Aspek Ergonomik Di Bidang Kedokteran Gigi.

(1)

MAKALAH

ASPEK ERGONOMIK

DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

oleh:

Arief Cahyanto

NIP. 132 312 518

Departemen Ilmu dan Teknologi Material Kedokteran Gigi

Fakultas Kedokteran Gigi


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah

:

Aspek Ergonomik di Bidang Kedokteran Gigi

Penulis

: Arief Cahyanto

NIP

: 132 312 518

Mengetahui,

Kepala Bagian ITMKG FKG UNPAD,

Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes. NIP. 131 884 889

Pembantu Dekan I FKG UNPAD,

Prof. Sunardhi Widyaputra, drg., MS., Ph.D. NIP. 130 809 275


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat pengajuan menjadi asisten ahli bagi pegawai negeri sipil di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.

Sebagai penutup penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, semoga Allah SWT, memberikan pahala yang setimpal atas kebaikan yang diberikan kepada kami. Amin.

Bandung, 24 Februari 2009


(4)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan……… i

Kata Pengantar……… ii

Daftar Isi……….. iii

Bab I Pendahuluan………..….. 1

Bab II Faktor Resiko Ergonomik………..………..…….. 3

2.1 Pengulangan gerakan yang terus menerus………,... 4

2.2 Kekuatan (Force)……… 4

2.3Mechanical stresses……… 5

2.4 Postur tubuh……… 5

2.5 Getaran………6

2.6 Temperatur……….………. 7

2.7 Tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar………. 8

Bab III Jenis-jenisMSD.s……….. 9

3.1 Sakit padaTulang Belakang Bagian Bawah....……….9

3.2 Sakit padaTulang Belakang Bagian Atas……….10

3.3 Sakit padaTangan dan Pergelangan Tangan…..………. 11

Bab IV Kesimpulan………12


(5)

BAB I PENDAHULUAN

Ergonomik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon

memiliki arti kerja dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian Ergonomik itu

sendiri secara garis besar adalah “Studi tentang manusia untuk menciptakan sistem

kerja yang lebih sehat, aman dan nyaman”.

Seorang praktisi dibidang kesehatan khususnya kedokteran gigi harus

memahami tujuan mempelajari ergonomik karena dengan memahami tujuan

ergonomik dalam lingkungan kerja, praktisi kesehatan akan terhindar dari

musculoskeletal disorders (MSDs), tentu efek jangka panjangnya adalah praktisi

dapat bekerja lebih lama tanpa mengganggu produktifitas kerja praktisi dalam

bekerja.

Tujuan umum dari ergonomik ini adalah:  Mengurangi resiko cedera

 Meningkatkan produktivitas kerja  Meningkatkan kualitas hidup

Makalah ini membahas lebih lanjut faktor-faktor penyebab terjadinya resiko

ergonomik, seperti berbagai jenis musculoskeletal disorders(MSDs), dan pendekatan

praktis ergonomis di tempat kerja. Studi ergonomik sangat sulit sebab sangat banyak

faktor yang dapat berperan untuk terjadinya MSDs. Satu bagian penting adalah

ketidak-pastian apakah MSDs berkaitan dengan kerja atau bisa dihubungkan dengan

unsur kerja (atau kombinasi dari kedua-duanya). Kemungkinan jawaban dari

pertanyaan diatas hanyalah bisa dijawab berdasarkan kasus terjadinya. Tujuan


(6)

ergonomik di tempat kerja sehingga para praktisi di bidang kedokteran gigi dapat

mempunyai suatu kesadaran tentang faktor resiko ergonomik. Pemahaman mengenai

resiko ergonomik dapat memberikan rasa nyaman bagi para praktisi saat bekerja yang


(7)

BAB I

FAKTOR RESIKO ERGONOMIK

Walaupun faktor penyebab kasus MSDs sangat sulit untuk ditentukan akan

tetapi faktor resiko memberikan ciri yang khas dan dapat dilihat dalam bidang studi

ergonomik. Faktor resiko tersebut meliputi:

1. Pengulangan gerakan yang terus menerus

2. Kekuatan (Force)

3. Mechanical stresses

4. Postur tubuh

5. Getaran

6. Temperatur

7. Tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar

Hal ini adalah penting untuk memahami apakah suatu faktor resiko menjadi

penyebab atau bukan. Suatu faktor resiko tidaklah selalu menjadi suatu faktor

penyebab dari MSDs. Karena lamanya waktu tidaklah mudah untuk memperlihatkan

suatu faktor resiko menjadi penyebab MSDs akan tetapi derajat faktor resiko

tersebutlah yang dapat menunjukkan MSDs.[6, 7] Dengan cara yang sama, suatu kasus

MSDs bisa dihubungkan dengan suatu faktor resiko yang merupakan suatu kombinasi

dari berbagai faktor resiko ataupun faktor tunggal.

Evaluasi menjadi hal utama dari berbagai kasus MSDs karena kemungkinan

terjadinya faktor resiko tersebut dapat terjadi diluar pekerjaan. Lebih lanjut, tidak

setiap orang yang terkena faktor resiko dapat berkembang menjadi MSDs. Maupun

orang-orang yang sama-sama terkena faktor resiko memiliki kombinasi dan derajat


(8)

faktor-faktor tersebut adalah faktor yang umum terjadi pada suatu MSDs dalam

beberapa kombinasi dan beberapa orang.

2.1. Pengulangan yang dilakukan terus menerus

Tingkat pengulangan digambarkan sebagai suatu rata-rata jumlah

gerakan atau penggunaan alat yang dilakukan oleh bagian tubuh secara

berulang dalam satu unit waktu. [5] Gerakan serupa yang berulang setelah

jangka waktu tertentu dapat menyebabkan ketegangan yang berlebih pada otot

dan juga kelebihan penggunaan kelompok otot tertentu dapat mendorong

kearah kelelahan berotot. Hal yang menarik, gejala ini sering dihubungkan

dengan tendon dan kelompok otot yang melibatkan gerakan berulang, tetapi

justru terjadi pada tendon antagonis atau kelompok otot yang menstabilisasi

posisi tersebut.[8]Terkadang dengan bermacam-macam tugas, kelompok otot

mempunyai periode aktivitas dengan periode istirahat tertentu, hal seperti ini

yang mungkin memberikan keuntungan untuk mengurangi terjadinya

kemungkinan cedera.[6]

2.2 Kekuatan (Force)

Kekuatan adalah gaya mekanik atau fisik untuk memenuhi suatu

gerakan spesifik.[5]Sebagai contoh, menggunakan tangan sebagai ganti suatu

penjepit untuk memegang suatu obyek selagi melakukan suatu pekerjaan

seperti menempatkan suatu restorasi komposit interproksimal. Jumlah

kekuatan yang diperlukan oleh suatu aktivitas kadang-kadang dapat berlebihan


(9)

2.3 Mechanical stresses

Mechanical stresses digambarkan sebagai cedera yang hebat akibat

benda tajam, peralatan atau instrumen ketika memegang, menyeimbangkan

atau memanipulasi. Hal ini sering ditemui ketika bekerja dengan lengan bawah

atau pergelangan tangan berlawanan terhadap tepi suatu meja. Otot dan tendon

ditempatkan pada tepi meja kemudian ditekankan pada tepi tajam meja

tersebut. Menggunakan tangan sebagai palu untuk menutup suatu penutup juga

dapat menciptakan tekanan mekanik yang berlebihan, terutama jika penutup

tersebut memiliki tepi yang tajam.

2.4 Postur tubuh

Postur tubuh adalah posisi bagian dari tubuh yang berhubungan

dengan suatu bagian tubuh lain yang dihubungkan dengan sudut sambungan.

Postur tubuh merupakan salah satu dari hal yang paling sering dihubungkan

dengan faktor resiko.[1,2, 9, 10,11]

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) dan (b) posisi saat bekerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan MSDs.


(10)

Ada suatu zone pergerakan netral untuk tiap gerakan yang

menghubungkan satu dengan yang lain. Karena masing-masing dihubungkan

oleh pergerakan yang tidak memerlukan kekuatan dari otot atau dapat

menyebabkan ketidaknyamanan. Resiko cedera akan meningkat kapan saja

pada setiap orang saat bekerja apabila melakukan pergerakan di luar zona

netral mereka sehingga posisi tubuh tidak seimbang.

Untuk lengan atas dan bahu zona netralnya adalah santai dengan

bahu sejajar lantai dan pada bidang yang sama, lengan berada disampingnya.

