BAB III METODE PERENCANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Perencanaan 3.1.1 Tempat Perencanaan - PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN SAMPAH (IPS) BERBASIS MATERIAL RECOVERY FACILITIES (MRFs) DI PUSAT PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN (PPK) SAMPOERNA Repository - UNAIR REPOSITOR
BAB III METODE PERENCANAAN
3.1 Tempat dan Waktu Perencanaan
3.1.1 Tempat Perencanaan
Perencanaan Instalasi Pengolahan Sampah (IPS) dilaksanakan di Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna yang beralamat di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur (Gambar 3.1). Peta lokasi PPK Sampoerna dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.1 Foto Satelit Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan(Sumber: Anonim, 2012)
3.1.2 Waktu
Waktu perencanaan IPS dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni tahun 2013.
37 a
Gambar 3.2 Foto Satelit Lokasi PPK Sampoerna (Sumber: Anonim, 2013 )3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam perencanaan adalah sampah PPK Sampoerna, kantong plastik, sarung tangan, masker, dan tari rafia.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam perencanaan adalah alat pengukur volume contoh sampah berbentuk kotak dengan ukuran 30 x 34 x 48 cm, timbangan dacin dengan kapasitas 100 kg, meteran, terpal, sekop, alat tulis, penggaris, loyang, oven, dan software Autocad dan Sketch Up.
3.3 Cara Kerja Perencanaan
Cara kerja perencanaan merupakan tahapan yang akan dilakukan dalam perencanaan Instalasi Pengolahan Sampah (IPS) berbasis MRFs di pusat pelatihan kewirausahan (PPK) Sampoerna. Rangkaian perencanaan IPS di PPK Sampoerna dilihat pada Gambar 3.2, meliputi:
3.3.1 Identifikasi masalah
Sampah hasil kegiatan aktivitas di PPK Sampoerna dapat menimbulkan dampak buruk seperti timbulnya penyakit dan kerusakan lingkungan apabila tidak diolah terlebih dahulu. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan IPS untuk mengatasi permasalahan sampah mudah dan sukar membusuk di PPK Sampoerna.
3.3.2 Pola perencanaan
Pola perencanaan merupakan suatu penentuan pola berpikir dalam merencanakan bangunan pengolahan sampah sebagai solusi dari permasalah sampah yang dihasilkan di PPK Sampoerna. Salah satu upaya agar sampah yang dihasilkan tidak menimbulkan masalah lingkungan sekitar, maka perlu diterapkan IPS berbasis MRFs di PPK Sampoerna. Pemilihan IPS berbasis MRFs dalam pengolahan sampah di PPK Sampoerna karena dapat mengurangi volume sampah, mengurangi biaya pengangkutan sampah, menyelamatan SDA, dan dapat mengubah bentuk fisik sampah menjadi produk yang bernilai ekonomis.
3.3.3 Perumusan masalah
Perumusan masalah pada perencanaan IPS berbasis MRFs di PPK Sampoerna adalah menganalisis laju timbulan sampah dan komposisi sampah yang dihasilkan dan dampak lingkunganyang ditimbulkan, sebagai data yang digunakan untuk merencanakan bangunan IPS.
Permasalahan sampah di PPK Sampoerna yang belum terolah
Pola Perencanaan Instalasi Pengolahan Sampah (IPS) berbasis MRFs di PPK Sampoerna
Perumusan Masalah Studi Kepustakaan
Pengumpulan Data Pengumpulan Data Primer Pengumpulan Data Sekunder
1. Jumlah timbulan sampah di
1. Profil PKK Sampoerna PPK Sampoerna
2. Data administratif, meliputi:
2. Komposisi sampah di PPK
a. Luas wilayah Sampoerna
b. Fasilitas
3. Jumlah pekerja dan penghuni
4. Peta lokasi
5. Kondisi lingkungan Analisis Data
1. Menganalisis laju timbulan
2. Penentuan komposisi sampah
3. Perencanaan unit IPS Perencanaan IPS berbasis MRFs di PPK
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.3 Rangkaian Perencanaan IPS di PPK Sampoerna3.3.4 Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan acuan dalam menentukan dan memahami tahapan desain IPS yang akan direncanakan dan dilakukan mulai tahap awal sampai dengan penarikan kesimpulan. Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari berbagai sumber informasi dari buku teks atau jurnal dan penelitian terdahulu yang merupakan dasar dalam pelaksanaan perencanaan dan pembahasan. Studi literatur ini didapat dari berbagai sumber kepustakaan yang dibutuhkan, yaiutu:
a. Peraturan mengenai pengelolaan sampah, meliputi:
1. Undang-Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2008 Mengenai Pengelolaan Sampah.
2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Regional Jawa Timur.
