DAMPAK TINGKAT PEMAHAMAN DEKAN TENTANG FUNGSI UTAMA DAN LINGKUNGAN KERJA EKSEKUTIF TERHADAP PEMBINAAN TENAGA EDUKATIF TETAP SERTA DAMPAK KELANJUTANNYA TERHADAP PENAMPILAN KERJA: Suatu studi pada universitas/institut swasta dalam lingkup Kopertis Wilayah I

DAMPAK TINGKAT PEMAHAMAN DEKAN

TENTANG FUNGSI UTAMA DAN UNGKUNGAN KERJA EKSEKUTIF
TERHADAP PEMBINAAN TENAGA EDUKATIF TETAP

SeItA DAMP8K KELANJUTANNYA TERHADAP PENAMPIUN KERJA
'
;

(Suatu studi pada universitas/institut swasta

dalam lingkup Kopertis Wilayah III)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :


SUTANTO SEWOYO
338/A.40/XIV-6

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
FAKULTAS PASCA SARJANA
IKIP. BANDUNG
1989

DISETUJUI DAM DISAllKAH OLEH PEMBIMBING

Prof.

Dr. Achmad Sanusi SH., MPA
Pembimbing

Prof.

Dr.


H. H. Djawad Dahian
Pembimbing

FAKULTAS PASCA SARJANA
I KIP

BANDUNG
1U8U

DAFTAR ISI
halaman

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

11X

DAFTAR ISI


vl11

DAFTAR TABEL

X11

DAFTAR GAMBAR

BAB

x111

I. PENDAHULUAN

1

A. Latar belakang masalah

1


B. Identifikasi masalah

5
C:

C. Batasan masalah

n

D. Rumusan masalah

E. Tujuan dan kegunaan penelitian

9

F. Definisi operasional judul penelitian ....

BAB

II. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS


13

18

A. Dekan sebagai eksekutif dan fungsi utama
eksekutif

B. Lingkungan kerja Dekan

28

1. Organisasi formal sebagai lingkungan

kerja eksekutif

2. Kompleksitas organisasi sebagai ling-

kungan kerja eksekutif


3. Organisasi informal sebagai lingkung
an kerja eksekutif

31

°9
4d

C. Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap

49

1. Pengertian tentang pembinaan

49

2. Pentingnya Tenaga Edukatif Tetap yang

profesional


dalam upaya mencapai

juan perguruan tinggi

3. Tugas Tenaga Edukatif dan kendalakendala dalam pelaksanaannya
Vlll

tu

52
54

4. Sasaran pembinaan Tenaga Edukatif

Tetap

D. Penampilan kerja Tenaga Edukatif
E. Dampak Tingkat

Pemahaman


59

60

tentang Fungsi

Utama Eksekutif terhadap Tingkat Pemahaman

Lingkungan Kerja Eksekutif
F. Dampak

Tingkat

Fungsi Utama
Eksekutif

63

Pemahaman Dekan tentang


dan

terhadap

Lingkungan

Kerja

Pembinaan

Tenaga

Edukatif Tetap dan dampak kelanjutannya

terhadap penampilan kerja.

71

G. Pengajuan Hipotesis


BAB III . PROSEDUR PENELITIAN

80

A. Pendekatan penelitian

80
O

B. Populasi dan sampel

C. Teknik pengumpulan data
D. Pembakuan dan pengujian instrumen

85
pene

litian


BAB

85

E. Validitas dan reliabilitas instrumen

92

F. Teknik analisis data

"

G. Pengujian normalitas data

BAB

-1

IV. HASIL PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN

10°

101

A. Hasil pengumpulan data

101

B. Pembahasan hasil penelitian

111

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.

Kesimpulan

B.

Rekomendasi

127
127
1

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN A. Instrumen

penelitian

sebelum

dilakukan

pengujian instrumen.

- Instrumen penelitian untuk Tingkat Pe
mahaman Dekan tentang Fungsi Utama Ek
sekutif .

- Instrumen
mahaman
Kerja

penelitian
Dekan

untuk Tingkat Pe

tentang

Lingkungan

Eksekutif.

- Instrumen

penelitian untuk Pembinaan

terhadap Tenaga Edukatif Tetap.

-

Instrumen

penelitian untuk Penampilan

Kerja Tenaga Edukatif Tetap.

B. Hasil uji validitas dan reliabilitas

ins

trumen .

C. Instrumen

penelitian

setelah

dilakukan

pengujian instrumen.

- Instrumen penelitian untuk Tingkat Pe
mahaman Dekan tentang Fungsi Utama Ek
sekutif .

- Instrumen
mahaman
Kerja

penelitian
Dekan

untuk Tingkat

tentang

Eksekutif.

Lingkungan

Pe

- Instrumen penelitian untuk Pembinaan
terhadap Tenaga Edukatif Tetap.

- Instrumen penelitian

untuk Penampilan

Kerja Tenaga Edukatif Tetap.
D. Data dari instrumen.

- Data

dari instrumen Tingkat

Pemahaman

Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutif.
- Data

dari instrumen Tingkat Pemahaman

Dekan tentang Lingkungan Kerja Ekseku
tif.

- Data dari instrumen

Pembinaan

terhadap

Tenaga Edukatif Tetap.

- Data dari

instrumen

Penampilan

Kerja

Tenaga Edukatif Tetap.

E. Penghitungan koefisien korelasi, koefisien
determinasi, dan persamaan regresi.

CURRICULUM VITAE

DAFTAR TABEL
halaman

TABEL

1. Dekan

dari

PTS. di

Kopertis

Wilayah

III
82

terpilih sebagai sumber data

2. Kisi-kisi instrumen penelitian Tingkat Pe
mahaman

Dekan

tentang Fungsi

Utama

dan

Lingkungan Kerja Eksekutif dalam kaitannya

dengan Pembinaan

terhadap

Tenaga

Edukatif

Tetap, serta dampak kelanjutannya terhadap
89

Penampilan Kerja

3. Kisi-kisi instrumen penelitian

Pembinaan

terhadap Tenaga Edukatif Tetap dan

Penam

pilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap

90

4. Hasil uji Realibilitas empat instrumen pene
98

litian

5. Jumlah skor data untuk variabel X1, X2, X3,
dan

104

Y

6. Korelasi antara variabel penelitian

107

7. Koefisien determinasi tunggal antar variabel

109

8. Gradasi total skor

jawaban

untuk

masing-

masing item dari instrumen Penampilan

Kerja

Tenaga Edukatif Tetap

116

9. Gradasi total skor setiap item dalam Pembi

naan Tenaga Edukatif Tetap

119

10. Perbandingan antara urutan item dalam Penam

pilan Kerja dengan urutan item dalam
naan

terhadap Tenaga Edukatif Tetap

Xll

Pembi
121

DAFTAR GAMBAR
halaman

Gambar

1.

Hubungan antara keseluruhan ubahan da7

lam penelitian

2.

Tiga tahapan dalam proses pengambilan

keputusan menurut Mintzberg

23

3,

Tranformasi data menjadi informasi ...

2$

4.

Sistem

masukan-proses-keluaran

dalam
26

pengambilan keputusan

5.

Arus informasi dan pengambilan keputu
28

san

6.

Terjadinya problem atau persoalan ....

7.

Hubungan

antara

variabel

yang

66

di
108

teliti

Koefisien determinasi antar variabel .

xm

HO

BAB

1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH.

Universitas

pendidikan

atau

atau

institut

sebagai

sekolah merupakan suatu

suatu

lembaga

organisme

sosial.

Oleh sebab itu terjadilah saling ketergantungan antara

bagian dari universitas atau institut. Hal
salah

satu

bagian

dari

universitas

ini berarti bahwa

atau

institut

mempengaruhi keseluruhan

organisme sosial ini. Atau

juga

hanya

yang

terpengaruh

sebagian

semua

kecil

dapat

mungkm

saja

dari

universitas atau institut.

