BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problematika Pembelajaran - PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL- ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN KURIKULUM 2013 KELAS VII DI SMP MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problematika Pembelajaran

  1. Pengertian Problematika

Problematika berasal dari bahasa inggris “problematica” yang artinya masalah. Problematika adalah hal yang menimbulkan masalah, hal

  yang belum dapat dipecahkan permasalahannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 896), pengertian problematika adalah sesuatu yang masih menimbulkan perdebatan, masih menimbulkan suatu masalah yang harus dipecahkan.

  Menurut Suharso, dkk (2009: 391) problematika adalah sesuatu yang mengandung masalah. Permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Secara umum, suatu masalah didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yang dinginkan dan kebutuhan yang ada. Problematika dalam sastra adalah masalah dalam diri satu tokoh, permasalahan antara dua tokoh, dan permasalahan bisa saja terjadi karena dorongan dasar dari sendiri, dapat juga dari lingkungan keluarga ataupun masyarakat dan sebagainya.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa problematika adalah sesuatu masalah yang masih menimbulkan perdebatan dan membutuhkan penyelesaian untuk mencapaian tujuan yang

  8 di inginkan, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

  2. Pengertian pembelajaran Berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang

  Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah, yang dimaksud dengan pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Dit. Pembinaan SMA. 2015: 5).

  Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberkan kepada orang supaya diketahui. Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambah awalan “pe” dan akhirnya “an” menjadi kata “pembelajaran”, diartikan sebagai proses, pembuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (Susanto. 2016: 19).

  Pembelajaran menurut Sugiyono dan Hariyanto (2011: 183), didefinisikan sebagai sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri. pengertian tersebut menerangkan pada proses mendewasakan yang artinya mengajar dalam bentuk penyampaian materi tidak serta-merata menyampakan materi (transfer of

  

knowledge ), tetapi lebih pada bagaimana menyampaikan dan mengambil

  nilai-nilai (transfer of value) dari materi yang diajarkan agar dengan bimbingan pendidik bermanfaat untuk mendewasakan siswa. Berbeda dengan pembelajaran tersebut, pembelajaran dapat dipahami sebagai sebuah aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam mengatur dan mengorganisasikan lingkungan belajar dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

  Adapun pengertian-pengertian tentang pembelajaran yang telah disebutkan, Sugiahartoto dkk. (2007:81), mendefinisikan pembelajaran secara lebih operasional, yaitu sebagai suatu upaya yang dilakukan pendidik atau guru secara sengaja dengan tujuan menyampaikan ilmu pengetahuan, dengan cara mengorganisasikan dan menciptakan suatu sistem lingkungan belajar dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih optimal (Irham,Wiyani. 2017: 131).

  Kemudian Suprihatiningrum (2017: 76) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses yang menggabungkan pekerjaan dengan pengalaman. Apa yang dikerjakan orang di dunia manjadikan pengalaman baginya. Pengalaman tersebut akan menambah keterampilan, pengetahuan atau pemahaman yang mencerminkan nilai yang dalam.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran serta membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri.

  3. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran pada tercapainya tujuan tersebut.

  Dilihat dari sejarahnya, tujuan pembelajaran pertama kali diperkenalkan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya dalam ilmu prilaku (behavioral science) dengan maksud untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Kemudian diikuti oleh Robert Mager yang menulis untuk buku yang berjudul preparing instructional pada tahun 1962. Selanjutnya diterapkan secara meluas pada

  Objective tahun 1970 di seluruh lembaga pendidikan termasuk di indonesia.

  Penuangan tujuan pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi diperoleh hasil yang maksimal.

  Pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan pembelajaran, yang satu sama lain memiliki kesamaan di samping ada perbedaan sesuai dengan sudut pandangan garapannya. Robert F. Mager (2012) misalnya memberikan pengertian tujuan pembelajaran sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.

  Pengertian kedua dikemukakan oleh Edwar L. Dejnozka dan David E. Kapal (2011), juga Kemp (2007) yang memandang bahwa tujuan pembelajarn adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk mengambarkan hasil belajar yang diharapkan.

  Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkret serta dapat dilihat dan fakta yang bersamar.

  Definisi ketiga dikemukakan oleh Fred Percival dan Henry Ellington (2014) yakini tujuan pembelajaran adalah satuan pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan atau ketrampilan siswa tentu yang di harapkan dapat dicapai sebagai tujuan belajar (Amirudin, 2016:53-55).

