HUBUNGAN KEINGINAN MEMPUNYAI ANAK DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IBU DI BPS DEWI RAHAYU SETYORINI PATUK GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA TAHUN 2010 Ratna Susanti¹ , Suharni²

  HUBUNGAN KEINGINAN MEMPUNYAI ANAK DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IBU DI BPS DEWI RAHAYU SETYORINI PATUK GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA TAHUN 2010 Ratna Susanti ¹ , Suharni² Kata kunci: keinginan mempunyai anak, kontrasepsi PENDAHULUAN

  Menurut World Health

  Organization (WHO) yang dikutip oleh

  Hartanto (2003) Keluarga Berencana (KB) adalah suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri, menentukan jumlah anak dalam keluarga. Dengan KB ibu dapat terhindar dari "4 terlalu" yaitu terlalu muda (too young), terlalu tua (too

  old ), terlalu banyak (too many), terlalu

  dekat jaraknya (too close) (Hartanto, 2003).

  Program Keluarga Berencana yang telah dicanangkan oleh pemerintah sejak awalnya hingga sekarang telah banyak melibatkan peran perempuan. Dibandingkan dengan keadaan 30 tahun yang lalu prevalensi kontrasepsi di Indonesia telah meningkat dan metode kontrasepsi untuk menunda dan menjarangkan kelahiran digunakan oleh sekitar 60% perempuan yang sudah menikah (WHO, 2006: 14).

  Ketersediaan dan akses terhadap informasi dan pelayanan KB dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Jika semua perempuan mempunyai akses terhadap kontrasepsi yang aman dan efektif, diperkirakan kematian ibu menurun hingga 50% termasuk menurunnya resiko kesehatan reproduksi yang terkait dengan kehamilan, persalinan dan aborsi tidak aman (Widiyastuti, 2009: 160).

  Kebijakan KB nasional berdasarkan UU No.10/1992 tentang Kependudukan dan Kesejahteraaan Keluarga telah dilaksanakan secara luas. Kebijakan ini memperbolehkan pemberian informasi kepada orang yang tidak menikah, namun tidak memperbolehkan pemberian layanan. Kebijakan pemerintah saat ini berfokus untuk memaksimalkan akses mutu pelayanan KB. Kegiatan yang dilakukan

  Abstract: Most of the Family Planning acceptor still was

  found out feel to worry of possibility’s failure of Family Planning acceptor who wasn’t wish to interesting the child again and confused of contraception selection. The purpose of this research was to found out correlation between desire have the child with contraception selected of the mothers at BPS Dewi Rahayu Setyarini Patuk Gunungkidul Yogyakarta. diantaranya adalah meningkatkan mutu pelatih bagi petugas KB melalui pendidikan dan pelatihan bagi bidan serta petugas KB lainnya; mengintegrasikan sistem asuransi kesehatan untuk penduduk miskin, mendorong peran sektor swasta untuk menyediakan kontrasepsi di daerah terpencil (WHO, 2006:16).

  Jumlah peserta KB aktif di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 40.399 akseptor, dari jumlah tersebut kemudian dibagi menjadi peserta KB

  IUD 6.623 (16,39%); MOW 2.717 (6,72%); MOP 118 (0,29%); implant 2.643 (6,54%); suntik 22.039 (54,55); pil 4.540 (11,24%); kondom 1.697 (4,20%); Tisu 22 (0,05%). Jumlah akseptor terbanyak adalah KB suntik (Liawati, 2007, www.bkkbn.go.id 23 Oktober 2009).

  Data dari Badan Pusat Statistik Gunungkidul tahun 2007 menunjukkan bahwa dari sejumlah 134.555 PUS (Pasangan Usia Subur) di Kabupaten Gunungkidul, 107.307 (79,74%) diantaranya menjadi peserta aktif program KB, dengan mengikuti program KB dari pemerintah (46,58%) dan program KB yang dilakukan swasta (53,42%). Alat kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB aktif di Kabupaten Gunungkidul terbanyak adalah suntik 40,17% kemudian IUD 25,35%, pil 20,57%, implant 7,39%, MOW 4,76%, kondom 1,42%, dan MOP 0,32%, di samping itu banyak juga peserta KB aktif yang telah melaksanakan KB mandiri. Salah satu program pemerintah, dalam hal ini Dinas Kesehatan. Kabupaten Gunungkidul dalam peningkatan program KB antara lain dengan program PUK atau penundaan usia kawin, yaitu minimal 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki, karena dengan penundaan usia kawin akan mengurangi fertilitas (Sumunar, 2007, www.gunungkidulkab.go.id, 23 Oktober 2009).

