TRANSFORMASI NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA KE DALAM FILM.

(1)

TRANSFORMASI NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA KE DALAM FILM

(KAJIAN SASTRA BANDINGAN) SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana sastra

Reslyana Malida S. 0907001

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


(2)

Tranformasi Novel Pintu Terlarang

Karya Sekar Ayu Asmara ke dalam Film

(Kajian Sastra Bandingan)

Oleh

Reslyana Malida S.

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Reslyana Malida 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Transformasi Novel Pintu Terlarang Karya Sekar Ayu Asmara ke dalam Film” adalah karya saya sendiri. Skripsi ini benar -benar murni hasil penelitian dan penyusunan penulis dan hanya mengutip beberapa teori yang dianggap cocok dan relevan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk menegaskan bahwa karya penulis bukan hasil plagiarisme.

Bandung, Agustus 2013


(4)

ABSTRAK

TRANSFORMASI NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA KE DALAM FILM

Oleh

RESLYANA MALIDA S. NIM 0907001

Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan penulis mengenai transformasi novel Pintu Terlarang ke dalam film yang mengangkat genre thriller psikologis yang di Indonesia sendiri masih jarang karya sastra dan karya seni yang mengangkat genre tersebut. Berdasarkan keingintahuan penulis mengenai hal tersebut, maka penulis merumuskan tiga permasalahan pokok pada penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana unsur-unsur intratesktual antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang?, (2) Bagaimana proses reaktualisasi antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang?, dan (3) Bagaimana strategi ekranisasi antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang?

Penelitian menggunakan teori A. Teeuw tentang struktural sebagai landasan teori dan menitikberatkan pada perubahan struktur cerita yaitu tema, tokoh dan latar dari novel ke film untuk mengetahui hubungan intratekstual pada kedua objek tersebut. Namun untuk mengkaji struktur novel dan film Pintu Terlarang, penulis menggunakan teori analisis struktur A.J. Greimas yaitu menggunakan skema aktan dan model fungsional untuk mengetahui alur cerita. Untuk memecahkan permasalahan yang penulis analisis menggunakan metode deskriptif komparatif dengan cara menguraikan dan membandingkan, sedangkan teknik yang digunakan penulis dalam mengkaji skripsi ini adalah studi pustaka dan pengolahan data.

Analisis penelitian transformasi novel Pintu Terlarang ke dalam film menghasilkan hubungan intratekstual fakta cerita yang terdapat pada kedua objek penelitian. Proses reaktualisasi merupakan jawaban atas analisis hubungan intratekstual yang menghasilkan persamaan dan perbedaan unsur cerita antara novel dan film Pintu Terlarang yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar, konflik, dan tema. Strategi ekranisasi yang digunakan strategi pemfokusan pada konflik penting saja dan menggunakan mekanisme tafsir visual “sekreatif mungkin”.


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ………..…….i

ABSTRAK ………..…….ii

KATA PENGANTAR ……….…..iii

UCAPAN TERIMAKASIH ……….…..……...iv

DAFTAR ISI ………..……….…...vi

DAFTAR TABEL ……….…...viii

DAFTAR BAGAN ……….…....ix

DAFTAR LAMPIRAN ………...xi

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ……….…1

1.2Pembatasan Masalah ………...5

1.3Rumusan Masalah ………...5

1.4Tujuan Penelitian ………..6

1.5Manfaat Peneitian ………...6

1.6Sistematika Penelitian ………..….6

II. NOVEL, FILM, DAN TRANSFORMASI 2.1 Pengertian Novel ………...8

2.1.1 Novel Psikologi ………...9

2.1.2 Struktur Novel ………...10

2.1.2.1 Cerita dan Alur ………...10

2.1.2.2 Tokoh ……….………11

2.1.2.2.1 Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan ………...12

2.1.2.2.2 Tokoh Protagonis dan Antagonis ………..…..12

2.1.2.2.3 Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat ………..…...13

2.1.2.3 Latar ………...13

2.1.2.3.1 Latar Tempat ………13


(6)

2.1.2.3.3 Latar Sosial ………..14

2.1.2.4 Konflik ………..…...14

2.1.2.5 Tema/Amanat ………...15

2.1.3 Teori Struktur Novel ………...15

2.1.3.1 Model Skema Aktan ………...15

2.1.3.2 Model Fungsional ………..16

2.2 Pengertian Film ………...17

2.2.1 Film Thriller Psikologi ………..18

2.2.2 Struktur Film ………...19

2.2.3 Teori Struktur Film ………...20

2.3 Transformasi Sastra dan Ekranisasi ………...21

2.3.1 Hubungan Intratekstual ………...23

2.3.2.1Proses Reaktualisasi ……….23

2.3.2.2Strategi Ekranisasi ………...23

III. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ………25

3.2 Sumber Data ………26

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………...26

3.4 Teknik Analisis Data ………...27

3.4.1 Langkah-Langkah Penelitian ………...27

IV. ANALISIS STRUKTUR, INTRATEKSTUAL, PROSES REAKTUALISASI, DAN EKRANISASI 4.1 Analisis Struktur Novel Pintu Terlarang ………29

4.1.1 Sinopsis Novel Pintu Terlarang ………29 4.1.2 Analisis Skema Aktan dan Model Fungsional ………...31

4.1.3 Kuantitas Aktan ………...57

4.1.4 Unsur Cerita Novel Pintu Terlarang ……….57

4.1.4.1 Tokoh………..………...57

4.1.4.2 Latar ………...64


(7)