b. SNI 19-3964-1994 tentang Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
c. Integrated Solid Waste Management: Engineering Principles and Management Issue (Tchobanoglous et al., 1993).
d. Kriteria desain IPS berbasis MRFs (Tchobanoglous et al., 1993).
e. Teknologi Pengolaan Sampah (Damanhuri dan Padmi, 2010).
f. Jurnal dan hasil penelitian terkait dengan pokok bahasan.
3.3.5 Pengumpulan data
Data yang diperlukan untuk mendukung proses perencanaan IPS berbasis MRFs di PPK Sampoerna, yaitu: a. Data primer Data primer yang diperlukan untuk perencanaan ini, yaitu data berat, densitas, timbulan, komposisi, dan persentase kadar air sampah. Cara memperoleh data berat, densitas, timbulan, komposisi persentase kadar air sampah adalah sebagai berikut (Anonim, 1994 dan Pandebesie, 2005):
1. Penentuan jumlah sampling PPK Sampoerna memiliki fasilitas yang terdiri atas beberapa bangunan dan lahan untuk mendukung aktivitas pelatihan dan penelitian yang berpotensi menimbulkan sampah. Menurut Pandebesie (2005), banyaknya jumlah sampel sampah yang representatif dari jumlah sampah yang memiliki populasi besar adalah keseluruhan bangunan dan lahan.
Pemilihan lokasi sampling didasarkan pada fasilitas-fasilitas di PPK Sampoerna baik bangunan dan lahan yang memiliki aktivitas yang beranekaragam.
Aktivitas tersebut menghasilkan laju timbulan dan komposisi yang berbeda. Pengambilan contoh timbulan sampah pada perencanaan ini lokasi yang akan disampling, yaitu: i. Lokasi bangunan, meliputi:
1. Asrama
2. Gazebo
3. Gudang alat pertanian
15. Ruang Galeri
14. Pos satpam 2 ( atas)
13. Pos satpam 1 (gerbang)
4. Hall
9. Mushola
8. Kultur jaringan
7. Kantor 1
6. Kandang sapi
5. Kandang kambing
16. Ruang hasil pertanian
17. Ruang pelatihan 1
18. Ruang pelatihan 2 + kantor
19. Ruang pertemuan
20. Rumah kaca
21. Toilet
22. Unit kompos
10. Parkiran
11. Pendopo
12. Pengolahan hasil ternak
23. Unit pelatihan perbengkelan
24. Unit perikanan ii. Lokasi lahan, meliputi:
1. Sapuan jalan gerbang-pos satpam 1
2. Sapuan jalan kantor-pendopo
3. Sapuan jalan hall-kolam ikan
4. Sapuan jalan hasil pertanian-VIP
5. Sapuan jalan Sampoerna factory-VIP
6. Sapuan jalan pendopo-ruang pelatihan 2
7. Sapuan jalan danau-SAR
8. Perkebunan/agrikultur
9. Toga
2. Waktu pengambilan sampel Waktu pengambilan sampel, yaitu 8 hari berturut-turut pada lahan sampel yang sama pada bulan Januari 2013.
3. Penentuan berat timbulan dan komposisi sampah Pengambilan contoh timbulan sampah dari lokasi yang telah ditentukan adalah mewadahi sampel sampah pada setiap lokasi dengan kantong plastik. Sampah yang telah dimasukan kedalam kantong plastik per lokasi, kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat sampah per lokasi. Berat total keseluruhan sampah di PPK Sampoerna diperoleh dengan menjumlahkan seluruh berat sampah pada setiap lokasi sampling, sesuai dengan perhitungan persamaan 1.
Berat timbulan sampah (kg/hari) = Berat sampah lahan + Berat sampah bangunan (1) Selanjutnya sampah pada setiap lokasi diangkut ke tempat pengukuran yang telah ditentukan untuk dilakukan analisis densitas, timbulan sampah, dan komposisi sampah (Rahman, 2012).