  Dari beberapa pengertian tujuan pembelajaran oleh para ahli maka penulis menarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu kemampuan yang diharapkan diperoleh oleh siswa setelah melakukan rangkaian proses pembelajaran.

  4. Unsur-Unsur Pembelajaran Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, guru (pengajar) tidak termasuk sebagai unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat digantikan atau dialihkan kepada media sebagai pengganti, seperti: buku, slide, teks yang diprogram, dan sebagainya. Namun seorang kepala sekolah dapat menjadi salah satu unsur sistem pembelajaran, karena berkaitan dengan prosedur perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran( Hamalik.

  2011:66).

  Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran (2011:68), mengemukakan unsur-unsur pembelajaran sebagai berikut : a. Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru

  1) Motivasi pembelajaran siswa 2) Kondisi guru siap membelajarkan siswa

  b. Unsur pembelajaran kongruen dengan unsur belajar 1) Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran. 2) Sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada buku pelajaran, pribadi guru, dan sumber masyarakat.

  3) Pengadaan alat-alat Bantu belajar dilakukan oleh guru, siswa sendiri, dan bantuan orangtua.

  4) Menjamin dan membina suasana belajar yang efektif 5) Subjek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu diberikan binaan.

  Unsur-unsur pembelajaran di atas ini adalah satu kesatuan yang harus terkumpul menjadi satu agar proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik dan tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

  5. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media, serta faktor lingkungan (Sanjaya. 2010:52).

  a. Faktor Guru.

  Guru pengaruhnya sangat besar dalam proses pembelajaran Menurut Ahmad (2013:89) Mengemukakan guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar diantaranya yaitu: 1) Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya.

  2) Hubungan guru dan muridnya kurang baik. 3) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar.

  4) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkankesulitan belajar, antara lain: a) Metode mengajar yang mendasarkan dari pada latian mekanis tidak didasarkan pada pengertian.

  b) Guru dalam mengajar tidak mengunakan alat peraga yang memungkinkan semua alat indranya berfungsi.

  c) Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak ada aktivitas.

  d) Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi. .

  Menurut Sanjaya (2010:52) Guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarkan, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan.

  Bedasarkan penjelasan di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawean guru dalam mengunakan metode menyampaikan materi pembelajaran, dan teknik pembelajaran setra kualitas keilmuan guru tersebut.

  b. Faktor siswa Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut pupil formative

experiences serta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties).

  Aspek latar belakang Sanjaya (2010: 53) berpendapat meliputi jenis kelamin siswa, tepat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa,dari keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-lain; sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap. Tidak dapat disangkalbahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokan pada siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya ditunjukan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian, dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran, dan lain-lain. Sebaiknya, siswa yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran, termasuk menyelesaikan tugas, dan lain sebagainya. Perbedan- perbedaan semacam itu menurut perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyelesaikan gaya belajar. Demikian juga halnya dengan tingkat pengetahuan siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang penggunaan bahasa standar, misalnya, akan mempengaruhi proses pembelajaran mereka dibandingkan dengan siswa yang memiliki tentang hal itu.

  c. Faktor sarana dan prasarana Menurut Hartinah (2011:79) yang mengemukakan bsahwa faktor sarana dan prasarana jangan sampai menimbulkan gangguan kesehatan pada anak. Misalnya, tempat duduk yang kurang sesuai serta ruangan yang gelap dan terlalu sempit akan menimbulkan gangguan kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan moderen menghendaki agar tempat duduk anak dan meja dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, ruangan kelas bersih, terang dan cukup luas, serta kedisiplinan yang tidak kaku.

  Kemudian Sanjaya (2010:52) Mengemukakan mengenai faktor sarana dan prasarana yang juga merupakan faktor yang sangat penting dalam memepengaruhi proses pembelajaran, Menurutnya Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya, media pembelajaran, alat- alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya; sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidaklangsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan parasarana anak membantu guru dalam penyelengaraan proses pembelajaran: dengan demikian sarana dan parasarana merupakan komponen penting yang dapat memenuhi proses pembelajaran.

  Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwasanya faktor sarana dan prasarana ini juga sangat berpengaruh sekali terhadap keberhasilan suatu proses pembelajaran, apalagi pembelajaran pada kurikulum 2013 yang mana memang lebihbanyak praktek secara langsung bukan hanya sekedar teori saja.

  d. Faktor lingkungan Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis.

  Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

  Kelompok belajar yang besar dalam suatu kelas berkecenderungan: 1) Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.

  2) Kelompok belajar akan kurang mampu memanfatkan dan mengunakan semua sumber daya yang ada.

