PERBANDINGAN USAHA KOPI TRADISIONAL ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN ORANG MUSLIM DI SALATIGA DARI TAHUN 1976-1997

PERBANDINGAN USAHA KOPI TRADISIONAL ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN ORANG MUSLIM DI SALATIGA DARI TAHUN 1976-1997

  

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Humaniora (S. Hum.)

  Oleh:

  

FERA ASKHIYA

NIM. 216 13 011

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

PERBANDINGAN USAHA KOPI TRADISIONAL

ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN ORANG MUSLIM DI

SALATIGA DARI TAHUN 1976-1997

  SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum.)

  Oleh:

FERA ASKHIYA NIM. 216 13 011 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

  

MOTTO



  

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan

Sesungguhnya yang demikian itu (Al-Baqarah: 45)



  

Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan

penuh ketekunan. (Al-Muzzamil: 8)

  PERSEMBAHAN

Dengan tanpa mengurangi rasa syukur pada Allah

SWT, skripsi ini penulis persembahkan dengan penuh

rasa kasih, sayang dan ketulusan yang tiada akhir kepada:

   Para Bapak/Ibu dosen, pembimbing, serta staff dalam mempermudah administrasi di kampus,

   Bapakku Jupri/Ibuku Ngatminah, kakakku

Anita, dan adikku Aditya yang selalu mendoakanku,

Kak Cinta, Unni, Teh Sofi dan mama, kak

   zuma, kak endang, bu sur dan teman-teman yang selalu . menyemangatiku

KATA PENGANTAR

  Assalamualaikum wr.wb

  Dengan menyebut nama Allah Swt.yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi Muhammad Saw., yang telah membawa kita dari zaman jahiliyan hingga zaman terang benderang. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikanpada Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuludin, Adab, dan HumanioraIAIN Salatiga.

  Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yag telah membantu dan memberikan dorogan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  BapakBenny Ridwan, M. Hum. selaku Dekan FakultasUshuludin, Adab, dan Humaniora.

  3. BapakHaryo Aji Nugroho, S. Sos., MAselaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam.

  4. Bapak Dr. H. Mubasirun, M. Ag dan Bapak Adif selaku dosen pembimbing skripsi.

  5. Kepada seluruh dosen sejarah khususnya pada Jurusan Sejarah Paeradaban Islam diFUADAHIAIN Salatiga.

  6. Seluruh Narasumber yang bersedia memberikan informasi mengenai perbandingan bisnis kopi.

  7. Bapak, ibu, kakak dan adikku yang telah mencurahkan do‟a dan yang selalu menyemangati saya.

  8. Seluruh teman-teman yang selalu menyemangati saya.

  9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah berperan dan membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri.

  Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca yang budiman guna kesempurnaannya. Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

  Wassalamu alaikum Wr. Wb.

  Salatiga, 12 Agustus 2017 Fera Askhiya NIM. 216 13 01 1

  

ABSTRAK

  Askhiya, Fera. 2017.Perbandingan Usaha Kopi Tradisional Antara Etnis Tionghoa dan Orang Muslim di Salatiga Dari Tahun 1976-1997. Skripsi.

  Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuludin, Adab, dan Humaniora. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing: Dr.

  H. Mubashirun, M. Ag.

  Kata Kunci: Usaha, Muslim, Etnis dan Etos Kerja.

  Penelitian ini merupakananalisis studi kasus pada perbandingan bisnis kopi bubuk tradisional karena kopi yang di produksi dengan cara digoreng secara manual. Adapun permasalahan yang ada yaitu (1) Bagaimana perkembangan usaha kopi oleh orang Muslim dan non Muslim di Kota Salatiga? (2) Bagaimana etosbisniskopioleh orang Muslim dan non Muslim di Kota Salatiga?

  Penelitian ini adalah jenis penelitian sejarah yang menggunakan teknik terjun langsung kelapangan (field research), karena sumber data diperoleh langsung dari sumbernya. Skripsi ini menggunakan pendekatan sosial ekonomi guna menggumpulkan, sedangkan analisis data dari skripsi ini lebih mengarah pada sosial ekonomi masyarakat Salatiga tahun 1976-1997.

  Adapun kesimpulan penelitian menunjukkan, bahwa terdapat kekalahan dari orang Muslim pada etos bisnis dibanding dari etnis Tionghoa yang mampu memaksimalkan produksi dan kualitas yang baik, sehingga skala produksi bisa lebih besar dari pada usaha milik orang Muslim. Di sisi lain, etos kerja etnis Tionghoa mendorong mereka mampu menjaga kualitas. Ketidakmampuan orang Muslim menggunakan nilai-nilai akhlak Islami, berpengaruh pada kecilnya skala usaha. Hal ini juga berdampak pada kualitas produk mereka.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO ..................................................................................i

HALAMAN JUDUL .........................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................v

HALAMAN MOTTO .......................................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................viii

ABSTRAK .........................................................................................................x

DAFTAR ISI .....................................................................................................xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................xiv

DAFTAR NARASUMBER ............................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................8 C. Tujuan dan Ruang lingkup .............................................................8 D. Kerangka Konseptual .....................................................................10 E. Tinjauan Pustaka ............................................................................19 F. Metode Penelitian ..........................................................................22 G. Sistematika Penelitian ....................................................................25

  

