BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obligasi 2.1.1 Pengertian Obligasi - BAB II ANING LISTIANINGRUM AKUNTANSI'15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obligasi

2.1.1 Pengertian Obligasi

  Obligasi merupakan surat pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan atau lembaga lain sebagai pihak yang berhutang, yang mempunyai nilai nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara periodik atas dasar persentase tertentu yang tetap (Yuliana, dkk.

  2011). Bursa Efek Indonesia mendefinisikan bahwa obligasi sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Sedangkan menurut Yulianingsih (2010) menyatakan bahwa obligasi pada dasarnya merupakan surat pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat pemodal. Obligasi juga sebagai alternatif investasi yang dapat memberikan pendapatan tetap dengan waktu yang telah ditentukan kepada investor.

  13

2.1.2 Klasifikasi Investasi Obligasi

  Tujuan dari penjualan obligasi kepada investor salah satunya agar pemerintah dan perseroan memperoleh pinjaman uang. Uang yang mereka dapatkan ketika menerbitkan obligasi, atau dijual kepada publik merupakan jumlah dari uang yang dipinjam. Imbalan yang akan didapatkan oleh pemerintah atau perseroan berupa persetujuan untuk memberikan bayaran dengan jumlah tertentu kepada pemegang obligasi atau pemberi pinjaman (kreditur). Kupon merupakan pembayaran bunga tetap tiap tahun hingga obligasi tersebut jatuh tempo untuk pemilik obligasi. Sehingga utang tersebut akan dilunasi pada saat jatuh tempo, pemegang obligasi akan memperoleh bayaran dari peminjam berupa nilai nominal atau nilai muka obligasi (face

  value ).

  Menurut Keown et al. (2001) dalam Pertiwi (2013) menyatakan bahwa obligasi memiliki klasifikasi yang penting diantaranya yaitu: a. Klaim terhadap Aset dan Pendapatan Perusahaan

  Bila perusahaan penerbit obligasi bangkrut, maka klaim terhadap utang secara umum, termasuk obligasi, mendapat kehormatan untuk didahulukan haknya daripada saham maupun saham prefer. Namun, utang-utang yang berbeda itu mempunyai urutan dalam pelunasanya.

  Obligasi juga memiliki klaim terhadap pendapatan yang didahulukan dari saham biasa dan saham prefer. Secara umum jika suku obligasi tidak dibayar, dewan obligasi dapat menyatakan bahwa perusahaan penerbitnya bangkrut.

  b. Nilai Pari Nilai pari obligasi adalah nilai nominal yang tertera pada lembar obligasi yang akan dikembalikan kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo. Tidak dinyatakan dalam jumlah melainkan dalam persentase atas nilai nominalnya.

  c. Tingkat Suku Bunga Kupon Tingkat suku bunga kupon dari suatu obligasi menunjukan besarnya presentase terhadap nilai pari obligasi yang akan dibayar setiap tahun sebagi bunga.

  d. Periode Jatuh Tempo Periode jatuh tempo adalah lamanya waktu hingga pihak penerbit obligasi membayarkan kembali nilai pari obligasi kepada para pemilik obligasi yang sekaligus akan mengakhiri masa berlakunya.

  e. Indenture

  

Indenture adalah dewan perjanjian legal antara perusahaan penerbit

  obligasi dengan dewan atau wali obligasi yang mewakili para pemilik atau pembeli obligasi tersebut. Didalamnya termuat berbagai ketentuan utang- piutang, termasuk penjelasan mengenai obligasi itu sendiri, hak-hak para pemilik obligasi, hak-hak perusahaan atau pihak penerbit, serta tanggung jawab dewan. Dewan obligasi, biasanya sebuah bank komersial atau institusi keuangan yang diserahi tugas untuk mengawasi hubungan antar penerbit dan pemilik obligasi, melindungi kepentingan para pemilik obligasi, serta menjamin dilaksanakanya segenap ketentuan yang telah disepakati.

  f. Tingkat Penghasilan Sekarang Tingkat penghasilan sekarang dari suatu obligasi adalah rasio pembayaran bunga tahunan terhadap harga obligasi pada saat sekarang dipasaran.

