Untuk memproduksi

kerupuk kulit, diperlukan bahan baku kulit segar atau basah, baik yang berasal
dari kulit sapi, kerbau, maupun kambing, namun kulit yang sering digunakan
adalah kulit sapi dan kulit kerbau. Disamping bahan baku kulit segar banyak juga
produsen yang menggunakan bahan baku kulit awet atau disebut juga kulit kering.
Di Sumatera Barat kerupuk kulit dikenal dengan nama ‘kerupuak jangek‘
merupakan makanan khas Sumatera Barat. Kerupuk ini diproduksi hampir di
seluruh daerah di Sumatera Barat, salah satunya di Kabupaten Tanah Datar.
Batusangkar termasuk daerah sentra penghasil kerupuk kulit di Sumatera
Barat. Menurut Disperindag Batusangkar (2011) usaha kerupuk kulit di daerah ini
terdapat sebanyak 26 usaha. Salah satu usaha kerupuk kulit yang terbesar di
Batusangkar terdapat di daerah Saruaso Barat Kecamatan Tanjung Emas
Kabupaten Tanah Datar yaitu usaha kerupuk kulit Mahkota Kulit atau dikenal
juga dengan usaha kerupuk kulit H D Tumanggung Usaha kerupuk kulit Mahkota

12

Kulit sudah berdiri sejak 1979 dengan kapasitas produksi 366000 kg dan menurut
informasi dari pemilik usaha dengan omset penjualan Rp.3,6 miliar / tahun.
Usaha kerupuk kulit “Mahkota Kulit” adalah usaha penggolahan kulit
ternak menjadi kerupuk kulit, baik itu yang berasal dari kulit sapi ataupun kulit

kerbau. Selama ini pemilik mengunakan kulit sapi dan kerbau dengan cara
dicampur saja sedangkan produksi lerupuk kulut mengunakan kulit segar berupa
kulit sapi dan kerbau. Padahal jika dijual secara terpisa harga dipasaran kerupuk
kulit kerbau lebih mahal dari harga kulit sapi sehinga peluang keuntungan yang
mukin diperoleh oleh usaha ini akan semakin tinggi. Apa bilah harga olahan
bahan baku kulit segar kerbau dijual dengan harga yang sama dengan kulit sapi
yaitu Rp 22.000.
Kualitas kerupuk kulit yang dihasil kan dipengaruhi oleh proses produksi /,
pengolahan yang dilakukan oleh usaha ini semakin baik kualitas kerupuk kulit
yang diproduksi semakin tinggi harga jual yang bisa ditawarkan. Proses produksi
usaha ini menghasilkan 2 jenis produk, yaitu kerupuk kulit “latua” dan kerupuk
kulit siap untuk dikonsumsi. Bahan baku berupa kulit basah biasanya dibeli dari
rumah potong hewan (RPH) di Padang Panjang, Bukitinggi dan RPH di
Sawahlunto.
Usaha kerupuk kulit Mahkota Kulit memasarkan produknya keseluruh
daerah di Kabupaten Tanah Datar yaitu pada rumah makan, warung - warung
kecil, pasar dan ada juga dijual keluar kota yaitu kota Pekanbaru, Rengat dan kota
Jakarta. Usaha kerupuk kulit Mahkota Kulit saat ini sudah menghasilkan produksi
20.000 Kg / tahun.


13

Keberhasilan usaha dapat dilihat dengan tingginya keuntungan atau
keberasilan usaha dapat dilihat dari tingginya yang diperoleh. Keuntungan
tersebut ditentukan oleh keuntungan kerupuk kulit yang dipasarkan yang
dipengarui oleh proses produksi atau pengolahan kerupuk kulit. sehingga dengan
penggolahan yang telah dijelaskan tersebut. Berawal dari pemikiran itulah perlu
dilakukan penelitian dengan “Analisis Teknis Penggolahan dan Keuntungan
Pada Usaha Kerupuk Kulit Mahkota Kulit di Kota Batusangkar”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengolahan kerupuk kulit yang dilakukan oleh usaha
kerupuk kulit Mahkota Kulit ?
2. Berapa keuntungan yang diperoleh dari usaha kerupuk kulit Mahkota
Kulit?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pengolahan kerupuk kulit yang dilakukan oleh
Mahkota Kulit.
2. Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari usaha kerupuk kulit
Mahkota Kulit.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk memberikan informasi dan masukan kepada pemilik usaha kerupuk
kulit Mahkota untuk mengembangkan usaha di masa yang akan datang.
2. Untuk

memberikan

informasi

kepada

usaha

sejenis

untuk

menggembangkan usahanya.

14


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Etanol Kulit Buah Dari Tumbuhan Petai (Parkia Speciosa Hassk.) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Kelinci

6 140 92

Analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi dan kulit kerbau (Studi kasus: usaha pembuatan kerupuk rambak di kecamatan Pegandon kabupaten Kendal Jawa Tengah)

21 135 151

ANALISIS USAHA KERUPUK KULIT (studi Kasus : Pada usaha Kerupuk Kurit sari Jangek Di Kerurahan Lubuk Lintah Kecamatan Kuranji padang).

0 0 6

ANALISIS SISTEM PEMASARAN USAHA KERUPUK KULIT DI KOTA BUKITTINGGI (Studi Kasus: Pada Industri kecil Kerupuk Kulit Gunung Merapi di Kelurahan Pakan Labuh, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh Bukittinggi).

0 1 7

HUBUNGAN KOMUNIKASI DAN MOTTVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA USAHA KERUPUK KULIT (Studi Kasus Pada Usaha Kerupuk Kulit UD Sari Jangek di Kota padang).

0 1 8

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KERUPUK KULIT (Studi Krsus : Industri Kecil Kerupuk Kulit Gunung Merapi di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh Kota Bukittinggi).

0 1 6

ANALISIS PENETAPAN HARGA JUAL KERUPUK KULIT PADA INDUSTRI KECIL (Studi Kasus Pada Usaha Kerupuk Kulit Pusako Minang di Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam).

0 1 6

ANALISA PEMASARAN KERUPUK KULIT PADA INDUSTRI KECIL KERUPUK KULIT SARI JANGEK DI KOTA PADANG.

0 1 8

ANALISA BAURAN PEMASARAN DAN FORMULASI STRATEGI PEMASARAN KERUPUK KULIT PADA USAHA INDUSTRI KECIL (Studi Kasus Pada Usaha Kerupuk Kulit Citra Mandiri di Kota Padang).

1 0 7

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KERUPUK KULIT DI KOTA MATARAM

4 3 14