LAMPIRAN 1 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI (BIOFERTILIZER) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK DAN MEDIA TANAM YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 1 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI (BIOFERTILIZER) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK DAN MEDIA TANAM YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)Ainun Masfufah, Agus Supriyanto, Tini Surtiningsih Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya
Abstract This study aims to determine the effect of dose biofertilizer, the influence of growing media, and the influence of the combinations of biofertilizer dose and growing media on growth and productivity of tomato plants. The study used a completely randomized design factorial 2x5 pattern was repeated 3 times. The first factor is the fertilizer dose (D) which consisted of D = no fertilizer, Da = NPK fertilizer dose 10 g/plant, D
5 = biofertilizer dose 5 ml/plant, D 10 =
15
biofertilizer dose 10 ml/plant, and D = biofertilizer dose 15 ml/plant. The second1
2 factor is the growing medium (M) which consists of M (soil) and M (soil:compost = 1:1). The variable of observation consists of plant height (cm), leaf number (strand), tomato fruit number per plant (fruit), and tomato fruit weight (g). Analysis of the data used by Two- way ANOVA and Independent Sample T- Test. The results of statistical analysis show that the biofertilizer dose affect on plant height, but had no effect on leaf number, tomato fruit number per plant, and tomato fruit weight. Whereas. The growing media is also effect on leaf number and tomato fruit weight, but had no effect on plant height and tomato fruit number per plant. However, the combination of biofertilizer dose and growing media had no effect on any response to the growth and productivity of tomato plants.
Biofertilizer dose 10 ml/plant showed the best result compared with other treatments on plant height, and the soil growing medium showed better result on leaf number and tomato fruit weight. Keywords: Biofertilizer, doses, growing media, tomato plants (Lycopersicon esculentum).
Pendahuluan Tomat merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang keberadaannya sering dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat digunakan sebagai sumber alternatif pendapatan petani (Cahyono, 2008). Hal ini
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ditunjang dengan permintaan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri yang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Hanindita, 2008).Permintaan pasar yang tinggi tidak diimbangi dengan produktivitas tomat yang tinggi pula (Purwati dan Khairunisa,2007). Untuk meningkatkan hasil produksinya, pada umumya petani menggunakan pupuk NPK (Cahyono, 2008). Akan tetapi, bagi para petani, harga pupuk kimia ini masih tergolong sangat mahal (Astuti dan Robert, 2011). Selain itu, pupuk ini juga dapat memberi dampak buruk bagi lingkungan yang berimbas pada rusaknya ekosistem yang dapat dilihat dari tingginya tingkat pencemaran air dan tanah (Cahyono, 2008).
Pupuk hayati (biofertilizer) merupakan pupuk yang mengandung 9 konsorsium mikroba dan bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman agar menjadi lebih baik. Mikroba yang digunakan yaitu (1) bakteri fiksasi Nitrogen non simbiotik Azotobacter sp. dan Azospirillum sp.; (2) bakteri fiksasi Nitrogen simbiotik Rhizobium sp.; (3) bakteri pelarut Fosfat Bacillus megaterium dan Pseudomonas sp.; (4) bakteri pelarut Fosfat Bacillus subtillis; (5) mikroba dekomposer Cellulomonas sp.; (6) mikroba dekomposer Lactobacillus sp.; dan (7) mikroba dekomposer Saccharomyces cereviceae (Suwahyono, 2011).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan penggunaan media tanam yang berbeda sehingga didapatkan peningkatan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat .
Metode Penelitian Tahap pembuatan pupuk hayati (biofertilizer) Setiap isolat bakteri dimasukan ke dalam larutan 100 ml media NB dan glukosa 1% steril dan diinkubasi 24 jam. Kemudian semua kultur bakteri dimasukan ke dalam larutan molase 2% dan diinkubasi 24 jam.