2.1.3 Jenis-jenis Obligasi

  

Sebelum transaksi jual beli obligasi terjadi, ada suatu kontrak perjanjian

  obligasi (bond indenture) antara pembeli dan penjual obligasi. Perjanjian tersebut menentukan adanya macam-macam obligasi yang terdiri dari beberapa bagian diantaranya adalah:

  a. Berdasarkan penerbit obligasi (Issuer) Berdasarkan penerbit obligasi dapat dibagi atas tiga jenis yaitu: 1) Obligasi pemerintah yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.

  2) Obligasi perusahaan milik Negara (state owned company)

  Contoh penerbit obligasinya adalah BTN, Bapindo, PLN, jasa marga, Pegadaian, Pelabuhan Indonesia, dan lain-lain 3) Obligasi perusahaan swasta

  Contoh penerbit obligasinya adalah Astra Internasional, Bank Internasional Indonesia, Citra Marga Nusaphala Persada, Bank Modern, Multiland, Dharmala Sakti Sejahtera, Ciputra development, Tjiwi Kimia, dan lain-lain.

  b. Berdasarkan sistem pembayaran bunga Berdasarkan sistem pembayaran bunga maka obligasi dapat dibagi atas dua jenis yaitu:

  1) Obligasi Kupon (Coupon Bond) Obligasi kupon (coupon bond) yaitu obligasi yang bunganya dibayarkan secara periodik, ada yang setiap triwulan, semesteran, atau tahunan. Pada surat obligasi terdapat bagian yang dapat dirobek untuk mengambil bunga obligasi tersebut. Bagian inilah yang disebut kupon obligasi. Jadi kupon obligasi adalah bagian yang istimewa dari suatu obligasi yang mendefinisikan jumlah bunga tahunan. Setiap 1 kupon melambangkan 1 kali bunga yang dapat diambil.

  2) Obligasi tanpa Kupon (Zero Coupon Bond) Lain halnya dengan coupon bond, zero coupon bond tidak mempunyai kupon, sehingga investor tidak akan menerima bunga secara periodik, tetapi bunga langsung dibayarkan sekaligus pada saat pembelian.

  c. Berdasarkan tingkat bunganya Berdasarkan tingkat bunga ada 3 jenis obligasi, yaitu:

  1) Obligasi dengan Bunga Tetap (Fixed Rate Bond) Bunga pada obligasi ini ditetapkan pada awal penjualan obligasi dan tidak berubah sampai dengan jatuh tempo.

  2) Obligasi dengan Bunga Mengambang (Floating Rate Bond) Bunga pada obligasi ini dietapkan pada waktu pertama kali untuk kupon pertama, sedangkan pada waktu jatuh tempo kupon pertama akan ditentukan tingkat bunga untuk kupon berikutnya, demikian seterusnya. Biasanya obligasi dengan bunga mengambang ini ditentukan relatif terhadap suatu patokan suku bunga misalnya 1% diatas JIBOR (Jakarta Inter Bank Offering Rate), 1,5% diatas LIBOR (London Bank Offering Rate).

  3) Obligasi dengan Bunga Campuran (Mixed Rate Bond) Obligasi jenis ini merupakan gabungan dari obligasi bunga tetap dan bunga mengambang. Bunga tetap ditetapkan untuk periode tertentu biasanya pada periode awal, dan periode selanjutnya bunganya mengambang.

  d. Berdasarkan jaminannya Berdasarkan jaminannya ada 5 jenis obligasi yaitu:

  1) Collateral Perusahaan penerbit membuat suatu janji, apabila pada saat jatuh tempo obligasi perusahaan penerbit tidak dapat membayar nilai nominal obligasi maka perusahaan penerbit menyediakan sejumlah asset milik perusahaan sebagai jaminan. Hal tersebut akan memperkuat tingkat kepercayaan pemodal, yang menjamin bahwa pemodal tidak akan mengalami kerugian.

  2) Debenture Dalam tipe obligasi ini, perusahaan penerbit obligasi tidak menjamin dengan aktiva tertentu, tetapi dijamin oleh tingkat likuiditas perusahaan. Pemodal berharap bahwa perusahaan dapat mencapai laba untuk membayar bunga dan nilai nominal obligasi.