Dalam

kaitannya dengan hal tersebut di atas

Waller mengatakan

Milliard

:

" The school is a social organism;

•••

As a social organism the school shows an organismic interdependence of its parts;
it is not

possible to affect a part of it without affecting
the whole." ( Williard Waller, 1965 : 6 ).

Sejalan

dengan pengertian universitas

atau

institut

sebagai organime sosial, dan mengingat bahwa kelompok

penga

jar (sering disebut sebagai dosen atau tenaga edukatif) meru

pakan salah satu bagian dari universitas atau institut,

maka

kelompok pengajar sebagai salah satu pelaku dalam proses

lajar

dan

mengajar sangat penting peranannya

penyelenggaraan

pendidikan

di

universitas

dalam

atau

be-

sistem

institut.

Suatu dampak terhadap kelompok pengajar ini niscaya akan mem

pengaruhi

sebagian atau keseluruhan

sistem

penyelenggaraan

pendidikan tersebut.

Mengingat pentingnya peranan kelompok pengajar ini da-

lam
bila

suatu organisasi pendidikan, maka

sudah sepantasnyalah

kelompok pengajar ini memperoleh pembinaan

semestinya.

Dalam kaitannya dengan pentingnya pembinaan terhadap kelompok
pengajar ini, J. Krishnamurti mengatakan:

"The right kind of education begins with the
educator, who must understand himself and be free
from established patterns of thought; for what he

is, that he imparts. If he has not

been

rightly

educated, what can he teach except the same
mechanical knowledge on which he himself has been

brought up ? The problem, therefore, is not the
child, but the parent and the teacher; the
problem is to educate the educator." ( J- Krish
namurti,

Dari

1981 : 98-99 ).

kutipan tersebut diatas terlihat

pendidik harus memahami dirinya sendiri.

bahwa

seorang

Dalam kaitannya

dengan peranannya sebagai seorang pendidik, ia harus memahami
dirinya yang berprofesi pendidik. Oleh karena itu

terhadap

kelompok pengajar pada universitas

atau

pembinaan

institut

perlu diarahkan kepada peningkatan kemampuan dalam melaksana
kan tugas, sehingga mereka dapat lebih profesional dalam
laksanakan

me

tugas.

Tugas

dosen atau Tenaga Edukatif sebagai anggota

lompok pengajar adalah melaksanakan pendidikan dan

ke

pengaja-

ran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sesuai
dengan keahliannya/ilmunya, serta member! bimbingan kepada
para mahasiswa didalam proses pendidikannya. ( Dit. Perguruan
Tinggi Swasta, Ditjen. Pendidikan Tinggi, Dep. Pendidikan dan
Kebudayaan,

1982 : 274 ).

Dengan

menyimak tugas Tenaga Edukatif pada

Perguruan

Tinggi dapatlah dilihat bahwa tugas tersebut relatif cukup
kompleks. Kompleksitas tugas tenaga Edukatif pada Perguruan

Tinggi dan terbatasnya kemampuan sejumlah besar Tenaga Eduka
tif

dalam mengemban tugas termaksud,

menyebabkan

timbulnya

banyak kritik terhadap Tenaga Edukatif pada Perguruan Tinggi,
sebagaimana dikemukakan oleh Norman Mc Kenzie, et. al.

seba

gai berikut:

" There are the common complaints (reported
many countries) by students: objections to

from
poor

teaching, routine, boring, ill-prepared and

ill-

delivered lectures, to the impersonality of large

classes, and the lack of real contact between fa
culty and students." ( Norman Mac Kenzie, et.
al.,

1972 : 36 ).

Kritik terhadap sementara Tenaga Edukatif pada

ruan

Tinggi

ini sering kali juga disanggah
mahasiswa

dalam satu

kelas

Pergu

dengan

alasan

terlalu

besar,

karena

jumlah

Tenaga

Edukatif memberi kuliah di berbagai tempat

sepanjang

hari, tugas-tugas yang berat dan sebagainya. Namun dalam
itannya

dengan sanggahan tersebut, Paul

Klapper

ka

menekankan

bahwa perkuliahan yang tak efektif disebabkan karena para Te

naga Edukatif pada Perguruan Tinggi belum siap memberi
ah.

kuli

la mengatakan:

" The large classes, the inexperienced teachers,
the long teaching day, the heavy teaching assign

ments -- these are not the primary causes of in
effective teaching in our colleges and universi

ties

have

today; rather the

secondary

causes

intensified it. The fact remains

that

which

our

teacher in institution of post-high-school levels
have not been prepared to teach." ( Paul Klapper,
1959

: 20

).

Ketidakefektifan

bulkan

dalam inengajar kadang-kadang

menim-

keinginan atau kecenderungan untuk mengubah baik

isi

kurikulum maupun metoda pengajarannya. Namun sebenarnya

yang

diperlukan untuk meningkatkan keefektifan dalam mengajar

ini

bukan perubahan isi kurikulum dan metoda pengajarannya, mela-

inkan peningkatan penguasaan terhadap metoda pengajaran

ada,

terutama kecakapan untuk penampilan mengajar.

yang

Hal

ini

dikemukakan oleh Mac Kenzie sebagai berikut:

" Indeed, the temptation is to modify the con
tent of the curriculum rather than the methods

whereby it is taught, that is to transmit new
knowledge through old channels. Even when this
temptation is resisted and the methods themselves

are examined, attention is often focused on means

of improving existing methods, especially perfor

mance

method
in

skills rather than on possible changes

or more fundamental about teacher's

in

role

the learning process.

That is why a common faculty and understand
able line of criticism has been to complain that
university faculty are poorly prepared for their

professional task as teachers." ( Norman Mac Ken
zie, et. al., 1972 : 36-37 ).

Kritik yang ditujukan kepada Tenaga Edukatif dalam ti

ga kutipan terakhir tersebut di atas barulah mengenai kurangnya kemampuan Tenaga Edukatif dalam mengajar. Kemampuan mere

ka dalam melakukan penelitian, pengabdian kepada
dan

pemberian

pendidikannya

bimbingan

kepada

mahasiswa

masyarakat,

didalam

proses

kiranya juga perlu ditingkatkan, sehingga

me

reka dapat lebih profesional dalam menjalankan tugasnya.

Pada

Perguruan

Tinggi

Swasta,

pembinaan

Edukatif lebih ditekankan pada Tenaga Edukatif Tetap,

Tenaga

mengi

ngat Tenaga Edukatif Tetap berinduk pada Perguruan Tinggi
Swasta yang bersangkutan; sedangkan Tenaga Edukatif Tidak
Tetap menginduk pada instansi pokoknya.

Dalam
Edukatif
ninya,

kaitannya

Tetap

ini,

dengan

pembinaan

terdapat tiga

terhadap

pejabat

yang

Tenaga
menanga-

yaitu:

- Rektor sebagai pemimpin penyelenggaraan

pembinaan

akademika di lingkungan universitas/institut;

sivitas

- Dekan sebagai pemimpin pelaksanaan pembinaan sivitas akademika Fakultas;

- Ketua Jurusan sebagai pelaksana

pembinaan

sivitas

akade-

mika.

( Dit. Perguruan Tinggi Swasta, Ditjen.

Pendidikan

Tinggi,

Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, 1982 : 267 - 274 ).