BAB II KOTA SALATIGA, POPULASI ETNIS, KONDISI SOSIAL

EKONOMI DAN SALATIGA A. Sejarah Kota Salatiga .....................................................................27 B. Populasi Etnis di Salatiga ..............................................................32 C. Kondisi Sosial Ekonomi di Salatiga ..............................................38 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI KOPI DI SALATIGA A. Perkembangan Industri Kopi Di Salatiga ......................................46 B. Dampak IndustriKopi Bagi Masyarakat Salatiga ..........................49 C. Krisis Moneter ..............................................................................58 BAB IV PERBANDINGANINDUSTRI KOPI DI SALATIGA A. Sejarah Pabrik Kopi Milik Etnis Tionghoa (Babah Kacamata) ....63 B. Sejarah Pabrik Kopi Milik OrangMuslim ......................................66 1. Kopi Merek Kasmi ...................................................................68 2. Kopi Merek Arobi .....................................................................69 C. Etos kerja Pengusaha Pabrik Kopi di Salatiga ...............................71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................77 B. Saran ..............................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 79

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR LAMPIRAN

  DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA DAFTAR NARASUMBER FOTO-FOTO SKK

  

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

Tabel 1.1 Tabel Pangsa Pasar (Market Share) Kopi Bubuk/Instan Tahun 2009-2011. 3.Tabel 2.2 Perbandingan Angka Pencari Kerja dan Lowongan Pekerjaan Yang Tersedia Kota Salatiga. 39.Tabel 3.3 Tabel Perbandingan Pabrik-Pabrik Bisnis Kopi Di Salatiga. 46.Tabel 3.4 Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Kotamadya Salatiga

  Menurut Lapangan Usaha, Atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 1995-1997 (105.1). 48.

Tabel 3.5 Tabel Daftar Perkebunan-Perkebunan Yang Terdapat Di Sekitar Salatiga Tahun 1924. 50.Tabel 3.6 Tabel Daftar Pabrik-Pabrik Kopi Di Salatiga. 51.Tabel 3.7 Tabel Jumlah Angkatan Kerja Diperinci Menurut Usia Di Kotamadya Dati Ii Salatiga Tahun 1997. 54.Tabel 3.8 Tabel Jumlah Lowongan Yang Sudah/Belum Dipenuhi Dan Terdaftar Diperinci Menurut Golongan Industri Tahun 1980. 56.

  Grafik 2.1 Perbandingan Agama dari Tahun 1980-1997. 34. Grafik 2.2 Gambar Tratifikasi Masyarakat Salatiga Masa Kolonial. 36. Grafik 4.3 Perbandingan Antar Pabrik Bisnis Kopi Di Salatiga.73.

  

DAFTAR NARASUMBER

Nama Pemilik Pabrik Alamat

  Joko Astono Babah kacamata Jl. Kaliyamat, Kalioso, No 16.

  Kuntawinagun, Salatiga Maryamah Kasmi Karang Padang Rt O2/Rw 03,

  Kecandran, Salatiga Sairoh Arobi Rt.01 Rw.3 Kecandran, Salatiga.

  Mustikawati Adik dari Joko Astono Rt.03 Rw.9 Kemiri Barat No.

  761, Salatiga

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  FOTO-FOTO 3. PETA SALATIGA 4. SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kopi menjadi salah satu komoditas unggulan dalam sektor

  1

  perekebunan Insonesia. Hasil perkebunan Industri di Indonesia sangat beragam macamnya mulai dari teh, kopi, kakao, sawit hingga karet.

  Hasil perkebunan tersebut nantinya akan diolah oleh perkebunan atau dikirim ke industri kopi di Indonesia. Namun sebagian hasil perkebunan akan di ekspor untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri. Kopi adalah salah satu hasil perkebunan yang mulai di minati banyak konsumen, sehingga hasil panen setiap tahun selalu mengalami

  2 peningkatan.

  Kopi merupakan salah satu komoditi ekspor potensial di pasar dunia, termasuk di kawasan perdagangan bebas ASEAN-China.

  Indonesia sebagai negara pengekspor besar kopi memandang pemberlakuan kebijakan EHP sebagai peluang untuk dapat meningkatkan penawaran ekspornya. Hal ini dipandang sekaligus sebagai suatu tantangan untuk Indonesia dalam meningkatkan daya

1 Pratiwi,Retno Rahmawati. Skripsi. Hambatan dan Strategi Pengembangan

  Usaha Kopi Dalam Upaya Peningkatan Produksi Di Kecamatan Candiroto

Kabupatrn Temanggung . (Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2016). hlm 1. 2 Paramita,Ika Oktavianti. Skripsi. Uji Komparaasi Antara Kopi ABC Susu Dan Torabika Susu (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politk Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”Jawa Timur. (Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politk, Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, 2014). hlm 2. saing komoditas kopi yang lebih kompetitif di pasar ASEAN dan

  3 China, sehingga dapat lebih meningkatkan pendapatan negara.

  Untuk melihat perbedaan produktifitas serta pencapaian bisnis, penulis memaparkan produk usaha dalam skala besar sebagai pembanding antara perusahan dalam skala besar,menengah dan kecil secara umum. Seperti PT Santosa Jaya Abadi sebagai usaha keluarga pemilik merek kopi terbesar di Indonesia, akar perusahaan ini mulai tumbuh dari sebuah industri rumah tangga sederhana di Surabaya, dimana lebih dari 79 tahun silam pada tahun 1927, Sang Pelopor Go

