PROGRAM LAYANAN DASAR UNTUK MENINGKATKAN PENGELOLAAN DIRI DALAM BELAJAR (ACADEMIC SELF MANAGEMENT) SISWA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Asumsi Penelitian ... 10

BAB II KONSEP PROGRAM LAYANAN DASAR DAN KONSEP PENGELOLAAN DIRI DALAM BELAJAR (ACADEMIC SELF MANAGEMENT) ... 12

A. Konsep Pengelolaan Diri dalam Belajar (Academic Self-Management) ... 12

B. Konsep Program Layanan Dasar ... 26

C. Program Layanan Dasar untuk Meningkatkan Pengelolaan Diri dalam Belajar (Academic Self Management) ... 33

D. Hasil Penelitian Terdahulu ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Metode Penelitian ... 43

B. Populasi dan Sampel ... 50

C. Definisi Operasional ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 54


(2)

F. Pengelolahan dan Analisis Data Penelitian ... 61

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 68

A. Hasil Penelitian ... 68

B. Pembahasan ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 109

A. Kesimpulan ... 109

B. Rekomendasi ... 110 Daftar Pustaka


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Gambaran Populasi dan Sampel Penelitian... 51 3.2 Kriteri Penilaian (Skor) Alternatif jawaban untuk tiap item ... 57 3.3 Kisi-kisi Angket Academic Self Management... 58 4.2 Program Layanan Dasar Semester 1 Kelas VIII

SMP N 1 Punggur tahun ajaran 2010/2011 ... 74 4.3 Program Layanan Dasar Semester 2 Kelas VIII

SMP N 1 Punggur tahun ajaran 2010/2011 ... 75 4.4 Pedoman Observasi Dalam Evaluasi Proses Layanan Dasar ... 89 4.5 Jadwal Program Layanan Dasar untuk Meningkatkan

Academic Self Management ... 90 4.6 Perbandingan Hasil Pretes dan Postest Kelompok Eksperimen ... 95 4.7 Perbandingan Hasil Pretes dan Postest Kelompok Kontrol ... 96


(4)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Profil Academic Self Management Kelompok Treatmen ... 69 4.2 Profil Academic Self Management Kelompok Treatmen

Berdasarkan Seluruh Aspek ... 70 4.3 Profil Academic Self Management Kelompok Treatmen

Setelah diberi Layanan Dasar ... 92 4.3 Profil Academic Self Management Kelompok Treatmen


(5)

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan asumsi penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna menghasilkan output pembelajaran yang berkualitas yakni siswa-siswi yang berprestasi belajar baik. Kualitas prestasi belajar siswa di sekolah, dapat dilihat dari nilai ujian atau nilai raport.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa diantaranya faktor internal dan eksternal (Alex Sobur, 2003: 244). Faktor internal merupakan kondisi dalam diri siswa yang terdiri dari kondisi psikologis dan fisiologisnya, sedangkan faktor eksternal terdiri dari kondisi lingkungan, baik lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Tiap siswa memiliki kondisi internal dan eksternal yang berbeda-beda. Perbedaan ini sering menimbulkan terjadinya perbedaan respon dan hasil belajar siswa.

Meski demikian, tiap siswa diwajibkan mengikuti kegiatan belajar dan wajib memberikan tanggapan terhadap aktivitas belajar di sekolah. Bisa jadi tanggapan siswa terhadap aktivitas belajar akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuan (intelegensi, emosi dan sebagainya) siswa bersangkutan, oleh karena


(6)

2 itu suatu pengetahuan dan keterampilan tentang cara belajar efektif secara umum dapat membantu siswa dalam belajar. Seperti yang disebutkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (1995:652) bahwa metode belajar sebagai “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dan sebagainya)” atau “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud metode belajar, secara singkat adalah cara yang teratur untuk mencapai maksud belajar (Alex sabur, 2003: 252).

Ada beberapa metode belajar yang telah dikembangkan oleh para psikolog dan ahli pendidikan, seperti: metode SQ3R (survey, question, read, recite, dan review) oleh P. Robinson (1970); metode PQRST (preview, question, read, state, dan test) oleh Thomas F. Staton (1952); atau metode Quantum Learning oleh Bobbi Deporter (1992). Metode-metode ini disusun untuk membantu para siswa agar dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga memperoleh prestasi belajar yang optimal.

Selain itu, ada pula teori-teori lain yang memuat tentang strategi belajar efektif, seperti yang dikembangkan oleh Zimmerman (1987) yaitu teori tentang self-regulated learning yakni kemampuan siswa dalam mengarahkan proses-proses metakognitif, motivasi dan perilakunya secara aktif, sehingga siswa dapat mengarahkan diri saat belajar, dengan cara merencanakan, mengorganisasikan, dan mengarahkan diri sendiri serta melakukan evaluasi diri selama proses pemerolehan informasi (belajar). Strategi self-regulated ini meliputi: a. stategi untuk mengoptimalkan fungsi personal, b. startegi untuk mengoptimalkan fungsi


(7)

tingkah laku, dan c. strategi untuk mengoptimalkan fungsi lingkungan. Strategi untuk mengoptimalkan fungsi personal ini meliputi: (1) kemampuan pengorganisasian dan transformasi yakni menelaah kembali materi-materi pembelajaran, (2) kemampuan menetapkan tujuan dan perencanaan aksi pencapaian tujuan, dan (3) kemampuan melatih dan menghapal materi. Strategi mengoptimalkan fungsi tingkah laku meliputi: (1) evaluasi diri terhadap kualitas kemajuan pekerjaannya, dan (2) membayangkan reward dan punishmen yang dapat ia peroleh bila memperoleh kesuksesan dan kegagalan. Sedangkan strategi untuk mengoptimalkan fungsi lingkungan meliputi: (1) pencarian informasi lebih lengkap dari sumber-sumber non sosial, (2) pembuatan catatan tentang kejadian dan hasil belajar yang diperoleh dalam proses belajar, (3) penyusunan lingkungan fisik, dan (4) pencarian bantuan sosial. Dengan demikian, self regulated learning tidak hanya membantu siswa mengoptimalkan kondisi-kondisi internalnya seperti pribadi dan tingkahlaku, tetapi juga membantu siswa mengoptimalkan pemanfaatan kondisi eksternal seperti kondisi lingkungannya agar mendukung efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar.

Senada dengan self regulated learning, Myron Dembo (2004:4) memperkenalkan suatu model academic self management, yaitu suatu pendekatan untuk membantu siswa memanajemen diri agar dapat belajar secara efektif. Dalam pendekatan academic self management, maksud kata ‘Manajemen’ mengarah pada aktivtas manajemen motivasi, perilaku dan cara belajar.