  3) Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun. 4) Anggota kelompok yang terlalu banyak cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiapkegiatan kelompok. (Sanjaya. 2010: 56 ).

  6. Faktor Pendukung Keberhasilan Proses Pembelajaran Faktor pendukukng keberhasilan telah kita ketahui bahwa proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor guru, kurikulum, tujuan yang ingin dicapai, sarana, lingkungan dan siswa itu sendiri. Dari sekian banyak faktor ini, faktor guru mempunyai peranan yang lebih menentukan daripada faktor yang lain, tanpa mengurangi faktor kondisi siswa yang dihadapi.

  Disamping perencanaan guru yang memadai untuk pelaksanaan pembelajaran, keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh sikap guru dalam mengelola pembelajaran,keterampilan guru mengajukan pertanyaan, pengetahuan guru, dan keterampilannya dalam menggunakan media, dan masih banyak faktor pendukung lain yang dapat mendorong terjadinya proses belajar yang lebih baik.

  Menurut Surprihatinngrum (2017: 93-99 ).Ada beberapa hal yang menjadi komponen pendukung keberhasilan proses pembelajaran sebagai berikut:

  a. Sikap Guru dalam Pembelajaran

  b. Sikap Ilmiah Dan Pengembangannya

  c. Ketepatan Bahasa

  d. Pengelolaan kelas Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa faktor pendukung keberhasilannya suatu proses pembelajaran sangat banyak sekali diantaranya seperti yang tercantum di atas yaitu sikap guru dalam mengelola pembelajaran, pengetahuan guru, dan keterampilannya dalam menggunakan media serta dalam mengelola kondisi kelas.

  7. Problematika Pembelajaran Demikian para ahli berpendapat mengenai pengertian tentang problematika pembelajaran. Menurut Rosihuddin (2012) problematika pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar mengajar yang harus dipecahkan agar tercapai tujuan yang maksimal.

  Menurut Burhanuddin (2014) problematika pembelajaran adalah

  

suatu keadaan yang tidak diharapkan oleh kita sebagai penyimpangan

kecil dalam belajar yang kita alami. Ada dua faktor yang menjadi penyebab masalah belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri peserta didik meliputi kurangnya motivasi dalam belajar, kurangnya minat dalam belajar, intelegensi, bakat serta kesehatan mental. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat atau sosial.

  Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam permasalahan, problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

  Dari beberapa pengertian problematika pembelajaran oleh para ahli, penulis mnyimpulkan bahwasannya problematika pembelajaran adalah kesukaran atau hambatan yang menghalangi terjadinya belajar, kesukaran atau kendala dalam proses belajar mengajar yang harus dipecahkan agar tercapai tujuan yang maksimal.

  Berkaitan dengan mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan kurikulum 2013 yang baru diaplikasikan di SMP Muhammadiyah pada tahun 2017/2018 maka pastilah terjadi yang namanya problematika pada pembelajaran baik dari faktor guru, bahan materi pelajaran, sarana dan prasarana belajar ataupun bisa jadi timbul dari faktor yang lainnya. Kondisi inilah yang sangat perlu di adakan evaluasi atau penelitian agar kedepan lebih baik lagi pelaksanaannya dan setidaknya akan mengurangi problematika yang timbul saat pembelajaran berlangsung.

B. Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Kurikulum 2013

  1. Pengertian Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan bagi sekolah

  Muhammadiyah merupakan ciri khusus dan keunggulan. Sejak awal berdirinya sekolah dan madrasah Muhammadiyah dirancang dengan sistem pendidikan Islam moderen yang integratif holistik sehingga menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan umum sesuai jenjangnya, yaitu agama Islam dan Kemuhammadiyahan (majelis DIKDASMEN. 2017: iii).

  Menurut Haedar Natsir Mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan pada sekolah dan madrasah Muhammadiyah merupakan ciri khusus dan keunggulan. Tujuan utama mata pelajaran ini adalah mendidik para siswa agar memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam, dan kemuhammadiyahan, serta memiliki karakter yang kuat melalui pembelajaran keteladanan dan pembiyasaan yang menggembirakan (Hasanudin. 2017: 99).

  Dari beberapa penjelasan mengenai mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan maka penulis menyimpulkan bahwasanya mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan adalah mata palajaran yang disusun secara khusus oleh pimpinan pusat Muhammadiyah yang di dalamnya adalah nilai-nilai ajaran Islam serta pengetahuan mengenai Kemuhammadiyahan yang disusun secara moderen serta menjadi ciri khusus dan keunggulan dalam pendidikan di sekolah Muhammadiyah.

  Mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan ini dibagi menjadi 6 (enam) cabang mapel yang di ajarkan. Pembagian mata pelajarannya sebagai berikut: Aqidah, Ibadah, Akhlaq, Alquran- Hadits, Tarikh dan Kemuhammadiyahan adapun penjelasannya sebagai berikut:

  a. Mata Pelajaran Aqidah Kata aqoid jamak dari aqidah berarti kepercayaan maksudnya adalah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang islam.

  Aqidah selalu berkaitan dengan iman, seperti: iman kepada Allah Swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir (Thoha dkk. 1999 :88).

  Adapun materi yang diajarkan pada mapel Aqidah adalah sebagai berikut: beriman kepada Allah Swt., tauhid rububiyah, asmaul husna as- sami’ dan al-basyir, beriman kepada malaikat (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas VII. 2017: 89- 99).

  Berdasarkan penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwasanya mapel Aqidah dalam Al-Islam dan Kemuhammadiyahan adalah menguatkan iman para peserta didik agar lebih kuat, karena iman adalah sebagai pondasi dalam menjalani kehidupan. Tanpa adanya iman, seseorang maka akhlaknya akan tidak baik. b. Mata Pelajaran Ibadah Ibadah merupakan suatu aktifitas yang tidak bisa lepas dari setiap kegiatan manusia. Ibadah dalam kehidupan manusia menjadi sangat penting bahkan sesntral, karena setiap hal yang dilakukan oleh orang yang beriman dapat dijadikan sebagai Ibadah. Adapu materi yang terdapat dalam mata pelajaran Ibadah dalam kurikulum Al-Islam dan Kemuhammadiyahan kelas VII kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: ketentuan thaharah, shalat fardu, shalat berjamaah, shalat jumat dan khutbah jumat, shatat jama’dan qashar (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas VII. 2017: 89-108).

  Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwasanya mata pelajaran ibadah bertujuan agar peserta didik di sekolah- sekolah Muhammadiyah dapat mengetahui dan mengamalkan tatacra ibadah yang sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunah.

  c. Mata Pelajaran Akhlaq Pengertian akhlak dilihat dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu isim mashdar (infinitive) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, yang berarti perangai, kelakuan, tabiat, watak dasar, kebiasaan, kelaziman, peradaban yang baik, dan agama. Adapun materi yang terdapat dalam mata pelajaran akhlaq kurikulum 2013 kelas VII adalah sebagai berikut: kerja keras dan mandiri, jujur amanah istiqomah, hormat kepada orang tua dan guru, cerdas bekemajuan dan kompetitif (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas VII. 2017: 89-99).

  Dengan demikian maka mata pelajaran akhlaq adalah matapelajaran yang disusun guna memberikan pelajaran atau ilmu pengetahuan kepada peserta didik agar tidak terjerumus ke dalam perilaku yang tidak baik yang dilarang oleh Allah Swt. Serta menjadikan peserta didik senantiasa ber akhlaqul karimah.

  d. Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Mata Pelajaran Qur’an Hadits adalah untuk memahami dan mengamalkan al-Qur'an sehingga mampu membaca dengan fasih, menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan, menyalin dan menghafal ayat-ayat terpilih serta memahami dan mengamalkan hadits-hadits pilihan sebagai pendalaman dan perluasan bahan kajian dari pelajaran Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah sebagai bekal mengikuti jenjang pendidikan berikutnya (Fakhrizal. 2016).

  Pada mata pelajaran Al-Quran Hadits materi yang di ajarkan pada kelas VII adalah: Qs. Al-Mujadalah 58: 11, Qs. Ar-Rahman 55: 33 dan hadits terkait tentang menuntut ilmu, Qs. As-Syams tentang keteraturan alam semesta sebagai bukti kekuasaan Allah Swt.

  Beserta hadits terkait, Qs. An-Nisa 4: 146, Qs. Al-Baqarah 2 :153, Qs. Ali-Imran 3: 134 serta hadits tentang ikhlas sabar dan pemaaf, Qs. Al-Fajr tentang balasan bagi manusia yang tidak beriman beserta hadits terkait (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas

  VII. 2017: 79-88).

  Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan mata pelajaran Al-Quran Hadits adalah mata pelajaran yang disusun dan dirancang agar peserta didik mempunyai kemampuan membaca Al- Quran dengan fasih, menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan, menyalin dan menghafal ayat-ayat serta dapat menerapkan pesan yang terkandung di dalamnya.

  e. Mata Pelajaran Tarikh Mata pelajaran tarikh menurut Thoha dkk adalah mata pelajaran yang mengkaji riwayat hidup Rasulullah saw. sahabat- sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang di ceritakan kepada murid sebagai suri tauladan yang utama dari tingkah laku manusia baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial (Thoha dkk. 1999: 215).