  4 Soe Loet memproduksi kopi terkenalnya. Pada tahun 1970,

  perusahaan melakukan perkembangan sekaligus perubahan. Generasi kedua mulai tampil untuk memastikan kelanjutan dan kesuksesan usaha. Tahun 1980 PT Santosa membagun pabrik yang sekarang berada di Sepenjang, Sidoarjo, Jawa Timur. Pada tahap ini, merek Kapal Api telah menjadi penyangga utama perusahaan yang terbesar rata di seluruh Indonesia sekaligus menjadi pemimpin besar dengan rangkaian produk lengkapnya. PT Sentosa Jaya Abadi memperkenalkan beberapa merek kopi lain yang juga berhasil meraih sukse di pasaran, yaitu Excelso, ABC, Good Day, Ya, dan Kapten. Hingga kini, PT Sentosa Jaya Abadi dengan rangkaian produknya telah

  3 Nugroho,Arif Agus. Skripsi. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi

Ekspor Kopi Indonesia Ke Wilayah ASEAN Dan China Dalam Skema Early Harvest

Programme . (Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2013). hlm 5. 4 Ibid. hlm 23. menjadi bagian dari keseharian dan bahkan berlangsung dari generasi

  5 ke generasi.

Tabel 1.1 Pangsa Pasar (Market Share) Kopi Bubuk/Instan Tahun

  6 2009-2011.

  No Nama Merek 2009 2010 2011 Perusahaan

  1 PT. Santosa Kapal Api 43,6 39,4 35,7 Jaya Abadi

  2 PT. Santosa ABC 18,9 22,1 24,4 Jaya Abadi

  3 PT. Nestle Nescafe 9,9 8,3 5,2 Indonesia

  4 PT. Mayora Torabika 7,5 6,2 8,5 Indah Tbk

  5 PT. Sari Indocafe 6,4 9,1 8,4 Incofood Corporation

  Sumber : Modifikasi dari Majalah SWA, No.16/XXV/27 Juli-5 Agustus2009, No.09/XXVI/29 April-11Mei 2010, No.15/XXVI/15-28 Juli 2010 dan No. 15/XXVII/18-27 Juli 2011

  Torabika merupakan merek kopi instan dari PT. Mayora Indah Tbk dan juga menjadi saingan dari PT. Santosa Jaya Abadi dan PT.

  Gasandry. Dari tabel diatas dapat diketahui merk kopi yang paling unggul adalah Kapal Api, disusul ABC, Nescafe, kemudian Torabika dan kopi instan lain. kopi-kopi tersebut merupakan produsen kopi yang banyak dipasaran dan telah tersebar di seluruh Salatiga. Pada 5 6 Ibid. hlm 24.

  Yuyanti,Iis Wiwin. Skripsi. Pengaruh Line Extension terhadap Ekuitas Merek Kopi Nescafe . (Universitas Pendidikan Indonesia, 2012). hlm 5. kopi Kapal Api selalu menjadi kopi paling unggul. Kemudian kopi ABC diposisi kedua dan dari ketiga tahun diatas tidak ada penurunan.

  Pada kopi Nescafe dari ketiga tahun diatas mengalami penurunan. Pada kopi Torabika tahun 2010 mengalami penurunan, tetapi melonjak lagi tahun 2011. Pada kopi Indocafe mengalami kenaikan, tetapi tahun 2011 mengalami penurunan. Semua ini menjadikan para produksi kopi lokal (kopi tradisional) di Salatiga untuk lebih meningkatkan daya saing agar lebihmendapat tempat di tengah-tengah masyarakat Salatiga khususnya.

  Kopi mulai tersebar secara merata di Indonesia dan dikembangkan, banyak perkebunan kopi yang tersebar di Indonesia.

  Di daerah Jawa Tengah terdapat perkebunan kopi di Temanggung dan Ungaran Kab. Semarang. Usaha petani kopi etnisJawa yang memiliki filosofi Jawa dengan pola hidup gemi nastiti ngati ati yang artinya

  7

  hemat, cermat dan bersahaja/berhati-hati. Prinsip itu telah melekat pada orang Jawa terutama umat Muslim, sehingga sikap etnis Pribumi Muslim lebih sederhana.

  Kemudian pada abad ke-13 diperkenalkan oleh pedagang dari Persia dan India. Kemudian pada abad ke-15 menyebar hingga seluruh Indonesia, hingga sampai akhirnya Islam masul ke Jawa khususnya Kota Salatiga.Pada tahun 1980 (BPS Kota Salatiga dalam 7 Rokhani, dkk. Jurnal Sosiologi Pedesaan. Dilema Kolektifvitas Petani

  

Kopi: Tinjauan Saosiologi Weberian (Kasus Petani Kopi di Nagori Sait Buttu

Saribu, Kecmatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara) .

  (Universitas Jember, 2016). hlm 6. angka 1980) jumlah penduduk Pribumi Muslim mencapai 58.632 jiwa, sedangkan penduduk etnis Tionghoa mecapai 6.665 jiwa dari jumlah penduduk mencapai 79.824 jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa populasi etnis Tionghoa termasuk padat penduduk di Salatiga.