Penentuan komposisi sampah adalah dengan menghitung persentase komposisi sampah adalah kegiatan perhitungan untuk mengetahui persentase komponen sampah. Persentase komposisi sampah dapat dihitung dengan persamaan 2 (Anonim, 1994).
% Komposisi sampah = (2)
Sampah tersebut dikelompokan sesuai dengan jenisnya seperti kertas, plastik, kain, dan lain-lain. Data komposisi sampah ini, digunakan untuk menentukan fasilitas pada IPS berbasis MRFs di PPK Sampoerna.
b. Data sekunder Data sekunder yang diperlukan dalam perencanaan IPS, yaitu profil PPK
Sampoerna, data administratif (meliputi luas wilayah dan fasilitas), jumlah pekerja dan penghuni, peta lokasi, dan kondisi lingkungan. Data tersebut digunakan sebagai penunjang perencanaan dan analisis kondisi eksisting. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara secara langsung dengan pengelola PPK Sampoerna untuk mengetahui kondisi lingkungan terkait pengelolaan sampah. Untuk perencanaan MRFs didapatkan data dengan studi literatur yang diperoleh dari internet, buku ilmiah, tugas akhir, thesis, dan jurnal ilmiah.
3.3.6 Perencanaan Awal Desain IPS di PPK Sampoerna
Perencanaan awal desain IPS di PPK Sampoerna merupakan analisis data dilakukan setelah didapatkan data primer dan sekunder. Pengolahan data tersebut digunakan untuk menentukan perencanaan MRFs yang tepat dan sesuai dengan PPK Sampoerna. Analisis data untuk perencanaan desain IPS dilakukan dengan perhitungan data sebagai berikut: 1) Densitas dan Laju Timbulan Sampah (Volume)
Untuk menentukan laju timbulan sampah (volume) yang digunakan dalam perencanaan IPS berbasis MRFs di PPK Sampoerna sesuai pada Tchobanoglous et al.
(1993) adalah weight-volume analysis. Sedangkan data yang diperlukan adalah volume, berat, dan densitas sampah. Berdasarkan SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Langkah penentuan sampling laju timbulan sampah yang dilakukan selama delapan hari, yaitu: a. Perhitungan densitas sampah
Pengukuran densitas sampah di PPK Sampoerna dilakukan dengan cara kotak volume dari styrofoam yang berukuran 30 x 48 x 34 cm (p x l x t) disiapkan dan ditimbang sehingga diperolehkan berat kotak volume kosong.
Densitas sampah yang dihitung di PPK berdasarkan setiap lokasi, yaitu dengan mencampur sampah menjadi satu. Sampel sampah mudah maupun sukar membusuk dihomogenkan. Sampah yang telah dicampur dimasukkan pada kotak pengukur sampai penuh dan dipadatkan dengan diketuk 3 kali. Kotak tersebut kemudian dijatuhkan sebanyak 3 kali pada ketinggian 20 cm. Kotak tersebut selanjutnya ditimbang untuk memperoleh berat kotak. Berat sampah setelah di ketuk 3 kali dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3. Berat sampah (kg) = (3)
Persamaan 4 untuk menghitung luas kotak, sehingga luas kotak dapat digunakan untuk menghitung volume kotak dengan tinggi dari sampah di dalam kotak volume setelah diketuk (t sampah ). Menurut Anonim (1994), persamaan 5 digunakan untuk menghitung volume sampah, yaitu:
2 Luas kotak (m ) = p x l (4)
3 Volume kotak sampah (m ) = p x l x t (5) sampah
Nilai tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan densitas sampah di PPK Sampoerna dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6 (Anonim, 1994).
3 Densitas sampah (kg/m ) =
(6) Total densitas sampah di PPK Sampoerna ditentukan melalui perhitungan sesuai persamaan 7.
3 Total densitas (kg/m ) =
(7) Perhitungan timbulan sampah dilakukan untuk mengetahui laju timbulan dalam satuan volume. Volume timbulan sampah rata-rata dapat dihitung dengan persamaan 8 sedangkan laju timbulan sampah (volume) yang dihasilkan PPK Sampoerna dapat diketahui dengan persamaan 9, yaitu:
3 Volume timbulan rata-rata (m / hari) =
(8)
3
2 Laju timbulan sampah (volume) (m /hari/m ) = (9)
Total laju timbulan sampah untuk keseluruhan lokasi sampling dapat dihitung menggunakan persamaan 10.
