DAMPAK TINGKAT PEMAHAMAN DEKAN TENTANG FUNGSI UTAMA DAN LINGKUNGAN KERJA EKSEKUTIF TERHADAP PEMBINAAN TENAGA EDUKATIF TETAP SERTA DAMPAK KELANJUTANNYA TERHADAP PENAMPILAN KERJA: Suatu studi pada universitas/institut swasta dalam lingkup Kopertis Wilayah I
DAMPAK TINGKAT PEMAHAMAN DEKAN
TENTANG FUNGSI UTAMA DAN UNGKUNGAN KERJA EKSEKUTIF
TERHADAP PEMBINAAN TENAGA EDUKATIF TETAP
SeItA DAMP8K KELANJUTANNYA TERHADAP PENAMPIUN KERJA
'
;
(Suatu studi pada universitas/institut swasta
dalam lingkup Kopertis Wilayah III)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh :
SUTANTO SEWOYO
338/A.40/XIV-6
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
FAKULTAS PASCA SARJANA
IKIP. BANDUNG
1989
DISETUJUI DAM DISAllKAH OLEH PEMBIMBING
Prof.
Dr. Achmad Sanusi SH., MPA
Pembimbing
Prof.
Dr.
H. H. Djawad Dahian
Pembimbing
FAKULTAS PASCA SARJANA
I KIP
BANDUNG
1U8U
DAFTAR ISI
halaman
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
11X
DAFTAR ISI
vl11
DAFTAR TABEL
X11
DAFTAR GAMBAR
BAB
x111
I. PENDAHULUAN
1
A. Latar belakang masalah
1
B. Identifikasi masalah
5
C:
C. Batasan masalah
n
D. Rumusan masalah
E. Tujuan dan kegunaan penelitian
9
F. Definisi operasional judul penelitian ....
BAB
II. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
13
18
A. Dekan sebagai eksekutif dan fungsi utama
eksekutif
B. Lingkungan kerja Dekan
28
1. Organisasi formal sebagai lingkungan
kerja eksekutif
2. Kompleksitas organisasi sebagai ling-
kungan kerja eksekutif
3. Organisasi informal sebagai lingkung
an kerja eksekutif
31
°9
4d
C. Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
49
1. Pengertian tentang pembinaan
49
2. Pentingnya Tenaga Edukatif Tetap yang
profesional
dalam upaya mencapai
juan perguruan tinggi
3. Tugas Tenaga Edukatif dan kendalakendala dalam pelaksanaannya
Vlll
tu
52
54
4. Sasaran pembinaan Tenaga Edukatif
Tetap
D. Penampilan kerja Tenaga Edukatif
E. Dampak Tingkat
Pemahaman
59
60
tentang Fungsi
Utama Eksekutif terhadap Tingkat Pemahaman
Lingkungan Kerja Eksekutif
F. Dampak
Tingkat
Fungsi Utama
Eksekutif
63
Pemahaman Dekan tentang
dan
terhadap
Lingkungan
Kerja
Pembinaan
Tenaga
Edukatif Tetap dan dampak kelanjutannya
terhadap penampilan kerja.
71
G. Pengajuan Hipotesis
BAB III . PROSEDUR PENELITIAN
80
A. Pendekatan penelitian
80
O
B. Populasi dan sampel
C. Teknik pengumpulan data
D. Pembakuan dan pengujian instrumen
85
pene
litian
BAB
85
E. Validitas dan reliabilitas instrumen
92
F. Teknik analisis data
"
G. Pengujian normalitas data
BAB
-1
IV. HASIL PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN
10°
101
A. Hasil pengumpulan data
101
B. Pembahasan hasil penelitian
111
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
B.
Rekomendasi
127
127
1
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN A. Instrumen
penelitian
sebelum
dilakukan
pengujian instrumen.
- Instrumen penelitian untuk Tingkat Pe
mahaman Dekan tentang Fungsi Utama Ek
sekutif .
- Instrumen
mahaman
Kerja
penelitian
Dekan
untuk Tingkat Pe
tentang
Lingkungan
Eksekutif.
- Instrumen
penelitian untuk Pembinaan
terhadap Tenaga Edukatif Tetap.
-
Instrumen
penelitian untuk Penampilan
Kerja Tenaga Edukatif Tetap.
B. Hasil uji validitas dan reliabilitas
ins
trumen .
C. Instrumen
penelitian
setelah
dilakukan
pengujian instrumen.
- Instrumen penelitian untuk Tingkat Pe
mahaman Dekan tentang Fungsi Utama Ek
sekutif .
- Instrumen
mahaman
Kerja
penelitian
Dekan
untuk Tingkat
tentang
Eksekutif.
Lingkungan
Pe
- Instrumen penelitian untuk Pembinaan
terhadap Tenaga Edukatif Tetap.
- Instrumen penelitian
untuk Penampilan
Kerja Tenaga Edukatif Tetap.
D. Data dari instrumen.
- Data
dari instrumen Tingkat
Pemahaman
Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutif.
- Data
dari instrumen Tingkat Pemahaman
Dekan tentang Lingkungan Kerja Ekseku
tif.
- Data dari instrumen
Pembinaan
terhadap
Tenaga Edukatif Tetap.
- Data dari
instrumen
Penampilan
Kerja
Tenaga Edukatif Tetap.
E. Penghitungan koefisien korelasi, koefisien
determinasi, dan persamaan regresi.
CURRICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
halaman
TABEL
1. Dekan
dari
PTS. di
Kopertis
Wilayah
III
82
terpilih sebagai sumber data
2. Kisi-kisi instrumen penelitian Tingkat Pe
mahaman
Dekan
tentang Fungsi
Utama
dan
Lingkungan Kerja Eksekutif dalam kaitannya
dengan Pembinaan
terhadap
Tenaga
Edukatif
Tetap, serta dampak kelanjutannya terhadap
89
Penampilan Kerja
3. Kisi-kisi instrumen penelitian
Pembinaan
terhadap Tenaga Edukatif Tetap dan
Penam
pilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap
90
4. Hasil uji Realibilitas empat instrumen pene
98
litian
5. Jumlah skor data untuk variabel X1, X2, X3,
dan
104
Y
6. Korelasi antara variabel penelitian
107
7. Koefisien determinasi tunggal antar variabel
109
8. Gradasi total skor
jawaban
untuk
masing-
masing item dari instrumen Penampilan
Kerja
Tenaga Edukatif Tetap
116
9. Gradasi total skor setiap item dalam Pembi
naan Tenaga Edukatif Tetap
119
10. Perbandingan antara urutan item dalam Penam
pilan Kerja dengan urutan item dalam
naan
terhadap Tenaga Edukatif Tetap
Xll
Pembi
121
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar
1.
Hubungan antara keseluruhan ubahan da7
lam penelitian
2.
Tiga tahapan dalam proses pengambilan
keputusan menurut Mintzberg
23
3,
Tranformasi data menjadi informasi ...
2$
4.
Sistem
masukan-proses-keluaran
dalam
26
pengambilan keputusan
5.
Arus informasi dan pengambilan keputu
28
san
6.
Terjadinya problem atau persoalan ....
7.
Hubungan
antara
variabel
yang
66
di
108
teliti
Koefisien determinasi antar variabel .
xm
HO
BAB
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH.
Universitas
pendidikan
atau
atau
institut
sebagai
sekolah merupakan suatu
suatu
lembaga
organisme
sosial.
Oleh sebab itu terjadilah saling ketergantungan antara
bagian dari universitas atau institut. Hal
salah
satu
bagian
dari
universitas
ini berarti bahwa
atau
institut
mempengaruhi keseluruhan
organisme sosial ini. Atau
juga
hanya
yang
terpengaruh
sebagian
semua
kecil
dapat
mungkm
saja
dari
universitas atau institut.
Dalam
kaitannya dengan hal tersebut di atas
Waller mengatakan
Milliard
:
" The school is a social organism;
•••
As a social organism the school shows an organismic interdependence of its parts;
it is not
possible to affect a part of it without affecting
the whole." ( Williard Waller, 1965 : 6 ).
Sejalan
dengan pengertian universitas
atau
institut
sebagai organime sosial, dan mengingat bahwa kelompok
penga
jar (sering disebut sebagai dosen atau tenaga edukatif) meru
pakan salah satu bagian dari universitas atau institut,
maka
kelompok pengajar sebagai salah satu pelaku dalam proses
lajar
dan
mengajar sangat penting peranannya
penyelenggaraan
pendidikan
di
universitas
dalam
atau
be-
sistem
institut.
Suatu dampak terhadap kelompok pengajar ini niscaya akan mem
pengaruhi
sebagian atau keseluruhan
sistem
penyelenggaraan
pendidikan tersebut.
Mengingat pentingnya peranan kelompok pengajar ini da-
lam
bila
suatu organisasi pendidikan, maka
sudah sepantasnyalah
kelompok pengajar ini memperoleh pembinaan
semestinya.
Dalam kaitannya dengan pentingnya pembinaan terhadap kelompok
pengajar ini, J. Krishnamurti mengatakan:
"The right kind of education begins with the
educator, who must understand himself and be free
from established patterns of thought; for what he
is, that he imparts. If he has not
been
rightly
educated, what can he teach except the same
mechanical knowledge on which he himself has been
brought up ? The problem, therefore, is not the
child, but the parent and the teacher; the
problem is to educate the educator." ( J- Krish
namurti,
Dari
1981 : 98-99 ).
kutipan tersebut diatas terlihat
pendidik harus memahami dirinya sendiri.
bahwa
seorang
Dalam kaitannya
dengan peranannya sebagai seorang pendidik, ia harus memahami
dirinya yang berprofesi pendidik. Oleh karena itu
terhadap
kelompok pengajar pada universitas
atau
pembinaan
institut
perlu diarahkan kepada peningkatan kemampuan dalam melaksana
kan tugas, sehingga mereka dapat lebih profesional dalam
laksanakan
me
tugas.
Tugas
dosen atau Tenaga Edukatif sebagai anggota
lompok pengajar adalah melaksanakan pendidikan dan
ke
pengaja-
ran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sesuai
dengan keahliannya/ilmunya, serta member! bimbingan kepada
para mahasiswa didalam proses pendidikannya. ( Dit. Perguruan
Tinggi Swasta, Ditjen. Pendidikan Tinggi, Dep. Pendidikan dan
Kebudayaan,
1982 : 274 ).
Dengan
menyimak tugas Tenaga Edukatif pada
Perguruan
Tinggi dapatlah dilihat bahwa tugas tersebut relatif cukup
kompleks. Kompleksitas tugas tenaga Edukatif pada Perguruan
Tinggi dan terbatasnya kemampuan sejumlah besar Tenaga Eduka
tif
dalam mengemban tugas termaksud,
menyebabkan
timbulnya
banyak kritik terhadap Tenaga Edukatif pada Perguruan Tinggi,
sebagaimana dikemukakan oleh Norman Mc Kenzie, et. al.
seba
gai berikut:
" There are the common complaints (reported
many countries) by students: objections to
from
poor
teaching, routine, boring, ill-prepared and
ill-
delivered lectures, to the impersonality of large
classes, and the lack of real contact between fa
culty and students." ( Norman Mac Kenzie, et.
al.,
1972 : 36 ).
Kritik terhadap sementara Tenaga Edukatif pada
ruan
Tinggi
ini sering kali juga disanggah
mahasiswa
dalam satu
kelas
Pergu
dengan
alasan
terlalu
besar,
karena
jumlah
Tenaga
Edukatif memberi kuliah di berbagai tempat
sepanjang
hari, tugas-tugas yang berat dan sebagainya. Namun dalam
itannya
dengan sanggahan tersebut, Paul
Klapper
ka
menekankan
bahwa perkuliahan yang tak efektif disebabkan karena para Te
naga Edukatif pada Perguruan Tinggi belum siap memberi
ah.
kuli
la mengatakan:
" The large classes, the inexperienced teachers,
the long teaching day, the heavy teaching assign
ments -- these are not the primary causes of in
effective teaching in our colleges and universi
ties
have
today; rather the
secondary
causes
intensified it. The fact remains
that
which
our
teacher in institution of post-high-school levels
have not been prepared to teach." ( Paul Klapper,
1959
: 20
).
Ketidakefektifan
bulkan
dalam inengajar kadang-kadang
menim-
keinginan atau kecenderungan untuk mengubah baik
isi
kurikulum maupun metoda pengajarannya. Namun sebenarnya
yang
diperlukan untuk meningkatkan keefektifan dalam mengajar
ini
bukan perubahan isi kurikulum dan metoda pengajarannya, mela-
inkan peningkatan penguasaan terhadap metoda pengajaran
ada,
terutama kecakapan untuk penampilan mengajar.
yang
Hal
ini
dikemukakan oleh Mac Kenzie sebagai berikut:
" Indeed, the temptation is to modify the con
tent of the curriculum rather than the methods
whereby it is taught, that is to transmit new
knowledge through old channels. Even when this
temptation is resisted and the methods themselves
are examined, attention is often focused on means
of improving existing methods, especially perfor
mance
method
in
skills rather than on possible changes
or more fundamental about teacher's
in
role
the learning process.
That is why a common faculty and understand
able line of criticism has been to complain that
university faculty are poorly prepared for their
professional task as teachers." ( Norman Mac Ken
zie, et. al., 1972 : 36-37 ).
Kritik yang ditujukan kepada Tenaga Edukatif dalam ti
ga kutipan terakhir tersebut di atas barulah mengenai kurangnya kemampuan Tenaga Edukatif dalam mengajar. Kemampuan mere
ka dalam melakukan penelitian, pengabdian kepada
dan
pemberian
pendidikannya
bimbingan
kepada
mahasiswa
masyarakat,
didalam
proses
kiranya juga perlu ditingkatkan, sehingga
me
reka dapat lebih profesional dalam menjalankan tugasnya.
Pada
Perguruan
Tinggi
Swasta,
pembinaan
Edukatif lebih ditekankan pada Tenaga Edukatif Tetap,
Tenaga
mengi
ngat Tenaga Edukatif Tetap berinduk pada Perguruan Tinggi
Swasta yang bersangkutan; sedangkan Tenaga Edukatif Tidak
Tetap menginduk pada instansi pokoknya.
Dalam
Edukatif
ninya,
kaitannya
Tetap
ini,
dengan
pembinaan
terdapat tiga
terhadap
pejabat
yang
Tenaga
menanga-
yaitu:
- Rektor sebagai pemimpin penyelenggaraan
pembinaan
akademika di lingkungan universitas/institut;
sivitas
- Dekan sebagai pemimpin pelaksanaan pembinaan sivitas akademika Fakultas;
- Ketua Jurusan sebagai pelaksana
pembinaan
sivitas
akade-
mika.
( Dit. Perguruan Tinggi Swasta, Ditjen.
Pendidikan
Tinggi,
Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, 1982 : 267 - 274 ).