4.1.4.4 Tema ………...70

4.2 Analisis Struktur Film Pintu Terlarang ………..71

4.2.1 Sinopsis Film Pintu Terlarang ……….…….71

4.2.2 Analisis Aktan dan Model Fungsional ………..72

4.2.3 Kuantitas Aktan ………...94

4.2.4 Unsur Cerita Film Pintu Terlarang ………...94

4.2.4.1 Tokoh………...………...94

4.2.4.2 Latar ………...97

4.2.4.3 Konflik ………...…….100

4.2.4.4 Tema ………...101

4.3 Analisis Proses Reaktualisasi Film Pintu Terlarang ………...101

4.3.1 Proses Reaktualisasi Alur ………...103

4.3.2 Proses Reaktualisasi Tokoh dan Penokohan ………...111

4.3.3 Proses Reaktualisasi Latar ………...117

4.3.4 Proses Reaktualisasi Konflik ………...118

4.3.5 Proses Reaktualisasi Tema ………..122

4.4 Streategi Ekranisasi pada Novel dan Film Pintu Terlarang ……….125

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………...127

5.2 Saran ………..128

DAFTAR PUSTAKA ……….129

LAMPIRAN ………...131


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Model Fungsional...17

Tabel 4.1 Proses Reaktualisasi Alur ...103

Tabel 4.2 Proses Reaktualisasi Tokoh dan Penokohan ...111

Tabel 4.3 Proses Reaktualisasi Latar ...117


(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Skema Aktan A.J Greimas ...16

Bagan 3.1 Alur Penelitian ……..………...28

Bagan 4.1 Proses Skema Aktan Utama ..………...31

Bagan 4.2 Aktan 1 Novel Pintu Terlarang …...32

Bagan 4.3 Aktan 2 Novel Pintu Terlarang...33

Bagan 4.4 Aktan 3 Novel Pintu Terlarang...35

Bagan 4.5 Aktan 4 Novel Pintu Terlarang...36

Bagan 4.6 Aktan 5 Novel Pintu Terlarang...38

Bagan 4.7 Aktan 6 Novel Pintu Terlarang...39

Bagan 4.8 Aktan 7 Novel Pintu Terlarang ...41

Bagan 4.9 Aktan 8 Novel Pintu Terlarang...43

Bagan 4.10 Aktan 9 Novel Pintu Terlarang …...44

Bagan 4.11 Aktan 10 Novel Pintu Terlarang …...45

Bagan 4.12 Aktan 11 Novel Pintu Terlarang ……...47

Bagan 4.13 Aktan 12 Novel Pintu Terlarang...48

Bagan 4.14 Aktan 13 Novel Pintu Terlarang …...49

Bagan 4.15 Aktan 14 Novel Pintu Terlarang …...50

Bagan 4.16 Aktan 15 Novel Pintu Terlarang …...51

Bagan 4.17 Aktan 16 Novel Pintu Terlarang ……..………...53

Bagan 4.18 Aktan Utama Novel Pintu Terlarang ……..………...55

Bagan 4.19 Aktan 1 Film Pintu Terlarang ……..………...72

Bagan 4.20 Aktan 2 Film Pintu Terlarang ……..………...74

Bagan 4.21 Aktan 3 Film Pintu Terlarang ……..………...75

Bagan 4.22 Aktan 4 Film Pintu Terlarang ……..………...77

Bagan 4.23 Aktan 5 Film Pintu Terlarang ……..………...79

Bagan 4.24 Aktan 6 Film Pintu Terlarang ……..………...80

Bagan 4.25 Aktan 7 Film Pintu Terlarang ……..………...81


(10)

Bagan 4.27 Aktan 9 Film Pintu Terlarang …….…...84

Bagan 4.28 Aktan 10 Film Pintu Terlarang …….…...85

Bagan 4.29 Aktan 11 Film Pintu Terlarang …….…...87

Bagan 4.30 Aktan 12 Film Pintu Terlarang …….…...88

Bagan 4.31 Aktan 13 Film Pintu Terlarang …….…...89

Bagan 4.32 Aktan 14 Film Pintu Terlarang …….…...91


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Pengesahan Judul ………...132

Lampiran 2 Cover Novel Pintu Terlarang………...134

Lampiran 3 Poster Film Pintu Terlarang………..135


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Karya sastra sudah mulai berkembang dan kesusastraan tidak hanya terpacu pada teks sebuah karya sastra memunculkan kembali karya sastra berbentuk lain namun bisa dikembangkan menjadi sebuah karya seni lain, misalnya dari sebuah cerpen ditransformasikan menjadi sebuah drama, novel ditransformasikan menjadi sebuah film, puisi ditransformasikan menjadi sebuah musikalisasi puisi dan lain-lain. Salah satunya yang kini sangat diminati oleh masyarakat adalah novel yang ditransformasikan menjadi sebuah film. Fenomena tersebut kini menjadi trenddi kancah perfilman Indonesia.