Tahap perlakuan Polybag dibagi menjadi dua perlakuan, yaitu (1) polybag diisi dengan tanah; dan (2) polybag diisi dengan campuran tanah dan kompos (1:1). Pemberian pupuk hayati (Biofertilizer) diberikan pada tanaman tomat di dalam polybag dengan cara disemprotkan pada media tanam dengan dosis 5 ml, 10 ml, dan 15 ml
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
tiap tanaman, sedangkan pemberian pupuk NPK dengan dosis 10 g/tanaman diberikan dengan cara ditaburkan pada media tanam. Masing-masing pupuk diberikan 4 kali, yaitu 3 hari sebelum transplanting, 7 hari pasca transplanting, 30 hari pasca transplanting, dan 70 hari pasca transplanting.Rancangan penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2x5 diulang 3 kali. Faktor pertama adalah dosis pupuk (D) yang terdiri atas D =
5 tanpa perlakuan, Da= dosis pupuk NPK 10 g/tanaman, D = dosis biofertilizer 5
10
15 ml/tanaman, D = dosis biofertilizer 10 ml/tanaman, dan D = dosis biofertilizer 15 ml/tanaman. Faktor kedua adalah media tanam (M), yang terdiri atas M
1 (tanah) dan M 2 (tanah : kompos = 1:1). Variabel yang diamati terdiri atas tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), jumlah buah per tanaman (buah), dan berat buah per tanaman (g).
Prosedur memperoleh data Data tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai pada ujung tunas tertinggi dan pengukuran dilakukan setiap satu minggu. Jumlah daun (helai) dihitung dengan cara menjumlahkan semua daun yang ada pada tanaman dan pengukuran dilakukan setiap satu minggu. Jumlah buah (buah) dihitung dengan cara menjumlahkan semua buah yang dihasilkan tiap tanaman. Berat buah (g)
dihitung dengan cara menimbang semua buah yang dihasilkan tiap tanaman.
Analisis data Data tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), jumlah buah (buah), dan berat buah (g) dianalisis secara statistik menggunakan uji Two-way Analysis of
Varians (ANOVA) dan uji Independet-Samples T Test dengan asumsi data berdistribusi normal.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Hasil dan Pembahasan Pengaruh dosis pupuk hayati (biofertilizer) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum) Tabel 4.1 Pengaruh dosis pupuk hayati (biofertilizer) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tomat (n=3)Jumlah daun Tinggi tanaman Jumlah buah Berat buah Dosis (helai) (cm) (buah) (g) D 18±3.53 a 49.55±13.55 a 4±1.86 26.75±14.46 a
D 23±1.41 b 67.88±0.88 bc 12±7.46 45.82±28.66 D 5 22±4.95 ab 53.00±13.29 ab 6±4.02 39.42±35.28
D 10 20±2.12 ab 75.92±10.44 c 10±5.18 46.94±18.63
15 D 18±0.00 a 47.08±3.84 a 5±0.82 43.84±20.86
Keterangan : D = tanpa pemupukan, D a = dosis pupuk NPK 10 g/tanaman, D 5 =
10 dosis biofertilizer 5 ml/tanaman, D = dosis biofertilizer 10
15 ml/tanaman, dan D = dosis biofertilizer 15 ml/tanaman, angka- angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata (α=5%) Berdasarkan hasil analisis data secara statistik, dosis pupuk hayati
(biofertilizer) berpengaruh terhadap tinggi tanaman tomat. Hal ini menunjukan bahwa pemberian biofertilizer pada dosis yang berbeda, menunjukan respon tinggi tanaman yang berbeda pula. Menurut Suwahyono (2011), mikroba yang ada di dalam biofertilizer yang diaplikasikan pada tanaman mampu mengikat nitrogen dari udara, melarutkan fosfat yang terikat di dalam tanah, memecah senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana, dan memacu pertumbuhan tanaman.
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa pemberian dosis biofertilizer 10 ml/tanaman (D 10 ) memberikan hasil rata-rata tinggi tanaman yang lebih baik jika dibandingkan pemberian biofertilizer pada dosis yang berbeda. Hal ini
10 dimungkinkan karena pada perlakuan D merupakan dosis pupuk yang paling sesuai untuk pertumbuhan tinggi tanaman tomat. Menurut Uno (2001) dalam Puspitasari (2010), bila suatu tanaman ditempatkan pada kondisi yang mendukung dengan unsur hara dan unsur mineral yang sesuai, maka tanaman tersebut akan mengalami pertumbuhan ke atas dan menjadi lebih tinggi.
Pemberian biofertilizer dengan dosis 5 ml/tanaman (D 5 ) dan dosis 15 ml/tanaman (D 15 ) memberikan hasil yang kurang bagus dibandingkan dengan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
pemberian biofertilizer pada dosis 10 ml/tanaman (D 10 ). Hal ini dimungkinkan karena pada dosis biofertilizer 5 ml/tanaman (D5 ), jumlah mikroba yang ada kurang mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Sedangkan pada dosis biofertilizer 15 ml/tanaman (D 15 ), dimungkinkan karena tingginya persaingan antar mikroba dalam memperoleh makanan yang menyebabkan kebutuhan nutrisi mikroba kurang terpenuhi sehingga mikroba bekerja kurang optimal yang menyebabkan pengaruhya terhadap tinggi tanaman juga kurang optimal (Simanungkalit dkk., 2006).