Walaupun
Tenaga
Ketua
Jurusan
adalah
atasan
langsung
Edukatif Tetap, namun Dekan dipandang lebih
dari
berperan
dalam pembinaan Tenaga Edukatif Tetap, sebab:
1. Berdasarkan pengamatan terdapat banyak Ketua Jurusan
yang
berjabatan akademik di bawah lektor yang secara psikologis
kurang memenuhi kualifikasi sebagai pembina profesi.
2. Berdasarkan
ketentuan yang berlaku, Dekanlah yang
menandatangani
kumpulan
KUM Tenaga Edukatif
berhak
Tetap
yang
diusulkan kepada Kopertis untuk naik jabatan akademisnya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH.
Kiranya bisa dimengerti bahwa penampilan kerja
Tenaga
Edukatif Tetap pada Perguruan Tinggi Swasta dipengaruhi
beberapa faktor, seperti: kurangnya jaminan terhadap
sungan
hari
pekerjaan, kurangnya jaminan untuk
tua,
kurangnya
kurangnya
penghargaan
kebanggaan
dari
kelang-
kesejahteraan
menjadi
masyarakat,
oleh
karyawan
kurang
di
swasta,
memadainya
prasarana dan sarana dalam melaksanakan tugas, kurangnya pem
binaan oleh atasan yang berwenang, dan sejumlah besar
faktor
lainnya.
Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi penampilan
kerja
Tenaga
Edukatif Tetap pada Perguruan
Tinggi
Swasta,
salah satu diantaranya mungkin faktor pembinaan yang
kan
dilaku
oleh Dekan.
Dalam
Tetap,
Dekan
misalnya
kurang
yang
memimpin pelaksanaan pembinaan Tenaga
dipastikan
banyak
faktor,
terbatasnya biaya, kurangnya dukungan dari
Rektor,
jelasnya
dipengaruhi
oleh
Edukatif
petunjuk pelaksanaannya,
banyak
dilakukan oleh Dekan, dan sejumlah besar
kesibukan
faktor-faktor
lainnya.
Dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi Dekan da
lam
memimpin
tersebut
pelaksanaan pembinaan
kemungkinan
pemahaman
terdapat dua
Tenaga
faktor,
Edukatif
yaitu:
Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutif
Tetap
tingkat
dan
tingkat
pemahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekutif.
C.
BATASAN MASALAH.
Dari
pengindentifikasian
masalah tersebut
di
atas,
terlihat bahwa penampilan kerja Tenaga Edukatif Tetap mungkin
dipengaruhi
oleh banyak faktor. Salah satu
diantaranya
mungkinan adalah faktor pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
ke
oleh
Dekan.
Dalam
tesis ini faktor yang
mempengaruhi
penampilan
Tenaga Edukatif Tetap dibatasi pada pembinaan Tenaga Edukatif
Tetap
oleh
Dekan, Tingkat Pemahaman
Dekan
tentang
Fungsi
Utama Eksekutif, dan Tingkat Pemahaman Dekan tentang Lingkun
gan Kerja Eksekutif.
Juga terlihat pada pengidentifikasian masalah tersebut
di
atas
Edukatif
bahwa banyak faktor mempengaruhi
Tetap.
Dua diantaranya
adalah
pembinaan
Tingkat
Tenaga
Pemahaman
Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutif, dan Tingkat
Dekan
tentang
Lingkungan Kerja
Pemahaman
Eksekutif.
Berkaitan dengan batasan masalah sebagaimana
disebut-
kan di atas, maka dalam penelitian ini terdapat empat
bel atau ubahan,
varia
yaitu:
1. Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutif;
2. Tingkat Pemahanan Dekan tentang
Lingkungan Kerja
Ekseku
tif;
3. Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap oleh Dekan;
4. Penampilan kerja Tenaga Edukatif Tetap.
Hubungan antara keempat variabel
dan
dampak
dalam penelitian ini
suatu variabel terhadap variabel
lainnya
dapat
divisualisasikan sebagai berikut:
Tingkat
Pemahaman
Dekan tentang Fung
si Utama Eksekutif
^ V
Pembinaan Tenaga
Edukatif Tetap
->
A
Tingkat Pemahaman
Dekan
Penampilan Kerja
Tenaga Edukatif
Tetap
tentang Ling'
Kungan Kerja
Ekse
kutif
Gambar
1
: Hubungan antara keseluruhan
ubahan
dalam penelitian.
D.
RUMUSAN MASALAH.
Bertalian dengan dugaan bahwa ubahan Tingkat Pemahaman
Dekan tentang Fungsi Utama Ekesekutif dan ubahan Tingkat
Pe-
mahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekuti
terhadap
dan
ubahan Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap c
berkenaan
pula
dengan dugaan
bahwa
ubahan
l
Tenaga Edukatif Tetap oleh Dekan mempengaruhi ubahan Pe.
Ian
Tenaga
Edukatif Tetap, maka dapatlah
diajukan
rumusan
masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif
Dekan
terhadap Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
oleh
?
2. Adakah
dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang
Kerja
Lingkungan
Eksekutif terhadap Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
oleh Dekan
?
3. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif
sama
Dekan
dan Lingkungan Kerja Eksekutif secara
terhadap
Pembinaan
Tenaga
Edukatif
bersama-
Tetap
oleh
Tenaga Edukatif Tetap oleh
Dekan
?
4. Adakah dampak Pembinaan
terhadap Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap ?
5. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif terhadap Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap ?
6. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang
Lingkungan
Kerja Eksekutif terhadap Penampilan Kerja Tenaga
Edukatif
Tetap ?
7. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif terhadap Tingkat Pemahaman Dekan tentang
Ling
kungan Kerja Eksekutif ?
8. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif
dan Lingkungan Kerja Eksekutif secara
bersama-
la terhadap Penampilan Tenaga Edukatif Tetap ?
;am
E. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN.
1.
Tujuan.
a. Tujuan Umum
Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi,
universi
tas dan institut swasta memegang peranan penting
dalam
usaha meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa.
Pera
nan
tersebut
tidak
bisa
diremehkan,
sebab
realita
menunjukkan bahwa pemerintah tidak berkemampuan
menye-
lenggarakan
tinggi
yang
sejumlah besar lembaga
pendidikan
mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat
akan
pendidikan tinggi.
Berkaitan dengan pentingnya peranan universitas dan
institut
bangsa,
swasta
dan
dalam usaha
mengingat
meningkatkan
pentingnya
kecerdasan
kelompok
dalam proses belajar - mengajar, maka usaha
pengajar
meningkat
kan penampilan kerja Tenaga Edukatif Tetap pada univer
sitas dan institut
dalam
swasta, merupakan langkah strategis
usaha meningkatkan kecerdasan kehidupan
bangsa.
Jadi secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari
beberapa
variabel
yang
berdampak
positif
terhadap
penampilan'kerja Tenaga Edukatif Tetap pada universitas
dan
institut
berdampak
swasta, dan yang
positif
pula
pada
terhadap
gilirannya
usaha
akan
meningkatkan
kecerdasan kehidupan bangsa.
b.
Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana yang telah
diajukan, maka secara khusus penelitian ini bertujuan:
1. Mencari seberapa besar dampak Tingkat Pemahaman
Dekan
tentang Fungsi Utama Eksekutif terhadap Pembinaan Tenaga
Edukatif Tetap oleh Dekan.
2. Mencari
seberapa
Dekan tentang
besar
dampak
Lingkungan
Tingkat
Kerja
Pemahaman
Eksekutif
Terhadap
Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap oleh Dekan.
3. Mencari seberapa besar
tentang
Fungsi Utama
Eksekutif
secara
dampak
Tingkat Pemahaman Dekan
Eksekutif
dan Lingkungan Kerja
bersama-sama
terhadap
Pembinaan
Tenaga Edukatif Tetap oleh Dekan.
4. Mencari
seberapa
Edukatif
Tenaga
Tetap
oleh
dampak
Dekan
Pembinaan
Tenaga
terhadap Penampilan Kerja
Edukatif Tetap.
5. Mencari seberapa
tentang
Kerja
besar
Fungsi
Tenaga
besar dampak
Utama
Tingkat Pemahaman Dekan
Eksekutif
terhadap
Penampilan
Edukatif Tetap.
6. Mencari seberapa
besar dampak
Tingkat Pemahaman Dekan
tentang Lingkungan Kerja Eksekutif terhadap
Penampilan
Kerja Tenaga Edukatif Tetap.
7. Mencari seberapa besar dampak
tentang
Fungsi
Utama
Tingkat
Eksekutif
Pemahaman Dekan
terhadap
Tingkat
Pemahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekutif.
8. Mencari
tentang
secara
seberapa besar dampak Tingkat Pemahaman
Fungsi
Utama dan Lingkungan
Kerja
bersama-sama terhadap Penampilan
Edukatif Tetap.
Dekan
Eksekutif
Kerja
Tenaga
2.
Kegunaan.
a. Dari segi praktis.
1.
Bagi
Senat Universitas dan institut
swasta
dalam
lingkup Kopertis Wilayah III:
Hasil dari penelitian ini
memberikan
gambaran
institut
swasta
pembantu
Rektor,
Dekan
—
tentang
diharapkan
dapat
kepada Senat Universitas dan
yang terdiri dari
para
Kepala
Rektor, para
Lembaga, dan para
:
a. Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap berdasar
kan pengamatan Dekan.
b. Seberapa jauh Dekan telah melaksanakan pembinaan
terhadap Tenaga Edukatif Tetap, dalam rangka
meningkatkan Penampilan Kerja mereka.
c. Tingkat
pemahaman
Eksekutif
Dekan tentang
dan Lingkungan Kerja
diperkirakan
Fungsi
Utama
Eksekutif
berdampak positif terhadap
yang
pembi
naan Tenaga Edukatif Tetap, yang pada gilirannya
berdampak
positif
pula
terhadap
penampilan
adanya gambaran tersebut Senat
Universitas
Tenaga Edukatif Tetap.
Dengan
dan Institut Swasta dalam Lingkup Kopertis
III
Wilayah
dapat menetapkan kebijakan yang konkrit
dalam
upaya meningkatkan penampilan kerja Tenaga Edukatif
Tetap, yang
pada
hakekatnya merupakan
usaha ikut serta meningkatkan kecerdasan
salah satu
kehidupan
bangsa.
2.
Bagi
Tenaga Edukatif Tetap
pada
universitas
dan
institut dalam lingkup Kopertis Wilayah III.
Hasil
dari
diharapkan
dapat
memberi gambaran kepada para Tenaga Edukatif
Tetap
universitas
Kopertis
dan
Wilayah
penelitian
institut
III
ini
swasta
tentang
dalam
lingkup
penampilan
kerja
mereka dalam menjalankan tugas.
b. Dari segi teoritis.
Berdasarkan
telah
tujuan khusus
dikemukakan,
maka
penelitian
penelitian
sebagaimana
secara
teoritis
dapat digunakan untuk :
1. Meningkatkan pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
meningkatkan pemahaman Dekan
tentang
fungsi
dengan
utama
eksekutif.
2. Meningkatkan pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
meningkatkan
pemahaman
Dekan
tentang
dengan
lingkungan
kerja eksekutif.
3. Meningkatkan pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
meningkatkan
pemahaman Dekan tentang
fungsi
dengan
utama
eksekutif dan lingkungan kerja eksekutif secara ber
sama-sama.
4. Meningkatkan penampilan kerja Tenaga Edukatif
Tetap
dengan meningkatkan pembinaan Tenaga Edukatif Tetap.
5. Meningkatkan penampilan kerja Tenaga Edukatif
dengan
meningkatkan pemahaman Dekan tentang
Tetap
fungsi
utama eksekutif.
6. Meningkatkan penampilan kerja Tenaga Edukatif
dengan
meningkatkan pemahaman Dekan
kungan kerja eksekutif.
tentang
Tetap
ling
7. Meningkatkan
pemahaman
Dekan
tentang
lingkungan
kerja eksekutif dengan meningkatkan pemahaman
Dekan
tentang fungsi Utama eksekutif.
8. Meningkatkan penampilan
dengan
cara
kerja Tenaga Edukatif Tetap
meningkatkan tingkat
pemahaman
Dekan
tentang Fungsi Utama Eksekutif dan Lingkungan
Kerja
Eksekutif secara bersama-sama.
F. DEFINISI OPERASIONAL JUDUL PENELITIAN.
Judul
penelitian
untuk penulisan
tesis
ini
adalah
DAMPAK TINGKAT PEMAHAMAN DEKAN TENTANG FUNGSI UTAMA DAN LING
KUNGAN
KERJA
EKSEKUTIF TERHADAP PEMBINAAN
TENAGA
EDUKATIF
TETAP SERTA DAMPAK KELANJUTANNYA TERHADAP PENAMPILAN KERJA.
Untuk
mencegah
kesalahan dalam
penafsiran
terhadap
judul tersebut di atas, kiranya perlu dijelaskan arti bebera
pa kata atau kumpulan kata. Dalam kaitannya dengan penjelasan
arti ini maka beberapa kata atau kumpulan kata yang perlu di
jelaskan artinya adalah:
1. Dampak.
Kata
ini
belum
lama
masuk
dalam
kosakata
(vocabulary) baku dalam bahasa Indonesia. Kata ini
sering
diartikan
dengan
sebagai "pengaruh". Namun yang dimaksud
dampak dalam penelitian ini adalah pengaruh satu
variabel
terhadap variabel lainnya.
2.
Pemahaman.
Kata
menurut
"pemahaman"
berasal dari kata
"paham"
yang
Hornby et. al. merupakan sinonim dari "memahami"
dan "mengerti", dan
"understand"
(
yang dalam bahasa Inggrisnya berarti
Hornby et. al. 1984 : 348 ).
Dan
kata
"understand" ini oleh Henry Bosley Woolf diartikan antara
lain
sebagai "to have through or technical
acquaintance
with
or expertness in the practice of". Dengan
maka
kata paham, mengerti, atau memahami berarti
demikian
sangat
mengenai atau memiliki keahlian tentang.
3. Fungsi.
Kata
bahasa
"fungsi" berasal dari kata
Inggris, yang
"function"
oleh Henry Bosley
Woolf
sebagai
"the acts or operations expected of a
thing".
Dengan
demikian
maka
kata
dalam
diartikan
person
"fungsi"
or
berarti
kegiatan-kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh seseorang
atau
4.
sesuatu.
Eksekutif.
Kata
bahasa
yang
berarti
kata
"menyelenggarakan"
"executive" sebenarnya
"pelaksana".
Indonesian-an
P.
berasal dari
Inggris. Dilihat dari asal
istilah
atau
ini
Siagian
ditunjuk,
Tetapi
"executive"
katanya
atau
berarti
"eksekutif"
"to
execute"
"melaksanakan",
"penyelenggara"
sebagai
istilah "executive" diartikan oleh
sebagai seseorang yang
bertindak sebagai
dalam
pengSondang
karena diangkat
pimpinan sekelompok
atau
tenaga-
tenaga pelaksana sebagai kegiatan operasional
Dalam kaitannya dengan pendapat tersebut, Sondang P.
mengatakan:
"Istilah
Inggris
"to execute"
berarti
menye-
Siagian
lenggarakan
atau melaksanakan.
"executive" sesungguhnya berarti
Berarti
istilah
"penyelenggara"
atau "pelaksana". Akan tetapi dalam "eksekutif"-sebagai peng-Indonesia-an istilah "executive"-biasanya diartikan bukan para tenaga pelaksana
kegiatan-kegiatan operasional, akan tetapi para
tenaga penyelenggara kegiatan-kegiatan kepemimpinan. Dengan perkataan lain, interpretasi yang
paling lumrah diberikan tentang seorang eksekutif
adalah seseorang yang karena diangkat atau ditun-
juk, bertindak selaku pemimpin sekelompok tenagatenaga pelaksana berbagai kegiatan operasional."
( Sondang P. Siagian, 1986 : 5 ).
5. Lingkungan kerja eksekutif.
"Lingkungan"
"environment" yang
sebagai
which
1977
"the
merupakan
istilah
Indonesia
menurut Henry Bosley
circumstances, objects,
Woolf
or
untuk
diartikan
conditions
one is surrounded". ( Henry Bosley Woolf, et.
:
berarti
382
"lingkungan"
keadaan, sesuatu, atau kondisi yang
mengelilingi
keadaan,
Jadi
sesuatu,
Dengan
demikian
al. ,
istilah
seseorang.
).
by
"lingkungan
kerja
atau kondisi yang
eksekutif"
berarti
mengelilingi
gerak
kegiatan seorang eksekutif.
6.
Pembinaan
Program
pembinaan personal di dalam bidang
pendidikan
disebut supervisi pendidikan ( Hadari Nawawi, 1981 : 103 )
Lebih lanjut Hadari Nawawi mengatakan :
"Supervisi pendidikan
yanan yang disediakan
guru-guru (orang yang
guru atau personal
harus diartikan sebagai pelaoleh pemimpin untuk membantu
dipimpin agar menjadi guruyang semakin cakap sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya
dan ilmu pendidikan khususnya agar mampu mening
katkan proses belajar-mengajar di sekolah" ( Hadari
Nawawi, 1981 : 104 ).
Sejalan dengan pengertian pembinaan yang identik dengan
supervisi pendidikan, maka pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
oleh
Dekan di sini merupakan upaya membantu
para
Tenaga
Edukatif Tetap untuk berkembang dan tumbuh menjadi
Tenaga
Edukatif yang lebih cakap dan lebih baik dalam menjalankan
tugasnya.
7. Tenaga Edukatif Tetap.
dengan
"Tenaga
Edukatif
istilah
"Dosen
perguruan
pengajar
Tetap"
populer
disebut
kaitannya
dengan
Tinggi Swasta dosen tetap ini merupakan
tenaga
Tetap".
lebih
Dalam
yang diangkat baik oleh Rektor
Perguruan
Tinggi
ataupun
yang bersangkutan dengan
Yayasan
jumlah
beban
tugas tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
merupakan
Pegawai
Negeri Sipil yang
ditugaskan
atau
sebagai
tenaga pengajar di Perguruan Tinggi Swasta.
8. Penampilan Kerja.
"Penampilan
kerja"
adalah
peng-Indonesia-an
istilah "performance", yang oleh Henry Bosley Woolf
tikan sebagai "the execution of an action". Jadi
lan kerja yang dikaitkan dengan
sini
adalah
diar
penampi
Tenaga Edukatif Tetap
pelaksanaan kegiatan
atau
tugas
di
seseorang
Tenaga Edukatif Tetap.
Jadi
diharapkan
atau
penelitian
dapat
dengan
judul
tersebut
mengungkapkan seberapa
di
besar
dampak pengertian Dekan tentang kegiatan
pengaruh
utama
keadaan serta kondisi yang melingkunginya sebagai
pimpinan
terhadap
upaya
meningkatkan
atas
kemampuan
dan
seorang
Dosen
Tetap
dalam menjalankan profesinya serta dampak kelanjutannya
terhadap pelaksanaan tugas mereka.
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
PENDEKATAN
PENELITIAN.
Untuk
mendapatkan data guna menjawab rumusan
seperti yang dikemukakan pada Bab I,
tian
masalah
maka pendekatan
peneli
yang digunakan di sini adalah pendekatan survey
tingkat
ekplanasi deskriptif,
Metode
korelatif,
atau pendekatan penelitian survey
dan
dengan
determinatif.
adalah
yang dikenakan pada polulasi besar maupun kecil,
penelitian
tetapi
data
yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi
tersebut,
relatif,
sehingga
dapat ditemukan
kejadian-kejadian
distribusi, dan hubungan antar variabel,
bel sosiologis maupun psikhologis ( Kerlinger,
yang
baik varia
1973 : 410 ).
Penelitian di sini akan mendeskripsikan tentang
pema
haman Dekan terhadap Fungsi Utama dan Lingkungan Kerja
ekse
kutif,
pembinaan yang dilakukan Dekan terhadap Tenaga
Eduka
tif Tetap dan penampilan kerja tenaga edukatif sebagai akibat
dari pembinaan Dekan tersebut.
bel-variabel tersebut,
Selain mendeskripsikan
varia-
juga akan dicari seberapa besar dampak
satu variabel terhadap variabel
lainnya.
Penelitian dengan pendekatan survey ini dapat
kan sebagai jembatan antara metode naturalistik dan
men
(David
keadaan
survey
1980
: VIII-2).
Dalam
eksperi-
penelitian
survey
obyek penelitian hampir natural/alami (karena
dikondisikan
kontrol
Kline,
dikata
dalam laboratorium),
(sepertinya
halnya
tidak memerlukan
eksperimen).
Walaupun
ini tidak memerlukan kelompok kontrol seperti
80
tidak
kelompok
metode
halnya
pada
metoda eksperimen, namun generalisasi
yang
dihasilkan
bisa akurat bila digunakan sampel yang representatif.
Kline,
dalam
1980 : 1-24). Teknik pengumpulan data yang
metide survey pada umumnya adalah dengan
(David
digunakan
angket,
dan
wawancara.
B.
POPULASI
DAN
SAMPEL.
Seperti
halnya dikemukakan di atas
survey
dilakukan pada
bahwa
dengan
metode
populasi
maupun
kecil, tetapi data yang dipelajari adalah
penelitian
yang
besar
data
sampel. Populasi adalah totalitas semua nilai yang
dari
mungkin,
hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif;
obyek
daripada karakteristik tertentu
yang
sifatnya.
mengenai
lengkap dan jelas yang ingin
Adapun
sebagian yang diambil
disebut sampel (Sudjana,
Dalam
penelitian
1982
sekumpulan
dipelajari
dari
sifat-
populasi
itu
: 5).
ini yang
menjadi
populasi
adalah
semua Dekan pada perguruan tinggi swasta dalam bentuk univer
sitas
dan
institut beserta karakteristiknya
Kopertis
Wilayah
kualitas
populasi,
sebagian
dari
Swasta
III Jakarta
dan
dalam
sekitarnya.
maka jumlah sampel yang
jumlah populasi Dekan pada
lingkup
Berdasarkan
diambil
adalah
Perguruan
Tinggi
dalam lingkup Kopertis Wilayah III Jakarta dan
seki
tarnya .
Di DKI Jakarta Raya dan sekitarnya terdapat 26
ruan
dengan
Tinggi
Swasta dalam bentuk
Universitas
85 Fakultas, dan yang status
Jurusannya
dan
Pergu
Institut
bervariasi,
yaitu terdaftar, diakui atau disamakan. Yang dijadikan sumber
data
dalam
penelitian ini adalah para Dekan
Fakultas
yang
jurusannya minimal mempunyai status terdaftar.
Berdasarkan
tabel
Krejcie dan Nomogram
Harry
King,
bila jumlah populasi (para Dekan) 85, maka jumlah sampel yang
diambil adalah 70 orang. Pengambilan sampel dilakukan
random
dengan sistem undian. Fakultas yang terpilih
universitas
secara
beserta
atau institut adalah sebagaimana tercantum
pada
tabel I berikut ini.
TABEL
1
DEKAN DARI PTS DI KOPERTIS WILAYAH III YANG
TERPILIH SEBAGAI SUMBER DATA
| No.
Dekan Fakultas
Universitas/institut
3
2
1
Univ.
Kristen Jakarta
1.
FT
2.
FK
3.
FH
Univ.
Pancasila
4.
FE
Univ.
Pancasila
5.
FISIP
Univ.
Nasional
6.
FTSP
Univ.
Trisakti
7. '
FE
Univ.
Atmajaya
8.
FIA
Univ.
Jakarta
9.
FS
Univ.
Nasional
10.
FK
Univ. Kristen Indonesia
11.
FISIP
Univ.
12.
FTI
Inst. Sain & Tekn. Nasional
13.
FKG
Univ.
, Univ. Trisakti
Atmajaya
Trisakti
14
F Seni Rupa & Disain
Inst. Kesenian Jakarta
15.
F Komunikasi
Inst. Ilmu Sosial & Politik
16.
FT
Univ.
Muhamaddiyah
17.
FE
Univ.
Jayabaya
16
FT
Univ.
Muhamaddiyah
17.
FE
Univ.
Jayabaya
18.
FISIP
Univ.
Islam Syekh Yusuf
19.
FTSP
Inst. Sain & Tekn. Nasional
20.
FS
21.
FE
22.
FE
23.
FE
24.
FH
25.
FKIP
26.
FKG
27.
FH
28.
F
29.
*
Univ.
Kristen Indonesia
Univ.
Trisakti
Univ.
Tarumanagara
Univ.
Kristen Indonesia
Univ. Kristen Indonesia
Univ. Kristen Indonesia
Univ.
Prof.
Dr.
Moestopo
Univ. 17 Agustus 1945 Jkt
Univ.
17 Agustus 1945 Jkt
F Kesenian
Inst.
Kesenian Jakarta
30.
F Farmasi
Univ. 17 Agustus 1945 Jkt
31.
FISIP
Univ. 17 Agustus 1945 Jkt
32.
FH
33.
FE
34.
FPBS
35.
FPMIPA
36.
FH
Adm
Univ. Islam Syekh Yusuf
Univ.
Krisnadwipayana
IKIP Muhammadiyah
IKIP Muhammadiyah
Univ.
Jayabaya
1
3
2
1
37.
FT
Univ.
Tarumanagara
38.
FE
Univ.
Kristen
39.
F
Univ.
Krisnadwipayana
40.
FH
Univ.
Krisnadwipayana
41.
FISIP
Univ.
Prof.
42.
FISIP
Univ.
Jayabaya
43.
FH
Univ.
Ibnu Chaldun Jakarta
44.
FISIP
Univ.
Muhamaddiyah
45.
FT
Univ.
Islam As-Syaffiyah
46.
FT
Univ.
Nasional
47.
FH
Univ.
Atmajaya
48.
FT
Univ.
Atmajaya
49.
FH
Univ.
Trisakti
50.
FK
Univ.
Atmajaya
51.
FE
Univ.
Ibnu Chaldun Jakarta
52.
FE
Univ.
Islam Jakarta
53.
FT
Univ.
Islam Jakarta
54.
FK
Univ.
Tarumanagara
| 55.
FE
Univ.
Islam As-Syaffiyah
56.
FT
Univ.
Kristen
57.
FH
Univ.
Islam As-Syaffiyah
58.
FH
Univ.
Muhamaddiyah
59.
FH
Univ.
Tarumanagara
60.
FE
Univ.
Prof.
61.
FE
Univ.
Krisnadwipayana
62.
FISIP
Univ.
Ibnu Chaldun
i
Adm
Jakarta
Dr.
Moestopo
1
1
Indonesia
Dr.
Moestopo
1
-
2
! i
3
\
63.
FT
Univ.
Jakarta
64.
FTSP
Univ.
Jayabaya
65.
FT
Univ.
17 Agustus 1945 Jkt
66.
FH
Univ.
Jakarta
67.
F
Mat &
IPA
Inst.
Sain St Tekn.
68.
F
Film &
TV
Inst.
Kesenian Jakarta
69.
F
Komunikasi
Inst.
Ilmu Sosial & Politik
70.
FPPS
Para
sebagai
sumber
IKIP
Dekan
seperti
data penelitian.
Nasional
Muhammadiyah
pada
tabel
1
Pertama-tama
digunakan
mereka
diukur
tingkat pemahamannya tentang Fungsi Utama, dan
kungan
Kerja
mereka
membina para Tenaga Edukatif Tetap, dan
eksekutif, kemudian diukur
tentang
yang telah dibinanya. Jadi sumber data
variabel
atau
ubahan
penelitian adalah
Ling
bagaimana
setelah
mereka diminta menilai penampilan kerja para Tenaga
Tetap
akan
Edukatif
untuk
sama,
itu
keempat
yaitu
para
Dekan.
C. TEKNIK PEMGUMPULAN DATA.
Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji
sis
data
penelitian
yang diajukan digunakan
teknik
yang berupa angket. Dalam penelitian ini
hipote-
pengumpulan
teknik
utama
yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa angket
(ques
tionnaire) karena jumlah sumber data cukup besar (70
orang).
Seperti dinyatakan oleh Kidder (1980 : 148) bahwa untuk
mendapatkan
dilakukan
informasi dari responden yang besar dan
secara simultan/serempak maka
teknik
dapat
pengumpulan
data angketlah yang paling tepat. Akan sangat sulit mendapat
kan
informasi
dengan teknik observasi
dan
interview
bila
jumlah respondennya besar, karena kedua teknik itu tidak
dapat digunakan secara simultan/bersama-sama untuk sekelompok
responden.
Lebih lanjut Kidder menyatakan bahwa
keuntungan-
keuntungan lain dalam menggunakan teknik angket adalah mengu
rangi bias seperti halnya dalam interview di mana peneliti
langsung bertatap muka dengan responden; responden lebih
bebas
dalam mengisi angket karena tidak ada
unsur
paksaan;
dan biayanya murah.
Selain
menggunakan teknik pengumpulan data
dengan
angket, maka penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpul
an
data
dengan interview kepada beberapa dekan
dan
tenaga
edukatif guna mengontrol jawaban angket yang telah diberikan
oleh para dekan.
Dengan demikian jawaban
atau
data yang
diperoleh akan lebih akurat dan konsisten.
D. PEMBAKUAN DAN PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN.
Angket
yang diedarkan kepada
instrumen penelitian yang digunakan
responden
untuk
merupakan
mengungkapkan
tingkat pemahaman para dekan tentang fungsi utama dan ling
kungan kerja eksekutif, pembinaan dekan kepada para tenaga
edukatif,
dan
penampilan kerja para
tenaga edukatif
yang
mendapat pembinaan dari dekan tersebut. Jadi ada empat instru
men penelitian. Instrumen penelitian ini dibakukan sendiri,
melalui
pengkajian-pengkajian
teoritis
terhadap
variabel penelitian, serta dikaitkan dengan
variabel-
operasionalisasi
variabel tersebut pada lapangan.
Ada empat instrumen yang dibakukan yaitu:
1. Instrumen penelitian yang digunakan
untuk mengungkapkan
tingkat pemahaman Dekan terhadap Fungsi Utama Eksekutif.
Karena yang diukur adalah tingkat pemahaman maka instrumen
penelitian yang digunakan adalah berbentuk test,
dalam
hal
pilihan.
ini
menggunakan test
obyektif
yang
dengan
empat
Jadi bila responden menjawab betul maka akan
diberi skor 1, dan bila salah akan diberi skor 0.
2. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan
tingkat pemahaman dekan terhadap lingkungan kerja ekseku
tif.
Instrumen yang digunakan juga berbentuk test
dengan
empat pilihan. Responden yang menjawab betul diberi skor
1, dan yang salah diberi skor 0.
3. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan
tentang pembinaan yang dilakukan Dekan terhadap Tenaga
Edukatif Tetap. Instrumen penelitian tidak berbentuk test,
untuk itu tidak ada jawaban yang salah maupun betul terha
dap
item-item instrumen. Jawaban tiap instrumen bersifat
interval
yang dalam hal ini diberi lima skala dari
yang
sangat positif sampai angka 5 berarti Dekan memberikan
pembinaan yang sangat baik/positif kepada para tenaga
edukatif, angka 4 berarti cukup baik, angka 3 sedang,
angka 2 tidak baik, dan angka 1, sangat tidak baik. Jadi
skor tertinggi tiap item instrumen adalah 5 dan terendah =
1.
4. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan
Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap. Instrumen peneli
tian yang digunakan disini juga bukan test, dan bentuknya
dibuat seperti instrumen yang digunakan utuk mengungkapka
Pembinaan Dekan terhadap para Tenaga Edukatif Tetap. Skor
tertinggi tiap item instrumen - 5 dan terendah = 1.
Karena instrumen dibakukan sendiri, maka untuk
memudahkan penyusunan dan pengecekan kembali tiap item in
strumen guna menguji validitas dari para ahli, maka digunakan
kisi instrumen seperti tabel II dan III berikut.
Dari kisi-kisi instrumen penelitian tersebut nampak
bahwa jumlah item instrumen untuk mengukur tingkat pemahaman
dekan
tentang fungsi utama eksekutif' berjumlah 32
items,
pemahaman'Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekutif berjumlah
36 items, Pembinaan terhadap Tenaga Edukatif Tetap berjumlah
24 items, dan Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap berjumlah 22
items.
Sebelum
instrumen penelitian itu digunakan
untuk
mengukur variabel yang sebenarnya, maka terlebih dulu diuji
validitas dan realibilitasnya.
TABEL 2
KISI-KISI
INSTRUMEN PENELITIAN TINGKAT PEMAHAMAN
DEKAN
TENTANG FUNGSI UTAMA DAN LINGKUNGAN KERJA EKSEKUTIF.
Komponen yang
Variabel
diukur
I. Tingkat Pema
Respon
den
I. 1,2,3,7,
8,10,11,
14,15,16,
18,20,21.
Masa Lampau
Dekan
B.
Masa Sekarang
Dekan
I. 4,5,6,9,
13,17,19,
23,25,27.
C.
Masa Menda-
Dekan
I.
haman Dekan
si Utama
Ek
haman Dekan
tentang Ling
kungan Kerja
Eksekutif
12,22,24,
16.
tang
II . Tingkat Pema
item
instrumen
A.
tentang Fung
sekutif.
No.
Dekan
II.
B. Kompleksitas
Organisasi
Dekan
II.
C. Organisasi
Dekan
II . C.
A. Organisasi
1 s/d 12
Formal
Informal
A.
B.
1 s/d 12
1 s/d 12
TABEL
3
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK MENGUNGKAPKAN VARIABEL
PEMBINAAN
.TERHADAP TENAGA EDUKATIF TETAP DAN PENAMPILAN
KERJA TENAGA EDUKATIF TETAP.
Variabel
Komponen
Pembinaan
Profesi
terhadap
Tenaga
Edukatif
Tetap
A.
Pendidik
an &
pe
No.
Respon
item
den
yang diukur
3
2
1
III.
Arah Pembinaan
dan Komponen
1. Menguasai
bidang studi
5
4
III.
Dekan
1,2,3.
yang diajar
ngajaran
kan
2. Mengelola
program belajar & me
III.
Dekan
4,7.
ngajar
3. Mengelola
III.
Dekan
8.
kelas
4.
Menggunakan
III.
Dekan
5 .
media
5. Menguasai
Dekan
III.
6.
Dekan
III.
landasan
pendidikan
6.
Mengelola
10,12,
interaksi
belajar-
i
i
14,15.
mengajar
7.
Menilai
III.
Dekan
9,11.
prestasi
mahasiswa
8. Mengenai
Ill .
Dekan
13,16.
program
bimbingan
B.
Peneliti
Penelitian
III.
Dekan
17,18,
19,20,
an
21.
—
IV.
Penampilara
Kerja Te
C. Pengabdi-
Pengabdian ke-
A.
1.Penguasaan bi
Melaksana
naga Edu
katif Te
tap
dikan &
pengajar
kan
an
22,23,
24.
bidang studi
yang diajar
kan pendi
Dekan
Dekan
3.
Dekan
2.Mengelola
IV.
IV.
1,4
program belajar & menga
jar
3.Mengelola ke
Dekan
las
4.Menggunakan
Dekan
landasan
IV.
5.
media penga
jaran
Dekan
5 .Menguasai
IV.
6.
IV.
2.
pen
didikan
6.Mengelola in
Dekan
13.
jar-mengajar
7.Menilai pres-
IV.
8,9,
teraksi bela
Dekan
IV.
7,9.
tasi mahasis
wa
8. Mengenai pro
Dekan
14.
an
B.
C.
Melaksana
Melaksanakan pe
kan pene
litian
nelitian
Melaksana
kan pe
Melaksanakan pe
IV.
11,12,
gram bimbing
Dekan
IV.
15,16,
17,18,
19.
ngabdian kepada
masyarakat
ngabdian
kepada
masyarakat
Dekan
IV.
20,21,
22.
D. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN.
1, Validitas Instrumen.
Validitas
dan
reliabilitas
instrumen
merupakan
kriteria dari kualitas suatu instrumen penelitian (Mueller
1986
: 57). Suatu instrumen yang valid berarti
instrumen
tersebut dapat mengukur secara benar apa yang dikehendaki
untuk diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel berarti
instrumen tersebut konsisten dan akurat bila digunakan
dalam pengukuran (Meuller 1986 : 58).
Dalam hal validitas ini Mueller lebih lanjut menya-
takan bahwa, pada umumnya dalam pengukuran sikap dan aspek
psikologi yang lain terdapat tiga validitas utama yaitu:
a.
V_aJLidjU^s_JLsjL
Model
validitas
ini
dikembangkan
untuk
test
yang
mengukur achievement. Jadi yang dilihat adalah sebera
pa baik isi dari test itu mencerminkan kesimpulan yang
dikehendaki.
Seperti
dinyatakan oleh Issac
(1981
:
121) bahwa validitas isi menunjukkan seberapa baik isi
dari suatu sampel test mencerminkan situasi klas
atau
mata pelajaran yang diajarkan.
b. VVHHitas prediksi
Validitas
prediktif adalah validitas
instrumen
diukur berdasarkan kemampuan test tersebut
yang
mempredik-
sikan kriteria yang ditetapkan.
c. Y^lJ^J^S_JimisiJmJl
Validitas
konstruk menunjukkan
seberapa baik
dan
relevan teori-teori yang digunakan untuk mengkonstruksikan
instrumen penelitian. Validitas
konstruk
akan
dapat lebih dikuatkan bila hipotesis penelitian
diverivikasi. Untuk itu sebenarnya validitas
dapat
konstruk
itu adalah dinamakan validitas hipotesis. Issac
: 119) menyatakan bahwa validitas konstruk
untuk
test yang bersifat mendiskripsikan
(1980
digunakan
atau
untuk
penelitian ilmiah.
Sebelum
instrumen penelitian yang
akan
digunakan
untuk mengungkapkan empat variabel penelitian itu
kan,
maka
instrumen tersebut harus diuji
relialitasnya
validitas
dan
terlebih dulu. Bila instrumen
diguna
validitas dan
tidak diuji
reliabilitasnya maka data yang
diperoleh
yang diukur dengan instrumen tersebut akan diragukan.
Karena
item-item
setiap instrumen penelitian berisi
tentang
instrumen, maka tiap item tersebut perlu
validitasnya, yaitu dengan analisis item. Dalam
diuji
kaitannya
dengan analisa item ini Masrun (1979 : 13) mengatakan:
Seperti halnya untuk menentukan validita
pengukur pada umumnya, maka dalam analisis
untuk
menentukan validita itu,
alat
item
dibutuhkan
juga
dicari validitanya, adalah salah satu
item
kriterium. Dalam validita item, kriterium terse
but biasanya skor test yang kita susun, di mana
yang
dari test tersebut.
Suatu asumsi yang merupakan dasar untuk menentu
kan validita ini ialah bahwa test merupakan
kumpulan item-item seharusnya mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dengan perkataan lam test itu
harus memiliki validitanya. Untuk mendapatkan
validita yang tinggi dibutuhkan item-item
selaras dengan test. Oleh karena itu item
tidak selaras harus dibuang atau dirubah.
yang
yang
Lebih lanjut Masrun menyatakan bahwa untuk menentu
kan
validitas item cara-cara yang dapat dilakukan di-
antaranya,
adalah:
a. Menggunakan indek korelasi
b. Memggunakan indek diskriminasi
c. Menggunakan indek keselarasan item
Berdasarkan cara-cara yang digunakan untuk
,^Ji
validitas item tersebut, maka pengujian instrumen
peneli
tian di sini digunakan indek korelasi.
Untuk menguji validitas dan reliabilitas
penelitian,
disusun
instrumen
maka langkah pertama instrumen yang telah
dan telah dikonsultasikan kepada ahli
dicobakan
kepada 30 responden. Data dari 30 responden ini digunakan
untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
Untuk menguji validitas dan reliabilitas
instrumen
penelitian digunakan program komputer edisi Sutrisno Hadi
dan Seno Pamardiyanto dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Hasil
dari analisis dapat diberikan
penjelasan
seperti berikut:
1 Instrumen yang digunakan untuk mengukur Tingkat
pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutil.
Untuk
instrumen ini pertama-tama disusun
32
item
instrumen. Karena instrumennya berbentuk test maka jawaban
dari responden bersifat benar-salah. Jawaban yang betul
diberi
skor
1 dan yang salah diberi
skor
0.
Instrumen
berbentuk test obyektif dengan pilihan ganda. Setelah data
dari uji coba dianalisis, ternyata ada lima item yang
dinyatakan gugur atau tidak valid (lihat lampiran 1).
Item-item untuk instrumen ini yang gugur/tidak valid
adalah item nomor 9, 10, 13, 16, dan"28. Jadi masih ada 27
item yang valid. Selanjutnya 27 item ini yang akan diguna
kan
untuk mengumpulkan data pada penelitian yang
sesung-
guhnya. (lihat lampiran 3).
2 Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
pemahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Ekse
kutif.
Instrumen
yang
digunakan untuk
mengukur
tingkat
pemahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekutif juga
berbentuk test. Jawaban yang betul diberi skor 1 dan
salah diberi skor 0. Jumlah item instrumen sama dengan
yang
36
item, tetapi setelah diuji gugur 6 item (lihat lampiran
1). Item instrumen penelitian yang gugur adalah item nomor
6, 13, 14, 20, 22, dan 31. Jadi instrumen penelitian yang
valid
masih
digunakan
30 item. Selanjutnya 30 item ini
yang
akan
untuk mengumpulkan data pada penelitian
yang
sesungguhnya.
*
3. Instrumen yang digunakan untuk mengukur Pembina
an terhadap Tenaga Edukatif Tetap.
Instrumen
yang digunakan di sini
tidak
berbentuk
test. Dengan demikian jawabannya tidak benar-salah tetapi
bersifat
interval,
dari
sangat positif sampai sangat
negatif. Jumlah item yang dibuat sama dengan 24 item dan
setelah diuji ternyata tidak ada yang gugur berarti valid
semua. Dengan demikian semua item yang telah disusun itu
akan dapat digunakan untuk mengumpulkan data pada peneli
tian yang sesungguhnya.
4. Instrumen yang diperlukan untuk mengukur
pilan Kerja Tenaga Eduaktif Tetap.
Penam
Instrumen yang digunakan di sini juga tidak berben
tuk test. Item instrumen yang dibuat berjumlah
dan
22
item,
setelah diuji ternyata tidak ada yang gugur. Hal
ini
berarti 22 item instrumen tersebut valid semua.
Pengujian validitas instrumen edisi Sutrisno
dan Seno Pamardiyanto dari Universitas Gadjah Mada
dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap
dengan skor total. Item yang berkorelasi positif
signifikan adalah item yang valid, sedangkan item
berkorelasi positif tetapi tidak signifikan dan
Hadi
itu
item
dan
yang
yang
berkorelasi negatid adalah item yang tidak valid. Semua
hasil pengujian instrumen dengan komputer diberikan pada
lampiran.
2. Reliabilitas Instrumen.
Reliabilitas
instrumen dapat
diartikan
sebagai
tingkat konsistensi dari instrumen tersebut. Oleh karena
itu
reliabilitas instrumen merupakan
karakteristik
yang
penting dimiliki oleh suatu instrumen penelitian (Dawson
1972
: 14). Instrumen yang
reliabel
berarti
instrumen
tersebut mencerminkan kestabilan.
Untuk menguji reliabilitas instrumen dapat dilaku
kan dengan:
a. t^-retest : test yang sama dicobakan lagi pada obyek
yang tetapi waktunya berbeda.
b. iimihi^LJ^sl^kiily^^l. : test dicobakan pada waktu yang
sama,
responden
sama, tetapi ada dua
instrumen
yang
ekuivalen.
c. Dua test yang
ekuivalen dan dicobakan beberapa kali
(stability-equivalent).
itu
dicobakan
berbeda.
Jadi dua test yang
pada responden
sama,
ekuivalen
tetapi
waktunya
Pengujian dengan cara ini merupakan
gabungan
nomor a dan b.
d.
Internal Consistency.
Pengujian instrumen dengan cara a, b, dan c akan memer
lukan
kemampuan,
waktu, tenaga
yang
banyak,
kalau
tidak waktunya berbeda, harus ada dua
karena
instrumen
yang ekuivalen. Pengujian dengan internal consistency
cukup
dengan satu test dan dilakukan pada waktu
sama.
Pengujian instrumen dengan internal
yang
consistency
dapat dilakukan dengan:
1) Split half
2) KR 20
3) KR 21
4) Anova Hoyt
5) Koefisien alpha
Dalam penelitian ini pengujian instrumen
dilakukan
dengan Anove Hoyt. Pengujian dilakukan dengan komputer
edisi Sutrisno Hadi. Hasil pengujian reliabilitas terhadap
empat instrumen yang menggunakan komputer itu dapat diberi
penjelasan sebagai berikut:
Tabel 4
HASIL UJI RELIABILITAS EMPAT INSTRUMEN
PENELITIAN
Variabel
Penelitian
tt
1. Tingkat pemahaman Dekan ten
0,890
0,00
2. Tingkat pemahaman Dekan ten
tang Lin
TENTANG FUNGSI UTAMA DAN UNGKUNGAN KERJA EKSEKUTIF
TERHADAP PEMBINAAN TENAGA EDUKATIF TETAP
SeItA DAMP8K KELANJUTANNYA TERHADAP PENAMPIUN KERJA
'
;
(Suatu studi pada universitas/institut swasta
dalam lingkup Kopertis Wilayah III)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh :
SUTANTO SEWOYO
338/A.40/XIV-6
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
FAKULTAS PASCA SARJANA
IKIP. BANDUNG
1989
DISETUJUI DAM DISAllKAH OLEH PEMBIMBING
Prof.
Dr. Achmad Sanusi SH., MPA
Pembimbing
Prof.
Dr.
H. H. Djawad Dahian
Pembimbing
FAKULTAS PASCA SARJANA
I KIP
BANDUNG
1U8U
DAFTAR ISI
halaman
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
11X
DAFTAR ISI
vl11
DAFTAR TABEL
X11
DAFTAR GAMBAR
BAB
x111
I. PENDAHULUAN
1
A. Latar belakang masalah
1
B. Identifikasi masalah
5
C:
C. Batasan masalah
n
D. Rumusan masalah
E. Tujuan dan kegunaan penelitian
9
F. Definisi operasional judul penelitian ....
BAB
II. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
13
18
A. Dekan sebagai eksekutif dan fungsi utama
eksekutif
B. Lingkungan kerja Dekan
28
1. Organisasi formal sebagai lingkungan
kerja eksekutif
2. Kompleksitas organisasi sebagai ling-
kungan kerja eksekutif
3. Organisasi informal sebagai lingkung
an kerja eksekutif
31
°9
4d
C. Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
49
1. Pengertian tentang pembinaan
49
2. Pentingnya Tenaga Edukatif Tetap yang
profesional
dalam upaya mencapai
juan perguruan tinggi
3. Tugas Tenaga Edukatif dan kendalakendala dalam pelaksanaannya
Vlll
tu
52
54
4. Sasaran pembinaan Tenaga Edukatif
Tetap
D. Penampilan kerja Tenaga Edukatif
E. Dampak Tingkat
Pemahaman
59
60
tentang Fungsi
Utama Eksekutif terhadap Tingkat Pemahaman
Lingkungan Kerja Eksekutif
F. Dampak
Tingkat
Fungsi Utama
Eksekutif
63
Pemahaman Dekan tentang
dan
terhadap
Lingkungan
Kerja
Pembinaan
Tenaga
Edukatif Tetap dan dampak kelanjutannya
terhadap penampilan kerja.
71
G. Pengajuan Hipotesis
BAB III . PROSEDUR PENELITIAN
80
A. Pendekatan penelitian
80
O
B. Populasi dan sampel
C. Teknik pengumpulan data
D. Pembakuan dan pengujian instrumen
85
pene
litian
BAB
85
E. Validitas dan reliabilitas instrumen
92
F. Teknik analisis data
"
G. Pengujian normalitas data
BAB
-1
IV. HASIL PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN
10°
101
A. Hasil pengumpulan data
101
B. Pembahasan hasil penelitian
111
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
B.
Rekomendasi
127
127
1
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN A. Instrumen
penelitian
sebelum
dilakukan
pengujian instrumen.
- Instrumen penelitian untuk Tingkat Pe
mahaman Dekan tentang Fungsi Utama Ek
sekutif .
- Instrumen
mahaman
Kerja
penelitian
Dekan
untuk Tingkat Pe
tentang
Lingkungan
Eksekutif.
- Instrumen
penelitian untuk Pembinaan
terhadap Tenaga Edukatif Tetap.
-
Instrumen
penelitian untuk Penampilan
Kerja Tenaga Edukatif Tetap.
B. Hasil uji validitas dan reliabilitas
ins
trumen .
C. Instrumen
penelitian
setelah
dilakukan
pengujian instrumen.
- Instrumen penelitian untuk Tingkat Pe
mahaman Dekan tentang Fungsi Utama Ek
sekutif .
- Instrumen
mahaman
Kerja
penelitian
Dekan
untuk Tingkat
tentang
Eksekutif.
Lingkungan
Pe
- Instrumen penelitian untuk Pembinaan
terhadap Tenaga Edukatif Tetap.
- Instrumen penelitian
untuk Penampilan
Kerja Tenaga Edukatif Tetap.
D. Data dari instrumen.
- Data
dari instrumen Tingkat
Pemahaman
Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutif.
- Data
dari instrumen Tingkat Pemahaman
Dekan tentang Lingkungan Kerja Ekseku
tif.
- Data dari instrumen
Pembinaan
terhadap
Tenaga Edukatif Tetap.
- Data dari
instrumen
Penampilan
Kerja
Tenaga Edukatif Tetap.
E. Penghitungan koefisien korelasi, koefisien
determinasi, dan persamaan regresi.
CURRICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
halaman
TABEL
1. Dekan
dari
PTS. di
Kopertis
Wilayah
III
82
terpilih sebagai sumber data
2. Kisi-kisi instrumen penelitian Tingkat Pe
mahaman
Dekan
tentang Fungsi
Utama
dan
Lingkungan Kerja Eksekutif dalam kaitannya
dengan Pembinaan
terhadap
Tenaga
Edukatif
Tetap, serta dampak kelanjutannya terhadap
89
Penampilan Kerja
3. Kisi-kisi instrumen penelitian
Pembinaan
terhadap Tenaga Edukatif Tetap dan
Penam
pilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap
90
4. Hasil uji Realibilitas empat instrumen pene
98
litian
5. Jumlah skor data untuk variabel X1, X2, X3,
dan
104
Y
6. Korelasi antara variabel penelitian
107
7. Koefisien determinasi tunggal antar variabel
109
8. Gradasi total skor
jawaban
untuk
masing-
masing item dari instrumen Penampilan
Kerja
Tenaga Edukatif Tetap
116
9. Gradasi total skor setiap item dalam Pembi
naan Tenaga Edukatif Tetap
119
10. Perbandingan antara urutan item dalam Penam
pilan Kerja dengan urutan item dalam
naan
terhadap Tenaga Edukatif Tetap
Xll
Pembi
121
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar
1.
Hubungan antara keseluruhan ubahan da7
lam penelitian
2.
Tiga tahapan dalam proses pengambilan
keputusan menurut Mintzberg
23
3,
Tranformasi data menjadi informasi ...
2$
4.
Sistem
masukan-proses-keluaran
dalam
26
pengambilan keputusan
5.
Arus informasi dan pengambilan keputu
28
san
6.
Terjadinya problem atau persoalan ....
7.
Hubungan
antara
variabel
yang
66
di
108
teliti
Koefisien determinasi antar variabel .
xm
HO
BAB
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH.
Universitas
pendidikan
atau
atau
institut
sebagai
sekolah merupakan suatu
suatu
lembaga
organisme
sosial.
Oleh sebab itu terjadilah saling ketergantungan antara
bagian dari universitas atau institut. Hal
salah
satu
bagian
dari
universitas
ini berarti bahwa
atau
institut
mempengaruhi keseluruhan
organisme sosial ini. Atau
juga
hanya
yang
terpengaruh
sebagian
semua
kecil
dapat
mungkm
saja
dari
universitas atau institut.
Dalam
kaitannya dengan hal tersebut di atas
Waller mengatakan
Milliard
:
" The school is a social organism;
•••
As a social organism the school shows an organismic interdependence of its parts;
it is not
possible to affect a part of it without affecting
the whole." ( Williard Waller, 1965 : 6 ).
Sejalan
dengan pengertian universitas
atau
institut
sebagai organime sosial, dan mengingat bahwa kelompok
penga
jar (sering disebut sebagai dosen atau tenaga edukatif) meru
pakan salah satu bagian dari universitas atau institut,
maka
kelompok pengajar sebagai salah satu pelaku dalam proses
lajar
dan
mengajar sangat penting peranannya
penyelenggaraan
pendidikan
di
universitas
dalam
atau
be-
sistem
institut.
Suatu dampak terhadap kelompok pengajar ini niscaya akan mem
pengaruhi
sebagian atau keseluruhan
sistem
penyelenggaraan
pendidikan tersebut.
Mengingat pentingnya peranan kelompok pengajar ini da-
lam
bila
suatu organisasi pendidikan, maka
sudah sepantasnyalah
kelompok pengajar ini memperoleh pembinaan
semestinya.
Dalam kaitannya dengan pentingnya pembinaan terhadap kelompok
pengajar ini, J. Krishnamurti mengatakan:
"The right kind of education begins with the
educator, who must understand himself and be free
from established patterns of thought; for what he
is, that he imparts. If he has not
been
rightly
educated, what can he teach except the same
mechanical knowledge on which he himself has been
brought up ? The problem, therefore, is not the
child, but the parent and the teacher; the
problem is to educate the educator." ( J- Krish
namurti,
Dari
1981 : 98-99 ).
kutipan tersebut diatas terlihat
pendidik harus memahami dirinya sendiri.
bahwa
seorang
Dalam kaitannya
dengan peranannya sebagai seorang pendidik, ia harus memahami
dirinya yang berprofesi pendidik. Oleh karena itu
terhadap
kelompok pengajar pada universitas
atau
pembinaan
institut
perlu diarahkan kepada peningkatan kemampuan dalam melaksana
kan tugas, sehingga mereka dapat lebih profesional dalam
laksanakan
me
tugas.
Tugas
dosen atau Tenaga Edukatif sebagai anggota
lompok pengajar adalah melaksanakan pendidikan dan
ke
pengaja-
ran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sesuai
dengan keahliannya/ilmunya, serta member! bimbingan kepada
para mahasiswa didalam proses pendidikannya. ( Dit. Perguruan
Tinggi Swasta, Ditjen. Pendidikan Tinggi, Dep. Pendidikan dan
Kebudayaan,
1982 : 274 ).
Dengan
menyimak tugas Tenaga Edukatif pada
Perguruan
Tinggi dapatlah dilihat bahwa tugas tersebut relatif cukup
kompleks. Kompleksitas tugas tenaga Edukatif pada Perguruan
Tinggi dan terbatasnya kemampuan sejumlah besar Tenaga Eduka
tif
dalam mengemban tugas termaksud,
menyebabkan
timbulnya
banyak kritik terhadap Tenaga Edukatif pada Perguruan Tinggi,
sebagaimana dikemukakan oleh Norman Mc Kenzie, et. al.
seba
gai berikut:
" There are the common complaints (reported
many countries) by students: objections to
from
poor
teaching, routine, boring, ill-prepared and
ill-
delivered lectures, to the impersonality of large
classes, and the lack of real contact between fa
culty and students." ( Norman Mac Kenzie, et.
al.,
1972 : 36 ).
Kritik terhadap sementara Tenaga Edukatif pada
ruan
Tinggi
ini sering kali juga disanggah
mahasiswa
dalam satu
kelas
Pergu
dengan
alasan
terlalu
besar,
karena
jumlah
Tenaga
Edukatif memberi kuliah di berbagai tempat
sepanjang
hari, tugas-tugas yang berat dan sebagainya. Namun dalam
itannya
dengan sanggahan tersebut, Paul
Klapper
ka
menekankan
bahwa perkuliahan yang tak efektif disebabkan karena para Te
naga Edukatif pada Perguruan Tinggi belum siap memberi
ah.
kuli
la mengatakan:
" The large classes, the inexperienced teachers,
the long teaching day, the heavy teaching assign
ments -- these are not the primary causes of in
effective teaching in our colleges and universi
ties
have
today; rather the
secondary
causes
intensified it. The fact remains
that
which
our
teacher in institution of post-high-school levels
have not been prepared to teach." ( Paul Klapper,
1959
: 20
).
Ketidakefektifan
bulkan
dalam inengajar kadang-kadang
menim-
keinginan atau kecenderungan untuk mengubah baik
isi
kurikulum maupun metoda pengajarannya. Namun sebenarnya
yang
diperlukan untuk meningkatkan keefektifan dalam mengajar
ini
bukan perubahan isi kurikulum dan metoda pengajarannya, mela-
inkan peningkatan penguasaan terhadap metoda pengajaran
ada,
terutama kecakapan untuk penampilan mengajar.
yang
Hal
ini
dikemukakan oleh Mac Kenzie sebagai berikut:
" Indeed, the temptation is to modify the con
tent of the curriculum rather than the methods
whereby it is taught, that is to transmit new
knowledge through old channels. Even when this
temptation is resisted and the methods themselves
are examined, attention is often focused on means
of improving existing methods, especially perfor
mance
method
in
skills rather than on possible changes
or more fundamental about teacher's
in
role
the learning process.
That is why a common faculty and understand
able line of criticism has been to complain that
university faculty are poorly prepared for their
professional task as teachers." ( Norman Mac Ken
zie, et. al., 1972 : 36-37 ).
Kritik yang ditujukan kepada Tenaga Edukatif dalam ti
ga kutipan terakhir tersebut di atas barulah mengenai kurangnya kemampuan Tenaga Edukatif dalam mengajar. Kemampuan mere
ka dalam melakukan penelitian, pengabdian kepada
dan
pemberian
pendidikannya
bimbingan
kepada
mahasiswa
masyarakat,
didalam
proses
kiranya juga perlu ditingkatkan, sehingga
me
reka dapat lebih profesional dalam menjalankan tugasnya.
Pada
Perguruan
Tinggi
Swasta,
pembinaan
Edukatif lebih ditekankan pada Tenaga Edukatif Tetap,
Tenaga
mengi
ngat Tenaga Edukatif Tetap berinduk pada Perguruan Tinggi
Swasta yang bersangkutan; sedangkan Tenaga Edukatif Tidak
Tetap menginduk pada instansi pokoknya.
Dalam
Edukatif
ninya,
kaitannya
Tetap
ini,
dengan
pembinaan
terdapat tiga
terhadap
pejabat
yang
Tenaga
menanga-
yaitu:
- Rektor sebagai pemimpin penyelenggaraan
pembinaan
akademika di lingkungan universitas/institut;
sivitas
- Dekan sebagai pemimpin pelaksanaan pembinaan sivitas akademika Fakultas;
- Ketua Jurusan sebagai pelaksana
pembinaan
sivitas
akade-
mika.
( Dit. Perguruan Tinggi Swasta, Ditjen.
Pendidikan
Tinggi,
Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, 1982 : 267 - 274 ).
Walaupun
Tenaga
Ketua
Jurusan
adalah
atasan
langsung
Edukatif Tetap, namun Dekan dipandang lebih
dari
berperan
dalam pembinaan Tenaga Edukatif Tetap, sebab:
1. Berdasarkan pengamatan terdapat banyak Ketua Jurusan
yang
berjabatan akademik di bawah lektor yang secara psikologis
kurang memenuhi kualifikasi sebagai pembina profesi.
2. Berdasarkan
ketentuan yang berlaku, Dekanlah yang
menandatangani
kumpulan
KUM Tenaga Edukatif
berhak
Tetap
yang
diusulkan kepada Kopertis untuk naik jabatan akademisnya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH.
Kiranya bisa dimengerti bahwa penampilan kerja
Tenaga
Edukatif Tetap pada Perguruan Tinggi Swasta dipengaruhi
beberapa faktor, seperti: kurangnya jaminan terhadap
sungan
hari
pekerjaan, kurangnya jaminan untuk
tua,
kurangnya
kurangnya
penghargaan
kebanggaan
dari
kelang-
kesejahteraan
menjadi
masyarakat,
oleh
karyawan
kurang
di
swasta,
memadainya
prasarana dan sarana dalam melaksanakan tugas, kurangnya pem
binaan oleh atasan yang berwenang, dan sejumlah besar
faktor
lainnya.
Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi penampilan
kerja
Tenaga
Edukatif Tetap pada Perguruan
Tinggi
Swasta,
salah satu diantaranya mungkin faktor pembinaan yang
kan
dilaku
oleh Dekan.
Dalam
Tetap,
Dekan
misalnya
kurang
yang
memimpin pelaksanaan pembinaan Tenaga
dipastikan
banyak
faktor,
terbatasnya biaya, kurangnya dukungan dari
Rektor,
jelasnya
dipengaruhi
oleh
Edukatif
petunjuk pelaksanaannya,
banyak
dilakukan oleh Dekan, dan sejumlah besar
kesibukan
faktor-faktor
lainnya.
Dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi Dekan da
lam
memimpin
tersebut
pelaksanaan pembinaan
kemungkinan
pemahaman
terdapat dua
Tenaga
faktor,
Edukatif
yaitu:
Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutif
Tetap
tingkat
dan
tingkat
pemahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekutif.
C.
BATASAN MASALAH.
Dari
pengindentifikasian
masalah tersebut
di
atas,
terlihat bahwa penampilan kerja Tenaga Edukatif Tetap mungkin
dipengaruhi
oleh banyak faktor. Salah satu
diantaranya
mungkinan adalah faktor pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
ke
oleh
Dekan.
Dalam
tesis ini faktor yang
mempengaruhi
penampilan
Tenaga Edukatif Tetap dibatasi pada pembinaan Tenaga Edukatif
Tetap
oleh
Dekan, Tingkat Pemahaman
Dekan
tentang
Fungsi
Utama Eksekutif, dan Tingkat Pemahaman Dekan tentang Lingkun
gan Kerja Eksekutif.
Juga terlihat pada pengidentifikasian masalah tersebut
di
atas
Edukatif
bahwa banyak faktor mempengaruhi
Tetap.
Dua diantaranya
adalah
pembinaan
Tingkat
Tenaga
Pemahaman
Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutif, dan Tingkat
Dekan
tentang
Lingkungan Kerja
Pemahaman
Eksekutif.
Berkaitan dengan batasan masalah sebagaimana
disebut-
kan di atas, maka dalam penelitian ini terdapat empat
bel atau ubahan,
varia
yaitu:
1. Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutif;
2. Tingkat Pemahanan Dekan tentang
Lingkungan Kerja
Ekseku
tif;
3. Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap oleh Dekan;
4. Penampilan kerja Tenaga Edukatif Tetap.
Hubungan antara keempat variabel
dan
dampak
dalam penelitian ini
suatu variabel terhadap variabel
lainnya
dapat
divisualisasikan sebagai berikut:
Tingkat
Pemahaman
Dekan tentang Fung
si Utama Eksekutif
^ V
Pembinaan Tenaga
Edukatif Tetap
->
A
Tingkat Pemahaman
Dekan
Penampilan Kerja
Tenaga Edukatif
Tetap
tentang Ling'
Kungan Kerja
Ekse
kutif
Gambar
1
: Hubungan antara keseluruhan
ubahan
dalam penelitian.
D.
RUMUSAN MASALAH.
Bertalian dengan dugaan bahwa ubahan Tingkat Pemahaman
Dekan tentang Fungsi Utama Ekesekutif dan ubahan Tingkat
Pe-
mahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekuti
terhadap
dan
ubahan Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap c
berkenaan
pula
dengan dugaan
bahwa
ubahan
l
Tenaga Edukatif Tetap oleh Dekan mempengaruhi ubahan Pe.
Ian
Tenaga
Edukatif Tetap, maka dapatlah
diajukan
rumusan
masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif
Dekan
terhadap Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
oleh
?
2. Adakah
dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang
Kerja
Lingkungan
Eksekutif terhadap Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
oleh Dekan
?
3. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif
sama
Dekan
dan Lingkungan Kerja Eksekutif secara
terhadap
Pembinaan
Tenaga
Edukatif
bersama-
Tetap
oleh
Tenaga Edukatif Tetap oleh
Dekan
?
4. Adakah dampak Pembinaan
terhadap Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap ?
5. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif terhadap Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap ?
6. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang
Lingkungan
Kerja Eksekutif terhadap Penampilan Kerja Tenaga
Edukatif
Tetap ?
7. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif terhadap Tingkat Pemahaman Dekan tentang
Ling
kungan Kerja Eksekutif ?
8. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif
dan Lingkungan Kerja Eksekutif secara
bersama-
la terhadap Penampilan Tenaga Edukatif Tetap ?
;am
E. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN.
1.
Tujuan.
a. Tujuan Umum
Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi,
universi
tas dan institut swasta memegang peranan penting
dalam
usaha meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa.
Pera
nan
tersebut
tidak
bisa
diremehkan,
sebab
realita
menunjukkan bahwa pemerintah tidak berkemampuan
menye-
lenggarakan
tinggi
yang
sejumlah besar lembaga
pendidikan
mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat
akan
pendidikan tinggi.
Berkaitan dengan pentingnya peranan universitas dan
institut
bangsa,
swasta
dan
dalam usaha
mengingat
meningkatkan
pentingnya
kecerdasan
kelompok
dalam proses belajar - mengajar, maka usaha
pengajar
meningkat
kan penampilan kerja Tenaga Edukatif Tetap pada univer
sitas dan institut
dalam
swasta, merupakan langkah strategis
usaha meningkatkan kecerdasan kehidupan
bangsa.
Jadi secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari
beberapa
variabel
yang
berdampak
positif
terhadap
penampilan'kerja Tenaga Edukatif Tetap pada universitas
dan
institut
berdampak
swasta, dan yang
positif
pula
pada
terhadap
gilirannya
usaha
akan
meningkatkan
kecerdasan kehidupan bangsa.
b.
Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana yang telah
diajukan, maka secara khusus penelitian ini bertujuan:
1. Mencari seberapa besar dampak Tingkat Pemahaman
Dekan
tentang Fungsi Utama Eksekutif terhadap Pembinaan Tenaga
Edukatif Tetap oleh Dekan.
2. Mencari
seberapa
Dekan tentang
besar
dampak
Lingkungan
Tingkat
Kerja
Pemahaman
Eksekutif
Terhadap
Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap oleh Dekan.
3. Mencari seberapa besar
tentang
Fungsi Utama
Eksekutif
secara
dampak
Tingkat Pemahaman Dekan
Eksekutif
dan Lingkungan Kerja
bersama-sama
terhadap
Pembinaan
Tenaga Edukatif Tetap oleh Dekan.
4. Mencari
seberapa
Edukatif
Tenaga
Tetap
oleh
dampak
Dekan
Pembinaan
Tenaga
terhadap Penampilan Kerja
Edukatif Tetap.
5. Mencari seberapa
tentang
Kerja
besar
Fungsi
Tenaga
besar dampak
Utama
Tingkat Pemahaman Dekan
Eksekutif
terhadap
Penampilan
Edukatif Tetap.
6. Mencari seberapa
besar dampak
Tingkat Pemahaman Dekan
tentang Lingkungan Kerja Eksekutif terhadap
Penampilan
Kerja Tenaga Edukatif Tetap.
7. Mencari seberapa besar dampak
tentang
Fungsi
Utama
Tingkat
Eksekutif
Pemahaman Dekan
terhadap
Tingkat
Pemahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekutif.
8. Mencari
tentang
secara
seberapa besar dampak Tingkat Pemahaman
Fungsi
Utama dan Lingkungan
Kerja
bersama-sama terhadap Penampilan
Edukatif Tetap.
Dekan
Eksekutif
Kerja
Tenaga
2.
Kegunaan.
a. Dari segi praktis.
1.
Bagi
Senat Universitas dan institut
swasta
dalam
lingkup Kopertis Wilayah III:
Hasil dari penelitian ini
memberikan
gambaran
institut
swasta
pembantu
Rektor,
Dekan
—
tentang
diharapkan
dapat
kepada Senat Universitas dan
yang terdiri dari
para
Kepala
Rektor, para
Lembaga, dan para
:
a. Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap berdasar
kan pengamatan Dekan.
b. Seberapa jauh Dekan telah melaksanakan pembinaan
terhadap Tenaga Edukatif Tetap, dalam rangka
meningkatkan Penampilan Kerja mereka.
c. Tingkat
pemahaman
Eksekutif
Dekan tentang
dan Lingkungan Kerja
diperkirakan
Fungsi
Utama
Eksekutif
berdampak positif terhadap
yang
pembi
naan Tenaga Edukatif Tetap, yang pada gilirannya
berdampak
positif
pula
terhadap
penampilan
adanya gambaran tersebut Senat
Universitas
Tenaga Edukatif Tetap.
Dengan
dan Institut Swasta dalam Lingkup Kopertis
III
Wilayah
dapat menetapkan kebijakan yang konkrit
dalam
upaya meningkatkan penampilan kerja Tenaga Edukatif
Tetap, yang
pada
hakekatnya merupakan
usaha ikut serta meningkatkan kecerdasan
salah satu
kehidupan
bangsa.
2.
Bagi
Tenaga Edukatif Tetap
pada
universitas
dan
institut dalam lingkup Kopertis Wilayah III.
Hasil
dari
diharapkan
dapat
memberi gambaran kepada para Tenaga Edukatif
Tetap
universitas
Kopertis
dan
Wilayah
penelitian
institut
III
ini
swasta
tentang
dalam
lingkup
penampilan
kerja
mereka dalam menjalankan tugas.
b. Dari segi teoritis.
Berdasarkan
telah
tujuan khusus
dikemukakan,
maka
penelitian
penelitian
sebagaimana
secara
teoritis
dapat digunakan untuk :
1. Meningkatkan pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
meningkatkan pemahaman Dekan
tentang
fungsi
dengan
utama
eksekutif.
2. Meningkatkan pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
meningkatkan
pemahaman
Dekan
tentang
dengan
lingkungan
kerja eksekutif.
3. Meningkatkan pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
meningkatkan
pemahaman Dekan tentang
fungsi
dengan
utama
eksekutif dan lingkungan kerja eksekutif secara ber
sama-sama.
4. Meningkatkan penampilan kerja Tenaga Edukatif
Tetap
dengan meningkatkan pembinaan Tenaga Edukatif Tetap.
5. Meningkatkan penampilan kerja Tenaga Edukatif
dengan
meningkatkan pemahaman Dekan tentang
Tetap
fungsi
utama eksekutif.
6. Meningkatkan penampilan kerja Tenaga Edukatif
dengan
meningkatkan pemahaman Dekan
kungan kerja eksekutif.
tentang
Tetap
ling
7. Meningkatkan
pemahaman
Dekan
tentang
lingkungan
kerja eksekutif dengan meningkatkan pemahaman
Dekan
tentang fungsi Utama eksekutif.
8. Meningkatkan penampilan
dengan
cara
kerja Tenaga Edukatif Tetap
meningkatkan tingkat
pemahaman
Dekan
tentang Fungsi Utama Eksekutif dan Lingkungan
Kerja
Eksekutif secara bersama-sama.
F. DEFINISI OPERASIONAL JUDUL PENELITIAN.
Judul
penelitian
untuk penulisan
tesis
ini
adalah
DAMPAK TINGKAT PEMAHAMAN DEKAN TENTANG FUNGSI UTAMA DAN LING
KUNGAN
KERJA
EKSEKUTIF TERHADAP PEMBINAAN
TENAGA
EDUKATIF
TETAP SERTA DAMPAK KELANJUTANNYA TERHADAP PENAMPILAN KERJA.
Untuk
mencegah
kesalahan dalam
penafsiran
terhadap
judul tersebut di atas, kiranya perlu dijelaskan arti bebera
pa kata atau kumpulan kata. Dalam kaitannya dengan penjelasan
arti ini maka beberapa kata atau kumpulan kata yang perlu di
jelaskan artinya adalah:
1. Dampak.
Kata
ini
belum
lama
masuk
dalam
kosakata
(vocabulary) baku dalam bahasa Indonesia. Kata ini
sering
diartikan
dengan
sebagai "pengaruh". Namun yang dimaksud
dampak dalam penelitian ini adalah pengaruh satu
variabel
terhadap variabel lainnya.
2.
Pemahaman.
Kata
menurut
"pemahaman"
berasal dari kata
"paham"
yang
Hornby et. al. merupakan sinonim dari "memahami"
dan "mengerti", dan
"understand"
(
yang dalam bahasa Inggrisnya berarti
Hornby et. al. 1984 : 348 ).
Dan
kata
"understand" ini oleh Henry Bosley Woolf diartikan antara
lain
sebagai "to have through or technical
acquaintance
with
or expertness in the practice of". Dengan
maka
kata paham, mengerti, atau memahami berarti
demikian
sangat
mengenai atau memiliki keahlian tentang.
3. Fungsi.
Kata
bahasa
"fungsi" berasal dari kata
Inggris, yang
"function"
oleh Henry Bosley
Woolf
sebagai
"the acts or operations expected of a
thing".
Dengan
demikian
maka
kata
dalam
diartikan
person
"fungsi"
or
berarti
kegiatan-kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh seseorang
atau
4.
sesuatu.
Eksekutif.
Kata
bahasa
yang
berarti
kata
"menyelenggarakan"
"executive" sebenarnya
"pelaksana".
Indonesian-an
P.
berasal dari
Inggris. Dilihat dari asal
istilah
atau
ini
Siagian
ditunjuk,
Tetapi
"executive"
katanya
atau
berarti
"eksekutif"
"to
execute"
"melaksanakan",
"penyelenggara"
sebagai
istilah "executive" diartikan oleh
sebagai seseorang yang
bertindak sebagai
dalam
pengSondang
karena diangkat
pimpinan sekelompok
atau
tenaga-
tenaga pelaksana sebagai kegiatan operasional
Dalam kaitannya dengan pendapat tersebut, Sondang P.
mengatakan:
"Istilah
Inggris
"to execute"
berarti
menye-
Siagian
lenggarakan
atau melaksanakan.
"executive" sesungguhnya berarti
Berarti
istilah
"penyelenggara"
atau "pelaksana". Akan tetapi dalam "eksekutif"-sebagai peng-Indonesia-an istilah "executive"-biasanya diartikan bukan para tenaga pelaksana
kegiatan-kegiatan operasional, akan tetapi para
tenaga penyelenggara kegiatan-kegiatan kepemimpinan. Dengan perkataan lain, interpretasi yang
paling lumrah diberikan tentang seorang eksekutif
adalah seseorang yang karena diangkat atau ditun-
juk, bertindak selaku pemimpin sekelompok tenagatenaga pelaksana berbagai kegiatan operasional."
( Sondang P. Siagian, 1986 : 5 ).
5. Lingkungan kerja eksekutif.
"Lingkungan"
"environment" yang
sebagai
which
1977
"the
merupakan
istilah
Indonesia
menurut Henry Bosley
circumstances, objects,
Woolf
or
untuk
diartikan
conditions
one is surrounded". ( Henry Bosley Woolf, et.
:
berarti
382
"lingkungan"
keadaan, sesuatu, atau kondisi yang
mengelilingi
keadaan,
Jadi
sesuatu,
Dengan
demikian
al. ,
istilah
seseorang.
).
by
"lingkungan
kerja
atau kondisi yang
eksekutif"
berarti
mengelilingi
gerak
kegiatan seorang eksekutif.
6.
Pembinaan
Program
pembinaan personal di dalam bidang
pendidikan
disebut supervisi pendidikan ( Hadari Nawawi, 1981 : 103 )
Lebih lanjut Hadari Nawawi mengatakan :
"Supervisi pendidikan
yanan yang disediakan
guru-guru (orang yang
guru atau personal
harus diartikan sebagai pelaoleh pemimpin untuk membantu
dipimpin agar menjadi guruyang semakin cakap sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya
dan ilmu pendidikan khususnya agar mampu mening
katkan proses belajar-mengajar di sekolah" ( Hadari
Nawawi, 1981 : 104 ).
Sejalan dengan pengertian pembinaan yang identik dengan
supervisi pendidikan, maka pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
oleh
Dekan di sini merupakan upaya membantu
para
Tenaga
Edukatif Tetap untuk berkembang dan tumbuh menjadi
Tenaga
Edukatif yang lebih cakap dan lebih baik dalam menjalankan
tugasnya.
7. Tenaga Edukatif Tetap.
dengan
"Tenaga
Edukatif
istilah
"Dosen
perguruan
pengajar
Tetap"
populer
disebut
kaitannya
dengan
Tinggi Swasta dosen tetap ini merupakan
tenaga
Tetap".
lebih
Dalam
yang diangkat baik oleh Rektor
Perguruan
Tinggi
ataupun
yang bersangkutan dengan
Yayasan
jumlah
beban
tugas tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
merupakan
Pegawai
Negeri Sipil yang
ditugaskan
atau
sebagai
tenaga pengajar di Perguruan Tinggi Swasta.
8. Penampilan Kerja.
"Penampilan
kerja"
adalah
peng-Indonesia-an
istilah "performance", yang oleh Henry Bosley Woolf
tikan sebagai "the execution of an action". Jadi
lan kerja yang dikaitkan dengan
sini
adalah
diar
penampi
Tenaga Edukatif Tetap
pelaksanaan kegiatan
atau
tugas
di
seseorang
Tenaga Edukatif Tetap.
Jadi
diharapkan
atau
penelitian
dapat
dengan
judul
tersebut
mengungkapkan seberapa
di
besar
dampak pengertian Dekan tentang kegiatan
pengaruh
utama
keadaan serta kondisi yang melingkunginya sebagai
pimpinan
terhadap
upaya
meningkatkan
atas
kemampuan
dan
seorang
Dosen
Tetap
dalam menjalankan profesinya serta dampak kelanjutannya
terhadap pelaksanaan tugas mereka.
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
PENDEKATAN
PENELITIAN.
Untuk
mendapatkan data guna menjawab rumusan
seperti yang dikemukakan pada Bab I,
tian
masalah
maka pendekatan
peneli
yang digunakan di sini adalah pendekatan survey
tingkat
ekplanasi deskriptif,
Metode
korelatif,
atau pendekatan penelitian survey
dan
dengan
determinatif.
adalah
yang dikenakan pada polulasi besar maupun kecil,
penelitian
tetapi
data
yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi
tersebut,
relatif,
sehingga
dapat ditemukan
kejadian-kejadian
distribusi, dan hubungan antar variabel,
bel sosiologis maupun psikhologis ( Kerlinger,
yang
baik varia
1973 : 410 ).
Penelitian di sini akan mendeskripsikan tentang
pema
haman Dekan terhadap Fungsi Utama dan Lingkungan Kerja
ekse
kutif,
pembinaan yang dilakukan Dekan terhadap Tenaga
Eduka
tif Tetap dan penampilan kerja tenaga edukatif sebagai akibat
dari pembinaan Dekan tersebut.
bel-variabel tersebut,
Selain mendeskripsikan
varia-
juga akan dicari seberapa besar dampak
satu variabel terhadap variabel
lainnya.
Penelitian dengan pendekatan survey ini dapat
kan sebagai jembatan antara metode naturalistik dan
men
(David
keadaan
survey
1980
: VIII-2).
Dalam
eksperi-
penelitian
survey
obyek penelitian hampir natural/alami (karena
dikondisikan
kontrol
Kline,
dikata
dalam laboratorium),
(sepertinya
halnya
tidak memerlukan
eksperimen).
Walaupun
ini tidak memerlukan kelompok kontrol seperti
80
tidak
kelompok
metode
halnya
pada
metoda eksperimen, namun generalisasi
yang
dihasilkan
bisa akurat bila digunakan sampel yang representatif.
Kline,
dalam
1980 : 1-24). Teknik pengumpulan data yang
metide survey pada umumnya adalah dengan
(David
digunakan
angket,
dan
wawancara.
B.
POPULASI
DAN
SAMPEL.
Seperti
halnya dikemukakan di atas
survey
dilakukan pada
bahwa
dengan
metode
populasi
maupun
kecil, tetapi data yang dipelajari adalah
penelitian
yang
besar
data
sampel. Populasi adalah totalitas semua nilai yang
dari
mungkin,
hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif;
obyek
daripada karakteristik tertentu
yang
sifatnya.
mengenai
lengkap dan jelas yang ingin
Adapun
sebagian yang diambil
disebut sampel (Sudjana,
Dalam
penelitian
1982
sekumpulan
dipelajari
dari
sifat-
populasi
itu
: 5).
ini yang
menjadi
populasi
adalah
semua Dekan pada perguruan tinggi swasta dalam bentuk univer
sitas
dan
institut beserta karakteristiknya
Kopertis
Wilayah
kualitas
populasi,
sebagian
dari
Swasta
III Jakarta
dan
dalam
sekitarnya.
maka jumlah sampel yang
jumlah populasi Dekan pada
lingkup
Berdasarkan
diambil
adalah
Perguruan
Tinggi
dalam lingkup Kopertis Wilayah III Jakarta dan
seki
tarnya .
Di DKI Jakarta Raya dan sekitarnya terdapat 26
ruan
dengan
Tinggi
Swasta dalam bentuk
Universitas
85 Fakultas, dan yang status
Jurusannya
dan
Pergu
Institut
bervariasi,
yaitu terdaftar, diakui atau disamakan. Yang dijadikan sumber
data
dalam
penelitian ini adalah para Dekan
Fakultas
yang
jurusannya minimal mempunyai status terdaftar.
Berdasarkan
tabel
Krejcie dan Nomogram
Harry
King,
bila jumlah populasi (para Dekan) 85, maka jumlah sampel yang
diambil adalah 70 orang. Pengambilan sampel dilakukan
random
dengan sistem undian. Fakultas yang terpilih
universitas
secara
beserta
atau institut adalah sebagaimana tercantum
pada
tabel I berikut ini.
TABEL
1
DEKAN DARI PTS DI KOPERTIS WILAYAH III YANG
TERPILIH SEBAGAI SUMBER DATA
| No.
Dekan Fakultas
Universitas/institut
3
2
1
Univ.
Kristen Jakarta
1.
FT
2.
FK
3.
FH
Univ.
Pancasila
4.
FE
Univ.
Pancasila
5.
FISIP
Univ.
Nasional
6.
FTSP
Univ.
Trisakti
7. '
FE
Univ.
Atmajaya
8.
FIA
Univ.
Jakarta
9.
FS
Univ.
Nasional
10.
FK
Univ. Kristen Indonesia
11.
FISIP
Univ.
12.
FTI
Inst. Sain & Tekn. Nasional
13.
FKG
Univ.
, Univ. Trisakti
Atmajaya
Trisakti
14
F Seni Rupa & Disain
Inst. Kesenian Jakarta
15.
F Komunikasi
Inst. Ilmu Sosial & Politik
16.
FT
Univ.
Muhamaddiyah
17.
FE
Univ.
Jayabaya
16
FT
Univ.
Muhamaddiyah
17.
FE
Univ.
Jayabaya
18.
FISIP
Univ.
Islam Syekh Yusuf
19.
FTSP
Inst. Sain & Tekn. Nasional
20.
FS
21.
FE
22.
FE
23.
FE
24.
FH
25.
FKIP
26.
FKG
27.
FH
28.
F
29.
*
Univ.
Kristen Indonesia
Univ.
Trisakti
Univ.
Tarumanagara
Univ.
Kristen Indonesia
Univ. Kristen Indonesia
Univ. Kristen Indonesia
Univ.
Prof.
Dr.
Moestopo
Univ. 17 Agustus 1945 Jkt
Univ.
17 Agustus 1945 Jkt
F Kesenian
Inst.
Kesenian Jakarta
30.
F Farmasi
Univ. 17 Agustus 1945 Jkt
31.
FISIP
Univ. 17 Agustus 1945 Jkt
32.
FH
33.
FE
34.
FPBS
35.
FPMIPA
36.
FH
Adm
Univ. Islam Syekh Yusuf
Univ.
Krisnadwipayana
IKIP Muhammadiyah
IKIP Muhammadiyah
Univ.
Jayabaya
1
3
2
1
37.
FT
Univ.
Tarumanagara
38.
FE
Univ.
Kristen
39.
F
Univ.
Krisnadwipayana
40.
FH
Univ.
Krisnadwipayana
41.
FISIP
Univ.
Prof.
42.
FISIP
Univ.
Jayabaya
43.
FH
Univ.
Ibnu Chaldun Jakarta
44.
FISIP
Univ.
Muhamaddiyah
45.
FT
Univ.
Islam As-Syaffiyah
46.
FT
Univ.
Nasional
47.
FH
Univ.
Atmajaya
48.
FT
Univ.
Atmajaya
49.
FH
Univ.
Trisakti
50.
FK
Univ.
Atmajaya
51.
FE
Univ.
Ibnu Chaldun Jakarta
52.
FE
Univ.
Islam Jakarta
53.
FT
Univ.
Islam Jakarta
54.
FK
Univ.
Tarumanagara
| 55.
FE
Univ.
Islam As-Syaffiyah
56.
FT
Univ.
Kristen
57.
FH
Univ.
Islam As-Syaffiyah
58.
FH
Univ.
Muhamaddiyah
59.
FH
Univ.
Tarumanagara
60.
FE
Univ.
Prof.
61.
FE
Univ.
Krisnadwipayana
62.
FISIP
Univ.
Ibnu Chaldun
i
Adm
Jakarta
Dr.
Moestopo
1
1
Indonesia
Dr.
Moestopo
1
-
2
! i
3
\
63.
FT
Univ.
Jakarta
64.
FTSP
Univ.
Jayabaya
65.
FT
Univ.
17 Agustus 1945 Jkt
66.
FH
Univ.
Jakarta
67.
F
Mat &
IPA
Inst.
Sain St Tekn.
68.
F
Film &
TV
Inst.
Kesenian Jakarta
69.
F
Komunikasi
Inst.
Ilmu Sosial & Politik
70.
FPPS
Para
sebagai
sumber
IKIP
Dekan
seperti
data penelitian.
Nasional
Muhammadiyah
pada
tabel
1
Pertama-tama
digunakan
mereka
diukur
tingkat pemahamannya tentang Fungsi Utama, dan
kungan
Kerja
mereka
membina para Tenaga Edukatif Tetap, dan
eksekutif, kemudian diukur
tentang
yang telah dibinanya. Jadi sumber data
variabel
atau
ubahan
penelitian adalah
Ling
bagaimana
setelah
mereka diminta menilai penampilan kerja para Tenaga
Tetap
akan
Edukatif
untuk
sama,
itu
keempat
yaitu
para
Dekan.
C. TEKNIK PEMGUMPULAN DATA.
Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji
sis
data
penelitian
yang diajukan digunakan
teknik
yang berupa angket. Dalam penelitian ini
hipote-
pengumpulan
teknik
utama
yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa angket
(ques
tionnaire) karena jumlah sumber data cukup besar (70
orang).
Seperti dinyatakan oleh Kidder (1980 : 148) bahwa untuk
mendapatkan
dilakukan
informasi dari responden yang besar dan
secara simultan/serempak maka
teknik
dapat
pengumpulan
data angketlah yang paling tepat. Akan sangat sulit mendapat
kan
informasi
dengan teknik observasi
dan
interview
bila
jumlah respondennya besar, karena kedua teknik itu tidak
dapat digunakan secara simultan/bersama-sama untuk sekelompok
responden.
Lebih lanjut Kidder menyatakan bahwa
keuntungan-
keuntungan lain dalam menggunakan teknik angket adalah mengu
rangi bias seperti halnya dalam interview di mana peneliti
langsung bertatap muka dengan responden; responden lebih
bebas
dalam mengisi angket karena tidak ada
unsur
paksaan;
dan biayanya murah.
Selain
menggunakan teknik pengumpulan data
dengan
angket, maka penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpul
an
data
dengan interview kepada beberapa dekan
dan
tenaga
edukatif guna mengontrol jawaban angket yang telah diberikan
oleh para dekan.
Dengan demikian jawaban
atau
data yang
diperoleh akan lebih akurat dan konsisten.
D. PEMBAKUAN DAN PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN.
Angket
yang diedarkan kepada
instrumen penelitian yang digunakan
responden
untuk
merupakan
mengungkapkan
tingkat pemahaman para dekan tentang fungsi utama dan ling
kungan kerja eksekutif, pembinaan dekan kepada para tenaga
edukatif,
dan
penampilan kerja para
tenaga edukatif
yang
mendapat pembinaan dari dekan tersebut. Jadi ada empat instru
men penelitian. Instrumen penelitian ini dibakukan sendiri,
melalui
pengkajian-pengkajian
teoritis
terhadap
variabel penelitian, serta dikaitkan dengan
variabel-
operasionalisasi
variabel tersebut pada lapangan.
Ada empat instrumen yang dibakukan yaitu:
1. Instrumen penelitian yang digunakan
untuk mengungkapkan
tingkat pemahaman Dekan terhadap Fungsi Utama Eksekutif.
Karena yang diukur adalah tingkat pemahaman maka instrumen
penelitian yang digunakan adalah berbentuk test,
dalam
hal
pilihan.
ini
menggunakan test
obyektif
yang
dengan
empat
Jadi bila responden menjawab betul maka akan
diberi skor 1, dan bila salah akan diberi skor 0.
2. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan
tingkat pemahaman dekan terhadap lingkungan kerja ekseku
tif.
Instrumen yang digunakan juga berbentuk test
dengan
empat pilihan. Responden yang menjawab betul diberi skor
1, dan yang salah diberi skor 0.
3. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan
tentang pembinaan yang dilakukan Dekan terhadap Tenaga
Edukatif Tetap. Instrumen penelitian tidak berbentuk test,
untuk itu tidak ada jawaban yang salah maupun betul terha
dap
item-item instrumen. Jawaban tiap instrumen bersifat
interval
yang dalam hal ini diberi lima skala dari
yang
sangat positif sampai angka 5 berarti Dekan memberikan
pembinaan yang sangat baik/positif kepada para tenaga
edukatif, angka 4 berarti cukup baik, angka 3 sedang,
angka 2 tidak baik, dan angka 1, sangat tidak baik. Jadi
skor tertinggi tiap item instrumen adalah 5 dan terendah =
1.
4. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan
Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap. Instrumen peneli
tian yang digunakan disini juga bukan test, dan bentuknya
dibuat seperti instrumen yang digunakan utuk mengungkapka
Pembinaan Dekan terhadap para Tenaga Edukatif Tetap. Skor
tertinggi tiap item instrumen - 5 dan terendah = 1.
Karena instrumen dibakukan sendiri, maka untuk
memudahkan penyusunan dan pengecekan kembali tiap item in
strumen guna menguji validitas dari para ahli, maka digunakan
kisi instrumen seperti tabel II dan III berikut.
Dari kisi-kisi instrumen penelitian tersebut nampak
bahwa jumlah item instrumen untuk mengukur tingkat pemahaman
dekan
tentang fungsi utama eksekutif' berjumlah 32
items,
pemahaman'Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekutif berjumlah
36 items, Pembinaan terhadap Tenaga Edukatif Tetap berjumlah
24 items, dan Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap berjumlah 22
items.
Sebelum
instrumen penelitian itu digunakan
untuk
mengukur variabel yang sebenarnya, maka terlebih dulu diuji
validitas dan realibilitasnya.
TABEL 2
KISI-KISI
INSTRUMEN PENELITIAN TINGKAT PEMAHAMAN
DEKAN
TENTANG FUNGSI UTAMA DAN LINGKUNGAN KERJA EKSEKUTIF.
Komponen yang
Variabel
diukur
I. Tingkat Pema
Respon
den
I. 1,2,3,7,
8,10,11,
14,15,16,
18,20,21.
Masa Lampau
Dekan
B.
Masa Sekarang
Dekan
I. 4,5,6,9,
13,17,19,
23,25,27.
C.
Masa Menda-
Dekan
I.
haman Dekan
si Utama
Ek
haman Dekan
tentang Ling
kungan Kerja
Eksekutif
12,22,24,
16.
tang
II . Tingkat Pema
item
instrumen
A.
tentang Fung
sekutif.
No.
Dekan
II.
B. Kompleksitas
Organisasi
Dekan
II.
C. Organisasi
Dekan
II . C.
A. Organisasi
1 s/d 12
Formal
Informal
A.
B.
1 s/d 12
1 s/d 12
TABEL
3
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK MENGUNGKAPKAN VARIABEL
PEMBINAAN
.TERHADAP TENAGA EDUKATIF TETAP DAN PENAMPILAN
KERJA TENAGA EDUKATIF TETAP.
Variabel
Komponen
Pembinaan
Profesi
terhadap
Tenaga
Edukatif
Tetap
A.
Pendidik
an &
pe
No.
Respon
item
den
yang diukur
3
2
1
III.
Arah Pembinaan
dan Komponen
1. Menguasai
bidang studi
5
4
III.
Dekan
1,2,3.
yang diajar
ngajaran
kan
2. Mengelola
program belajar & me
III.
Dekan
4,7.
ngajar
3. Mengelola
III.
Dekan
8.
kelas
4.
Menggunakan
III.
Dekan
5 .
media
5. Menguasai
Dekan
III.
6.
Dekan
III.
landasan
pendidikan
6.
Mengelola
10,12,
interaksi
belajar-
i
i
14,15.
mengajar
7.
Menilai
III.
Dekan
9,11.
prestasi
mahasiswa
8. Mengenai
Ill .
Dekan
13,16.
program
bimbingan
B.
Peneliti
Penelitian
III.
Dekan
17,18,
19,20,
an
21.
—
IV.
Penampilara
Kerja Te
C. Pengabdi-
Pengabdian ke-
A.
1.Penguasaan bi
Melaksana
naga Edu
katif Te
tap
dikan &
pengajar
kan
an
22,23,
24.
bidang studi
yang diajar
kan pendi
Dekan
Dekan
3.
Dekan
2.Mengelola
IV.
IV.
1,4
program belajar & menga
jar
3.Mengelola ke
Dekan
las
4.Menggunakan
Dekan
landasan
IV.
5.
media penga
jaran
Dekan
5 .Menguasai
IV.
6.
IV.
2.
pen
didikan
6.Mengelola in
Dekan
13.
jar-mengajar
7.Menilai pres-
IV.
8,9,
teraksi bela
Dekan
IV.
7,9.
tasi mahasis
wa
8. Mengenai pro
Dekan
14.
an
B.
C.
Melaksana
Melaksanakan pe
kan pene
litian
nelitian
Melaksana
kan pe
Melaksanakan pe
IV.
11,12,
gram bimbing
Dekan
IV.
15,16,
17,18,
19.
ngabdian kepada
masyarakat
ngabdian
kepada
masyarakat
Dekan
IV.
20,21,
22.
D. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN.
1, Validitas Instrumen.
Validitas
dan
reliabilitas
instrumen
merupakan
kriteria dari kualitas suatu instrumen penelitian (Mueller
1986
: 57). Suatu instrumen yang valid berarti
instrumen
tersebut dapat mengukur secara benar apa yang dikehendaki
untuk diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel berarti
instrumen tersebut konsisten dan akurat bila digunakan
dalam pengukuran (Meuller 1986 : 58).
Dalam hal validitas ini Mueller lebih lanjut menya-
takan bahwa, pada umumnya dalam pengukuran sikap dan aspek
psikologi yang lain terdapat tiga validitas utama yaitu:
a.
V_aJLidjU^s_JLsjL
Model
validitas
ini
dikembangkan
untuk
test
yang
mengukur achievement. Jadi yang dilihat adalah sebera
pa baik isi dari test itu mencerminkan kesimpulan yang
dikehendaki.
Seperti
dinyatakan oleh Issac
(1981
:
121) bahwa validitas isi menunjukkan seberapa baik isi
dari suatu sampel test mencerminkan situasi klas
atau
mata pelajaran yang diajarkan.
b. VVHHitas prediksi
Validitas
prediktif adalah validitas
instrumen
diukur berdasarkan kemampuan test tersebut
yang
mempredik-
sikan kriteria yang ditetapkan.
c. Y^lJ^J^S_JimisiJmJl
Validitas
konstruk menunjukkan
seberapa baik
dan
relevan teori-teori yang digunakan untuk mengkonstruksikan
instrumen penelitian. Validitas
konstruk
akan
dapat lebih dikuatkan bila hipotesis penelitian
diverivikasi. Untuk itu sebenarnya validitas
dapat
konstruk
itu adalah dinamakan validitas hipotesis. Issac
: 119) menyatakan bahwa validitas konstruk
untuk
test yang bersifat mendiskripsikan
(1980
digunakan
atau
untuk
penelitian ilmiah.
Sebelum
instrumen penelitian yang
akan
digunakan
untuk mengungkapkan empat variabel penelitian itu
kan,
maka
instrumen tersebut harus diuji
relialitasnya
validitas
dan
terlebih dulu. Bila instrumen
diguna
validitas dan
tidak diuji
reliabilitasnya maka data yang
diperoleh
yang diukur dengan instrumen tersebut akan diragukan.
Karena
item-item
setiap instrumen penelitian berisi
tentang
instrumen, maka tiap item tersebut perlu
validitasnya, yaitu dengan analisis item. Dalam
diuji
kaitannya
dengan analisa item ini Masrun (1979 : 13) mengatakan:
Seperti halnya untuk menentukan validita
pengukur pada umumnya, maka dalam analisis
untuk
menentukan validita itu,
alat
item
dibutuhkan
juga
dicari validitanya, adalah salah satu
item
kriterium. Dalam validita item, kriterium terse
but biasanya skor test yang kita susun, di mana
yang
dari test tersebut.
Suatu asumsi yang merupakan dasar untuk menentu
kan validita ini ialah bahwa test merupakan
kumpulan item-item seharusnya mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dengan perkataan lam test itu
harus memiliki validitanya. Untuk mendapatkan
validita yang tinggi dibutuhkan item-item
selaras dengan test. Oleh karena itu item
tidak selaras harus dibuang atau dirubah.
yang
yang
Lebih lanjut Masrun menyatakan bahwa untuk menentu
kan
validitas item cara-cara yang dapat dilakukan di-
antaranya,
adalah:
a. Menggunakan indek korelasi
b. Memggunakan indek diskriminasi
c. Menggunakan indek keselarasan item
Berdasarkan cara-cara yang digunakan untuk
,^Ji
validitas item tersebut, maka pengujian instrumen
peneli
tian di sini digunakan indek korelasi.
Untuk menguji validitas dan reliabilitas
penelitian,
disusun
instrumen
maka langkah pertama instrumen yang telah
dan telah dikonsultasikan kepada ahli
dicobakan
kepada 30 responden. Data dari 30 responden ini digunakan
untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
Untuk menguji validitas dan reliabilitas
instrumen
penelitian digunakan program komputer edisi Sutrisno Hadi
dan Seno Pamardiyanto dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Hasil
dari analisis dapat diberikan
penjelasan
seperti berikut:
1 Instrumen yang digunakan untuk mengukur Tingkat
pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutil.
Untuk
instrumen ini pertama-tama disusun
32
item
instrumen. Karena instrumennya berbentuk test maka jawaban
dari responden bersifat benar-salah. Jawaban yang betul
diberi
skor
1 dan yang salah diberi
skor
0.
Instrumen
berbentuk test obyektif dengan pilihan ganda. Setelah data
dari uji coba dianalisis, ternyata ada lima item yang
dinyatakan gugur atau tidak valid (lihat lampiran 1).
Item-item untuk instrumen ini yang gugur/tidak valid
adalah item nomor 9, 10, 13, 16, dan"28. Jadi masih ada 27
item yang valid. Selanjutnya 27 item ini yang akan diguna
kan
untuk mengumpulkan data pada penelitian yang
sesung-
guhnya. (lihat lampiran 3).
2 Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
pemahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Ekse
kutif.
Instrumen
yang
digunakan untuk
mengukur
tingkat
pemahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekutif juga
berbentuk test. Jawaban yang betul diberi skor 1 dan
salah diberi skor 0. Jumlah item instrumen sama dengan
yang
36
item, tetapi setelah diuji gugur 6 item (lihat lampiran
1). Item instrumen penelitian yang gugur adalah item nomor
6, 13, 14, 20, 22, dan 31. Jadi instrumen penelitian yang
valid
masih
digunakan
30 item. Selanjutnya 30 item ini
yang
akan
untuk mengumpulkan data pada penelitian
yang
sesungguhnya.
*
3. Instrumen yang digunakan untuk mengukur Pembina
an terhadap Tenaga Edukatif Tetap.
Instrumen
yang digunakan di sini
tidak
berbentuk
test. Dengan demikian jawabannya tidak benar-salah tetapi
bersifat
interval,
dari
sangat positif sampai sangat
negatif. Jumlah item yang dibuat sama dengan 24 item dan
setelah diuji ternyata tidak ada yang gugur berarti valid
semua. Dengan demikian semua item yang telah disusun itu
akan dapat digunakan untuk mengumpulkan data pada peneli
tian yang sesungguhnya.
4. Instrumen yang diperlukan untuk mengukur
pilan Kerja Tenaga Eduaktif Tetap.
Penam
Instrumen yang digunakan di sini juga tidak berben
tuk test. Item instrumen yang dibuat berjumlah
dan
22
item,
setelah diuji ternyata tidak ada yang gugur. Hal
ini
berarti 22 item instrumen tersebut valid semua.
Pengujian validitas instrumen edisi Sutrisno
dan Seno Pamardiyanto dari Universitas Gadjah Mada
dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap
dengan skor total. Item yang berkorelasi positif
signifikan adalah item yang valid, sedangkan item
berkorelasi positif tetapi tidak signifikan dan
Hadi
itu
item
dan
yang
yang
berkorelasi negatid adalah item yang tidak valid. Semua
hasil pengujian instrumen dengan komputer diberikan pada
lampiran.
2. Reliabilitas Instrumen.
Reliabilitas
instrumen dapat
diartikan
sebagai
tingkat konsistensi dari instrumen tersebut. Oleh karena
itu
reliabilitas instrumen merupakan
karakteristik
yang
penting dimiliki oleh suatu instrumen penelitian (Dawson
1972
: 14). Instrumen yang
reliabel
berarti
instrumen
tersebut mencerminkan kestabilan.
Untuk menguji reliabilitas instrumen dapat dilaku
kan dengan:
a. t^-retest : test yang sama dicobakan lagi pada obyek
yang tetapi waktunya berbeda.
b. iimihi^LJ^sl^kiily^^l. : test dicobakan pada waktu yang
sama,
responden
sama, tetapi ada dua
instrumen
yang
ekuivalen.
c. Dua test yang
ekuivalen dan dicobakan beberapa kali
(stability-equivalent).
itu
dicobakan
berbeda.
Jadi dua test yang
pada responden
sama,
ekuivalen
tetapi
waktunya
Pengujian dengan cara ini merupakan
gabungan
nomor a dan b.
d.
Internal Consistency.
Pengujian instrumen dengan cara a, b, dan c akan memer
lukan
kemampuan,
waktu, tenaga
yang
banyak,
kalau
tidak waktunya berbeda, harus ada dua
karena
instrumen
yang ekuivalen. Pengujian dengan internal consistency
cukup
dengan satu test dan dilakukan pada waktu
sama.
Pengujian instrumen dengan internal
yang
consistency
dapat dilakukan dengan:
1) Split half
2) KR 20
3) KR 21
4) Anova Hoyt
5) Koefisien alpha
Dalam penelitian ini pengujian instrumen
dilakukan
dengan Anove Hoyt. Pengujian dilakukan dengan komputer
edisi Sutrisno Hadi. Hasil pengujian reliabilitas terhadap
empat instrumen yang menggunakan komputer itu dapat diberi
penjelasan sebagai berikut:
Tabel 4
HASIL UJI RELIABILITAS EMPAT INSTRUMEN
PENELITIAN
Variabel
Penelitian
tt
1. Tingkat pemahaman Dekan ten
0,890
0,00
2. Tingkat pemahaman Dekan ten
tang Lin