  3) Subording Debenture Dalam perjanjian kontrak obligasi, pemegang obligasi diklasifikasikan berdasarkan siapa yang akan dibayar terlebih dahulu. Jika perusahaan bangkrut, siapa yang paling mendapat prioritas untuk dibayar terlebih dahulu. Tipe Subording Debenture dibayar setelah debenture. Oleh karena itu, Subording Debenture merupakan obligasi yang mempunyai risiko tinggi.

  4) Obligasi pendapatan (Income Bonds) Obligasi tipe ini, tidak dijamin dengan asset tertentu. Disamping itu, perusahaan penerbit tidak mempunyai kewajiban membayar bunga secara periodik kepada pemegang obligasi. Dalam obligasi, perusahaan akan membayar bunga apabila laba yang dicapai cukup untuk membayar bunga. Perusahaan penerbit tidak mempunyai utang bunga apabila periode yang berlalu tidak mampu membayar bunga. 5) Obligasi Hipotek (Mortgage)

  Obligasi tipe ini dijamin dengan aset tertentu dan aset yang dijadikan agunan disebutkan secara jelas. Aset tersebut merupakan aset yang tidak bergerak misalnya, tanah dan gedung. Apabila perusahaan menepati janjinya, agunan tersebut dapat dijual untuk menutupi kewajiban perusahaan tersebut. Dalam obligasi tipe ini, asset perusahaan yang baru secara langsung menjadi agunan.

  2.1.4 Manfaat Obligasi

  Obligasi memiliki beberapa manfaat, diantaranya:

  a. Tingkat bunga obligasi bersifat konsisten, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar obligasi.

  b. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima pemegang obligasi.

  c. Investasi obligasi dapat pula melindungi resiko pemegang obligasi dari kemungkinan terjadinya inflasi.

  d. Obligasi dapat digunakan sebagai agunan kredit bank dan untuk membeli instrumen aktiva lain.

  2.1.5 Kelemahan Obligasi

  Berbagai bentuk kelemahan obligasi sangat bervariasi, tergantung pada stabilitas suatu perekonomian Negara. Berikut ini kelemahan dari obligasi: a. Tingkat bunga. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, dan sebaliknya.

  b. Obligasi merupakan instrumen keuangan yang sangat konservatif, sehingga menghasilkan yield yang cukup baik, dengan resiko rendah. c. Tingkat likuidasi obligasi rendah. Hal ini dikarenakan pergerakan harga obligasi, khususnya apabila harga obligasi menurun.

  d. Resiko penarikan. Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premi.

  e. Resiko kecurangan. Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan maka pemegang obligasi akan menderita kerugian.

2.1.6 Peringkat Obligasi

  Sebuah perusahaan atau emiten yang akan mengeluarkan obligasi sangat mengharapkan agar pemilik modal tertarik untuk berinvestasi diperusahaan tersebut. Tetapi pemilik modal juga tentunya harus memperhatikan peringkat obligasi perusahaan yang menawarkan obligasinya. Peringkat merupakan adanya pernyataan yang berisi tentang keadaan pemilik hutang mengenai kemungkinan yang akan dilakukan berkaitan dengan utang yang dimikinya.

  Peringkat dijadikan indikator penting dalam membeli obligasi dikarenakan dapat digunakan sebagai strategi bagi investor dalam mengambil keputusan apakah akan membeli obligasi atau tidak membeli obligasi perusahaan tersebut.

  Pemeringkatan obligasi memiliki tujuan untuk memberikan informasi akurat berupa peringkat mengenai posisi bisnis perusahaan dan kinerjanya yang menerbitkan obligasi kepada calon investor . Perusahaan juga memiliki manfaat lain dari adanya peringkat obligasi, jika peringkat yang didapatkan perusahaan baik dengan sendirinya akan menjadi sarana promosi untuk menarik investor untuk berinvestasi karena memiliki kepercayaan diri dengan peringkat yang dimiliki. Peringkat obligasi merupakan skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan milik perusahaan yang menerbitkan obligasi. Semua perusahaan yang menerbitkan obligasi wajib memiliki peringkat obligasi. Peringkat dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat, dan perusahaan peringkat harus mendapat izin resmi dari pemerintah. Lembaga pemeringkat sekuritas utang atau obligasi di Indonesia ada dua yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT. Kasnic Credit Rating Indonesia.