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik, dosis pupuk hayati (biofertilizer) berpengaruh terhadap jumlah daun dan jumlah buah. Akan tetapi, pada dosis berapakah yang memberikan hasil yang paling baik terhadap jumlah daun dan jumlah buah tomat, tidak dapat diamati pada hasil analisis statistik. Hal ini disebabkan karena nilai p jumlah daun = 0.040 dan nilai p jumlah buah = 0.013 yang mendekati α (0.05), yang menunjukan bahwa ada pengaruh dosis pupuk hayati (biofertilizer) terhadap respon, akan tetapi hasilnya tidak terlalu berbeda nyata. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian pupuk hayati (biofertilizer) menunjukan hasil yang signifikan saat diuji bersama, akan tetapi menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap respon jumlah daun dan jumlah buah saat diuji terpisah.
Hasil analisis data secara statistik juga menunjukan bahwa dosis pupuk hayati (biofertilizer) tidak berpengaruh terhadap berat buah tomat. Hal ini disebakan karena tidak berbeda nyatanya hasil yang ditunjukan oleh pengaruh dosis biofertilizer terhadap jumlah daun tomat. Jumlah daun erat kaitannya dengan berat buah tomat yang dihasilkan. Menurut Harjadi (1979), daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis karena mengandung klorofil, sehingga dapat mengubah karbon dioksida dan air menjadi karbohidrat dan oksigen dengan bantuan sinar matahari. Karbohidrat ini kemudian digunakan untuk membentuk senyawa-senyawa lain yang dibutuhkan dalam pembentukan struktur sel tanaman dan untuk mendukung aktivitas metabolisme lain atau diakumulasikan dalam sel organ tertentu (Sitompul dan Bambang, 1995).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum)
Tabel 4.2 Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tomat (n=3)Media Jumlah daun Tinggi tanaman Jumlah buah tanam (helai) (cm) (buah) Berat buah (g) M 1 22±2.77 a 62.01±7.67 9±4.32 53.25±8.80 a
2 M 18±2.19 b 55.70±18.82 6±3.63 27.39±11.05 b
Keterangan : M 1 = media tanam tanah, M 2 = media tanam tanah : kompos (1:1), angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama
menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata (α=5%)
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik, media tanam berpengaruh terhadap jumlah daun dan berat buah, dimana jumlah daun dan berat buah tomat paling tinggi terdapat pada perlakuan media tanah (M1 ), sementara perlakuan
2 media campuran tanah dan kompos 1:1 (M ) memiliki jumlah daun dan berat buah yang lebih rendah. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suliasih dkk. (2010) dan Kurnia (2007), yang menunjukan bahwa penggunaan kompos memberikan pengaruh yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan media tanah terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh kematangan kompos yang masih kurang. Menurut Simanungkalit dkk. (2006), kematangan kompos dapat dilihat dari rasio C/N yang rendah, pH, warna seperti warna tanah, dan suhu yang rendah (< 30
C). Kompos yang digunakan dalam penelitian ini memiliki warna coklat kehitaman dan suhu 30 C. Suhu ini dapat dikatakan masih cukup tinggi, sehingga menyebabkan pertumbuhan bakteri pengurai yang terdapat pada kompos kurang optimal. Kurang optimalnya pertumbuhan bakteri pengurai menyebabkan kompos kurang terurai sempurna sehingga kandungan C/N masih cukup tinggi dan tidak dapat diserap oleh tanaman. Selain itu, kompos yang kurang matang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat karena pengaruh suhu yang panas serta adanya senyawa fitotoksik yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik, media tanam tidak berpengaruh terhadap respon tinggi tanaman dan jumlah buah tomat. Hal ini
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dimungkinkan karena pengaruh sifat genetik tanaman. Pada varietas yang sama,
sifat genetik yang dimiliki pada tanaman juga hampir sama. Sehingga, pemberian
perlakuan media tanam yang berbeda akan menghasilkan tinggi tanaman dan
jumlah buah tomat yang hampir sama karena sifat genetik tanaman lebih dominan
(Saragih, 2008).