Walaupun
Tenaga

Ketua

Jurusan

adalah

atasan

langsung

Edukatif Tetap, namun Dekan dipandang lebih

dari

berperan

dalam pembinaan Tenaga Edukatif Tetap, sebab:
1. Berdasarkan pengamatan terdapat banyak Ketua Jurusan

yang

berjabatan akademik di bawah lektor yang secara psikologis
kurang memenuhi kualifikasi sebagai pembina profesi.
2. Berdasarkan

ketentuan yang berlaku, Dekanlah yang

menandatangani

kumpulan

KUM Tenaga Edukatif

berhak

Tetap

yang

diusulkan kepada Kopertis untuk naik jabatan akademisnya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH.

Kiranya bisa dimengerti bahwa penampilan kerja

Tenaga

Edukatif Tetap pada Perguruan Tinggi Swasta dipengaruhi
beberapa faktor, seperti: kurangnya jaminan terhadap

sungan
hari

pekerjaan, kurangnya jaminan untuk
tua,

kurangnya

kurangnya

penghargaan

kebanggaan

dari

kelang-

kesejahteraan

menjadi

masyarakat,

oleh

karyawan

kurang

di

swasta,

memadainya

prasarana dan sarana dalam melaksanakan tugas, kurangnya pem
binaan oleh atasan yang berwenang, dan sejumlah besar

faktor

lainnya.

Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi penampilan

kerja

Tenaga

Edukatif Tetap pada Perguruan

Tinggi

Swasta,

salah satu diantaranya mungkin faktor pembinaan yang
kan

dilaku

oleh Dekan.

Dalam

Tetap,

Dekan

misalnya

kurang

yang

memimpin pelaksanaan pembinaan Tenaga

dipastikan

banyak

faktor,

terbatasnya biaya, kurangnya dukungan dari

Rektor,

jelasnya

dipengaruhi

oleh

Edukatif

petunjuk pelaksanaannya,

banyak

dilakukan oleh Dekan, dan sejumlah besar

kesibukan

faktor-faktor

lainnya.

Dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi Dekan da

lam

memimpin

tersebut

pelaksanaan pembinaan

kemungkinan

pemahaman

terdapat dua

Tenaga
faktor,

Edukatif
yaitu:

Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutif

Tetap
tingkat

dan

tingkat

pemahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekutif.

C.

BATASAN MASALAH.

Dari

pengindentifikasian

masalah tersebut

di

atas,

terlihat bahwa penampilan kerja Tenaga Edukatif Tetap mungkin

dipengaruhi

oleh banyak faktor. Salah satu

diantaranya

mungkinan adalah faktor pembinaan Tenaga Edukatif Tetap

ke
oleh

Dekan.

Dalam

tesis ini faktor yang

mempengaruhi

penampilan

Tenaga Edukatif Tetap dibatasi pada pembinaan Tenaga Edukatif
Tetap

oleh

Dekan, Tingkat Pemahaman

Dekan

tentang

Fungsi

Utama Eksekutif, dan Tingkat Pemahaman Dekan tentang Lingkun
gan Kerja Eksekutif.

Juga terlihat pada pengidentifikasian masalah tersebut
di

atas

Edukatif

bahwa banyak faktor mempengaruhi
Tetap.

Dua diantaranya

adalah

pembinaan
Tingkat

Tenaga

Pemahaman

Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutif, dan Tingkat
Dekan

tentang

Lingkungan Kerja

Pemahaman

Eksekutif.

Berkaitan dengan batasan masalah sebagaimana

disebut-

kan di atas, maka dalam penelitian ini terdapat empat
bel atau ubahan,

varia

yaitu:

1. Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutif;

2. Tingkat Pemahanan Dekan tentang

Lingkungan Kerja

Ekseku

tif;

3. Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap oleh Dekan;
4. Penampilan kerja Tenaga Edukatif Tetap.

Hubungan antara keempat variabel
dan

dampak

dalam penelitian ini

suatu variabel terhadap variabel

lainnya

dapat

divisualisasikan sebagai berikut:
Tingkat
Pemahaman
Dekan tentang Fung
si Utama Eksekutif

^ V
Pembinaan Tenaga
Edukatif Tetap

->

A

Tingkat Pemahaman
Dekan

Penampilan Kerja
Tenaga Edukatif
Tetap

tentang Ling'

Kungan Kerja

Ekse

kutif

Gambar

1

: Hubungan antara keseluruhan

ubahan

dalam penelitian.

D.

RUMUSAN MASALAH.

Bertalian dengan dugaan bahwa ubahan Tingkat Pemahaman

Dekan tentang Fungsi Utama Ekesekutif dan ubahan Tingkat

Pe-

mahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekuti

terhadap
dan

ubahan Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap c

berkenaan

pula

dengan dugaan

bahwa

ubahan

l

Tenaga Edukatif Tetap oleh Dekan mempengaruhi ubahan Pe.
Ian

Tenaga

Edukatif Tetap, maka dapatlah

diajukan

rumusan

masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif
Dekan

terhadap Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap

oleh

?

2. Adakah

dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang

Kerja

Lingkungan

Eksekutif terhadap Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap

oleh Dekan

?

3. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif

sama
Dekan

dan Lingkungan Kerja Eksekutif secara

terhadap

Pembinaan

Tenaga

Edukatif

bersama-

Tetap

oleh

Tenaga Edukatif Tetap oleh

Dekan

?

4. Adakah dampak Pembinaan

terhadap Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap ?

5. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif terhadap Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap ?
6. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang

Lingkungan

Kerja Eksekutif terhadap Penampilan Kerja Tenaga

Edukatif

Tetap ?

7. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif terhadap Tingkat Pemahaman Dekan tentang

Ling

kungan Kerja Eksekutif ?

8. Adakah dampak Tingkat Pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama
Eksekutif

dan Lingkungan Kerja Eksekutif secara

bersama-

la terhadap Penampilan Tenaga Edukatif Tetap ?

;am

E. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN.
1.

Tujuan.

a. Tujuan Umum

Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi,

universi

tas dan institut swasta memegang peranan penting

dalam

usaha meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa.

Pera

nan

tersebut

tidak

bisa

diremehkan,

sebab

realita

menunjukkan bahwa pemerintah tidak berkemampuan

menye-

lenggarakan

tinggi

yang

sejumlah besar lembaga

pendidikan

mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat

akan

pendidikan tinggi.

Berkaitan dengan pentingnya peranan universitas dan
institut

bangsa,

swasta

dan

dalam usaha

mengingat

meningkatkan

pentingnya

kecerdasan

kelompok

dalam proses belajar - mengajar, maka usaha

pengajar
meningkat

kan penampilan kerja Tenaga Edukatif Tetap pada univer
sitas dan institut
dalam

swasta, merupakan langkah strategis

usaha meningkatkan kecerdasan kehidupan

bangsa.

Jadi secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari

beberapa

variabel

yang

berdampak

positif

terhadap

penampilan'kerja Tenaga Edukatif Tetap pada universitas
dan

institut

berdampak

swasta, dan yang

positif

pula

pada

terhadap

gilirannya

usaha

akan

meningkatkan

kecerdasan kehidupan bangsa.

b.

Tujuan Khusus

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana yang telah

diajukan, maka secara khusus penelitian ini bertujuan:
1. Mencari seberapa besar dampak Tingkat Pemahaman

Dekan

tentang Fungsi Utama Eksekutif terhadap Pembinaan Tenaga
Edukatif Tetap oleh Dekan.

2. Mencari

seberapa

Dekan tentang

besar

dampak

Lingkungan

Tingkat

Kerja

Pemahaman

Eksekutif

Terhadap

Pembinaan Tenaga Edukatif Tetap oleh Dekan.

3. Mencari seberapa besar

tentang

Fungsi Utama

Eksekutif

secara

dampak

Tingkat Pemahaman Dekan

Eksekutif

dan Lingkungan Kerja

bersama-sama

terhadap

Pembinaan

Tenaga Edukatif Tetap oleh Dekan.