  Pada tahun 1990 penduduk Muslim mencapai 112.819 jiwa, sedangkan dari etnis Tionghoa 10.514 dari jumlah penduduk mencapai 144.295. Terlihat peningkatan populasi dari etnis Tionghoa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

  Seiring dengan perekembangan zaman, perkembangan bisnis di Indonesia juga telah mengalami kemajuan. Adanya budaya konsumtif akibat dari perkembangan zaman tersebut semakin memacu para pelaku bisnis untuk berusaha menyediakan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Setiap hari muncul pelaku bisnis yang mengenal produknya dengan kreativitas dan inovasi baru. bahkan, kegiatan bisnis sendiri sudah merambah di berbagai pihak masyarakat, sehingga hal ini menyebabkan adanya persaingan yang semakin

  8

  kompetitif. Dalam penelitian ini membahas tentang persaingan kopi bubuk tradisional dilingkup kota Salatiga yang dari tahun 1976 mulai ada beberapa pabrik home industri beroperasi. Dalam hal berinovasi, banyak diantara etnis Tionghoa dan orang Muslim tidak hanya kopi yang di jual tetapi berbagai aneka biskuit. Mencoba dalam 8 Sulistiyani,Diah. Skripsi. Pengaruh Pengetahuan Etika Bisnis Islami dan

  

Religiusitas Terhadap Perilaku Pedagang Muslim. (Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2015). hlm 4. keberuntungan lainnya, dalam hali ini mereka memiliki daya saing tinggi demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

  Para pedagang keturunan Tionghoa menilai lembaga, hukum konstitensi dalam prinsip, serta kebiasaan dianggap cukup penting dalam daganya terhadap masyarakat. Disimpulkan bahwa pedagang Tionghoa cenderung bersifat kritis, artinya tindakan-tindakannya lebih rasional dan atau lebih diperhitungkan untung rugi dalam menilai suatu konsekuensi dari tindakannya tersebut. Budaya dagang orang Tionghoa dan orang Jawa memiliki pandangan yang cenderung sama, yaitu kedua-duanya adalah cara untuk berusaha menjaga hubungan baik dengan para pelanggan, konsumen, pemasok, pimpinan dan lingkungannya. Situasi pemasaran yang penuh resiko karena persaingan dagang, yaitu masuknya pendatang baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar antarpembeli dan pemasok, persaingan diantara pesaing yang sudah ada. Tetapi dalam keadaan nyata pemasaran para pedagang pribumi Muslim cenderung bersikap mengajak para pedatang baru untuk bekerja sama, sedangkan para pedagang keturunan Tionghoa cenderung untuk melakukan

  9 kemampuannya secara optimal tanpa melakukan kerjasama.

  Dari penelitian yang telah dilakukan pada setiap pabrik yang telah dikunjungi, penulis mendapatkan informasi mengenai pendapatan produktifitas dari setiap bulannya. Pada setiap pabrik kopi 9 Maharani,Dian Mega. Skripsi. Perilaku Kewirausahaan Pedagang Etnis

  

Cina Dan Pedagang Etnis Jawa Di Pasar Yaik Permai Semarang . (Semarang: Universitas Negeri Semarang, Jurusan Psikologi, 2013), hlm 5. di kota Salatiga tenyata dari etnis Tionghoa lebih tinggi tingkat produktifitas kopi per bulannya. Berdasarkan data-data yang telah dapatkan oleh penulis, dapat diketahui bahwa kopi bubuk yaitu dari produk kopi Babah Kacamata yang paling banyak produksinya tiap bulannya yang menunjukkan kurang lebih 60 kg/bulan, yang mana penjulannya di wilayah Salatiga dan sekitarnya.

  Alasan penulis ingin meneliti tentang ini karena ingin membandingkan beberapa pabrik kopi yang berada di Salatiga.

  Kemudian kedua untuk melihat jaringan kerjasamanya karena memperlihatkanperbandinganbisnis pabrik kopi yang berbeda-beda.

  Kemudian usaha mereka merupakan usaha warisan dari orang tua mereka, seperti kopi Arobi dan Kasmi pula. Kemudian etos kerja dari etnis Tionghoa dan orangMuslim dalam berdagang, dari etika berdagang yang mana orangMuslim dianggap malas dalam berdagang.Bagaimana produktifitas dari etnis Tionghoa dan Muslim yang berbeda, kesan pada etnis Tionghoa ialah terlihat dinamis dan pada Pribumi Muslim terlihat aksetis. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul : PERBANDINGAN

  

USAHA KOPI TRADISIONAL ANTARA ETNIS TIONGHOA

DAN ORANG MUSLIM DISALATIGA DARI TAHUN 1976-

1997.

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana perkembangan usaha kopi oleh orang Muslim dan non Muslim di Kota Salatiga? 2. Bagaimana etosbisniskopioleh orang Muslim dan non Muslim di

  Kota Salatiga? C.

   Tujuan dan Ruang Lingkup

  Dalam penelitian ini peneliti tujuan secara umum adalah untuk mengetahui sejarah geografi, sosial dan ekonomi Salatiga. Dalam tujuan peneliti yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.

  Tujuan Teoritis Untuk mengetahui gambaran umum seperti populasi etnis Kota Salatiga, untuk memahami latar belakang sejarah Kota Salatiga dalam perubahan sosial ekonomi. Untuk mengetahui perkembangan ekonomi di Salatiga khususnya dari usaha kopi. Untuk mengetahui perbandingan dan etos bisnis pada pabrik kopi tradisional yang ada di Salatiga.

2. Tujuan Praktis

  Diharapkan dapat untuk menambah sumbangsi keilmuan bagi pembaca. Untuk menjadi rujukan dalam penulisan di perpustakaan, bagi siapa yang membacanya. Bisa menjadi bahan dasar penelitian selanjutnya yang memiliki kesamaan tema. Dapat menjadi pembanding dalam berbagai karya orang lain. Untuk memenuhi syarat dalam mendapatkan gelar sarjana. Dalam kajian ruang lingkupnya dalam penelitian adapun kajian di dalamnya antara lain: a.

