Tinjauan Yuridis Terhadap Unsur Menguasai Narkotika Dikaitkan Dengan Pasal 111 Dan Pasal 112 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

ABSTRAK

Unsur menguasai narkotika adalah salah satu unsur yang terdapat dalam
Pasal 111 ayat (1) dan Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika. Namun demikian, unsur menguasai narkotika tidak dijelaskan
pengertian maupun batasannya dalam undang-undang. Tidak dijelaskannya
pengertian maupun batasan dalam unsur menguasai narkotika mengakibatkan
banyaknya pelaku tindak pidana narkotika yang tertangkap tangan menguasai
narkotika untuk tujuan dikonsumsi, dikenakan pasal yang diperuntukkan bagi
pengedar narkotika. Pasal ini telah menjadi pasal karet yang dapat menjerat
penyalahguna dengan ketentuan pasal pengedar. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana batasan dari unsur menguasai narkotika
sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 111 ayat (1) dan Pasal 112 ayat (1)
dan untuk mengetahui apakah Pasal 111 ayat (1) dan Pasal 112 ayat (1) dapat
diterapkan kepada pelaku yang menguasai narkotika untuk tujuan dikonsumsi
dikaitkan dengan tujuan hukum pidana.
Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif dan
spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yang
menggambarkan dan menganalisis unsur menguasai narkotika dalam Pasal 111
ayat (1) dan pasal 112 ayat (1) dikaitkan dengan beberapa kasus penyalahguna
yang dikenakan ketentuan Pasal 111 ayat (1) ataupun Pasal 112 ayat (1).

Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode penafsiran gramatikal
dan metode penafsiran teleologis dapat ditafsirkan bahwa unsur menguasai
narkotika dalam Pasal 111 ayat (1) dan Pasal 112 ayat (1) harus diterapkan
secara terbatas kepada pelaku yang menguasai narkotika dengan tujuan untuk
diedarkan. Sehingga dengan demikian, pelaku yang menguasai narkotika untuk
tujuan dikonsumsi seharusnya tidak termasuk ke dalam kategori menguasai
sebagaimana Pasal 111 ayat (1) dan Pasal 112 ayat (1). Adapun terkait dengan
penerapannya, maka aparat penegak hukum tidak dapat menerapkan Pasal 111
ayat (1) maupun Pasal 112 ayat (1) kepada pelaku yang menguasai narkotika
dengan tujuan untuk dikonsumsi. Hal itu dikarenakan peruntukan kedua pasal
tersebut beda, yaitu kedua pasal tersebut diperuntukan bagi pengedar narkotika
dan berat kejahatan peredaran narkotika dengan menyalahgunakan beda.
Perbedaan tersebut menyebabkan adanya disparitas hukuman yang didasarkan
kepada dampak yang ditimbulkan kepada masyarakat. Sehingga dengan
memberikan hukuman yang proporsional antara beratnya suatu kejahatan
dengan hukuman yang diberikan, akan menimbulkan deterrence effect kepada
masyarakat tanpa adanya hukuman yang brutal. Dan dengan adanya deterrence
effect terhadap masyarakat, diharapkan penjahat-penjahat akan berpikir lagi
dalam melakukan kejahatan, khususnya kejahatan tindak pidana narkotika, yang
berujung kepada terwujudnya perlindungan kepada masyarakat dari kejahatan

sebagaimana tujuan dari hukum pidana itu sendiri.

iv