4. Mencari

seberapa

Edukatif
Tenaga

Tetap

oleh

dampak

Dekan

Pembinaan

Tenaga

terhadap Penampilan Kerja

Edukatif Tetap.

5. Mencari seberapa

tentang
Kerja

besar

Fungsi
Tenaga

besar dampak

Utama

Tingkat Pemahaman Dekan

Eksekutif

terhadap

Penampilan

Edukatif Tetap.

6. Mencari seberapa

besar dampak

Tingkat Pemahaman Dekan

tentang Lingkungan Kerja Eksekutif terhadap

Penampilan

Kerja Tenaga Edukatif Tetap.

7. Mencari seberapa besar dampak

tentang

Fungsi

Utama

Tingkat

Eksekutif

Pemahaman Dekan

terhadap

Tingkat

Pemahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekutif.

8. Mencari

tentang
secara

seberapa besar dampak Tingkat Pemahaman

Fungsi

Utama dan Lingkungan

Kerja

bersama-sama terhadap Penampilan

Edukatif Tetap.

Dekan

Eksekutif

Kerja

Tenaga

2.

Kegunaan.

a. Dari segi praktis.

1.

Bagi

Senat Universitas dan institut

swasta

dalam

lingkup Kopertis Wilayah III:

Hasil dari penelitian ini

memberikan

gambaran

institut

swasta

pembantu

Rektor,

Dekan



tentang

diharapkan

dapat

kepada Senat Universitas dan

yang terdiri dari

para

Kepala

Rektor, para

Lembaga, dan para

:

a. Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap berdasar
kan pengamatan Dekan.

b. Seberapa jauh Dekan telah melaksanakan pembinaan
terhadap Tenaga Edukatif Tetap, dalam rangka
meningkatkan Penampilan Kerja mereka.

c. Tingkat

pemahaman

Eksekutif

Dekan tentang

dan Lingkungan Kerja

diperkirakan

Fungsi

Utama

Eksekutif

berdampak positif terhadap

yang

pembi

naan Tenaga Edukatif Tetap, yang pada gilirannya

berdampak

positif

pula

terhadap

penampilan

adanya gambaran tersebut Senat

Universitas

Tenaga Edukatif Tetap.

Dengan

dan Institut Swasta dalam Lingkup Kopertis

III

Wilayah

dapat menetapkan kebijakan yang konkrit

dalam

upaya meningkatkan penampilan kerja Tenaga Edukatif
Tetap, yang

pada

hakekatnya merupakan

usaha ikut serta meningkatkan kecerdasan

salah satu
kehidupan

bangsa.

2.

Bagi

Tenaga Edukatif Tetap

pada

universitas

dan

institut dalam lingkup Kopertis Wilayah III.

Hasil

dari

diharapkan

dapat

memberi gambaran kepada para Tenaga Edukatif

Tetap

universitas

Kopertis

dan

Wilayah

penelitian

institut

III

ini

swasta

tentang

dalam

lingkup

penampilan

kerja

mereka dalam menjalankan tugas.

b. Dari segi teoritis.

Berdasarkan

telah

tujuan khusus

dikemukakan,

maka

penelitian

penelitian

sebagaimana

secara

teoritis

dapat digunakan untuk :

1. Meningkatkan pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
meningkatkan pemahaman Dekan

tentang

fungsi

dengan
utama

eksekutif.

2. Meningkatkan pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
meningkatkan

pemahaman

Dekan

tentang

dengan

lingkungan

kerja eksekutif.

3. Meningkatkan pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
meningkatkan

pemahaman Dekan tentang

fungsi

dengan
utama

eksekutif dan lingkungan kerja eksekutif secara ber
sama-sama.

4. Meningkatkan penampilan kerja Tenaga Edukatif

Tetap

dengan meningkatkan pembinaan Tenaga Edukatif Tetap.
5. Meningkatkan penampilan kerja Tenaga Edukatif

dengan

meningkatkan pemahaman Dekan tentang

Tetap

fungsi

utama eksekutif.

6. Meningkatkan penampilan kerja Tenaga Edukatif
dengan

meningkatkan pemahaman Dekan

kungan kerja eksekutif.

tentang

Tetap
ling

7. Meningkatkan

pemahaman

Dekan

tentang

lingkungan

kerja eksekutif dengan meningkatkan pemahaman

Dekan

tentang fungsi Utama eksekutif.

8. Meningkatkan penampilan

dengan

cara

kerja Tenaga Edukatif Tetap

meningkatkan tingkat

pemahaman

Dekan

tentang Fungsi Utama Eksekutif dan Lingkungan

Kerja

Eksekutif secara bersama-sama.

F. DEFINISI OPERASIONAL JUDUL PENELITIAN.

Judul

penelitian

untuk penulisan

tesis

ini

adalah

DAMPAK TINGKAT PEMAHAMAN DEKAN TENTANG FUNGSI UTAMA DAN LING
KUNGAN

KERJA

EKSEKUTIF TERHADAP PEMBINAAN

TENAGA

EDUKATIF

TETAP SERTA DAMPAK KELANJUTANNYA TERHADAP PENAMPILAN KERJA.
Untuk

mencegah

kesalahan dalam

penafsiran

terhadap

judul tersebut di atas, kiranya perlu dijelaskan arti bebera
pa kata atau kumpulan kata. Dalam kaitannya dengan penjelasan
arti ini maka beberapa kata atau kumpulan kata yang perlu di
jelaskan artinya adalah:
1. Dampak.

Kata

ini

belum

lama

masuk

dalam

kosakata

(vocabulary) baku dalam bahasa Indonesia. Kata ini

sering

diartikan

dengan

sebagai "pengaruh". Namun yang dimaksud

dampak dalam penelitian ini adalah pengaruh satu

variabel

terhadap variabel lainnya.

2.

Pemahaman.

Kata

menurut

"pemahaman"

berasal dari kata

"paham"

yang

Hornby et. al. merupakan sinonim dari "memahami"

dan "mengerti", dan
"understand"

(

yang dalam bahasa Inggrisnya berarti

Hornby et. al. 1984 : 348 ).

Dan

kata

"understand" ini oleh Henry Bosley Woolf diartikan antara

lain

sebagai "to have through or technical

acquaintance

with

or expertness in the practice of". Dengan

maka

kata paham, mengerti, atau memahami berarti

demikian
sangat

mengenai atau memiliki keahlian tentang.
3. Fungsi.

Kata

bahasa

"fungsi" berasal dari kata

Inggris, yang

"function"

oleh Henry Bosley

Woolf

sebagai

"the acts or operations expected of a

thing".

Dengan

demikian

maka

kata

dalam

diartikan
person

"fungsi"

or

berarti

kegiatan-kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh seseorang
atau

4.

sesuatu.

Eksekutif.

Kata

bahasa

yang

berarti

kata

"menyelenggarakan"

"executive" sebenarnya

"pelaksana".

Indonesian-an

P.

berasal dari

Inggris. Dilihat dari asal

istilah

atau

ini

Siagian

ditunjuk,

Tetapi

"executive"

katanya

atau
berarti

"eksekutif"

"to

execute"

"melaksanakan",
"penyelenggara"

sebagai

istilah "executive" diartikan oleh

sebagai seseorang yang
bertindak sebagai

dalam

pengSondang

karena diangkat

pimpinan sekelompok

atau

tenaga-

tenaga pelaksana sebagai kegiatan operasional

Dalam kaitannya dengan pendapat tersebut, Sondang P.
mengatakan:

"Istilah

Inggris

"to execute"

berarti

menye-

Siagian

lenggarakan

atau melaksanakan.