  Kajian Spasial Penelitian ini secara ruang lingkup spasial oleh Kota Salatiga sebagai tempat yang diteliti dan dipilih oleh peneliti.Salatiga merupakan kota madya yangmana masih ikut dalam Kabupaten Semarang. Salatiga memiliki banyak beragam sektor ekonomi dalam pendapatan daerah khususnya dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia, meskipun masih dalam lingkup daerah. Tercatat dalam Dinas Perindustrian dan Perdagangan ada beberapa didirikannya pabrik pembuatan kopi secara tradisional yang menjadi objek dalam peneitian penulis.(http://www//Disperindag Kota Salatiga) Adapun nama dan alamat pabriknya seperti berikut:

  1) Pabrik pembuatan kopi “BABAH KACAMATA” berada di desa Jl. Kalinyamat No.16, Kutowinangun Kidul, Tingkir,

  Kota Salatiga, Jawa Tengah 50742. 2)

  Kopi bubuk “KASMI” perintis generasi ke-3 Maryamah, RT.2 RW.3, Kecandran, Salatiga.

  3) Kopi bubuk “AROBI” perintis Arobi, RT.01 RW.3 Kecandran, Salatiga. b.

  Kajian Temporal Penelitian ini secara ruang lingkup temporal mulai dari tahun 1976 karena tahun itu sebagai tahun dimana sudah berkembangnya kopi tradisional berkembang di Salatiga. Pada tahun 1976 juga ditandai dengan meluasnya perdagangan Tionghoa secara merataterutama di daerah Salatiga. Dan berakhir pada tahun 1997 karena banyak pabrik-pabrik kopiditutup tersebut namun sementara karena krisis moneter, naiknya nominal dollar terhadap rupiah menjadikan tingginya harga kopi pada saat itu. Sehingga terpaksa ditutup, sementara ditutup dari pihak pabrik terpaksa menjaul kopi yang masih utuh (mentah) sisa dari yang telah dibeli sebelumnya, agar keuangan stabil dan tidak rugi. (Wawancara dengan Bu Wati selaku adik dari Bapak Joko Astono). Antara tahun 1976 sampai tahun 1997 menjadi jarak waktu dalam pasang surut kondisi sosial ekonomi Kota Salatiga yang menjadi kajian penulis.

D. Kerangka Konseptual

  Pada kerangka konseptual ini peneliti menggunakan pendekatan sosial ekonomi pada kasus perbandingan bisnis kopitradisional di Salatiga.Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk lebih mengetahui kualitas dari data informasi obyektif deskriptifanalitik dari narasumber. Sebelum itu telah dilakukan proses pencarian dan pemilihan sumber untuk menggolongkan mana sumber primer dan mana sumber sekunder yang telah didapat, agar lebih memudahkan dalam penulisan penelitian selanjutnya.Penekanan pada pedagang yangmana dari etnis Tionghoa dan orang Muslim, yang terlihat ternyata pada peningkatan peminat kopi (Wawancara dengan narasumber Joko Astono selaku pemimpin).

  Dalam penulisan ini juga memperlihatkan bagaimana kondisi tahun 1997 yang mana naiknya harga kopi, sehingga dampak yang dirasakan masyarakat yang memproduksi kopi menjadi tidak kondusif. Akibatnya banyaknya produksi kopi yang mengalami kesusahan seperti bangkrutnya usaha pabrik kopinya. Kemudian dari pada itu melihat aktualisasi pemerintah dalam penanganan kondisi sosial ekonomi yang menimpa masyarakat Salatiga dan sekitarnya.Dalam pola dasar konsep penelitian ini penulis membahas tentang: 1.

  Komposisi Etnis Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, tetapi perjuangan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia jauh sebelum itu.

  Dalam penyebaran komposisi lapisan masyarakat telah diduduki oleh etnis Tionghoa, Eropa, Arab, India dan pribumi Jawa. Dari sekian luas geografis Indonesia dari Sabang sampai Merauke banyak sekali perbedaan keragaman kebudayaan, adat istiadat, suku, ras, dan agama yangmana menjadi satu kesatuan dibawah naungan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

  Di pulau Jawa, penyebaran dari berbagai etnis telah merata ke seluruh pulau Jawa sendiri. Dalam pembagian wilayah pada etnis Tionghoa terkenal dengan kampung Pecinan dan diikuti dengan pemukiman lainnya dari etnis Arab dan India. Di kota Salatiga penyebaran etnis mulai semakin meningkat terlihat dalam perekonomian di pasar tentunya. Meskipun di dominasi oleh etnis Jawa khususnya Muslim, pada etns lainnya sangat menonjol akan kehadirannya terutama etnis Tionghoa. Ruang bergerak dalam hal kemasyakatan pun terlihat, apabila mengunjungi Pasar Raya Salatiga banyak sekali ditemukan pedagang dari etnis Tionghoa.

  Dari Pribumi Muslimlebih dominan berjualan seperti peralatan sholat, busana muslim dan lainnya yang berkenaan untuk beribadah umat muslim. Pada etnis Tionghoa mereka justru membuka peluang akan semua yang telah dicobamulai dari peralatan rumah, peralatan pribadi, dari yang mentah sampai barang matang ada.

2. Etos kerjaetnis Tionghoa

  Objektivikasi (konkretisasainya), telah dijelaskan di muka, dengan kedalaman proses gerak dialektika fenomena kesadaran moralnya yang bersumber pada kesadaran diri atau refleksi diri dengan metode reflektif kritis. Prosesnya itu mengiplikasikan kualitas moral dan kedalaman atau keluasan jangkauan motivasi dan maksud etos pemikirannya juga struktur pemikiran manajemen selaras dengan efisiensi tujuan etos dagang pada masanya (bidang perdagangan) baik bagi eksistensi manusiawikerakyatan dalam ekonomi kerakyatan maupun bagidunia kehidupan atau realitas sosial Jawa yang dalam kondisi pascakolonial (dalam masyarakat

  10 pluralisme pascatradisional).