Fenomena mengenai novel yang difilmkan kini semakin meningkat di kalangan masyarakat. Hal ini menimbulkan rasa penasaran pembaca, apakah novel yang difilmkan akan sama dengan isi novelnya atau tidak. Fenomena ini terjadi karena kesuksesan sebuah novel yang berhasil diminati oleh masyarakat luas dan biasanya mengalami cetakan ulang hingga berkali-kali sehingga membuat produser film tertarik untuk melayarputihkan novel tersebut dengan berbagai tujuan, yaitu merealisasikan imajinasi pembaca hingga ingin mengulang kesuksesan dari novel tersebut.

Film yang diadaptasikan dari sebuah novel menimbulkan berbagai respon dari pembaca. Ada beberapa pembaca dengan respon positif yaitu merasa puas setelah menonton film yang dialihwahanakan karena isi film sesuai dengan isi novel ataupun isi film sesuai dengan imaji pembaca dan ada pula respon negatif yaitu kekecewaan yang ditimbulkan karena tidak sesuai dengan imaji pembaca.

Karya yang mengalami alih wahana dari sebuah novel menjadi sebuah film akan berbasis pada script atau skenario. Menurut Lutters (2004: 90), skenario adalah naskah cerita yang sudah lengkap dengan deskripsi dan dialog, telah matang dan siap digarap dalam bentuk visual. Damono (2012: 102) menjelaskan pula bahwa skenario adalah titik pertemuan sekaligus titik perpisahan antara sastra dan film. Sutradara tidak bisa tunduk pada prinsip-prinsip sastra sebab ia harus sadar bahwa haikat penciptaan dan wujud keduanya berbeda sekali.


(13)

2

Novel yang dialihwahanakan menjadi sebuah film disebut dengan istilah ekranisasi sedangkan deekranisasi merupakan kebalikan dari ekranisasi, yaitu film yang dialihwahanakan menjadi sebuah novel.

Menurut Pujiati (2009: 76), transformasi dari dua dunia yang berbeda (antara bahasa dan audio-visual) membawa perubahan-perubahan menggiring konsep ekranisasi sebagai sebuah proses perubahan. Perubahan dalam proses alih wahana ini tentu akan ada perbedaan dalam segi tema, cerita, tokoh, alur, setting dan lain-lain dan yang membedakannya jika film berbicara melalui gerak sedangkan novel berbicara melalui teks. Perubahan yang akan muncul dalam ekranisasi yaitu terjadi penciutan, penambahan (perluasan), dan variasi transformasi.

Jika terjadi suatu perbuahan dalam proses ekranisasi merupakan hal yang sangat wajar dikarenakan novel merupakan hasil kreasi satu atau dua orang penulis yang mengkreasikan karyanya di atas kertas dan menjadikannya sebuah novel sedangkan dalam penggarapan film merupakan hasil pemikiran dan kreasi bersama sehingga bisa menimbulkan berbagai macam ide dan konsep dalam pelayarputihan sebuah novel menjadi sebuah film.

Karya sastra yang mengalami proses ekranisasi menjadi sebuah film diantaranya novel Dealova (Dyan Nuranindya), Laskar pelangi, Sang Pemimpi (Andrea Hirata), Surat Kecil untuk Tuhan (Agnes Danovar), Jomblo (Aditya Mulya), Cintapucinno (Icha Rachmanti), Pintu Terlarang (Sekar Ayu Asmara), Negeri 5 Menara (A. Fuadi), Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih (Habibburahman El Syihrazi), Perahu Kertas, Rectoverso, Madre(Dewi Lestari), Testpack (Ninit Yunita), 5 Cm (Donny Dhirgantoro), Waktu Aku sama Mika (Indi), Kata Hati (Bernard Batubara), 9 Summers 10 Autumn (Iwan Setyawan), Kambing Jantan, Cinta Brotosaurus (Raditya Dika) dan lain-lain.

Salah satu novel yang difilmkan dari penulis Indonesia adalah novel yang bergenre thriller psikologis karya Sekar Ayu Asmara yang berjudul Pintu Terlarang. Novel ini terdiri dari 264 halaman dan diterbitkan oleh penerbit PT. Andal Krida Nusantara pada tahun 2004 kemudiandicetak ulang pada April 2005. Kemudian diterbitkan ulang oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2009 dan dicetak ulang pada tahun 2012. Novel ini ditransformasikan menjadi sebuahfilmyang disutradari olehJoko Anwardengan judul yang sama yang dirilis pada 22 Januari 2009.


(14)

3

diminati oleh masyarakat luas. Film yang dirilis tahun 2009 ini diperankan oleh Fahri Albar sebagai Gambir, Marsha Timothy sebagai Talyda, Ario Bayu sebagai Dandung, Otto Djauhari Rio, Tio Pakusadewo sebagai Koh Jimmy, Henidar Amroe sebagai Menik Sasongko dan Atiqah Hasiholan sebagai resepsionis Herosase.

Dalam novel Pintu Terlarang ini terbagi atas tiga cerita. Masing-masing berkaitan pada akhirnya dan ditulis secara silih berganti. Cerita pertama menceritakan rentang masa kecil Gambir yang membunuh kedua orangtuanya karena ia sering dianiaya secara fisik dan psikis oleh kedua orangtuanya. Cerita kedua, menceritakan Gambir yang merupakan seorang pematung yang sukses dengan patung wanita hamil dan ia menggunakan janin asli dalam karyanya termasuk janin istrinya. Talyda seorang istri dari Gambir yang berselingkuh dengan orang-orang terdekat Gambir, ia melakukan hal tersebut karena permintaan dari ibu Gambir yang tak menginginkan cucu dari Gambir. Cerita ketiga menceritakan tentang seorang wartawan bernama Ranti yang meliput mengenai kisah kehidupan Gambir yang merupakan korban dari kekerasan rumahtangga dan ia memiliki kekasih bernama Dion yang ternyata merupakan pelaku dari kekerasan rumahtangga.