3
2 Total laju timbulan sampah (m /m /hari)
(10) 2) Kesetimbangan massa sampah (material mass balance) dan loading rate
Menurut Al’amri (2007), dalam menentukan kesetimbangan massa sampah di PPK Sampoerna dilakukan dengan menganalisis data timbulan sampah, komposisi sampah, dan recovery factor. Recovery factor merupakan besarnya sampah yang dapat dikomposkan, dan didaur ulang atau yang telah menjadi residu yang dapat dibuat diagram alir kesetimbangan massa sampah. Berat sampah yang dapat di
recovery di PPK Sampoerna dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 11 dan perhitungan berat residu sampah dapat menggunakan persamaan 12.
Berat sampah direcovery (kg/hari) = % Recovery factor x Berat sampah rata-rata per hari (kg) (11)
Berat residu (kg/hari) = Berat sampah rata-rata per hari (kg) - Berat sampah direcovery (kg/hari) (12)
Loading rate merupakan perhitungan jumlah berat sampah yang dapat diolah
pada IPS tiap jamnya. Loading rate pada perencanaan ini diperhitungkan berdasarkan pertimbangan luas lahan IPS yang direncanakan serta waktu operasional kerja direncanakan 8 jam (Pandebesie, 2005). Cara perhitungan loading rate pada persamaan 13.
Loading rate =
(13)
3.3.7 Kriteria Desain IPS Berbasis MRF di PPK Sampoerna
Menurut Rosyidah (2012), kriteria perencanaan IPS secara garis besar, yaitu: 1. Daerah pelayanan dalam IPS.
2. Kapasitas IPS direncanakan sesuai dengan lahan yang dialokasikan untuk dijadikan IPS.
3. Letak IPS yang direncanakan.
Sedangkan, kriteria perencanaan IPS di PPK Sampoerna, yaitu:
a. Daerah yang direncanakan adalah PPK Sampoerna di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
b. Kapasitas IPS sesuai dengan jumlah laju timbulan tiap lokasi sampling yang ada di PPK Sampoerna.
c. Letak IPS yang direncanakan dibangun di lahan PPK Sampoerna.
3.3.8 Perencanaan IPS berbasis MRFs di PPK Sampoerna
Tahapan perencanaan IPS berbasis MRFs di PPK Sampoerna yang pertama adalah mengetahui volume setiap komposisi sampah untuk mengetahui pengolahan yang sesuai perencanaan IPS, kemudian menentukan komponen lahan pengolahan sampahnya serta luasnya. Perhitungan selengkapnya adalah: 1) Perhitungan volume setiap komposisi sampah di IPS PPK Sampoerna
Perhitungan volume setiap komposisi sampah berdasarkan teknik pengolahannya di IPS PPK Sampoerna, contohnya volume sampah mudah membusuk dapat ditentukan dengan persamaan 14.
3 Volume sampah mudah membusuk (m /hari) = (14)
2) Penentuan komponen lahan IPS Penentuan komponen MRFs dilakukan sesuai dengan luas lahan yang tersedia dan berdasarkan jenis sampah yang direncanakan sesuai dengan nilai ekonomisnya.
Fasilitas IPS berbasis MRFs ini berupa komponen utama dan penunjang. Penjelasan dari tiap komponen IPS berbasis MRFs, sebagai berikut: a) Komponen utama, terdiri atas:
1. Lahan penerimaan sampah Lahan penerimaan sampah merupakan lahan yang berfungsi untuk memudahkan proses penurunan dan pengangkutan sampah, perhitungan berat sampah dan terletak sebelum lahan pemilahan sampah. Perhitungan lahan penerimaan sampah ditentukan dengan data volume sampah (persamaan 14) yang akan diolah di PPK Sampoerna. Penentuan luas lahan penerima awal untuk sampah mudah dan sukar membusuk, diketahui dengan merencanakan lebar dan tinggi tumpukan rencana adalah 0,5 m (Al’amri, 2007) persamaan 15 dan panjangnya dihitung dengan persamaan 16.
Luas (m
2
) = (15)
Panjang (m) = (16)
Direncanakan setiap lahan diberi ruang gerak bagi petugas sampah sebesar 1 m (Dwinugroho, 2011) sesuai persamaan 17 dan 18.