  Pemeringkatan berbagai perusahaan tidak akan dilakukan secara bersamaan atau serentak tetapi pemeringkatan akan diberikan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati masing-masing perusahaan dengan lembaga pemeringkat secara terpisah. Lembaga peringkat juga akan memberikan peringkat obligasi setiap satu tahun sekali selama obligasi tersebut belum lunas. Peringkat dan penjelasan peringkat utang perusahaan yang dikeluarkan PT Pefindo adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Definisi Peringkat Obligasi PT Pefindo

  Peringkat Keterangan AAA Efek utang dengan peringkat AAA merupakan efek utang peringkat tertinggi dari Pefindo yang didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif di banding entitas Indonesia lainya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan.

  AA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainya. A Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan obligor yang kuat dibandingkan dengan entitas Indonesia lainya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan. BBB Efek utang dengan BBB didukung oleh kemempuan obligor yang memadai relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan. BB Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan kemampuan obligor yang agak lemah relatif dibandingkan dengan entitas lainya untuk memenuhi kewajiban potensial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis yang tidak menentu. B Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dari perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansialnya. CCC Efek utang dengan peringkat CCC menunjukan efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya, serta hanya tergantung kepada perbaikan keadaan ekternal. D Efek utang dengan peringkat D menandakan efek utang yang macet. Perusahaan penerbit sudah berhenti berusaha.

  Sumber

  Darmadji dan Fakhruddin (2001) menyatakan bahwa peringkat obligasi dengan tanda tambah (+) atau kurang (-) dapat dicantumkan dengan peringkat mulai dari AA hingga CC. Tanda tambah menunjukan bahwa kategori peringkat lebih mendekati kategori peringkat diatasnya. Tanda kurang berarti bahwa suatu kategori peringkat tetap lebih baik dari kategori peringkat dibawahnya walaupun semakin mendekati. Jadi rating dengan tanda (+) atau (-) berpeluang dinaikan atau tidak tergantung pada outlook. Jika outlook bernilai positif artinya berpeluang dinaikan pada periode rating mendatang, stabil artinya akan tetap dan negatif artinya akan berpeluang diturunkan pada periode rating berikutnya. Menurut Ang (1997) dalam Ikhsan (2012) menyatakan bahwa pemeringkatan dibagi atas 2 jenis yaitu corporate rating dan securities

  rating. Corporate rating adalah pemeringkatan yang dilakukan untuk menilai

  suatu perusahaan secara menyeluruh, sedangkan securities rating adalah pemeringkatan yang dilakukan terhadap suatu produk efek yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pemeringkatan suatu obligasi ini sangat berguna bagi investor obligasi, karena dengan adanya rating maka para investor tidak perlu lagi melakukan proses evaluasi yang membosankan dan membutuhkan kerja keras sendiri-sendiri.

2.1.7 PT.PEFINDO

  Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat obligasi. Di Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkatan obligasi yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT. Kasnic Credit Rating. Perbedaan antara PT. PEFINDO dengan PT. Kasnic Credit Rating yaitu Pefindo dapat mempublikasikan peringkat obligasi setiap bulan sedangkan Kasnic tidak dapat mempublikasikan peringkat obligasi setiap bulan, disebabkan karena banyaknya perusahaan yang menggunakan jasa PEFINDO dibandingkan dengan Kasnic dalam proses untuk pemeringkatan obligasi.

  PT. Pemeringkatan Efek Indonesia (PT. PEFINDO) didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993 oleh BAPEPAM (Badan Pengawas dan Pelaksana Pasar Modal) dan Bank Indonesia. Pada tanggal 13 Agustus 1994, PEFINDO mendapatkan surat ijin operasi (No. 39/PM-PI/ 1994) dari BAPEPAM dan menjadi salah satu dari institusi pembantu dari bursa efek Indonesia. Fungsi utama dari PEFINDO adalah menyediakan secara objektif, bebas dan rating terpercaya didalam risiko kredit dari penerbitan umum obligasi dalam aktivitas peratingan. Selain aktivitas pemeringkat PEFINDO melanjutkan untuk memproduksi dan mempublikasikan informasi kredit yang berhubungan dengan hutang. Produk publikasi meliputi opini kredit didalam perusahaan besar yang menerbitkan obligasi dan underlying sektor.