  Kecamatan Patuk merupakan kecamatan dengan persentase akseptor KB baru mencapai 2,99% dari 18 Kecamatan yang ada di Gunungkidul atau terendah ke empat sebelum Girisubo (2,89%), Purwosari (2,72%) dan Paliyan (2,66%). Beberapa pertimbangan pemilihan alat atau cara KB yang digunakan sangat tergantung pada kemudahan memperolehnya, kenyamanan memakainya, serta kecilnya dampak atau akibat sampingannya, di samping pengetahuan tentang penggunaan dan manfaatnya (Sumunar, 2007, www.gunungkidulkab.go.id, diakses 23 Oktober 2009).

  Alat kontrasepsi yang dinyatakan aman bagi perempuan tergantung pada ketepatan pemilihan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, umur, usia perkawinan, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak yang pernah dilahirkan, jumlah anak yang masih hidup, keinginan menambah anak, pilihan jenis kelamin anak dan pelayanan konseling KB mempengaruhi pemilihan kontrasepsi (Sucipto, 2008, www.eprints.undip.ac.id, diakses 18 Februari 2010.

  Pelayanan KB yang diupayakan mencakup pelayanan ketersediaan dan akses terhadap informasi dan pelayanan KB yang telah disiapkan melalui Pelayanan kesehatan. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul menyebutkan bahwa hingga tahun 2007, di Kabupaten Gunungkidul terdapat 2 rumah sakit umum, 16 Puskesmas Rawat Jalan, 13 Puskesmas Rawat Inap, 108 Puskesmas Pembantu, 5 Rumah Bersalin, 108 Praktik Dokter Swasta,

  152 Bidan Praktik Swasta, 73 Perawat Praktik Swasta, 1.457 Posyandu, 29 Polindes, dan ditunjang dengan 9 Apotek (Sumunar, www.gunungkidulkab.go.id, diakses 23 Oktober 2009). BPS Dewi Rahayu Setyorini merupakan salah satu Bidan Praktik Swasta yang berada di kota kecamatan Patuk yang telah lama memberikan pelayanan KIA maupun KB.

  Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan 18 Januari 2010 ditemukan akseptor KB yang cemas terhadap kemungkinan kegagalan dari pemakaian kontrasepsi yang dipilihnya padahal mereka sudah tidak menginginkan anak lagi, selain itu banyak ditemukan kebingungan pemilihan kontrasepsi yang sesuai dengan tujuan kontrasepsi ibu. Dari seluruh akseptor belum diketahui tentang keinginan mempunyai anak namun kebanyakan akseptor memilih menggunakan kontrasepsi suntik. Dalam hal ini perlu dikaji apakah hal tersebut mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi.

  Secara garis besar masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan”   Adakah hubungan keinginan mempunyai anak dengan pemilihan kontrasepsi Ibu Di BPS Dewi Rahayu Setyorini Patuk Gunungkidul Yogyakarta Tahun 2010?”

  Tujuan dari penelitian ini adalah Diketahuinya hubungan keinginan mempunyai anak dengan pemilihan kontrasepsi Ibu di BPS Dewi Rahayu Setyorini Patuk Gunungkidul Yogyakarta tahun 2010.

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik, yaitu dengan menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2002). Pendekatan waktu pada penelitian ini secara cross

  sectional , yaitu metode pengambilan

  data yang dilakukan dalam waktu bersamaan. Tujuan metode ini agar diperoleh data yang lengkap dalam waktu yang relatif cepat (Suharsimi, 2006).