  Dibawah ini adalah materi yang terdapat pada kurikulum kelas VII kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: perjuangan nabi Muhammad saw. Periode mekah dalam menegakan risalah Allah Swt. Perjuangan nabi Muhammad saw. Periode madinah, biografi khalifah Abu Bakar, Umar Bin khathab, Utsman Bin afan, Ali Bin Abi Thalib (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas VII. 2017: 111-122).

  Dari uraian di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwasanya mata pelajaran tarikh ini adalah mata pelajaran yang disusun guna peserta didik pada sekolah Muhammadiyah mengetahui kehidupan Rasulullah dan para sahabat pada jaman dahulu agar peserta didik dapat menjadikannya sebagai suri tauladan.

  f. Mata Pelajaran Kemuhammadiyahan Mata Pelajaran Kemuhamadiyahan merupakan Mata

  Pelajaran Wajib di dalam Sekolah Muhammadiyah Maksud dan Tujuan Pendidikan Kemuhammadiyahan adalah Memberi pengetahuan kepada siswa sekolah Muhammadiyah tentang organisasi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan gerakan dakwah

  amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan Qur’an dan

  Sunnah. Membentuk manusia muslim berakhlak mulia, cakap, percaya diri, berguna bagi masyarakat bangsa dan negara .

  Menumbuhkan motivasi dalam diri siswa untuk menjadi kader Muhammadiyah (Fairuz zahir : 2015).

  Adapun materi yang diajarkan pada kelas VII pada mata pelajaran Kemuhammadiyahan adalah sebagai berikut: perguruan Muhammadiyah, sejarah hidup dan kepribadian tokoh pendiri Muhammadiyah, akhlaq pelajar Muhammadiyah, peran Muhammadiyah dalam kebangkitan nasional, sejarah berdirinya Muhammadiyah dan kepribadian dan perjuangan tokoh-tokoh Muhammadiyah (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas VII. 2017: 117-133).

  Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menarik kesimpulan mata pelajaran Kemuhammadiyahan adalah mata pelajaran yang disusun guna menambah wawasan mengenai perjuangan dan ajaran Muhammadiyah serta agar peserta didik dapat mengambil hikmah dari kisah-kisah para tokoh-tokoh Muhammadiyah pada masa lampau serta pengkaderan agnggota simpatisan Muhammadiyah.

  2. Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

  a. Pengertian Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

  Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahan 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada tahun 2006.

  Hanya saja menjadi titik tekan pada kurikulum2013 ini adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kemudian, keduudukan kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Selain itu, pembelajaran lebih bersifat tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kurikulum2013 adalah sebuah kurikulum yang berkembang untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hand skills yang berupa sikap,ketrampilan, dan pengetahuan (Fadlillah, M. 2014:16)

  Dengan demikian, kurikulum itu merupakan program pendidikan bukan program pengajaran, yaitu program yang direncanakan diprogramkan dan direncanakan yang bersisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu yang lalu, sekarang maupun yang akan datang. Berbagai bahan tersebut direncanakan secara sistemik, artinya direncanakan dengan memperhatikan keterlibatan berbagai faktor pendidikan secara harmonis. Berbagai bahan ajar yang dirancang tesebut harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku sekarang, di antaranya harus sesuai dengan pancasila, UUD 1945, GBHN, UU SISDIKNAS, PP No. 27 dan 30, adat istiadat dan sebagainya. Program tersebut akan terjadikan pedoman bagi tenaga pendidik maupun peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar dapat mencapai cita- cita yang diharapkan sesuai dengan yang tertera pada tujuan pendidikan (Dakir. 2010:3).

  Menurut A. Sulaeman pembelajaran kurikulum 2013 memiliki ciri keunikan dalam kontruksi pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang didalamnya memiliki sifat integratif tematik. Kurikumum ini memiliki lima karakteristik utama, yaitu menggunakan keseluruhan sumber belajar, pengalaman lapangan, strategi individual personal, kemudahan belajar dan belajar tuntas.

  Semua aspek tersebut memfokuskan pada pola pembentukan peserta didik yang mempunyai kompetensi dan karekter yang kuat. Dengan demikian pendidikan agama Islam perlu memfokuskan pada pemberdayaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar dapat memiliki kompetensi yang diharapkan serta mempunyai karakter yang diidealkan (Gunawan, Hasan, 2015: 196-197).

  Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan muhammadiyah dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harapan masyarakat, maka pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan melakukan pengembangan kurikulum yaitu dikenal dengan nama Al-Islam dan Kemuhammadiyahan kurikulum 2013. Yang mencakup konsep pembelajaran dengan pendekatan saintific serta penguatan pendidikan karakter (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan. 2017: iii).

  Jadi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan kurikulum 2013 merupakan matapelajaran ciri khusus dan keunggulan sekolah muhammadiyah dengan tujuan utama mata pelajaran ini adalah mendidik para siswa agar memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam, dan kemuhammadiyahan, serta memiliki karakter yang kuat melalui pembelajaran keteladanan dan pembiyasaan yang menggembirakan yang sudah di perbaharui dan direvisi dari kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 yang menekankan pada pendidikan karakter siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajarannya.

  Dengan demikian maka mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan kurikulum 2013 menjadi sangat penting di implementasikan pada sekolah-sekolah Muhammadiyah. Karena seiring dengan perkembangan zaman maka manusia dituntut untuk hidup lebih inovatif dan kreatif untuk menghadapi perkembangan zaman serta memiliki karakter yang kuat yaitu karakter seorang muslim yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh nabi Muhammad Saw.

  3. Tujuan dan fungsi Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan kurikulum 2013 Mengenai tujuan dan fungsi kurikulum 2013 secara spesifik mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

  Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang sisdiknas ini disebutkan bahwa fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuanya, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.

  Mengenai tujuan penyusunan kurikulum mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan 2013, secara khusus dapat penulis uraikan sebagai berikut:

  1) Menjadi setandar mutu pengelolaan pendidikan pada sekolah Muhammadiyah (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan.

  2017: 2). 2) Meningkatkan mutu pendidikan dengan nyenyeimbangkan hard

  

skills dan soft skills melalui kemampuan sikap, ketrampilan,

  danpengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yangterus berkembang.

  3) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produkttif, kreatif, dan inovatif sebagai model pembangunan bangsa dan negara indonesia. 4) Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan adminitrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan semua komponen kurikulum serta buku teks yang digunakan dalam pembelajaran.

  5) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga masyarakat secaraseimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas dalam pelaksanaan kurikulum ditingkat satuan pendidikan. 6) Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan kelulusaan untuk mengembangkan kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah (Fadlillah, M. 2014:24-25).

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa tujuan Kurikulum 2013 secara umum tujuan tersebut hampir sama dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hanya saja pada Kurikulum 2013, pemerintah telah menyiapkan buku teks pembelajaran, serta berusaha meningkatkan hand skills dan soft skills peserta didik secara seimbang dan berkelanjutan.

  4. Keunggulan Kurikulum 2103 Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan.

  Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (konstektual), karena berangkat, berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hai ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu bukan transfer pengetahuan ( transfer of knowledge).

  Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh terjadi mendasari pengembanggan kemampuan-kemampuan lain.

  Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi terttentu.

  Terdapat bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalampengembanganya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan(mulyasa 2013:163-164).

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kurikulum 2103 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti digariskan dalam haluann negara.

  5. Pembelajaran kurikulum 2013 Pembelajaran pada kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum- kurikulum sebelumnya. Sebab pembelajaran pada kurikulum ini lebih menggunakan pendekatan sintific (ilmiah) dan tematik integratif. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologispeserta didik (fadlillah. 2014: 171).

  Pembelajaran dengan pendekatan saintific adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dari berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep hukum atau prinsip yang ditemukan (Daryanto. 2014: 51).

  Dari uraian diatas menurut para ahli maka penulis menyimpulkan bahwasanya pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah menggunakan pendekatan saintific dalam pembelajaran. Adapun pembelajaran saintific penulis menyimpulkan bahwasanya pembelajaran saintific adalah model pembelajaran yang mengadopsi dari pembelajaran sains kemudian dimodifikasi dan di sesuaikan dengan materi pelajaran apapun.

  a. Prinsip Pembelajaran kurikulum 2013 Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 memiliki karakteristik yang berbeda dari pelaksanaan kurikulum KTSP 2006.

  Namun, sebenarnya pembelajaran pada kurikulum 2013 tidak jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Karena pada dasarnya kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum lama tersebut. Hanya saja yang membuat beda adalah titik tekan pembelajaran dan juga cakupan materi yang diberikan kepada peserta didik. Sebagai mana diketahui bahwa kurikulum 2013 berupaya untuk memadukan antara kemampuan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan (fadlillah. 2014: 173).