Manajemen motivasi dikenal dengan strategi motivasi, yakni strategi yang ditujukan untuk mengembangkan motivasi belajar siswa. Sedangkan, manajemen


(8)

4 perilaku dikenal dengan strategi perilaku, yakni strategi yang ditujukan untuk membantu siswa memanajemen perilakunya agar mendukung kegiatan belajar. Dan manajemen cara belajar dikenal dengan strategi belajar yang ditujukan untuk membantu siswa melaksanakan kegiatan belajar secara efektif, meliputi cara belajar di buku teks, cara belajar efektif di kelas, cara belajar mempersiapkan ujian, dan cara mengerjakan ujian yang efektif. Ketiga strategi (strategi motivasi, strategi perilaku dan strategi belajar) tersebut marupakan strategi-strategi yang dikembangkan dalam pendekatan academic self management. Strategi-strategi itu ditujukan untuk membantu siswa memanajemen faktor-faktor yang mempengaruhi belajar mereka, sehingga mereka dapat membangun kondisi optimum dalam belajar dan menghapus gangguan-gangguan dalam belajar. Oleh karena itu, keterampilan academic self management didrasa dapat digunakan untuk mendukung terciptanya performa belajar yang efektif dan mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Berdasarkan uraian tersebut, maka pengembangan keterampilan academic self management atau pengelolaan diri dalam belajar begitu penting dikembangkan kepada para siswa, dapat mendukung kelancaran dan kesuksesan proses pembelajaran bagi siswa dan sekolah. Salah satu syarat untuk mengembangkan keterampilan academic self management ini ialah siswa perlu memiliki sifat kemandirian.

Sayangnya, siswa sebagai individu usia remaja memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Menurut Hurlock (1980:207) bahwa:


(9)

Masa remaja sebagai usia bermasalah, di mana masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh laki-laki maupun perempuan. Ada dua alasan berkaitan dengan kesulitan belajar tersebut yaitu: pertama, sepanjang masa kanak-kanak masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga sebagian remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, dan menolak bantuan orang tua atau gurunya.

Pada dasarnya remaja masih belum mampu memandirikan dirinya, termasuk dalam belajar. Maka peranan guru pembimbing sebagai orang dewasa turut bertanggungjawab membantu remaja agar memiliki kemandirian dalam mengambil keputusan dan bertanggungjawab. Dan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang tepat untuk mengembangkan kemandirian siswa melalui pengembangan keterampilan academic self management ialah layanan dasar.

Syamsu Yusuf (2009:77) menjelaskan layanan dasar atau kurikulum bimbingan ialah “Proses pemberian bantuan kepada semua siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan diri secara optimal.” Layanan dasar ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dasar ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, social budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggungjawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi


(10)

6 penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian, layanan dasar dapat dilaksanakan untuk mengajarkan dan melatih keterampilan academic self management kepada para siswa, sebagai salah satu upaya mengoptimalkan perkembangan belajar siswa.

Beberapa fakta di sekolah banyak memperlihatkan tentang kebutuhan pengembangan keterampilan academic self management siswa, misalnya seperti fenomena perilaku-perilaku belajar yang kurang efektif yang dilakukan oleh para siswa. Hasil tanya jawab dengan siswa kelas VIII.2 di SMP Negeri 1 Punggur diketahui bahwa siswa masih belum melaksanakan cara belajar yang efektif secara maksimal, terbukti dengan adanya gejala-gejala perilaku sebagai berikut: tidak semangat belajar di kelas, tidak memiliki jadwal belajar yang teratur, sulit konsentrasi, sering tidak mengerjakan tugas atau PR, tidak mau atau tidak berani menjawab pertanyaan guru dan sering tidak masuk sekolah. Perilaku tersebut merupakan perilaku belajar yang negatif yang tidak menunjukan keterampilan academic self management yang baik.

Bila perilaku ini tidak teratasi tentu dapat berdampak kurang baik bagi hasil belajar siswa tersebut. Seperti yang terlihat dari ketuntasan belajar siswa kelas VIII.2, ada lebih dari 50% siswa tidak tuntas dalam mata pelajaran tertentu pada ulangan harian 1 semester 1, diantaranya pada mata pelajaran agama islam, PKN, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA (berdasarkan keterangan wali kelas). Hal ini


(11)

memperlihatkan adanya korelasi antara perilaku belajar siswa dengan hasil belajar yang diperoleh.

Berdasarkan pengukuran tingkat academic self management siswa kelas VIII.2 di SMP Negeri 1 Punggur diperoleh keterangan bahwa sejumlah 31 orang, diperoleh 15 orang (48.39%) memiliki keterampilan academic self management berkategori tinggi, 9 orang (29.03%) berkategori sedang, dan 7 orang (22.6%) berkategori rendah.

Data tersebut, menunjukan masih ada siswa yang memiliki tingkat academic self management berkategori rendah dan juga sedang. Berkaitan dengan itu, maka penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar atau academic self management siswa melalui pengujian efektivitas program layanan dasar.

B. Rumusan Masalah

Beranjak dari kebutuhan pengembangan keterampilan pengelolaan diri dalam belajar atau academic self management. Maka permasalahannya ialah bagaimana program layanan dasar yang efektif untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa?

Penelitian yang akan dilakukan hendaknya dapat menjadi pedoman bagi kebutuhan siswa khususnya dalam meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management). Untuk merespon persoalan tersebut, maka penelitian


(12)

8 ini dipusatkan pada “Program layanan dasar untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII SMP”, dengan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur tahun ajaran 2011/2012?

2. Bagaimana program layanan dasar yang telah dilaksanakan oleh guru pembimbing di SMP Negeri 1 Punggur?

3. Bagaiamana rumusan program layanan dasar untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur tahun ajaran 2011/2012?

4. Apakah program layanan dasar tersebut efektif dalam meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur tahun ajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan program layanan dasar untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur. Sedangkan secara khusus tujuannya:

1. Memperoleh gambaran empirik mengenai pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur tahun ajaran 2011/2012.


(13)

2. Memperoleh gambaran empirik mengenai program layanan dasar yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Punggur.

3. Merumuskan program layanan dasar yang sesuai untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur tahun ajaran 2011/2012.

4. Memperoleh gambaran keefektifan program layanan dasar dalam

meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur tahun ajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau menjadi salah satu informasi dan bahan kajian untuk kemajuan dunia pendidikan, khususnya bidang keilmuan bimbingan dan konseling. Diharapkan pula dapat bermanfaat dalam rangka pengembangan program layanan dasar yang dapat dipergunakan di Sekolah Menengah Pertama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan untuk meningkatkan keterampilan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management), yang dapat mendukung performa dan prestasi belajar yang lebih maksimal.


