Analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi dan kulit kerbau (Studi kasus: usaha pembuatan kerupuk rambak di kecamatan Pegandon kabupaten Kendal Jawa Tengah)

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK

RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU

(Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan

Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah)

SKRIPSI

ROCH IKA OKTAFIYANI H34050890

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

ROCH IKA OKTAFIYANI. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Sapi dan Kulit Kerbau (Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan Tintin Sarianti)

Sektor UKM merupakan sektor yang memiliki berbagai keunggulan. Keunggulan ini membuat kontribusi UKM terhadap perekonomian Indonesia pada tahun 2007 sebesar 53,6 persen. UKM juga memiliki laju pertumbuhan yang lebih baik jika dibandingkan dengan usaha besar. Keunggulan UKM membuat Pemda Kabupaten Kendal memberdayakan UKM untuk membangun daerah. Kontribusi industri pengolahan termasuk UKM sebesar 35,48 persen dari total PDRB di Kabupaten Kendal. Pemda Kabupaten Kendal telah menetapkan wilayah-wilayah tertentu sebagai produsen makanan kecil. Salah satu produk yang dikembangkan adalah kerupuk rambak dengan sentra pembuatannya adalah di Kecamatan Pegandon. Kerupuk rambak merupakan salah satu jenis kerupuk yang terbuat dari bahan baku kulit sapi dan kerbau.

Permintaan kerupuk rambak meningkat namun permintaan ini tidak diimbangi oleh penawaran dari industri kerupuk rambak. Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran ini mengindikasikan masih ada pangsa pasar yang masih dapat diraih oleh pelaku usaha. Namun, usaha pembuatan kerupuk rambak dianggap sebagai usaha tradisional yang tidak mendatangkan keuntungan. Selain itu, usaha kerupuk rambak dipengaruhi oleh bahan baku. Harga kulit kerbau lebih mahal jika dibandingkan dengan kulit sapi. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha untuk menilai usaha pembuatan kerupuk rambak serta analisis bagaimana pengaruh penggunaan bahan baku kulit kerbau sebagai input produksi kerupuk rambak terhadap kelayakan usaha.

Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi kelayakan pembuatan usaha kerupuk rambak dilihat dari aspek non finansial, 2) Menganalisis kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak bahan baku kulit sapi dan kulit kerbau, 3) Menganalisis kepekaan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi dan kulit kerbau, 4) Membandingkan kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak dengan bahan baku kulit sapi dan kulit kerbau.

Lokasi penelitian dipilih secara purposive. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Maret 2009. Data diambil dari tiga responden pengusaha kerupuk rambak. Pengambilan sampel menggunakan metode pengambilan contoh secarasimple random sampling untuk responden pengusaha kerupuk rambak kulit sapi sedangkan untuk pengusaha kerupuk rambak kulit kerbau dilakukan secara purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi literatur. Analisis yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dalam usaha pembuatan kerupuk rambak. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial menggunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),


(3)

Payback Period, Net benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) dan analisis switching value. Variabel untuk analisis switching value adalah penurunan penjualan kemasan besar, penurunan penjualan kemasan kecil, penurunan penjualan kedua kemasan, kenaikan harga kulit dan kenaikan harga lemak.

Keragaan usaha pembuatan kerupuk rambak jika dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan layak untuk diusahakan. Namun dari aspek manajemen, usaha pembuatan kerupuk rambak belum layak karena belum memiliki pembukuan atas penjualan yang dilakukan. Dari aspek teknis, usaha dinilai lebih layak menggunakan bahan baku kulit sapi karena ketersediaan kulit sapi yang lebih banyak di pasar.

Hasil analisis finansial usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi menunjukkan nilai NPV yaitu Rp 271.883.775,00. Nilai IRR sebesar 67,81 persen. Nilai Net B/C sebesar 5,09. Payback Period (PBP) selama 2,83 tahun. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi usaha kerupuk rambak kulit sapi layak diusahakan. Berdasarkan hasil analisis switching value, perubahan terhadap penurunan penjualan kerupuk rambak kedua jenis kemasan secara serentak dikatakan berpengaruh paling besar diantara kondisi lainnya terhadap kelayakan usaha.

Sedangkan analisis kelayakan finansial kerupuk rambak kulit kerbau menunjukkan nilai NPV yaitu Rp 89.836.846,00. Nilai IRR sebesar 27,48 persen. Nilai Net B/C sebesar 2,16. Payback Period (PBP) selama 5,30 tahun. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit kerbau layak diusahakan. Berdasarkan hasil analisis switching value, perubahan terhadap penurunan penjualan kerupuk rambak kedua jenis kemasan secara serentak dikatakan berpengaruh paling besar diantara kondisi lainnya terhadap kelayakan usaha.

Perbandingan kelayakan finansial antar kedua usaha menunjukkan bahwa dari kedua jenis usaha, usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit sapi merupakan usaha yang lebih layak diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari kriteria kelayakan finansial dari usaha kerupuk rambak kulit sapi memiliki nilai yang lebih baik berdasarkan kriteria investasi dibandingkan usaha pembuatan kerupuk rambak menggunakan bahan baku kulit kerbau. Perhitungan laba rugi menunjukkan bahwa usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi menghasilkan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan usaha yang menggunakan kulit kerbau.

Usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit kerbau memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap perubahan yang disebabkan oleh keempat variabel dibandingkan dengan usaha kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit sapi.


(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK

RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU

(Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak

di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah)

ROCH IKA OKTAFIYANI H34050890

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi dan Kulit Kerbau (Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal Jawa Tengah)

Nama : Roch Ika Oktafiyani NRP : H34050890

Disetujui, Pembimbing

Tintin Sarianti, SP., MM. NIP. 132 311 854

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi dan Kulit Kerbau adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Roch Ika Oktafiyani H34050890


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kendal pada tanggal 9 Oktober 1987 sebagai anak tunggal pasangan Bapak Samsudin dan Ibu Roch Mujiati, SPd. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 01 Gemuhblanten dan lulus pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama di SMPN 2 Kendal dan lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Kendal dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada tahun pertama, penulis masuk ke Tingkat Persiapan Bersama karena adanya program mayor-minor yang mulai diterapkan di IPB dan pada tahun pertama belum mendapatkan jurusan. Pada tahun kedua penulis, yaitu tahun 2006 penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa kegiatan organisasi. Penulis menjabat Sekretaris Departemen Sosial, Lingkungan dan Masyarakat (Soslingmas) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2006-2007 dan Staff Departemen Bisnis HIPMA (Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis) pada tahun 2007-2008. Penulis juga aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan. Selain itu, penulis juga menjadi asisten responsi mata kuliah ekonomi umum pada tahun 2008-2009.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi dan Kulit Kerbau .

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak yang berbahan baku kulit sapi dan berbahan baku kulit kerbau serta melakukan perbandingan finansial atas kedua jenis usaha tersebut.

Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi selama penelitian berlangsung.

Bogor, Mei 2009


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan barbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Tintin Sarianti, SP., MM. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Yanti Nuraeni Muflikh, SP., M.Agribus selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan Agribisnis pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

5. Ibu atas segalanya yang telah diberikan kepadaku, untuk segala cinta, kasih sayang, doa, dukungan, kesabaran serta semangat yang tidak pernah putus. 6. Almarhum Bapak atas pembelajaran hidup yang sangat berarti. Semoga Allah

SWT memberikan tempat terbaik di sisi-Nya.

7. Keluarga besarku: Om Eko sekeluarga, Bulik Eni sekeluarga, Bulik Yum sekeluarga, Bulik Sri sekeluarga dan Om Dik. Sepupu-sepupuku: Lilis, Imam, Ajib, Riski, Santos, Irma dan Nanda. Atas segala dukungan yang diberikan. 8. Pemilik Citra Rasa, Pemilik Dwi Joyo, Pemilik Dwi Djaya atas kesediaan

menjadi tempat penelitian penulis, atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan.

9. Dek Ita dan Mbak Evi atas persahabatan yang sangat indah. Semoga akan persahabatan ini akan bertahan sampai kapanpun.

10. Hendro Mursalim atas kasih sayang serta dukungan selama ini.

11. Trio Kendal AGB 42 (Twin, Aqsa), Hepi, Wening, Wiwi, Dauz, Cila, Ferdy Daeng , Dani, Zulvan, Yuzda, Nurul, Tika, Rina, Tiara, Lisda dan AGB 42


(10)

lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. (Go go Gareba AGB Grooowiiing the future).

12. Debie NFF Napitupulu sebagai pembahas seminar atas masukan dan saran yang telah diberikan.

13. Temen-temen Fokma Bahurekso Kendal khususnya Fokma 42: Aji, Rifka Rino, Farikhin, Topik dan yang lain atas kekeluargaan yang sangat berarti bagi penulis selama merantau disini. Tak Kendal Maka Tak Sayang!

14. Teman-teman kost semua: Mba Putri, Mba Sarah, Mba Dewi, Mba Rahma, Wendi, Lia, Fery, Retno, Suci, Ranti, Ratih, Riska, Dewi, Icha, Manda, Evi, Reika, Eni, dan lain-lain.


(11)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK

RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU

(Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan

Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah)

SKRIPSI

ROCH IKA OKTAFIYANI H34050890

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

RINGKASAN

ROCH IKA OKTAFIYANI. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Sapi dan Kulit Kerbau (Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan Tintin Sarianti)

Sektor UKM merupakan sektor yang memiliki berbagai keunggulan. Keunggulan ini membuat kontribusi UKM terhadap perekonomian Indonesia pada tahun 2007 sebesar 53,6 persen. UKM juga memiliki laju pertumbuhan yang lebih baik jika dibandingkan dengan usaha besar. Keunggulan UKM membuat Pemda Kabupaten Kendal memberdayakan UKM untuk membangun daerah. Kontribusi industri pengolahan termasuk UKM sebesar 35,48 persen dari total PDRB di Kabupaten Kendal. Pemda Kabupaten Kendal telah menetapkan wilayah-wilayah tertentu sebagai produsen makanan kecil. Salah satu produk yang dikembangkan adalah kerupuk rambak dengan sentra pembuatannya adalah di Kecamatan Pegandon. Kerupuk rambak merupakan salah satu jenis kerupuk yang terbuat dari bahan baku kulit sapi dan kerbau.