"executive" sesungguhnya berarti

Berarti

istilah

"penyelenggara"

atau "pelaksana". Akan tetapi dalam "eksekutif"-sebagai peng-Indonesia-an istilah "executive"-biasanya diartikan bukan para tenaga pelaksana
kegiatan-kegiatan operasional, akan tetapi para
tenaga penyelenggara kegiatan-kegiatan kepemimpinan. Dengan perkataan lain, interpretasi yang
paling lumrah diberikan tentang seorang eksekutif
adalah seseorang yang karena diangkat atau ditun-

juk, bertindak selaku pemimpin sekelompok tenagatenaga pelaksana berbagai kegiatan operasional."
( Sondang P. Siagian, 1986 : 5 ).
5. Lingkungan kerja eksekutif.

"Lingkungan"
"environment" yang

sebagai
which

1977

"the

merupakan

istilah

Indonesia

menurut Henry Bosley

circumstances, objects,

Woolf

or

untuk

diartikan

conditions

one is surrounded". ( Henry Bosley Woolf, et.

:

berarti

382

"lingkungan"

keadaan, sesuatu, atau kondisi yang

mengelilingi

keadaan,

Jadi

sesuatu,

Dengan

demikian

al. ,

istilah

seseorang.

).

by

"lingkungan

kerja

atau kondisi yang

eksekutif"

berarti

mengelilingi

gerak

kegiatan seorang eksekutif.
6.

Pembinaan

Program

pembinaan personal di dalam bidang

pendidikan

disebut supervisi pendidikan ( Hadari Nawawi, 1981 : 103 )
Lebih lanjut Hadari Nawawi mengatakan :

"Supervisi pendidikan
yanan yang disediakan
guru-guru (orang yang
guru atau personal

harus diartikan sebagai pelaoleh pemimpin untuk membantu
dipimpin agar menjadi guruyang semakin cakap sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya
dan ilmu pendidikan khususnya agar mampu mening
katkan proses belajar-mengajar di sekolah" ( Hadari
Nawawi, 1981 : 104 ).

Sejalan dengan pengertian pembinaan yang identik dengan

supervisi pendidikan, maka pembinaan Tenaga Edukatif Tetap
oleh

Dekan di sini merupakan upaya membantu

para

Tenaga

Edukatif Tetap untuk berkembang dan tumbuh menjadi

Tenaga

Edukatif yang lebih cakap dan lebih baik dalam menjalankan
tugasnya.

7. Tenaga Edukatif Tetap.

dengan

"Tenaga

Edukatif

istilah

"Dosen

perguruan

pengajar

Tetap"

populer

disebut

kaitannya

dengan

Tinggi Swasta dosen tetap ini merupakan

tenaga

Tetap".

lebih

Dalam

yang diangkat baik oleh Rektor

Perguruan

Tinggi

ataupun

yang bersangkutan dengan

Yayasan

jumlah

beban

tugas tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

merupakan

Pegawai

Negeri Sipil yang

ditugaskan

atau

sebagai

tenaga pengajar di Perguruan Tinggi Swasta.
8. Penampilan Kerja.

"Penampilan

kerja"

adalah

peng-Indonesia-an

istilah "performance", yang oleh Henry Bosley Woolf
tikan sebagai "the execution of an action". Jadi

lan kerja yang dikaitkan dengan
sini

adalah

diar

penampi

Tenaga Edukatif Tetap

pelaksanaan kegiatan

atau

tugas

di

seseorang

Tenaga Edukatif Tetap.

Jadi

diharapkan
atau

penelitian

dapat

dengan

judul

tersebut

mengungkapkan seberapa

di

besar

dampak pengertian Dekan tentang kegiatan

pengaruh
utama

keadaan serta kondisi yang melingkunginya sebagai

pimpinan

terhadap

upaya

meningkatkan

atas

kemampuan

dan

seorang

Dosen

Tetap

dalam menjalankan profesinya serta dampak kelanjutannya

terhadap pelaksanaan tugas mereka.

BAB

III

PROSEDUR PENELITIAN

A.

PENDEKATAN

PENELITIAN.

Untuk

mendapatkan data guna menjawab rumusan

seperti yang dikemukakan pada Bab I,
tian

masalah

maka pendekatan

peneli

yang digunakan di sini adalah pendekatan survey

tingkat

ekplanasi deskriptif,

Metode

korelatif,

atau pendekatan penelitian survey

dan

dengan

determinatif.

adalah

yang dikenakan pada polulasi besar maupun kecil,

penelitian
tetapi

data

yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi

tersebut,

relatif,

sehingga

dapat ditemukan

kejadian-kejadian

distribusi, dan hubungan antar variabel,

bel sosiologis maupun psikhologis ( Kerlinger,

yang

baik varia

1973 : 410 ).

Penelitian di sini akan mendeskripsikan tentang

pema

haman Dekan terhadap Fungsi Utama dan Lingkungan Kerja

ekse

kutif,

pembinaan yang dilakukan Dekan terhadap Tenaga

Eduka

tif Tetap dan penampilan kerja tenaga edukatif sebagai akibat
dari pembinaan Dekan tersebut.
bel-variabel tersebut,

Selain mendeskripsikan

varia-

juga akan dicari seberapa besar dampak

satu variabel terhadap variabel

lainnya.

Penelitian dengan pendekatan survey ini dapat

kan sebagai jembatan antara metode naturalistik dan
men

(David

keadaan

survey

1980

: VIII-2).

Dalam

eksperi-

penelitian

survey

obyek penelitian hampir natural/alami (karena

dikondisikan

kontrol

Kline,

dikata

dalam laboratorium),

(sepertinya

halnya

tidak memerlukan

eksperimen).

Walaupun

ini tidak memerlukan kelompok kontrol seperti

80

tidak

kelompok

metode

halnya

pada

metoda eksperimen, namun generalisasi

yang

dihasilkan

bisa akurat bila digunakan sampel yang representatif.

Kline,
dalam

1980 : 1-24). Teknik pengumpulan data yang
metide survey pada umumnya adalah dengan

(David

digunakan

angket,

dan

wawancara.

B.

POPULASI

DAN

SAMPEL.

Seperti

halnya dikemukakan di atas

survey

dilakukan pada

bahwa

dengan

metode

populasi

maupun

kecil, tetapi data yang dipelajari adalah

penelitian

yang

besar

data

sampel. Populasi adalah totalitas semua nilai yang

dari

mungkin,

hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif;

obyek

daripada karakteristik tertentu

yang

sifatnya.

mengenai

lengkap dan jelas yang ingin
Adapun

sebagian yang diambil

disebut sampel (Sudjana,

Dalam

penelitian

1982

sekumpulan

dipelajari
dari

sifat-

populasi

itu

: 5).

ini yang

menjadi

populasi

adalah

semua Dekan pada perguruan tinggi swasta dalam bentuk univer
sitas

dan

institut beserta karakteristiknya

Kopertis

Wilayah

kualitas

populasi,

sebagian

dari

Swasta

III Jakarta

dan

dalam

sekitarnya.

maka jumlah sampel yang

jumlah populasi Dekan pada

lingkup

Berdasarkan

diambil

adalah

Perguruan

Tinggi

dalam lingkup Kopertis Wilayah III Jakarta dan

seki

tarnya .

Di DKI Jakarta Raya dan sekitarnya terdapat 26

ruan

dengan

Tinggi

Swasta dalam bentuk

Universitas

85 Fakultas, dan yang status

Jurusannya

dan

Pergu

Institut

bervariasi,

yaitu terdaftar, diakui atau disamakan. Yang dijadikan sumber

data

dalam

penelitian ini adalah para Dekan

Fakultas

yang

jurusannya minimal mempunyai status terdaftar.
Berdasarkan

tabel

Krejcie dan Nomogram

Harry

King,

bila jumlah populasi (para Dekan) 85, maka jumlah sampel yang
diambil adalah 70 orang. Pengambilan sampel dilakukan

random

dengan sistem undian. Fakultas yang terpilih

universitas

secara

beserta

atau institut adalah sebagaimana tercantum

pada

tabel I berikut ini.
TABEL

1

DEKAN DARI PTS DI KOPERTIS WILAYAH III YANG
TERPILIH SEBAGAI SUMBER DATA

| No.