  “Perbandingan pemahaman etos dagang Jawa dengan budaya dagang keturunan Tionghoa. Menurut sistem nilai moral Tionghoa, seorang karyawan diharap sebagai pengikut, penurut, dan acapkali sebagai seorang yang tidak perlu melakukan banyak pertanyaan. Seorang pemimpin

  11 dianggap segalanya, paling pandai dari suatu kelompok.

  Pertanyaan dan pendapat berbeda dianggap sebagai sikap mengganggu harga diri pemimpinnya. Perilaku yang otoriter diharapkan datang dari superior sedangkan

  12

  bawahan hanya bersifat pasif saja. Chan dan Moore menjelaskan, sikap masyarakat Tionghoa terhadap lingkungan cenderung menerima daripada berusaha mengubahnya. Mereka mencari kecocokan dirinya kesamaan bagi suatu tindakan yang bisa membuat

  13

  keharmonisan lingkungan.” “Menurut Hana dalam budaya Tionghoa dikenal dengan utang budi merupakan suatu bentuk kerjasama dalam jangka panjang. Hubungan kerja sama selalu didasarkan pada kekeluargaan, perdagangan yang dibangun oleh keluarga-keluarga Tionghoa berdasar kepercayaan pribadi atau guanxie yang berarti ikatan manusia bersifat pribadi, khas, dan non-ideologis, tetapi berdasar pada kesamaan identitas. Kesamaan tersebut akan lebih diprioritaskan di lingkungan keluarga, marga, dan atau keturunan dalam

  10 Daryono. Etos Dagang Orang Jawa Pengalaman Raja Mangkunegara IV .(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007). hlm 268. 11 Stepen Martin, Industri Economic, Economic Analysis and Public Policy, (New York: MacMillan Publ. Company, 1989), hlm xxi. 12 13 Ibid., hlm 75.

  Nikhilesh Dholakia (ed.), Marketing as If Cultur Mattered, (University of Rhode Island: University of Rhode Press., 1987), hlm 55.

  Tionghoanya baru kemudian kearah kesamaan yang lain

  14

  misalnya agama atau daerah.” Masyarakat etnis Tionghoa harus menjadi pribadi penurut, maksudnya dalam bekerja harus loyal akan tanggung jawabnya terhadap atasan mereka. Keluarga etnis Tionghoa lebih dominan bekerja sama pada dasar persamaan identitas sehingga mampu memaksimalkan usaha mereka dalam keseharian. Bukan karena agama atau daerah dalam mempengaruhi konsep usaha.

  Masalah terpenting pada kecenderungan etos dagangnya etnis Tionghoa itu kaitannya pada kondisi perekonomian sekarang, yaitu dalam etika pasar bebas dan perekonomian global, berkecenderungan ke dalam dua hal yang kurang. Pertama, kurang realistis dan rasional, dan kedua, kurang sesuai dengan identitas budaya dan pengalaman keagamaan (Islam) Jawa yang dalam masyarakat pasca-tradisional. Kemungkinan lain masalah pada etos dagang Jawa dalam pemikiran Sri Mangkunegara IV sebagaimana dikaji di sini, kiranya pantas menawarkan diri sebagai bagian alternatif pemecahannya. Misalnya, pertama-tama, dua pihak itu (etnis Tionghoa dan Jawa) sebaiknya selalu melakukan proses pemberdayaan dialogis partisipasif transendental dalam dunia kehidupan atau realitas sosial sesuai pada masanya tersebut. Kedua, proses itu terkait erat antara pendidikan dan pengalaman

14 Hana Tjandradiredja,.. op. cit. hlm 143.

  15

  keagamaan (Islam) Jawa sesuai pada masanya. Kemudian adanya sifat pragmatis saat etnis Tionghoa selalu berfikir untuk membuka berbagai peluang dalam meraup keuntungan serta dinamis dalam berwirausaha. Selalu menerapkan etos kerja mereka pada setiap bisnis yang didirikannya.

3. Etos kerja orang Muslim

  “Seperti yang dikatakan Budi Paramita, sikap yang dikembangkan orang Jawa adalah sikap realistis, yaitu rasional, dengan mempehitungkan untung rugi, konsisten dalam prinsip serta berfikir logis dalam meninjau masa lampau maupun masa depan, memiliki keinginan dan keberhasilan, kepahlawanan, keyakinan dan konsekuen atas keuntungan materi. Berlawanan dengan sikap itu adalah sikap yang lebih feminin dalam dagang, yaitu aktifitasnya lebih mempertimbangkan maksud yang dinginkan tanpa pertimbangan materi atas suatu tindakan, lebih mementingkan hubungan teman, menekankan masa lampaunya dari pada masa depan, berperilaku sederhana, mempertimbangkan yang lemah dan mementingkan mutu

  16

  kehidupan lebih langgeng lebih sama rata.” Dalam berdagang setiap orang akan mementingkan bagaimana kinerja bisnisnya berjalan lancar. Pemahaman akan etos dagang pasti akan mencapai cita idealnya bagi para pedagang. Diharapkan etos kerja yang telah berjalan dari etnis Tionghoa maupun orang Muslim akan cenderung meningkat terutama dalam aspek penjualan, keuntungan serta pelanggannnya. Kiranya cukup baik menjadi acuan tantangan pemikiran etos kerja dan menjadi

  15 16 Daryono. op. cit., hlm 308.