(14)

10 b. Bagi guru bimbingan dan konseling, rumusan program layanan dasar ini diharapkan dapat diimplementasikan kepada para siswa disekolah, terutama untuk mendukung menyukseskan proses pembelajaran di sekolah.

c. Bagi dewan guru dan staf tata usaha, perumusan program layanan dasar ini diharapkan dapat mendukung kerjasama yang lebih baik lagi dengan guru bimbingan dan konseling dalam rangka mensukseskan kegiatan pembelajaran di sekolah.

d. Bagi kepala sekolah, program layanan dasar ini hendaknya dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa.

E. Asumsi Penelitian

Berikut ini penjelasan tentang asumsi penelitian ini:

1. Ada banyak faktor yang mempengaruhi belajar individu yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal meliputi intelegensi dan kepribadian, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor lingkungan seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian, maka reaksi siswa dalam menerima pelajaran pun dapat terjadi berbeda-beda.

2. Tiap siswa berhak dan wajib mengikuti pendidikan di sekolah, dengan harapan mereka dapat menjadi lulusan-lulusan yang baik yang dapat bermanfaat bagi kehidupannya dan masyarakat. Oleh karena itu, upaya meningkatkan kualitas


(15)

pembelajaran merupakan tanggungjawab semua pihak baik kepala sekolah, guru, guru bimbingan dan konseling, siswa, orang tua maupun masyarakat. 3. Beberapa fenomena perilaku belajar yang kurang efektif, seperti membolos,

tidak mengerjakan PR, tidak memperhatikan ketika guru menerangkan, mengantuk di kelas dan sebagainya merupakan suatu bentuk masalah belajar yang sangat mempengaruhi output pembelajaran dan perlu diatasi.

4. Salah satu cara untuk mengembangkan perilaku belajar yang efektif siswa ialah melalui pengembangan keterampilan pengelolaan diri dalam belajar atau academic self management. Keterampilan academic self management ialah suatu keterampilan atau kemampuan siswa dalam memanajemen dirinya agar menghasilkan perilaku yang efektif untuk belajar, ‘manajemen’ ini meliputi manajemen terhadap strategi motivasi, strategi perilaku dan strategi belajar. 5. Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu mengoptimalkan

perkembangan siswa, baik perkembangan pribadi, sosial, karier dan belajar. 6. Kurikulum bimbingan atau layanan dasar merupakan salah satu layanan dalam

program bimbingan dan konseling yang mempromosikan pengetahuan, tingkahlaku dan keterampilan melalui pengajaran tiga konten area berikut ini: prestasi akademik, pengembangan karier, dan pertumbuhan pribadi/sosial. 7. Dengan demikian, maka guru pembimbing dapat menggunakan program

layanan dasar untuk membantu mensosialisasikan dan melatih keterampilan pengelolaan diri dalam belajar atau academic self management.


(16)

43 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini di uraikan tentang Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data Penelitian, Proses Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisis Data Penelitian.

A. Metodologi Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment. Penelitian eksperimen merupakan penelitian percobaan, yakni penelitian yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian, satu kelompok diberi perlakuan tertentu dan satu kelompok (kelompok kontrol) lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Selisih tanggap antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol menjadi ukuran pengaruh perlakuan yang diberikan kepada kelompok perlakuan itu (Margono, 2007:110).

John W. Creswall (2008:299) menyebutkan “in an experiment, you test an idea (or practice or procedure) to determine whether it influences an outcome or dependent variable.” Artinya bahwa penelitian eksperiman bermaksud meneliti ide (suatu praktek atau prosedur) untuk melihat apakah memiliki pengaruh terhadap hasil atau variable dependen. Maka, langkah pertama dalam penelitian ekperimen ini ialah menentukan ide (praktek atau prosedur) yang akan dieksperimenkan, selanjutnya membantu suatu individu atau kelompok


(17)

mengalami pengalaman (praktek atau prosedur) tersebut dan selanjutnya melihat dan menentukan apakah ide (praktek atau prosedur) yang dialami oleh individu atau kelompok tersebut menunjukan hasil yang lebih baik dari pada individu atau kelompok yang tidak diberi perlakuan (praktek atau prosedur) tersebut.

Penelitian ekperimen ini dilakukan ketika peneliti ingin melihat kemungkinan sebab dan akibat antara variabel independent dengan variabel dependen. Oleh karena itu peneliti perlu berusaha mengontrol semua variabel yang mempengaruhi hasil kecuali pada variabel independent. Selanjutnya ketika variabel independen mempengaruhi variabel dependen, dapatlah dikatakan variabel independen menyebabkan variabel dependen.

Ada beberapa jenis desain pada penelitian eksperiment ini, diantaranya ialah desain antar kelompok dan desain dalam kelompok. Desain antar kelompok ini terdiri dari beberapa desain lagi, diantarannya: true-experiment desaign, quasi-experiment desaign, dan factorial desaign. Sedangkan desain dalam kelompok terdiri dari beberapa desain, yaitu: time series experiment, repeated measure experiments, dan single-subjek experiment.

Desain eksperiment yang digunakan dalam penelitian “Program layanan dasar untuk mengembangkan academic self management” ini adalah quasi experiments desaign. Cresswel (2008: 560) menyebutkan: “Quasi-experiment include assignment, but not random assignment of participant to groups. This is because the experimenter cannot artificially create groups for the experiment.”


(18)

45 Pendapat tersebut menjelaskan bahwa ciri metode penelitian quasi-experiment ini ialah pemilihan kelompok eksperiment yang tidak dilakukan secara random, melainkan ditentukan oleh peneliti sendiri berdasarkan variabel-variabel tertentu. Dalam kaitannya dengan pemilihan subjek penelitian, peneliti tidak selalu dapat melakukan pemilihan subjek secara random. Dalam penetapan random, peneliti tidak memungkinkan memilih dan memilah subjek sesuai dengan rancangannya. Akan tetapi, bisa jadi peneliti terpaksa harus menerima kelas atau kelompok subjek yang telah ditentukan oleh sekolah, sesuai dengan kebijakan sekolah, penelitian eksperiment ini yang dimaksudkan oleh Stanley dan Campbell (Asher & Vockel, 1995) sebagai penelitian eksperiman kuasi. Walaupun demikian, apabila penelitian ini dirancang dengan cermat dan tepat tetap akan memberikan hasil yang bermanfaat.