Genre psikologis merupakan ciri khas dari setiap karya dari penulis Sekar Ayu Asmara. Di dalam setiap karyanya, ia memunculkan unsur-unsur mengenai kejiwaan dan khayalan sang tokoh utama. Pada novelPintu Terlarang, ia menggambarkan tokoh Gambir sebagai anak yang trauma dengan kekerasan rumahtangga hingga ia membunuh kedua orangtuanya dan mengalami gangguan kejiawaan sehingga ia masuk ke rumah sakit jiwa dan Gambir menghabiskan sisa hidupnya dengan berkhayal seakan semua benda yang ada didekatnya bisa berbicara dengannya dan membuatnya seakan-akan menjadi diri seseorang lain yang pada khayalan Gambir, jika ia akan menemukan pintu terlarang maka khayalannnya akan berakhir dan ia akan berteriak kesakitan lalu melanjutkan khayalannya menjadi tokoh lain.

Karya-karya yang bergenre thriller pskilogis (Psychological Thriller) memiliki elemen thriller yang menitikberatkan pada tekanan psikologis yang dihadapi masing-masing karakter. Film-film bergenre ini biasanya berjalan lebih lambat dan melibatkan banyak pengembangan karakter tokoh-tokoh dan alur cerita yang penuh kejutan. Film thriller psikologis banyak terpengaruh oleh budaya pop sehingga terdapat beberapa scene yang menakutkan dan menjijikan telah menjadi hal yang wajar untuk meningkatkan ketegangan.


(15)

4

Novel dan film Pintu Terlarang merupakan karya yang menarik untuk menjadi objek penelitian karena kedua karya tersebut mengangkat genre thriller psikologis yang di Indonesia sendiri masih jarang karya sastra dan karya seni yang mengangkat genre tersebut. Novel-novel di Indonesia didominasi dengan novel-novel populer seperti teenlit, chicklit, metropop, ispolit dan lain-lain, begitu juga dengan film. Film karya sineas Indonesia memang sudah banyak mengalami kemajuan dari segi genre, ide cerita, efek dalam pengeditan film dan lain-lain.Namun minat masyarakat Indonesia masih kurang tertarik dengan genre thriller psikologis. Hal ini disebabkan oleh maraknya film-film horor yang memiliki kemiripan dengan thriller psikologis yang mencampurkan unsurseksualitas dalam film tersebut sehingga masyarakat Indonesia yang lebih menyukai film bergenre thriller psikologis buatan Hollywood seperti Saw yang sukses dirilis hingga Saw 7. Selain itu, novel-novel bergenre thriller psikologis yang ditulis oleh penulis Indonesia pun belum banyak yang mengalami proses ekranisasi.

Ekranisasi atau pelayarputihan novel menjadi film berhubungan dengan daya kreativitas sang sutradara atau penulis yang mengubah suatu karya genre lain. Banyak cerpen, novel, naskah drama yang diubah menjadi sebuah film.Banyak pula penonton yang kecewa dikarenakan novel berbeda dengan film yang telah mengalami pelayarputihan dari sebuah novel. Menurut Simbolon, (dalam Saputra, 2009: 45), tidak dipungkiri bahwa novel yang diekranisasi ke dalam film berpotensi untuk berkembang, melenceng atau melebar.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian mengenai transfomasi sebuah karya yang relevan dengan penelitian penulis sebelumnya pernah dilakukan oleh Dina Intania Putri pada tahun 2006 dengan judul penelitian Transformasi Aspek Cerita Cerpen “Tentang Dia” Karya Melly Goeslow ke dalam Skenario Film. Hal ini dilakukan untuk menghindari penjiplakan. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek kajian perbandingan. Padapenelitian terdahulu meneliti tentang cerpen yang ditransformasikan ke dalam sebuah skenario film sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang sebuah novel yang ditransformasikan menjadi sebuah film. Selain itu, pada rumusan masalah di penelitian sebelumnya membahas mengenai hubungan intratekstual, hubungan intertekstual dan transformasi yang terdapat pada cerpen dan skenario film Tentang Dia, sedangkan rumusan masalah pada penelitian ini menjelaskaan tentang hubungan intratekstual, proses reaktualisasi dan strategi ekranisasi pada novel dan film Pintu Terlarang. Penelitian relevan lainnya antara


(16)

5

psikologi sastraoleh Ari Astuti pada tahun 2005 dan Kepribadian Tokoh Utama pada Novel

“Pintu Terlarang” Karya Sekar Ayu Asmara Melalui Pendekatan Psikologi Kepribadian

Sigmund Freud oleh N. Rachmah pada tahun 2011.