Dekan Fakultas

Universitas/institut
3

2

1

Univ.

Kristen Jakarta

1.

FT

2.

FK

3.

FH

Univ.

Pancasila

4.

FE

Univ.

Pancasila

5.

FISIP

Univ.

Nasional

6.

FTSP

Univ.

Trisakti

7. '

FE

Univ.

Atmajaya

8.

FIA

Univ.

Jakarta

9.

FS

Univ.

Nasional

10.

FK

Univ. Kristen Indonesia

11.

FISIP

Univ.

12.

FTI

Inst. Sain & Tekn. Nasional

13.

FKG

Univ.

, Univ. Trisakti

Atmajaya

Trisakti

14

F Seni Rupa & Disain

Inst. Kesenian Jakarta

15.

F Komunikasi

Inst. Ilmu Sosial & Politik

16.

FT

Univ.

Muhamaddiyah

17.

FE

Univ.

Jayabaya

16

FT

Univ.

Muhamaddiyah

17.

FE

Univ.

Jayabaya

18.

FISIP

Univ.

Islam Syekh Yusuf

19.

FTSP

Inst. Sain & Tekn. Nasional

20.

FS

21.

FE

22.

FE

23.

FE

24.

FH

25.

FKIP

26.

FKG

27.

FH

28.

F

29.

*

Univ.

Kristen Indonesia

Univ.

Trisakti

Univ.

Tarumanagara

Univ.

Kristen Indonesia

Univ. Kristen Indonesia

Univ. Kristen Indonesia
Univ.

Prof.

Dr.

Moestopo

Univ. 17 Agustus 1945 Jkt
Univ.

17 Agustus 1945 Jkt

F Kesenian

Inst.

Kesenian Jakarta

30.

F Farmasi

Univ. 17 Agustus 1945 Jkt

31.

FISIP

Univ. 17 Agustus 1945 Jkt

32.

FH

33.

FE

34.

FPBS

35.

FPMIPA

36.

FH

Adm

Univ. Islam Syekh Yusuf
Univ.

Krisnadwipayana

IKIP Muhammadiyah
IKIP Muhammadiyah
Univ.

Jayabaya

1

3

2

1

37.

FT

Univ.

Tarumanagara

38.

FE

Univ.

Kristen

39.

F

Univ.

Krisnadwipayana

40.

FH

Univ.

Krisnadwipayana

41.

FISIP

Univ.

Prof.

42.

FISIP

Univ.

Jayabaya

43.

FH

Univ.

Ibnu Chaldun Jakarta

44.

FISIP

Univ.

Muhamaddiyah

45.

FT

Univ.

Islam As-Syaffiyah

46.

FT

Univ.

Nasional

47.

FH

Univ.

Atmajaya

48.

FT

Univ.

Atmajaya

49.

FH

Univ.

Trisakti

50.

FK

Univ.

Atmajaya

51.

FE

Univ.

Ibnu Chaldun Jakarta

52.

FE

Univ.

Islam Jakarta

53.

FT

Univ.

Islam Jakarta

54.

FK

Univ.

Tarumanagara

| 55.

FE

Univ.

Islam As-Syaffiyah

56.

FT

Univ.

Kristen

57.

FH

Univ.

Islam As-Syaffiyah

58.

FH

Univ.

Muhamaddiyah

59.

FH

Univ.

Tarumanagara

60.

FE

Univ.

Prof.

61.

FE

Univ.

Krisnadwipayana

62.

FISIP

Univ.

Ibnu Chaldun

i

Adm

Jakarta

Dr.

Moestopo

1

1

Indonesia

Dr.

Moestopo

1

-

2

! i

3

\

63.

FT

Univ.

Jakarta

64.

FTSP

Univ.

Jayabaya

65.

FT

Univ.

17 Agustus 1945 Jkt

66.

FH

Univ.

Jakarta

67.

F

Mat &

IPA

Inst.

Sain St Tekn.

68.

F

Film &

TV

Inst.

Kesenian Jakarta

69.

F

Komunikasi

Inst.

Ilmu Sosial & Politik

70.

FPPS

Para

sebagai

sumber

IKIP

Dekan

seperti

data penelitian.

Nasional

Muhammadiyah

pada

tabel

1

Pertama-tama

digunakan

mereka

diukur

tingkat pemahamannya tentang Fungsi Utama, dan

kungan

Kerja

mereka

membina para Tenaga Edukatif Tetap, dan

eksekutif, kemudian diukur

tentang

yang telah dibinanya. Jadi sumber data

variabel

atau

ubahan

penelitian adalah

Ling

bagaimana

setelah

mereka diminta menilai penampilan kerja para Tenaga

Tetap

akan

Edukatif

untuk

sama,

itu

keempat

yaitu

para

Dekan.

C. TEKNIK PEMGUMPULAN DATA.

Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji

sis
data

penelitian

yang diajukan digunakan

teknik

yang berupa angket. Dalam penelitian ini

hipote-

pengumpulan
teknik

utama

yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa angket

(ques

tionnaire) karena jumlah sumber data cukup besar (70

orang).

Seperti dinyatakan oleh Kidder (1980 : 148) bahwa untuk
mendapatkan
dilakukan

informasi dari responden yang besar dan
secara simultan/serempak maka

teknik

dapat

pengumpulan

data angketlah yang paling tepat. Akan sangat sulit mendapat
kan

informasi

dengan teknik observasi

dan

interview

bila

jumlah respondennya besar, karena kedua teknik itu tidak
dapat digunakan secara simultan/bersama-sama untuk sekelompok
responden.

Lebih lanjut Kidder menyatakan bahwa

keuntungan-

keuntungan lain dalam menggunakan teknik angket adalah mengu

rangi bias seperti halnya dalam interview di mana peneliti
langsung bertatap muka dengan responden; responden lebih
bebas

dalam mengisi angket karena tidak ada

unsur

paksaan;

dan biayanya murah.

Selain

menggunakan teknik pengumpulan data

dengan

angket, maka penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpul
an

data

dengan interview kepada beberapa dekan

dan

tenaga

edukatif guna mengontrol jawaban angket yang telah diberikan
oleh para dekan.

Dengan demikian jawaban

atau

data yang

diperoleh akan lebih akurat dan konsisten.

D. PEMBAKUAN DAN PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN.

Angket

yang diedarkan kepada

instrumen penelitian yang digunakan

responden

untuk

merupakan

mengungkapkan

tingkat pemahaman para dekan tentang fungsi utama dan ling
kungan kerja eksekutif, pembinaan dekan kepada para tenaga
edukatif,

dan

penampilan kerja para

tenaga edukatif

yang

mendapat pembinaan dari dekan tersebut. Jadi ada empat instru
men penelitian. Instrumen penelitian ini dibakukan sendiri,

melalui

pengkajian-pengkajian

teoritis

terhadap

variabel penelitian, serta dikaitkan dengan

variabel-

operasionalisasi

variabel tersebut pada lapangan.

Ada empat instrumen yang dibakukan yaitu:

1. Instrumen penelitian yang digunakan

untuk mengungkapkan

tingkat pemahaman Dekan terhadap Fungsi Utama Eksekutif.
Karena yang diukur adalah tingkat pemahaman maka instrumen

penelitian yang digunakan adalah berbentuk test,
dalam

hal

pilihan.

ini

menggunakan test

obyektif

yang

dengan

empat

Jadi bila responden menjawab betul maka akan

diberi skor 1, dan bila salah akan diberi skor 0.

2. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan

tingkat pemahaman dekan terhadap lingkungan kerja ekseku
tif.

Instrumen yang digunakan juga berbentuk test

dengan

empat pilihan. Responden yang menjawab betul diberi skor
1, dan yang salah diberi skor 0.

3. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan
tentang pembinaan yang dilakukan Dekan terhadap Tenaga
Edukatif Tetap. Instrumen penelitian tidak berbentuk test,

untuk itu tidak ada jawaban yang salah maupun betul terha

dap

item-item instrumen. Jawaban tiap instrumen bersifat

interval

yang dalam hal ini diberi lima skala dari

yang

sangat positif sampai angka 5 berarti Dekan memberikan
pembinaan yang sangat baik/positif kepada para tenaga
edukatif, angka 4 berarti cukup baik, angka 3 sedang,
angka 2 tidak baik, dan angka 1, sangat tidak baik. Jadi
skor tertinggi tiap item instrumen adalah 5 dan terendah =
1.

4. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan

Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap. Instrumen peneli
tian yang digunakan disini juga bukan test, dan bentuknya
dibuat seperti instrumen yang digunakan utuk mengungkapka
Pembinaan Dekan terhadap para Tenaga Edukatif Tetap. Skor
tertinggi tiap item instrumen - 5 dan terendah = 1.
Karena instrumen dibakukan sendiri, maka untuk

memudahkan penyusunan dan pengecekan kembali tiap item in
strumen guna menguji validitas dari para ahli, maka digunakan
kisi instrumen seperti tabel II dan III berikut.

Dari kisi-kisi instrumen penelitian tersebut nampak

bahwa jumlah item instrumen untuk mengukur tingkat pemahaman
dekan

tentang fungsi utama eksekutif' berjumlah 32

items,

pemahaman'Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekutif berjumlah
36 items, Pembinaan terhadap Tenaga Edukatif Tetap berjumlah
24 items, dan Penampilan Kerja Tenaga Edukatif Tetap berjumlah 22

items.

Sebelum

instrumen penelitian itu digunakan

untuk

mengukur variabel yang sebenarnya, maka terlebih dulu diuji
validitas dan realibilitasnya.

TABEL 2

KISI-KISI

INSTRUMEN PENELITIAN TINGKAT PEMAHAMAN

DEKAN

TENTANG FUNGSI UTAMA DAN LINGKUNGAN KERJA EKSEKUTIF.
Komponen yang

Variabel

diukur

I. Tingkat Pema

Respon
den

I. 1,2,3,7,
8,10,11,
14,15,16,
18,20,21.

Masa Lampau

Dekan

B.

Masa Sekarang

Dekan

I. 4,5,6,9,
13,17,19,
23,25,27.

C.

Masa Menda-

Dekan

I.

haman Dekan

si Utama

Ek

haman Dekan

tentang Ling
kungan Kerja
Eksekutif

12,22,24,
16.

tang

II . Tingkat Pema

item

instrumen

A.

tentang Fung
sekutif.

No.

Dekan

II.

B. Kompleksitas
Organisasi

Dekan

II.

C. Organisasi

Dekan

II . C.

A. Organisasi

1 s/d 12

Formal

Informal

A.

B.

1 s/d 12

1 s/d 12

TABEL

3

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK MENGUNGKAPKAN VARIABEL

PEMBINAAN

.TERHADAP TENAGA EDUKATIF TETAP DAN PENAMPILAN
KERJA TENAGA EDUKATIF TETAP.

Variabel

Komponen

Pembinaan
Profesi
terhadap
Tenaga
Edukatif
Tetap

A.

Pendidik
an &
pe

No.

Respon

item

den

yang diukur
3

2

1

III.

Arah Pembinaan
dan Komponen

1. Menguasai
bidang studi

5

4

III.

Dekan

1,2,3.

yang diajar

ngajaran

kan

2. Mengelola
program belajar & me

III.

Dekan

4,7.

ngajar

3. Mengelola

III.

Dekan

8.

kelas

4.

Menggunakan

III.

Dekan

5 .

media

5. Menguasai

Dekan

III.
6.

Dekan

III.

landasan

pendidikan
6.

Mengelola

10,12,

interaksi
belajar-

i
i

14,15.

mengajar
7.

Menilai

III.

Dekan

9,11.

prestasi
mahasiswa

8. Mengenai

Ill .

Dekan

13,16.

program

bimbingan

B.

Peneliti

Penelitian

III.

Dekan

17,18,
19,20,

an

21.


IV.

Penampilara
Kerja Te

C. Pengabdi-

Pengabdian ke-

A.

1.Penguasaan bi

Melaksana

naga Edu
katif Te
tap

dikan &

pengajar

kan

an

22,23,
24.

bidang studi
yang diajar

kan pendi

Dekan

Dekan

3.

Dekan

2.Mengelola

IV.

IV.

1,4

program belajar & menga
jar

3.Mengelola ke

Dekan

las

4.Menggunakan

Dekan

landasan

IV.
5.

media penga
jaran
Dekan

5 .Menguasai

IV.
6.

IV.
2.

pen

didikan

6.Mengelola in

Dekan

13.

jar-mengajar
7.Menilai pres-

IV.

8,9,

teraksi bela

Dekan

IV.

7,9.

tasi mahasis
wa

8. Mengenai pro

Dekan

14.

an

B.

C.

Melaksana

Melaksanakan pe

kan pene
litian

nelitian

Melaksana
kan pe

Melaksanakan pe

IV.

11,12,

gram bimbing
Dekan

IV.

15,16,
17,18,
19.

ngabdian kepada

masyarakat
ngabdian
kepada
masyarakat

Dekan

IV.

20,21,
22.

D. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN.
1, Validitas Instrumen.

Validitas

dan

reliabilitas

instrumen

merupakan

kriteria dari kualitas suatu instrumen penelitian (Mueller
1986

: 57). Suatu instrumen yang valid berarti

instrumen

tersebut dapat mengukur secara benar apa yang dikehendaki

untuk diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel berarti
instrumen tersebut konsisten dan akurat bila digunakan
dalam pengukuran (Meuller 1986 : 58).

Dalam hal validitas ini Mueller lebih lanjut menya-

takan bahwa, pada umumnya dalam pengukuran sikap dan aspek

psikologi yang lain terdapat tiga validitas utama yaitu:
a.

V_aJLidjU^s_JLsjL

Model

validitas

ini

dikembangkan

untuk

test

yang

mengukur achievement. Jadi yang dilihat adalah sebera

pa baik isi dari test itu mencerminkan kesimpulan yang
dikehendaki.

Seperti

dinyatakan oleh Issac

(1981

:

121) bahwa validitas isi menunjukkan seberapa baik isi
dari suatu sampel test mencerminkan situasi klas

atau

mata pelajaran yang diajarkan.
b. VVHHitas prediksi

Validitas

prediktif adalah validitas

instrumen

diukur berdasarkan kemampuan test tersebut

yang

mempredik-

sikan kriteria yang ditetapkan.
c. Y^lJ^J^S_JimisiJmJl

Validitas

konstruk menunjukkan

seberapa baik

dan

relevan teori-teori yang digunakan untuk mengkonstruksikan

instrumen penelitian. Validitas

konstruk

akan

dapat lebih dikuatkan bila hipotesis penelitian
diverivikasi. Untuk itu sebenarnya validitas

dapat

konstruk

itu adalah dinamakan validitas hipotesis. Issac

: 119) menyatakan bahwa validitas konstruk
untuk

test yang bersifat mendiskripsikan

(1980

digunakan
atau

untuk

penelitian ilmiah.