Panjang (m) = … m + 1 m (17)
Lebar (m) = … m + 1 m (18)
Setelah diperoleh panjang dan lebar lahan yang telah ditambahkan ruang gerak bagi petugas, maka dapat di peroleh total luas lahan penerimaan untuk IPS di PPK Sampoerna dengan persamaan 19, sebagai berikut:
Luas lahan = Panjang (m) x Lebar (m) (19) Pada lahan penerimaan sampah ini disediakan lahan untuk parkiran tossa pengangkut sampah, luas lahan tersebut sebesar direncanakan 2 m
2
(2 m x 1 m), sehingga kapasitas total luas lahan untuk penerimaan sampah yang dibutuhkan adalah pada persamaan 20.
Total luas lahan penerimaan sampah (m
2
) = Luas lahan penerimaan sampah (m) + lahan parkiran (m) (20)
2. Lahan pemilahan sampah Lahan pemilahan berfungsi untuk memilah sampah mudah membusuk dan sukar membusuk sesuai komponennya untuk mendapatkan sebanyak mungkin sampah yang dapat dimanfaatkan kembali pada proses pengolahan. Perhitungan luas lahan sama dengan hitungan luas lahan penerimaan. Lebar dan tinggi tumpukan rencana adalah 0,5 m (Al’amri, 2007) persamaan 15 dan panjangnya dihitung dengan persamaan 16. Ruang gerak bagi petugas sampah sebesar 1 m (Dwinugroho, 2011) sesuai persamaan 17 dan 18, sehingga luas lahan pemilahan dapat dihitung sesuai persamaan 19.
3. Lahan penyimpanan sampah Lahan ini berfungsi sebagai tempat penampungan awal sampah yang berasal dari alat pengangkut dan pemilahan sampah. Tinggi maksimum timbulan sampah dapat direncanakan sesuai dengan kondisi timbulan. Direncanakan waktu penyimpanan sampah mudah membusuk satu hari, sedangkan untuk sukar membusuk dan residu tiga hari. Volume sampah plastik di lahan penyimpanan dapat dihitung dengan persamaan 21.
3 Volume sampah plastik di lahan penyimpanan (m / hari)
3
= Volume sampah plastik (m ) x Lama penyimpanan (hari) (21) Perhitungan luas lahan penyimpanan yang dapat diperoleh melalui persamaan
22, dimana tinggi tumpukan direncanakan sebesar 1 m dan lebarnya 0,5 m, maka:
2 Luas (m ) =
(22) Panjang tumpukan (m) =
(23) Ruang gerak bagi petugas sampah sebesar 1 m (Dwinugroho, 2011) sesuai persamaan 17 dan 18, sehingga luas lahan pemilahan dapat dihitung sesuai persamaan 19.
4. Lahan pengolahan sampah Lahan pengolahan sampah yang akan diterapkan di PKK Sampoerna adalah komposting, daur ulang, dan insinerator. Perhitungan kebutuhan lahan dari pengolahan sampah adalah:
a. Lahan komposting Sampah mudah membusuk di PPK Sampoerna direncanakan diolah dengan menggunakan proses pengomposan. Metode pengomposan yang digunakan adalah metode windrow. Pada proses pengomposan terjadi penyusutan volume sampai 1/3 selama proses pengomposan (Al’amri, 2007), maka volume kompos dapat diperoleh melalui persamaan 24.
Volume kompos = 1/3 x volume sampah mudah membusuk (24) Perhitungan kebutuhan luas lahan tiap unit komposting adalah:
1) Lahan pencacahan Lahan pencacah sampah organik dilengkapi dengan mesin pencacah. Luas lahan pencacah menyesuaikan dengan mesin pencacah. Perencanaan waktu kerja adalah 8 jam sehingga dapat diketahui volume sampah sesuai persamaan 25.
3 Volume sampah (m /jam) = (25) Direncanakan waktu maksimal penumpukan selama 2 jam, sesuai persamaan 26.
3
3 Volume tumpukan sampah (m /jam) = Volume sampah (m /jam) x 2 jam (26)
Penentuan luas lahan, diketahui dengan merencanakan lebar dan tinggi tumpukan rencana adalah 0,5 m (Al’amri, 2007) persamaan 15 dan panjangnya dihitung dengan persamaan 16. Direncanakan setiap lahan diberi ruang gerak bagi petugas sampah sebesar 1 m (Dwinugroho, 2011) sesuai persamaan 17 dan 18, sehingga luas lahan pemilahan dapat dihitung sesuai persamaan 19.
Persamaan 27 merupakan perhitungan berat sampah mudah membusuk yang diolah per jam yang dapat dilayani mesin, jika direncanakan waktu kerja adalah 8 jam, maka:
Berat sampah mudah membusuk yang diolah (kg/jam) (27)
Setelah mengetahui berat sampah mudah membusuk yang diolah, maka mencari spesifikasi mesin pecacah dengan kapasitas yang sesuai serta dimensinya.
Perhitungan lahan mesin pencacahan sesuai dengan dimensi mesin pencacah sesuai dengan persamaan 28.
2 Luas lahan mesin pencacahan (m ) = Panjang dimensi (m) x Lebar dimensi (m) (28)
Direncanakan setiap lahan diberi ruang gerak bagi petugas sampah sebesar 1 m (Dwinugroho, 2011) sesuai persamaan 17 dan 18, sehingga luas lahan pemilahan dapat dihitung sesuai persamaan 19. Total luas lahan mesin pencacahan dapat dihitung dengan persamaan 29.
2 Total luas lahan (m )
2
2
= Luas lahan penampungan (m ) + Luas lahan mesin pencacah (m ) (29) 2) Lahan pengomposan
Proses pengomposan di PPK Sampoerna menggunakan metode windrow, metode ini memiliki kelebihan, yaitu mudah dikerjakan dan tidak memerlukan tenaga ahli karena sistem yang digunakan mengunakan teknologi sederhana. Tahapan perhitungannya, yaitu: a. Menghitung volume satu tumpukan dengan rencana sampah 3 hari diletakkan pada 1 tumpukan sesuai persamaan 30.
3
3 Volume satu tumpukan (m ) = Volume sampah (m /hari) x 3 hari (30)
b. Jika tinggi tumpukan rencana 1 m (Al’amri, 2007), maka luas lahan dapat diperoleh dengan persamaan 31.
2 Luas lahan (m ) =
(31) c. Direncanakan panjang sama dengan lebar, dapat dihitung dengan persamaan 32.
Panjang tumpukan = (32) d. Jumlah total tumpukan dapat dihitung dengan persamaan 33 dengan waktu pengomposan selama 30 hari.
Jumlah total tumpukan = (33)
e. Menghitung panjang (persamaan 34) dan lebar lahan pengomposan (persamaan 35), dimana direncanakan saluran lindi 0,2 m dan ruang gerak 1 m.
Panjang (m) = Panjang tumpukan (m) + Saluran lindi (m) + Ruang gerak (m) (34) Lebar (m) = Lebar tumpukan (m) + Saluran lindi (m) + Ruang gerak (m) (35) f. Luas lahan pengomposan dihitung dengan persamaan 36.
2 Luas lahan (m ) = Panjang (m) x Lebar (m) x Jumlah tumpukan (36)
3) Lahan pematangan Kebutuhan lahan untuk lahan pematangan, dapat ditentukan dengan menghitung jumlah tumpukan kompos sesuai persamaan 33, kemudian menghitung volume kompos dengan persamaan 30 sehingga didapatkan luas lahan sesuai dengan persamaan 31. Direncanakan panjang sama dengan lebar, dapat dihitung dengan persamaan 32. Luas total lahan pematangan didapatkan dengan menghitung sesuai persamaan 36.
4) Lahan pengayakan dan pengemasan Pada proses pengomposan, volume sampah mudah membusuk akan di IPS
PPK Sampoerna mengalami penyusutan sebesar 50% dari volume sampah sebelum pengomposan (Yuwono, 2009) dapat dihitung dengan persamaan 37.
3
3 Volume kompos (m ) = 50% x Volume sampah yang akan dikomposkan (m ) (37)
Pada lahan pengayakan, direncanakan menggunakan mesin pengayak kompos dengan spesifikasi dan kapasitas yang sesuai dengan volume kompos. Perencanaan waktu kerja untuk pengayakan adalah 2 jam sehingga dapat diketahui berat sampah yang dapat dilayani mesin per jam sesuai persamaan 38.
Berat sampah yang dapat dilayani mesin per jam (kg/jam) = (38) Pada lahan pengayakan kompos direncanakan terdapat ruang gerak bagi petugas pengayak sebesar 2 m (Dwinugroho, 2011), sehingga luas lahan pengayakan dapat dihitung dengan persamaan 39.