  15 B-

  16 B

  2 BBB-

  12 CCC-

  3 BBB

  13 CCC

  4 BBB+

  14 CCC+

  5 A-

  Berikut ini beberapa rating obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia), dengan menggunakan ordinal yang diukur berdasarkan kode 1-20, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

  6 A

  7 A+

  1 Sumber

  17 B+

  8 AA-

  18 BB-

  9 AA

  19 BB

  10 AA+

  20 BB+

  AAA

Tabel 2.2 Kategori Peringkat Obligasi Pemeringkat Obligasi Skala Pemeringkat Obligasi Skala

  11 D

2.2 Perusahaan Non Perbankan

  Perusahaan non perbankan atau Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan, secara langsung ataupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif.

  1. Usaha

  • – Usaha yang dilakukan LKBB antara lain: a. Menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan kertas berharga.

  b. Sebagai perantara untuk mendapatkan kompanyon (dukungan dalam bentuk dana) dalam usaha patungan.

  c. Perantara untuk mendapatkan tenaga ahli

  2. Jenis

  • – Jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank :

  a. Perusahaan Asuransi : perusahaan yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum pada pihak ketiga karena peristiwa ketidakpastian

  b. Perusahaan Dana Pensiun ( TASPEN ) : badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pension.

  c. Koperasi Simpan Pinjam : menghimpun dana dari masyarakat dan meminjamkan kembali kepada anggota atau masyarakat.

  d. Bursa Efek / Pasar Modal : tempat jual beli surat-surat berharga, salah satunya yaitu obligasi. Obligasi adalah surat berharga yang merupakan instrumen utama perusahaan.

  e. Pegadaian : suatu usaha yang memberikan pinjaman bagi nasabah dengan jaminan barang

2.3 Faktor Keuangan yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi

  

Perbandingan antar data dengan unsur-unsur yang terdapat di laporan laba

  rugi dan neraca disebut dengan rasio keuangan. Investor dalam melakukan penilaian utang dan risiko default obligasi sangat dibantu dengan adanya peringkat obligasi. Peringkat obligasi mengambarkan risiko berupa ketidakmampuan emiten dalam membayar dan melunasi kewajiban selama umur obligasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi pada penelitian ini adalah:

2.3.1 Profitabilitas

  Menurut Septyawati (2013) menyatakan bahwa profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur seberapa efektif keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan pada tingkat penjualan, asset, modal dan sumber dana yang dimilikinya. Profitability dapat memberikan gambaran secara efektif kegiatan operasi perusahaan sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Hasilnya dapat ditunjukan dari penjualan dan pendapatan investasi dengan memperoleh laba. Sedangkan menurut Mamduh dan Halim (2000) dalam Pakarinti dan Meiranto (2009) menyatakan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Investasi dalam bentuk obligasi secara langsung sebenarnya tidak berpengaruh oleh profitabilitas perusahaan, karena tetap menerima sebesar tingkat bunga yang telah ditentukan. Akan tetapi para analis tetap tertarik terhadap profitabilitas perusahaan karena profitabilitas mungkin merupakan satu-satunya indikator yang paling baik mengenai kesehatan keuangan perusahaan.

  Menurut Sartono (2010) rasio profitabilitas dapat diproksikan dengan menggunakan:

  1.

  2.

  3.

  4.

2.3.2 Likuiditas

  Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi suatu kewajiban keuanganya yang harus dibayarkan pada saat jatuh tempo.

  Current ratio dan Acid Test Ratio dapat digunakan untuk mengukur tingkat

  likuiditas perusahaan. Perusahaan yang mampu melunasi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek itu berarti bahwa perusahaan dalam kondisi likuid, dikarenakan aktiva lancar yang perusahaan miliki mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendek. Tingkat kemampuan perusahaan dalam pelunasan kewajiban jangka pendek secara tidak langsung mempengaruhi penulasan obligasi atau kewajiban jangka panjang yang baik. Dapat dikatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi dapat mempengaruhi peringkat obligasi yang baik.

  Menurut Pertiwi (2013) indikator terbaik untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan aktiva-aktivanya dapat diubah menjadi kas dengan cepat melunasi utang perusahaan yaitu dengan menggunakan sekala ukur

  Current Ratio. Sedangkan menurut Sartono (2010) rasio likuiditas dapat

  diproksikan dengan current ratio dan quick ratio. Adapun rumus dari masing- masing proksi adalah sebagai berikut:

  1.