  Budi Paramita, Struktur Organisasi di Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1985), hlm 77.

  17

  sumbangsi pemikiran dalam perekonomian Jawa tentunya. Jika dilihat dari aktualisasi etos kerja orang Muslim terlihat bersifat aksetis dalam artian mereka ingin mempertahankan prinsip mereka yaitu menjaga amanah yang ada dan menjalankan usaha apa yang telah di beri oleh Tuhan. Selalu sederhana dalam artian usaha yang dilakukan hanya untuk mencukupi apa yang kurang dalam keseharian dan tidak berorientasi pada keuntungan yang lebih besar.

4. Kompetisi

  “Pengertian usaha (bisnis) adalah itilah yang sering muncul dalam brbagai literatur yang menuliskan perihal aspek hukum persaingan bisnis. Persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition yang artinya persaingan itu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan, dan kompetisi. Persaingan itu adalah ketika organisasi atau perorangan berlomba untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti konsumen, pangsa pasar, peringkat survei, atau sumber

  

18

  daya yang di butuhkan.” Secara umum, persaingan bisnis adalah usaha atau kegiatan dimana kelompok atau sesorang berlomba dalam menawarkan produk yang dimiliki kepada orang lain (konsumen).

5. Pengertian etos

  Kata etnis berasal dari kata ethos yang dalam bahasa Yunani berarti ”masyarakat” (Abdullah, 2005: 193). Etnis adalah golongan masyarakat yang didefinisikan secara sosial berdasarkan berbagai 17 18 Ibid. hlm 310.

  Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetiti, (Jakarta: Erlangga, 2005). hlm 86. macam karakteristik kulturnya. Etnisitas atau kesukubangsaan (Tumanggor, 1020: 110) selalu muncul dalam konteks interaksi sosial pada masyarakat majemuk.

  19 Banyak ahli telah memberikan

  pengertian tentang etos kerja ini sebagai suatu sikap mendasar dan ide pokok yang senantiasa berpengaruh besar terhadap kerja. Etos, menurut Geertz adalah : “the underlying attitude toward themselves

  and their world that life reflects”. Etos adalah sikap mendasar

  terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup. (Taufiq Abdullah, 1987, hal 3).

  20 “Bisnis adalah kegiatan ekonomi yang berarti usaha.

  Bagian dari kegiatan ekonomi, bisnis merupakan aspek penting dalam kehidupan yang pasti semua orang mengenalnya, karena itu ada sebuah adigium, bisnis adalah bisnis. Jadi, bisnis merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan dalam produksi, menyalurkan, memasarkan barang dan jasa yang diperlukan oleh manusia, baik dengan cara berdagang maupun bentuk lain dan tidak hanya mengejar laba.”

21 Berbisnis merupakan salah satu ajaran Islam. Berbisnis yang

  digolongkan dalam perintah bekerja atau bermuamalah. Dalam Islam, perintah bekerja atau berbuat untuk memperoleh dan menghasilkan manfaat atau nilai tambah (rezeki).

  22 Sehingga dapat

  19 Arisetya,Dian. Skripsi. Persepsi etnis tionghoa sebagai kelompok

Minoritas terhadap etnis non-tionghoa dalam Politik multikulturalisme (studi di

kelurahan metro). (Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung:

Bandarlampung, 2015). hlm. 13. 20 Jurnal Penelitian Agama, Media Penelitian dan Pengembangan Ilmu-ilmu

  

Agama. Nomor 3, Januari-April 1993 , (Yogyakarta: Balai Penelitian P3M IAIN

Sunan Kalijaga.1993), hlm. 38. 21 Abdul Aziz, Etika Bisnis Prespektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 31. 22 Zahroh, Fathimatuz dan Muhammad Nafik H.R. Jurnal JESTT Vol. 2 No.

  

9 September 2015. Nilai Fathonah Dalam Pengelolaan Bisnis Di Pesantren Mukmin disimpulkan, secara garis besar persaingan bisnis adalah kegiatan dalam berlomba untuk menawarkan barang atau jasa dengan cara berdagang yang dilakukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan diri. Kelompok atau perorangan dalam berbisnis selalu tidak lepas akan adanya produk dan pasar. Produk secara umum adalah barang atau benda yang ditawarkan kepada seseroang, yangmana biasanya orang-orang menawarkankanya di pasar.

6. Pengertian Muslim

  “Muslim secara etimologi merupakan bentuk fa’il (subyek/pelaku) dari kata kerja asmala-yuslimu-Iislaman. Karena hanya sebagai subyek dari perbuatan isslam, maka pengertiannya tergantung pada pengertian Islam itu sendiri.

  ” 23 Pada dasarnya ajaran Islam berorientasi pada terciptanya karakter

  manusia yang memiliki sikap perilaku yang sombong dan adil dalam konteks hubungan antara manusia dengan diri sendiri, manusia dengan orang lain (masyarakat), bahkan manusia dengan Tuhan.

24 Rasulullah SAW sendiri adalah seorang pedagang yang

  bereputasi internasional dan mendasarkan bangunan bisnisnya kepada nilai-nilai ilahi (transenden). Perilaku Rasulullah yang jujur, tranparan dan pemurah merupakan kunci keberhasilannya

  

Mandiri Sidoarjo , (Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Airlangga, 2015) hlm. 745. 23 IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambani,1992), hlm. 701. 24 Ibid. hlm. 750. mengelola bisnis Khadijah ra. Dengan dasar itu, beliau membengun

  25 sistem ekonomi ilam yang tercerahkan.

E. Tinjauan Pustaka

  Dalam tinjauan pustaka peneliti menemukan kasus-kasus yang sama satu tema tetapi berbeda dalam sudut pandang, seperti berikut: Skripsi karya Surya Purnama (Universitas Negeri Semarang,

  2009) berjudul Interaksi Sosial Antara Etnis Cina Dan Etnis Jawa Di

  Kudus Pada Masa Demokrasi Terpimpin (1950-1965) yang berisikan

  tentang penyebaran etnis Tionghoa di Kudus. Skripsi ini memberikan informasi tentang perilaku ekonomi etnis Tionghoa pada masa Demokrasi Terpimpin lebih banyak di bidang agraria, etnis Tionghoa masih dibatasi kepemilikannya. Akibat kondisi jamas Malaise, ada pergeseran peran ekonomi tertentu terutama dari kuli perkebunan menjadi tengkulak, pedagang ikan, atau pemilik penggilingan beras.

  Juga munculnya dominasi dalam perdagangan eceran oleh etnis Tionghoa. Dalam interaksi antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kudus mulai dari adanya keikutsertaan etnis Tionghoa dalam organisasisosial kemasyarakatan dan didominasi oleh penduduk pibumi (etnis Jawa). Persamaan pada penelitian penulis pada pelaku yaitu etnis Tionghoa, dan perbedaan pada pelaku kedua dan spacial

25 Ibid. hlm. 747.

  penelitian. Pada karya Surya Purnama pelaku kedua adalah masyarakat di Kudus, jika penelitian penulis yaitu masyarakat di Salatiga.

  Tesis karya Muh. Syafiul Hafidh (Universitas Islam Negeri Sunan Kaliyaga, Yogyakarta, 2015) berjudul Relasi Bisnis Komunitas

  

Muslim Jawa Dengan Komunitas Tionghoa Di Pekalongan yang

  berisikan tentang perbedaan penerapan sistem perilaku bisnis antara komunitas Tionghoa dan Muslim Jawa di Pekalongan serta relasi keduanya. Tesis ini membeikan ulasan mengenai strategi bisnis dalam etnis Tionghoa, terlebih untuk bertahan hidup.Dalam perkembangan ekonomi perdagangan di Pekalongan etnis Tionghoa membuat kerja sama dengan Pribumi setempat, terkait masuknya pendatang baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tamawar menawar. Sehingga kerja sama terjalin dan dijadika bagian dari usaha menjaga hubungan baik diantara keduannya. Pada tesis ini memiliki persamaan pada pelaku yaitu komunitas Tionghoa dan Muslim, perbedaanya pada variabel relasi dalam bisnis. Jika pada penelitian penulis lebih mengarah pada persaingan bisnis (pola bisnis) diantara kedua pelaku, spacial dalam tesis ini di pekalongan, jika penulis di Salatiga.

  Skripsi karya Ferdi Zulmi Pratama (Universitas Andalas Padang, 2011) berjudul Analisis Migrasi Desa Kota Dan

  

Perkembangan Sektor Informal Di Kota Padang . Skripsi ini berisikan

  tentang migrasi desa kota diukur dengan minat dan tidak minatnya tenaga kerja (pedagang) melakukan migrasi. Adanya kesenjangan anatara daerah pedesaan dengan daerah perkotaan telah mendorong sebagian besar penduduk bermigrasi, serta dirasakan kurangnya sumber penghidupan yang layak. Skripsi ini lebih mengarah pada analisis karakteristik demografi dan sosial ekonomi pedagang di Padang. Terlebih analisis pada pengaruh faktor umur, pendidikan, dan status perkamwinan. Berbeda dengan penelitian penulis lebih pada pola pikir perekonomian dalam berdagang. Kesamaan dalam skripsi karya Ferdi ialah sama-sama mengenai faktor berdagangyang dilakukan oleh masyarakat.

  Skripsi karya Ika Oktavianti Paramita (Universitas Veteran Jawa Timur, 2014) yang berjudul Uji Komparasi Konsumen Pembeli

  

Kopi ABC dan Torabika Susu di Jawa Timur. Skripsi ini menjabarkan

  mengenai tingkat peminat terhadap kedua kopi tersebut kemudian dilakukan analisis. Kemudian memperlihatkan analisis tingkat peminat di warung kopi dengan berusaha membuat konsep kedai kopi. Kemudian memperlihatkan perbandingan anatara kedua kopi dari tingkat peminat hingga peringkat perkembangan kedua kopi, dan itu menjadi persamaan terhadap penelitian penulis. Keunggulan dibanding karya ini, penulis mencoba membandingkan tingkat skala, kwalitas serta etos dalam berdagang dari dua etnis yaitu Tionghoa dengan orang Muslim.

F. Metode Penelitian

  Langkah awal yang dilakukan penulis ialah pemilihan topik atau tema, seperti yang disampaikan oleh Kuntowijoyo (1992:92) berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan inetelektual. Pemilihan topik harus memuat unsur Sejarah dan Islam. Penelitian memuat kesejarahan Kota Salatiga dan keberadaan umat muslim di Salatiga. Pemilihan topik ini lebih pada kedekatan emosional penulis terhadap Kota Salatiga dan sekitarnya. Dalam penelitian ini menggunakan metodologi sejarah yang digunakan oleh para Sejarawan. Diantaranya metode heuristik, verifikasi, interprestasi dan historiografi, yangmana sebagai berikut:

  26 1.