1.2 Pembatasan Masalah

Untuk membatasi masalah, peneliti akan mencoba membatasi masalah agar tidak terjadi penyimpangan serta agar tidak keluar dari masalah sebenarnya. Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu proses transformasi dari novel ke dalam film yang menyoroti aspek cerita yang dibatasi oleh perubahan struktur (tokoh, latar, konflik dan tema) serta hubungan intratekstual, proses reaktualisasi dan stategi ekranisasi kedua karya ini.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dijabarkan dalam bentuk pertanyaan analisis sebagai berikut:

1. Bagaimana unsur-unsur intratesktual antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang?

2. Bagaimana proses reaktualisasi antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang? 3. Bagaimana strategi ekranisasi padanovel Pintu Terlarang menjadi film Pintu Terlarang?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian dijabarkan sebagai berikut:

1. Mengetahui unsur-unsur intratekstual antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang

2. Mengetahui proses reaktualisasi antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang 3. Mengetahui strategi ekranisasi pada novel Pintu Terlarang menjadi film Pintu Terlarang

1.5Manfaat Penelitian


(17)

6

1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan film dan transformasi sastra, khususnya tentang ekranisasi. Peneliti berharap pengetahuan di bidang ini akan bermanfaat di dalam maupun di luar jalur akademis.

2. Bagi bidang sastra, penelitian ini diharapkan mampu ‘melahirkan’ penelitian mengenai ekranisasi.

3. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan menjadi acuan atau motivasi bagi peneliti yang akan meneliti tentang sastra bandingan dan ekranisasi selanjutnya.

1.6Sistematika Penelitian

Sistematika penelitian merupakan suatu penjelasan mengenai uraian bab-bab yang akan disajikan dalam skripsi. Isi dari sistematika penelitian diikuti dengan penjelasan singkat isi materi yang dibahas dalam bab tersebut.

Pada bab 1 meliputi penjelasan mengenai latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

Pada bab 2 menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan kajian yaitu mengenai transformasi aspek cerita dan objek kajiannya yaitu novel dan film Pintu Terlarang. Disamping itu juga dapat dijelaskan mengenai berbagai pendapat yang berhubungan dan benar-benar bermanfaat sebagai bahan untuk melakukan analisis terhadap kajian yang dijelaskan pada bab 4.

Bab 3 menjelaskan secara sederhana langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan. Dalam bab ini terdiri dari metode penelitian yang mencakup bagian dari pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengolahan data, serta langkah-langkah pebelitian yang akan dijelaskan dengan berupa bagan.

Bab 4 ini merupakan inti dari keseluruhan penelitian yaitu analisis kajian transformasi aspek cerita yang terdapat dalam novel dan film Pintu Terlarang. Dalam bab ini dijelaskan mengenai penulis novel dan film Pintu Terlarang beserta karya-karyanya, analisis struktur novel dan film Pintu Terlarang, proses reaktualisasi dan strategi ekranisasi yang terdapat dalam kedua objek penelitian tersebut. Bab ini merupakan hasil penelitian yang sumber datanya akan diolah dan dianalisis hasil penelitian dapat menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di bab 1.


(18)

22

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian tentang transformasi, penulis menggunakan teori A. Teeuw tentang struktural sebagai landasan teori dan menitikberatkan pada perunahan struktur cerita yaitu tema, tokoh dan latar dari novel ke film.

Analisis struktural bertujuan membongkar memaparkan dengan cermat keterikatan semua anasir karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Analisis struktural bukanlah penjumlahan anasir-anasirnya., melainkan yang penting adalah sumbangan apa yang diberikan oleh semua anasir pada keseluruhan makna dalam keterikatan dalam keterjalinan. (Teeuw, 1984: 135-136).

Analisis struktur karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan hubungan antar unsur yang ada di dalamnya diantaranya mengidentifikasikan keadaan peristiwa, plot, latar, tokoh, konflik dan lainnya. Analisis struktural dapat berupa kajian yang menyangkut relasi.

Fenomena mengenai ekranisasi atau pelayarputihan sebuah karya sastra memang mengembangkan kreativitas sebuah karya seni dan karya sastra. Kini banyak karya sebuah sastra yang dengan sengaja mengubah suatu karya ke bentuk karya lain namun ada pula yang tidak dengan sengaja mengubah suatu karya ke bentuk karya lain.

Fenomena tersebut berhubungan dengan daya kreativitas sang sutradara atau penulis yang mengubah suatu karya genre lain. Banyak cerpen, novel, naskah drama yang diubah menjadi sebuah film. Banyak pula penonton yang kecewa dikarenakan novel berbeda dengan film yang telah mengalami pelayarputihan dari sebuah novel. Menurut Simbolon, (dalam Saputa, 2009: 45), tidak dipungkiri bahwa novel yang diekranisasi ke dalama film berpotensi untuk berkembang, melenceng atau melebar.

Menurut Arikunto (1998: 151), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya seperti pada umumnya, metode yang digunakan dalam penelitian ini berorientasi pada model metode penelitian dapat disesuaikan berdasarkan pada satu objek atau ilmu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif. Menurut Ratna (2004: 53), metode penelitian dapat juga diperoleh melalui gabungan dua metode, dengan syarat kedua metode tidak bertentangan.


(19)

23

penelitian ini novel dan film Pintu Terlarang diuraikan dengan cara menganalisisnya lalu membandingkan kedua objek tersebut agar bisa diketahui persamaan dan perbedaan dalam transformasi kedua objek tersebut.

3.2 Sumber data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Novel Pintu Terlarang, novel Pintu Terlarang ini menjadi sumber data primer. Novel ini ditulis oleh Sekar Ayu Asmara. Novel ini diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2009 dan dicetak ulang pada Mei 2012.