Pengaruh kombinasi dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanam
terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon
esculentum) Tabel 4.2 Pengaruh kombinasi biofertilizer dan media tanam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tomat (n=3)Jumlah buah Respon Jumlah daun (helai) Tinggi tanaman (cm) Berat buah (g)
(buah) Perlakuan M
1 M
2 M
1 M
2 M
1 M
2 M
1 M
2 D 21 ± 0.58 16±0.58 60.80±26.07 39.97±3.05 6±2.12 2±0.71 38.65±4.60 14.85±13.22
D 24 ± 2.52 22±5.66 68.50±8.67 67.25±27.22 16±6.35 8±6.51 61.03±23.39 30.60±28.50
a
D
5 25 ± 6.08 18±1.53 62.40±12.57 40.70±10.26 8±5.29 4±2.12 59.23±41.24 19.60±15.30
D 21 ± 2.64 18±2.83 68.53±8.17 83.30±7.50 9±5.29 11±8.48 53.33±22.29 38.55±17.89
10 D 15 18 ± 1.41 18±1.53 49.80±10.89 44.37±8.57 5±1.41 4±0.71 54.00±38.89 33.35±1.63
a
5 Keterangan : D = tanpa pemupukan, D = dosis pupuk NPK 10 g/tanaman, D = dosis biofertilizer 5 ml/tanaman, D 10 = dosis biofertilizer 10 ml/tanaman, dan D
15 = dosis biofertilizer 15 ml/tanaman, M 1 = media tanah, M 2 = media tanah: kompos (1:1) Berdasarkan hasil analisis data secara statistik, kombinasi dosis pupuk
hayati (biofertilizer) dan media tanam tidak berpengaruh terhadap jumlah daun,
tinggi tanaman, jumlah buah, dan berat buah. Hal ini dimungkinkan karena nilai
standard deviasi yang tinggi pada masing-masing kombinasi perlakuan sehingga
menyebabkan tidak berpengaruhnya perlakuan kombinasi dosis biofertilizer dan
penggunaan media tanam terhadap terhadap semua respon pertumbuhan dan
produktivitas tanaman tomat.Secara deskriptif, pada semua respon pertumbuhan dan produktivitas
tanaman tomat, kombinasi pemberian pupuk hayati (biofertilizer) pada berbagai
dosis dengan media tanam tanah menunjukan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan dengan penggunaan media tanam campuran tanah: kompos (1:1).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Hal ini dimungkinkan karena kompos yang digunakan masih kurang matang, sehingga penggunaan kompos sebagai media tanam memberikan pengaruh yang tidak lebih baik jika dibandingkan dengan media tanam tanah karena kandungan organik dalam kompos belum terurai secara sempurna sehingga unsur hara bagi tanaman juga kurang yang menyebabkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat juga kurang optimal (Simanungkalit dkk., 2006).1
5 Pada respon jumlah daun, perlakuan M D menunjukan hasil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini menunjukan bahwa mikroba yang terdapat dalam biofertilizer mampu menyediakan unsur hara yang dapat ditangkap oleh tanah dan kemudian dapat diserap oleh tanaman. Menurut Ashari (1995), partikel koloid tanah yang bermuatan negatif lebih memungkinkan unsur hara terikat pada partikel tersebut, hal ini penting terutama dalam mempertahankan nutrisi dari pencucian. Dengan demikian tanah menjadi kaya unsur hara yang berguna bagi tanaman.
Pada respon berat buah, perlakuan M
1 D 5 menunjukan hasil berat buah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya, tetapi tidak lebih
1 a baik jika dibandingkan dengan perlakuan M D . Hasil berat buah ini erat kaitannya dengan jumlah daun yang terdapat pada tanaman tomat. Pada respon jumlah daun, tanaman dengan perlakuan M
1 D 5 menunjukan hasil jumlah daun yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil berat buah yang diperoleh pada tanaman dengan perlakuan yang sama. Menurut Harjadi (1979), jika suatu tanaman yang sedang berada pada fase reproduktif dari perkembangan tanaman, maka karbohidrat hasil fotosintesis yang terjadi di daun, tidak seluruhnya dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman, akan tetapi disimpan (ditimbun) untuk perkembangan bunga, biji, buah, atau alat-alat persedian yang lain.