Permintaan kerupuk rambak meningkat namun permintaan ini tidak diimbangi oleh penawaran dari industri kerupuk rambak. Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran ini mengindikasikan masih ada pangsa pasar yang masih dapat diraih oleh pelaku usaha. Namun, usaha pembuatan kerupuk rambak dianggap sebagai usaha tradisional yang tidak mendatangkan keuntungan. Selain itu, usaha kerupuk rambak dipengaruhi oleh bahan baku. Harga kulit kerbau lebih mahal jika dibandingkan dengan kulit sapi. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha untuk menilai usaha pembuatan kerupuk rambak serta analisis bagaimana pengaruh penggunaan bahan baku kulit kerbau sebagai input produksi kerupuk rambak terhadap kelayakan usaha.

Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi kelayakan pembuatan usaha kerupuk rambak dilihat dari aspek non finansial, 2) Menganalisis kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak bahan baku kulit sapi dan kulit kerbau, 3) Menganalisis kepekaan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi dan kulit kerbau, 4) Membandingkan kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak dengan bahan baku kulit sapi dan kulit kerbau.

Lokasi penelitian dipilih secara purposive. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Maret 2009. Data diambil dari tiga responden pengusaha kerupuk rambak. Pengambilan sampel menggunakan metode pengambilan contoh secarasimple random sampling untuk responden pengusaha kerupuk rambak kulit sapi sedangkan untuk pengusaha kerupuk rambak kulit kerbau dilakukan secara purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi literatur. Analisis yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dalam usaha pembuatan kerupuk rambak. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial menggunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),


(13)

Payback Period, Net benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) dan analisis switching value. Variabel untuk analisis switching value adalah penurunan penjualan kemasan besar, penurunan penjualan kemasan kecil, penurunan penjualan kedua kemasan, kenaikan harga kulit dan kenaikan harga lemak.

Keragaan usaha pembuatan kerupuk rambak jika dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan layak untuk diusahakan. Namun dari aspek manajemen, usaha pembuatan kerupuk rambak belum layak karena belum memiliki pembukuan atas penjualan yang dilakukan. Dari aspek teknis, usaha dinilai lebih layak menggunakan bahan baku kulit sapi karena ketersediaan kulit sapi yang lebih banyak di pasar.

Hasil analisis finansial usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi menunjukkan nilai NPV yaitu Rp 271.883.775,00. Nilai IRR sebesar 67,81 persen. Nilai Net B/C sebesar 5,09. Payback Period (PBP) selama 2,83 tahun. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi usaha kerupuk rambak kulit sapi layak diusahakan. Berdasarkan hasil analisis switching value, perubahan terhadap penurunan penjualan kerupuk rambak kedua jenis kemasan secara serentak dikatakan berpengaruh paling besar diantara kondisi lainnya terhadap kelayakan usaha.

Sedangkan analisis kelayakan finansial kerupuk rambak kulit kerbau menunjukkan nilai NPV yaitu Rp 89.836.846,00. Nilai IRR sebesar 27,48 persen. Nilai Net B/C sebesar 2,16. Payback Period (PBP) selama 5,30 tahun. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit kerbau layak diusahakan. Berdasarkan hasil analisis switching value, perubahan terhadap penurunan penjualan kerupuk rambak kedua jenis kemasan secara serentak dikatakan berpengaruh paling besar diantara kondisi lainnya terhadap kelayakan usaha.

Perbandingan kelayakan finansial antar kedua usaha menunjukkan bahwa dari kedua jenis usaha, usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit sapi merupakan usaha yang lebih layak diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari kriteria kelayakan finansial dari usaha kerupuk rambak kulit sapi memiliki nilai yang lebih baik berdasarkan kriteria investasi dibandingkan usaha pembuatan kerupuk rambak menggunakan bahan baku kulit kerbau. Perhitungan laba rugi menunjukkan bahwa usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi menghasilkan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan usaha yang menggunakan kulit kerbau.

Usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit kerbau memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap perubahan yang disebabkan oleh keempat variabel dibandingkan dengan usaha kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit sapi.


(14)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK

RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU

(Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak

di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah)

ROCH IKA OKTAFIYANI H34050890

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi dan Kulit Kerbau (Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal Jawa Tengah)

Nama : Roch Ika Oktafiyani NRP : H34050890

Disetujui, Pembimbing

Tintin Sarianti, SP., MM. NIP. 132 311 854

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082


(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi dan Kulit Kerbau adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Roch Ika Oktafiyani H34050890


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kendal pada tanggal 9 Oktober 1987 sebagai anak tunggal pasangan Bapak Samsudin dan Ibu Roch Mujiati, SPd. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 01 Gemuhblanten dan lulus pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama di SMPN 2 Kendal dan lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Kendal dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada tahun pertama, penulis masuk ke Tingkat Persiapan Bersama karena adanya program mayor-minor yang mulai diterapkan di IPB dan pada tahun pertama belum mendapatkan jurusan. Pada tahun kedua penulis, yaitu tahun 2006 penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa kegiatan organisasi. Penulis menjabat Sekretaris Departemen Sosial, Lingkungan dan Masyarakat (Soslingmas) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2006-2007 dan Staff Departemen Bisnis HIPMA (Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis) pada tahun 2007-2008. Penulis juga aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan. Selain itu, penulis juga menjadi asisten responsi mata kuliah ekonomi umum pada tahun 2008-2009.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi dan Kulit Kerbau .

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak yang berbahan baku kulit sapi dan berbahan baku kulit kerbau serta melakukan perbandingan finansial atas kedua jenis usaha tersebut.

Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi selama penelitian berlangsung.

Bogor, Mei 2009


(19)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan barbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Tintin Sarianti, SP., MM. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Yanti Nuraeni Muflikh, SP., M.Agribus selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan Agribisnis pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

5. Ibu atas segalanya yang telah diberikan kepadaku, untuk segala cinta, kasih sayang, doa, dukungan, kesabaran serta semangat yang tidak pernah putus. 6. Almarhum Bapak atas pembelajaran hidup yang sangat berarti. Semoga Allah

SWT memberikan tempat terbaik di sisi-Nya.

7. Keluarga besarku: Om Eko sekeluarga, Bulik Eni sekeluarga, Bulik Yum sekeluarga, Bulik Sri sekeluarga dan Om Dik. Sepupu-sepupuku: Lilis, Imam, Ajib, Riski, Santos, Irma dan Nanda. Atas segala dukungan yang diberikan. 8. Pemilik Citra Rasa, Pemilik Dwi Joyo, Pemilik Dwi Djaya atas kesediaan

menjadi tempat penelitian penulis, atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan.

9. Dek Ita dan Mbak Evi atas persahabatan yang sangat indah. Semoga akan persahabatan ini akan bertahan sampai kapanpun.

10. Hendro Mursalim atas kasih sayang serta dukungan selama ini.

11. Trio Kendal AGB 42 (Twin, Aqsa), Hepi, Wening, Wiwi, Dauz, Cila, Ferdy Daeng , Dani, Zulvan, Yuzda, Nurul, Tika, Rina, Tiara, Lisda dan AGB 42


(20)

lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. (Go go Gareba AGB Grooowiiing the future).

12. Debie NFF Napitupulu sebagai pembahas seminar atas masukan dan saran yang telah diberikan.

13. Temen-temen Fokma Bahurekso Kendal khususnya Fokma 42: Aji, Rifka Rino, Farikhin, Topik dan yang lain atas kekeluargaan yang sangat berarti bagi penulis selama merantau disini. Tak Kendal Maka Tak Sayang!

14. Teman-teman kost semua: Mba Putri, Mba Sarah, Mba Dewi, Mba Rahma, Wendi, Lia, Fery, Retno, Suci, Ranti, Ratih, Riska, Dewi, Icha, Manda, Evi, Reika, Eni, dan lain-lain.


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

2.2 Perumusan Masalah ... 6

2.3 Tujuan ... 8

2.4 Manfaat ... 9

2.5 Ruang Lingkup ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah ... 10

2.2 Perusahaan Perorangan ... 11

2.3 Kerupuk ... 13

2.4 Kulit ... 14

2.4.1 Pengertian Kulit ... 14

2.4.2 Histologi Kulit ... 15

2.4.3 Kulit Sebagai Bahan Makanan ... 15

2.5 Kerupuk Rambak ... 16

2.5.1 Bahan Baku Pembuatan Rambak ... 16

2.5.2 Proses Pembuatan Rambak ... 16

2.6 Penelitian Terdahulu ... 17

2.6.1 Analisis Tentang Analisis Kelayakan ... 17

2.6.2 Analisis Tentang Kerupuk ... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 26

3.1 Studi Kelayakan Proyek ... 26

3.2 Aspek Studi Kelayakan ... 28

3.3 Teori Biaya dan Manfaat ... 35

3.4 Analisis Kelayakan Investasi ... 36

3.4.1 Analisis Finansial ... 36

3.5 Analisis Switching Value ... 38

3.6 Laporan Rugi Laba ... 39

3.7 Kerangka Pemikiran Operasional ... 39

IV METODE PENELITIAN ... 41

4.1 Lokasi dan Waktu ... 41

4.2 Metode Penentuan Sampel ... 41

4.3 Data dan Instrumentasi ... 41

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 42

4.5 Metode Pengolahan Data ... 42

4.5.1 Analisis Aspek Finansial ... 43

4.5.2 Analisis Switching Value ... 46

4.6 Asumsi Dasar yang Digunakan ... 46

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 49

5.1 Kabupaten Kendal ... 49

5.1.1 Keadaan Wilayah ... 49


(22)