Menurut Punanji Setyosari (2010:156) ada dua rancangan penelitian, terkait dengan eksperiment kuasi ini, yaitu: (1) kelompok berhubungan (intact group comparation), dan (2) rancangan kelompok control yang tidak sama (non-equivalent control group design). Perbedaan kedua rancanngan penetian tersebut ialah bila pada rancangan kelompok berhubungan sekelompok subjek yang diambil dari populasi dikelompokan secara rambang menjadi dua, yaitu kelompok eksperiment dan kelompok kontrol. Sedangkan pada rancangan kelompok nonekuivalen kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih langsung dari populasi secara tidak acak atau random. Dan penelitian ini menggunakan desain eksperimen kuasi dengan rancangan kelompok non-ekuivalen. Berikut gambaran rancangan atau desain penelitian ini:


(19)

Gambar 3.1 Desain eksperimen kuasi dengan rancangan non-equivalent control group design

Ada dua kelompok yang dipilih secara tidak acak (random) yaitu kelompok perlakuan (eksperimen) dan kelompok kontrol. Keduanya memperoleh pretest dan posttest. Perbedaan hasil atau variabel dependen pada kelompok eksperiment dan kelompok kontrol dapat menunjukan efektif atau tidaknya perlakuan (layanan dasar) yang diberikan kepada kelompok eksperimen.

1. Tahapan Dalam Penelitian Eksperimen

Ada beberapa tahap dalam menyusun penelitian ekperimen, diantaranya:

a. Menentukan ide yang akan di ekperimenkan dari suatu masalah penelitian

Tahap ini merupakan tahap awal yakni mempertimbangkan apakah suatu ide dalam masalah penelitian tersebut tepat bila mengunakan penelitian eksperimen. Hal penting yang menjadi pertimbangan dalam penelitian eksperimen ialah peneliti harus dapat mengontrol pengaturan eksperimen sebagaimana memanipulasi satu tingkat pada sebuah variabel independen. Eksperimen bukanlah pilihan terbaik bila suatu masalah dapat digeneralisasi kedalam populasi atau ketika peneliti tidak dapat memanipulasi kondisi eksperimen.

O1 X O2 (eksperiment)


(20)

47 b. Bentuk hipotesis pada hubungan sebab-akibat

Tahap selanjutnya ialah menyusun suatu prediksi, dan selanjutnya mengumpulkan data untuk menguji hipotesis. Hipotesis merupakan jenis yang sering digunakan dalam penelitian eksperimen dibanding bentuk pertanyaan penelitian. Mekipun keduanya dapat juga digunakan semuanya. Berikut arahan dalam membuat pernyataan hipotesis:

1) Variabel independen terdiri sekurang-kurangnya satu variabel dengan banyak level. Dan peneliti perlu memanipulasi satu dari beberapa level. Variabel independen adalah hasil, dan peneliti sering meneliti banyak hasil (seperti: siswa dan perilaku).

2) Variabel terukur dalam suatu instrument atau catatan observasi. dan keduanya perlu memiliki skor validitas dan reliabilitas. Peneliti perlu memilih instrument dengan hasil skor validitas konstruk yang tinggi.

c. Memilih unit eksperimen dan mengidentifikasi studi partisipan

Salah satu tahap pertama dalam penyusunan eksperimen adalah menentukan unit eksperimen. Analisis unit eksperimen adalah unit terkecil yang dituntaskan peneliti selama eksperimen. Peneliti mengumpulkan data dari individu, dan cara penuntasan unit eksperimen dapat berbeda-beda antara unit eksperimen satu dengan yang lainnya. Suatu unit eksperimen dapat menangani seseorang individu, beberapa individu, kelompok, beberapa kelompok, atau seluruh organisasi.


(21)

d. Memilih perlakuan atau treatmen eksperimen dan mengenalinya

Suatu kunci desain eksperimen ialah mengatur level perlakuan dan mengaplikasikan suatu level pada masing-masing kelompok, seperti satu tingkat pada kelompok eksperimen, dan tingkat lain pada kelompok control. Selanjutnya membandingkan hasil dari masing-masing kelompok. Intervensi dapat berupa program atau aktivitas yang diorganisasikan oleh peneliti.

e. Memilih jenis desain eksperimen

Suatu aspek persiapan untuk eksperimen ialah memilih desain dan menyediakan diagram visualnya. Peneliti perlu menentukan beberapa dasar untuk kegiatan eksperimen, ketersediaan partisipan, dan bagaimana kecakapan peneliti dalam memperlakukan control dari pengaruh asing.

f. Menyusun eksperimen

Menyusun eksperimen meliputi tahapan prosedur yang tepat dengan pemilihan desain. Yang terdiri dari:

1) Mengadministrasi pretes, bila berencana menggunakannya. 2) Mengenali perlakuan eksperimen untuk kelompok eksperimen.

3) Memonitori proses sehingga ancaman terhadap validitas internal diminimalisir.


(22)

49 5) Penggunakan etika praktek dengan wawancara partisipan, menginformasikan mereka tentang tujuan dan alasan untuk eksperimen, menanyakan gagasan mereka tentang kejadian yang terjadi.

g. Mengorganisasi dan menganalisis data

Tiga aktivitas utama yang diperlukan dalam menyimpulkan eksperimen: pengkodean data, analisis data, dan penulisan hasil eksperimen. Pengkodean data berarti peneliti perlu memperoleh informasi dari alat ukur dan mengatur file computer untuk analisis data. Prosedur ini dimulai dengan membersihkan data untuk meyakinkan bahwa jawaban instrument tidak termasuk sebagai data yang tak biasa di file computer yang melalui tombol eror atau kekeliruan. Peneliti dapat menjelajahi database untuk mengatasi eror tersebut dengan melaksanakan analisis deskriptif pada penggunaan program analisis statistik dan meniadakan variabel untuk keberadaan data yang tak biasa. Analisis deskriptif ini dapat menyediakan pandangan pertama dari hasil penelitian dan manyaring hasil yang terbaca untuk sebuah hasil pengukuran. Tahap ini ialah tahap pertama dalam analisis data. Selanjutnya peneliti mulai menganalisis perbandingan kelompok tentang hasil pengukuran. Dan menyediakan informasi yang berguna untuk menjawab hipotesis atau pertanyaan penelitian.

h. Pengembangan laporan penelitian eksperimen

Laporan ekperimen disesuaikan dengan standar format. Pada “metode atau prosedur” eksperimen, peneliti cenderung memasukan informasi tentang:


(23)

2) Desain eksperimen. 3) Intervensi dan material.

4) Mengontrol seluruh variabel asing.

5) Pengukuran terhadap variabel dependen dan observasi.

