HAK CIPTA SEBAGAI OBJEK JAMINAN FIDUSIA DITINJAU DARI UU NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PERBANKAN.

ABSTRAK
Edwin Reynold Simanjuntak
110110080358
Tugas Akhir ini pertama mengangkat permasalahan tentang
penggunaan Hak Cipta sebagai salah satu objek Jaminan Fidusia.
Penggunaan hak cipta sebagai alat penjaminan hingga saat ini belum
dapat dilakukan di Indonesia padahal hal tersebut telah sukses diterapkan
pada beberapa negara lain yang dalam tugas akhir ini dijadikan objek
pembanding. Permasalahan lain yang terkait untuk dianalisis adalah
kedudukan hak cipta dalam sistem hukum benda agar dapat dijadikan
objek jaminan fidusia. Oleh karenanya menjadi hal yang menarik untuk
dianalisis lebih lanjut apakah hak cipta dapat dijadikan suatu objek
jaminan. Penulis mengangkat permasalahan tersebut dengan tujuan untuk
membahas bagaimana kedudukan hak cipta dalam sistem hukum benda
serta hambatan-hambatan dan solusi dalam menerapkannya di Indonesia
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,
dengan spesifikasi penelitian deskriptif-analitis yang bertujuan untuk
menganalisis kaitan antara peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan teori-teori hukum dengan praktik pelaksanaan yang menyangkut
permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi pustaka serta studi lapangan untuk

mengumpulkan data sekunder serta data primer sebagai penunjang, dan
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode normatif kualitatif.
Berdasarkan penelitian dan pembahsan yang Penulis lakukan,
dapat disimpulkan bahwa hak cipta dapat dikategorikan sebagai benda
bergerak dan tidak berwujud sebagaimana tertulis pada Pasal 3 UUHC
sehingga jika dikaitkan dengan Pasal 499 KUH Perdata maka pada hak
cipta terdapat hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan. Jenis
jaminan yang sesuai diterapkan pada hak cipta adalah jaminan fidusia
karena proses pengalihan benda yang dijadikan objek jaminan fidusia
dilakukan atas dasar kepercayaan dimana benda tersebut tetap berada
dalam penguasaan debitur. Hak cipta juga memenuhi syarat yang
ditentukan pada Pasal 1 ayat (2) UUJF. Pihak perbankan di Indonesia
belum mempraktikan hak kekayaan intelektual khususnya hak cipta
sebagai jaminan kredit dengan cara fidusia karena terdapat beberapa
hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan-hambatan tersebut
berkenaan dengan nillai, pasar, kepemilikan, dan kewenangan pengajuan
hak cipta sebagai objek jaminan. Hambatan-hambatan tersebut timbul
akibat adanya permasalahan pokok belum adanya regulasi khusus
mengenai hak kekayaan intelektual khususnya hak cipta sebagai objek
jaminan. Keadaan tersebut menimbulkan resiko yang cukup besar bagi

pihak perbankan untuk dapat menerima hak cipta sebagai suatu objek
jaminan.

iv