2. DVD film Pintu Terlarang, DVD Pintu Terlarang menjadi sumber data Primer karena bisa diputar berulang-ulang untuk kajian penelitian.

Teks hipogram pada penelitian ini adalah novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara yang berhasil dicetak ulang sebanyak 2 kali. Hal ini dilakukan karena novel tersebut kemudian bertransformasi ke media lain menjadi sebuah skenario film yang ditulis oleh Joko Anwar kemudian bertransformasi kembali menjadi sebuah film dengan judul yang sama dan disutradarai pula oleh Joko Anwar. Hal ini membuat penulis tertarik untuk kemudian meneliti bagaimana transformasi yang terjadi pada hipogramnya, mengingat kedua pengarang tersebut adalah orang yang berbeda.

3.3 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kajian studi pustaka. Teknik ini mencari data-data yang sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilaksanakan. Kajian studi pustaka dilakukan agar penelitian lebih terarah dengan cara mengumpulkan data-data yang relevan. Selain itu bahan pustaka hasil pengamatan, pemikiran, serta data-data dari media cetak dan elektronik lainnya turut membantu dalam penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Ada beberapa teknik pengolahan data dalam penelitian ini, sehingga dapat disimpulkan dalam sebuah kerangka pikir sebagai berikut:


(20)

24

1. Novel dan film Pintu Terlarang dianalisis strukturnya berupa aspek cerita dengan menggunakan skema aktan dan model fungsional.

2. Kemudian kedua karya tersebut dibandingkan dengan proses reaktualisasi

3. Kesimpulan dari teknik pengolahan data tersebut akan mendapatkan hasil strategi ekranisasi yang terdapat dalam novel dan film Pintu Terlarang.

3.4.1 Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini menganalisis perbandingan dua buah karya sastra dan seni yang berbeda genre. Setelah menganalisis kemudian penulis menginterprestasikannya untuk menjawab pokok permasalahannya.

1. Analisis Hubungan Intratekstual

Penulis menganalisis struktur teks dari novel dan film Pintu Terlarang untuk mengetahui perbandingannya. Unsur-unsur intratekstual yaitu aspek cerita yang meliputi tokoh dan penokohan, latar, konflik dan tema.

2. Analisis Proses Reaktualisasi

Proses reaktuliasasi dengan mengategorikan hasil transformasi yang terjadi pada novel dan film Pintu Terlarang yaitu pada unsur cerita pada novel dan film terdiri diri tokoh dan penokohan, latar, konflik dan tema setelah menganalisis struktur dan mengetahui perbedaan dan persamaan yang dibuat dengan sengaja dari kedua karya tersebut.

3. Analisis Strategi Ekranisasi

Analisis ini menjelaskan strategi ekranisasi apa yang digunakan oleh novel dan film Pintu Terlarang. Tiga strategi tersebut, yaitu mengikuti buku (novel), mengambil konflik-konflik penting, atau membuat cerita baru.

1. Unsur-unsur intratesktual antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang


(21)

25

Bagan 3.1 Alur Penelitian Mengetahui

persamaan dan berbedaan antara

kedua objek penelitian dengan

menggunakan analisis proses

reaktualisasi Analisis

Strategi ekranisasi untuk mengetahui hasil transformasi yang terdapat pada

kedua objek penelitian Menonton film Pintu

Terlarang Membaca novel

Pintu Terlarang

Membuat skema aktan dan model fungsional untuk

mengetahui hubungan intratekstual antara kedua objek penelitian

Simpulan


(22)

117

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada bab ini, peneliti akan menjawab pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Berikut uraian simpulan dari penelitian mengenai transformasi novel Pintu Terlarang ke dalam sebuah film:

1. Hasil analisis struktural menunjukkan bahwa transformasi novel Pintu Terlarangke dalam film terdapat beberapa perbedaan, yaitu pada aktan pokok dan aktan tambahan. Namun, pada skema aktan utama yang merupakan kristalisasi dari aktan pokok memiliki persamaan pada aktan subjek, objek, penerima dan penolong. Pada aktan penentang terdapat perbedaan. Pada novel Pintu Terlarang, aktan penolong terdiri atas pintu terlarang, Prof. Roekmantoro, Ranti, Dion, petugas RSJ dan riset artikel Ranti. Pada film Pintu Terlarang yang menjadi penolong adalah pintu terlarang, Ranti, dan petugas Herosase. Hubungan intratekstual yang terjadi pada kedua objek penelitian ini meliputi analisis unsur cerita pada novel dan film Pintu Terlarang yang terdiri atas analisis tokoh dan penokohan, latar, konflik dan tema. Hubungan intratekstual antara novel dan film Pintu Terlarangmenunjukkan persamaan dan perbedaan unsur-unsur cerita pada kedua karya tersebut. Persamaan yang paling menonjol terdapat pada bagian konflik. Persamaan konflik pada novel dan film Pintu Terlarang, yaitu mengenai misteri di balik pintu terlarang yang Talyda sembunyikan dari Gambir. Talyda akan marah jika Gambir mencari tahu atau menceritakan mengenai pintu terlarang pada siapapun. Pernbedaan yang paling menonjol pada bagian latar. Pada novel tidak diceritakan mengenai keberadaan Herosase, sedangkan dalam film Herosase merupakan latar tempat yang keberadaannya sangat penting pada cerita tersebut.