  Rancangan penelitian ini adalah Korelasi yang bertujuan untuk mengetahui atau menentukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel pada satu situasi/ sekelompok objek (Notoatmodjo, 2002). Dalam hal ini untuk mengetahui hubungan keinginan mempunyai anak dengan pemilihan kontrasepsi Ibu di BPS Dewi Rahayu Setyorini Patuk Gunungkidul Yogyakarta tahun 2010.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran tempat penelitian

  BPS Dewi Rahayu Setyarini merupakan salah satu Bidan Praktik Swasta di Kecamatan Patuk Gunungkidul Yogyakarta. BPS ini didirikan sekitar 10 tahun dan hanya dikelola oleh seorang bidan dan dibantu oleh tenaga bidan yang dipanggil apabila diharapkan bantuan. BPS ini terletak ditengah kota kecamatan dengan batas sebelah Selatan yaitu jalan Yogyakarta- Wonosari.

  BPS menjadi 1 lokasi dengan tempat tinggal bidan namun dipisahkan secara fungsinya. Sebelah barat berbatasan dengan jalan desa dan kantor Kelurahan, bagian utara, timur dan selatan berbatasan dengan rumah warga lainnya. Tempat pelayanan kesehatan ini terdiri dari 1 ruang periksa, 1 ruang bersalin, 2 ruang rawat inap, ruang obat dan koperasi, 1 kamar mandi dan 2 tempat cuci tangan.

METODE PENELITIAN

  BPS ini melayani praktik pada pagi dan sore hari untuk pelayanan KB dan periksa kehamilan dan 24 jam untuk pelayanan persalinan. Pelayanan ini belum terlalu ramai dengan jumlah persalinan dalam satu bulan 4 sampai 10 persalinan, akseptor KB aktif sekitar 48 akseptor.

  Hasil penelitian

  Gambar 2. Distribusi Frekuensi Pemilihan Kontrasepsi Sumber : Data Primer 2010

  Tabel 3. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan

  Sumber : Data Primer 2010 Berdasarkan Tabel 3.dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga sedikit sebagai PNS sebanyak 3 orang

  (7%). Keinginan Mempunyai Anak

  Ya, 25, 59.5% Tidak, 17, 40.5%

  Gambar 1. Distribusi Frekuensi Keinginan Mempunyai Anak Sumber : Data Primer 2010

  Berdasarkan Gambar 1. diketahui bahwa sebagian besar mempunyai keinginan untuk mempunyai anak sebanyak 25 orang (59,5%). Pemilihan Kontrasepsi

  Kontrasepsi Efektif, 31, 73.8% Kontrasepsi

  Sederhana, 11, 26.2%

  Berdasarkan Gambar 2. diketahui bahwa sebagian besar ibu memilih kontrasepsi efektif sebanyak 31 orang (73,8%) mencakup kontrasepsi pil, suntik, implant maupun IUD.

  9,3 Jumlah 42 100

  Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yaitu keinginan punya anak dengan pemilihan kontrasepsi menggunakan analisis statistik koefisien kontingensi. Hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat dalam tabel berikut ini. No Pekerjaan Frekuensi (%)

  1

  2

  3 IRT PNS Swasta

  33

  3

  6 76,7

  7 16,3

  Sumber : Data Primer 2010 Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 19 orang (46,5%) dan berpendidikan SD sebanyak 2 orang (4,7%).

  39,5 46,5

  Karakteristik responden Tabel 2. Karakteristik Responden

  Jumlah 42 100 Sumber : Data Primer 2010

  Menurut Umur No Umur

  Repsonden Frekuensi (%)

  1

  2

  3 < 20 th 20-35 th > 35 th

  6

  30

  6 14,3 71,4 14,3

  Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa sebagian besar responden berumur antara 20-35 tahun sebanyak 30 orang (71,4%).