  2.

2.3.3 Ukuran Perusahaan

  Total asset, penjualan, dan ekuitas dapat digunakan untuk mengukur perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang digunakan untuk menunjukan besar kecilnya perusahaan tersebut. Besar kecilnya perusahaan mampu melihat seberapa besar resiko yang mungkin akan di terima.

  Perusahaan yang besar memiliki resiko yang lebih kecil sedangkan perusahaan yang kecil memiliki kemungkinan untuk memperoleh resiko yang lebih besar.

  Besarnya perusahaan akan semakin dikenal oleh masyarakat sehingga investor lebih yakin dengan banyaknya informasi yang dapat diperolehnya itu dapat mengurangi resiko perusahaan yang menerbitkan obligasi. Menurut Sejati (2010) menyatakan bahwa pengukuran variabel ukuran perusahaan dalam penelitian menggunakan proksi logaritma natural total aset pada saat mengemisi obligasi. Maka total aset ditranformasikan ke dalam bentuk logaritma natural sebagai berikut:

2.4 Faktor Non Keuangan yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi

2.4.1 Reputasi Auditor

  Laporan keuangan diaudit oleh auditor eksternal, dengan maksud agar auditor dapat memberikan pendapatnya apakah laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Certified Public Accountant (CPA) akan diberikan kepada auditor independen yang telah lulus sehingga auditor dapat mengaudit laporan keungan perusahaan. Penyajian laporan keuangan dapat disajikan dengan informasi yang andal dan terbebas dari praktek kecurangan akuntansi apabila dilakukan oleh auditor ekternal karena adanya mekanisme pengendalian terhadap manajemen perusahaan. Reputasi auditor adalah sebuah nama baik dan citra yang diperoleh dengan proses kerja yang baik pula, dilihat dari kepercayaan yang klien berikan kepada auditor mengenai tanggung jawabnya sebagai seorang auditor. Menurut Arens, dkk.

  (2012) dalam Thamida dan Lukman (2013) menyatakan bahwa ada empat kategori ukuran untuk mengelompokan Kantor Akuntan Publik, diantaranya yaitu Big Four International Firm, National Firm, Regional and large local firm dan small local firms.

  Allen (1994) dalam Winardi (2013) menyatakan bahwa penggunaan informasi keuangan merasa bahwa auditor Big Eight memberikan kualitas audit yang lebih baik bagi perusahaan dan pemerintah daerah. Reputasi auditor yang baik adalah auditor yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik (KAP) besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four

  Worldwide Accounting Firm. Berdasarkan reputasinya KAP dikategorikan

  menjadi dua yaitu: a.

   KAP yang berafiliasi dengan The Big Four tahun 2011:

  1) KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja afiliasi dengan Ernst & Young.

  2) KAP Osman Bing Satrio & Rekan afiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu.

  3) KAP Siddharta & Widjaja afiliasi dengan KPMG. 4) KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan serta KAP Haryanto Sahari & dan Rekan afiliasi dengan Price Waterhouse Coopers.

b. KAP yang berafiliasi dengan The Big Four tahun 2012:

  1) KAP Purwantono, Suherman & Surja (PSS) afiliasi dengan Ernst & Young.

  2) KAP Osman Bing Satrio dan rekan afiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu.

  3) KAP Siddharta & Widjaja (Tohana Widjaja) afiliasi dengan KPMG.

  c. KAP yang berafiliasi dengan The Big Four tahun 2013: 1) KAP Purwantono, Suherman & Surja afiliasi dengan Ernst & Young.

  2) KAP Osman Bing Satrio dan Eny afiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu.

  3) KAP Siddharta & Widjaja afiliasi dengan KPMG. 4) KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan afiliasi dengan Price Waterhouse Coopers.

  d. KAP yang tidak berafiliasi dengan The Big Four.

2.4.2 Umur Obligasi

  Tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nominal obligasi yang dimiliknya atau yang disebut dengan umur obligasi (maturity). Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun (Yulianingsih, 2010).

  Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang dikarenakan risiko yang akan didapat juga akan semakin besar. Oleh sebab itu umur obligasi yang pendek lebih menunjukan peringkat obligasi yang investment grade. Jatuh tempo obligasi yang panjang secara umum akan memperoleh kupan dan bunga yang tinggi pula.