5.1.3 Pertanian ... 50 5.1.4 Perekonomian Daerah ... 50 5.2 Kecamatan Pegandon ... 52 5.3 Gambaran Umum Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak ... 53 VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL ... 56 6.1 Aspek Pasar ... 56 6.1.1 Permintaan ... 56 6.1.2 Penawaran ... 57 6.1.3 Strategi Pemasaran ... 58 6.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar ... 60 6.2 Aspek Teknis ... 61 6.2.1 Lokasi Usaha ... 61 6.2.2 Bahan Baku ... 62 6.2.3 Kapasitas Produksi ... 64 6.2.4 Proses Produksi ... 64 6.2.5Lay Out Usaha ... 67 6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ... 67 6.3 Aspek Manajemen ... 68 6.3.1 Hasil Analisis Aspek Manajemen ... 68 6.4 Aspek Hukum ... 69 6.4.1 Bentuk Badan Usaha ... 69 6.4.2 Izin Usaha ... 69 6.5 Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan ... 69 VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL ... 71

7.1 Analisis Aspek Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan Bahan

Baku Kulit Sapi ... 71 7.1.1 AnalisisInflow Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Menggunakan

Bahan Baku Kulit Sapi ... 71 7.1.2 AnalisisOutflow Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Menggunakan

Bahan Baku Kulit Sapi ... 73 7.1.3 Analisis Finansial Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Menggunakan

Bahan Baku Kulit Sapi ... 76 7.1.4Analisis Switching Value Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Menggunakan

Bahan Baku Kulit Sapi ... 77 7.1.5 Laporan Rugi Laba Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Menggunakan

Bahan Baku Kulit Sapi ... 79 7.2 Analisis Aspek Finansial Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Menggunakan Bahan

Baku Kulit Kerbau ... 80 7.2.1 AnalisisInflow Usaha Pembuatan


(23)

Bahan Baku Kulit Kerbau ... 81 7.2.2 AnalisisOutflow Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Menggunakan

Bahan Baku Kulit Kerbau ... 82 7.2.3 Analisis Finansial Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Menggunakan

Bahan Baku Kulit Kerbau ... 85 7.2.4Analisis Switching Value Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Menggunakan

Bahan Baku Kulit Kerbau ... 86 7.2.5 Laporan Rugi Laba Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Menggunakan

Bahan Baku Kulit Kerbau ... 88 7.3 Analisis Perbandingan Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Sapi

dan Bahan Baku Kulit Kerbau ... 89 VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 92 8.1 Kesimpulan ... 92 8.2 Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA ... 94 LAMPIRAN ... 96


(24)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Laju Pertumbuhan PDB UKM (2005-2007) ... 3 2 Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal Atas

Harga Berlaku tahun 2003-2007 ... 4 3 Daerah Pengembangan dan Jenis Produk ... 4 4 Kandungan Nilai Gizi Beberapa Jenis

Kerupuk per 100 Gram ... 14 5 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan

Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000

Kabupaten Kendal Tahun 2004-2007 ... 51 6 Luas Wilayah Kecamatan Pegandon Dirinci

Menurut Penggunaan ... 52 7 Spesifikasi Bahan Baku Kerupuk Rambak ... 63 8 Perkiraan Pendapatan Penjualan Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Kulit Sapi per Tahun ... 72 9 Biaya Investasi Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Kulit Sapi ... 74 10 Rincian Biaya Tetap Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Kulit Sapi ... 75 11 Rincian Biaya Variabel Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Kulit Sapi ... 76 12 Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Kulit Sapi ... 77 13 Hasil AnalisisSwitching Value Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Sapi ... 78 14 Perkiraan Pendapatan Penjualan Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Kulit Kerbau per Tahun ... 81 15 Biaya Investasi Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Kulit Kerbau ... 83 16 Rincian Biaya Tetap Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Kulit Kerbau ... 84 17 Rincian Biaya Variabel Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Kulit Kerbau ... 85 18 Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Kulit Kerbau ... 86 19 Hasil AnalisisSwitching Value Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau ... 87 20 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembuatan

Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Sapi

dan Kulit Kerbau ... 89 21 Perbandingan NilaiSwitching Value pada

Kedua Jenis Usaha ... 90 22 Perbandingan Keuntungan yang Diperoleh


(25)

(26)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Rambak ... 17 2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 40 3 Saluran Pemasaran Kerupuk Rambak Saluran I ... 59 4 Saluran Pemasaran Kerupuk Rambak Saluran II ... 59 5 Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Rambak di Pegandon .... 66 6 Pembagian Produksi Usaha Pembuatan Kerupuk


(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Populasi Kerbau dan Sapi Di Jawa Tengah ... 97 2 Cash Flow Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak

Menggunakan Bahan Baku Kulit Sapi ... 99 3 Proyeksi Laba Rugi Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Sapi ... 101 4 Cash Flow Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak

Menggunakan Bahan Baku Kulit Kerbau ... 102 5 Proyeksi Laba Rugi Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Kerbau ... 104 6 HasilSwitching Value Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Penurunan

Penjualan Kemasan Kecil ... 105 7 HasilSwitching Value Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Penurunan

Penjualan Kemasan Besar ... 107 8 HasilSwitching Value Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Penurunan

Penjualan Kedua Kemasan Serentak ... 109 9 HasilSwitching Value Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Bahan Baku Kulit Sapi Kenaikan Harga

Kulit Sapi Basah ... 111 10 HasilSwitching Value Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak

Bahan Baku Kulit Sapi Kenaikan Harga Lemak ... 113 11 HasilSwitching Value Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Penurunan

Penjualan Kemasan Kecil ... 115 12 HasilSwitching Value Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Penurunan

Penjualan Kemasan Besar ... 117 13 HasilSwitching Value Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Penurunan

Penjualan Kedua Kemasan Serentak ... 119 14 HasilSwitching Value Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Kenaikan Harga

Kulit Kerbau Basah ... 121 15 HasilSwitching Value Usaha Pembuatan Kerupuk

Rambak Bahan Baku Kulit Kerbau Kenaikan


(28)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perekonomian merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi salah satu fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan untuk mencapai kesejahteraan. Pembangunan pada hakikatnya adalah proses perubahan yang terus menerus yang menuju ke arah perbaikan cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu bangsa, atau pembangunan ekonomi suatu bangsa ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat1. Bagi Indonesia, tujuan pembangunan adalah tercapainya masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual. Sejak awal tahun 1970, fokus pembangunan perekonomian negara Indonesia adalah usaha besar dan modern. Pada masa itu, Indonesia mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat dari sektor industri besar.

Pada saat krisis moneter yang menerpa perekonomian Indonesia pada tahun 1997, hampir 80 persen usaha besar mengalami kebangkrutan dan melakukan PHK massal terhadap karyawannya2. Kemiskinan dan pengangguran meningkat karena usaha besar banyak yang mengalami kebangkrutan sehingga harus mengurangi karyawan bahkan harus menutup perusahaannya. Namun, UKM (Usaha Kecil dan Menengah) mampu bertahan pada masa krisis ini. UKM merupakan usaha yang memiliki kemandirian dan tidak terlalu bergantung dengan pemerintah. UKM juga berperan besar dalam mengurangi angka pengangguran, bahkan fenomena PHK menjadikan para pekerja beralih melirik sektor UKM ini. Produk-produk UKM bahkan memiliki kemampuan menembus pasar internasional sehingga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional.

Berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 2000, ditetapkan pengembangan industri nasional lebih diarahkan pada pengembangan usaha industri kecil melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif. Disamping itu,

1

.Kamaludin, Rustian. Analisis Kelayakan Investasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam www.jatim.go.id [20 November 2008]

2 Budi, Ariyo. UKM : Benteng Ekonomi Indonesia, antara Dilema dan Relita dalam www.brotherfatih.multiply.com/journal [20 November 2008]


(29)

pengembangan industri lebih diarahkan pada usaha kecil karena dengan modal yang tidak terlalu besar, usaha ini masih bisa berproduksi. Usaha kecil juga dinilai memiliki kinerja yang cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga kerja produktif. Usaha kecil mampu meningkatkan produktivitas melalui investasi dan perubahan teknologi serta memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan usaha berskala besar (Brata 2003, diacu dalam Widyastuti 2008). Fakta tersebut tidak mengherankan karena usaha kecil dan menengah dengan jiwa wirausaha mampu bertahan, berkembang, dan tumbuh di masa sulit dengan mengandalkan sumberdaya yang terbatas.

Sektor UKM merupakan sektor yang penting untuk diberdayakan. Terdapat beberapa indikator yang menjelaskan pentingnya pemberdayaan UKM yaitu pertama UMKM/K merupakan basis usaha yang mampu bertahan dari badai krisis ekonomi 1997. Kedua, sektor UMKM/K sangat potensial menyerap tenaga kerja. Ketiga, UMKM/K berperan memberi kontribusi dalam struktur perekonomian nasional.3

Usaha Kecil Menengah (UKM ) memberikan kontribusi Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2007 yang mencapai Rp 3.957,4 triliun. Jumlah populasi UKM pada 2007 mencapai 49,8 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 persen terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia (BPS 2008)

Sumbangan pertumbuhan PDB UKM lebih tinggi dibandingkan dengan sumbangan pertumbuhan dari usaha besar. Pada tahun 2000 dari 4,9 persen pertumbuhan PDB nasional secara total, 2,8 persennya berasal dari pertumbuhan UKM. Kemudian, di tahun 2003 dari 4,1 persen pertumbuhan PDB nasional secara total, 2,4 persen diantaranya berasal dari pertumbuhan UKM. Pada tahun 2007, pertumbuhan PDB Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mencapai 6,4 persen dan Usaha Besar (UB) tumbuh sebesar 6,2 persen. Pertumbuhan PDB tahun 2007 ini lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2006. Pada tahun 2006, pertumbuhan PDB UKM sebesar 5,7 persen, dan PDB UB sebesar 5,2 persen (BPS 2008).