2
10 Pada respon tinggi tanaman, perlakuan M D menunjukan hasil paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukan bahwa meskipun kompos yang digunakan kurang matang, akan tetapi dengan pemberian biofertilizer pada dosis yang sesuai, dapat memperbaiki kondisi media tanam sehingga pertumbuhan tanaman juga dapat optimal. Mikroba pada pemberian
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
biofertilizer dengan dosis 10 ml/tanaman dimungkinkan mampu memanfaatkan nutrisi yang terdapat pada kompos dengan sebaik mungkin sehingga dapat tumbuh dengan optimal dan dapat memperbaiki kondisi media tanam campuran tanah dan kompos (1:1) yang kurang matang menjadi lebih baik. Menurut Simanungkalit dkk. (2006), jika dosis pupuk hayati (biofertilizer) diberikan pada media tanah yang dicampur dengan kompos (1:1), maka pertumbuhan tanaman akan optimal. Bahan organik yang ada pada kompos berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyedian unsur hara tanaman.2
5 Pada respon tinggi tanaman, perlakuan M D menunjukan hasil tinggi tanaman yang hampir sama dengan perlakuan M
2 D 15 , hal ini dimungkinkan karena pada perlakuan M
2 D 5 kurang mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk optimalisasi pertumbuhan tanaman. Sedangkan pada perlakuan M
2 D 15, tingginya persaingan antar mikroba dalam memperoleh nutrisi yang
menyebabkan kebutuhan nutrisi mikroba kurang terpenuhi sehingga mikroba bekerja kurang optimal (Simanungkalit dkk, 2006). Menurut Schlegel (1994), nutrisi merupakan faktor penting yang harus terpenuhi oleh mikroba, karena nutrisi ini dapat digunakan untuk pertumbuhan dan metabolisme mikroba dalam mempertahankan kehidupan mikroba.
1
10
2
10 Pada respon jumlah buah, perlakuan M D dan M D menunjukan hasil jumlah buah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan kombinasi yang lain. Hal ini dimungkinkan karena adanya pengaruh faktor tinggi tanaman dan lingkungan yang juga turut berperan dalam optimalisasi pembentukan buah.
Menurut Wijayani dan Widodo (2005), kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan faktor lingkungannya. Menurut Zulfitri (2005), tanaman yang lebih tinggi dapat memberikan hasil per tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang lebih pendek. Hal ini dikarenakan tanaman yang lebih tinggi dapat mempersiapkan organ vegetatifnya lebih baik sehingga organ fotosintat yang dihasilkan akan lebih banyak.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
KesimpulanPupuk hayati (biofertilizer) pada dosis pupuk yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana hasil terbaik diperoleh pada pemberian biofertilizer dengan dosis 10 ml/tanaman; akan tetapi dosis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah buah, dan berat buah tomat.
Penggunaan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan berat buah tomat, dimana hasil terbaik diperoleh pada penggunaan media tanam tanah; tetapi media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah buah tomat. Sedangkan kombinasi dosis biofertilizer dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buah, dan berat buah tomat.
Daftar Pustaka Anonimous, 2008, Gejala Kekurangan Unsur Hara Bagi Tanaman, akses pada tanggal 25-11-2011.
Ashari, S., 1995, Hortikultura Aspek Budidaya, Cetakan I, Universitas Indonesia Press. Astuti, R. S. dan Robert, A. K., 2011, Serapan Pupuk Kimia Rendah, Kompas, Madiun. Hanindita, N., 2008, Analisis Eksport Tomat Segar Indonesia, Ringkasan Eksekutif, Institut Pertanian Bogor. Harjadi, S. S., 1979, Pengantar Agronomi, PT. Gramedia, Jakarta. Kurnia, I., 2007, Perbandingan Pengaruh Pemupukan antara Pupuk Organik dan Takaran Rendah Pupuk Organik-Inorganik untuk Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum) pada Oxisol, Skripsi, Fakultas Pertainan, Universitas Andalas. Padang.
Purwati, E. dan Khairunisa, 2007, Budi Daya Tomat Dataran Rendah, Penebar Swadaya, Depok. Puspitasari, D., 2010, Bakteri Pelarut Fosfat Sebagai Biofertilizer Pada
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.), skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Saragih, W. C., 2008, Respon Pertumbuhan dan Produksi Tomat (SolanumLycopersicum Mill. ) Terhadap Pemberian Pupuk Fosfat dan Berbagai Bahan Organik, Skripsi, Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Simanungkalit, R. D. M., Didi, A. S., Rasti, S., Diah, S., Wiwik, H., 2006, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Jawa Barat.