2.5 Penelitian Terdahulu

  Mengkaji beberapa penelitian terdahulu mengenai faktor keuangan dan non keuangan terhadap peringakat obligasi dengan menunjukan hasil yang berbeda- beda, diantaranya adalah penelitian dari Thamida dan Lukman (2013) yang meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi.

  Variabel yang diuji adalah Capitalization, profitabilitas, likuiditas, reputasi auditor dan capitalization yang diproksikan dengan peringkat obligasi PT.PEFINDO. Sampel yang diambil adalah pada industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2012. Hasil penelitian yang didapat adalah 5 (lima) variabel yang diuji terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi diantaranya yaitu variabel

  Capitalization, reputasi auditor, dan capitalization yang diproksikan dengan primary ratio dan reputasi auditor memiliki pengaruh dalam pentuan peringkat

  obligasi oleh PT. PEFINDO dan dua variabel lainya seperti profitabilitas, dan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

  Septyawanti (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi dengan menggunakan variabel konservatisme akuntansi, leverage,

  liquidity , dan profitability. Sampel yang diambil sebanyak 75 perusahaan non-

  perbankan tahun 2008-2010. Dengan menggunakan regresi logistik didapatkan hasil penelitian bahwa yang berpengaruh terhadap peringkat obligasi adalah

  leverage dan profitability.

  Yuliana, ddk. (2011) meneliti variabel ukuran perusahaan (size), leverage,

  profitability, activity , market value ratio, umur obligasi (maturity), jaminan

  (secure), dan reputasi auditor. Sampel yang diambil adalah perusahaan keuangan yang di peringkat oleh PT.PEFINDO periode April 2009 dan 2010.

  Dengan hanya meneliti dengan rentan waktu dua tahun diperoleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa hanya 4 variabel dari 8 variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi yaitu ukuran perusahaan (size), profitability, jaminan (secure), dan reputasi auditor.

  Siswanto,dkk. (2013) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi dengan variabel independen growth, ukuran perusahaan (size), profitabilitas, likuiditas, umur obligasi, jaminan, dan reputasi auditor. Sampel yang digunakan adalah perusahaan BUMN pada periode 2009-2012. Pengukuran umur obligasi dilakukan dengan variabel dummy, yaitu kategori 1 untuk obligasi yang mempunyai umur antara 1-5 tahun dan kategori 0 untuk obligasi yang mempunyai umur lebih dari 5 tahun. Hasil penelitian menyatakan bahwa hanya growth dan jaminan yang berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Sedangkan ukuran perusahaan (size), profitabilitas, likuiditas, umur obligasi, reputasi auditor tidak berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Yulianingsih (2010) menguji variabel likuiditas (CR), profitabilitas (ROA), leverage (DER), size perusahaan, produktivitas (STA), dan umur obligasi untuk mendapatkan hasil tentang faktor yang berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. Sampel yang digunakan adalah perusahaan perbankan 2006-2010.

  Hasil penelitian tersebut adalah hanya variabel likuiditas dan leverage yang tidak berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi.

2.6 Kerangka Pemikiran

  Salah satu instrumen keuangan yang diperjualbelikan dipasar modal adalah obligasi. Obligasi di terbitkan oleh perusahaan maupun pemerintah kepada pembeli atau pemilik obligasi (investor) berupa surat tanda kontrak hutang jangka panjang. Investor yang akan membeli obligasi sebelumnya harus memperhatikan risiko yang terkandung dalam suatu obligasi. Dengan begitu investor dapat melihat peringkat dari obligasi untuk menilai risiko obligasi tersebut. Berdasarkan penelitian terdahulu dan landasan teori diatas, maka yang akan digunakan menjadi variabel-variabel dalam penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu faktor keuangan berupa profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan sedangkan faktor non keuangannya ada reputasi auditor dan umur obligasi sebagai variabel independen. Peringkat obligasi sebagai variabel dependen.

  Oleh sebab itu kerangka pemikiran yang terbentuk adalah sebagai berikut:

  Variabel Independen Variabel Dependen H1+ H2+ H3+ H4 + H5- Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

   Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.