3. Edward, Deddy. Pemberdayaan UMKM/K dan Sektor Riil dalamwww.usaha-umkm.blog.com [20 November 2008]


(30)

Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDB UKM 2005-2007 (Persen)

Skala Usaha 2005 2006* 2007**

Usaha Kecil 5,82 5,50 6,18

Usaha Menengah 6,25 6,27 6,84

Usaha Kecil dan Menengah 5,95 5,73 6,38

Usaha Besar 5,37 5,23 6,24

Total 5,69 5,51 6,23

Keterangan : * angka sementara

** angka sangat sementara Sumber : Berita Resmi Statistik [2008]

Dari Tabel 1 diketahui laju pertumbuhan PDB UKM. Pada tahun 2005 laju pertumbuhan UKM sebesar 5,95 persen. Laju pertumbuhan PDB UKM ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu 5,23 persen pada tahun 2006 dan meningkat lagi pada tahun 2007 sebesar 6,38. Nilai laju pertumbuhan UKM juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan usaha besar.

Kabupaten Kendal merupakan salah satu daerah yang memberdayakan UKM sebagai salah satu komponen dalam pembangunan daerah. Kondisi perekonomian Kabupaten Kendal tahun 2007 ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,28 persen, lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2006 yaitu sebesar 3,66 persen. Sektor industri pengolahan yang sebagian besar berupa usaha kecil dan menengah dan termasuk di dalamnya adalah industri makanan dan minuman masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kabupaten Kendal (BPS Kabupaten Kendal 2007). Hal ini ditandai dengan sumbangannya terhadap total PDRB Kabupaten Kendal yang berkisar di atas 35 persen, merupakan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor lain. Tabel 2 menunjukkan struktur ekonomi Kabupaten Kendal.


(31)

Tabel 2. Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Harga Berlaku tahun 2003-2007 (persen)

Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007

1. Pertanian 23,03 23,92 23,40 24,88 25,05

2. Pertambangan dan

penggalian 1,00 1,00 1,05 1,11 1,11

3. Industri pengolahan 38,46 37,52 37,59 35,57 35,48 4. Listrik, gas dan air minum 1,57 1,38 1,48 1,55 1,71

5. Bangunan 4,06 3,83 3,72 3,92 3,63

6. Perdagangan, hotel dan

restoran 17,72 17,68 17,69 17,23 17,33

7. Pengangkutan dan

komunikasi 2,78 2,72 2,88 3,26 3,27

8. Keuangan, persewaan dan

jasa perusahaan 2,56 2,70 2,77 2,81 2,85

9. Jasa-jasa 8,82 9,25 9,41 9,67 9,58

Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) 100 100 100 100 100

Sumber : BPS Kabupaten Kendal [2007]

Tingginya kontribusi sektor pengolahan termasuk industri makanan dan minuman membuat Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal mendorong pertumbuhan industri makanan dan minuman di wilayah tersebut. Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal bahkan telah menetapkan daerah-daerah di wilayah administratifnya untuk dikembangkan sebagai penghasil produk makanan kecil.

Tabel 3. Daerah Pengembangan dan Jenis Produk

Lokasi Produk

Kec. Kaliwungu - Momoh Jerohan

- Kerupuk Mie

Kec. Cepiring - Terasi

Kec. Kendal - Bandeng Presto

- Kerupuk Petis - Rangin / Rengginan

Kec. Sukorejo - Kripik Paru

- Kripik Tempe

Kec. Limbangan - Gula Aren

Kec. Weleri - Dawet Gempol

Kec. Pegandon - Krupuk Rambak

Sumber :www.kabupaten-kendal.go.id [2007]

Salah satu jenis produk yang dikembangkan di Kabupaten Kendal adalah kerupuk rambak. Kerupuk rambak merupakan salah satu jenis makanan yang


(32)

terbuat dari bahan baku kulit kerbau atau dari kulit sapi. Usaha pengolahan kerupuk rambak merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan nilai tambah bagi komoditi kerbau dan sapi. Hal ini dibuktikan bahwa kerupuk rambak memiliki nilai jual yang tinggi yaitu sebesar Rp 60.000,00 untuk kemasan 500 gram dan Rp 30.000,00 untuk kemasan 250 gram. Hal ini merupakan suatu peluang usaha yang baik karena proses produksi kerupuk rambak relatif mudah dilakukan. Selama ini pemanfaatan utama ternak besar seperti sapi potong dan kerbau hanya terbatas pada dagingnya saja sementara untuk bagian tubuh yang lain memiliki nilai jual yang relatif rendah.

Berdasarkan data Dinas Peternakan Jawa Tengah tahun 2006, populasi kerbau di Kabupaten Kendal pada tahun 2006 sebesar 4.841 ekor dan populasi sapi potong pada tahun 2006 sebesar 16.547 ekor. Dari Lampiran 1 diketahui bahwa terjadi peningkatan populasi kerbau dan populasi sapi di Kabupaten Kendal dari tahun ke tahun. Walaupun peningkatan populasi kerbau dan sapi tidak terlalu besar, namun kebutuhan bahan baku dapat dipenuhi dari kota lain seperti Demak dan Pekalongan. Hal ini merupakan suatu peluang bagi pertumbuhan industri kerupuk rambak di Kabupaten Kendal. Pembukaan usaha kerupuk rambak ini juga dapat menyerap tenaga kerja di sekitar usaha sehingga dapat mendorong peningkatan pendapatan masyarakat yang selanjutnya akan meningkatkan perekonomian daerah di Kabupaten Kendal.

Kecamatan Pegandon merupakan daerah sentra pengembangan produk kerupuk rambak Kabupaten Kendal. Pengusahaan kerupuk rambak di Pegandon ini sudah dilakukan cukup lama. Pada umumnya, perusahaan yang ada di Pegandon menggunakan bahan baku kulit sapi untuk proses produksi kerupuk rambak.

Namun, pada tahun 2005 ada perusahaan baru yang masuk ke dalam industri. Perusahaan ini memiliki perbedaan dengan usaha yang telah berjalan. Perusahaan baru menggunakan bahan baku kulit kerbau sebagai input produksinya. Dasar pemikiran penggunaan bahan baku kulit kerbau adalah bahan baku kulit kerbau memiliki daya mengembang yang lebih baik ketika digoreng. Sementara, para produsen yang telah lama mengusahakan kerupuk rambak memilih bahan baku kulit sapi karena harga bahan baku kulit sapi yang relatif


(33)

lebih murah bila dibandingkan dengan kulit kerbau. Harga bahan baku kulit sapi yaitu sebesar Rp 12.000,00 per kilogram sedangkan bahan baku kulit kerbau memiliki harga sebesar Rp 17.000,00 per kilogram.

Produk kerupuk rambak yang terbuat dari kulit sapi dan kulit kerbau penilaian yang sama dari konsumen dan kedua jenis produk ini juga memiliki harga yang sama. Sehingga penggunaan bahan baku kerbau akan mempengaruhi kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak.

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memberdayakan UKM sebagai salah satu komponen dalam pembangunan ekonomi daerah. Pemda Kabupaten Kendal terus mendukung tumbuhnya industri-industri baru terutama industri kecil dan menengah dan juga mendukung perkembangan UKM yang telah berdiri cukup lama untuk terus mengembangkan usahanya.

Tabel 3 menunjukkan bahwa salah satu jenis produk yang dikembangkan usahanya di Kabupaten Kendal adalah kerupuk rambak dengan sentra produksi di Pegandon. Kerupuk rambak ini merupakan kerupuk yang terbuat dari kulit kerbau atau kulit sapi. Pemanfaatan kerbau dan sapi potong ini selama ini difokuskan pada dagingnya saja sementara untuk bagian limbahnya seperti kulit kurang dioptimalkan dan memiliki nilai jual yang murah. Dengan adanya usaha pengolahan kulit sapi dan kerbau menjadi kerupuk diharapkan akan meningkatkan nilai tambah dari kulit sapi dan kulit kerbau.

Kecamatan Pegandon merupakan sentra pembuatan kerupuk rambak di Kabupaten Kendal. Setidaknya telah ada empat pengusaha yang menggeluti usaha pembuatan kerupuk rambak.

Jumlah permintaan kerupuk rambak saat ini mencapai 1500 kilogram sampai 1800 kilogram per bulan. Sedangkan hasil produksi industri hanya sebesar 1000 kilogram sampai 1100 kilogram per bulan. Permintaan ini akan melonjak ketika liburan kenaikan kelas dan Hari Raya Lebaran. Jumlah permintaan kerupuk rambak pada kedua waktu tersebut dapat mencapai 3000 kilogram sampai 3500 kilogram.

Jumlah permintaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil produksi membuat usaha sering mengalami over demand terutama pada saat-saat dimana


(34)

permintaan melonjak tajam yaitu pada saat liburan dan hari raya. Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran ini merupakan indikasi bahwa masih ada pangsa pasar yang dapat diraih oleh pelaku usaha baru. Namun, usaha pembuatan kerupuk rambak ini kurang menarik para pelaku usaha. Hal ini terbukti sejak tahun 1990 hingga saat ini hanya ada empat perusahaan yang menggeluti usaha pembuatan kerupuk rambak secara komersial. Masyarakat menganggap usaha kerupuk rambak sebagai usaha tradisional yang tidak menghasilkan keuntungan. Anggapan masyarakat ini juga dipertegas dengan kondisi tidak adanya pengembangan usaha dari para pengusaha kerupuk rambak.