Bekerja dengan lengan jauh dari tubuh, overextendeddan bahu yang bergerak

diluar jangkauan normal yang memerlukan kekuatan otot lebih tinggi dapat

meningkatkan resiko untuk terjadinya cedera.

Selain itu, posisi duduk yang tegang, seperti miring kesamping,

memuntir tulang punggung, membengkok ke depan atau merosot merupakan

awal respon dari kompensasi faktor resiko dengan hubungan kerja yang dapat

menjadi kebiasaan seiring berjalannya waktu. Postur tubuh dan faktor-faktor

memposisikan tubuh seperti memutar batang tubuh, menaikkan posisi bahu,

memutar/menengokkan kepala, mengangkat siku lengan sering dihubungkan

dengan peningkatan resiko gejala MSDs.[10]

2.5 Getaran

Getaran merupakan salah satu faktor etiologi MSDs dilingkungan

kerja, yaitu melalui prnggunaan peralatan yang bergetar dengan frekwensi

antara 20-80 Hz. Dental handpieces dan instrumen-instrumen otomatis


(11)

singkat. Jadi dengan demikian, hal itu juga akan muncul menjadi faktor resiko

di dalam profesi dokter gigi yang relatif kecil. Tetapi aktifitas diluar pekerjaan

dari seorang praktisi dapat melibatkan faktor resiko ini. Sebagai contoh, jika

diikuti oleh penggunaan dari suatu gergaji mesin atau perkakas kayu aktif

bertenaga mesin untuk periode waktu yang lama.

Gambar 2.2Dental Handpieces

2.6 Temperatur

Temperatur yang rendah dapat mengurangi keterampilan manual

praktisi dan dapat menyebabkan gejala nerve-end impairment.[1] Temperatur

harus diatur atau disesuaikan dengan kenyamanan bekerja bagi praktisi dan


(12)

2.6 Tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar

Tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar, dapat digambarkan

sebagai cara yang dilakukan oleh suatu pekerjaan dengan tersusun, terawasi

dan terproses. [4] Hal ini mencerminkan sifat yang objektif dari proses

pekerjaan. Mungkin termasuk didalamnya variabel-variabel seperti variasi

pekerjaan, kendali pekerjaan, beban kerja, tekanan waktu, dan batasan-batasan

keuangan. Pada proses manufacture, beberapa studi menunjukkan adanya

hubungan antara faktor tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar dan

tingginya insidensi MSDs.[13]

Beberapa faktor yang memperentan seperti usia, rheumatoid arthritis,

penyakit ginjal, ketidakseimbangan hormonal, diabetes, hypothyroidism, adalah

mekanisme-mekanisme biologis yang mempengaruhi peningkatan kerusakan jaringan

dan MSDs. Faktor-faktor lain seperti berat/beban, dimensi pergelangan tangan,

menunjukkan keterkaitan dengan adanya bukti epidemiologis tetapi mekanismenya

masih belum jelas. Meski demikian faktor-faktor lain juga berpengaruh seperti

genetika dan pengaruh keadaan umum. Sebagai tambahan, ada sejumlah besar

faktor-faktor resiko yang tidak bisa dipisahkan dari kegemaran-kegemaran dan aktivitas lain

seperti merajut, menyulam, bowling, penggunaan komputer, dan berlebihan


(13)

BAB III

JENIS-JENISMUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

Faktor-faktor yang mendorong kearah MSDs terjadi pada beberapa orang dan

sebagian lagi terjadi dari waktu terpaparnya. Gejala MSDs terlihat dalam berbagai

bentuk. Hal tersebut mempersulit mengidentifikasi penyebab awal terjadinya MSDs

hingga timbul gejala yang jelas. Lokasi timbulnya gejala menjadi salah satu ciri

adanya MSDs, seperti pada tulang punggung, tangan dan pergelangan.

3.1 Sakit pada Tulang Belakang Bagian Bawah

Sembilan puluh persen orang akan merasakan sakit tulang belakang pada

beberapa titik di dalam kehidupannya.[15] Mereka merasakan sakit tulang

belakang pada bagian bawah untuk kedua kalinya sebagai alasan utama untuk

melakukan perawatan medis. [16] Sakit tulang belakang bagian bawah ini

mewabah di Negara besar seperti Amerika Serikat. Hal itu sudah diperkirakan

dan insidensi timbulnya Lower Back Pain (LBP) per tahun adalah 5% dari

populasi.[14]

Sekitar 70% dan 90% dari orang-orang mengalami peristiwa kambuhnya

rasa nyeri, dan sepertiga pasien mengalami nyeri yang persisten, rekuren, dan

intermiten dari rasa nyeri yang pertama.[17,18] Kesulitan menyembuhkan jaringan

tertentu (seperti spondylolisthesis), proses degeneratif yang berkelanjutan, dan

banyak pasien yang tidak memperkecil faktor resiko potensial. Semua ini dapat

berperan dalam memperparah terjadinya LBP.

Hal lain yang terpisah tetapi terkait dengan sakit tulang belakang bagian


(14)

mendadak sakit tulang belakang atau “penyakit pegal pada pinggang”

berhubungan dengan suatu peristiwa yang spesifik. Cedera seperti itu pada

umumnya tidak dianggap sebagai MSDs yang dihubungkan dengan gerakan

berulang. Meskipun demikian, ada juga cedera seperti itu yang menyebabkan rasa

sakit apabila melakukan gerakan berulang tertentu.

Perawatan dari sakit tulang belakang bagian bawah in harus dibedakan

untuk masing-masing pasien. Karena penyebab timbulnya rasa sakit pada

tiap-tiap pasien itu berbeda-beda. Sementara ada bukti ilmiah yang mendukung

intervensi spesifik, seperti koreksi postur tubuh, posisi tubuh pasien, latihan

umum, dan teknik-teknik fisioterapi spesifik yang mungkin akan sangat

bermanfaat.[19]

3.2 Sakit pada Tulang Belakang Bagian Atas

Beberapa individu melaporkan adanya rasa sakit pada tulang belakang

bagian atas dan tengah. Tulang thorax (thoracic spine) dirancang untuk

mendukung organ penting didalamnya dan sangat kuat. Jarang sekali mengalami

gejala-gejala degeneratif karena pergerakannya kecil dan sangat stabil. Tentu saja

trauma atau cedera dari ketegangan bisa menyebabkan rasa nyeri. Meski

struktur-struktur dari tulang belakang jarang cedera, tetapi beberapa kondisi-kondisi

seperti osteoporosis dapat mempengaruhi kondisi spesifik seperti tekanan yang

mematahkan. Tulangthoraxsering dilibatkan dalam skoliosis yang idiopatik atau

kebongkokan. Hal ini kemudian dapat berkembang menjadi kondisi yang

menyakitkan, meski sumber dan penyebab yang tepat sering belum jelas.


(15)

mendiagnosa dengan tepat nyeri otot dari otot-otot postural dan otot-otot tulang

belikat. Kontribusi dari postur yang abnormal, postur statis, kekuatan dan daya

tahan yang lemah dan menyeluruh mempengaruhi keadaan individu dan perlu

untuk diperhitungkan. Beberapa usaha rehabilitasi harus melibatkan otot-otot

yang besar, termasuk peregangan, latihan-latihan penguatan, aktivitas fungsional,

dan perhatian pada postur tubuh.[20]

3.3 Sakit pada Tangan dan Pergelangan Tangan

MSDs dari tangan dan pergelangan tangan dapat terjadi dalam

bermacam-macam bentuk seperti, kelainan trauma kumulatif, cedera karena

ketegangan, trauma mikro karena pekerjaan berulang, sindrom penggunaan

berlebih, sindrom terowongan karpus (carpal tunnel syndrome) dan kelainan

karena tekanan yang berulang.[14]Hal dominan yang menjadi penyebab kelainan

gerakan berulang adalah gerakan-gerakan pembelokan dan perluasan dari

pergelangan tangan dan jari-jari. Secara kronis gerakan berulang tersebut

terutama pada posisipinchmenjadi penyebab terbanyak.[15]Hal umum lain yang

menyokong faktor-faktor terjadinya cedera pada tangan dan pergelangan tangan

termasuk gerakan-gerakan di mana pergelangan tangan itu menyimpang dari

posisi netral menjadi posisi yang abnormal ataupun tidak biasa; bekerja untuk

periode waktu yang lama tanpa istirahat atau pertukaran otot-otot tangan dan

lengan bawah; tekanan mekanik pada persarafan dari genggaman pada tepi tajam

dari instrument, pekerjaan yang membutuhkan kekuatan berlebih dan

memperluas penggunaan dari instrumen-instrumen yang bergetar seperti dental


(16)