  4 4,7

  Tabel 2. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan

  No Pendidikan Frekuensi (%)

  1

  2

  3

  4 SD SMP SMA PT

  2

  17

  19

  Jumlah 42 100

  Tabel 4. Hubungan keinginan punya anak dengan pemilihan kontarsepsi Keinginan punya anak

  Pemilihan Jumlah p CC

  Sederhana Efektif Ingin Tidak Ingin 10 (23,8%)

  1 (2,4%) 15 (35,7%) 16 (38,1%) 25 (59,5%)

  17 (40,5%) 0,016 0,356

  Jumlah 11 (26,2%) 31 (73,6%) 42 (100%) Sumber : Data Primer 2010 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 25 orang ingin mempunyai anak lagi yang memilih kontarsepsi sederhana sebanyak 10 orang (23,8%) dan yang memilih kontarsepsi efektif sebanyak 15 orang (35,7%) dengan pemilihan efektif. Sebanyak 17 responden yang tidak ingin punya anak lagi cenderung memilih kontarsepsi efektif sebanyak 16 orang (38,1%).

  Hasil uji statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keinginan mempunyai anak dengan pemilihan kontarsepsi dimana p = 0,016 (p< 0.05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima jadi ada hubungan antara keinginan punya anak dengan pemilihan kontarsepsi, dan keeratan hubungan antar dua variabel termasuk dalam kategori rendah dengan koefisien kontingensi = 0,356.

  Pembahasan

  Sebagian besar responden berumur antara 20-35 tahun sebanyak 30 orang (69,8%). Hal ini menunjukkan bahwa responden termasuk umur reproduksi sehat. Menurut Wiknjosastro (2006), usia 20-35 tahun merupakan usia yang sehat untuk bersalin, nifas dan hamil. Sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 20 orang (46,5%). Menurut Soekanto (2002), pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perilaku positif yang meningkat dalam hal ini pemilihan kontrasepsi.

  Sebagian besar pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 33 orang (76,7%). Pekerjaan berhubungan dengan interaksi terhadap lingkungan masyarakat dan mempengaruhi sampainya informasi (Soekanto, 2002).

  Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar ibu masih ingin mempunyai anak sebanyak 25 orang (59,5%). Hal ini dikarenakan Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Dengan demikian keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai satu harapan atas setiap keinginan yang dipilih oleh orang tua (Rahmawati, 2010).

  Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa keinginan mempunyai anak paling besar dikarenakan menginginkan jumlah tertentu yaitu sebanyak 19 orang (76%). Dalam memutuskan untuk memiliki seorang anak, berapa jumlah yang diinginkan, orang tua diasumsikan mempertimbangkan keuntungan- keuntungan yang diharapkan dari memiliki anak-anak dibandingkan secara relatif dengan biaya-biaya yang diperkirakan akan dikeluarkan. Terutama sekali, keuntungan yang diberikan anak- anak telah menurun sedangkan biayanya telah meningkat (Rahmawati, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar memilih kontrasepsi efektif sebanyak 31 orang (73,8%). Hal ini dikarenakan Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Menurut Hanafi (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tersebut antara lain dari faktor pasangan (motivasi dan rehabilitasi), faktor kesehatan (kontraindikasi absolute atau relatif), faktor metode kontrasepsi (penerimaan dan pemakaian) dan faktor isu gender dalam tahap siklus hidup ini.

  Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Sampai saat ini belum ada belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah aman atau tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, murah, dapat diterima oleh orang banyak dan pemakaian jangka lama (Depkes RI, 2001).

  Dari seluruh akseptor diketahui bahwa motivasi akseptor menggunakan kontrasepsi pilihannya dikarenakan alasan untuk menjarangkan kehamilan sebanyak 19 akseptor (45, 2%) dan kemantapan memilih kontrasepsi sebagian besar dipengaruhi oleh keluarga/saudara sebanyak 33 orang (78,6%). Pendapat suami mengenai KB cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan penggunaan metode KB oleh istri. Karena wanita mempunyai semacam kendali dan bertanggungjawab dalam penggunaan kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak (Rahmawati, 2008).

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 25 orang ingin mempunyai anak lagi yang memilih kontarsepsi sederhana sebanyak 10 orang (23,8%) dan yang memilih kontarsepsi efektif sebanyak 15 orang (35,7%) dengan pemilihan efektif. Sebanyak 17 responden yang tidak ingin punya anak lagi cenderung memilih kontarsepsi efektif sebanyak 16 orang (38,1%). Hasil ini menunjukkan bahwa semakin ibu ingin punya anak, maka ibu semakin memilih kontarsepsi efektif.