Sebelum

instrumen penelitian yang

akan

digunakan

untuk mengungkapkan empat variabel penelitian itu

kan,

maka

instrumen tersebut harus diuji

relialitasnya
validitas

dan

terlebih dulu. Bila instrumen

diguna

validitas dan
tidak diuji

reliabilitasnya maka data yang

diperoleh

yang diukur dengan instrumen tersebut akan diragukan.
Karena

item-item

setiap instrumen penelitian berisi

tentang

instrumen, maka tiap item tersebut perlu

validitasnya, yaitu dengan analisis item. Dalam

diuji

kaitannya

dengan analisa item ini Masrun (1979 : 13) mengatakan:
Seperti halnya untuk menentukan validita
pengukur pada umumnya, maka dalam analisis
untuk

menentukan validita itu,

alat
item

dibutuhkan

juga

dicari validitanya, adalah salah satu

item

kriterium. Dalam validita item, kriterium terse
but biasanya skor test yang kita susun, di mana

yang

dari test tersebut.

Suatu asumsi yang merupakan dasar untuk menentu
kan validita ini ialah bahwa test merupakan

kumpulan item-item seharusnya mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dengan perkataan lam test itu
harus memiliki validitanya. Untuk mendapatkan
validita yang tinggi dibutuhkan item-item
selaras dengan test. Oleh karena itu item
tidak selaras harus dibuang atau dirubah.

yang
yang

Lebih lanjut Masrun menyatakan bahwa untuk menentu

kan

validitas item cara-cara yang dapat dilakukan di-

antaranya,

adalah:

a. Menggunakan indek korelasi

b. Memggunakan indek diskriminasi
c. Menggunakan indek keselarasan item

Berdasarkan cara-cara yang digunakan untuk

,^Ji

validitas item tersebut, maka pengujian instrumen

peneli

tian di sini digunakan indek korelasi.

Untuk menguji validitas dan reliabilitas

penelitian,
disusun

instrumen

maka langkah pertama instrumen yang telah

dan telah dikonsultasikan kepada ahli

dicobakan

kepada 30 responden. Data dari 30 responden ini digunakan
untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.

Untuk menguji validitas dan reliabilitas

instrumen

penelitian digunakan program komputer edisi Sutrisno Hadi
dan Seno Pamardiyanto dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Hasil

dari analisis dapat diberikan

penjelasan

seperti berikut:

1 Instrumen yang digunakan untuk mengukur Tingkat
pemahaman Dekan tentang Fungsi Utama Eksekutil.
Untuk

instrumen ini pertama-tama disusun

32

item

instrumen. Karena instrumennya berbentuk test maka jawaban

dari responden bersifat benar-salah. Jawaban yang betul
diberi

skor

1 dan yang salah diberi

skor

0.

Instrumen

berbentuk test obyektif dengan pilihan ganda. Setelah data
dari uji coba dianalisis, ternyata ada lima item yang

dinyatakan gugur atau tidak valid (lihat lampiran 1).
Item-item untuk instrumen ini yang gugur/tidak valid
adalah item nomor 9, 10, 13, 16, dan"28. Jadi masih ada 27

item yang valid. Selanjutnya 27 item ini yang akan diguna
kan

untuk mengumpulkan data pada penelitian yang

sesung-

guhnya. (lihat lampiran 3).

2 Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
pemahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Ekse
kutif.

Instrumen

yang

digunakan untuk

mengukur

tingkat

pemahaman Dekan tentang Lingkungan Kerja Eksekutif juga
berbentuk test. Jawaban yang betul diberi skor 1 dan

salah diberi skor 0. Jumlah item instrumen sama dengan

yang

36

item, tetapi setelah diuji gugur 6 item (lihat lampiran
1). Item instrumen penelitian yang gugur adalah item nomor
6, 13, 14, 20, 22, dan 31. Jadi instrumen penelitian yang
valid

masih

digunakan

30 item. Selanjutnya 30 item ini

yang

akan

untuk mengumpulkan data pada penelitian

yang

sesungguhnya.

*

3. Instrumen yang digunakan untuk mengukur Pembina
an terhadap Tenaga Edukatif Tetap.

Instrumen

yang digunakan di sini

tidak

berbentuk

test. Dengan demikian jawabannya tidak benar-salah tetapi
bersifat

interval,

dari

sangat positif sampai sangat

negatif. Jumlah item yang dibuat sama dengan 24 item dan
setelah diuji ternyata tidak ada yang gugur berarti valid
semua. Dengan demikian semua item yang telah disusun itu
akan dapat digunakan untuk mengumpulkan data pada peneli
tian yang sesungguhnya.

4. Instrumen yang diperlukan untuk mengukur
pilan Kerja Tenaga Eduaktif Tetap.

Penam

Instrumen yang digunakan di sini juga tidak berben

tuk test. Item instrumen yang dibuat berjumlah

dan

22

item,

setelah diuji ternyata tidak ada yang gugur. Hal

ini

berarti 22 item instrumen tersebut valid semua.

Pengujian validitas instrumen edisi Sutrisno
dan Seno Pamardiyanto dari Universitas Gadjah Mada
dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap
dengan skor total. Item yang berkorelasi positif
signifikan adalah item yang valid, sedangkan item
berkorelasi positif tetapi tidak signifikan dan

Hadi
itu
item
dan
yang
yang

berkorelasi negatid adalah item yang tidak valid. Semua
hasil pengujian instrumen dengan komputer diberikan pada
lampiran.

2. Reliabilitas Instrumen.

Reliabilitas

instrumen dapat

diartikan

sebagai

tingkat konsistensi dari instrumen tersebut. Oleh karena
itu

reliabilitas instrumen merupakan

karakteristik

yang

penting dimiliki oleh suatu instrumen penelitian (Dawson
1972

: 14). Instrumen yang

reliabel

berarti

instrumen

tersebut mencerminkan kestabilan.

Untuk menguji reliabilitas instrumen dapat dilaku
kan dengan:

a. t^-retest : test yang sama dicobakan lagi pada obyek
yang tetapi waktunya berbeda.

b. iimihi^LJ^sl^kiily^^l. : test dicobakan pada waktu yang

sama,

responden

sama, tetapi ada dua

instrumen

yang

ekuivalen.

c. Dua test yang

ekuivalen dan dicobakan beberapa kali

(stability-equivalent).
itu

dicobakan

berbeda.

Jadi dua test yang

pada responden

sama,

ekuivalen

tetapi

waktunya

Pengujian dengan cara ini merupakan

gabungan

nomor a dan b.

d.

Internal Consistency.

Pengujian instrumen dengan cara a, b, dan c akan memer
lukan

kemampuan,

waktu, tenaga

yang

banyak,

kalau

tidak waktunya berbeda, harus ada dua

karena

instrumen

yang ekuivalen. Pengujian dengan internal consistency
cukup

dengan satu test dan dilakukan pada waktu

sama.

Pengujian instrumen dengan internal

yang

consistency

dapat dilakukan dengan:
1) Split half
2) KR 20
3) KR 21

4) Anova Hoyt

5) Koefisien alpha

Dalam penelitian ini pengujian instrumen

dilakukan

dengan Anove Hoyt. Pengujian dilakukan dengan komputer
edisi Sutrisno Hadi. Hasil pengujian reliabilitas terhadap

empat instrumen yang menggunakan komputer itu dapat diberi
penjelasan sebagai berikut:

Tabel 4

HASIL UJI RELIABILITAS EMPAT INSTRUMEN
PENELITIAN

Variabel
Penelitian

tt

1. Tingkat pemahaman Dekan ten

0,890

0,00

2. Tingkat pemahaman Dekan ten
tang Lin