2. Proses reaktualisasi atau pengubahan unsur cerita dilakukan secara sengaja oleh sutradara dan penulis skenario. Film Pintu Terlarang mengalami proses reaktualisasi yang meliputi proses reaktualisasi alur, tokoh dan penokohan, latar, konflik dan tema. Pada novel Pintu Terlarang memiliki tiga cerita dengan konflik yang berbeda namun tetap bekaitan, sedangkan pada film Pintu Terlarang hanya terdapat satu cerita dengan satu konflik. Kedua


(23)

118

sehingga kemunculan tokoh lain seperti tokoh Gambir kecil dan Ranti tidak mendominasi. Tokoh Gambir kecil muncul pada pertengahan dan akhir cerita dan tokoh Ranti muncul pada akhir cerita.

3. Strategi ekranisasi dari novel ke film Pintu Terlarang menggunakan strategi pemfokusan pada konflik-konflik penting yang menonjol dalam cerita pada novel tersebut dengan harapan dapat dikembangkan sesuai konteksnya. Jika melalui mekanisme tafsir visual, transformasi pada kedua objek penelitian ini termasuk pada “sekreatif mungkin” karena Sekar Ayu Asmara sebagai penulis novel Pintu Terlarang memercayakan sepenuhnya proses ekranisasi pada Joko Anwar sebagai penulis skenario dan sutradara.

5.2 Saran

Dari hasil tinjauan penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian sebagai kajian awal untuk meneliti aspek lain misalnya dari segi sudut pandang, segi ikonitas ataupun dari segi psikoanalisis.

2. Novel dan film Pintu Terlarang tampaknya bukan karya biasa oleh karena itu, penelitian pada kedua objek tersebut dapat bermanfaat dalam menambah wawasan mengenai novel dan film bergenre thriller psikologis.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Agesindo. Anwar, Joko. 2009. VCD Pintu Terlarang. Jakarta: Lifelike Picture

Ardianto, Elvinarno dan Lukiati, Komala. 2005. Komunikasi Massa (suatu pengantar). Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asmara, Sekar Ayu. 2009. Pintu Terlarang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa. Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra Bandingan. Jakarta: Editum.

Damono, Sapardi Djoko. 2012. Alih Wahana. Jakarta: Editum.

Darmawan, Hikmat. 2009. Pintu Terlarang: Kamera sebagai Jarak Mutlak. [online]. Tersedia: http://www.rumahfilm.org/ [24 Maret 2013]

Eneste, Pamusuk. 1991. Novel dan Film. Jakarta: Nusa Indah Hamalik, Oemar. 1985. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Irwansyah, Ade. 2009. Seandainya Saya Kritikus Film Pengantar Menulis Kritik Film. Yogyakarta: CV. Homerian Pustaka.

Junus, Umar. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan

Junus, Umar. 1988. Karya sebagai Sumber Makna: Pengantar Strukturalisme. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia

Kurniawan. 2013. Novel dan Psikologi[online]. Tersedia: http://www.ruangbaca.com/ [14 Mei2013]

Lutters, Elizabeth. 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: Grasindo.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Publishing Susanto, Phill Astrid. 1997. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Bina Cipta

Pratista, Hilman. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka

Pujiati, Hat. Cerita Cinta Tentang Dia: Transformasi Ideologis dari Cerpen ke Film Kajian Ekranisasi. Dalam Bulak, hlm 75-104


(25)

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saputra, Heru. S.P. 2009. Transformasi Lintas Genre: dari Novel ke Film, dari Film ke Novel. Dalam Humaniora., hlm 41-55

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1997. Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suwondo, Tirto. 2003. Studi Sastra, Beberapa Alternatif. Yogyakarta: PT. Hanandita Graha Widya.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa. Teeuw. 1982. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta. Pustaka Utama


(1)

1. Novel dan film Pintu Terlarang dianalisis strukturnya berupa aspek cerita dengan menggunakan skema aktan dan model fungsional.

2. Kemudian kedua karya tersebut dibandingkan dengan proses reaktualisasi

3. Kesimpulan dari teknik pengolahan data tersebut akan mendapatkan hasil strategi ekranisasi yang terdapat dalam novel dan film Pintu Terlarang.

3.4.1 Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini menganalisis perbandingan dua buah karya sastra dan seni yang berbeda genre. Setelah menganalisis kemudian penulis menginterprestasikannya untuk menjawab pokok permasalahannya.

1. Analisis Hubungan Intratekstual

Penulis menganalisis struktur teks dari novel dan film Pintu Terlarang untuk mengetahui perbandingannya. Unsur-unsur intratekstual yaitu aspek cerita yang meliputi tokoh dan penokohan, latar, konflik dan tema.

2. Analisis Proses Reaktualisasi

Proses reaktuliasasi dengan mengategorikan hasil transformasi yang terjadi pada novel dan film Pintu Terlarang yaitu pada unsur cerita pada novel dan film terdiri diri tokoh dan penokohan, latar, konflik dan tema setelah menganalisis struktur dan mengetahui perbedaan dan persamaan yang dibuat dengan sengaja dari kedua karya tersebut.

3. Analisis Strategi Ekranisasi

Analisis ini menjelaskan strategi ekranisasi apa yang digunakan oleh novel dan film Pintu Terlarang. Tiga strategi tersebut, yaitu mengikuti buku (novel), mengambil konflik-konflik penting, atau membuat cerita baru.