  Menurut Prabowo dan Sujipto (2012) salah satu indikator penting yang harus diperhatikan dalam menilai peringkat obligasi dimasa mendatang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator

  Likuiditas (X2) Ukuran Perusahaan (X3)

  Peringkat Obligasi (Y)

  Reputasi Auditor (X4) Umur Obligasi (X5)

  Profitabilitas (X1)

2.7 Perumusan Hipotesis

2.7.1 Profitabilitas

  ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui investasi yang akan dilakukan investor disuatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor, salah satunya dengan menggunakan ROA.

  ROA digunakan untuk mengukur prifitabilitas karena mampu mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA juga memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan laba karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu Yuliana, dkk. (2011).

  Rasio profitabilitas yang tinggi menunjukan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar bunga periodik dan melunasi pokok pinjaman sehingga dapat meningkatkan peringkat obligasi perusahaan (Winardi, 2013). Hal itu juga dikemukakan oleh Yuliana (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas, maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar atau default risk, dan semakin baik peringkat yang berkaitan terhadap perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut. H

  ₁ : Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan.

2.7.2 Likuiditas

  Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan sumber jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar utang-utang jangka pendeknya. dengan aset lancar yang lebih tinggi dari utang lancar, perusahaan mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek kepada investor tepat pada waktunya (Alfiani, 2013). Menurut Maharti (2011) apabila kemampuan melunasi utang jangka pendek baik maka setidaknya kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka panjang juga baik. Hal tersebut dikarenakan pengelolaan keuangan perusahaan yang baik, dengan terlunasinya kewajiban jangka pendek maka mengindikasi bahwa kewajiban jangka panjang juga dapat terpenuhi. Penelitian yang dilakukan oleh Almalia, dkk. (2007) dalam Hedianto dan Wijaya (2010) mengkonfirmasi bahwa likuiditas berhubungan positif dengan prediksi peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut. H

  ₂ : Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan.

2.7.3 Ukuran Perusahaan

  Ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatu perusahaan dalam hubunganya dengan struktur perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan, dan rata-rata aktiva. Jika total aktiva, jumlah penjualan, atau ekuitas tersebut besar, maka logaritme terhadap jumlah tersebut dapat digunakan sebagai penelitian (Alfian, 2013).

  Menurut Prabowo dan Sutjipto (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai korelasi positif terhadap peringkat obligasi. Didukung dengan pernyataan dari Yuliana (2011) yang menyatakan bahwa perusahaan kecil lebih memiliki risiko yang besar dibandingkan dengan perusahaan besar.

  Aset yang dimiliki perusahaan besar relatif lebih besar jumlahnya sehingga dengan aset tersebut dapat digunakan untuk jaminan membayar obligasi. Oleh karena itu perusahaan yang besar diasumsikan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban obligasi, sehingga peringkat obligasi menjadi lebih baik.

  Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.

  H ₃ : Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan.

2.7.4 Reputasi Auditor

   Reputasi auditor dilakukan pengujian karena memiliki argumen yang

  mendukung salah satunya yaitu semakin tinggi reputasi auditor maka akan memberikan hasil audit yang dapat dipercaya sehingga semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan. Perusahaan yang diaudit oleh KAP the big 4 sebagian besar memiliki kualitas yang lebih baik karena semakin baik reputasi auditor maka akan mempengaruhi peringkat obligasi (Sejati, 2010). Winardi (2013) menyatakan bahwa auditor eksternal dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap manajemen agar dapat menyajikan informasi keuangan secara andal dan terbebas dari praktek kecurangan akuntansi. Yuliana (2011) juga berpendapat bahwa dengan begitu investor dapat memenuhi kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban- kewajibannya, yang berdampak pada obligasi yang aman untuk diinvestasikan sehingga peringkat obligasi perusahaan dapat meningkat. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.

  H ₄ : Reputasi Auditor berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan.

2.7.5 Umur Obligasi

  Umur obligasi adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nominal yang dimilikinya.

  Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun, obligasi yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun Susilowati dan Sumarto (2010) dalam Yuliana (2011). Raharjo (2004) dalam Winardi (2013) menyatakan bahwa secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon atau bunganya. Obligasi yang jatuh tempo dalam jangka waktu yang pendek akan lebih mudah untuk dipediksi, sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki jatuh tempo dalam waktu panjang. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut. H

  ₅ : Umur obligasi berpengaruh negatif signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan.