Laporan Fidusia Obyek Jaminan Fidusia

LAPORAN OBSERVASI HUKUM JAMINAN

OBSERVASI JAMINAN FIDUSIA DI KANTOR NOTARIS,
KOPERASI DUTA MANDIRI (FINANCE) DAN KANTOR
KEMENKUMHAM WIALAYAH JATENG
(METODE WAWANCARA )

Oleh:
SETYO PUJI W

8111412162

LUHUR SANITIYA PAMBUDI

8111412167

INUGRAHA AL AZIZ PURYASANDRA

8111412180

RAGIL WICAKSONO


8111412192

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

PENDAHULUAN
Pembangunan Nasional yang dilaksanakan pada masa sekarang dilakukan
berdasarkan demokrasi ekonomi yang mandiri dan handal guna mewujudkan
terciptanya masyarakat adil dan makmur secara meluas, selaras adil dan merata.
Pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat serta mengatasi ketimpangan ekonomi serta kesenjangan sosial guna
mencapai kesejahteraan manusia. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur berdasarkan asas kekeluargaan sebagaimana dimaksud dalam
UUD 1945. Kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional perlu senantiasa
dipelihara dengan baik. Guna mencapai tujuan tersebut maka pelaksanaan
pembangunan ekonomi perlu lebih memperhatikan keserasian dan kesinambungan

aspek-aspek pemerataan dan pertumbuhan. Demikian kenyataannya, manusia
memerlukan alat (sarana) bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya baik yang berupa
kebutuhan primer maupun sekunder. Dimana alat-alat untuk memenuhi kebutuhan
itu, manusia tidak mesti mampu untuk membuatnya sendiri, tetapi terkadang
memperolehnya dari orang lain yang memang pekerjaannya berkaitan dengan
barang-barang yang diperlukan. Di samping itu manusia dalam usaha memenuhi
kebutuhan hidupnya kadang kala mengalami keterbatasan dana sehingga sudah
sewajarnya manusia untuk saling membutuhkan dalam memenuhi kebutuhan yang
beraneka ragam guna melanjutkan kehidupannya.
Dengan semakin berkembangnya kegiatan ekonomi maka semakin terasa
perlunya sumber-sumber untuk membiayai kegiatan usaha. Hubungan antara
pertumbuhan kegiatan ekonomi ataupun pertumbuhan kegiatan usaha erat
kaitannya dengan pembiayaan. Hal ini disebabkan karena dunia perbankan
ataupun lembaga keuangan lainnya merupakan mitra usaha bagi perusahaanperusahaan jasa non keuangan lainnya. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Persaingan usaha antar bank yang semakin tajam dewasa ini telah mendorong
munculnya berbagai jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan


kompetitif. Dalam situasi seperti ini Bank Umum (konvensional) akan
menghadapi persaingan baru dengan kehadiran lembaga keuangan ataupun bank
non-konvensional. Fenomena ini ditandai dengan pertumbuhan lembaga keuangan
dan bank muamalat dengan sistem syariah. Suatu hal yang sangat menarik, yang
membedakan antara manajemen bank muamalat dengan bank umum adalah
terletak pada pemberian balas jasa, baik yang diterima oleh bank maupun para
investor. Jika dilihat kenyataan di masyarakat, masih banyak terjadi kesimpang
siuran mengenai pemahaman tentang pengertian Lembaga Keuangan dengan
Bank Muamalat, walaupun sesungguhnya banyak persamaan diantara kedua jenis
lembaga tersebut. Hal ini diperkuat dengan Peratutan Pemerintah No. 70 Tahun
1992, tentang perubahan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) menjadi Bank
Umum. Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional,
menurut UU No. 7 Tahun 1992, dapat juga melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. Di Indonesia, keberadaan Bank Muamalat sudah ada
sejak pertengahan tahun 1992, tepatnya setelah disyahkannya UU No. 7 Tahun
1992 sebagai dasar hukum, yang kemudian dirubah menjadi UU No. 10 Tahun
1998.
Pada dasarnya Lembaga Keuangan Syariah atau Bank Muamalat
merupakan badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan, untuk

memobilisasi dana masyarakat dan memberikan pelayanan jasa perbankan lainnya
berdasarkan prinsip-prinsip syariah islam yang bersumber pada Al Qur’an dan Al
Hadist. Suatu hal yang membedakan antara Bank Islam dengan Bank
Konvensional adalah penerapan sistem bagi hasil yang menggantikan sistem
bunga. Sistem ini merupakan terobosan terbaru dalam dunia perbankan, bagi
mereka yang tidak menginginkan adanya unsur riba pada bunga. Disisi lain,
kombinasi antara manajemen Bank Umum dengan Sistem Keuangan Syariah,
dapat diterapkan sebagai sarana untuk menyeimbangkan antara dua kepentingan
(lenders dan borrowers). Hukum jaminan yang tergolong dalam bidang hukum
ekonomi (the economic law), mempunyai fungsi sebagai penunjang kegiatan
perekonomian dan kegiatan pembangunan pada umumnya. Eksistensi perjanjian
sebagai salah satu sumber perikatan dapat kita temui landasannya pada ketentuan
pasal 1233 kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang menyatakan bahwa:

“Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena perjanjian baik karena undangundang”
Ada beberapa jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum. Pertama
adalah dalam bentuk gadai, kedua adalah dalam bentuk hipotek yang telah dirubah
kedalam hak tanggungan, ketiga adalah hak tanggungan yang diatur dalam
undang-undang No 4 tahun 1996, yang terakhir adalah jaminan fidusia, yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

(yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Jaminan Fidusia). Jaminan
fidusia sendiri sebagaimana yang dipaparkan para ahli adalah perluasan akibat
banyak kekurangannya lembaga gadai (pand) dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat dan tidak dapat mengikuti perkembangan di masyarakat. Sebelum
dikeluarkannya Undang-Undang Jaminan Fidusia, eksistensi fidusia sebagai
pranata jaminan diakui berdasarkan yurisprudensi. Konstruksi fidusia berdasarkan
yurisprudensi yang pernah ada adalah penyerahan hak milik atas kepercayaan,
atas benda atau barang-barang bergerak (milik debitor) kepada kreditor dengan
penguasaan fisik atas barang-barang itu tetap pada debitor. Sebelum berlakunya
Undang-Undang Jaminan Fidusia, benda benda yang dapat menjadi objek jaminan
fidusia berupa benda bergerak yang merupakan benda dalam persediaan
(investori), benda dagangan, piutang, peralatan mesin, dan kendaraan bermotor.
Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya kebendaan yang menjadi objek
jaminan fidusia mulai meliputi juga kebendaan bergerak yang tak berwujud,
maupun benda tak bergerak.
A. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana proses terjadinya jaminan fidusia di kantor notaris…………?
b. Bagaimana

debitur


dalam

menjaminkan

barangnya

di

lembaga

pembiayaan Koperasi Duta Mandiri Semarang ?
c. Bagaimana proses jaminan fidusia online di kantor Kemenkumham
wilayah jawa tengah ?
B. TUJUAN PENULISAN
a. Menjelaskan proses terjadinya jaminan fidusia di kantor notaris………
b. Menerangkan proses debitur dalam menjaminkan barangnya di
lembaga pembiayaan Koperasi Duta Mandiri Semarang

c. Memaparkan proses jaminan fidusia online di kantor Kemenkumham

wilayah jawa tengah
C. WAKTU DAN TEMPAT OBSERVASI
1. Kantor Notaris
Hari

:

Pukul

:

Tempat

:

Alamat

:

2. Lembaga Pembiayaan

Hari

:

Pukul

:

Tempat

:

Alamat

:

3. Kantor Kemenkumham Wilayah Jawa Tengah
Hari

:


Pukul

:

Tempat

:

Alamat

:

D. TUJUAN OBSERVASI
1. Untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Hukum Jaminan
2. Untuk mengetahui proses terjadinya jaminan fidusia di instansi yang
saling berkaitan yaitu kantor notaris, lembaga pembiayaan, dan
Kemenkumham Jateng
3. Mengetahui apakah teori yang ada di buku sesuai dengan praktek yang
ada di instansi


E. METODE OBSERVASI
Kami menggunakan metode pada waktu observasi tugas mata kuliah
hukum jaminan yaitu dengan wawancara langsung, karena wawancara langsung
menurut kelompok kami sangat efektif untuk menggali informasi yang kami
butuhkan secara jelas. Pertama kami melakukan observasi di kantor notaris
ibu……….. yang beralamat………….. .Sedangkan yang kedua yaitu lembaga
pembiayaan yang menjadi partner dari notaris……… yaitu Koperasi Duta
Mandiri yang beralamat di………. Dan kami melakukan wawancara dengan
ibu………. Pegawai koperasi dan bapak………. Manager koperasi. Yang terakir
yaitu kami ke Kantor kemenkumham Wilayah Jateng yang beralamat
di…………… untuk mengetahui proses fidusia online
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Jaminan Fidusia
Perjanjian yang didasarkan pada pasal 1320 KUH Perdata, tidak
disebutkan adanya suatu formalitas tertentu di samping kesepakatan yang telah
dicapai itu, maka dapat disimpulkan bahwa perjanjian itu sah (dalam arti
mengikat) apabila telah tercapai kesepakatan mengenai hal-hal yang pokok dari
perjanjian itu. Perjanjian yang seperti itu disebut perjanjian konsensuil. Di
samping itu terdapat undang-undang yang menetapkan, bahwa untuk sahnya suatu

perjanjian diharuskan perjanjian itu (perjanjian penghibahan barang tetap) tetapi
hal yang demikian itu merupakan suatu perkecualian. Selanjutnya dikatakan
bahwa perjanjian-perjanjian untuk mana ditetapkan suatu formalitas atau bentuk
cara tertentu dinamakan perjanjian formil. Apabila perjanjian yang demikian itu
tidak memenuhi formalitas yang ditetapkan oleh undang-undang, maka batal demi
hukum.
Perjanjian Jaminan Fidusia ini termasuk dalam perjanjian formil, karena
berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 bahwa pembebanan
benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan Akta Notaris dalam bahasa Indonesia
dan merupakan Akta Jaminan Fidusia. Bahkan akta tersebut wajib didaftarkan ke
Kantor Pendaftaran Fidusia sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (1) dan

kemudian baru dikeluarkanlah Sertifikat Jaminan Fidusia. Perjanjian pemberian
jaminan fidusia sama seperti perjanjian penjaminan lain, yang merupakan
perjanjian yang bersifat accesoir, sebagaimana ditegaskan pada Pasal 4 UndangUndang Nomor 42 Tahun 1999, berbunyi: Jaminan Fidusia merupakan perjanjian
ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak
untuk memenuhi suatu prestasi. Perjanjian Accesoir mempunyai ciri-ciri: tidak
bisa berdiri sendiri, ada/lahirnya, berpindahnya dan berakhirnya bergantung dari
perjanjian pokoknya.
Mengenai fidusia sebagai perjanjian assessoir, dijelaskan Munir Fuady
lebih lanjut sebagai berikut:
Sebagaimana perjanjian jaminan hutang lainnya, seperti perjanjian gadai, hipotek
atau hak tanggungan, maka perjanjian fidusia juga merupakan suatu perjanjian
yang assessoir (perjanjian buntutan). Maksudnya adalah perjanjian assecoir itu
tidak mungkin berdiri sendiri, tetapi mengikuti/membuntuti perjanjian lainnya
yang merupakan perjanjian pokok. Dalam hal ini yang merupakan perjanjian
pokok adalah hutang piutang. Karena itu konsekuensi dari perjanjian assesoir ini
adalah jika perjanjikan pokok tidak sah, atau karena sebab apapun hilang
berlakunya atau dinyatakan tidak berlaku, maka secara hukum perjanjian fidusia
sebagai perjanjian assessoir juga ikut menjadi batal
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia yang dimaksud dengan pengertian Fidusia adalah pengalihan hak
kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda
yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik
benda.
Beberapa ciri yang tampak dalam perumusan tersebut antara lain:
a. Pengalihan hak kepemilikan suatu benda;
b. Atas dasar kepercayaan;
c. Benda itu tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Pengalihan hak milik adalah hak milik atas benda yang diberikan sebagai
jaminan, dialihkan oleh pemiliknya kepada kreditur penerima jaminan, sehingga
selanjutnya hak milik atas benda jaminan ada pada kreditur penerima jaminan.

Atas dasar kepercayaan, tidak ada penjelasan resmi dalam Undang-Undang
Fidusia. Kata “kepercayaan” mempunyai arti bahwa pemberi jaminan percaya,
bahwa penyerahan ”hak miliknya” tidak dimaksudkan untuk benar-benar
menjadikan kreditur pemilik atas benda yang diserahkan kepadanya dan bahwa
nantinya kalau kewajiban perikatan pokok, untuk mana diberikan jaminan fidusia
dilunasi, maka benda jaminan akan kembali menjadi milik pemberi jaminan.
Tetap dalam penguasaan pemilik benda maksudnya adalah bahwa penyerahan itu
dilaksanakan secara contitutum possesorium, yang artinya penyerahan “hak milik”
dilakukan dengan janji, bahwa bendanya sendiri secara physic tetap dikuasai oleh
pemberi jaminan. Jadi kata-kata “dalam penguasaan” diartikan tetap dipegang
oleh pemberi jaminan.