Dengan demikian analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak menjadi penting untuk dilakukan. Tujuan kelayakan usaha adalah untuk menilai apakah usaha pembuatan kerupuk rambak ini layak untuk diusahakan dan dapat mendatangkan keuntungan bagi pelaku usaha. Jika usaha layak maka pemerintah dapat merekomendasikan usaha kerupuk rambak ini kepada para pelaku usaha baru untuk mendirikan usaha maupun kepada pengusaha untuk mengembangkan usahanya.

Usaha kerupuk rambak ini dipengaruhi oleh harga kulit sapi atau kulit kerbau sebagai bahan baku utama. Harga kulit kerbau relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan kulit sapi. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis bagaimana pengaruh penggunaan bahan baku kulit kerbau sebagai input produksi kerupuk rambak terhadap kelayakan usaha. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan bahan baku yang lebih mahal maka harga pokok penjualan yang didapat akan lebih tinggi. Produk kerupuk rambak dijual pada tingkat harga yang sama sehingga akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha yang menggunakan bahan baku kulit kerbau.

Untuk menilai kelayakan diperlukan penilaian terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial. Penilaian terhadap aspek pasar dilakukan untuk mengetahui potensi pasar akan kerupuk rambak. Penilaian terhadap aspek teknis diperlukan untuk mengkaji proses pengolahan, penerapan teknologi serta ketersediaan bahan baku. Sedangkan penilaian terhadap aspek manajemen diperlukan untuk mengkaji seberapa jauh usaha pembuatan kerupuk rambak dapat dikelola. Penilaian aspek


(35)

sosial dan lingkungan diperlukan untuk mengkaji peningkatan pendapatan pengusaha, perluasan kesempatan kerja serta dampak limbah usaha terhadap lingkungan sekitar. Secara finansial perlu dikaji apakah usaha layak dilaksanakan dan menguntungkan karena untuk mendirikan usaha pembuatan kerupuk rambak diperlukan investasi yang cukup besar.

Dari uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi topik penelitian ini, adalah:

1. Bagaimana kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak dengan bahan baku kulit sapi dan bahan baku kulit kerbau?

3. Bagaimana kepekaan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi dan kulit kerbau terjadi perubahan pada faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?

4. Bagaimana perbandingan kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit sapi dan usaha pembuatan kerupuk rambak yang berasal dari kulit kerbau?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak dengan bahan baku kulit sapi dan bahan baku kulit kerbau.

3. Menganalisis kepekaan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi dan kulit kerbau apabila terjadi perubahan pada faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.

4. Membandingkan kelayakan finansial usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit sapi dan usaha pembuatan kerupuk rambak yang berasal dari kulit kerbau.


(36)

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan :

1. Pemilik perusahaan, dengan penelitian ini pemilik usaha mengetahui kelayakan usaha kerupuk rambak dan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan demi keberlangsungan usahanya.

2. Penulis, penelitian ini merupakan salah satu sarana bagi perusahaan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

3. Bagi pemerintah, penelitian ini merupakan salah satu referensi untuk mengetahui kelayakan usaha kerupuk rambak.

4. Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca, dan dapat dijadikan acuan atau perbandingan dalam melakukan studi lanjutan, khususnya di bidang studi kelayakan bisnis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis usaha pembuatan kerupuk rambak yang ada di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Usaha yang dianalisis adalah usaha yang telah memiliki merek pada produk perusahaan dan berproduksi secara kontinu. Pembahasan penelitian ini hanya mencakup aspek-aspek yang dianalisis dan yang terjadi di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal.


(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah

Sampai saat ini belum ada definisi maupun kriteria baku mengenai UKM. Masing-masing institusi atau lembaga pemerintah mempunyai kriteria berbeda terhadap UKM di Indonesia.

Menurut Departemen Perindustrian RI pada tahun 1991 definisi dari industri kecil dan kerajinan adalah kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk Indonesia dengan jumlah aset kurang dari Rp 600 juta diluar nilai tanah dan bangunan yang digunakannya. Kriteria usaha kecil yang tercantum pada pasal 5 Bab III Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 adalah :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau

2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 milyar per tahun. 3. Dimiliki oleh Warga Negara Indonesia.

4. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai dan berafiliasi baik langsung, maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar, dan

5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

Definisi usaha kecil menurut Bank Indonesia mengacu pada definisi yang sesuai dengan UU No.9 tahun 1995 karena kriteria usaha kecil dan menengah dalam peraturan Bank Indonesia yang berkaitan dengan pemberian Kredit Usaha Kecil (PBI No.3/2/PBI/2001) merujuk pada UU tersebut.

Depperindag menuangkan definisi industri skala kecil menengah dalam Keputusan Menperindag (Kepmenperindag) No. 257/MPP/Kep/1997 sebagai suatu usaha dengan nilai investasi maksimal Rp 5 miliar termasuk tanah dan bangunan (www.depperindag.go.id). Sedangkan BPS (2004) membagi jenis UKM berdasarkan jumlah tenaga kerja, yaitu:

1. Kerajinan rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja di bawah 3 orang termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar


(38)

2. Usaha kecil, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5-9 orang 3. Usaha menengah, dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang.

Pada tingkat internasional, UKM didefinisikan olah World Bank yang membagi UKM ke dalam tiga jenis, yaitu:

1. Medium enterprise, dengan kriteria: a. Jumlah karyawan maksimal 300 orang

b. Pendapatan setahun hingga sejumlah $15 juta, dan c. Jumlah aset hingga $15 juta

2. Small enterprise, dengan kriteria:

a. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang

b. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta, dan c. Jumlah asset tidak melebihi $3 juta

3. Micro commission, dengan kriteria: a. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang

b. Pendapatan setahun tidak melebihi $100 ribu, dan c. Jumlah asset tidak melebihi $ 100 ribu

UKM memiliki kekuatan dan kelemahan dalam menjalankan usahanya. Sebagian dari kelebihan yang dapat menjadi kekuatannya adalah kemampuan bertahan hidup yang tinggi, kemampuan menggunakan pasokan secara efisien, motivasi pengusaha yang sangat kuat untuk mempertahankan usahanya, permintaan pangsa pasar yang dimasuki sangat tinggi, pandai memanfaatkan pasokan produksi yang murah secara efisien untuk menghasilkan produk dan jasa yang murah bagi konsumen, serta kemampuan adaptasi yang tinggi dalam menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usahanya. Sedangkan segi negatif dalam UKM yang dapat menjadi penghambatnya adalah kelenturan untuk berganti-ganti bidang usaha dan rekayasa tatanan sistem perekonomian bebas internasional sehingga tidak mampu bersaing dengan usaha swasta besar baik domestik maupun asing (Lamadlauw 2006, diacu dalam Widyastuti 2008).

2.2 Perusahaan Perorangan

Usaha perorangan merupakan bentuk badan usaha perorangan yang dimiliki seseorang dan bertanggung jawab secara penuh terhadap semua risiko dan kegiatan perusahaan. Di samping itu tidak perlu ijin untuk pendiriannya.


(39)

Tidak terdapat kategori khusus tentang bentuk perusahaan ini, sehingga tidak ada pemisahan hukum antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan. Semua urusan perusahaan menjadi satu dengan urusan pribadi dari kepemilikannya. Setiap bentuk usaha memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Beberapa keunggulan usaha perorangan yaitu:

1. Seluruh laba menjadi miliknya

Bentuk usaha ini memungkinkan pemilik menerima seluruh laba yang dihasilkan oleh perusahaan.

2. Kepuasan pribadi

Prinsip satu pimpinan merupakan alasan yang paling baik untuk mengambil keputusan dalam pendirian usaha perorangan. Jika usahanya berhasil, insentif yang diterima akan lebih besar sehingga pemilik akan merasa puas.

3. Kebebasan dan fleksibilitas

Pemilik usaha perorangan tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain untuk mengambil keputusan. Maka pemilik, juga sebagai pimpinan dapat mengambil keputusan dengan cepat dalam kesempatan yang pendek.

4. Lebih mudah mendapatkan kredit

Karena tanggung jawabnya tidak terbatas pada modal saja, tetapi juga kekayaan pribadi dari pemilik, maka risiko kreditnya lebih kecil.

5. Sifat kerahasiaan

Dalam usaha perorangan ini tidak perlu dibuat laporan keuangan atau informasi yang berhubungan dengan masalah keuangan perusahaan. Dengan demikian masalah tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh pesaing.

Adapun kelemahan usaha perorangan antara lain: 1. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas

Artinya kekayaan pribadinya termasuk sebagai jaminan terhadap seluruh utang perusahaan.

2. Sumber keuangan terbatas

Karena pemilik hanya satu orang, maka usaha-usaha yang dilakukan untuk memperoleh sumber dana hanya bergantung pada kemampuannya.


(40)

Semua kegiatan seperti pembelian, penjualan, pembelanjaan, pencarian kredit, pengaturan karyawan dan sebagainya, dipegang oleh seorang pimpinan. Hal ini lebih sulit dibandingkan manajemen yang dipegang oleh beberapa orang.

4. Kelangsungan usaha kurang terjamin

5. Kematian pimpinan atau pemilik, bangkrut atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan usaha perorangan ini berhenti kegiatanya.

6. Kurang memberi kesempatan pada karyawan

Karyawan yang bekerja pada perusahaan ini akan tetap menduduki posisinya dalam jangka waktu yang relatif lama.

2.3 Kerupuk

Bank Indonesia (2005) mendefinisikan kerupuk sebagai bahan kering berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan yang bahan utamanya pati. Kerupuk merupakan salah satu makanan khas Indonesia. Kerupuk biasa dikonsumsi sebagai makanan kecil, makanan selingan ataupun lauk pauk walaupun dalam jumlah yang sedikit. Kerupuk dikenal oleh semua usia maupun tingkat sosial masyarakat. Kerupuk mudah diperoleh di berbagai tempat baik di warung, supermarket maupun restoran. Kerupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan baku dan cara pengolahannya.