Berdasarkan pada focus masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikann dalam Bab 1 peneliti mempunyai keyakinan penggunaan metode di atas akan lebih sesuai untuk menguji efektivitas program layanan dasar dalam mengembangkan academic self management siswa.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur. Maka sampel penelitian ini juga siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik kelompok atau rumpun (cluster). Yaitu sampel yang diambil dari kelompok-kelompok yang telah tersedia dalam populasi dan pengambilan sampelnya tidak dilaksanakan secara random atau acak (Punanji Setyosari, 2010: 172). Dalam penelitian ini sampel mengambil dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Masing-masing kelompok diambil dua kelas dari tujuh kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur. Dua kelas tersebut ialah kelompok treatmen untuk kelas VIII.2 dengan jumlah 31 dan kelompok kontrol untuk kelas VIII.1 dengan jumlah 31. Berikut ini gambaran jumlah populasi dan sampel penelitian ini:


(24)

51 Tabel 3.1 Gambaran Populasi dan Sampel Penelitian

No. Kelompok Sampel Populasi

1. Treatmen 31 222

2. Kontrol 31

C. Definisi Operasional

Penelitian program layanan dasar untuk meningkatkan academic self management terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terletak pada program layanan dasar, sedangkan variabel terikat terletak pada pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa.

1. Program layanan dasar adalah proses pemberian bantuan oleh konselor sekolah SMP N 1 Punggur kepada semua siswa melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan akademik, khususnya keterampilan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management).

Adapun struktur-struktur dalam program layanan dasar untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa adalah sebagai berikut:

a. Rasionalisasi b. Visi

c. Misi d. Tujuan


(25)

e. Asumsi f. Strategi g. Action plan h. Evaluasi

2. Academic self management adalah suatu kemampuan/keterampilan siswa SMP Negeri 1 Punggur dalam mengelola atau memanajemen diri dalam belajar. Kata ‘manajemen’ meliputi manajemen diri siswa terhadap motivasi, perilaku dan belajarnya. Oleh karena itu tingkat academic self management siswa dapat diukur dari gambaran strategi motivasi, strategi perilaku dan strategi belajar siswa bersangkutan. Ketiga stragei tersebut memiliki beberapa cara pendekatan, diantaranya: pengaturan tujuan, mannajemen emosi, manajemen waktu, manajemen perilaku, strategi belajar di buku, strategi belajar di kelas, strategi belajar untuk ujian, dan strategi mengerjakan ujian.

Maka indikator-indikator academic self management ialah: a. Pengaturan tujuan

b. Mannajemen emosi c. Manajemen waktu d. Manajemen perilaku e. Strategi belajar di buku f. Strategi belajar di kelas g. Strategi belajar untuk ujian h. Strategi mengerjakan ujian.


(26)

53 Kedelapan indikator digunakan dalam penyusunan angket academic self management, yang akan di ujikan pada sebelum dan sesudah pelaksnaan layanan dasar. Sehingga data yang diperoleh ialah berupa data angka atau data kuantitatif. Dari data tersebut akan terlihat bagaimana gambaran peningkatan academic self management siswa.

Disamping itu, untuk menguji efektivitas program layanan dasar untuk meningkatkan academic self management, peneliti menggunakan evaluasi proses melalui pedoman observasi, adapun beberapa aspek yang diobservasi diantaranya:

a. Respon siswa

b. Materi yang diberikan c. Strategi yang digunakan d. Penggunaan media e. Penggunaan waktu

Evaluasi proses juga dilaksanakan menggunakan jurnal kegiatan harian, adapun aspek-aspek jurnal harian kegiatan diantaranya:

a. Eksperimentasi b. Identifikasi c. Analisis d. Generalisasi e. Tindak lanjut


(27)

D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian 1. Analisa Uji Coba Instrumen

a. Analisa Rasional

Intrumen academic self management meruapakan variabel yang digunakan untuk mengumpulkan data ditelaah oleh dosen pembimbing guna melakukan koreksi terhadap bentuk dan isi instrument.

b. Analisa Empiris

Dalam tahap analisis empiris, peneliti melakukan uji coba untuk mengetahui validitas pernyataan dan reliabilitas instrument. Setelah dilakukan oleh 3 orang dosen ahli, serta dikoreksi oleh dosen pembimbing, selanjutnya pernyataan-pernyataan dalam instrument academic self management diujicobakan kepada 19 siswa kelas VIII di SMP Laboratorium UPI guna mendapatkan validitas pernyataan dan reliabilitas instrumen.

Untuk analisis empiris, peneliti menggunakan bantuan program komputer statistik SPPS (Statistical Package for Social Sciences) versi 12.0.

Untuk menguji validitas pernyataan dengan teknik korelasi product moment. Rumus teknik korelasi Product Moment adalah sebagai berikut (Furqon, 2009: 103):

=

Ket:


(28)

55 X = Skor subyek pada pernyataan

Y = Skor total subyek pada skala Rxy = Korelasi antara X dan Y

Selanjutnya untuk perhitungan reliabilitas digunakan teknik koefisien Alpha, dengan rumus sebagai berikut:

=

− 1×

Ket:

Rtt = Koefisien reliabilitas alat ukur

SDi = Varian dari skor individu pada tiap pernyataan N/n = Jumlah pernyataan

SDt = Standar deviasi skor total subyek

2. Analisis Data Penelitian

Pengelolaan data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program komputer SPPS (Statistical Package for Social Sciences) versi 12.0 untuk melihat tingkat academic self management siswa.

Instrument tentang academic self management siswa dilihat dari gejala performa belajar siswa yang menunjukan motivasi, perilaku dan strategi belajarnya. Aspek-aspek yang diukur dengan instrument academic self management adalah dari gambaran strategi motivasi, strategi perilaku dan strategi belajar siswa.


(29)

a. Pernyataan (+), diberi skor nilai 4 jika jawaban selalu, skor 3 jika jawaban sering, skor 2 jika jawaban kadang-kadang, dan sekor 1 jika jawaban tidak pernah.

b. Pernyataan (−) diberi skor nilai 1 jika jawaban selalu, skor 2 jika jawaban sering, skor 3 jika jawaban kadang-kadang, dan skor 4 jika jawaban tidak pernah.

Pengumpulan data merupakan cara-cara atau langkah-langkah yang ditempuh untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian. Dalam pengumpulan data diperlukan teknik-teknik tertentu sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.

Sejalan dengan penjelasan di atas, Subino (1982: 162) mengemukakan bahwa “Teknik-teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya”.

Alat pengumpul data diperlukan untuk mengumpulkan informasi atau keterangan-keterangan tentang objek penelitian. Alat pengumpul data dalam penelitian ini yaitu menggunakan angket (kuesioner).

Angket (kuesioner) merupakan alat mengumpul data dalam bentuk formulir yang disebar untuk mengumpulkan informasi mengenai sesuatu yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Kuesioner ini berbentuk forced choice yaitu subyek dimohon untuk memberikan pilihan jawaban “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, atau “tidak pernah” pada setiap


(30)

57 pernyataan sesuai dengan kesan, perasaan, atau pengalaman subjek. Butir-butir kuesioner diskor sesuai dengan pernyataan positif atau negative.