BAB IV Kesimpulan

Pengetahuan dan pemahaman tentang ergonomik khususnya dibidang

kedokteran gigi sangatlah penting terkait dengan produktifitas kerja. Dampak dari

tidak ergonomisnya seseorang bekerja dapat menimbulkan kelainan musculoskeletal

disorders (MSDs). MSDs tidak dapat ditentukan secara spesifik penyebab terjadinya

karena bermacam-macam faktor yang terlibat. Oleh karena itu pemahaman untuk


(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Armstrong TJ, Lifshitz Y. Evaluation and Design of Jobs for Control of Cumulative Trauma Disorders. Ergonomic Interventions to Prevent Musculoskeletal Injuries in Industry. Chelsea, Lewis Publishers, Inc., 1987.

2. Gerwatowski LJ, McFall DB, Stach DJ. Carpel Tunnel Syndrome Risk Factors and Preventive Strategies for the Dental Hygienist. J Dental Hygiene 2:89-94, 1992. 3. Center for Ergonomics. Introduction to Upper Limb Musculoskeletal Disorders.

The University of Michigan College of Engineering, Ann Arbor, Online Training, Inc., 1998.

4. Carayon P, Smith MJ, Haims MC. Work Organization, Job Stress, and Work-Related Musculoskeletal Disorders. Human Factor 41(4):644-663, 1999.

5. ANSI (1993) Control of Cumulative Trauma Disorders. ANSI 2-365, Illinois. 6. Bramson JB, Smith S, Romagnoli G. Evaluating Dental Office Risk Factors and

Hazards. JADA 129:174-183, 1998.

7. Guay AH. Commentary: Ergonomically Related Disorders in Dental Practice. JADA 129:184-186, 1998.

8. Chin D, Jones N. Repetitive Motion Hand Disorders. J California Dental Association 30(2):149-160, 2002.

9. Andrews N, Vigoren G. Ergonomics: Muscle Fatigue, Posture, Magnification and Illumination. Compendium 23(3):261-272, 2002.

10. Rucker LM, Surell S. Ergonomic Risk Factors Associated With Clinical Dentistry. J California Dental Association 30(2):139-148, 2002.

11. Belenky M. Human Centered Ergonomics. Ergonomics and The Dental Care Worker. Waldorf, MD; American Public Health Association, 1998.

12. Cherniak M. Vibration and Dental Equipment. Ergonomics and The Dental Care Worker. Waldorf, MD; American Public Health Association, 1998.

13. National Academy of Sciences. Work-Related Musculoskeletal Disorders: A Review of the Evidence. National Research Council, Washington DC, 1998.

14. Herring SA, Weinstein SM. Assessment and Non-surgical Management of Athletic Low Back Injury. In JA Nicholas, EB Hershman (eds), The Lower Extremity and Spine in Sports Medicine. St. Louis: Mosby, 1995: 1171-1197.


(18)

16. Cypress BK, Characteristics of physician visits for back symptoms: a national perspective. Am J Public Health 1983;73:389-395.

17. Von Korff M, Deyo RA, Cherkin D, et al. Back pain in primary care. Outcomes at 1 year. Spine 1993;18: 855-862.

18. Von Korff M, Saunders K. The course of back pain in primary care. Spine 1996;21:2833-2839.

19. Sinaki M, Mokri B. Low Back Pain and Disorders of the Lumbar Spine. In RL Braddom (ed), Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia: Saunders, 1996; 813-850.

20. Brukner P, Khan K, Thoracic and Chest Pain, in Clinical Sports Medicine 2nd edition, Australia: McGraw-Hill, 2001; 321-329.


(1)

BAB III

JENIS-JENISMUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

Faktor-faktor yang mendorong kearah MSDs terjadi pada beberapa orang dan sebagian lagi terjadi dari waktu terpaparnya. Gejala MSDs terlihat dalam berbagai bentuk. Hal tersebut mempersulit mengidentifikasi penyebab awal terjadinya MSDs hingga timbul gejala yang jelas. Lokasi timbulnya gejala menjadi salah satu ciri adanya MSDs, seperti pada tulang punggung, tangan dan pergelangan.