  Pada pembelajaran mapel Al-Islam dan Kemuhammadiyahan berdasarkan kurikulum 2013 Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang disusun oleh majelis dikdasmen pimpinan pusat Muhammadiyah (2017: 36) dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi siswa, dengan semangat tauhid untuk menguasai kompetensi ilmu amaliah dan amal ilmiah bagi dirinya dan orang lain. 2) Diorientasikan upaya menghasilkan lulusan yang memiliki aqidah yang murni, taat beribadah dengan benar, berakhlaq karimah, dan gemar beramal shaleh

  3) Pelayanan pendidikan yang bermutu, dan memperoleh kesempatan mengekspresikan diri secara bebas, dinamis dan menyenangkan. 4) Pelaksanaan pembelajaran yang menegakan kelima pilar belajar: a) Belajar untuk beriman kepada Allah Swt.

  b) Belajar untuk memahami dan menghayati

  c) Belajar untuk melaksanakan dan berbuat secara aktif

  d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain

  e) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, dan perilaku yang baik melalui proses pembiasaan dan keteladanan. 5) Iklim pembelajaran yang menggembirakan, hubungan yang harmonis antar guru dan murid, saling menghargai, saling empati, kasih sayang, aktif, kreatif, inovatif dan efektif.

  6) Dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan multimedia, sumber teknologi yang memadai dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

  b. Pelaksanaan pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan kurikulum 2013 Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 terbagi menjadi tiga yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.ketiga kegiatan tersebut tersusun menjadi satu dalam suatu kegiatan pembelajaran dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya menurut Fadlillah (2014: 182) sebagai berikut: 1) Kegiatan awal

  Kegiatan awal merupakan kegiatan pendahuluan sebelum memasuki inti pembelajaran. Biyasanya alokasi waktunya adalah 15 menit yaitu sebagai berikut

  a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran b) Mengawali dengan doa dan salam

  c) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang sudah diajarkan dan terkait materi yang akan dipelajari d) Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai. e) Menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari

  f) Memberi motivasi belajar terhadap peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan perbandingan baik lokal, nasional dan internasional.

  2) Kegiatan inti Kegiatan inti adalah kegiatan yang paling penting dan utama dalam proses pembelajaran. Karena pada kegiatan inilah materi pembelajaran akan disampaikan dan diberikan kepada peserta didik. Langkah-langkah dalam mengimplementasikan pendekatan ini sebagai berikut:

  a) Mengamati (Observasi) Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam permendikbud nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan hal yang penting dari suatu benda atau objek dan mencari informasi (Daryanto. 2014: 61). b) Menanya Dalam kegiatan mengamati guru membuka secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apayang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Kemudian guru perlu membimbing peserta didik agar supaya dapat mengajukan pertanyaan. Tentang hasil pengamatan objek yang kongkret.

  c) Mengumpulkan dan mengasosiasiakn Setelah bertanya adalah mengasosiasikan yaitu mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Informasi tersebut sebagai dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi kemudian mengambil kesimpulan.

  d) Mengkomunikasikan hasil Mengkomunikasikan adalah menulisakan atu menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi dan mengasosiasi. Hasil tersebut disampaikan dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik. 3) Kegiatan akhir

  Kegiatan akhir atau penutup adalah kegiatan untuk mengakhiri proses pembelajaran. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menarik kesimpulan tentang materi pembelajaran yang barusaja selesai dilaksanakan, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, mekasanakan kegiatan tidak lanjut dalam bentuk pemberian tugas individu atau kelompok, kemudian yang terakhir menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya (Fadlillah. 2014: 185-187).

  Demikian adalah rangaian dari pembelajaran kurikulum 2013 yang meliputi tiga kegiataan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Teknik pembelajarannya adalah menggunakan pembelajaran menggunakan pendekatan saitific.

C. Hasil penelitian terdahulu

  1. Jurnal yang ditulis oleh Noor Amirudin universitas Muhammadiyah Gresik dengan judul Problematika Pembelajaran Bahasa Arab.Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

  Masalah belajar bahasa Arab adalah masalah unsur-unsur tertentu dari proses penghambatan belajar bahasa Arab, masalah belajar bahasa Arab terdiri dari; problematika linguistik yaitu problematika phonetik/tata bunyi, kosa kata, tulisan, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dan problematika non linguistik, diantaranya dari unsur guru/pendidik, peserta didik, materi ajar dan media/sarana prasarana, serta sosiokultural yang bebeda antara Indonesia dan Arab, tentunya mempunyai kondisi sosial yang berbeda yang kan menjadi problem dalam pembelajaran bahasa Arab.