yang diserahkan adalah hak yuridisnya atas benda

tersebut. Dengan demikian hak pemanfaatan (hak untuk memanfaatkan benda
jaminan) tetap ada pada pemberi jaminan. Dalam hal demikian maka hak milik
yuridisnya ada pada kreditur penerima fidusia, sedang hak sosial ekonominya ada
pada pemberi fidusia. Selanjutnya, dalam jaminan Fidusia pengalihan hak
kepemilikan dimaksudkan semata-mata sebagai jaminan bagi pelunasan hutang,
bukan untuk seterusnya dimiliki oleh Penerima Fidusia. Hal ini dikuatkan lagi
dengan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
(UUJF) yang menyatakan bahwa setiap janji yang memberikan kewenangan
kepada Penerima Fidusia untuk memiliki benda yang menjadi objek jaminan
fidusia apabila debitur cidera janji akan batal demi hukum. Objek Jaminan Fidusia
(benda) telah diatur dalam Pasal 1 ayat (4), Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 20 UUJF
2. Pembebanan dan Pendaftaran Jaminan Fidusia
Pasal 4 UUJF menyatakan jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu
perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi
suatu prestasi. Yang dimaksud prestasi di sini adalah memberikan sesuatu, berbuat
sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu, yang dapat dinilai dengan uang.
Pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia diatur Pasal 5 yaitu:
(1) Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam
bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia;

(2) Terhadap pembuatan Akta jaminan fidusia dikenakan biaya yang besarnya
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Selanjutnya Akta Jaminan Fidusia haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
(1) haruslah berupa akta notaris;
(2) haruslah dibuat dalam bahasa Indonesia;
(3) harus berisikan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut:
a. Identitas pihak pemberi fidusia: Nama lengkap, agama, tempat tinggal/tempat
kedudukan, tempat lahir tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan,
pekerjaan;
b. Identitas pihak penerima fidusia, yakni tentang dana seperti tersebut di atas;
c. Haruslah dicantumkan hari, tanggal, dan jam pembuatan akta fidusia;
d. Data perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia;
e. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia, yakni tentang
identifikasi benda tersebut, dan surat bukti kepemilikan. Jika benda selalu
berubah-ubah seperti benda dalam persediaan (inventory) haruslah disebutkan
tentang jenis, merek, dan kualitas dari benda tersebut.
f. Berapa nilai penjaminannya;
g. Berapa nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia;
Mengacu Pasal 1870 KUH Perdata, bahwa Akta Notaris merupakan akta
otentik yang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna tentang apa yang
dimuat di dalamnya di antara para pihak beserta ahli warisnya atau para pengganti
haknya. Jadi, bentuk akta otentik dapat dianggap paling dapat menjamin kepastian
hukum berkenaan dengan objek jaminan fidusia. Menurut Munir Fuady, jika ada
alat bukti Sertifikat Jaminan Fidusia dan sertifikat tersebut adalah sah, maka alat
bukti lain dalam bentuk apapun harus ditolak. Para pihak tidak cukup misalnya
hanya membuktikan adanya fidusia dengan hanya menunjukkan Akta Jaminan
yang dibuat Notaris. Sebab menurut Pasal 14 ayat (3) UU Fidusia No.42 Tahun
1999, maka dengan akta jaminan fidusia, lembaga fidusia dianggap belum lahir.
Lahirnya fidusia tersebut adalah pada saat didaftarkan di kantor Pendaftaran
Fidusia. Selanjutnya, mengenai pendaftaran jaminan fidusia diatur pada Pasal 11
yang bunyinya:

(1) Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan;
(2) Dalam hal benda yang dibebani dengan jaminan fidusia berada di luar wilayah
Negara Republik Indonesia, kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tetap berlaku.
Berdasarkan Pasal 12 dan 13 UUJF, pendaftaran jaminan fidusia kepada
Kantor Pendaftaran Fidusia. Jika kantor fidusia di tingkat II (kabupaten/kota)
belum ada maka didaftarkan Kantor Pendaftaran Fidusia di Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia di tingkat
Propinsi. Yang berhak mengajukan permohonan pendaftaran jaminan fidusia
adalah penerima fidusia, kuasa ataupun wakilnya, dengan melampirkan
pernyataan pendaftaran jaminan fidusia, yang memuat:
a. Identitas pihak Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia;
b. Tanggal nomor Akta Jaminan Fidusia, nama dan tempat kedudukan
Notaris yang membuat Akta Jaminan Fidusia;
c. Data perjanjian pokok yang dijamin Fidusia;
d. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan Fidusia;
e. Nilai penjaminan dan;
f. Nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia
pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran.
Tanggal pencatatan Jaminan Fidusia pada Buku daftar Fidusia adalah dianggap
sebagai tanggal lahirnya jaminan Fidusia. Pada hari itu juga Kantor Pendaftaran
Fidusia di Kanwil Kehakiman di Tingkat Provinsi (jika Kantor Fidusia di tingkat
kabupaten/kota belum ada) mengeluarkan/menyerahkan Sertifikat Jaminan
Fidusia kepada pemohon atau Penerima Fidusia.
Dalam sertifikat Jaminan Fidusia dicantumkan kata-kata ”DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Sertifikat
tersebut mempunyai eksekutorial yang dipersamakan dengan putusan Pengadilan
yang memperoleh kekuatan hukum tetap. Artinya adalah sertifikat Jaminan
Fidusia ini dapat langsung dieksekusi tanpa melalui proses persidangan dan
pemeriksaan melalui Pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak
untuk melaksanakan putusan tersebut. Sesuai ketentuan dalam Pasal 5 Peraturan

Pemerintah No. 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia
dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia, dinyatakan bahwa dalam hal terdapat
kekeliruan penulisan dalam sertifikat Jaminan Fidusia yang telah diterima oleh
pemohon, maka dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah
diterimanya sertifikat tersebut, pemohon wajib memberitahukan kepada kantor
untuk diterbitkan sertifikat perbaikan. Penerbitan sertifikat perbaikan tersebut
tidak dikenakan biaya.
3. Pengalihan dan Penghapusan Jaminan Fidusia
Pengalihan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 24
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Pasal 19 UUJF,
bunyinya yaitu
a. Pengalihan hak atas piutang yang dijamin dengan Fidusia mengakibatkan
beralihnya demi hukum segala hak dan kewajiban penerima fidusia kepada
kreditur baru.
b. Beralihnya jaminan fidusia didaftarkan oleh kreditur baru kepada Kantor
Pendaftaran Fidusia. Pengalihan hak atas hutang (cession), yaitu pengalihan
piutang yang dilakukan dengan akta otentik maupun akta di bawah tangan.
Yang dimaksud dengan mengalihkan antara lain termasuk dengan menjual
atau menyewakan dalam rangka kegiatan usahanya. Pengalihan hak atas
hutang dengan jaminan fidusia dapat dialihkan oleh penerima fidusia kepada
penerima fidusia baru (kreditur baru). Kreditur baru inilah yang melakukan
pendaftaran tentang beralihnya jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran
Fidusia.Dengan adanya cession ini, maka segala hak dan kewajiban penerima
fidusia lama beralih kepada penerima fidusia baru dan pengalihan hak atas
piutang tersebut diberitahukan kepada pemberi fidusia. Pemberi fidusia
dilarang untuk mengalihkan menggadaikan atau menyewakan kepada pihak
lain benda yang menjadi objek fidusia, karena jaminan fidusia tetap mengikat
benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapa pun benda
tersebut berada. Pengecualian dari ketentuan ini adalah bahwa pemberi fidusia
dapat mengalihkan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia.
Jadi pengalihan perjanjian pokok dalam mana diatur hak atas piutang yang
dijamin dengan fidusia, mengakibatkan beralihnya demi hukum segala hak

dan kewajiban penerima fidusia kepada kreditur baru. Selanjutnya kreditur
baru harus mendaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia.
Selain dapat dialihkan jaminan fidusia juga dapat hapus. Yang dimaksud
dengan hapusnya jaminan fidusia adalah tidak berlakunya lagi jaminan fidusia.
Ada tiga sebab hapusnya jaminan fisudia, sebagaimana diatur dalam Pasal 25
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu:
a. Hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia yang dimaksud hapusnya
hutang

adalah antara lain karena pelunasan dan bukti hapusnya hutang

berupa keterangan yang dibuat kreditur;
b. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia atau;
c. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Musnahnya benda
jaminan fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi.
Apabila hutang dari pemberi fidusia telah dilunasi olehnya menjadi kewajiban
penerima fidusia, kuasanya, atau walaupun untuk memberitahukan secara tertulis
kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia yang
disebabkan karena hapusnya hutang pokok. Pemberitahuan itu dilakukan paling
lambat 7 hari setelah hapusnya jaminan fidusia yang bersangkutan dengan
dilampiri dokumen pendukung tentang hapusnya jaminan fidusia. Dengan
diterimanya pemberitahuan tersebut, maka ada 2 hal yang dilakukan Kantor
Pendaftaran Fidusia, yaitu:
a. Pada saat yang sama mencoret pencatatan jaminan fidusia dari buku daftar
fidusia; dan
b. Pada tanggal yang sama dengan tanggal pencoretan jaminan fidusia dari
buku daftar fidusia. Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan surat
keterangan yang menyatakan “sertifikat jaminan fidusia yang bersangkutan
tidak berlaku lagi”.
Hapusnya fidusia karena musnahnya hutang yang dijamin dengan fidusia adalah
sebagai konsekuensi dari sifat perjanjian jaminan Fidusia sebagai perjanjian
ikutan/assesoir dari perjanjian pokoknya yaitu perjanjian hutang/kredit. Jadi, jika
perjanjian kreditnya lenyap karena alasan apapun maka jaminan fidusia ikut
lenyap pula. Hapusnya jaminan fidusia karena pelepasan hak oleh penerima
fidusia

adalah

wajar

mengingat

pihak

penerima

fidusia

bebas

untuk

mempertahankan haknya atau melepaskan haknya. Dengan musnahnya objek
jaminan fidusia maka jaminan fidusia juga hapus karena tidak ada manfaatnya
fidusia dipertahankan jika objeknya musnah. Namun apabila benda yang menjadi
objek jaminan fidusia diasuransikan dan kemudian benda tersebut musnah karena
sesuatu sebab, maka hak klaim asuransi dapat dipakai sebagai pengganti benda
yang menjadi objek jaminan fidusia dan diterima oleh penerima fidusia, karena
menurut Pasal 10 huruf dan Pasal 25 UUJF bahwa jaminan fidusia meliputi klaim
asuransi, dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia diasuransikan, dan
musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak menghapus klaim
asuransi.
Berdasarkan Pasal 25 ayat (3) UUJF hapusnya jaminan fidusia wajib
diberitahukan oleh kreditur penerima fidusia kepada kantor penerima fidusia
dengan melampirkan pernyataan mengenai hapusnya hutang, pelepasan hak atas
jaminan fidusia atau musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.
Ketentuan ini merupakan konsekuensi logis dari ketentuan Pasal 16 ayat (1) yang
mengatur bahwa apabila terjadi perubahan mengenai hal-hal yang tercantum
dalam sertifikat jaminan fidusia. Penerima fidusia wajib mengajukan permohonan
pendaftaran atas perubahan tersebut kepada kantor pendaftaran fidusia. Dengan
pemberitahuan tersebut Kantor Pendaftaran Fidusia melakukan pencoretan
pencatatan jaminan fidusia dari Buku Daftar Fidusia dan menerbitkan surat
keterangan yang menyatakan sertifikat Jaminan Fidusia yang bersangkutan tidak
berlaku lagi. Adapun tujuan prosedur tersebut adalah untuk memberikan kepastian
hukum kepada masyarakat atau pihak ketiga bahwa terhadap benda tersebut sudah
tidak dibebani dengan Jaminan Fidusia.
PEMBAHASAN
1. Proses terjadinya jaminan fidusia di kantor notaris…………?
Notaris merupakan salah satu pejabat negara yang kedudukannya sangat
dibutuhkan di masa sekarang ini. Di masa modern ini, masyarakat tidak lagi
mengenal perjanjian yang berdasarkan atas kepercayaan satu sama lain seperti
yang mereka kenal dulu. Setiap perjanjian yang dilakukan oleh masyarakat pasti
akan mengarah kepada notaris sebagai sarana keabsahan perjanjian yang mereka

lakukan. Karena itulah, kedudukan notaris menjadi semakin penting di masa
seperti sekarang ini. Seperti pejabat negara yang lain, notaris juga memiliki
kewenangan tersendiri yang tidak dimiliki oleh pejabat negara yang lainnya.
Selain kewenangannya, para notaris juga memiliki kewajiban dan larangan yang
wajib mereka patuhi dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Dengan berdasar pada
Undang-undang No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, para notaris di
Indonesia wajib untuk memahami apa yang menjadi wewenang dan kewajiban
mereka serta larangan yang tidak boleh dilakukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya. Dalam pelaksanaan wewenang, jika misalnya ada seorang pejabat
yang melakukan suatu tindakan diluar atau melebihi kewenangannya, maka
perbuatannya itu akan dianggap sebagai perbuatan melanggar hukum. Demikian
pula dengan notaris, para notaris wajib untuk mengetahui sampai di mana batas
kewenangannya. Selain wewenang yang mereka miliki, notaris juga memilki
kewajiban yang harus mereka penuhi dalam pelaksanaan tugas jabatannya serta
larangan yang tidak boleh dilakukan yang apabila ketiga hal ini dilanggar maka
notaris yang bersangkutan akan memperoleh sanksi sesuai dengan ketentuan yang
telah diatur dalam Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN)
Proses terjadinya jaminan fidusia yaitu dari lembaga pembiayaan
kemudian di daftarkan melalui akta otentik dari notaris. Dulu akta notaris di
daftarkan secara manual di kantor fidusia dalam hal ini di Kementrian Hukum
dan Ham. Tetapi sekarang sudah bisa melalui online, informasi yang kami gali
dari keterangan ibu notaris yanti…… pendaftaran bisa dilakukan secara online
dengan klausa mengupload Aakta otentik, objek jaminan, dan harus pembayaran
bisa lewat Bank BNI. Setelah semua terpenuhi maka sertifikat jamina n fidusia
langsung keluar dan bisa langsung di print out. Sebelum itu ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh Debitur yaitu Antara lain:
-KTP para pihak yaitu Antara debitur dan lembaga pembiayaan
-Akta pendirian Finance
-NPWP
-Dan biasanya Surat kelengkapan Kendaraan ( STNK/BPKB)

Sebelumnya kami akan menguraikan tentang syarat dan prosedur jaminan fidusia
secara manual, sebelum adanya online.

Persyaratan:
 Surat permohonan Pendaftaran Jaminan Fidusia diajukan kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
 Salinan akta Notaris.
 Surat kuasa/surat pendelegasian wewenang atau wakilnya dengan
melampirkan pernyataan Jaminan Fidusia.
 Melampirkan lembar pernyataan (Lampiran I Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M-01.UM.01.06 Tahun 2000 –
angka 5)
 Bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Prosedur:
I. Pendaftaran Sertifikat Jaminan Fidusia:
Permohonan diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia melalui Kantor Pendaftaran Fidusia di tempat kedudukan
pemberi fidusia secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh penerima fidusia,
kuasa atau wakilnya, dengan melampirkan pernyataan Pendaftaran Jaminan
Fidusia dan mengisi formulir yang bentuk dan isinya ditetapkan dengan Lampiran
I Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M-01.UM.01.06 Tahun 2000, yang isinya:
1. Identitas pihak pemberi dan penerima yang meliputi:
 Nama lengkap
 Tempat tinggal/tempat kedudukan.
 Pekerjaan.
2. Tanggal dan nomor akta Jaminan Fidusia, nama dan tempat kedudukan
Notaris yang memuat akta Jaminan Fidusia.
3. Data perjanjian pokok yaitu mengenai macam perjanjian dan utang yang
dijamin dengan fidusia.

4. Uraian mengenai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia (Lihat
penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999).
5. Nilai penjamin
6. Nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.
II. Perubahan Sertifikat Jaminan Fidusia:
1. Permohonan diajukan oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya kepada
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia secara tertulis
dalam bahasa Indonesia melalui Kantor Pendaftaran Fidusia Direktorat
Jenderal Administrasi Hukum Umum, apabila Sertifikat Jaminan Fidusia
dikeluarkan oleh Kantor Pendaftaran Fidusia Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum.
2. Melampirkan Sertifikat Jaminan Fidusia dan pernyataan perubahan.
3. Biaya permohonan.
4. Pernyataan perubahan dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal
pencatatan permohonan, setelah selesai dilekatkan pada Sertifikat Jaminan
Fidusia untuk diserahkan kepada pemohon yaitu penerima fidusia, kuasa
atau wakilnya.
5. Melampirkan Lembar Pernyataan Lampiran II Keputusan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.01.UM.01.06
Tahun 2000.
III. Penghapusan/pencoretan Sertifikat Jaminan Fidusia:
1. Hapusnya Jaminan Fidusia wajib diberitahukan secara tertulis kepada
Kantor Pendaftaran Fidusia paling lambat 7 hari setelah hapus.
2. Lampiran dokumen pendukung:
 Permohonan oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya pada
Kantor Pendaftaran Fidusia di tempat kedudukan pemberi fidusia.
 Sertifikat Jaminan Fidusia yang asli.
3. antor Pendaftaran Fidusia mencoret pencatatan Jaminan Fidusia dari Buku
Daftar Fidusia.
4. Kantor

Pendaftaran

Fidusia

menerbitkan

surat

keterangan

yang

menyatakan Sertifikat Jaminan Fidusia yang bersangkutan tidak berlaku

lagi dan sertifikat dicoret dan disimpan dalam arsip Kantor Pendaftaran
Fidusia
2. Proses

debitur

dalam

menjaminkan

barangnya

di

lembaga

pembiayaan Koperasi Duta Mandiri Semarang
Setelah kami melakukan observasi Di Kantor Notaris ibu……….. yang beralamat
di……………. Kami bertanya juga mengenai lembaga pembiayaan, dan
kebetulan notaris ibu…. Mempunyai partner finance yaitu Koperasi Duta Mandiri
yang sering bekerja sama dengan Notaris dalam proses pembuatan Akta,
Pendaftaran jaminan fidusia dll. Dari situlah kami langsung menuju Koprasi
tersebut dan benar disana kami melakukan observasi dengan wawancara langsung
dengan ibu alice seorang karyawan Koperasi. Dalam hal yang berkaitan dengan
jaminan fidusia banyak debitur menjaminkan barang berupa Sepeda Motor.
Adapun syarat debitur dalam menjaminkan barang ( motor) yang akan di
fidusiakan, seperti berikut:
-BPKB Asli+Fotokopi
-STNK Fotokopi
-KK Fotokopi
-KTP Fotokopi
Dalam menentukan harga barang yang di fidusiakan maka dari finance terdapat
juru taksir sendiri, tugasnya juru taksir adalah menaksir kira-kira harga pantasnya
berapa, penaksiran sendiri max 60%

dari harga pasar. Seperti motor yang

kebanyakan di jaminkan syaratnya pun tahunya max 10 tahun kebelakang. Seperti
kebanyakan jaminan lainya jika debitur wanprestasi maka barang akan dilelang,
jika hasil lelang nilainya lebih maka kelebihanya akan dikembalikan ke debitur.
Setelah itu tugas finance adalah kerjasama dengan notaris agar di buatkan akta
otentik dan di daftarkan mengenai jaminan fidusianya, semua biaya tersebut
langsung di tanggung oleh debitur.
3. Proses jaminan fidusia online di kantor Kemenkumham wilayah jawa
tengah ?

Semenjak

adanya

Peraturan

Menteri

Keuangan

nomor

130/PMK.010/2012, maka permohonan pendaftaran jaminan fidusia di Kantor
Pendaftaran Fidusia (KPF) mengalami lonjakan peningkatan yang luar biasa.
Semenjak Oktober 2012 sampai dengan Februari 2013, permohonan pendaftaran
jaminan fidusia terus meningkat hingga dalam seharinya lebih dari 2000 – 3000
an berkas yang masuk ke Kantor Pendaftaran Fidusia yang ada di Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia wilayah
Propinsi Jawa Timur. Sedangkan di KPF, dalam hal ini KPF Jatim, masih belum
dipersiapkan secara matang untuk penambahan Sumber Daya Manusianya,
perangkat, tempat untuk pelayanan, tempat untuk pemrosesan dan tempat untuk
penyimpanan berkas guna mengantisipasi lonjakan tersebut. Akibatnya, pada
waktu itu berkas di KPF menggunung. Penyelesaian jadi amat sangat lambat.
Untuk koreksi berkas di bawah 10 berkas, saat itu bisa langsung dilayani,
sedangkan jika dalam jumlah banyak berkas harus antri. Dan antrinya bisa makan
waktu beberapa minggu hanya untuk koreksi, belum untuk proses yang lain.
Sementara itu, untuk bayar PNBP harus antri lagi, karena ada jam pelayanan
perbankan yang terbatas juga, mengingat BNI yang saat itu menjadi tempat
pembayaran PNBP di KPF setempat hanyalah payment point. Selain karena
keterbatasan Sumber Daya Manusia dan perangkatnya, petugas BNI sudah harus
menyetorkan PNBP tersebut di sore hari. Sehingga dalam sehari, kemampuan BNI
di KPF hanya bisa melayani pembayaran dalam jumlah yang terbatas. Kemudian
untuk mendapatkan STD (Pernyataan Pendaftaran Jaminan Fidusia) yang sudah
ditandatangani, distempel dan diberi nomor sertifikat fidusia pun bisa makan
waktu kurang lebih seminggu. Belum lagi waktu yang KPF butuhkan untuk
melakukan scan STD untuk pembuatan Sertifikat Jaminan Fidusia (SJF), waktu
yang dibutuhkan untuk tanda tangan pejabat yang berwenang, pemberian cover
Sertifikat Jaminan Fidusia, registrasi, dan lain sebagainya. Bahkan sempat antrian
untuk dapat nomor dan kuota berkas untuk antri koreksi juga pembayaran PNBP,
dimulai sejak dini hari sudah harus mengantri diluar pagar KPF. Belum lagi
antrian di dalam KPF. Itupun setelah berjuang mengantri, hanya dapat kuota 3
berkas saja perhari untuk per Notaris. Luar biasa. Saat-saat yang sangat
melelahkan bagi Notaris dan staf.

Semua itu belum seberapa. Masih banyak lagi duka derita yang harus
dialami Notaris. Seperti misalnya berkas hilang di dalam KPF padahal sudah
mengantri lama, ada sedikit kesalahan saja harus mengantri semuanya lagi dari
awal dan peraturan yang berubah-ubah hampir setiap hari di KPF. Semuanya
cukup memusingkan. Apalagi ditambah dengan pergantian Kepala Divisi
Pelayanan Hukum yang menyebabkan tertundanya penyelesaian Sertifikat
Jaminan Fidusia untuk berkas yang masuk sejak akhir November 2012 sampai
dengan pertengahan Desember 2012. Bahkan yang tidak kalah tragisnya adalah
pada saat berkas sudah mengantri berminggu-minggu, bahkan ada yang sudah
beberapa bulan antri koreksi. Ternyata dikembalikan lagi disertai dengan map
yang berisi lembaran kertas untuk mencetak sendiri Sertifikat Jaminan Fidusia
untuk masing-masing berkas. Dan setelah berlangsung beberapa waktu, Sertifikat
Jaminan Fidusia sudah diprint dan diberi cover oleh Notaris, peraturan berubah
lagi. KPF tidak menerima berkas dan tidak menyelesaikan lagi secara manual
karena sudah adanya perintah untuk pelaksanaan fidusia secara online. Sehingga
dari semua berkas yang masuk, banyak juga berkas yang sudah mengantri 2 kali
karena perubahan peraturan, kini terpaksa dipulangkan lagi untuk yang ketiga
kalinya. Untunglah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia cepat tanggap dengan kebutuhan proses yang cepat, tidak berbelit dan
aman. Melalui Surat Edaran Dirjen AHU tertanggal 5 maret 2013, nomor AHU06.OT.03.01

tahun

2013

mengenai

Pemberlakuan

Sistem

Administrasi

Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik (Online System) maka dimulailah
era baru pendaftaran jaminan fidusia secara online. Dimana terhitung sejak
tanggal 5 Maret 2013, maka KPF di seluruh Indonesia dalam menjalankan tugas
dan fungsinya tidak lagi menerima permohonan pendaftaran jaminan fidusia
secara manual. Ini akan membawa peningkatan PNBP dan penghematan
pengeluaran anggaran biaya negara. Juga mempermudah pelaku bisnis yang
membutuhkan keamanan dalam menjalankan usahanya, seperti halnya Koperasi,
Lembaga Pembiayaan dan Bank. Dan yang patut diacungi jempol, petunjuk
penggunaan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik selain dapat diunduh
melalui situs Ditjen AHU, dapat diunduh juga melalui www.youtube.com. Ini
terobosan baru dan dengan diluncurkannya online system ini membawa angin

segar bagi semua pihak. Akan tetapi, bagaimanakah fidusia online dalam
pelaksanaannya
Sejak awal adanya menu Fidusia Online sekitar bulan Februari 2013,
pengakses tanpa username dan password masih bisa mengakses ke dalam sistem.
Dan hal ini membawa pertanyaan apakah pihak-pihak selain Notaris (misalnya
lembaga pembiayaan, Bank, Koperasi, perorangan) bisa mengajukan permohonan
pendaftaran jaminan fidusia, termasuk pula perubahan atas jaminan fidusia sendiri
nantinya? Syukurlah, akhirnya pertanyaan ini terjawab juga. Pada akhir Februari
2013 ternyata fidusia online ini tidak bisa lagi diakses oleh pengakses tanpa
username dan password. Sebenarnya apa saja yang bisa dilakukan oleh Fidusia
Online? Seberapa jauh kemampuannya? Apa saja kelemahannya? Apa saja yang
perlu diperhatikan? Berikut ini adalah uraian isi perut sistem dalam Fidusia
Online tersebut :
1. PENGECEKAN
Di tampilan awal dapat kita jumpai menu pengecekan. Pengecekan seperti
apakah yang disediakan? Dalam perjalanannya, KPF banyak menghadapi
pertanyaan

dari

Lembaga

Pembiayaan,

Lembaga

Swadaya

Masyarakat,

Kejaksaan, Kepolisian, perorangan dan pihak-pihak lainnya terutama berkaitan
dengan jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor. Apakah benar kendaraan
tersebut sudah difidusiakan? Jika benar sudah difidusiakan, kapan difidusiakan?
Dibuat dihadapan Notaris mana?Akan tetapi, ternyata pengecekan yang dimaksud
adalah dengan memasukkan nomor sertifikat fidusia. Sehingga hal ini tentu saja
tidak bisa mengakomodasi kebutuhan semua pihak. Dan ini cukup rawan bagi
Notaris, karena dapat dimungkinkan pendaftaran fidusianya ganda. Jadi, untuk
yang sudah didaftarkan secara manual, masih sangat besar kemungkinan untuk
didaftarkan lagi secara online. Termasuk apabila Debitur sudah melunasi
kewajibannya pada Kreditur, akan tetapi belum dilakukan pencoretan pembebanan
jaminan fidusianya, hal ini tidak terdeteksi. Sehingga dapat terjadi fidusia ulang
tanpa pencoretan pembebanan jaminan fidusianya yang lama. Pertama, karena
data yang ada di database sistem tersebut hanyalah untuk jaminan fidusia yang

sudah didaftarkan dalam sistem online. Dan tidak ada data obyek yang sudah
didaftarkan menjadi jaminan fidusia secara manual dalam database tersebut.
Kedua, untuk pengecekan hanya bisa dilakukan dengan memasukkan nomor
sertifikat fidusia. Sehingga, untuk mengecek obyek jaminan fidusia tersebut
apakah sudah didaftarkan atau belum, maka si pencari harus sudah memiliki
nomor sertifikat jaminan fidusianya. Dan tidak bisa mengeceknya berdasarkan
nomor polisi (jika kendaraan bermotor) atau nama pemberi fidusia misalnya.
Dalam menu pengecekan tersebut, database yang bisa kita lihat hanya nomor
pendaftaran, nama dan alamat penerima fidusia, jenis fidusia (jenis disini
misalnya adalah untuk pendaftaran jaminan fidusiakah? Atau pencoretan? Atau
transaksi lainnya), waktu daftar, tanggal akta, nomor akta, nama Notaris dan area
Kantor Wilayahnya. Hanya itu saja. Kita tidak bisa mengecek rinciannya.
2. TANGGAL TERDAFTARNYA OBYEK JAMINAN FIDUSIA
Yang perlu diperhatikan untuk pendaftaran fidusia disini adalah kapan
obyek fidusia yang didaftarkan tersebut telah terdaftar? Terhitung sejak tanggal
input atau tanggal bayar PNBP atau tanggal tercetaknya Sertifikat Jaminan
Fidusia yang menjadi patokan? Hal ini sangat penting dan harus diperhatikan,
mengingat sangat cepatnya banyak hal yang bisa saja terjadi di kurun waktu
antara tanggal penerimaan berkas, tanggal pembuatan akta, tanggal input, tanggal
pembayaran PNBP dan tanggal penerbitan sertifikat jaminan fidusia. Bisa saja
diantara

tanggal

tersebut

sudah

terjadi

eksekusi

jaminan

fidusia,

pemindahtanganan obyek jaminan tanpa seijin kreditur, musnahnya obyek
jaminan fidusia, atau apapun sudah terjadi. Yang mana tempus delicti nya adalah
sangat penting untuk diketahui terjadi di kurun waktu yang manakah terjadinya
hal-hal tersebut. Pada saat pendaftaran jaminan fidusia masih berlangsung secara
manual, setelah PNBP terbayar, maka biasanya Penerima Fidusia, bilamana
diperlukan harus melaksanakan penarikan barang jaminan tersebut; sudah dapat
melakukan penarikan barang jaminan. Ini karena pada tanggal dan hari yang sama
sudah keluar juga nomor Sertifikat Jaminan Fidusianya yang tertera di Pernyataan
Pendaftaran Jaminan Fidusia yang disampaikan ke KPF. Sehubungan dengan hal

tersebut, apakah tanggal dianggap telah terdaftar itu masih sama seperti saat
manual
Dalam pengisian aplikasi, nantinya bila semua telah kita input
sebagaimana mestinya dan pembayaran PNBP telah dilaksanakan, maka dapat
mencetak Surat Pernyataan (dulu disebut STD/ Surat Pernyataan Jaminan
Fidusia). Dimana mulai dari penginputan, pembayaran PNBP sampai dengan
keluarnya Surat Pernyataan itu, kita hanya mendapat nomor registrasi (semacam
nomor kendali). Apakah itu berarti obyek jaminan sudah terdaftar? Ataukah harus
menunggu tercetaknya Sertifikat Jaminan Fidusia untuk mendapatkan jaminan
kepastian perlindungan hak-hak para pihak sebagaimana diatur dalam Undangundang jaminan Fidusia

3. FORMULIR PENDAFTARAN FIDUSIA
Dalam sistem pendaftaran fidusia online dapat ditemukan tulisan bahwa
aplikasi sistim pendaftaran fidusia online ini merupakan bagian tak terpisahkan
dari formulir pendaftaran fidusia. Yang jadi masalah, Formulir Pendaftaran
Fidusia macam apakah yang dimaksudkan?
4. JENIS-JENIS TRANSAKSI FIDUSIA
Dalam sistem ada beberapa jenis transaksi yang disediakan. Antara lain
pendaftaran, perubahan, daftar transaksi dan pencarian obyek. Kesemuanya sudah
dapat dipergunakan, akan tetapi untuk menu perubahan, masih dalam proses
pembuatan. Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah dapat siap dan segera
dapat diakses. Sampai saat tulisan ini dibuat (7 April 2013) dalam sistem baru bisa
dilakukan pendaftaran jaminan fidusia saja, masih belum dapat mendaftarkan
perubahan seperti halnya koreksi karena adanya kesalahan penulisan dalam
sertifikat jaminan fidusia, pencoretan jaminan fidusia sehubungan dengan telah
lunasnya pinjaman debitur, dan lain sebagainya. Harapan para Notaris dan pihakpihak yang berkepentingan, dapat kiranya segera diimplementasikan, mengingat
banyaknya kebutuhan untuk mengakses menu tersebut. Untuk menu pencarian
obyek yang disediakan sistem, ternyata tetap saja untuk penggunaannya harus
memasukkan nomor sertifikat jaminan fidusianya seperti halnya pengecekan di

menu login. Dalam daftar transaksi ada juga pencarian, akan tetapi pencarian
tersebut berdasarkan nomor registrasi dari transaksi username yang bersangkutan
saja dan sifatnya hanya dapat mengecek transaksi username yang akses itu saja.
Tidak bisa mengecek dari username lain.
5. INPUT DATA DALAM SISTEM
a. Cara penginputan cukup mudah dan sederhana. Tidak terlalu banyak yang harus
diinput.
b. Di dalam sistem, penginputan data dilakukan dalam box yang telah disediakan.
Tampilan cukup kecil, tapi saat dicoba menginput, bisa lebih dari 1.000 karakter.
Akan tetapi belum dicoba mencetak Surat Pernyataan maupun Sertifikat Jaminan
Fidusia dengan karakter yang amat banyak. Preview Surat Pernyataan error begitu
dicoba untuk menginput dengan karakter yang amat banyak. Tapi harus
diperhatikan juga oleh system buildernya/Direktorat Jenderal AHU, bilamana
Penerima dan/atau Pemberi Fidusia lebih dari satu, atau bilamana dalam box-box
isian tersebut ada kemungkinan harus bisa diinput dengan jumlah karakter yang
banyak, maka mohon kiranya agar kebutuhan ini dapat diakomodir, supaya
penginputan dapat dilakukan dengan benar sehingga Sertifikat Jaminan Fidusia
yang tercetak nantinya tepat guna, benar dan sempurna sebagaimana mestinya.
c. Mohon diperhatikan juga nama Notaris login. Saat menginput aplikasi tersebut,
nama Notaris sudah tertera dalam box (sudah diinput sendiri secara otomatis oleh
sistem). Jika ada kekurangan huruf/kesalahan penulisan, memang bisa diedit
(dalam box). Tapi, nantinya yang tercetak pada Surat Pernyataan akan tetap salah.
Sedangkan yang di Sertifikat Jaminan Fidusia sudah yang benar. Hal ini juga saya
alami sendiri. Dan untuk pembetulannya dapat mengirim email permohonan
pembetulan pada email address Direktorat Jenderal AHU yang tertera pada sistem.
d. Seringkali setelah diinput, ternyata gagal simpan. Sehingga harus menginput
ulang. Atau terkadang sudah diisi dengan benar, ternyata begitu di klik proses
masih saja disuruh menginput kembali, karena menurut sistim ada kesalahan
penginputan data.

e. Adanya perbedaan antara display dan inputan dalam nilai jaminan, saat
memasukkan 14 digit angka. Demikian pula saat memasukkan 21 digit angka.
Misalnya

menuliskan

70.000.000.000.000,

maka

display

akan

tertulis

70.000.000.000.000,01. Hal mana jika lebih dari 21 digit angka, maka display
akan tertulis berupa rumus/formula. Untuk jumlah digit lainnya tidak masalah
6. PENCETAKAN
a. Bilamana mencetak pengantar bayar untuk pembayaran PNBP, lalu ada
kesalahan dalam pencetakan (misal: paper jam), atau tengah mencetak tiba-tiba
koneksi ke internet atau listrik padam, maka tidak dapat dicetak ulang. Mohon
bantuan instansi yang berwenang agar untuk menu ini dapat diatur bisa dicetak
ulang.
b. Sertifikat Jaminan Fidusia yang tercetak tidak dalam satu halaman. Perlu tenaga
ahli untuk mensettingnya terlebih dahulu, baru pencetakan bisa dilakukan dalam
satu halaman.
7. TAMPILAN SURAT PERNYATAAN DAN SERTIFIKAT JAMINAN
FIDUSIA
a. Nama Pemberi Fidusia dan Debitur sudah tercantum, sedang mengenai obyek
jaminan fidusianya sama sekali tidak tercantum. Baik jenisnya, bukti
kepemilikannya maupun nilainya, sama sekali tidak ada dalam Sertifikat Jaminan
Fidusia. Sedangkan untuk Surat Pernyataan, mengenai obyek jaminan fidusianya
hanya ditulis sesuai dengan akta saja. Hal ini menimbulkan banyak komplain dari
Penerima Fidusia. Karena bagi pelaku bisnis seperti Lembaga Pembiayaan
maupun Bank, misalnya. Maka akan sulit membedakan dari sekian banyak
Sertifikat Jaminan Fidusianya, karena tidak ada uraian mengenai obyek
jaminannya, seperti halnya jika itu kendaraan bermotor maka memerlukan nomor
polisi, nomor rangka, nomor mesin, warna kendaraan, atau spesifikasi lainnya.
Terutama bagi petugas lapangannya, pasti akan kesulitan dalam melaksanakan
tugas pekerjaannya.
b. Tanda tangan langsung tercetak pada sistem dan tidak ada stempel. Hal ini juga
banyak mendapatkan komplain dari pelaku bisnis. Karena tampilan seperti
Sertifikat Jaminan Fidusia atau Surat Pernyataan dikhawatirkan dapat ditiru

dengan mudah. Tidak adanya pengamanan, entah jenis kertasnya, stempelnya atau
tanda tangannya, itu menimbulkan banyak kekhawatiran pemalsuan.
c. Terkadang pencetakan Sertifikat Jaminan Fidusia tidak sempurna. Tanggal dan
jam yang tidak tercetak, atau beberapa item tidak tercetak. Bahkan mungkin tanda
tangan by system tidak tercetak. Bagaimana untuk pembenahannya. Mohon
kiranya instansi yang berwenang dapat memberikan solusi bagi permasalahan ini.
Karena hal ini memang terjadi, akan tetapi meski laporan dan keluhan sudah
disampaikan melalui email pun, sampai saat ini mengenai hal ini masih belum
mendapatkan jawaban.
Seperti halnya untuk situs Pendaftaran Jaminan Fidusia yang lebih sering
gagal akses. Ataupun loadingnya sangat lama. Apakah karena jumlah
pengaksesnya yang teramat banyak sehingga overload, ataukah karena servernya
mungkin memang belum memadai? Hal ini juga seiring sejalan dengan BNI
sebagai tempat penerimaan pembayaran PNBP untuk pendaftaran jaminan fidusia
seluruh Indonesia. Diawal mula berlakunya sistim online, malah tidak semua
kantor cabang BNI mengetahui bahwa pembayaran PNBP pendaftaran jaminan
fidusia bisa dilakukan melalui kantor cabang BNI manapun dan tidak lagi harus di
payment point KPF setempat. Seringkali juga terjadi PNBP telah dibayar di BNI,
tapi di sistem masih “red light”; sehingga harus bolak-balik mengcomplainkan
dan membereskannya. Bagaimana jika PNBP sudah dibayar, ternyata masih “red
light”, sedangkan proses pengurusannya ke Bank dan instansi terkait
membutuhkan waktu lebih dari 3 hari? Bagaimana nasib PNBP yang sudah kita
bayar, Haruskah kita input ulangAtau jika BNI ternyata sedang offline, atau
overload, sehingga akhirnya pembayaran PNBP tertunda. Dan akibatnya, bagi
yang lewat dari 3 hari setelah cetak pengantar pembayaran ke BNI, maka Notaris
harus menginput ulang pendaftaran jaminan fidusianya. Hal ini cukup
merepotkan. Apalagi masa 3 hari itu, penghitungannya juga termasuk Sabtu,
Minggu dan hari libur. Bilamana memungkinkan ada baiknya 3 hari hitungan
tersebut, terhitungnya hanya hari kerja saja. Sementara Sabtu, Minggu dan hari
libur (termasuk cuti bersama) tidak termasuk dalam hitungan. Dengan Sistim
Pendaftaran Fidusia Online, penerimaan negara melalui PNBP akan melesat
tajam. Demikian pula penghematan yang telah dilakukan sangat signifikan. Maka

perlu kiranya didukung dengan pelayanan yang baik. Misalnya dengan pelayanan
penyelesaian pengaduan/permasalahan secara langsung, cepat, bersih dan segera.
Menyediakan Customer Service yang siap sedia, cerdas, mengerti, bersih, tanggap
dan tidak berbelit. Ada baiknya Customer Service disiapkan untuk melayani di
tiap Kanwil Kemenkum HAM RI pada hari dan jam kerja, dan menyiapkan pula
Customer Care by phone yang siap melayani 24 jam-7 hari dalam seminggu
(mengingat sulitnya menelepon Customer Service SABH saat ada permasalahan
dalam pendaftaran/perubahan Perseroan Terbatas, maka belajar dari pengalaman
tersebut, mohon kiranya menyiapkan nomor telepon dan petugas khusus untuk
handle permasalahan fidusia online, by phone. Agar penelepon tidak
terkonsentrasi menelepon di jam kerja, juga agar Notaris yang tidak terlayani di
jam kerja, masih dapat menikmati layanan tersebut; maka ada baiknya layanan
tersebut dibuat 24 jam-7 hari dalam seminggu). Bercermin juga dari pelayanan
SABH untuk Perseroan Terbatas yang tidak memuaskan bilamana ada komplain,
koreksi, surat menyurat, permohonan pembukaan sistem ulang untuk mengedit
kesalahan dan lain sebagainya (yang dilakukan melalui surat menyurat manual,
telepon, sms, email dan fax), maka Kemenkum HAM/Ditjen AHU harus
memotong kompas semua kesulitan komunikasi ini dengan menyediakan tenaga
khusus yang berkompeten untuk menjawab semua email, fax, telepon, SM