Dalam menetapkan cara penyekoran, intrumen angket yang dipergunakan dalam penelitian memiliki nilai dengan skor berkisar dari 4, 3, 2, atau 1. Perincian kriteria skor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Kriteria penilaian (Skor) alternatif jawaban untuk tiap item

No. OPTION SKOR

+ −

1. Selalu 4 1

2. Sering 3 2

3. Kadang-kadang 2 3

4. Tidak Pernah 1 4

Dalam menyusun alat pengumpulan data, peneliti berpedoman pada ruang lingkup data ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun indikator-indikator dari variabel penelitian yang akan ditanyakan pada responden berdasarkan pada teori yang telah dikemukakan dalam Bab II. b. Menetapkan bentuk alat pengumpul data.

c. Membuat kisi-kisi dalam bentuk matriks yang sesuai dengan indicator variabel kisi-kisinya dapat dilihat pada lampiran.


(31)

d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan dengan disertai alternatif jawaban yang akan dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi butir angket yang telah dibuat.

e. Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban serta bobot penilaiannya.

f. Membuat petunjuk pengisian angket, responden membubuhkan tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai.

Berikut ini kisi-kisi angket academic self management:

Tabel 3.3 Kisi-kisi alat pengumpulan data Academic Self Management Siswa SMP

ASPEK SUB ASPEK INDIKATOR NO.ITEM

Strategi Motivasi Strategi 1. Pengaturan Tujuan 2. Manajemen Emosi 3. Manajemen

1.a Merumuskan tujuan

1.b Mendefinisi dan

mengidentifikasikan

tujuan

1.c Mengimplementasikan

strategi

1.d Evaluasi tujuan

2.a Gangguan emosi

2.b Usaha mengatasi gangguan

emosi

3.a Pengaturan Manajemen

waktu 1,2 3,4 5,6,7,8 9,10 -11,-12 13, 14,15 16,17


(32)

59 Perilaku Strategi Belajar waktu 4. Manajemen lingkungan fisik dan sosial 5. Strategi Belajar di Buku Teks 6. Strategi Belajar di Kelas 7. Strategi Belajar mempersiap-kan ujian 8. Strategi Mengerja-kan ujian 3.b Mengimple-mentasikan manajemen waktu.

4.a Manajemen lingkungan

fisik

4.b Manajemen lingkungan

sosial

5.a Aktivitas sebelum

membaca

5.b Aktivitas selama membaca

5.c Aktivitas setelah membaca

6.a Aktivitas sebelum belajar

di kelas

6.b Aktivitas selama belajar di

kelas

6.c Aktivitas setelah belajar di

kelas

7.a Mengembangkan rencana

belajar untuk menghadapi

ujian

8.a Mengerjakan ujian pilihan

ganda

8.b Mengerjakan ujian essay

18,19 20,21,22 23,24,25 26,27,28 29 30,31 32,33 34,35,36 37,38 39,40 41,42 43,44


(33)

Setelah kisi-kisi dibuat, kemudian dikembangkan beberapa butir pertanyaan. Butir-butir pertanyaan itu berimbang berdasarkan jumlah komponen dan aspek penelitian dalam kisi-kisi.

E. Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data menyangkut prosedur dan tahapan kegiatan yang ditempuh dalam upaya pengumpulan data.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti mulai dengan melakukan observasi data ke sekolah untuk mempperoleh berbagai informasi mengenai keadaan lapangan yang berhubungan dengan penelitian, terutama keadaan performa belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur. Selanjutnya melakukan studi pendahuluan berkaitan dengan pelaksanaan program layanan dasar untuk kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur. Setelah data dan keterangan yang diperlukan telah terkumpul, selanjutnya mengurus berbagai perizinan kepada pihak yang terkait.

2. Tahap Penyebaran dan Pengumpulan Instrumen

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data penelitian.

Kegiatan yang dilakukan peneliti sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah guna meperoleh data yang akurat tentang tingkat academic self management siswa dengan cara menyebarkan angket (kuesioner)


(34)

61 kepada sampel penelitian, yaitu kelompok treatmen dan kelompok kontrol. Sehingga data yang terkumpul tersebut layak untuk dilakukan pengolahan selanjutnya.

F. Pengelolaan dan Analisis Data Penelitian

Ukuran bagi memadai atau tidaknya instrument sebagai alat pengumpul data dan sebagai alat pengukur variabel penelitian, harus memenuhi syarat utama, yaitu syarat validitas atau kesahihan dan syarat reliabilitas atau keajegan.

Sanafiah Faisal dan G.W Mulyadi (1882: 24) menjelaskan maksud dari validitas dan reliabilitas sebagai berikut:

Validitas pengukuran berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan fungsi ukur dan alat yang digunakan. Suatu alat pengukur dikatakan valid jika benar-benar sesuai dengan dan menjawab secara cermat tentang variable yang mau diukur. Sedangkan reliabilitas pengukuran, berhubungan dengan daya konstan alat pengukur di dalam melahirkan ukuran-ukuran yang sebenarnya dari apa yang diukur. Alat pengukur yang reliable kecil kemungkinannya melahirkan ukuran yang berbeda-beda bila kenyataan objeknya memang sama, walaupun dilakukan oleh lain petugas dan/atau lain kesempatan.

Menurut Sugiyono (1999: 267) bahwa “valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur”, sedangkan “instrument yang reliable berarti instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.


(35)

Saifuddin Azwar (2009:4-5) menyebutkan alat ukur yang valid tidak hanya mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan hasil yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya diantara subjek yang satu dengan yang lain. Dan hasil ukur yang reliabel hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama, salama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Relatif sama berarti tetap ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak reliabel.

Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas suatu instrument pengumpul data, peneliti perlu melakukan uji terhadap instrument tersebut, dalam hal ini uji terhadap angket yang telah disusun. Tujuan dari uji instrumen ialah untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi terutama pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat peneliti.

Untuk keperluan uji validitas dan uji reliabilitas instrument pengumpul data disebar angket kepada siswa kelas VIII di SMP Laboratorium UPI, sebanyak 19 siswa sebagai responden. Adapun pelaksanaannya dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2011.

Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas instrument dalam penelitian ini, sebagai berikut.


(36)

63 1. Uji Validitas Instrumen

Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Suharsimi Arikunto (1998: 136) mengungkapkan bahwa tinggi rendahnya validitas instrument menunjukan sejauh mana variabel data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kesahihan atau kevalidan suatu instrument.