  Cara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi tidak permanen dan kontrasepsi permanen. Kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan pil, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan, dan norplant. Sedangkan cara kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan metode mantap, yaitu dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) vasektomi (Hanafi, 2003).

  Hasil uji statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keinginan mempunyai anak dengan pemilihan kontarsepsi dimana p = 0,016 (p< 0.05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima jadi ada hubungan antara keinginan punya anak dengan pemilihan kontarsepsi. Keeratah hubungan yang didapatkan dalam kategori rendah dengan koefisien kontingensi = 0,356. Hasil penelitian ini serupa denngan penelitian Sucipto, E (2000) dengan judul ”HubunganKarakteristik Ibu dan Keinginan Punya Anak dengan Pemilihan Kontrasepsi di Desa Pedeslohor Kecamatan adewena Kabupaten Tegal Tahun 2000” dengan hasil penelitian ada hubungan yang bermakna antara karakteristik dan keinginan mempunyai anak dengan pemilihan kontrasepsi..

  Terlalu banyak anak merupakan beban bagi masyarakat. Sebagai barang ekonomi, anak-anak mengandung suatu arus keuntungan bagi orang tua mereka. Orang tua juga mengeluarkan biaya dalam memiliki dan membesarakan anak-anak mereka. Dalam memutuskan untuk memiliki seorang anak, berapa julmah yang diinginkan, orang tua diasumsikan mempertimbangkan keuntungan-keuntungan yang diharapkan dari memiliki anak-anak dibandingkan biaya-biaya yang diperkirakan akan dikeluarkan. Terutama sekali, keuntungan yang diberikan oleh anak-anak telah menurun sedangkan biaya yang diperkirakan telah meningkat (Rahmawati.www.damandiri.or.id, diakses 19 Februari 2010).

  Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Widyaningrum (2008), dengan judul penelitian Gambaran Alat Kontrasepsi yang Dipilih Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas Gamping 1 Yogyakarta tahun 2008. Wulandari (2005), Pengaruh Pemberian Konseling KB pada Ibu Nifas Terhadap Pemilihan Kontrasepsi Setelah Melahirkan di RB Mitra Selang Wonosari Gunungkidul. Hasil penelitiannya adalah terdapat pengaruh pemberian konseling terhadap pemilihan alat kontrasepsi setelah melahirkan, yaitu setelah dilakukan konseling ibu nifas dapat meilih kontrasepsi yangs sesuai dengan keinginan secara tepat.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden yang ingin mempunyai anak sebanyak 25 responden (59,5%), pemilihan kontarsepsi efektif sebanyak 31 orang (73,8%), dan ada hubungan antara keinginan mempunyai anak dengan pemilihan kontrasepsi ibu di BPS Dewi Rahayu Setyorini Patuk Gunungkidul Yogyakarta tahun 2010 dengan nilai p = 0,016 (p< 0.05) dengan keeratan hubungan antar variabel termasuk dalam kategori rendah dengan koefisien kontingensi = 0.356.

  Saran

  Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan untuk bidan khususnya kepala BPS Dewi Rahayu Setyorini agar dapat memberikan pelayanan yang lebih berkualitas, meningkatkan KIE terkait Keluarga Berencana dan informasi mengenai pemilihan kontrasepsi. Menambah pelayanan konseling terutama terhadap pasangan usia subur yang belum menggunakan kontrasepsi dan pasangan yang masih cemas/ bingung terhadap kontrasepsi yang dipilihnya.

DAFTAR RUJUKAN

  BKKBN, 2004, Program Keluarga

  Berencana Nasional, BKKBN, Jakarta.

  Depkes RI, 2001, Standar Pelayanan Kebidanan , Jakarta. Depkes RI, 2004, Standar Pelayanan Kebidanan , Jakarta. Hanafi, H, 2003, Keluarga Berencana

  dan Kontrasepsi , Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.