3.1 Sakit pada Tulang Belakang Bagian Bawah

Sembilan puluh persen orang akan merasakan sakit tulang belakang pada beberapa titik di dalam kehidupannya.[15] Mereka merasakan sakit tulang belakang pada bagian bawah untuk kedua kalinya sebagai alasan utama untuk melakukan perawatan medis. [16] Sakit tulang belakang bagian bawah ini mewabah di Negara besar seperti Amerika Serikat. Hal itu sudah diperkirakan dan insidensi timbulnya Lower Back Pain (LBP) per tahun adalah 5% dari populasi.[14]

Sekitar 70% dan 90% dari orang-orang mengalami peristiwa kambuhnya rasa nyeri, dan sepertiga pasien mengalami nyeri yang persisten, rekuren, dan intermiten dari rasa nyeri yang pertama.[17,18] Kesulitan menyembuhkan jaringan tertentu (seperti spondylolisthesis), proses degeneratif yang berkelanjutan, dan banyak pasien yang tidak memperkecil faktor resiko potensial. Semua ini dapat berperan dalam memperparah terjadinya LBP.

Hal lain yang terpisah tetapi terkait dengan sakit tulang belakang bagian bawah adalah cedera tulang belakang. Ini biasanya terjadi secara akut, peristiwa


(2)

mendadak sakit tulang belakang atau “penyakit pegal pada pinggang” berhubungan dengan suatu peristiwa yang spesifik. Cedera seperti itu pada umumnya tidak dianggap sebagai MSDs yang dihubungkan dengan gerakan berulang. Meskipun demikian, ada juga cedera seperti itu yang menyebabkan rasa sakit apabila melakukan gerakan berulang tertentu.

Perawatan dari sakit tulang belakang bagian bawah in harus dibedakan untuk masing-masing pasien. Karena penyebab timbulnya rasa sakit pada tiap-tiap pasien itu berbeda-beda. Sementara ada bukti ilmiah yang mendukung intervensi spesifik, seperti koreksi postur tubuh, posisi tubuh pasien, latihan umum, dan teknik-teknik fisioterapi spesifik yang mungkin akan sangat bermanfaat.[19]

3.2 Sakit pada Tulang Belakang Bagian Atas

Beberapa individu melaporkan adanya rasa sakit pada tulang belakang bagian atas dan tengah. Tulang thorax (thoracic spine) dirancang untuk mendukung organ penting didalamnya dan sangat kuat. Jarang sekali mengalami gejala-gejala degeneratif karena pergerakannya kecil dan sangat stabil. Tentu saja trauma atau cedera dari ketegangan bisa menyebabkan rasa nyeri. Meski struktur-struktur dari tulang belakang jarang cedera, tetapi beberapa kondisi-kondisi seperti osteoporosis dapat mempengaruhi kondisi spesifik seperti tekanan yang mematahkan. Tulangthoraxsering dilibatkan dalam skoliosis yang idiopatik atau kebongkokan. Hal ini kemudian dapat berkembang menjadi kondisi yang menyakitkan, meski sumber dan penyebab yang tepat sering belum jelas.


(3)

mendiagnosa dengan tepat nyeri otot dari otot-otot postural dan otot-otot tulang belikat. Kontribusi dari postur yang abnormal, postur statis, kekuatan dan daya tahan yang lemah dan menyeluruh mempengaruhi keadaan individu dan perlu untuk diperhitungkan. Beberapa usaha rehabilitasi harus melibatkan otot-otot yang besar, termasuk peregangan, latihan-latihan penguatan, aktivitas fungsional, dan perhatian pada postur tubuh.[20]

3.3 Sakit pada Tangan dan Pergelangan Tangan

MSDs dari tangan dan pergelangan tangan dapat terjadi dalam bermacam-macam bentuk seperti, kelainan trauma kumulatif, cedera karena ketegangan, trauma mikro karena pekerjaan berulang, sindrom penggunaan berlebih, sindrom terowongan karpus (carpal tunnel syndrome) dan kelainan karena tekanan yang berulang.[14]Hal dominan yang menjadi penyebab kelainan gerakan berulang adalah gerakan-gerakan pembelokan dan perluasan dari pergelangan tangan dan jari-jari. Secara kronis gerakan berulang tersebut terutama pada posisipinchmenjadi penyebab terbanyak.[15]Hal umum lain yang menyokong faktor-faktor terjadinya cedera pada tangan dan pergelangan tangan termasuk gerakan-gerakan di mana pergelangan tangan itu menyimpang dari posisi netral menjadi posisi yang abnormal ataupun tidak biasa; bekerja untuk periode waktu yang lama tanpa istirahat atau pertukaran otot-otot tangan dan lengan bawah; tekanan mekanik pada persarafan dari genggaman pada tepi tajam dari instrument, pekerjaan yang membutuhkan kekuatan berlebih dan memperluas penggunaan dari instrumen-instrumen yang bergetar seperti dental handpieces.