Uji validitas terhadap angket, diamksudkan sebagai upaya untuk mengetahui apakah angket yang telah disusun tepat untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data atau tidak. Dalam uji validitas ini penulis menggunakan pengujian validitas tiap butir item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir item dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program SPSS for windows versi 12.0, diperoleh hasil untuk uji validitas. Dari hasil uji validitas tersebut dilakukan seleksi angket dan membuang pernyataan/item yang tidak valid dan item-item yang valid digunakan selanjutnya untuk pengolahan data.

Dari hasil pengujian dengan bantuan komputer program SPSS for windows versi 12.0, dengan analisis korelasi dapat diketahui dari jumlah subyek sebanyak 19 siswa, dan 57 item pernyataan dapat diperoleh 44 item pernyataan yang dinyatakan valid, sedangkan 13 item pertanyaan dinyatakan tidak valid, yaitu diantaranya nomor: 5,6,9,15, 35, 39,42,43,47, 48,53,54, dan 57. Maka ke 44


(37)

pernyataan langsung bisa dipakai dan ke 13 item pernyataan langsung dibuang. Oleh karena itu, item alat pengungkap data stress yang dipergunakan dalam penelitian ini 44 item pernyataan. Hasil perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

2. Uji Reliabilitas Angket

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian derajat konsistensi (keajegan) instrument pengumpul data. Uji reliabitas ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketetapan setiap item yang digunakan. Pengujian reliabilitas instrument dalam penelitian ini dengan menggunakan internal consistency sehingga pengujian tingkat reliabilitas instrument dilakukan dengan menggunakan belah dua (split half method) dari Spearmean Brown, yaitu dilakukan dengan membelah dua instrument menjadi kelompok ganjil dan kelompok genap. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Ri = Ket:

Ri = relibilitas internal seluruh instrument

Rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Setelah koefisien korelasi dan reliabilitas diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan menggunakan table r dari product moment. Jika r hitung > dari r tabel pada tarap kepercayaan tertentu maka instrument tersebut reliabel, dan sebaliknya, jika r hitung < dari r tabel maka instrument tersebut tidak reliable.


(38)

65 Dari hasil perhitungan untuk angket academic self management, diperoleh harga koefisien korelasi sebesar 0.87 dengan tingkat kepercayaan 95%. Kemudian dari hasil tersebut dimasukan ke dalam rumus koefisien reliabilitas total (rtt).

= × . !. ! = .!"

. ! = 0.93

Hasil perhitungan menunjukan bahwa rtt sebesar 0.93 dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini berarti bahwa angket academic self management memiliki tingkat ketapatan yang sangat signifikan. Tentunya dengan begitu alat ini dapat digunakan untuk penelitian. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran.

3. Analisis Data Penelitian

Kegiatan menganalisis merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian terutama untuk memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan.

Untuk mengatur, mengolah dan mengorganisasikan data diperlukan ketekunan dengan penuh kesungguhan dalam memberikan makna. Berkaitan dengan analisis data, Patton dan Nasution (1992) menjelaskan bahwa analisa data adalah proses mengatur data mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola urutan, dan mencari hubungan diantara dimensi uraian-uraian.


(39)

Jhon W. Cresswell (2008: 56) menyebutkan ada beberapa karakteristik analisis data dalam penelitian kuantitatif, diantaranya: (1) analisis statistik, (2) Melukiskan kecemdrungan, membandingkan kelompok yang berbeda, dan menghubungkan variable, dan (3) interpretasi cenderung merupakan hasil perbandingan antara prediksi terdahulu dengan penelitian yang telah dilakukan.

Jhon W. Creswell (2008: 327-328) juga menjelaskan bahwa “ada tiga tahap menyimpulkan hasil eksperimen yaitu mengkodekan data, analisis data dan menulis laporan”. Mengkodekan data artinya peneliti perlu memperoleh informasi dari alat ukur dan mangatur file komputer untuk analisis data. Prosedur ini dimulai membersihkan data dan memastikan bahwa data terhindar dari kekeliruan. Selanjutnya peneliti dapat menggunakan database untuk mengatasi eror ini dengan melakukan analisis deskriptif pada penggunaan program analisis statistik dan mentiadakan variabel pada data yang tak biasa. Setelah melakukan analisis deskriptif seluruh partisipan, peneliti mulai analisis perbandingan hasil kelompok. Ini merupakan inti dari analisis eksperimen. Hasil perbandingan tersebut merupakan informasi yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis atau pertanyaan penelitian.

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari hasil pretest dan postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, di analisis statistik dengan menghitungnya secara keseluruhan maupun per aspek yang di ungkap kemudian dihitung presentasenya. Prosedur perhitungan yang digunakan yakni berdasarkan kriteria presentase ditentukan kategori tinggi, sedang, rumus sebagai berikut:


(40)

67 Tinggi = > (rata-rata + 0.5 x standar deviasi)

Sedang = > (rata-rata – standar deviasi) Rendah = < (rata-rata – standar deviasi)

Selanjutnya dilakukan perbandingan antara hasil pretest dan postest. Dan terlihat apakah program layanan dasar efektif untuk mengembangkan atau meningkatkan keterampilan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) pada kelompok treatmen.


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan rekomendasi.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Profil pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa SMP Negeri 1 Punggur terutama kelas VIII.2 (kelompok eksperimen) sebagian besar berada pada kategori tinggi terutama pada aspek pengaturan tujuan. 2. Program layanan dasar di SMP N 1 Punggur telah dilaksanakan tetapi belum

berjalan maksimal, dikarenakan tidak adanya jam bimbingan dan konseling untuk masuk ke kelas

3. Rumusan Program layanan dasar untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) baik dalam hal materi maupun strateginya telah disesuaikan dengan model academic self management yang dikembangkan oleh Myron dembo (2004).

4. Program layanan dasar efektif untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa.


(42)

110

B. Rekomendasi

Program layanan dasar terbukti efekitf dalam meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa, maka peneliti rekomendasikan program layanan dasar ini kepada:

1. Guru Bimbingan dan konseling, seyogyanya dapat mengimplementasikan program layanan dasar ini lebih lanjut kepada seluruh siswa SMP pada kegiatan klasikal dan bimbingan kelompok.

2. Bagi Kepala sekolah, hendaknya dapat mendukung penyelenggaraan program layanan dasar ini di sekolah, mengingat manfaatnya bagi efektivitas proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menguji cobakan penelitian ini pada beberapa sekolah dan sampel yang berbeda.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu & Uhbiyatu, Nur.(2001). Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta. Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka

Cipta: Jakarta.

Azwar, Saifuddin. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Putaka pelajar: Yogyakarta. Bahri Djamarah, Syaiful. (2008). Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Bower, Judy. L. et.al. (2002). The national model for school counselling programs. Amerika: American school counsellor association.

Dirgagunasa, Singgih. (1996). Pengantar Psikologi. Mutiara Sumber Widya: Jakarta. Duckworth, et al. (2009). Self-regulated learning: a literature review. London:

Centre for research on the wider benefit of learning institude of education. Furqon. (2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.

Gysbers, G. Norman & Henderson, Patricia. (2005). Developing and Managing Your Guidance and Counseling Program. America Counseling Association: America. Hamalik, Oemar. (2003). Proses Belajar Mangajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Herlina, Uray. (2010). Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPU: Bandung. H. Dembo, Myron. (2004). Motivational and Learning Strategies For College

Success: a Self Manajemen Approach. London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Kartini, Rini. (2010). Kontribusi strategi self-regulated learning terhadap perilaku menyontek siswa. Skripsi pada UPI: Bandung.

Makmun, Abin Syamsudin. (2009). Psikologi kependidikan: Perangkat system pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(44)

Margono. (2007). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.

Rumana, Kadar. (2010). Program Bimbingan Kelompok untuk Mengatasi Stress Anak Didik di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pria Tanggerang. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI: Bandung.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan konseling kelompok di sekolah. Bandung: Rizqi press.

Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.

Setyosari, Punanji. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Kencana: Jakarta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sularti. (2008). Program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar siswa. Tesis pada sekolah pascasarjana UPI: Bandung.

W. Creswell, Jhon. (2008). Education Research: Planning, conducting, and

evaluating quantitative and qualitative research. Person Prentice Hall: America. Yusuf, Syamsu.(2008). Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung:

Rizqi press.

Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Rosdakarya: Bandung.

Zimmerman, B.J., Bonner,S., & Kovich, R. (1996). Developing self regulated learning: Beyond achievement to self-efficacy. Woshington, DC: America Psicological Assosiation.

Zimmerman, J, Barry. (1989). Social cognitif view of self regulated academic learning. Journal Of Educational Psycology. 81, (3), 2-23.


(45)

Zimmerman, J, Barry. (1990). Self Regulated Learning and Academic Achievement: An Overview. Journal Of Educational Psychology. 25, (1), 3-17.


(1)

67

Tinggi = > (rata-rata + 0.5 x standar deviasi)

Sedang = > (rata-rata – standar deviasi)

Rendah = < (rata-rata – standar deviasi)

Selanjutnya dilakukan perbandingan antara hasil pretest dan postest. Dan

terlihat apakah program layanan dasar efektif untuk mengembangkan atau

meningkatkan keterampilan pengelolaan diri dalam belajar (academic self

management) pada kelompok treatmen.


(2)

109

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan rekomendasi.

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1.

Profil pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa SMP

Negeri 1 Punggur terutama kelas VIII.2 (kelompok eksperimen) sebagian

besar berada pada kategori tinggi terutama pada aspek pengaturan tujuan.

2.

Program layanan dasar di SMP N 1 Punggur telah dilaksanakan tetapi belum

berjalan maksimal, dikarenakan tidak adanya jam bimbingan dan konseling

untuk masuk ke kelas

3.

Rumusan Program layanan dasar untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam

belajar (academic self management) baik dalam hal materi maupun strateginya

telah disesuaikan dengan model academic self management yang

dikembangkan oleh Myron dembo (2004).

4.

Program layanan dasar efektif untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam

belajar (academic self management) siswa.


(3)

110

B.

Rekomendasi

Program layanan dasar terbukti efekitf dalam meningkatkan pengelolaan diri

dalam belajar (academic self management) siswa, maka peneliti rekomendasikan

program layanan dasar ini kepada:

1.

Guru Bimbingan dan konseling, seyogyanya dapat mengimplementasikan

program layanan dasar ini lebih lanjut kepada seluruh siswa SMP pada

kegiatan klasikal dan bimbingan kelompok.

2.

Bagi Kepala sekolah, hendaknya dapat mendukung penyelenggaraan program

layanan dasar ini di sekolah, mengingat manfaatnya bagi efektivitas proses

pembelajaran.

3.

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menguji cobakan penelitian ini

pada beberapa sekolah dan sampel yang berbeda.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu & Uhbiyatu, Nur.(2001). Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka

Cipta: Jakarta.

Azwar, Saifuddin. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Putaka pelajar: Yogyakarta.

Bahri Djamarah, Syaiful. (2008). Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Bower, Judy. L. et.al. (2002). The national model for school counselling programs.

Amerika: American school counsellor association.

Dirgagunasa, Singgih. (1996). Pengantar Psikologi. Mutiara Sumber Widya: Jakarta.

Duckworth, et al. (2009). Self-regulated learning: a literature review. London:

Centre for research on the wider benefit of learning institude of education.

Furqon. (2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.

Gysbers, G. Norman & Henderson, Patricia. (2005). Developing and Managing Your

Guidance and Counseling Program. America Counseling Association: America.

Hamalik, Oemar. (2003). Proses Belajar Mangajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Herlina, Uray. (2010). Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Siswa SMP. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPU: Bandung.

H. Dembo, Myron. (2004). Motivational and Learning Strategies For College

Success: a Self Manajemen Approach. London: Lawrence Erlbaum Associates

Publisher.

Kartini, Rini. (2010). Kontribusi strategi self-regulated learning terhadap perilaku

menyontek siswa. Skripsi pada UPI: Bandung.

Makmun, Abin Syamsudin. (2009). Psikologi kependidikan: Perangkat system

pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(5)

Margono. (2007). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.

Rumana, Kadar. (2010). Program Bimbingan Kelompok untuk Mengatasi Stress Anak

Didik di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pria Tanggerang. Tesis pada

Sekolah Pascasarjana UPI: Bandung.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan konseling kelompok di sekolah.

Bandung: Rizqi press.

Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajagrafindo Persada:

Jakarta.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta:

Jakarta.

Setyosari, Punanji. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Kencana: Jakarta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:

Bandung.

Sularti. (2008). Program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan sikap dan

kebiasaan belajar siswa. Tesis pada sekolah pascasarjana UPI: Bandung.

W. Creswell, Jhon. (2008). Education Research: Planning, conducting, and

evaluating quantitative and qualitative research. Person Prentice Hall: America.

Yusuf, Syamsu.(2008). Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung:

Rizqi press.

Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling.

Rosdakarya: Bandung.

Zimmerman, B.J., Bonner,S., & Kovich, R. (1996). Developing self regulated

learning: Beyond achievement to self-efficacy. Woshington, DC: America

Psicological Assosiation.

Zimmerman, J, Barry. (1989). Social cognitif view of self regulated academic

learning. Journal Of Educational Psycology. 81, (3), 2-23.


(6)

Zimmerman, J, Barry. (1990). Self Regulated Learning and Academic Achievement:

An Overview. Journal Of Educational Psychology. 25, (1), 3-17.