Berdasarkan bahan bakunya kerupuk dapat dibagi menjadi kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk bawang dan jenis kerupuk lainnya sesuai dengan bahan dasar pembuatannya. Menurut cara pengolahannya kerupuk dikelompokkan atas kerupuk yang digoreng dan kerupuk yang dipanggang atau dibakar (Firmansyah 2007). Selain itu, kerupuk dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu kerupuk yang bersumber protein baik protein nabati atau hewani dan kerupuk yang tidak bersumber dari protein. (Sofiah 1995, diacu dalam Firmansyah 2007). Perbedaan macam dan kadar protein menciptakan berbagai macam kerupuk yang dapat mempengaruhi mutu dan nilai ekonomisnya. Oleh sebab itu, SII mensyaratkan kerupuk yang bersumber dari protein harus mengandung protein minimal 5 persen.

Kualitas atau mutu kerupuk dapat dilihat dari keutuhan, keseragaman, pencetakan dan daya mengembang, dan sifat-sifat yang tidak dapat dilihat seperti


(41)

nilai gizi dan rasa. Standar mutu kerupuk di Indonesia didasarkan atas standar mutu yang dikeluarkan oleh Departemen Industri dan Perdagangan tahun 1990. Penilaian kerupuk secara non visual dapat dilihat dari kandungan dan nutrisi bahan-bahan dasar yang dipakai dalam produksi. Tabel 4 menunjukkan nilai gizi beberapa jenis kerupuk. Penilaian secara visual dapat dilihat setelah kerupuk digoreng. Bila setelah digoreng kerupuk mengembang dengan sempurna dan teksturnya tidak keras maka bisa dikategorikan memiliki kualitas yang baik. Kerupuk dapat mengembang dengan sempurna jika melalui proses penjemuran yang tepat.

Tabel 4. Kandungan Nilai Gizi Beberapa Jenis Kerupuk per 100 Gram Komposisi Kerupuk

Jamur

Kerupuk Bawang

Kerupuk Ikan

Protein (gr) 1,5 1 1

Lemak (gr) 0,1 0,2 0,2

Karbohidrat (gr) 84,5 90 86

Serat (gr) 0,9 2,4 2,4

Kalori (gr) 362 295 350

Sumber: Wahyono 1996, diacu dalam Firmansyah 2007 2.4 Kulit

2.4.1 Pengertian Kulit

Kulit mentah adalah segala macam bentuk kulit yang berasal dari hewan baik yang diternakkan maupun hewan liar (Purnomo 1985, diacu dalam Daniar 2008). Kulit mentah juga didefinisikan sebagai kulit hewan yang baru saja ditanggalkan maupun yang sudah mengalami pengawetan (Suwarasatuti 1992, diacu dalam Daniar 2008). Kulit yang belum diolah disebut kulit mentah yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kulit yang berasal dari hewan besar seperti sapi, kerbau dan hewan kecil misalnya kambing, domba, kelinci yang dalam bahasa asing disebutskin.

Kerusakan-kerusakan yang mempengaruhi kualitas kulit mentah dapat diklasifikasikan dalam dua golongan yaitu kerusakan yang tinggi pada hewan hidup seperti parasit, umur tua dan sebab mekanik (kerusakan morter) serta kerusakan yang terjadi pada waktu pengulitan, pengawetan, penyimpanan dan transportasi (Mann 1981, diacu dalam Daniar 2008). Kulit yang masih segar mudah rusak bila terkena bahan-bahan kimia seperti asam kuat, basa kuat atau


(42)

mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh kandungan air, lemak, mineral serta protein pada kulit segar tersebut (Purnomo 1985, diacu dalam Daniar 2008). Kulit merupakan hasil ternak yang cukup penting, kulit tubuh hewan digunakan untuk bahan dasar industri kulit, sedangkan kulit bagian kepala, leher, ekor, serta kulit yang cacat dapat digunakan dalam industri biasanya diolah untuk dibuat lem atau gelatin ataupun untuk dibuat rambak.

2.4.2 Histologi Kulit

Kulit hewan mamalia, secara histologi mempunyai struktur yang sama yaitu terdiri dari tiga lapisan yang jelas dalam struktur maupun asalnya. Ketiga lapisan tersebut adalah epidermis, corium (derma), dan hipodermis yang dikenal pula sebagai lapisan daging atau tenunan lemak (Judoamidjojo 1984, diacu dalam Daniar 2008). Lapisan epidermis adalah lapisan paling luar dari kulit, terdiri dari lapisan epitel yang dapat berkembang dengan sendirinya (Mann 1981, diacu dalam Daniar 2008). Lapisan corium merupakan bagian pokok tenunan kulit yang diubah menjadi kulit samak. Lapisan hipodermis adalah jaringan tenunan pengikat longgar yang terdiri dari serabut kolagen dan elastin yang umumnya disebut lapisan daging. Kulit hewan merupakan suatu organ tubuh yang cukup berat, yaitu antara 7-10 persen dari berat badan (Ningsih 1991, diacu dalam Daniar 2008).

2.4.3 Kulit sebagai Bahan Makanan

Kulit ternak selain sebagai bahan baku yang penting dalam industri, juga telah dimanfaatkan oleh penduduk Jawa Tengah atau Jawa Timur yang umumnya untuk dibuat makanan yang cukup populer yaitu rambak dan kerupuk rambak. Makanan yang berasal dari kulit ternak ini ternyata dibuat pula oleh penduduk negara tetangga yaitu Thailand dan Filipina. Di negara-negara tersebut bahan makanan yang dibuat dari kulit ini dikenal dengan nama Nung Pong atau Fried Skin(Suwarastuti 1992, diacu dalam Daniar 2008).

Umumnya pengolahan hasil ternak merupakan industri rumah tangga. Rambak yang dipasarkan ada dua macam yaitu yang digunakan untuk sayur atau dicampur dalam masakan dan yang langsung dimakan berupa kerupuk.


(43)

2.5 Kerupuk Rambak

2.5.1 Bahan Baku Pembuatan Rambak

Rambak yang dibuat dari kulit hewan, dapat berupa kulit sapi, kerbau, kambing atau babi baik yang masih segar maupun yang sudah diawetkan. Pada umumnya kulit yang dibuat rambak adalah kulit kering, meskipun kadang-kadang juga digunakan kulit segar, tetapi jumlahnya terbatas. Kebanyakan kulit segar yang baik kualitasnya diawetkan untuk bahan industri penyamakan.

Kulit yang digunakan untuk krecek atau rambak adalah kulit yang sudah tidak dapat digunakan atau sisa-sisa misalnya potongan-potongan kulit bagian tepi. Kulit kerbau segar yang digunakan sebagai bahan baku kerupuk rambak menghasilkan pengembangan yang lebih baik. Warna kerupuk yang dihasilkan relatif lebih putih dan rasa kerupuk lebih enak, terutama kulit kerbau jantan. Rambak yang berasal dari kulit kerbau lebih disukai oleh konsumen dan memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan rambak yang berasal dari kulit sapi, kambing maupun babi (Ningsih 1991 diacu dalam Daniar 2008).

2.5.2 Proses Pembuatan Rambak

Proses pembuatan rambak baik rambak sayur maupun kerupuk rambak pada prinsipnya hampir sama yaitu perendaman, proses pengolahan meliputi pencucian, pengempukan, pengirisan, pemberian bumbu, penjemuran, pengungkepan, penggorengan dan proses pembungkusan. Pembuatan kerupuk rambak dapat dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut yaitu pencucian dan penghilangan sisa-sisa lemak atau daging yang masih menempel, perendaman dalam air hangat atau pembakaran kulit, pengerokan bulu, pengempukan dengan jalan direbus dalam air panas suhu 90°-100°C selama 50 menit, pengirisan ( diperet ), penjemuran tahap I, pengguntingan (pengirisan) sesuai dengan keinginan konsumen, penjemuran tahap II, pemberian bumbu, pengungkepan dengan menggunakan lemak, penjemuran III dan penggorengan (Ningsih 1991, diacu dalam Daniar, 2008). Adapun secara ringkasnya terdapat dalam bagan di bawah ini:


(44)

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Rambak 2.6 Penelitian Terdahulu

2.6.1 Penelitian Tentang Analisis Kelayakan

Penelitian tentang kelayakan usaha dilakukan oleh Maulana (2008) dengan judul skripsi Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Bandeng Isi pada BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat . Hasil penelitian yang dilakukan yakni hasil kelayakan non finansial yaitu aspek pasar, bahan baku,

Pencucian kulit basah Penghilangan lemak dan daging Perendaman atau pembakaran kulit

Pengerokan bulu

Direbus dengan air panas 90-100°C Pengirisan kulit

Penjemuran tahap I

Pengirisan (pengguntingan)

Penjemuran tahap II

Pemberian bumbu

Pengungkepan

Penjemuran tahap III


(45)

manajemen, hukum, sosial ekonomi dan lingkungan, usaha pembuatan bandeng isi yang dijalankan oleh BANISI layak untuk dilaksanakan, karena tidak ada faktor yang menghambat kegiatan produksi BANISI dari tiap-tiap aspek.

Hasil aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga skenario. Skenario I (tanpa penambahan alat) dengan nilai NPV Rp 13.646.116; Net B/C rasio 1,2994; IRR 15 persen dan payback period 7 tahun 7 bulan. Selanjutnya yaitu skenario II (penambahan bahan baku dan alat produksi) dengan nilai NPV Rp 213.884.273; Net B/C rasio 5,4296; IRR 91 persen dan Payback Period dua tahun satu bulan. Sedangkan yang terakhir adalah skenario dengan nilai NPV Rp -527.334.772. Skenario III (bahan baku langsung dari produsen) dinilai tidak layak karena nilai NPV yang negatif sehingga kriteria kelayakan lainnya dianggap tidak layak.