2 Luas lahan (m ) = Panjang (m) x Lebar (m) (39)
Luas lahan pengemasan kompos dihitung dengan persamaan 40, sehingga total luas lahan pengayakan dan pengemasan (persamaan 41) sebagai berikut:
2 Luas Lahan (m ) =
(40)
2 Total luas lahan (m )
2
2
= Luas lahan pengayakan (m ) + Luas lahan pengemasan (m ) (41) 5) Gudang penyimpanan kompos
Luas gudang penyimpanan kompos dapat diperhitungkan berdasarkan kesetaraan dengan volume kompos yang dihasilkan. Pada perencanaan penyimpanan kompos di PPK Sampoerna waktu penyimpanan kompos adalah 5 hari sesuai masa aktif kerja. Luas gudang penyimpanan dapat ditentukan dengan persamaan 42.
3
3 Volume kompos (m ) = Volume kompos (m ) x waktu penyimpanan (hari) (42)
Direncanakan tinggi kompos pada gudang adalah 1 meter sehingga diperoleh luas gudang (Riyadi, 2008) yang dihitung menggunakan persamaan 43.
2 Luas gudang (m ) =
(43) 6) Lahan penampungan lindi
Lahan penampungan lindi yang dibangun di PKK Sampoerna menggunakan tangki septik, untuk mengetahui besarnya volume lindi yang akan dihasilkan dari sampah, maka perlu menghitung kadar air sampah.
Tahapan perhitungan volume lindi (Pandebesie, 2005), pertama sampel sampah diambil sebanyak 10 kg. Kemudian setiap sampel dihomogenkan dengan cara diaduk kemudian diambil 1 kg. Alat penghitung kadar air dipersiapkan, seperti loyang, oven, dan timbangan. Khusus sampel sampah, terlebih dahulu sampel dicacah agar mempercepat penguapan. Setiap sampel sampah sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam loyang kemudian ditimbang sehingga didapat berat awal sampah, selanjutnya sampel dengan loyang dimasukkan ke dalam oven. Sampel pada oven dipanaskan dengan
o
suhu 105 C selama 24 jam. Setelah di oven, sampel ditimbang kembali sehingga didapat berat akhir sampah. Persentase kadar air sampah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 44 dan perhitungan berat lindi menggunakan persamaan 45
Persentase kadar air (%) = (44)
Berat lindi (kg/hari) = sampah mudah membusuk x (kadar air sampah – kadar air kompos) (45)
Direncanakan tangki septik digunakan untuk menampung lindi selama 7 hari (persamaan 46), maka:
Berat lindi selama 7 hari = Berat lindi (kg/hari) x 7 hari (46) Besarnya luas lahan tangki septik yang dibutuhkan tergantung pada besarnya volume lindi yang dihasilkan, dapat dihitung menggunakan persamaan 47 dengan
3
berat jenis lindi 1000 kg/m (Tchobanoglous et al., 1993). Direncanakan tangki septik
3
dapat melayani 1 m dengan kedalaman 1 m, sehingga luas lahan dapat dihitung dengan persamaan 48. Kriteria tangki septik sesuai SNI 03-2398-2002, yaitu panjang dan lebar tangki septik berbentuk persegi panjang dengan perbandingan panjang 2:1, maka lebar (persamaan 49) dan panjang (persamaan 50), adalah:
(47) (48)
Lebar = (49)
Panjang = 2l (50)
b. Lahan daur ulang Lahan daur ulang sampah di PPK Sampoerna terdiri atas tempat pengolahan limbah sukar membusuk dan lahan pengolahan plastik menjadi minyak. Luas lahan daur ulang direncakan sesuai kebutuhan dan ketersedian lahan.
c. Lahan insinerator Lahan untuk insinerator menggunakan mesin insinerator yang kapasitas sesuai untuk sampah reduksi di IPS PKK Sampoerna, sehingga luas lahan menyesuaikan dengan luas setiap mesin.
b) Komponen penunjang Komponen penunjang di PPK Sampoerna yang akan dibangun terdiri atas: ruangan perkantoran, aula, gudang peralatan, ruang pekerja, dan kamar mandi.
Kebutuhan lahan penunjang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan lahan di IPS PPK Sampoerna.
3.3.9 Desain IPS
Perencanan IPS berbasis MRFs yang dibangun di PPK Sampoerna akan digunakan untuk mengintepretasikan data yang telah diperoleh dari hasil hitungan ke dalam gambar sehingga dapat diketahui rencana bangunan dalam bentuk desain.