(2)

25

Bagan 3.1 Alur Penelitian Mengetahui

persamaan dan berbedaan antara

kedua objek penelitian dengan

menggunakan analisis proses

reaktualisasi Analisis

Strategi ekranisasi untuk mengetahui hasil transformasi yang terdapat pada

kedua objek penelitian Menonton film Pintu

Terlarang Membaca novel

Pintu Terlarang

Membuat skema aktan dan model fungsional untuk

mengetahui hubungan intratekstual antara kedua objek penelitian

Simpulan


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada bab ini, peneliti akan menjawab pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Berikut uraian simpulan dari penelitian mengenai transformasi novel Pintu Terlarang ke dalam sebuah film:

1. Hasil analisis struktural menunjukkan bahwa transformasi novel Pintu Terlarangke dalam film terdapat beberapa perbedaan, yaitu pada aktan pokok dan aktan tambahan. Namun, pada skema aktan utama yang merupakan kristalisasi dari aktan pokok memiliki persamaan pada aktan subjek, objek, penerima dan penolong. Pada aktan penentang terdapat perbedaan. Pada novel Pintu Terlarang, aktan penolong terdiri atas pintu terlarang, Prof. Roekmantoro, Ranti, Dion, petugas RSJ dan riset artikel Ranti. Pada film Pintu Terlarang yang menjadi penolong adalah pintu terlarang, Ranti, dan petugas Herosase. Hubungan intratekstual yang terjadi pada kedua objek penelitian ini meliputi analisis unsur cerita pada novel dan film Pintu Terlarang yang terdiri atas analisis tokoh dan penokohan, latar, konflik dan tema. Hubungan intratekstual antara novel dan film Pintu Terlarangmenunjukkan persamaan dan perbedaan unsur-unsur cerita pada kedua karya tersebut. Persamaan yang paling menonjol terdapat pada bagian konflik. Persamaan konflik pada novel dan film Pintu Terlarang, yaitu mengenai misteri di balik pintu terlarang yang Talyda sembunyikan dari Gambir. Talyda akan marah jika Gambir mencari tahu atau menceritakan mengenai pintu terlarang pada siapapun. Pernbedaan yang paling menonjol pada bagian latar. Pada novel tidak diceritakan mengenai keberadaan Herosase, sedangkan dalam film Herosase merupakan latar tempat yang keberadaannya sangat penting pada


(4)

118

sehingga kemunculan tokoh lain seperti tokoh Gambir kecil dan Ranti tidak mendominasi. Tokoh Gambir kecil muncul pada pertengahan dan akhir cerita dan tokoh Ranti muncul pada akhir cerita.

3. Strategi ekranisasi dari novel ke film Pintu Terlarang menggunakan strategi pemfokusan pada konflik-konflik penting yang menonjol dalam cerita pada novel tersebut dengan harapan dapat dikembangkan sesuai konteksnya. Jika melalui mekanisme tafsir visual, transformasi pada kedua objek penelitian ini termasuk pada “sekreatif mungkin” karena Sekar Ayu Asmara sebagai penulis novel Pintu Terlarang memercayakan sepenuhnya proses ekranisasi pada Joko Anwar sebagai penulis skenario dan sutradara.

5.2 Saran

Dari hasil tinjauan penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian sebagai kajian awal untuk meneliti aspek lain misalnya dari segi sudut pandang, segi ikonitas ataupun dari segi psikoanalisis.

2. Novel dan film Pintu Terlarang tampaknya bukan karya biasa oleh karena itu, penelitian pada kedua objek tersebut dapat bermanfaat dalam menambah wawasan mengenai novel dan film bergenre thriller psikologis.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Agesindo. Anwar, Joko. 2009. VCD Pintu Terlarang. Jakarta: Lifelike Picture

Ardianto, Elvinarno dan Lukiati, Komala. 2005. Komunikasi Massa (suatu pengantar). Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asmara, Sekar Ayu. 2009. Pintu Terlarang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa. Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra Bandingan. Jakarta: Editum.

Damono, Sapardi Djoko. 2012. Alih Wahana. Jakarta: Editum.

Darmawan, Hikmat. 2009. Pintu Terlarang: Kamera sebagai Jarak Mutlak. [online]. Tersedia: http://www.rumahfilm.org/ [24 Maret 2013]

Eneste, Pamusuk. 1991. Novel dan Film. Jakarta: Nusa Indah Hamalik, Oemar. 1985. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Irwansyah, Ade. 2009. Seandainya Saya Kritikus Film Pengantar Menulis Kritik Film. Yogyakarta: CV. Homerian Pustaka.

Junus, Umar. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan

Junus, Umar. 1988. Karya sebagai Sumber Makna: Pengantar Strukturalisme. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia

Kurniawan. 2013. Novel dan Psikologi[online]. Tersedia: http://www.ruangbaca.com/ [14 Mei2013]


(6)

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saputra, Heru. S.P. 2009. Transformasi Lintas Genre: dari Novel ke Film, dari Film ke Novel. Dalam Humaniora., hlm 41-55

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1997. Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suwondo, Tirto. 2003. Studi Sastra, Beberapa Alternatif. Yogyakarta: PT. Hanandita Graha Widya.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa. Teeuw. 1982. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta. Pustaka Utama