Hasil analisis finansial menunjukkan pengusahaan pembuatan bandeng isi yang dilakukan pada tiga skenario tidak semuanya dapat menghasilkan keuntungan. Hanya dua dari tiga skenario yang telah dirancang layak untuk diusahakan yaitu skenario I dan II, sedangkan skenario III tidak layak untuk dijalankan jika dilihat dari aspek finansialnya. Dari kedua skenario yang layak, skenario II merupakan skenario yang paling layak untuk dijalankan.

Hasil analisis switching value menunjukkan skenario I yaitu usaha pembuatan bandeng isi saat ini dijalankan adalah jenis usaha yang paling sensitif terhadap perubahan baik penurunan harga jual, kenaikan harga bandeng, maupun penurunan tingkat penjualan. Penurunan harga dan penurunan produksi adalah hal yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha pembuatan bandeng isi pada skenario I dan II dibandingkan faktor kenaikan harga bandeng. Untuk skenario III kenaikan harga jual merupakan faktor yang paling berpengaruh agar pembuatan bandeng isi ini layak untuk dijalankan dibandingkan dengan penurunan harga bandeng dan kenaikan tingkat penjualan.

Putera (2006) melakukan penelitian tentang evaluasi kelayakan usaha pada restoran Mie Kondang, Jakarta Selatan. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa keragaan aspek non finansial pada Restoran Mie Kondang, dilihat dari aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek hukum dan aspek manajerial sudah baik untuk menunjang kinerja restoran. Hal ini ditunjukkan oleh bauran


(46)

pemasaran yang dilakukan oleh restoran sudah cukup baik, kemudahan teknologi yang digunakan oleh restoran tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan, aspek hukum yang mendukung usaha restoran yaitu berupa izin usaha dari pemerintah, dan struktur manajerial yang ringkas sehingga memudahkan koordinasi antar bagian organisasi.

Dari hasil analisis secara finansial Restoran Mie Kondang layak untuk dilaksanakan. Analisis kriteria kelayakan dilihat dari NPV, IRR, Net B/C dan payback period. Perhitungan menggunakan tingkat diskonto sebesar 11,98 persen dan diperoleh hasil sebagai berikut nilai NPV sebesar Rp 118.810.854,4; nilaiNet B/C sebesar 1,427, nilai IRR sebesar 18,5 persen, serta payback period selama 3 tahun 5 bulan 25 hari. Hasil switching value menunjukkan bahwa Restoran Mie Kondang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perubahan nilai penjualan produk makanan dan terhadap perubahan biaya bahan baku. Penurunan nilai penjualan produk makanan yang melebihi 5,43 persen atau kenaikan biaya bahan baku melebihi 5,43 persen akan menyebabkan usaha yang dilakukan oleh Restoran Mie Kondang menjadi tidak layak untuk dilaksanakan.

Dananjoyo (2006) dalam skripsi berjudul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tempe (Studi Kasus di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat) juga melakukan penelitian tentang analisis kelayakan finansial. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial usaha pengrajin tempe biasa dan pengrajin tempa malang, dan menganalisis sensitivitas usaha tempe jika terjadi perubahan pada manfaat dan biaya. Penelitian dilakukan di Kota Bogor. Teknik pengambilan contoh secara acek sederhana (simple random sampling) dan secara sengaja (purposive). Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui aspek finansial kelyakan usaha. Kriteria investasi yaitu NPV, Net B/C, dan IRR.

Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa NPV pengrajin tempe biasa positif sebesar Rp 8.805.006,00 dan NPV pengrajin tempe malang Rp 7.157.760,00. IRR pengrajin tempe biasa lebih tinggi dari pengrajin tempe malang dengan tingkat diskonto 15 persen yaitu 35 persen dan 32 persen. Net B/C pada tempe biasa dan tempe malang masing-masing adalah 1,59 dan 1,47.

Menurut analisis switching value perubahan yang dapat ditolerir oleh pengrajin tempe biasa untuk perubahan bahan baku tidak boleh naik lebih dari 5,3


(47)

persen dan untuk tempe malang sebesar 6,9 persen. Perubahan harga output yang masih dapat ditoleransi pada pengrajin tempe biasa sebesar 6,3 persen dan pengrajin tempe malang sebesar 3,4 persen. Hasil analisis kelayakan finansial tersebut menunjukkan bahwa usaha tempe biasa dan tempe malang dikatakan layak untuk diusahakan. Bedasarkan perbandingan atas kriteria kelayakan menunjukkan bahwa tempe biasa lebih menguntungkan dibandingkan dengan tempe malang.

Persamaan penelitian analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak dengan penelitian terdahulu adalah adanya persamaan terhadap penggunaan alat analisis untuk menentukan kelayakan finansial dan non finansial. Alat analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan finansial adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PBP), serta digunakan pula analisis nilai pengganti (Switching Value). Untuk menilai kelayakan non finansial dipergunakan pembahasan dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, serta aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

Sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian ini dianalisis mengenai kelayakan usaha kerupuk rambak sebagai salah satu produk turunan dari kulit ternak. Selain itu, belum ada penelitian terdahulu mengenai kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak. Pada penelitian terdahulu produk yang diteliti adalah kelayakan usaha pembuatan bandeng isi, kelayakan usaha restoran mie dan kelayakn usaha pembuatan tempe. Perbedaan lainnya adalah perbedaan tempat serta waktu penelitian.

2.6.2 Penelitian Tentang Kerupuk

Terdapat beberapa judul penelitian yang meneliti tentang kerupuk yaitu penelitian tentang kelayakan usaha penggorengan kerupuk pernah dilakukan oleh Widyastono (2006) dengan judul skripsi Analisis Kelayakan Usaha Penggorengan Kerupuk Studi Kasus Usaha Kecil Sumber Makmur Sentosa di Darmaga, Kabupaten Bogor dari hasil penelitiannya diperoleh hasil sebagai berikut dilihat dari aspek pasar, jumlah penggoreng yang bergerak dalam industri kerupuk di Kabupaten Bogor berjumlah enam orang produsen.


(48)

Bauran pemasaran dari usaha penggorengan kerupuk SMS meliputi produk, harga, tempat serta promosi. Produk yang ditawarkan terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bahan inputnya yaitu jenis kerupuk mentahnya. Harga yang ditetapkan dalam penentuan harga kerupuk SMS ini adalah harga yang berlaku di pasar. Lokasi yang digunakan untuk melakukan kegiatan penjualan yaitu pasar-pasar yang terdapat di wilayah Kabupaten Bogor dan waktu yang dipilih untuk kegiatan penjualan pada umumnya malam hingga pagi hari. Promosi yang telah digunakan pada awal pendirian usaha ini yaitu dengan memberikan potongan harga kepada konsumen.

Aspek teknis sarana dan fasilitas-fasilitas yang dipinjamkan oleh pembina program pelatihan yaitu bangunan yang memadai untuk kegiatan produksi, gudang bahan baku, dan ruang kantor dengan luas bangunan kurang lebih 192 m2. Aspek manajemen dan ekonomi sosial merujuk pada fungsi kerja usaha penggorengan kerupuk SMS yang terdiri dari bagian keuangan, pemasaran dan produksi. Jabatan yang masih dirangkap menjadi satu adalah jabatan manajerial dan keuangan yang dipegang oleh pemilik usaha penggorengan. Usaha penggorengan kerupuk ini banyak menyerap tenaga kerja yang tidak terdidik dan tidak terampil untuk bekerja di bagian pembungkusan.

Hasil analisis finansial usaha penggorengan kerupuk SMS ini menunjukkan nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 222.655.537,00; nilai IRR yang dihasilkan sebesar 25,96 persen, Net B/C sebesar 2,632 dan masa pengembalian modal adalah 6 tahun 5 bulan dengan jangka umur proyek selama 10 tahun. Berdasarkan kriteria kelayakan usaha maka usaha penggorengan kerupuk SMS ini layak untuk dijalankan. Sedangkan hasil analisis sensitivitas pada usaha penggorengan kerupuk menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan biaya operasional variabel sebesar 8,32 persen usaha penggorengan kerupuk masih layak untuk dijalankan. Berbeda dengan penurunan penjualan sebesar 10 persen, hasil yang didapatkan adalah usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan.

Penelitian tentang kerupuk pernah dilakukan oleh Tresnaprihandini (2006) dengan judul Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Kerupuk Udang dan Ikan pada Perusahaan Candramawa di Kabupaten Indramayu . Berdasarkan hasil


(49)

analisis faktor internal dan faktor eksternal yang telah dilakukan pada perusahaan Candramawa yaitu dilihat dari faktor internal, kekuatan utama yang dimiliki oleh perusahaan adalah loyalitas distributor, modal yang kuat dan hubungan dengan pemasok terjalin baik. Sedangkan kelemahan yang utama adalah kapasitas produksi yang belum optimal, kurangnya promosi dan distribusi produk di Indramayu belum ada.

Untuk faktor eksternal, yang menjadi peluang utama bagi perusahaan adalah tingkat konsumsi yang terus meningkat, sedangkan untuk ancaman utama yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yaitu kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif listrik dan BBM, kondisi cuaca dan iklim sangat mempengaruhi proses produksi dan ketersediaan bahan baku, serta ancaman masuk pendatang baru cukup besar.

Berdasarkan perhitungan matriks IFE didapat total skor 3,107 dan matriks EFE didapat total skor sebesar 2,051 sehingga jika dipetakan ke dalam matriks IE posisi perusahaan berada pada sel IV yaitu tumbuh dan bina. Pada sel ini strategi yang harus dijalankan oleh perusahaan adalah strategi penetrasi pasar, strategi pengembangan pasar dan strategi pengembangan produk.