(4)

BAB IV Kesimpulan

Pengetahuan dan pemahaman tentang ergonomik khususnya dibidang kedokteran gigi sangatlah penting terkait dengan produktifitas kerja. Dampak dari tidak ergonomisnya seseorang bekerja dapat menimbulkan kelainan musculoskeletal disorders (MSDs). MSDs tidak dapat ditentukan secara spesifik penyebab terjadinya karena bermacam-macam faktor yang terlibat. Oleh karena itu pemahaman untuk bekerja dalam lingkungan kerja yang ergonomis menjadi mutlak harus diterapkan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Armstrong TJ, Lifshitz Y. Evaluation and Design of Jobs for Control of Cumulative Trauma Disorders. Ergonomic Interventions to Prevent Musculoskeletal Injuries in Industry. Chelsea, Lewis Publishers, Inc., 1987.

2. Gerwatowski LJ, McFall DB, Stach DJ. Carpel Tunnel Syndrome Risk Factors and Preventive Strategies for the Dental Hygienist. J Dental Hygiene 2:89-94, 1992. 3. Center for Ergonomics. Introduction to Upper Limb Musculoskeletal Disorders.

The University of Michigan College of Engineering, Ann Arbor, Online Training, Inc., 1998.

4. Carayon P, Smith MJ, Haims MC. Work Organization, Job Stress, and Work-Related Musculoskeletal Disorders. Human Factor 41(4):644-663, 1999.

5. ANSI (1993) Control of Cumulative Trauma Disorders. ANSI 2-365, Illinois. 6. Bramson JB, Smith S, Romagnoli G. Evaluating Dental Office Risk Factors and

Hazards. JADA 129:174-183, 1998.

7. Guay AH. Commentary: Ergonomically Related Disorders in Dental Practice. JADA 129:184-186, 1998.

8. Chin D, Jones N. Repetitive Motion Hand Disorders. J California Dental Association 30(2):149-160, 2002.

9. Andrews N, Vigoren G. Ergonomics: Muscle Fatigue, Posture, Magnification and Illumination. Compendium 23(3):261-272, 2002.

10. Rucker LM, Surell S. Ergonomic Risk Factors Associated With Clinical Dentistry. J California Dental Association 30(2):139-148, 2002.

11. Belenky M. Human Centered Ergonomics. Ergonomics and The Dental Care Worker. Waldorf, MD; American Public Health Association, 1998.

12. Cherniak M. Vibration and Dental Equipment. Ergonomics and The Dental Care Worker. Waldorf, MD; American Public Health Association, 1998.

13. National Academy of Sciences. Work-Related Musculoskeletal Disorders: A Review of the Evidence. National Research Council, Washington DC, 1998.

14. Herring SA, Weinstein SM. Assessment and Non-surgical Management of Athletic Low Back Injury. In JA Nicholas, EB Hershman (eds), The Lower Extremity and Spine in Sports Medicine. St. Louis: Mosby, 1995: 1171-1197.


(6)

16. Cypress BK, Characteristics of physician visits for back symptoms: a national perspective. Am J Public Health 1983;73:389-395.

17. Von Korff M, Deyo RA, Cherkin D, et al. Back pain in primary care. Outcomes at 1 year. Spine 1993;18: 855-862.

18. Von Korff M, Saunders K. The course of back pain in primary care. Spine 1996;21:2833-2839.

19. Sinaki M, Mokri B. Low Back Pain and Disorders of the Lumbar Spine. In RL Braddom (ed), Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia: Saunders, 1996; 813-850.

20. Brukner P, Khan K, Thoracic and Chest Pain, in Clinical Sports Medicine 2nd edition, Australia: McGraw-Hill, 2001; 321-329.