Sitompul, S. M., Bambang G., 1995, Analisis Pertumbuhan Tanaman, Gadjah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta. Suliasih, S., Widawati, A. Muharam, 2010, Aplikasi Pupuk Organik dan
Bakteri Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Tomat dan Aktivitas Mikroba Tanah, J. Hort 20(3): 241-246.
Suwahyono, U., 2011, Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif dan Efisien, Penebar Swadaya, Jakarta. Wijayani, A., Widodo, W., 2005, Usaha Meningkatkan Kualitas Beberapa
Varietas Tomat Dengan Sistem Budidaya Hidroponik, Ilmu Pertanian 12(1): 77 – 83.
Zulfitri, 2005, Analisis Varietas dan Polybag Terhadap Pertumbuhan serta Hasil Cabai (Capsicum annum L.) Sistem Hidroponik, BULETIN Penelitian (08), Universitas Mercu Buana, Jakarta.
LAMPIRAN 2 Data jumlah daun tanaman tomat (helai) pada berbagai dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanam
M
1 M
2 Pengamatan minggu ke- Pengamatan minggu ke-
7
16
18
16
16
11
9
18
7
18
16
12
9
6
5
2
10
10
16
13
9
5
3
20
19
12
11
9
7
5
23
18
18
15
1
D
22
8
6
22
16
14
14
10
6
12
3
16
16
19
15
12
7
8
13
18 Stdev 0.58 3.21 3.78 4.58 6.81 6.08 1 1.53 1.53 1.53 1.53
25
17
17
13
12
8
6
21
17
18
16
11
9
6
19 Rata- rata
19
17
23
21
12
8
6
17
16
15
16
9
15
6
3
20
20
19
16
12
18
9
6
18 Stdev 3.16 2.5 2.07 1.79 1.71 1.41 0.58 0.58 2.08 2.08 1.53 1.53 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
19
17
14
11
8
18
19
16
14
14
12
9
6
18 Rata- rata
11
6
22
21
18
16
14
10
8
6
20
1 1 1.41 2.83 0.71 2.83 D
19
15
11
8
6
8 Rata- rata
6
18 Stdev 1.15 2.08 2 2.52 3.06 2.89 2.64
15
6
8
2
17
17
15
12
11
6
1
19
15
14
12
11
9
6
6
19
1
13
9
8
6
20
16
16
11
19
8
6
3
16
15
14
15
15
9
7
D
16 Stdev 1.54 1.53 2.08 0.58 0.58 1.15 1.15 1.53 2.64 0.58 0.58
15
16
14
10
6
17 Rata- rata
21
18
18
15
11
8
6
12
6
1
4
11
8
6
1
6 D
5
3
18
2
1
6
5
4
3
2
16
20
6
6
21
19
19
15
11
8
2
21
16
16
15
14
11
8
7
a
6
17
14
1
5
D
22 Stdev 0.58 1.53 1.53 2.08 1.15 1.15 2.52 1.41 1.41 2.12 2.12 5.66
20
18
10
9
8
6
24
19
16
15
12
6
15
6
17
Ulangan Media Tanam
9
9
6
2
18
16
20
12
12
9
6
32
29
23
8
18 Rata- rata
8
7
6
21
20
17
13
10
6
10
2
6
24
20
15
14
13
7
13
19
18
17
15
10
9
6
26
17
20
17
12
10
7
3
26
22
13
Data rata-rata jumlah daun tanaman tomat (helai) pada berbagai dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan
media tanam pada pengamatan minggu ke-6 (n=3)22
2.77
18 Stdev
22
18 Rata-rata
18
18
15
2.12 D
20
18
21
10
4.95 D
18
Perlakuan M
25
5
1.41 D
23
22
24
3.53 D a
18
16
21
D
2 Rata-rata Stdev
1 M
2.19 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 3 Data tinggi tanaman tomat (cm) pada berbagai dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanammedia tanam M
1 M
2 Perlakuan ulangan
Pengamatan minggu ke- (cm) Pengamatan minggu ke- (cm)
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1 7 12.6 18.1 21.3 30.1 35.5
36.9
4.8 11 17.8 30.8 36 45.9 53.3
2 6 10.1 14.8 24.8 31.3 40.1
43 5 13.2 24.1 39 64.5 74.8 89.8
D
3 9.9 16.8 28.1 33.1 35.5
40
6.8
9.8
14.1
18 23 30.2 39.3 6.7 Rata-rata 5.53 11.33 18.67 29.27 41.17 50.3 60.8 6.57 10.87 16.57 24.73 31.5 37.03 39.97
Stdev 1.1 1.72 5.06 10.58 21.23 22.62 26.07 0.51 1.50 1.66 3.40 1.51 2.66
3.05
1 6.5 10.6 23.3 26 48.8 59.1
63
5.3
2
6 8.3 14.1 25.5 45.1 61.3 64 6.5 10.8 15.7 27.5 48.7 71.5
86.5 D a
3 6.3 12.8 21.6 37.8 64.3 70.3 78.5 4.8 10.5 14.6 27.1
40
41.8
48 Rata-rata 6.27 10.57 19.67 29.77 52.73 63.57 68.5 5.53 10.65 15.15 27.3 44.35 56.65 67.25 Stdev
0.25 2.25 4.9 6.96 10.19 5.93 8.67 0.87 0.21 0.78 0.28 6.15 21 27.22
1 7.9 12.8 22.4 29.7 39 47.5 53.9 6 11.1 17.7 21.4 29.5 34.5
35.1
2 4.4 11.7 19.7 32.1 51.8 64.6
77
5 11 20.6 36.2 44.7
52
55 D
3
5
5.1 9.5 16.1 26.4 38.8 48.6 56.3 5 11.1 18.3 22.6
31
37.3
40.7 Rata-rata 5.8 11.33 19.4 29.4 43.2 53.57 62.4 5.33 11.07 18.87 26.73 35.07 41.27 43.6 Stdev
1.85 1.68 3.16 2.86 7.45 9.57 12.7 0.58 0.06 1.53 8.22 8.38 9.4 10.26
1
6.8 9.6 16.7 26.5
42
54
58.1
7 12 21.7 35.6 54.4 72.5
78
2 6.3 13.4 22.4 35 58.5 69.2 78.2 5.5
9.1
15.1
24
40.5
64
88.6 D
3
10 6.3 13.4 23.8 31.1
62 66.8 69.3
5
10.5 Rata-rata 6.47 12.13 20.97 30.87 54.17 63.33 68.53 5.83 10.53 18.4 29.8 47.45 68.25 83.3 Stdev
0.29 2.19 3.76 4.25 10.68 8.17 10.07 1.04 1.45 4.67 8.2 9.83 6.01
7.5
1
6.5
13 22.4 29.5 34.5 41.4 42.1 5.2 9.3 13.6 17.8 24.2 31.1
34.5
2
5.4 5 10.6 20.4 36.2
40
49.5
50 D
3 4 10.4 20.7
36
15
50.8 56.5 57.5 5.2 10.8 20.2 28.6
39
47
48.6 Skripsi Rata-rata 5.3 11.7 21.55 32.75 42.65 48.95 49.8 5.13 10.23 18.07 27.53 34.4 42.53 44.37 Ainun Masfufah Stdev Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer)
1.25 1.84 1.2 4.6 11.52 10.68 10.89 0.11 0.81 3.87 9.25 8.85 9.98 Esculentum). Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicon pada Berbagai Dosis Pupuk dan Media Tanam yang Berbeda Terhadap
8.57
Data rata-rata tinggi tanaman tomat (cm) pada berbagai dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media
tanam pada pengamatan minggu ke-6 (n=3)13.29 D
7.67
55.70 Stdev
62.01
3.84 Rata-rata
47.08
44.73
49.8
15
10.44 D
75.92
83.3
68.53
10
53.00
Perlakuan M
40.7
62.4
5
0.88 D
67.88
67.25
68.5
13.55 D a
49.55
39.97
60.8
D
2 Rata-rata Stdev
1 M
18.82 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 4 Data jumlah buah tanaman tomat (buah) pada berbagai dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanamDosis Media Tanam Ulangan
M M
1
2
1
4
3
2
7
2 D
3 Rata-rata
4
2 Stdev
2.12
0.71
1
9
2
20
14 D
a
3
20
1 Rata-rata
16
8 Stdev
6.35
6.51
1
2
2
12
6 D
5
3
10
3 Rata-rata
8
4 Stdev
5.29
2.12
1
5
17
2
15
5 D
10
3
7 Rata-rata
9
11 Stdev
5.29
8.74
1
4
2
4 D
15
3
6
5 Rata-rata
5
4 Stdev
1.41
0.71
Data rata-rata jumlah buah tomat (buah) pada berbagai dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanam (n=3)
6
4.32
6 Stdev
9
0.82 Rata-rata
5
4
5
15
5.18 D
10
11
9
10
4.02 D
4
Perlakuan M
8
5
7.46 D
12
8
16
a
1.86 D
4
2
6
D
2 Rata-rata Stdev
1 M
3.63 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 5 Data berat buah tanaman tomat (g) pada berbagai dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanamMedia Tanam Dosis Ulangan M
1 M
2
1
35.4
24.2
2
41.9
5.5 D Rata-rata Stdev
3 38.65 4.6 14.85 13.22
1
50.8
2
44.5
59.1 D a Rata-rata Stdev
3 61.03 23.39
87.8 28.5 30.6
2.1
1
12.5
2
74.7
34.9 D
Stdev
3 59.23 41.24
90.5 19.6 15.3
4.3
5 Rata-rata
1
36.4
51.2
2
79.9
25.9 D
3 22.29 55.33
49.7 17.89 38.55
10 Rata-rata Stdev
1
27
2
34.5 D
3 38.89 54
82
32.2 33.35 1.63
15 Rata-rata Stdev
2 Data rata-rata berat buah tomat (g) pada berbagai dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanam (n=3)
39.42
8.8
27.39 Stdev
53.25
20.86 Rata-rata
43.84
33.35
54
15
18.63 D
46.94
38.55
53.33
10
35.28 D
19.6
Perlakuan M
59.23
5
28.66 D
45.82
30.6
61.03
a
14.46 D
26.75
14.85
38.65
D
2 Rata-rata Stdev
1 M
11.05 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
- 6
- 7
8 MRSA Lactobacillus
24 2.4x10
8 NFB Azotobacter dan Azospirillum
138 60 3.7x10
8 Pikovskaya Bacillus dan Pseudomonas
86 5x10
8 PDA Saccharomyces 150
209 155 1.9x10
12 33 1.7x10
LAMPIRAN 6
Jumlah Mikroba (CFU/ml) Penyusun Pupuk Hayati (biofertilizer) Pada Media Selektif
7 MSA Rhizobium
58 12 9.0x10
Cellulomonas
CMC
10
10
Jumlah miroba pada pengenceran Rata-rata jumlah mikroba (CFU/ml)
Media selektif Mikroba yang tumbuh
8 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 7 Hasil uji statistik pengaruh dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanam terhadap jumlah daun One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Jumlah daun N
3 M2 17.67 1.528
15 Total 20.07 3.591
15 M2 18.47 2.722
6 Total M1 21.67 3.716
3 Total 18.17 1.169
3 M2 18.33 1.528
6 D15 M1 18.00 1.000
3 Total 19.50 2.665
3 M2 18.00 2.000
6 D10 M1 21.00 2.646
3 Total 21.33 5.645
6 D5 M1 25.00 6.083
30 Normal Parameters a,,b
3 Total 22.83 3.125
3 M2 22.00 4.000
6 Da M1 23.67 2.517
3 Total 18.50 2.429
3 M2 16.33 .577
Descriptive Statistics Dependent Variable:Jumlah daun Dosis Media Mean Std. Deviation N D0 M1 20.67 .577
b. Calculated from data.
Kolmogorov-Smirnov Z .826 Asymp. Sig. (2-tailed) .502 a. Test distribution is Normal.
20.07 Std. Deviation 3.591 Most Extreme Differences Absolute .151 Positive .151 Negative -.129
Mean
30 Tests of Between-Subjects Effects
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Dependent Variable:Jumlah daun Type III Sum of Source Squares df Mean Square F Sig. aCorrected Model 220.533 9 24.504 3.196 .015 Intercept 12080.133 1 12080.133 1575.670 .000 Dosis 93.867 4 23.467 3.061 .040 Media 76.800 1 76.800 10.017 .005 Dosis * Media 49.867 4 12.467 1.626 .207 Error 153.333
20 7.667 Total 12454.000
30 Corrected Total 373.867
29
a. R Squared = .590 (Adjusted R Squared = .405) a Levene's Test of Equality of Error Variances
Dependent Variable:Jumlah daun F df1 df2 Sig.
1.664
4 25 .190 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Dosis Jumlah daun
Subset Dosis N
1
2
a,,bDuncan D15
6
18.17 D0