  Liawati, 2007, Daftar Akseptor KB

  Baru. www.bkkbn.go.id, diakses

  23 Oktober 2009 Rahmawati, 2005, Analisis Permintaan Puskesmas Gamping 1

  Anak Pada Wanita Pasangan Yogyakarta tahun 2008 , Sekolah , Tinggi Ilmu Kesehatan ’Aisyiyah

  Usia Muda di Kota Makasar www.damandiri.or.id, diakses 19 Yogyakarta, Yogyakarta.

  Februari 2010 Wulandari (2005), Pengaruh Pemberian Saifudin, 2006. Buku Panduan Praktis Konseling KB pada Ibu Nifas

  Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Terhadap Pemilihan Kontrasepsi

  Bina Pustaka prawirohardjo,

  Setelah Melahirkan di RB Mitra

  Jakarta. Selang Wonosari Gunungkidul , Sigit, K. 2008, Pengaruh Jumlah Anak Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

  Dan Keinginan Punya Anak ’Aisyiyah Yogyakarta, Terhadap Penggunaan Yogyakarta. Kontrasepsi Di Propinsi Jawa Tengah. www.docstoc.com,

  diakses 18 Februari 2010. Sucipto, E., (2000), Hubungan

  Karakteristik Dan Keinginan Punya Anak Dengan Pemilihan Kontrasepsi Di Desa Pedeslohor Kecamatan Adewena Kabupaten Tegal Tahun 2000 ,

  www.eprints.undip.ac.id, diakses 18 Februari 2010. Sugiyono, 2007, Statistik Untuk Penelitian , Alfabeta, Bandung. Suharsimi, A., 2006, Prosedur

  Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI, Rineka

  Cipta, Jakarta. Sumunar, 2008. Statistik gender dan analisis Kabupaten gunungkidul

  Tahun 2008, www.gunungkidulkab.go.id, diakses 23 Oktober 2009. WHO, 2006. Menggunakan Hah Asasi

  Manusia Intuk Kesehatan Maternal & Neonatal: instrumen Untuk Memantapkan Hukum Kebijakan dan Standar Pelayanan , Departemen Kesehatan: Jakarta.

  Widiyastuti, Y. 2009. Kesehatan Reproduksi . Fitramaya: Jakarta. Widyaningrum, Dewi (2008), Gambaran

  Alat Kontrasepsi yang Dipilih Berdasarkan Karakteristik Ibu di

Dokumen yang terkait

11 HUBUNGAN USIA DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK DI BPS NY.NANIK SUWATI, S.ST KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO Dyah Siwi Hety Dosen Poltekkes Majapahit Mojokerto ABSTRACT - HUBUNGAN USIA DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI

0 0 9

LORO BLONYO DI BOBUNG PUTAT PATUK GUNUNGKIDUL

0 0 22

STUDI KERAJINAN LORO BLONYO DI DUKUH BOBUNG DESA PUTAT KECAMATAN PATUK KABUPATEN GUNUNGKIDUL PROVINSI YOGYAKARTA

0 0 25

Case Processing Summary - HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PAGEDANGAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

0 1 16

HUBUNGAN USIA PERNIKAHAN PERTAMA IBU DENGAN KEINGINAN PERNIKAHAN DINI ANAK PEREMPUANNYA DI INDONESIA

0 1 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KONTRASEPSI PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI DI DONOWARIH KARANGPLOSO MALANG

0 1 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG EFEK SAMPING KB SUNTIK DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MENJADI AKSEPTOR KB SUNTIK DI BPS PIPIN HERIYANTI YOGYAKARTA TAHUN 2009

0 0 10

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS PIPIN HERIYANTI GEDONGKIWO JL. PRAPANCA 57 YOGYAKARTA TAHUN 2009 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG METODE KONTRASEPSI DENGAN PEMILIHAN KONRTASEPSI SELAMA MENYUSUI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) UMU HANI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 20091 Supi Andriyani², Dewi Rokhanawati³ INTISARI

0 0 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIPARA TENTANG MENYUSUI DENGAN TEKNIK MENYUSUI DI BPS PIPIN HERIYANTI GEDONGKIWO YOGYAKARTA TAHUN 2009

0 0 5