  2. Jurnal yang ditulis oleh Nandang Sarip Hidayat Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau dengan judul Problematika Pembelajaran Bahasa Arab tahun 2012 adapun hasil penelitiannya sebagai berikut:

  Problematika pembelajaran Bahasa Arab adalah unsur-unsur yang menjadi penghambat terlaksanan keberhasilan pembelajaran Bahasa Arab, Problematika ini diantaranya: Problematika Linguistik yaitu Problematika Phonetik/Tata Bunyi, Kosa kata, Tulisan, Morfologi, Sintaksis, Semantik. Dan Problematika Non Linguistik, diantaranya dari unsur Guru/Pendidik, Peserta didik, Materi Ajar dan Media / Sarana Prasarana, serta sosiokultural yang bebeda antara Indonesia dan Arab, tentunya mempunyai kondisi social yang berbeda yang kan menjadi problem dalam pembelajaran bahasa Arab.

  3. Jurnal yang ditulis oleh Ahmad Zaki Fuad Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia tahun 2015 adapun hasil penelitiannya sebagai berikut:

  Eksistensi dan perkembangan Bahasa Arab di Indonesia mengalami transformasi dari waktu ke waktu. Sejak Islam datang bersama dengan Bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci (Al-

Qur’an) dan bahasa ritual ibadah bagi umat Islam perkembangan bahasa Arab

  mengalami stagnasi, hal ini disebabkan banyak problematika dalam proses pemahaman, perkembangan dan pembelaajaran. Problematika tersebut terbagi menjadi tiga aspek: aspek politik, aspek sosiologis, dan aspek metodologis. Problematika pembelajaran Bahasa Arab bisa diselesaikan dengan cara merumuskan kebijakan yang berpihak terhadap perkembangan Arab, mempelajari bahasa Arab dengan pendekatan continuitas dan integratif serta meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan yang profesional sehingga dapat menemukan dan memilih metode yang tepat dalam mengajarkan bahasa Arab sesuai dengan kondisi dan kultur masyarakat Indonesia.

  Bedasarkan jurnal di atas memang telah ada penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama- sama meneliti tentang problematika pembelajaran, namun ada perbedaan yaitu dalam penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada tempat penelitian dan variabel mata pelajaran. Pada penelitian terduhulu fokus pada pembelajaran bahasa Arab, sedangkan pada penelitian yang akan penulis lakukan fokus pada pembelajaran Al-Islam dan kemuhammadiyahan. Kemudian yang lebih membedakan lagi adalah kurikulum yang dipakai peneliti memilih mata pelajaran Al-Islam dan kemuhammadiyahan kurikulum 2013 dikarenakan matapelajaran ini baru dilaksanakan serentak pada perguruan muhammadiyah tingkat SMP pada tahun pelajaran 2017/2018.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - ANALISIS KAPASITAS DRAINASE DENGAN METODE RASIONAL DI PERUMAHAN PURI HIJAU PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 2 34

EFEKTIVITAS SALURAN DRAINASE DI KAWASAN KAMPUS II UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemanfaatan Internet 1. Pengertian Pemanfaatan Internet - PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATA P ELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - repository perpustakaan

0 0 35

MODEL TARIKAN PERGERAKAN KENDARAAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL BERUPA FACEBOOK DAN INSTAGRAM UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN MAHASISWA NON KESEHATAN TENTANG DAGUSIBU DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu - ANALISIS EFEKTIVITAS SIMPANG TAK BERSINYAL JALAN GATOT SUBROTO DAN JALAN GEREJA DI PURWOKERTO UNTUK 10 TAHUN - repository perpustakaan

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tugas Akhir Mahasiswa - PENGARUH INTELEGENSI, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KAMPUS TERHADAP KETERLAMBATAN MENGERJAKAN TUGAS AKHIR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2018 - repository perpustakaan

0 0 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BOR PADA PASIEN UMUM RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 1 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Susu - IDENTIFIKASI CEMARAN BAKTERI PADA SUSU MURNI, SUSU PASTEURISASI, DAN SUSU UHT DALAM BERBAGAI KEMASAN YANG TERDAPAT DI PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan - MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETAATAN PASIEN TERHADAP PENGOBATAN TB PARU DENGAN METODE COMMUNITY BASED INTERACTIVE APPROACH (CBIA) DI BKPM PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 9