Ada 13 buah strategi yang diformulasikan pada matriks SWOT yang sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan, yaitu: 1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, 2) Menjalin kerjasama dengan perusahaan besar pengekspor kerupuk, 3) Memperluas wilayah distribusi produk ke wilayah yang potensial dan belum pernah dijangkau oleh pesaing maupun perusahaan, 4) Bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat untuk mendapatkan kemudahan memperoleh bahan baku, fasilitas dan perlindungan hukum, 5) Meningkatkan penggunaan teknologi yang lebih modern dalam proses produksi, 6) Mengefisienkan penggunaan peralatan produksi untuk menghemat listrik dan BBM, 7) Meningkatkan pelayanan kepada konsumen, 8) Memperbaiki sistem manajemen perusahaan, 9) Mencoba memasarkan produk di daerah Indramayu dengan mutu dan kualitas yang sama dengan pesaing, 10) Mengoptimalkan kapasitas produksi yang ada, 11) Memperluas hubungan kerjasama dengan pemasok bahan baku ikan, 12) Memanfaatkan penggunaan oven dan cooling pada saat kondisi cuaca tidak mendukung, 13) Mengikutsertakan produk perusahaan pada pameran perdagangan


(1)

Tahun

ke-Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

Kerupuk Rambak 500 gram 46.360.402 64.904.563 92.720.804 92.720.804 92.720.804 92.720.804 92.720.804 92.720.804 92.720.804 92.720.804 Kerupuk Rambak 250 gram 159.363.882 223.109.435 318.727.765 318.727.765 318.727.765 318.727.765 318.727.765 318.727.765 318.727.765 318.727.765

Nilai Sisa 36.866.667

TOTAL INFLOW 205.724.285 288.013.998 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 411.448.569 448.315.236 OUTFLOW

1. BIAYA INVESTASI

Lahan 30.000.000

Bangunan 15.000.000

Tempat penampungan limbah 3.000.000

Wajan penggorengan (besar) 925.000 925.000

Wajan Penggorengan (kecil) 600.000 600.000

Dandang 860.000 860.000

Panci 875.000 875.000

Drum perendam 750.000 750.000

Sesek (pisau) 770.000 770.000

Rigen 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000

Kompor minyak 390.000 390.000

Kompor gas 820.000 820.000

Pengaduk 330.000 330.000

Ember 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000

Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000

Timbangan 1.200.000


(2)

120

Tabung gas 700.000

Motor 15.500.000

TOTAL BIAYA INVESTASI 82.205.000 0 5.260.000 0 7.260.000 7.155.000 5.260.000 0 7.260.000 0 2. BIAYA TETAP

Transportasi 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 Listrik 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 Telepon 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

PBB 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000

Upah (4 orang) 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 TOTAL BIAYA TETAP 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 3. BIAYA VARIABEL

Kulit kerbau basah 99.339.500 139.075.300 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 Minyak goreng 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 Kayu Bakar 8.100.000 11.340.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 Lemak 28.400.000 39.760.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 Arang 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 Kemasan besar 2.160.000 3.024.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 Kemasan kecil 12.925.000 18.095.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 Gas 2.062.500 2.887.500 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 Bonus agen (kemasan besar) 840.000 1.176.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 Bonus agen (kemasan kecil) 4.812.500 6.737.500 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 TOTAL BIAYA VARIABEL 172.673.250 241.742.550 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 345.346.500 Pajak 0 390.712 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 TOTAL OUTFLOW 299.675.250 286.930.262 398.213.817 392.953.817 400.213.817 400.108.817 398.213.817 392.953.817 400.213.817 392.953.817 Net Benefit -93.950.965 1.083.737 13.234.752 18.494.752 11.234.752 11.339.752 13.234.752 18.494.752 11.234.752 55.361.419 Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472 PV/TAHUN -86.686.626 922.626 10.396.051 13.404.541 7.513.076 6.996.949 7.534.801 9.715.281 5.445.292 24.758.011

NPV Rp0

IRR 8,38%

PV POSITIF 86.686.626 PV NEGATIF -86.686.626

NET B/C 1,00


(3)

Tahun

ke-Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

Kerupuk Rambak 500 gram 48.000.000 67.200.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 Kerupuk Rambak 250 gram 165.000.000 231.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000

Nilai Sisa 36.866.667

TOTAL INFLOW 213.000.000 298.200.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 462.866.667 OUTFLOW

1. BIAYA INVESTASI

Lahan 30.000.000

Bangunan 15.000.000

Tempat penampungan limbah 3.000.000

Wajan penggorengan (besar) 925.000 925.000

Wajan Penggorengan (kecil) 600.000 600.000

Dandang 860.000 860.000

Panci 875.000 875.000

Drum perendam 750.000 750.000

Sesek (pisau) 770.000 770.000

Rigen 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000

Kompor minyak 390.000 390.000

Kompor gas 820.000 820.000

Pengaduk 330.000 330.000

Ember 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000

Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000

Timbangan 1.200.000


(4)

122

Tabung gas 700.000

Motor 15.500.000

TOTAL BIAYA INVESTASI 82.205.000 0 5.260.000 0 7.260.000 7.155.000 5.260.000 0 7.260.000 0 2. BIAYA TETAP

Transportasi 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 Listrik 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 Telepon 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

PBB 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000

Upah (4 orang) 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 TOTAL BIAYA TETAP 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 3. BIAYA VARIABEL

Kulit kerbau basah 106.615.215 149.261.302 213.230.431 213.230.431 213.230.431 213.230.431 213.230.431 213.230.431 213.230.431 213.230.431 Minyak goreng 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 Kayu Bakar 8.100.000 11.340.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 Lemak 28.400.000 39.760.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 56.800.000 Arang 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 Kemasan besar 2.160.000 3.024.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 Kemasan kecil 12.925.000 18.095.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 Gas 2.062.500 2.887.500 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 Bonus agen (kemasan besar) 840.000 1.176.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 Bonus agen (kemasan kecil) 4.812.500 6.737.500 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 TOTAL BIAYA VARIABEL 179.948.965 251.928.552 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 Pajak 0 390.712 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 TOTAL OUTFLOW 306.950.965 297.116.263 412.765.248 407.505.248 414.765.248 414.660.248 412.765.248 407.505.248 414.765.248 407.505.248 Net Benefit -93.950.965 1.083.737 13.234.752 18.494.752 11.234.752 11.339.752 13.234.752 18.494.752 11.234.752 55.361.419 Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472 PV/TAHUN -86.686.626 922.626 10.396.051 13.404.541 7.513.076 6.996.949 7.534.801 9.715.281 5.445.292 24.758.011

NPV Rp0

IRR 8,38%

PV POSITIF 86.686.626 PV NEGATIF -86.686.626

NET B/C 1,00


(5)

Tahun

ke-Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

Kerupuk Rambak 500 gram 48.000.000 67.200.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 Kerupuk Rambak 250 gram 165.000.000 231.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000

Nilai Sisa 36.866.667

TOTAL INFLOW 213.000.000 298.200.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 462.866.667 OUTFLOW

1. BIAYA INVESTASI

Lahan 30.000.000

Bangunan 15.000.000

Tempat penampungan limbah 3.000.000

Wajan penggorengan (besar) 925.000 925.000

Wajan Penggorengan (kecil) 600.000 600.000

Dandang 860.000 860.000

Panci 875.000 875.000

Drum perendam 750.000 750.000

Sesek (pisau) 770.000 770.000

Rigen 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000

Kompor minyak 390.000 390.000

Kompor gas 820.000 820.000

Pengaduk 330.000 330.000

Ember 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000

Gayung 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000

Timbangan 1.200.000


(6)

124

Tabung gas 700.000

Motor 15.500.000

TOTAL BIAYA INVESTASI 82.205.000 0 5.260.000 0 7.260.000 7.155.000 5.260.000 0 7.260.000 0 2. BIAYA TETAP

Transportasi 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 Listrik 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 Telepon 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

PBB 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000 37.000

Upah (4 orang) 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 TOTAL BIAYA TETAP 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 44.797.000 3. BIAYA VARIABEL

Kulit kerbau basah 99.339.500 139.075.300 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 198.679.000 Minyak goreng 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 Kayu Bakar 8.100.000 11.340.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 Lemak 35.675.715 49.946.002 71.351.431 71.351.431 71.351.431 71.351.431 71.351.431 71.351.431 71.351.431 71.351.431 Arang 5.546.875 7.765.625 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 11.093.750 Garam 240.000 336.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 Minyak tanah 2.700.000 3.780.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 Kemasan besar 2.160.000 3.024.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 Kemasan kecil 12.925.000 18.095.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 25.850.000 Gas 2.062.500 2.887.500 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 4.125.000 Bonus agen (kemasan besar) 840.000 1.176.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 Bonus agen (kemasan kecil) 4.812.500 6.737.500 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 9.625.000 TOTAL BIAYA VARIABEL 179.948.965 251.928.552 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 359.897.931 Pajak 0 390.712 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 2.810.317 TOTAL OUTFLOW 306.950.965 297.116.263 412.765.248 407.505.248 414.765.248 414.660.248 412.765.248 407.505.248 414.765.248 407.505.248 Net Benefit -93.950.965 1.083.737 13.234.752 18.494.752 11.234.752 11.339.752 13.234.752 18.494.752 11.234.752 55.361.419 Discount Factor 8,38% 0,9227 0,8513 0,7855 0,7248 0,6687 0,6170 0,5693 0,5253 0,4847 0,4472 PV/TAHUN -86.686.626 922.626 10.396.051 13.404.541 7.513.076 6.996.949 7.534.801 9.715.281 5.445.292 24.758.011

NPV Rp0

IRR 8,38%

PV POSITIF 86.686.626 PV NEGATIF -86.686.626

NET B/C 1,00